BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Paparan Logam Cd Terhadap Parameter Fisik
Paparan logam Cd yang didedahkan terhadap mencit ((Mus musculus) berpengaruh terhadap parameter fisik. Pengaruh adanya paparan Cd dalam tubuh mencit dapat terlihat, seperti terjadinya kerontokan rambut, mata sayu berair, itu merupakan respon tubuh mencit terhadap adanya racun di dalam tubuh. Pengamatan fisik mencit dilakukan selama 10 hari dan dilakukan untuk mengatahui efek pemberian berbagai dosis CdSO4 terhadap mencit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan Parameter Fisik Mencit (Mus
musculus).
Tabel 1. Perubahan Parameter Fisik Mencit (Mus musculus)
Parameter Kelompok dosis (mg/kg bb)
0 2,5 5 7,5 10
Kulit&rambut Normal Berdiri, Rontok
Berdiri Berdiri Berdiri
Mata Normal Sayu Berair Sayu Berair Sayu Sayu
Mukosa Normal Normal Normal Normal Normal
Pernafasan Normal Lebih Cepat Agak Cepat Normal Normal
Tingkah laku Diam Diam Aktif Aktif Diam
Salivasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Letargi Tidak Letargi Letargi Letargi Letargi
Diare Tidak Tidak Tidak Diare Normal
Tremor Tidak Tremor Tremor Tremor Tremor
Sistem saraf otonom
Normal Normal Respon Sedikit
Pemberian dosis 0 mg/kg bb (Kontrol) memiliki kondisi fisik yang normal dan tidak menunjukkan perubahan pada kondisi fisik, tetapi pada hari ke 4 mencit mengalami kejang-kejang, responnya lemah, tingkah laku hanya terbaring dan badannya kurus. Dua mencit mati pada hari ke 4, kematian mencit pada perlakuan kontrol diakibatkan kondisi fisiologis mencit itu sendiri yang belum beradaptasi dalam ruangan laboratorium, mencit mengalami stress serta kurangnya asupan makanan dan minuman sehingga mencit mengalami dehidrasi.
Pemberian dosis CdSO4 2,5 mg/ kg bb mencit mulai mengalami perubahan kondisi fisik yaitu rambut berdiri, rontok, tingkah laku lebih banyak diam, pernafasan lebih cepat, mata berair, mencit mengalami letargi dan tremor (gemetaran). Pemberian dosis CdSO4 5 mg/ kg bb kondisi mencit bertambah buruk, mata sayu dan berair, pernafasan agak cepat, tingkah laku menjadi sangat aktif. Mencit ke 2 pemberian dosis CdSO4 5 mg/ kg bb mati pada hari ke 7. Pemberian dosis CdSO4 7,5 mg/ kg bb kondisi fisik mencit semakin mengalami penurunan, mencit mengalami diare, tremor, letargi, tingkah laku lebih banyak diam, saraf otonom lemah. Mencit ke 3 mati pada hari ke 4 akibat pendedahan CdSO4 7,5 mg/ kg bb. Pemberian dosis CdSO4 mencit mengalami letargi dan tremor, mata sayu. Pengaruh Cd pada dosis ini sangat tinggi, mencit mati pada hari ke 6. Pemberian dosis Cd yang semakin tinggi memperburuk kondisi fisik mencit dan mengakibatkan kematian mencit.
Secara umum kondisi fisik mencit 1, 2, 4 jam setelah pendedahan terlihat adanya perubahan. Kelompok perlakuan dosis 2,5 mg/ kg bb., 5 mg/ kg bb., 7,5 mg/ kg bb., dan 10 mg/Kg bb., rata-rata mengalami tremor, letargi, pernafasan agak cepat, mata sayu berair, tingkah laku lebih banyak diam dan rambut berdiri. Hal ini terjadi dapat dikarenakan dosis yang didedahkan langsung terabsorbsi dan bereaksi ke organ-organ tertentu yang menyebabkan abnormalitas organ mencit terlihat pada kondisi fisiknya. Kondisi ini tidak berlangsung lama karena adanya mekanisme utuk detoksifikasi dalam tubuh mencit untuk merespon adanya logam Cd yang didedahkan pada mencit.
Mencit mempunyai homeostasis sendiri untuk mengembalikan keadaan tubuhnya kembali seperti semula. Efek dari Cd yang terdedah kedalam tubuh akan
membuat jantung bekerja lebih keras dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri, sehingga membuat nafas yang agak cepat. Menurut Voogt et al, (1980), mamalia memiliki suatu aparatus untuk meningkatkan ketebalan rambut. Termasuk diantaranya adalah piloereksi, berdirinya rambut-rambut tunggal akibat kontraksi otot-otot piloerektor dibagian dasar masing-masing rambut. Baik temperatur dingin maupun reaksi emosional semacam perasaan takut memicu piloereksi. Jika penyesuaian perilaku, penggerakan aliran darah ke permukaan kulit dan piloereksi ternyata tidak cukup, sebuah respon yang unik bisa dirangsang agar terjadi menggigil. Hal ini juga terjadi pada mencit, sehingga mencit mengalami tremor dan letargi. Tidak semua mencit yang diuji mati pada pemberian dosis CdSO4 yang tinggi seperti dosis 5 mg/ kg bb, 7,5 mg/ kb bb dan 10 mg/ kg bb, karena mencit memiliki homeostasis dan sistem pertahanan diri terhadap logam Cd yang berbeda-beda setiap mencit. Hanya 1 mencit dari 3 mencit yang mati pada pendedahan CdSO4 dosis 5 mg/ kg bb, 7,5 mg/ kb bb dan 10 mg/ kg bb.
4.2. Pengaruh Paparan Logam Cd Terhadap Perubahan Berat Badan Mencit Berdasarkan pengamatan Uji Toksisitas pada mencit (Mus musculus) selama 10 hari, didapatkan data perubahan berat badan sebagai berikut :
Gambar 1. Perubahan Berat Badan Mencit (Mus musculus)
Gambar di atas menunjukkan adanya perubahan berat badan pada masing-masing kelompok dosis CdSO4 yang didedahkan pada mencit (Mus musculus)
0 10 20 30 40 50 60 1jam 2 jam 4 jam hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7 hari ke 8 hari ke 9 hari ke 10 B e rat R ata -r ata (m g) Waktu Pengamatan 0 mg/kg b.b 2.5 mg/kg b.b 5 mg/kg b.b 7.5 mg/kg b.b 10 mg/kg b.b
selama 10 hari. Terjadi penurunan berat badan pada dosis 0 mg/ kg bb (Kontrol), pada dosis 5 mg/kg bb terjadi peningkatan berat badan pada jam ke 1 sampai hari ke-8 tetapi pada hari ke 9 dan 10 mengalami penurunan berat badan. Terjadi peningkatan berat badan pada dosis 2,5 mg/ kg bb, 7,5 mg/ kg bb dan 10 mg/ kg bb. Penurunan berat badan pada dosis 0 mg/ kg bb (Kontrol) karena mencit mengalami dehidrasi akibat kurangnya air minum yang keluar dari alat minum untuk mencit, dari 3 mencit yang diujikan pada perlakuan Kontrol hanya 1 mencit yang hidup. Mencit ke 2 mati pada hari ke 4, sebelum mati mencit mengalami kejang-kejang, responnya lemah, tingkah laku hanya terbaring, badannya kurus. Mencit ke 3 mati pada hari ke 4, waktu kematiannya tidak diketahui.
Gambar 2. Perubahan Berat Feses Mencit (Mus musculus)
Gambar diatas menunjukkan terjadinya perubahan secara fluktuatif berat feses setiap hari (hari ke 2 sampai hari ke 10) pada masing-masing kempok dosis CdSO4 yang didedahkan. Dosis 0 mg/ kg bb (Kontrol) terjadi penurunan berat feses pada hari ke 4, hal ini terjadi karena berkurangnya jumlah mencit yang diuji (2 dari 3 mencit yang diuji mati). Peningkatan berat feses lama-kelamaan naik dari hari ke 5 sampai ke 10. Terjadi peningkatan berat feses karena mencit perlakuan kontrol tidak diberikan CdSO4 dan berada dalam kondisi normal dan nafsu makannya pun tidak terganggu atau berkurang. Nafsu makan yang tinggi inilah yang menyebabkan feses atau hasil buangan metabolisme mencit terus
0 5 10 15 20 25 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7 hari ke 8 hari ke 9 hari ke 10 B e rat Fese s (m g) Waktu Pengamatan 0 mg/kg bb 2,5 mg/ kg bb 5 mg/ kg bb 7,5 mg/ kg bb 10 mg/ kg bb
mengalami peningkatan. Terjadi penurunan berat feses mencit pada dosis 2,5 mg/ kg bb, 5 mg/ kg bb, 7,5 mg/ kg bb dan 10 mg/ kg bb, meskipun sempat terjadi peningkatan berat feses pada hari ke 5, lama-kelamaan keempat dosis ini mengalami penurunan berat feses. Penurunan berat feses ini menandakan adanya penurunan nafsu makan dan gangguan pada pencernaan mencit akibat pemberian larutan CdSO4, sehingga berat feses keempat dosis ini jauh berbeda dengan kontrol.
Terdapat perbedaan berat feses pada masing-masing dosis, pada dosis tertinggi yaitu 10 mg/ kg bb mengalami penurunan berat feses yang sangat drastis karena pemberian dosis ini pada mencit sangat tinggi dan menyebabkan terganggunya fungsi metabolisme mencit. Pemberian dosis 2,5 mg/ kg bb, 5 mg/ kg bb dan 7,5 mg/ kg bb pada mencit mengalami penurunan berat feses yang tidak terlalu signifikan, kemungkinan pada pemberian ketiga dosis ini mencit masih dapat mempertahankan kondisi dan metabolisme tubuh meskipun lama-kelamaan mencit akan mengalami kerusakan organ tubuh dengan proses yang perlahan-lahan dan akhirnya akan mati. Pengukuran berat feses dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian larutan CdSO4 dengan fungsi organ pencernaan mencit.
Terdapat hubungan yang erat antara penurunan berat badan dengan pertambahan berat feses. Semakin banyak feses yang dikeluarkan oleh mencit maka berat badan mencit akan mengalami penurunan karena hanya sedikit makanan yang diserap oleh sistem pencernaan mencit dan sistem pencernaan mengalami gangguan akibat masuknya CdSO4. Hal ini juga terjadi sebaliknya, jika terjadi pertambahan berat badan berarti sistem pencernaan bekerja dengan baik menyerap makanan dan feses yang dihasilkan pun sedikit.
4.3. Pengamatan Organ Visceral Mencit (Mus musculus)
Pengamatan selanjutnya yaitu dilakukan pembedahan pada tubuh mencit untuk mengetahui kondisi organ visceral akibat pendedahan CdSO4. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Kondisi Organ Visceral Mencit (Mus
Berdasarkan Tabel 2. Kondisi Organ Visceral Mencit (Mus musculus) pada dosis 0 mg/ kg bb (Kontrol) tidak terjadi kerusakan pada semua organ visceral, semua organ dalam keadaan normal baik itu warna, tekstur, tidak ada pendarahan, dan tidak mengkisut. Hal ini dikarenakan mencit pada perlakuan Kontrol ini tidak didedahkan larutan CdSO4, oleh karena itu kondisi organ visceralnya tidak mengalami gangguan apapun. Kondisi organ visceral pada dosis 2,5 mg/ kg bb mulai mengalami gangguan, ditunjukkan dengan adanya perubahan tekstur paru-paru yang kenyal dan agak keras, limfa, hati dan ginjal teksturnya keras, kondisi ini ditemukan pada mencit ke 2. Mencit ke 1 mengalami pengkerutan/pengkisutan pada lambungnya. Pemberian dosis ini mulai memberikan efek pada beberapa organ visceral.
Kondisi organ visceral pada dosis 5 mg/ kg bb tidak mengalami kerusakan, tapi warna organ visceral berubah menjadi agak pucat. Organ visceral yang berwarna pucat adalah usus, pankreas dan lambung. Kondisi organ visceral pada dosis 7 mg/ kg bb sudah mengalami gangguan yang cukup serius, ditunjukkan dengan warna usus yang agak kehitaman, limfa menyatu dengan hati dan pankreas, hati menyatu dengan ginjal dan limfa, terdapat penggumpalan darah pada hati, dan ginjal menyatu dengan hati. Kondisi ini ditemukan pada mencit ke 1. Kondisi organ visceral mencit ke 2 juga mengalami kerusakan. Ditunjukkan dengan usus yang berwarna kehitaman, lambung menyatu dengan hati dan ginjal, hati rusak, tekstur pankreas menjadi lebih lunak, jantung dan paru-paru mengalami pendarahan. Kerusakan organ sistem pencernaan dapat mempengaruhi proses pencernaan mencit, sehingga tidak dapat menyerap nutrisi yang terdapat dalam makanan secara maksimal.
Kondisi organ visceral pada dosis 10 mg/ kg bb semakin mengalami kerusakan, lambung berwarna merah tua pekat, jantung, paru-paru, lambung, pankreas, hati dan ginjal berwarna pucat, tekstur pankreas lebih lunak, tekstur lambung kasar dan mengalami kisut sebagian, pankreas menyatu dengan limfa, hati menyatu dengan thorax, 1 ginjal menempel dengan limfa, terjadi penggumpalan darah pada paru-paru.
Pemberian dosis CdSO4 yang semakin tinggi akan semakin merusak organ visceral mencit, lama-kelamaan CdSO4 terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya
akan mengalami kematian. Cadmium sendiri adalah logam yang sangat toksik dan dapat terakumulasi cukup besar pada organisme hidup karena mudah diadsorpsi dan mengganggu sistem pernapasan serta pencernaan. Jika terabsorpsi ke dalam sistem pencernaan dan sistem paru-paru, Cadmium akan membentuk kompleks dengan protein sehingga mudah diangkut dan menyebar ke hati dan ginjal bahkan sejumlah kecil dapat sampai ke pankreas, usus, dan tulang. Selain itu, kadmium juga akan mengganggu aktivitas enzim dan sel. Hal ini akan menimbulkan tetratogenik, mutagenik, dan karsinogenik (Szymezyk dan Zalewski,2003).
Keracunan Cd pada hewan akan membuat Cd tertimbun didalam hati dan korteks ginjal. Apabila terjadi keracunan akut akan ditemukan penimbunan logam Cd di dalam hati (ditunjukkan pada Tabel 1. Dosis 7,5 mg/ kg bb mencit ke 2). Keracunan kronis Cd akan ditimbun di dalam bermacam-macam organ tubuh terutama di dalam ginjal, hati, dan paru-paru, tetapi juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa, alat kelamin dan jaringan adiposa. Cadmium yang masuk ke dalam tubuh biasanya akan tertimbun di dalam organ target yang paling banyak menyerap Cd yaitu hati dan ginjal (Voogt et al., 1980).
Keracunan Cd dapat menyebabkan penurunan fungsi pankreas. Efek pemberian Cd pada hewan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, menyebabkan terjadinya hiperglikemia, pengurangan toleransi terhadap glukosa dan menghambat aktivitas sekresi insulin (Palar, 2004). Pankreas yang mengalami kerusakan yang diberi dosis 7,5 mg/ kg bb dan 10 mg/ kg bb.
Organ sistem ekskresi mencit merupakan organ-organ yang mempunyai dampak yang paling parah. Hal ini dikarenakan organ-organ ini sangat berperan dalam pengeluaran senyawa-senyawa toksik yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh serta organ pada sistem ekskresi merupakan target organ yang paling banyak menyerap Cd (Pool,1981). Menurut Peerebom (1981) Cd yang terserap dalam tubuh sebanyak 64 % akan ditimbun di dalam hati dalam waktu 4 jam, kemudian Cd akan disebarluaskan diantara sel-sel hati. Menurut Bernard et al (1981) Cadmium yang tertimbun di dalam ginjal akan menyebabkan proteinuria yang merupakan awal dari lesio pada ren. Pendedahan Cd dengan dosis tinggi akan menyebabkan emphysema pulmonum. Hal ini disebabkan karena Cd dapat mengakibatkan pecahnya dinding alveoli paru-paru (Anon, 1982).
Cor merupakan salah satu organ penyusun sistem sirkulasi. Pendedahan Cd dalam dosis tinggi pada jantung dapat menyebabkan terjadinya hipertropi cor. Hipertropi adalah peningkatan volume organ atau jaringan akibat pembesaran komponen sel (Anon, 1982).
4.4. Pengukuran Berat Organ Visceral (Mus musculus)
Pengukuran berat organ visceral untuk mengetahui apakah pendedahan Cadmiun berpengaruh terhadap berat organ visceral, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3. Berat Organ Visceral Mencit (Mus musculus)
Berdasarkan Tabel 2. Secara umum keempat dosis tersebut memiliki berat jantung lebih besar dari berat jantung Kontrol, begitu juga dengan berat usus, limfa, dan hati. Berat organ yang lebih besar berat organ kontrol pada keempat dosis adalah lambng, pankreas dan ginjal. Tabel 3. Menunjukkan secara keseluruhan adanya perbedaan berat organ visceral pada mencit akibat pemberian dosis CdSO4. Tabel 3. Juga menunjukkan bahwa berat organ visceral tidak mengalami penurunan secara signifikan seiring kenaikan dosis CdSO4 yang didedahkan. Berat masing-masing organ visceral pada dosis pendedahan 2,5 mg/kg bb CdSO4 mengalami peningkatan secara keseluruhan dari kontrol. Peningkatan ini disebabkan metabolisme dan fisiologis mencit masih dapat
Jantung Paru-paru Lambung
Usus Pankreas Limpa
Hati
Ginjal
Kontrol
1
0,1818
0,3889
2,5962
4,4986 0,0918 0,0598 1,7436 0,5636
1
0,238
0,4552
1,1617
8,1172 0,2918 0,1465 2,8503 0,5873
2
0,1736
0,5211
1,0595
9,2144 0,0604 0,1636
2,637
0,5056
3
0,284
0,406
0,887
6,824
0,198
0,123
2,623
0,536
5 mg
1
0,1938
0,3636
0,6907 6, 9516 0,503
0,0823 2, 5628 4,821
1
0,811
0,3577
1,3064
6,1671
0,167
0,108
2,1493 0,5353
2
0,2165
0,3226
1,225
6,0389 0,1414 0,1927 1,7966 0,4267
1
0,2928
0,5253
0,8678
7,6264 0,1537 0,1435 3,6374 0,7396
2
0,2068
0,4812
0,7498
6,5833 0,1243 0,1408 2,2417 0,4677
7,5 mg
10 mg
Konsentrasi CdSO4 Individu ke
Berat Organ Visceral (gram)
mempertahankan kondisi tubuhnya dan menjaga organ visceral dari kerusakan akibat paparan Cd.
Berat organ visceral pada dosis pendedahan CdSO4 5 mg/kg bb terlihat bahwa ada fluktuasi dibandingkan dengan Kontrol. Organ jantung, pankreas, limfa, hati dan ginjal mengalami kenaikan berat sedangkan organ lain beratnya mengalami penurunan. Kenaikan berat organ intestinum (lambung dan usus) diakibatkan adanya variasi pemberian jenis pakan, dan nafsu makan yang berbeda juga dapat menyebabkan kenaikan berat organ intestinum, sedangkan kenaikan berat organ limfa menurut Yamada et al (1981) dikarenakan secara histopatologis pulpa putih akan berkurang sedangkan dalam pulpa merah terjadi infiltrasi sel leukosit berinti polimorf dan sel-sel myeloid.
Berat organ visceral pada dosis pendedahan CdSO4 7,5 mg/kg bb mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Kontrol pada organ jantung, pankreas, limfa dan hati. Berat organ yang mengalami penurunan adalah paru-paru, lambung dan ginjal. Berat organ visceral pada dosis pendedahan CdSO4 10 mg/kg bb mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Kontrol pada organ jantung, pankreas, paru-paru, limfa dan hati. Berat organ yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Kontrol adalah lambung dan ginjal. Penurunan berat organ visceral dapat diakibatkan oleh ini disebabkan oleh penimbunan Cd di dalam berbagai macam-macam organ tubuh terutama ren, hepar, dan pulmo, tetapi dapat juga ditimbun di dalam pankreas, jantung, limpa, dan jaringan adiposa (Peerebom, 1981). Penimbunan Cd pada berbagai macam organ ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel yang menyusun organ-organ sehingga berat keseluruhan organ-organ menurun.
4.5. Penentuan LD50 CdSO4 pada Mus musculus
Tahap berikutnya adalah menentukan LD50 CdSO4 pada mencit, dilakukan pembuatan tabel yang dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4. Penentuan LD50 pada saat 10 Hari Pengamatan Dosis (mg/kg bb) Log 10 Dosis Jumlah Individu Jumlah Individu Mati 0 0 3 0 2,5 0,398 3 0 5 0,699 3 2 7,5 0,875 3 1 10 1 3 1
Tabel 4. Menunjukkan individu mencit yang mengalami kematian pada saat 10 hari setelah pendedahan. Individu mencit yang mengalami kematian terdapat pada pendedahan dosis CdSO4 5, 7,5 dan 10 mg/kg bb. pendedahan dosis CdSO4 5 mg/kg bb mencit yang mati sebanyak 2 individu, pendedahan dosis CdSO4 7,5 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb masing masing sebanyak 1 individu mencit yang mati. Hasil yang didapat sesuai dengan dosis yang didedahkan, yaitu dosis 0 dan 2,5 mg/kg bb tidak mengalami kematian, pada dosis 0 mg/kg bb sebenarnya terdapat 2 mencit yang mati, tetapi kematian ini dianggap tidak ada/ diabaikan karena seharusnya pada Kontrol tidak terjadi kematian (tidak dilakukan pendedahan CdSO4 pada perlakuan Kontrol). Semakin tinggi CdSO4 yang didedahkan maka efek CdSO4terhadap tubuh mencit akan semakin besar, hal ini dikarenakan seluruh organ-organ pada mencit mempunyai batasan maksimum terhadap zat beracun seperti Cd, ketika zat toksik tidak dapat ditoleransi oleh berbagai organ tubuh, maka zat toksik itu dapat merusak unit struktural sel pada organ-organ penyusun tubuh mencit.
Tabel 5. Penentuan Nilai Probit Dosis (mg/kg bb) Log 10 Dosis Jumlah Individu Jumlah Individu Mati % Kematian Koreksi % Kematian Nilai Probsit 0 0 3 0 0 0,00 0 2,5 0,398 3 0 0 0,00 0 5 0,699 3 2 66,67 66,67 5,41 7,5 0,875 3 1 33,33 33,33 4,56 10 1 3 1 33,33 33,33 4,56
Tabel 5 diatas merupakan tabel nilai probit yang dapat dihitung dari % kematian pada mencit di masing-masing dosis. Pada dosis 5, 7,5 dan 10 mg/kg bb memiliki % kematian sebesar 66,67 % dan 33,33 %. Kematian dari koreksi % kematian dapat menghasilkan nilai besarnya nilai probit. Pada koreksi % kematian 66,67 % maka nilai probitnya adalah 5.41, sedangkan pada koreksi % kematian 33,33 % maka nilai probitnya adalah 4,56. Analisis probit digunakan dalam pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang diteliti oleh adanya stimuli dalam hal ini CdSO4 dengan mengetahui respon berupa mortalitas. (Negara, 2003).
Selanjutnya, dengan membuat grafik regresi linier dengan sumbu x = log10 dan sumbu y = nilai probit. Sehingga didapatkan grafik sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Regresi Linier dengan Sumbu X = Log10 dan Sumbu Y = Nilai Probit.
Pada grafik dapat diperoleh rumus : Y = -0,85 X + 6,26
Dengan Y = nilai probit X = log10 dosis
Untuk LD50 berarti kematian 50% maka nilai probitnya adalah 5 Maka Y = -0,85 X + 6,26 y = -0.85x + 6.26 4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 1 2 N ilai Pr o b it Log10 Dosis
5 = -0,85 X + 6,26 X = 1,48
Maka dosis LD50 adalah antilog X = antilog 1,48 = 30,19 mg/Kg bb Grafik 3 telah diperoleh rumus Y = -0,85 X + 6,26. Sehingga dari hasil tersebut dapat diperoleh nilai LD50 (kematian 50%) sebesar 30,19 mg/Kg bb. Nilai LD50 ini menurut Lu (1991) termasuk ke dalam kriteria amat sangat toksik karena nilainya diantara 1-50 mg/kg bb.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, B.R. 1982. Acute Cadmium Pneumonitis. Ind. Med., 39 (4) : 411-412. Bernard, A. 1981. Characteristic of Proteinuria by Prolonged Oral
Administration of Cadmium in Female Rats. Tox. Let., 20 (4) : 411-412
Lu, F. C., 1991. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, diterjemahkan oleh Nugroho,E., Edisi Kedua. UI Press. Jakarta
Negara, Abdi. 2003. Penggunaan Analisis Probit Untuk Pendugaan Tingkat
Kepekaan Spodoptera exigua Terhadap Deltametrin Di Daerah Istimewa Jogjakarta. Sulawesi Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka Cipta. Jakarta. Peerebom, J.W. 1981. Exposure and Toxic Effects of Cadmium Part 2. Toxic
Effect of Cadmium to Animals and Man. Tox Environ. Health Perspect., 4 :
107-178
Pool, M.L. 1981. Exposure and Health Effects of Cadmium on Enzymes
Activaties., Tox. Environ, Chemist. Rev., 4 : 179-203
Szymezyk, K. and Zalewski. 2003. Copper, zinc, and cadmium content in liver
and muscles of Mallards and other hunting Fowl spesies in Warnia and Mazury in 1999 – 2000. J. Environ. 12 (3) : 382 – 386.Diakses 20
November 2012
Voogt, P. De., Hattum, V.B., Fenstra, J.F., Peereboom, C J.W. 1980. Exposure
and Health Effects of Cadmium. To. Enviro. Vhemist. rev., 3: 89-100.
Yamada,Y.K. 198. Thymus Atrophy on Mice Caused by Administrated Cadmium., Tox. Let ., B (1-2) : 49-55