• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. suasananya berlangsung begitu tegang yang dibalut dengan luapan emosi, kekerasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. suasananya berlangsung begitu tegang yang dibalut dengan luapan emosi, kekerasan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepakbola merupakan olahraga yang beragam dan unik, yakni perpaduan antara keterampilan, fanatisme, seni, kekerasan, emosi. Tidak ada olahraga lain yang suasananya berlangsung begitu tegang yang dibalut dengan luapan emosi, kekerasan serta hura-hura. Baik itu penonton, pelatih maupun para official yang terlibat secara aktif melalui emosi dan ketegangan. Dari sudut bangku penonton sendiri terdengan cacian, tawa yang keras, music yang bisa jadi memecahkan telinga. Baku hantam pun kemungkinan bisa terjadi.1

Untuk penyelenggaraan kompetisi sepakbola professional yang bersifat global sebagai salah satu sarana memajukan kesejahteraan umum berlaku tiga system hukum sekaligus yaitu sistem hokum nasional, sistem hukum internasional dan sistem hukum transnasional. Ketiga sistem hukum tersebut mempunyai kedaulatannya sendiri-sendiri.2

Dari tahun ke tahun perkembangan sepak bola di Indonesia semakin maju. Namun masih tertinggal dengan Negara-negara di Asia. Hal tersebut diperparah dengan adanya isu pengaturan skor (match fixing) yang semakin tahun naik ke permukaan menjadi sebuah rumor yang patut untuk ditindak lanjuti secara serius oleh

1

Tjipta Lesmana, Politik Bola dan Bola Politik Kemana Arah Tendangannya? Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2013, hlm. 67.

2

DR. Hinca IP Pandjaitan, “Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 14.

(2)

2 seluruh stakeholder yang ada karena suara yang semakin nyaring membicarakan hal tersebut.3

Match fixing menurut Federation of International Football Association (FIFA) adalah sebuah pengaturan suatu pertandingan sepak bola untuk mendapatkan keuntungan secara materiil maupun immateriil karena hasil pertandingan telah memenuhi pesanan dari suatu perseorangan atau kelompok tertentu yang berada dalam lingkup dalam lingkup nasional maupun internasional. Adapun pelaku Match fixing biasanya dilakukan oleh bandar judi untuk memuluskan bisnis perjuadiannya.4

Sanksi tentang pengaturan skor sendiri sudah diatur didalam kode disiplin PSSI, yaitu didalam pasal 72 Kode Disiplin PSSI 2018 yang berbunyi :

Pasal 72

Manipulasi hasil pertandingan secara ilegal

1. Siapapun yang berkonspirasi mengubah hasil pertandingan yang berlawanan dengan etik keolahragaan dan asas sportivitas dengan cara apapun dikenakan sanksi berupa sanksi skors, sanksi denda minimal sekurang-kurangnya Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan sanksi larangan ikut serta dalam aktivitas sepak bola seumur hidup.

2. Perangkat pertandingan yang melakukan atau ikut serta melakukan konspirasi mengubah hasil pertandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dijatuhi sanksi dengan (i) sanksi denda sekurang-kurangnya Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dan (ii) sanksi larangan ikut serta dalam aktivitas sepak bola seumur hidup. 3. Pemain yang ikut serta melakukan konspirasi mengubah hasil pertandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dijatuhi sanksi dengan (i) sanksi denda sekurang-kurangnya Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan (ii) sanksi larangan ikut serta dalam aktivitas sepak bola seumur hidup.

3

Luthfy Avian Ananda, “Match Fixing dalam Sepakbola Indonesia Ditinjau dari Perspektif Hukum Pidana”, https://www.kompasiana.com/luthfyavian/match-fixing-dalam-sepakbola-indonesia-ditinjau-dari-perspektif-hukum-pidana_5693d48e119773750970f220, diakses tanggal 18 Januari 2018. 4

https://www.kompasiana.com/luthfyavian/5693d48e119773750970f220/match-fixing-dalam-sepakbola-indonesia-ditinjau-dari-perspektif-hukum-pidana?page=all, diakses pada tanggal 9 Februari pukul 14.00.

(3)

3 4. Offisial atau pengurus yang melakukan atau ikut serta melakukan konspirasi mengubah hasil pertandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dijatuhi sanksi dengan (i) sanksi denda sekurang-kurangnya Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dan (ii) sanksi larangan ikut serta dalam aktivitas sepak bola seumur hidup.

5. Klub atau badan yang terbukti secara sistematis (contoh: pelanggaran dilakukan atas perintah atau dengan sepengetahuan pimpinan klub, dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa anggota dari klub atau badan tersebut) melakukan konspirasi mengubah hasil pertandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dijatuhi sanksi dengan (i) sanksi denda sekurang-kurangnya Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah); (ii) sanksi degradasi, dan (iii) pengembalian penghargaan.5

Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tindak Pidana Suap yang mengatur mengenai suap aktif dan pasif, menyatakan, bahwa pemberian dan penerimaan suap, dengan unsur dolus dan culpa pada saat memberikan atau menerima suap, selalu disertai dengan frasa “yang menyangkut kepentingan umum”. Dalam penjelasan undang-undang tersebut dipertegas dengan menyatakan “..., maka perbuatan suap dalam berbagai bentuk dan sifatnya perlu dilarang. Namun demikian perlu diadakan pembatasan, yaitu terbatas pada perbuatan suap yang menyangkut kepentingan umum”.6

Pengertian turut serta (ikut serta, bersama-sama) melakukan perbuatan pidana (delict) dapat dilakukan oleh beberapa orang bersama-sama. Turut serta (deelneming) dari beberapa orang dalam perbuatan pidana dapat merupakan kerjasama, yang masing masing dapat berbeda-beda sifat dan bentuknya.7 Sedangkan arti kata penyertaan menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. adalah turut sertanya

5

Pasal 72 Kode Disiplin PSSI 2018 6

Oemar Seno Adji, Herziening-Ganti Rugi, Suap, Perkembangan Delik (Erlangga 1981).hlm.226. 7

(4)

4 seorang atau lebih pada waktu alpenyertaan secara defenisi. Namun, berdasarkan pasal 55 dan 56 KUHP hanya menyebutkan bentuk-bentuk penyertaan saja.8

Pasal 55 KUHP berbunyi9 :

(1) “Dihukum sebai pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana yaitu: 1. Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan.

2. Mereka yang dengan pemberian-pemberian, janji-janji, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau keterpandangan, dengan kekerasan, ancaman atau dengan menimbulkan kesalahpahaman atau dengan memberikan kesempatan, sarana-sarana atau keterangan-keterangan, dengan sengaja telah menggerakan orang lain untuk melakuakn tindak pidana yang bersangkutan

(2) Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini yang dapat dipertanggungjawabkan kepada mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang dengan sengaja telah mereka gerakkan untuk dilakukan oleh orang lain, berikut akibat-akibatnya.

Penyertaan (Deelneming) adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta /terlibatnya orang atau orang orang baik secara psikis maupun fisik yang melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana. Menurut Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa yang dinamakan deelneming adalah turut sertanya seseorang atau lebih pada waktu orang lain melakukan tindak pidana.10

8

Adam Chazawi,Pelajaran Hukum Pidana Bag III, Jakarta:PT Raja Grapindo Persada,2002,hal.78

9

Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana Jakarta: Bumi Aksara, 2003, ketentuan pasal 55 10

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana diIndonesia, Bandung : PT Eresco Jakarta,1981, hal.108

(5)

5 Pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta atau terlibatnya orang atau orang-orang baik secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana.11

Pelaku adalah orang yang melakukan seluruh isi delik. Apabila dua orang bersama-sama melakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum, sedangkan pelaku sendiri-sendiri tidak menghasilkan kejahatan itu dapat terjadi “turut melakukan”.12 Pelaku (pleger) dikategorikan sebagai peserta hal ini karena pelaku tersebut dipandang sebagai salah seorang yang terlibat dalam peristiwa tindak pidana dimana terdapat beberapa orang peserta.13

Dalam putusan Nomor 48/Pid.Sus/2019/PN Bnr menetapkan Tjan Lin Eng Alias Johar Lin Eng, terbukti melakukan Tidak Pidana Turut Serta Melakukan Penipuan dan Suap yang diatur dalam Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Bahwa pada awalnya pada tanggal 04 Agustus 2017 saat pelantikan ayah Saksi Lasmi Indaryani yakni Budhi Sarwono sebagai Bupati Banjarnegara Saksi Lasmi bertemu dengan Terdakwa yang saat itu memperkenalkan diri sebagai Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah, kemudian membicarakan tentang sepak bola dan Terdakwa mengatakan apabila sepak bola Persibara (Persatuan sepak bola

11

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi (Rineka Cipta 2008).hal.51 12

Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi Yurisprudensi Mahakamah Agung dan Hoge Raad, Jakarta :Rajawali Pers, 2009, Ed ke-5,hal52

13

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta:Rajawali Pers,2012, Ed ke-1, hal.215.

(6)

6 Banjarnegara) Kabupaten Banjarnegara mau maju harus koordinasi dengan Terdakwa,

Kemudian sekitar tanggal 23 Oktober 2017 Saksi Lasmi Indaryani menemui Terdakwa di kantor Asprov PSSI Jawa Tengah di Komplek Stadion Citarum Lt.2 Citarum Semarang melaporkan tentang kecurangan Wasit dalam pertandingan sepak bola antara Persibara Kabupaten Banjarnegara melawan tim sepak bola Pemalang di Stadion Soemitro Kolopaking dimana team Persibara Kabupaten Banjarnegara dikalahkan oleh Team PS Pemalang dengan skor 0-1.

Kemudian Terdakwa mengatakan akan menegur dan memberikan sangsi kepada Wasitnya. Kemudian Terdakwa memanggil Saksi Priyanto alias Mbah Pri selaku Komisi Wasit di Porprov Jawa Tengah memperkenalkan kepada Saksi Lasmi Indaryani, Terdakwa mengatakan bahwa Saksi Priyanto alias Mbah Pri akan membantu Persibara Banjarnegara akan tetapi Terdakwa meminta agar Saksi Priyanto alias Mbah Pri dirumati atau diopeni (diperhatikan) lalu Terdakwa mengatakan bahwa urusan selanjutnya silahkan berhubungan langsung dengan Saksi Priyanto alias Mbah Pri dimana saat itu Saksi Priyanto diperintahkan Terdakwa untuk bisa membantu memenangkan Persibara dalam setiap pertandingan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur turut serta (deelneming) dalam tindak pidana penipuan dan suap dalam putusan pengadilan Nomor 48/Pid.Sus/2019/PN Bnr ?

(7)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis unsur serta dalam pidana penipuan dan suap dalam putusan pengadilan Nomor 48/Pid.Sus/2019/PN Bnr.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah terdiri dari:

1.

Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan konsep bagi ilmu pengetahuan hukum terutama yang berkaitan dengan tinjauan yuridis tindak pidana turut serta dalam pidana penipuan dan suap.

2.

Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian skripsi dan penulisan skripsi ini adalah memberi masukan bagi praktek hukum yaitu bagi aparat penegak hukum dalam praktek penegakkan hukum yang berkaitan dengan tinjauan yuridis tindak pidana turut serta dalam pidana penipuan dan suap.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dimana penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

(8)

8 dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).14

Pendekatan

2. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Pendekatan perundang-undangan, Jenis pendekatan perundang undangan yang menurut Marzuki.15 “Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan perundang undangan adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi.”

Pendekatan konseptual, Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hokum.16

3. Bahan Hukum a. Primer :

1. Pasal 378 Kitab Undang Undang Hukum Pidana

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap 3. Putusan Pengadilan Nomor 48/Pid.Sus/2019/PN Bnr

b. Sekunder :

Bahan Hukum Sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi dan jurnal-jurnal hukum. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam “petunjuk” kearah mana peneliti melangkah.17 Oleh karena itu, penulis menggunakan bahan hukum sekunder sebagai petunjuk yang berupa buku hukum.

14

Mukti Fajar ND. Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 34

15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 35. 16

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi Revisi, kencana, Jakarta, 2014, hal. 95 17

(9)

9 c. Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini bahan hokum tersier yang digunkan meliputi:

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia b. Kamus Hukum

c. Situs internet yang berkaitan dengan tinjauan yuridis tindak pidana turut serta dalam pidana penipuan dan suap.

Referensi

Dokumen terkait

Keterbukaan Informasi dalam rangka rencana pembangunan perluasan pabrik MDF (Medium Density Board) beserta prasarana pendukungnya dengan nilai investasi sebesar-besarnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis hormon IBA terhadap kemampuan berakar, pertumbuhan panjang akar primer (PAP) dan sekunder (PAS), serta

Di luar negeri sudah ada tempat atau wadah khusus untuk menampung dan memamerkan karya seni berbagai seniman secara keseluruhan, sedangkan di Indonesia masih

Penelitian Aznan Adviis Ardiyansyah dan Uly Gusniarti (2009) dengan judul “Faktor – faktor yang mempengaruhi bullying pada remaja” hasil analisis data dapat disimpulkan

Terlaksananya kegiatan  peningkatan kapasitas  pelayanan administrasi  kependudukan  pemerintah kota  setidaknya diikuti 20 ...

B.7.1. Pengurangan nilai faktor pengali sebesar 0,1 terhadap hasil nilai UF dan atau UAT akan dikenakan kepada Tim Peserta yang terbukti baik sengaja ataupun tidak

Pada bab ini anda akan mempelajari prinsip hukum II termodinamika yang meliputi; perubahan kerja menjadi kalor dan sebaliknya, perumusan hukum II, proses reversibel, bukti

Hasil refleksi dari observasi pada tahap pra siklus, menjadi acuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan model cooperative script untuk meningkatkan motivasi