• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Negeri Semarang. Oleh. Riki Faisal Ali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Negeri Semarang. Oleh. Riki Faisal Ali"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PRINCIPAL TRANSFORMATIONAL

LEADERSHIP DALAM MEMODERASI PENGARUH

KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU

AKUNTANSI

(Studi Empiris di SMK Program Keahlian Akuntansi dan

Keuangan Lembaga se Kota Semarang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Riki Faisal Ali

7101416223

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

v Al-Insyirah ayat 5)

Jalani prosesnya, setiap tingkatan kehidupan punya tantangan sendiri, silakan kamu nikmati itu

Persembahan

Orang paling penting dikehidupanku, Bapak Kayad dan Ibu Marwah Mba Miah, Bisul, Dawilut, Kuwuk dan Sedulur-sedulurku

Teman Seperjuangan Pendidikan Akuntansi IUP 2016

Gangster (Anis, Jebol, Salamah, Mirandha, dan Nurul)

Best Patner Anis Pujiyati Guru dan Dosen saya Almamater tercinta UNNES

(6)

vi

hidayah, serta ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Principal Transformational Leadership dalam Memoderasi

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru Akuntansi (Studi Empiris di SMK Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga Se Kota Semarang)”. Penulis telah mendapatkan bantuan, dukungan, maupun bimbingan dari berbagai pihak selama dalam proses penyusunan skripsi, maka dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Heri Yanto, M.B.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

3. Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Agus Wahyudin, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi selama penulisan skripsi. 5. Dr. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. selaku penguji 1 yang telah memberikan

(7)

vii

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

8. Teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi Akuntansi IUP 2016.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi berbagai pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.

Semarang, 06 Maret 2020

(8)

viii Semarang)”.

Kata Kunci: Kompetensi Profesional, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, Principal Transfoormational Leaadership, Kinerja Guru.

Upaya peningkatan kinerja guru terus dilakukan oleh pemerintah salah satuya melalui Uji Kompetensi Guru (UKG), namun hasil yang dicapai belum optimal. Permasalahan yang muncul yaitu kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran principal transformational

leadership dalam memoderasi pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru

akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Desain penelitian menggunakan survei angket sebagai instrumen pengumpul data. Populasi dalam penelitian adalah sguru akuntansi di SMK Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga Se Kota Semarang berjumlah 74 guru akuntansi. Adapun jumlah sampel sebanyak 74 guru akuntansi. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi moderasi (moderated regression

analysis).

Analisis deskriptif menunjukan bahwa kinerja guru, kompetensi pedagogik, dan kompetensi kepribadian berada dalam kategori sangat tinggi dan kompetensi profesional, kompetensi sosial dan principal transformational leadership berada dalam kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Uji moderasi menunjukan bahwa principal transformational leadership memperkuat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru, principal transformational

leadership tidak mampu memoderasi pengaruh kompetensi profesional,

kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial terhadap kinerja guru.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa (1) kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru (2)

principal transformational leadership memperkuat pengaruh kompetensi

pedagogik terhadap kinerja guru (3) principal transformational leadership tidak mampu memoderasi pengaruh kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial terhadap kinerja guru. Saran dari peneliti yaitu penerapan kepemimpinan transformasional kepala sekolah perlu dimaksimalkan di segala aspek kehidupan sekolah.

(9)

ix

Accounting and Financial Institution at Semarang)

Keyword: Professional Competence, Pedagogical Competence, Personality Competence, Social Competence, Principal Transformational Leadership, Teacher Performance

Efforts to improve teacher performance continue to be carried out by the government through the Teacher Competency Test (UKG), but the results achieved have not been optimal. The problem that arises is the competency of the teacher. This study aims to support the role of principal transformational leadership in moderating the influence of teacher competencies on the performance of accounting teachers.

This type of research is quantitative. The study design used a questionnaire survey as an instrument for collecting data. The population in the study were accounting teachers at the SMK Accounting and Financial Skills Program in the City of Semarang totaling 74 accounting teachers. The total sample of 74 accounting teachers. The sampling technique uses saturated samples. Data collection techniques using questionnaire. Data analysis techniques using descriptive statistic and moderated regression analysis.

Descriptive analysis shows that teacher performance, pedagogical competence, personal competence are in the very high category and professional competence, social competence anda principal transformational leadership are in the hight category. The results showed that professional competence, pedagogical competence, personal competence and social competence had a positive and significant effect on teacher performance. The moderation test shows that principal transformational leadership significantly strengthens the influence of pedagogical competence on teacher performance, principal transformational leadership is not able to moderate the effect of professional competence on teacher performance, principal transformational leadership is not able to moderate the effect of personality competence on teacher performance, and principal transformational leadership is not able to moderate the effect of social competence on teacher performance.

Based on these results, it can be concluded that (1) professional competence, pedagogical competence, personality competence, social competence have a positive and significant effect on teacher performance (2) principal transformational leadership strengthens the influence of pedagogical competence on teacher performance (3) Principal transformational leadership is not able to moderate the effect of professional competence, personal competence and social competence on teacher performance. Suggestions from researchers is that implementation transformational leadership to school principals needs to be maximized in all aspects of school life.

(10)

x

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 11 1.3 Cakupan Masalah... 12 1.4 Perumusan Masalah ... 12 1.5 Tujuan Penelitian ... 14 1.6 Manfaat Peneliian ... 15 1.6.1 Manfaat Teoritis ... 15 1.6.2 Manfaat Praktis ... 15 1.7 Orisinalitas Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 19

2.1 Kajian Pustaka ... 19

2.1.1 Kajian Teori Utama (Grand Theory) ... 19

2.1.1.1 Teori Gibson ... 19

2.1.1.2 Teori Kepemimpinan Transformational Bass ... 20

2.1.2 Kajian Variabel Penelitian ... 22

2.1.2.1 Kinerja Guru... 22

2.1.2.1.1 Pengertian Kinerja Guru ... 22

2.1.2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 23

2.1.2.1.3 Indikator Kinerja Guru ... 24

2.1.2.2 Kompetensi Profesional ... 25

2.1.2.2.1 Pengertian Kompetensi Profesional ... 25

2.1.2.2.2 Standar Kompetensi Profesional ... 26

2.1.2.2.3 Indikator Kompetensi Profesional ... 27

2.1.2.3 Kompetensi Pedagogik ... 28

2.1.2.3.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik ... 28

2.1.2.3.2 Standar Kompetensi Pedagogik ... 29

2.1.2.3.3 Indikator Kompetensi Pedagogik ... 30

2.1.2.4 Kompetensi Kepribadian ... 30

2.1.2.4.1 Pengertian Kompetensi Kepribadian ... 30

(11)

xi

2.1.2.6 Principal Transformational Leadership ... 33

2.1.2.6.1 Pengertian Principal Transformational Leadership ... 34

2.1.2.6.2 Indikator Principal Transformational Leadership ... 35

2.1.3 Kajian Penelitian Terdahulu ... 43

2.2 Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian... 43

2.2.1 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru ... 43

2.2.2 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Guru ... 45

2.2.3 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru ... 47

2.2.4 Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Kinerja Guru ... 48

2.2.5 Principal Transformational Leadership memoderasi pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru ... 49

2.2.6 Principal Transformational Leadership memoderasi pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Guru ... 51

2.2.7 Principal Transformational Leadership memoderasi pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru ... 52

2.2.8 Principal Transformational Leadership memoderasi pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Kinerja Guru ... 53

BAB III METODE PENELITIAN... 56

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 56

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 56

3.2.1 Populasi Penelitian ... 56

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sample ... 57

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 58

3.3.1 Variabel Dependen ... 58 3.3.2 Variabel Independen ... 59 3.3.2.1 Kompetensi Profesional ... 59 3.3.2.1 Kompetensi Pedagogik ... 60 3.3.2.1 Kompetensi Kepribadian ... 61 3.3.2.1 Kompetensi Sosial ... 62 3.3.3 Variabel Moderasi ... 63

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.5 Uji Coba Instrumen... 65

3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 65

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 71

3.6 Teknik Analisis Data ... 72

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 73

3.6.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Kinerja Guru ... 74

3.6.1.2 Analisis Statistik Deskriptif Kompetensi Profesional ... 74

(12)

xii

3.6.2.1 Uji Prasyarat ... 78

3.6.2.1.1 Uji Normalitas ... 78

3.6.2.1.2 Uji Linearitas ... 78

3.6.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 79

3.6.2.2.1 Uji Multikolinearitas ... 79

3.6.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 79

3.6.2.3 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 80

3.6.2.4 Uji Hipotesis ... 81

3.6.2.4.1 Uji Pengaruh Langsung (Uji t) ... 81

3.6.2.4.2 Uji Pengaruh Variabel Moderasi ... 81

3.6.2.5 Koefisien Determinan ... 83

3.6.3.5.1 Koefisien Determinan R2 ... 83

3.6.3.5.2 Koefisien Determinan Parsial ... 83

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Hasil Penelitian ... 84

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 84

4.1.1.1 Analsis Statistik Deskriptif Kinerja Guru ... 84

4.1.1.2 Analsis Statistik Deskriptif Kompetensi Profesional ... 86

4.1.1.3 Analsis Statistik Deskriptif Kompetensi Pedagogik ... 88

4.1.1.4 Analsis Statistik Deskriptif Kompetensi Kepribadian ... 91

4.1.1.5 Analsis Statistik Deskriptif Kompetensi Sosial ... 95

4.1.1.6 Analsis Statistik Deskriptif Principal Transformational Leadership ... 96

4.1.2 Analisis Statistik Inferensial ... 98

4.1.2.1 Uji Prasyarat ... 98

4.1.2.1.1 Uji Normalitas ... 98

4.1.2.1.2 Uji Linearitas ... 99

4.1.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 100

4.1.2.2.1 Uji Multikolinearitas ... 100

4.1.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 101

4.1.2.3 Hasil Analisis Moderated Regression Analysis (MRA) ... 102

4.1.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 106

4.1.2.4.1 Uji Pengaruh Langsung (Uji t) ... 106

4.1.2.4.2 Uji Pengaruh Moderasi ... 108

4.1.2.5 Koefisien Determinansi (R2) ... 110

4.1.2.6 Koefisien Determinansi Parsial (r2) ... 111

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

4.2.1 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru ... 114

4.2.2 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Guru ... 116

4.2.3 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru ... 118

(13)

xiii

Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru ... 125

4.2.8 Principal Transformational Leadership Memoderasi Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Kinerja Guru ... 126

BAB V PENUTUP ... 128

5.1 Simpulan ... 128

5.2 Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(14)

xiv

Se Kota Semarang Tahun 2019 ... 51

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 57

Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) ... 61

Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Kompetensi Profesional (X1) ... 62

Tabel 3.5 Uji validitas Variabel Kompetensi Pedagogik (X2) ... 62

Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Kompetensi Kepribadian (X3) ... 64

Tabel 3.7 Uji Validitas Kompetensi Sosial (X4) ... 65

Tabel 3.8 Uji Validitas Principal Transformational Leadership (Moderasi) ... 66

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 67

Tabel 3.10 Interval Variabel Kinerja Guru ... 69

Tabel 3.10 Interval Variabel Kompetensi Profesional ... 70

Tabel 3.10 Interval Variabel Kompetensi Pedagogik ... 71

Tabel 3.10 Interval Variabel Kompetensi Kepribadian ... 72

Tabel 3.10 Interval Variabel Kompetensi Sosial ... 73

Tabel 3.10 Interval Variabel Principal Transformational Leadership ... 74

Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Guru ... 83

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru ... 84

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kinerja Guru ... 85

Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi Profesional ... 86

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Profesional ... 87

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kompetensi Profesional ... 88

Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi Pedagogik ... 88

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Pedagogik ... 89

Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kompetensi Pedagogik ... 90

Tabel 4.10 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi Kepribadian ... 91

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Kepribadian ... 92

Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kompetensi Kepribadian ... 93

Tabel 4.13 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi Sosial ... 94

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Sosial ... 94

Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Kompetensi Sosial ... 96

Tabel 4.16 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Principal Transformational Leadership ... 96

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Variabel Principal Transformational Leadership ... 97

Tabel 4.18 Analisis Deskriptif Indikator Variabel Principal Transformational Leadership ... 98

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas ... 99

Tabel 4.20 Hasil Uji Linearitas ... 101

Tabel 4.21 Hasil Uji Multikolinearitas... 102

Tabel 4.22 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 103

(15)
(16)
(17)

xvii

Lampiran 4 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen ... 147

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 161

Lampiran 6 Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 196

Lampiran 7 Angket Penelitian ... 199

Lampiran 8 Daftar Nama Responden Penelitian ... 208

Lampiran 9 Tabulasi Olah Data Penelitian ... 210

Lampiran 10 Tabulasi Data Responden ... 235

Lampiran 11 Perhitungan Interpretasi dan Kategori Skor Tiap Indikator ... 263

Lampiran 12 Hasil Uji Prasyarat ... 268

Lampiran 13 Surat Izin Observasi... 270

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berbagai aspek kehidupan berkembang pesat seiring berkembangnya era globalisasi. Aspek-aspek kehidupan seperti teknologi dan informasi, sosial, ekonomi dan termasuk di dalamnya pendidikan semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan dunia pendidikan di era industri 4.0 menjadi penentu kemajuan bangsa Indonesia dalam menyongsong generasi emas Indonesia 2045. Selain itu, perkembangan dunia pendidikan di Indonesia juga menjadi salah satu aspek pokok yang harus diperhatikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Pendidikan menjadi pilar utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa. Sejalan dengan hal tersebut, Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(19)

Pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun suatu bangsa, karena pendidikan dapat membangun watak bangsa serta meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas mampu mewujudkan Negara yang maju. Hal tersebut akan terlaksana apabila suatu Negara memiliki sistem pendidikan yang baik. Salah satu upaya Negara untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang baik yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sudah menjadi sentral perhatian pemerintah sebagaimana tercantum dalam Nawa Cita Presiden.

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan dengan terus mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum dilakukan guna menyelaraskan kompetensi yang dimiliki siswa dengan perkembangan zaman. Menurut Anwar (2017) Pengembangan kurikulum meliputi dimensi standarisasi mutu kurikulum, pengembangan materi kurikulum, pelaksanaan materi kurikulum di lapangan, dan evaluasi kurikulum sebagai balikan ke arah perbaikan bagi manajemen jasa kurikulum. Selain pengembangan kurikulum, pembangunan sarana dan prasarana pendidikan juga sedang digencarkan oleh pemerintah terutama pembanguna sarana prasarana pendidikan di daerah tertinggal, hal ini dilakukan untuk mengurangi ketimpangan pendidikan yang ada di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dilakukan dari segi kurikulum maupun sarana dan prasaranna akan tetapi dari segi main person yang ada di sekolah

(20)

Sekolah merupakan organisasi pendidikan yang dapat dijadikan wadah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah bergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut seperti kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga kependidikan lainnya. Guru sebagai salah satu main person yang ada di sekolah harus memiliki kompetensi seorang guru. Hal ini berkaitan dengan tugas guru sebagai peningkat kualitas pendidikan. Guru menjadi salah satu faktor kunci dalam menentukan kualitas penyelenggaraan program pendidikan. Indonesia berada dalam posisi ke lima se ASEAN dalam bidang pendidikan menurut

Educational Index yang dikeluarkan oleh Human Development Report tahun 2019

dengan skor 0,625. Hal ini mencerminkan kualitas pendidikan di Indonesia masih belum optimal. Menurut Amin (2016) Persoalan pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Indonesia sejatinya harus mempersiapkan SDM berkualitas yang memiliki daya saing tinggi. SDM berkualitas di bidang pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pemerintah tidak bisa menciptakan SDM yang berkualitas tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pemerintah terus melakukan upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang pendidikan salah satunya melalui sertifikasi guru atau Uji Kompetensi Guru (UKG). Akan tetapi hasil di lapangan menunjukan masih banyak guru yang belum tersertifikasi atau belum lulus UKG salah satunya di Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan persentase guru yang sudah tersertifikasi atau guru yang sudah kompeten di Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang tahun 2019:

(21)

Tabel 1.1

Persentase Guru Tersertifikasi Provisi Jawa Tengah dan Kota Semarang Tahun 2019

No Daerah Persentase Guru Tersertifikasi (%)

PAUD SD SMP SMA SMK SLB

1 Provinsi Jawa Tengah 45,4 55,6 65,8 66,75 43,6 52,2

2 Kota Semarang 42,8 52,8 62,3 63,8 51,4 58,1

Sumber: Neraca Pendidikan Daerah, 2019

Berdasarkan data dari neraca pendidikan daerah tahun 2019 dapat diketahui bahwa masih banyak guru pada jenjang SMK yang belum tersertifikasi, hal tersebut dapat dilihat pada tabel persentase guru tersertifikasi baik di Provinsi Jawa Tengah maupun di Kota Semarang yang menunjukan hampir 50% guru smk di Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang belum tersertifikasi atau belum lulu UKG. Masih banyaknya guru yang belum tersertifikasi perlu menjadi perhatian khusus guna mempersiapkan SDM yang berkualitas di bidang pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi awal di SMK Cut Nya Dien dan SMK Perdana Semarang ditemukan beberapa fenomena diantaranya kurang optimalnya kinerja guru, hal tersebut dapat dilihat dari guru yang merasa terbebani dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dibuat di awal tahun pembelajaran menyita waktu yang cukup banyak, sehingga konsentrasi guru menjadi terpecah antara mengajar dan membuat perangkat pembelajaran yang cukup banyak. Selain itu, penerapan kurikulum 2013 revisi belum terlalu optimal. Pelaksanaan pembelajaran terkendala oleh sarana dan prasarana yang ada dan sebagian besar guru program keahlian akuntansi dan keuangan lembaga belum lulus UKG atau belum tersertifikasi sehingga kinerja guru belum berjalan dengan optimal.

(22)

Kinerja (Job performance) memiliki persamaan arti dengan kata prestasi kerja. Menurut Usman (2009) Kinerja merupakan produk yang dihasilkan oleh seorang pegawai baik berupa layanan jasa maupun barang dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Menurut Ulfatin dan Triwiyanto (2016) Pengukuran kinerja dalam bidang pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya sistematis untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menafsirkan data, fakta, dan informasi yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab pegawai seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang lainnya berdasarkan norma dan kriteria tertentu. Sedangkan menurut Setiyati (2014) Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus diiliki oleh setiap guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa kompetensi guru dikembangkan secara utuh menjadi 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Teori kinerja Gibson menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu yang terdiri dari variabel individu seperti kemampuan, kompetensi, keterampilan, latar belakang dan demografis, kemudian ada variabel psikologi seperti persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja, dan stress kerja, serta faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur organisasi, desain pekerjaan, desain organisasi dan karir. Menurut Gibson dalam Supardi (2016) menyatakan bahwa ada ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja

(23)

yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologi. Menurut Susanto (2012) kinerja guru dipengaruhi oleh kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Sedangkan menurut Zuhriyah (2016) kinerja guru dipengaruhi oleh kompetensi guru, motivasi kerja dan lingkungan kerja. Berdasarkan teori dan beberapa penelitian di atas, peneliti mengambil variabel kompetensi guru sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru.

Kompetensi dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi selain kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan pengawasan tertentu. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru ada empat yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, sosial, teknologi dan spiritual (Mulyasa, 2013). Seorang guru yang baik yaitu guru yang memiliki keempat kompetensi guru baik pedagogik, profesional, kepribadian maupun sosial dan mampu menerapkannya dalam melaksakan tugasnya sebagai seorang guru.

Kompetensi pertama yang harus dimiliki oleh seorang yaitu kompetensi profesional. Kompetensi profesional berkaitan dengan educational background dari seorang guru dan penguasaan materi. Menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya yaitu mngajar. Sementara itu dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir c dijelaskan bahwa

(24)

kompetensi profesional merupakan kemampuan penguassaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik.

Berbagai macam penelitian tentang kompetensi profesional telah dilakukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2017) yang menemukan bahwa kompetensi profesional guru berpengaruh signifikan positif yang kuat terhadap kinerja guru ekonomi sekolah menengah atas di kabupaten Gowa, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru maka kinerja dari guru tersebut juga akan semakin tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Rahman (2014) menyatakan bahwa kompetensi profesional berpengaruh signifikan positif yang kuat terhadap kinerja guru. Kinerja guru akan meniingkat apabila kompetensi profesional seorang guru itu tinggi. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) dan Supriyono (2017) menemukan bahwa kompetensi profesional berpengaruh positif yang lemah terhadap kinerja guru.

Kompetensi selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik. Menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran, termasuk didalamnya memahami peserta didik, kemudian perancangan dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi peserta didik. Berbagai penelitian tentang kompetensi pedagogik telah banyak dilaksanakan diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Sholeh dan Sulton (2017) menunjukan bahwa kompetensi pedagogik berpengaruh signifikan positif yang kuat terhadap kinerja guru, artinya semakin tinggi kompetensi pedagogik

(25)

yang dimiliki oleh guru maka semakin tinggi pula kinerja dari guru tersebut. Hal yang sama juga ditemukan oleh penelitian Sukayana dan Yudana (2019) yang menunjukan bahwa kompetensi pedagogik memiliki kontribusi yang signifikan positif terhadap kinerja guru yang ada di SMK Kertha Wisata Denpasar. Akan tetapi hasil yang berbeda didapati oleh Arifin (2017) yang menemukan bahwa kompetensi pedagogik berpengaruh positif yang lemah terhadap kinerja guru.

Kompetensi selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi kepribadian. Menurut Mulyasa (2013), pribadi guru ikut andil dalam keberhasilan pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 (b) menyatakan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Seorang guru yang baik harus memiliki kepribadian yang baik pula. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai karena kompetensi kepribadian merupakan salah satu landasan bagi kompetensi-kompetensi guru yang lainnya (Mulyasa, 2013).

Berbagai penelitian tentang kompetensi kepribadian guru diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sopandi (2019) menemukan bahwa kompetensi kepribadian berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik kepribadian seorang guru maka akan semakin baik pula kinerja dari guru tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Seri (2019) juga mendapatkan hasil yang sama, yaitu kompetensi kepribadian berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru. Akan tetapi hasil yang

(26)

berbeda didapati penelitian yang dilakukan oleh Sudrlan (2016) yang menemukan bahwa kompetensi kepribadian berpengaruh positif yang lemah terhadap kinerja guru.

Kompetensi terakhir yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi sosial. Kompetensi sosial berkaitan dengan hubungan sosial seorang guru. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 (d) menyatakan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar. Guru diharuskan memiliki kompetensi sosial yang memadai, baik dilingkungn sekolah maupun lingkungan masyarakat karena pendidikan sejatinya tidak hanya di sekolah saja akan tetapi pendidikan yang tejadi di masyarakat.

Berbagai penelitian tentang kompetensi sosial guru diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Agung (2014) yang menemukan bahwa kompetensi sosial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru, yang artinya apabila kompetensi sosial seoarng guru mengalami peningkatan maka kinerja dari guru tersebut juga mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh Sahertian dan Satriobudi (2016) menemukan hal yang sama yaitu kompetensi sosial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru. Akan tetapi kedua penelitian tersebut dibantah oleh penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2016) yang menemukan bahwa kompetensi profesional berpengaruh positif yang lemah terhadap kinerja guru.

(27)

Kepemimpinan merupakan satu hal pasti yang ada di dalam sebuah organisasi. Menurut Usman (2009) Kepemimpinan merupakan ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Salah satu gaya kepemimpinan yang sering dipakai di sekolah yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut Susanto (2016) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang dapat mendatangkan perubahan di dalam diri individu yang ada dalam sebuah organisasi guna mencapai kinerja atau performa yang semakin tinggi.

Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2017) yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan positif baik secara simultan maupun secara parsial antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru, artinya semakin tinggi kepemimpinan transformasional kepala sekolah maka akan semakin tinggi pula kinerja dari guru yang ada di sekolah. Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Inayatillah (2016) yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan positif antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja guru, hal ini menunjukan apabila ada peningkatan kepemimpinan transformasional kepala sekolah maka akan diikuti peningkatan dari kinerja seorang guru.

Berdasarkan latar belakang yang menyajikan fenomena dan perbedaan hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan dasar bagi peneliti untuk mengkaji ulang kinerja guru, maka peneliti tertarik untuk mengkaji ulang kinerja guru dengan

(28)

judul “Peran Principal Transformational Leadership dalam Memoderasi

Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru Akuntansi (Studi Empiris di SMK Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga se Kota Semarang) ”. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1) Ketidaksesuaian antara banyaknya jumlah guru dengan tingginya kinerja guru.

2) Presentase guru SMK tersertifikasi di Provinsi Jawa Tengah masih dalam kategori kurang.

3) Presentase guru SMK tersertifikasi di Kota Semarang masih dalam kategori kurang.

4) Lingkungan kerja yang ada di sekolah terutama fasilitas kurang memadai. 5) Beban kerja guru tidak sesuai dengan kompensasi yang didapati.

6) Guru merasa terbebani dalam pembuatan perenanaan pembelajaran.

7) Kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan kelas dan pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku masih kurang optimal.

8) Kemampuan guru dalam berinteraksi sosial dengan warga sekolah yang lain masih kurang.

9) Terdapat beberapa guru yang masih belum mencontohkan perilaku yang baik bagi siswa.

10) Penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah masih belum optimal dalam meningkatkan kinerja guru.

(29)

11) Berdasarkan kajian riset terdahulu sebagai mana diuraikan dalam latar belakang masalah, maka beberapa variabel yang dikaji pengaruhnya terhadap kinerja guru adalah sebagai berikut:

a) Lingkungan kerja b) Kompensasi c) Kompetensi guru

d) Kepemimpinan kepala sekolah e) Motivasi kerja

f) Iklim kerja 1.3 Cakupan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan lebih fokus dan mendalam, maka peneliti memandang permasalahan penelitan yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai variabel kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial sebagai variabel independen, variabel principal

transformational leadership sebagai variabel moderasi serta kinerja guru sebagai

variabel dependen.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah;

1) Apakah kompetensi profesional berpengaruh secara positif signifikan terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

(30)

2) Apakah kompetensi pedagogik berpengaruh secara positif signifikan terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

3) Apakah kompetensi kepribadian berpengaruh secara positif signifikan terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

4) Apakah kompetensi sosial berpengaruh scara positif signifikan terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

5) Bagaimana peran principal transformational leadership dalam memoderasi pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 6) Bagaimana peran principal transformational leadership dalam memoderasi

pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 7) Bagaimana peran principal transformational leadership dalam memoderasi

pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 8) Bagaimana peran principal transformational leadership dalam memoderasi

pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

(31)

1.5 Tujuan Penelitan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif dan signifikan kompetensi profesional terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 2) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan

signifikan kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 3) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan

signifikan kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 4) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan

signifikan kompetensi sosial terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

5) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan signifikan kompetensi profesional dengan moderasi principal transformational leadership terhadap kinerja guru SMK program keahlian

Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

6) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan signifikan kompetensi pedagogik dengan moderasi principal transformational

leadership terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan

(32)

7) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan signifikan kompetensi kepribadian dengan moderasi principal transformational leadership terhadap kinerja guru SMK program keahlian

Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang?

8) Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh positif dan signifikan kompetensi sosial dengan moderasi principal transformational

leadership terhadap kinerja guru SMK program keahlian Akuntansi dan

Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang? 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia pendidikan terutama bagi sekolah, bahwa penting untuk menilai kinerja guru demi kemajuan pendidikan dan menunjang kualitas sekolah. Sehingga mampu memberikan manfaat sebagai alat pembuktian terhadap teori yang sudah ada mengenai kinerja guru. penelitian ini tidak hanya sekadar memberikan pembuktian terhadap teori yang ada akan tetapi juga mengembangkanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan principal transformational leadership sebagai variabel moderasi untuk mengembangkan teori kinerja yang sudah ada.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan bacaan dan masukan bagi instansi pendidikan agar bisa mendidik dan mencetak guru-guru yang dapat menguasai banyak hal, dan bisa lebih kompeten baik dari aspek profesional,

(33)

pedagogik, kepribadian dan sosial serta memiliki rasa tanggungjawab dan loyal terhadap profesinya.

Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru akuntansi yang ada di kota Semarang sehingga guru akuntansi yang ada di kota Semarang semakin kompeten yang nantinya dapat meningkatkan kualitas dari peserta didik itu sendiri.

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah ilmu bagi para pembaca, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dan juga diharapkan dapat dijadikan tinjauan untuk penelian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai kinerja guru.

1.7 Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sobandi (2010) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMK N Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung”. Penelitian tersebut meneliti tentang bagaimana pengaruh kompetensi seorang guru terhadap kinerja dari guru tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kompetensi guru berpengaruh signifikan positif tehadap kinerja guru, artinya apabila ada peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru maka akan diikuti peningkatan dari kinerja guru tersebut. Selain itu penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurdianti (2017) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA Negeri Di Kota Bandung”. Penelitian yang dilakukan oleh

(34)

Nurdianti (2017) meneliti tentang bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru, artinya apabila ada peningkatan kompeensi profesional dan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh seorang guru maka akan mengakibatkan peningkatan pada kinerja guru tersebut. Selain penelitian yang dilakukan oleh Sobandi (2010) dan Nurdianti (2017), penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Agung (2014) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial Terhadap Kinerja Guru”. Penelitian yang dilakukan oleh agung (2014) meneliti

tentang bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial terhadap kinerja guru. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja guru. Apabila ada peningkatan dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru maka akan mengakibatkan pada peningkatan kinerja dari guru tersebut.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitan yang dilakukan oleh Sobandi (2010), Nurdianti (2017) dan Agung (2014) yaitu dengan menjabarkan kompetensi guru menjadi sub kompetensi yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, sehingga variabel independen yang dimiliki oleh penelitian ini yaitu: kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Selain itu peneliti menambahkan variabel principal transformational

(35)

leadership ke dalam variabel moderasi. Penambahan variabel tersebut didasari

oleh penelitian yang dilakukan oleh Sutomo (2016) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dapat memoderasi pengaruh kompetensi proesional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Penambahan variabel moderasi juga didasarkan oleh teori kepemimpinan transformasional bass yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional mampu mengubah pengaruh kemampuan individu dalam pengoptimalan atau penguatan kinerja dari inividu. Perbedaan lainnya terletak pada objek penelitiannya yaitu guru program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK se Kota Semarang.

(36)

19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kajian Teori Utama (Grand Theory) 2.1.1.1 Teori Gibson

Teori Gibson atau Teori Perilaku Kerja dan Kinerja Gibson pertama kali dikenalkan oleh Gibson. Pada teori ini dibahas mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja. Menurut Gibson (2013) menyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilku kerja dan kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis.

Variabel individu dikelompokan menjadi subvariabel seperti kemampuan, keterampilan, latar belakang dan demografis. Menurut Supardi (2013) Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan kompetensi kerja yang dimiliki oleh seseorang, dimana terdapat lima jenis kompetensi yaitu knowledge, skill, self

concept, traits, dan motives. Knowledge merupakan ilmu yang dimiliki oleh

individu, skill merupakan kemampuan untuk unjuk kinerja fiik ataupun mental, self concept merupakan sikap individu, nilai-nilai yang dianut citra diri, traits merupakan karakteristik fisik dan respon yang konsisten atau situasi informasi tertentu, sedangkan motives yaitu pemikiran atau niat dasar konstan dan mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu.

(37)

Menurut Supardi (2013) variabel organisasi berkaitan dengan subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Aspek kepemimpinan yang mempengaruhi kerja dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan supervise, dan gabungan sumberdaya. Variabel psikologi terdiri dari subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Menurut Supardi (2013) menyatakan bahwa variabel psikologi banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial pengalaman kerja, dan demografis.

Teori Gibson menjadi Grand Theory pada penelitian ini karena variabel individu, variabel organisasi serta variabel psikologi dapat mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja guru. Kompetensi termasuk kedalam variabel individu. sedangkan kepemimpinan termasuk dalam variabel organisasi. Dengan adanya varibel individu dan variabel organisasi maka dapat ditentukan perilaku kerja dan kinerja seseorang akan meningkat atau tidak.

2.1.1.2 Teori Kepemimpinan Transformasional Bass

Konsep kepemimpinan transformasional yaitu proses dimana pimpinan dan jabatan berusaha mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (Robbins, 2013). Sedangkan konsep kepemimpinan transformasional menurut Bass dalam Robbins (2013) yaitu salah satu konsep kepemimpinan yang menjelaskan pola kepemimpinan atasan yang nyata.

Menurut Burns (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional lebih menekankan pada pemberian motivasi pada bawahan untuk melakukan tanggungjawab kerja yang lebih optimal. Pemimpin yang transformasional mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan, mengartikulasi

(38)

visi dari organisasi dan bawahan harus menerima serta mengakuinya. Kepemimpinan transformasional menurut Bass dalam Robbins (2013) didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah pengaruh kemampuan kerja, motivasi kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan atau menguatkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Teori kepemimpinan bass dijadikan sebagai salah satu teori dalam penelitian ini dikarenakan peneliti mengambil variabel principal transformational leadership atau kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai variabel moderasi. Pengambilan tersebut didasarkan pada teori kepemimpina bass yang menyatakan bahwa kepemimpina transformasional mampu mengubah pengaruh kemampuan individu yang kemudian dipersepsikan oleh bawahan untuk menguatkan atau mengoptimalkan kinerja dari individu. Teori kepemimpinan transformasional bass beranggapan bahwa kepemimpinan transformasional mampu memperkuat kemampuan individu terhadap kinerja dari individu. Atas dasar itu peneliti menggunakan teori kepemimpan bass sebagai salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini.

(39)

2.1.2 Kajian Variabel Penelitian 2.1.2.1 Kinerja Guru

2.1.2.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Kinerja berasal dari kata performance yang dapat diartikan sebagai prestasi. Kinerja memiliki persamaan kata dengan prestasi kerja. Menurut Supardi (2016) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Susanto (2016) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi dengan penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan suatu hal, baik yang bersifat fisik dan nonfisik yang sesuai petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahhuan, sikap dan keterampilan dan motivasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajarkan, membimbing mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengahpada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan perundang-undangan. Menurut Susanto (2016) menyatakan bahwa kinerja guru merupakan perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan

(40)

pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai kriteria tertentu. Kinerja guru akan terlihat pada situasi dan kondisi sehari-hari dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Menurut Supardi (2016) menyatakan bahwa kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja, akan tetapi juga ditunjukan oleh perilaku dalam bekerja.

2.1.2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Menurut Gibson dalam Susanto (2016) menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi kinerja ada tiga yaitu individual, organisasional, dan psikologis seperti yang diuraikan di bawah ini:

1) Variabel individual terdiri dari kemampuan dan keterampilan baik fisik maupun mental, latar belakang, demografis.

2) Variabel organisasional terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan dan struktur.

3) Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Sedangkan menurut Zainun dalam Susanto (2016) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu ciri seseorang, lingkungan luar dan sikap terhadap profesi pegawai. Ciri seseoarang meliputi kemampuan dan kepribadian, lingkungan luar meliputi budaya, hukum, politik, ekonomi, dan sosial, sedangkan sikap terhadap profesi pegawai meliputi kebijakan danfilsafat manajemen, struktur dan tingkat pengupahan dan penghargaan, gaya kepemimpinan dan syarat-syarat kerja.

(41)

Menurut Susanto (2016) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru yaitu sistem kepercayaan menjadi pandangan hidup seoarang guru. Faktor ini sangat besar pengaruhnya bahkan sangat berpotensi bagi pembentukan etos kerja guru. Menurut Arifin dalam Susanto (2016) menyatakan bahwa faktor eksternal guru terbagi menjadi beberapa hal yaitu:

1) Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang.

2) Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi .

3) Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam kenyataan.

4) Penghargaan terhadap need achievement (hasrat dan kebutuhan untuk maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi.

5) Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat olahraga, masjid, rekreasi, dan hiburan.

2.1.2.1.3 Indikator Kinerja Guru

Menurut Robbin (2006) menyatakan bahwa untuk mengukur kinerja individu dapat dilihat dari:

1) Kualitas pekerjaan 2) Kuantitas pekerjaan 3) Ketepatan waktu 4) Efektivitas

(42)

5) Kemandirian 6) Komitmen kerja

Menurut Supardi (2016) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kinerja guru terdiri dari kemapuan menyusun rencana pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan mengadakan hubungan antarpribadi, kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar, kemampuan melaksanakan pengayaan dan kemampuan melaksanakan remidian. Menurut Sulistyorini dalam Susanto (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator untuk mengukur kinerja guru yaitu unjuk rasa, penguasaan materi, penguasaan professional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara penyesuaian diri, kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Sedangkan menurut Susanto (2016) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kinerja guru terdiri dari

kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa dan kemampuan mengelola kelas.

2.1.2.2 Kompetensi Profesional

2.1.2.2.1 Pengertian Kompetensi Pofesional

Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi guru yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungu materinya serta penguasaan

(43)

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sedangkan menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar.

Menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru yaitu:

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang variatif.

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. 2.1.2.2.2 Standar Kompetensi Profesional

Standar kompetensi profesional merupakan kemampuan profesional minimal yang harus dimiliki oleh setiap guru. Standar kompetensi profesional seorang guru telah diatur dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar

(44)

Kompetensi dan Kualifikasi Guru. Adapun standar kompetensi profesional menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 yaitu:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

2.1.2.2.3 Indikator Kompetensi Profesional

Menurut PP No 74 Tahun 2008 tentang Guru, indikator dari kompetensi profesional merupakan penguasaan terhadap:

1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu

2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

(45)

2.1.2.3 Kompetensi Pedagogik

2.1.2.3.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Selain itu berdasarkan Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Menurut Mulyasa (2016) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi hal berikut: 1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik 3) Pengembangan kurikulum

4) Perancangan pembelajaran 5) Pelaksanaan pembelajaran

6) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 7) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

8) Evaluasi

(46)

2.1.2.3.2 Standar Kompetensi Pedagogik

Menurut Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa ada beberapa standar kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru yaitu:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(47)

2.1.2.3.3 Indikator Kompetensi Pedagogik

Berdasarkan PP No 74 Tahun 2008 tentang Guru, dijelaskan bahwa indikator kompetensi pedagogik meliputi hal berikut:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum atau silabus 4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2.1.2.4 Kompetensi Kepribadian

2.1.2.4.1 Pengertian Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 dijelaskan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan beakhlak mulia. Kompetensi kepribadian menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi guru yang lainnya, karena pribadi guru yang baik dapat menciptakan pribadi siswa yang baik dan juga sebaliknya. Menurut Mulyasa (2013) menyatakan bahwa komptensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi

(48)

kepribadian memiliki peranan penting dalm membentuk karakter peserta didik dan juga kepribadian peserta didik, sehingga dapat tercipta sumber daya manusia yang optimal.

2.1.2.4.2 Standar Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaksan bahwa ada beberapa standar kompetensi kepribadian yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

4) Menunjukan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 2.1.2.4.3 Indikator Kompetensi Kepribadian

Menurut PP No 74 Tahun 2008 tentang Guru, dijelaskan bahwa ada beberapa indikator kompetensi kepribadian yaitu:

1) Beriman, bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana 2) Demokratis, mantap, berwibawa, stabil dan dewasa

3) Jujur, sportif dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat 4) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

(49)

5) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan 2.1.2.5 Kompetensi Sosial

2.1.2.5.1 Pengertian Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 dijelaskan bahwa yang dimaksud kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali, dan masyarakat sekitar.

2.1.2.5.2 Standar Kompetensi Sosial

Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa ada beberapa standar kompetensi sosial seorang guru yaitu:

1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskrimintif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan budaya.

4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

(50)

2.1.2.5.3 Indikator Kompetensi Sosial

Menurut PP No 74 Tahun 2008 tentang Guru, dijelaskan bahwa ada beberapa indikator kompetensi sosial yaitu:

1) Berkomunikasi lisan, tulis atau isyarat secara santun.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga. kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik. 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan

norma serta sistem nilai yang berlaku.

5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 2.1.2.6 Principal Transformational Leadership

2.1.2.6.1 Pengertian Principal Transformational Leadership

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang ada dalam sebuah organisasi. Menurut Usman (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindakseperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan yaitu orang atau sekelompok orang, adanya tindakan yang diharapkan, adanya tujuan yang hendak dicapai, da nada cara untuk mecapai tujuan tersebut.

Menurut Usman (2009) menyatakan bahwa tujuan yang dimiliki pemimpin secara tidak langsung dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi, nilai-nilai yang dianutnya, situasi-situasi, etika dan budaya. Tujuan pemimpin, etika dan budaya berpengaruh langsung terhadap cara pemimpin mengarahkan, menentukan

(51)

tujuan, sasaran, dan keterbatasan untuk bertindak. Akan tetapi secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan harapan. Pengarahan, tujuan, sasaran dan keterbatasan untuk bertindak berpengaruh langsung terhadap kegiatan-kegiatan pemimpin. Akhirnya hasil atau dampak secara langsung dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh harapan.

Menurut Anderson dalam Usman (2009) menyatakan bahwa yang dimaksud kepemimpinan transformasi yaitu visi, perencanaan, komunikasi dan tindakan kreatif yang memiliki efek positif pada sekelompok orang dalam sebuah susunan nilai dan keyakinan yang jelas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan jelas dan dapat diukur. Pendekatan transformasi akan berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan personal dan produktivitas usaha dari semua pihak yang terkait.

2.1.2.6.2 Indikator Principal Transformational Leadership

Menurut Bass dan Aviola dalam Usman (2009) menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang terdapat pada kepemimpinan transformasional. Pertama, karisma yang dipengaruhi oleh jelas atau idealized influence. Karisma dapat didefinisikan sebagai proses seorang mempengauhi pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat sehingga merasa kagum dan segan dengan dirinya. Para pemimpin transformasional mengubah nilai-nilai dengan bertindak sebagai pelatih, guru atau mentor. Para pemimpin transformasional mencoba untuk memberi kekuasaan dan meninggikan para pengikutnya. Para pemimpin transformasional dapat dijumpai pada organisasi mana saja dan pada tingkatan mana saja.

(52)

Indikator kedua yang terdapat dalam kepemimpinan transformasional yaitu motivasi inspirasi atau inspiration motivation. Motivasi inspirasi mencakup kapasitas seorang pemimpin untuk mennjadi panutan bagi bawahannya. Pemimpin menyampaikan tujuan yang jelas dan menjadi contoh yang baik bagi bawahannya.

Indikator ketiga yang terdapat dalam kepemimpinan transformasional yaitu rangsangan intelektual atau intellectual simulation. Rangsangan intelektual merupakan proses seorang pemimpin untuk meningkatkan kesadaran pengikutnya terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi pengikutnya untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan perspektif baru.

Indikator terakhir yang terdapat dalam kepemimpinan transformasional yaitu perhatian secara individu atau individualized consideration.Perhatian secara individu meliputi dukungan, membesarkan hati, dan memberikan pengalaman-pengalaman kepada pengikutnya untuk lebih berprestasi.

2.1.3 Kajian Penelitian Terdahulu

Uraian yang tersebut merupakan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja guru. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh:

1) Sobandi (2016) meneliti tentang pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja mengajar guru di SMK N Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Sampel pada penelitian ini yaitu guru SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen yang ada di Kota bandung Adapun hasil dari penelitian tersebut yaiu kompetensi guru berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja mengajar guru di SMK N Bidang Keahlian Bisnis dan

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dapat memberikan informasi kepada perawat komunitas terkait penggunaan internet dan interaksi sosial sehingga dapat dilakukan tindak lanjut untuk mengatasi

Lampiran 4: Dokumen Laporan Keuangan Pembayaran Loket Listrik dan Telepon 40. Lampiran 5: Dokumen Absensi

Direktorat Kepolisan Udara Baharkam Polri merupakan Kepolisian yang identik dengan dunia penerbangan, dalam memajukan kualitas kesatuan Direktorat Kepolisian Udara

Like standard Apache basic authentication, you’ll need to add some configuration directives to either a <Directory> section in httpd.conf, or create a .htaccess file in

Universitas Negeri Yogyakarta Jl... Universitas Negeri

Pola evaluasi proses pembela- jaran pada KWU dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. Evaluasi dilakukan secara terus- menerus selama perkuliahan ber-

apabila diketahui suatu titik yang berkoordinat (0,b) merupakan titik potong dengan sumbu y sebuah garis lurus yang memiliki kemiringan garis m, maka persamaan garis tersbut adalah y

Karena itu, bisa jadi perkembangan madrasah merupakan responnya sehingga dalam batas tertentu madrasah adalah lembaga pendidikan berbasis sekolah