UPAYA MENIGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI PERMAINAN SIMPAI (HULAHOP) PADA ANAK TK B DI KBI-RA TAQIYYA KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
APRILIA DWI NUGRAHAENI A520080135
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2
PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI PERMAINAN SIMPAI (HULAHOP) PADA ANAK TK B DI KBI-RA TAQIYYA KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Diajukan Oleh :
APRILIA DWI NUGRAHAENI A520080135
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Tanggal : 25 Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji
1. Drs. Ilham Sunaryo, M. Pd. ( )
2. Drs. Haryono Yowono, SE. ( )
3. Aryati Prasetyarini, M. Pd ( )
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan
1 ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI PERMAINAN SIMPAI (HULAHOP) PADA ANAK TK B di KBI-RA TAQIYYA KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012 Aprilia Dwi Nugrahaeni, A520080135, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 65 halaman
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan fisik motorik anak melalui permainan simpai (hulahop). Penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari 2 siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari "perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengumpulan data (observasing), refleksi (reflecting)".Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah anak dan guru KBI-RA Taqiyya Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan fisik motorik anak melalui permainan simpai (hulahop). Pada siklus I peningkatan mencapai 8,57% dan diperoleh rata-rata penilaian anak dalam pembelajaran kemampuan fisik motorik anak sebesar 59,42%, pada siklus II peningkatan mencapai 25,15% dan diperoleh rata-rata penilaian sebesar 84,57%. Hal ini dapat dilihat dari prosentase rata-rata hasil pembelajaran kemampuan fisik motorik anak dalam satu kelas sebelum tindakan adalah 50,85%, Siklus I mencapai 59,42%, siklis II mencapai 84,57%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan simpai (hulahop) dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak kelompok B di KBI-RA Taqiyya Kartasura.Kata kunci : Fisik Motorik, Permainan Simpai (hulahop)
Pendahuluan
Dunia anak adalah dunia bermain sehingga dekati dengan berbagai macam media yang membuat mereka belajar gerak dengan cara yang menyenangkan (learning for fun) berikan anak-anak kesempatan seluas-luasnya untuk mencoba berbagai macam
cara untuk memainkanya (learning for try) dengan mencoba kemudian mengembangkannya maka pada tahapan tertentu dan pada usia tertentu ia akan meraih atau mencapai apa yang diharapkan oleh dirinya (learning for competition, and learning for win) mencerdaskan kemampuan gerak anak sejak dini sangat
2
harus diciptakan atau di disaen sedemikian rupa sehingga pada saat nanti ia akan mencapai prestasi sesuai dengan apa yang diharapkan, prestasi itu mahal harganya. Menurut para pakar pendidikan saat ini, anak yang cerdas bukan hanya anak yang lancar membaca atau menjadi seperti Albert Einstein. Anak yang cerdas adalah anak yang berkembang secara baik seluruh kemampuan dirinya, baik aspek kognitifnya, moralnya, sosialemosionalnya, dan juga fisik motorikyang baik dan memungkinkan anak dapat terampil bergerak. Seorang anak yang mempunyai fisik motorik yang baik akan memungkinkan anak suka dan dapat bergerak, misalnya dengan bermain bola, memanjat, berlari, mengambar atau meronce manik-manik menjadi sebuah kalung yang indah.
Banyaknya manfaat pengembangan fisik motorik anak tentunya memerlukan arahan yang tepat dari para pendidik di TK selain dari orang tua anak-anak itu sendiri. Selain itu seorang pendidik (guru) di Taman Kanak-kanak (TK) perlu merangsang minat anak untuk membantu anak-anak tersebut tumbuh menjadi yang cerdas, mandiri, dan sehat. Hal itu tentunya dapat dilakukan melalui penerapan sebagai metode pembelajaran yang sesuai
Dalam merencanakan kegiatan fisik motorik seorang guru membutuhkan latar belakang yang kuat untuk memilih kegiatan fisik motorik yang bermakna dan sesuai untuk anak didiknya. Guru juga perlu menentukan tingkat keberhasilan yang sesuai dengan kemampuan anak. Jika ia menentukan tingkat keberhasilan yang terlalu tinggi sehingga anak sulit mencapainya maka anak akan merasa tertekan karena ia tak dapat melakukan kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, guru perlu mempelajai tingkat kemampuan anak didiknya sehingga dapat menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
3
merupakan cara anak belajar, maka di prasekolah anak-anak belajar melalui pengalaman yang menyenangkan berdasarkan permainan. Melaui bermain pengembangn fisik motorik dan sensitivitas anak dapat dikembangkan. Di sekolah, gurulah yang menentukan apa aktivitas fisik atau olah raga yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan kemampuan fisik motorik pada anak di KBI-RA Taqiyya Kartasura, Sukoharjo melalui permainan simpai (hulahop). Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan anak usia dini tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Simpai (hulahop) Pada Anak TK B di KBI-RA Taqiyya Kartasura, Sukoharjo dan Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin mendapatkan bahan dalam melakukan penelitian tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Simpai (hulahop) Pada Anak TK B di KBI-RA Taqiyya Kartasura, Sukoharjo,sedangkan manfaat praktisnya adalah Untuk melatih keseimbangan dan dasar ketrampilan gerak pada anak, dan dapat memberikan kegiatan yang lebih bervariasi, sehingga anak tidak bosan dan jenuh dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan fisik motorik anak.
Landasan Teori
Kemampuan menurut Poewadarminta (1994:628), "kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan sesuatu tindakan atau kegiatan." Sedangkan menurut Wijaya (1992:8) kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
4
berdaya. Selanjutnya selama masa pendidikan prasekolah, anak akan terus melakukan integrasi terhadap pola-pola tersebut sehingga menjadi semakin kompleks.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
5
kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. (Endah, http://parentingislami.wordpress.com) Sedangkan arti lain dari perkembangan fisik motorik anak adalah sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ketrampilan motorik kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan kasar. Pada usia 3 tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak pada umumnya sudah menguasai sebagian besar ketrampilan motorik kasar. Sementara ketrampilan motorik halus baru mulai berkembang, yang diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang sendok, memegang pensil, mengaduk. Ketrampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan kondisi otot tubuh yang satu dengan yang lain.
Ketrampilan motorik anak pada usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang tua dalam hal (1) cara memegang, (2) cara berjalan dan (3) cara menyepak/menendang. Pada anak cara mamegang dilakukan dengan asal saja, sedangkan orang dewasa memegang benda dengan cara yang khas, agar dapat dipergunakan secara optimal. Ketika orang dewasa berjalan, hanya memerlukan otot-ototnya yang diperlukan saja, sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah semua tubuhnya ikut bergerak. Dalam menyepak/menendang, anak-anak menyepak bola diikuti dengan kedua belah tangannya yang ikut maju kedepan secara berlebihan. Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi motorik anak.
6
1). Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat lainnya.
2). Melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi helplessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang independence (bebas tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
3). Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia TK atau pra sekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, mewarnai dll.
4). Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan dikucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
5). Perkembangan ketrampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self concept atau kurang konsep diri/kepribadian anak.(Nurul blog
perkembangan-fisik-dan-motorik-anak.html)
Sebelum seorang pendidik atau guru di TK melaksanakan program kegiatan belajarnya maka terlebih dahulu perlu memperhatikan tujuan program kegiatan belajar anak TK.
Dalam Standar Kompetensi Kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baig pisikis dan fisik ysng meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik,kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
7
meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan ketrampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang petumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.
Sedangkan kompetensi dasar motorik anak TK yang diharapkan dapat dikembangkan guru saat anak memasuki lembaga prasekolah/TK Sujiono,dkk (2010:2.10) adalah anak mampu:
1). Melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian.
2). Mengespresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni.
Menurut Sumantri (2005) faktor perkembangan motorik anak yaitu:
1). Pekembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitas pada struktur tulang-belulang, proporsi tinggi kepala dan badan secara keseluruhan. Perkembangan motorik pada anak diperlihatkan dengan bertambahnya jumlah tulang-belulang yang berpengaruh pada semakin meningkatnya proporsi tinggi kepala dan berat badan pada anak tersebut
2). Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, produksi, kelenjar dan pencernaan. Pada anak otot berfungsi sebagai pengontrol motorik dan denyut jantung frekuensinya sekitar 140 denyut per menit. Seiring dengan bertambahnya usia anak, maka fungsi organ tubuh anak berubah menjadi lebih mantap.
3). Perilaku motorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara persyarafan dan otot serta fungsi kognitif, afektif dan koleratif. Dua macam perilaku motorik utama yang bersifat umum harus dikuasai oleh setiap anak, yaitu : (a) Berjalan dan memegang benda merupakan jenis ketrampilan motorik dasar. (b) Bermain dan bekerja merupakan ketrampilan motorik penunjang.
8
kepribadian anak. Selanjutnya Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah.
Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.
Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi permaina adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik.
Lain halnya dengan Freeman dan Munandar (dalam Ismail, 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektuan, sosial, moral dan emosional.
Adapun pengertian dari permainan Simpai (hulahop) adalah suatu alat yang berbentuk lingkaran dengan bahan lunak yang dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai macam aktivitas gerak atau permainan yang bisa dilakukan secara perorangan atau berpasangan bahkan kelompok, dan secara umum dapat dilakukan dimana saja. Hulahop sangat mudah digunakan pada aktivitas gerak tertentu yang berkaitan dengan pengembangan kelincahan (agility), kelenturan (flexibility) dan juga daya tahan (endurance), serta mengembangakan aspek lainnya
seperti ritme gerakan.
9
pinggang sehingga hulahop berputar dengan cepat atau juga dengan gerakan yang lambat (show motion). Gerakan hulahop tidak hanya pada itu saja, dengan hulahop anak-anak bisa mengembangkan aktivitas gerak yang bertujuan untuk keseimbangan badan (body balance). Selain itu dengan alat ini bisa untuk koordinasi mata ,tangan dan kaki (coordination). (M. Muhyi Faruq, 2008:2).
Pentingnya permainan simpai (hulahop) Menurut Faruq (2009:4) Beberapa alasan mendasar mengapa simpai (hulahop) bisa dianggap penting untuk pengembangan fisik motorik pada anak atau kekayaan pengalaman gerak dan pengembangan kecerdasan gerak (smart move) antara lain: 1). Dengan satu media hulahop bisa peroleh beragam aktivitas gerak yang menyenangkan bagi anak-anak. 2). Sangat mudah, praktis dan aman penggunaannya. 3). Mempunyai tingkat keselamatan yang relatif lebih aman bagi anak-anak. 4). Dapat dikembangkan dengan berbagai macam aktivitas gerak yang tidak hanya untuk individu, berpasangan tetapi juga berkelompok. 5). Mudah digunakan dan sekaligus dapat mengembangkan berbagai macam gerakan-gerakan yang kreatif shingga ikut membantu mengembangkan kreativitas anak. 6). Bisa digunakan diberbagai tempat diman saja tergantung dan jenis kegiatan yang diinginkan.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikran pada hakekatnya bersumber dari kajian teori dan sering diformulasikan dalam bentuk anggapan dasar. Menurut Arikunto (2006:68) yang dimaksud anggapan dasar adalah “sesuatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penelitian yang harus dirumuskan secara jelas”. Berdasarkan kajian teori sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :
10
fisik motorik anak. c). Adanya keterkaitan antara penggunaan permainan simpai (hulahop) dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik pada anak.
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperoleh hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Melalui permainan simpai (hulahop) dapat meningkatkan perkembangan fisik motorik pada anak TK B di KBI-RA Taqiyya Kartasura, Sukoharjo”
Metode Penelitian
11 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk memperoleh dan mengelola informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Pembuatan instrumen disusun sebelum peneliti terjun kelapangan.
Instumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas dengan menjaga validitas isi. Dilaksanakan melalui observasi dan wawancara.
Indikator Pencapaian
Penelitian ini dinyatakan berhasil atau telah selesai yaitu apabila telah dapat mencapai prosentase minimal sebesar 75% dari jumlah siswa, dimana masing-masing anak telah mencapai sekor/nilai minimal 80.
Hasil Penelitian
12
dilaksanakan siklus berikutnya. Hasil penelitian menjelaskan adanya peningkatan dengan hipotesis yang berbunyi “melalui permainan simpai (hulahop) dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak pada kelompok B KBI-RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012” diterima kebenarannya.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa kemampuan fisik motorik anak mengalami peningkatan pada prasiklus 50,85%, siklus I mencapai 59,42% dan pada siklus II mencapai 84,57%.
Prosentase kemampuan fisik motorik dari prasikus kesiklus I mengalami peningkatan sebesar 8,57 %, hal ini dikarnakan pada siklus I anak masih dalam proses pengenalan alat dan permainan yang digunakan di siklus I, kemampuan fisik motorik anak dengan menggunakan permainan simpai (hulahop) masih pada tahap permulaan, anak-anak masih banyak yang kurang berani dan kurang tertarik untuk mencoba permainan tersebut, dan masih banyak anak yang ramai sendiri tidak memperhatikan guru.
Prosentase peningkatan kemampuan fisik motorik anak dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 25,15 %, hal ini dikarenakan anak-anak sudah berani dan tertarik untuk mencoba permainan menggunakan simpai, banyak anak-anak yang antusias dan sangat senang menikmati kegiatan tersebut.
Kesimpulan
13
fisik motorik anak sebelum tindakan adalah 50,85 %, Siklus I 59,42 %, dan siklus II 84,57 %.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan, maka usaha untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik anak melalui permainan simpai (hulahop), maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1). Kepada Guru
Guru kelas dalam memberikan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak hendaknya dituntut untuk kreatif dalam memberikan kegiatan yang bervariasi dan menarik agar anak tidak jenuh dan bosan dan disesuaikan dengan kemampuan dan pertumbuhan anak.
2). Kepada Orang Tua Anak Didik
Orang tua hendaknya memberikan kebebasan dan motivasi pada anak, sehingga terpenuhina ketrampilan gerak dan melatih keseimbangan anak, dapat juga diterapkan saat anak berada dirumah.
3). Kepada Peneliti Berikutnya
14
DAFTAR PUSTAKA
Emiliyana, Danika Martuna.2010. Peranan Permainan Gobak Sodor Dalam
Pengembangan Aspek Motorik dan Kognitif. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta ( tidak diterbitkan).
Femawati, Risa. 2011. Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Melipat Kertas. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta (tidak
diterbitkan).
Poerwadarminta.1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Wijaya, Nur. 1992. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Balai Pustaka.
Faruq, M Muhyi. 2009. Permainan Pengembangan Kecerdasan Kinestetika Anak Dengan Media Hulahop. Jakarta : Grasindo.
Sujiono, Bambang dkk. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Maxim, George W. 1993. The Very Young. Guiding Children From Infancy Througy The Early Years.4th Edition. New York: Macmillan Publishing Company. Semiawan, Conny R. 2003. Pengembangan Rambu-rambu Belajar Sambil Bermain
pada Pendidikan Anak Usia Dini, Buletin PAUD Vol.2 No.01,April
2003,ISSN 1693-1947.
Seri Ayah Bunda.2001. Balita dan Masalah Perkembangan, Jakarta: Gaya Favorit Press.
Montolalu, B. E. F. dkk. 2010. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Moelong, Lexy, J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
15
Sumantri, MS, M. Pd. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Diriktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
(http://Game (Permainan) Psikologi (Kokologi _ belajar psikologi.com.htm//) Diakses Senin, 5 Maret 2012 Pukul 09:35 wib
deeantyshe.blogspot.comdiakses Jumat, 2 maret 2012 Pukul 18:00
(http://281-perkembangan-motorik-anak-usia-dini.htm/) Diakses Jum’at, 2 Maret 2012 Pukul 18:17 wib