• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh: ATAMIK B

0605806

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

Oleh Atamik B

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Atamik B 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

Oleh : Atamik B NIM. 0605806

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,

Dr. Andhy Setiawan, M.Si NIP: 197310131998021001

Pembimbing II,

Mimin Iryanti, S.Si, M.Si NIP: 197712082001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

(4)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA SMA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pembelajaran yang dapat memotivasi, menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana belajar yang inspiratif, interaktif dan mendidik siswa untuk belajar mandiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika dan kemandirian belajar siswa dalam ranah kognitif setelah diimplementasikan pendekatan

Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X.1 SMA Kartika XIX-3 Bandung. Data dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan instrument hasil belajar berupa tes soal pilihan ganda dan instrumen kemandirian belajar berupa angket. Berdasarkan analisis dan pengolahan data, terungkap bahwa implementasi Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan gain ternormalisasi rata-rata 0,58. Peningkatan pada aspek pemahaman (C2) memiliki nilai gain rata-rata 0,72 dengan kriteria tinggi, Sedangkan peningkatan pada aspek aplikasi (C3) memiliki nilai gain rata-rata 0,52 dengan kriteria sedang. Implementasi Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah juga dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peningkatan skor kemandirian belajar siswa rata-rata yaitu sebesar 11,67. Dengan demikian Implementasi Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian siswa.

(5)

ABSTRACT

This research is motivated by the importance of learning that can be motivating, fun and challenging students to learn so as to create an inspiring learning environment, interactive and educating students to learn independently, so as to improve student learning outcomes. The purpose of this study is to determine the improvement of learning outcomes and learning independence Physics students in the cognitive approach as implemented Problem Posing the Problem Based Learning. The research method used was a quasi-experimental methods. Samples were students of class X-1 SMA Kartika XIX-3 Bandung. The data captured in this study by using the instrument of learning outcomes in the form of multiple choice test and a questionnaire instrument learning independence. Based on the analysis and processing of data, it was revealed that the implementation of Problem Posing Approach to Problem Based Learning to improve learning outcomes of students with an average normalized gain of 0.58. Improvement in the understanding of (C2) has an average value of 0.72 gain with high criteria, while improvement in the application (C3) has an average value gain of 0.52 with the criteria being. Implementation of Problem Posing Approach to Problem Based Learning can also improve student learning independence. Increase student independence score average is equal to 11.67. Thus Implementation Problem Posing Approach to Problem Based Learning to improve learning outcomes and student independence.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI……….iv

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………...viii

DAFTAR LAMPIRAN………ix

BAB I PENDAHULUAN………..1

A. Latar Belakang………1

B. Rumusan Masalah………...5

C. Batasan Masalah……….5

D. Tujuan Penelitian………6

E. Manfaat Penelitian………..6

F. Variabel Penelitian………..6

G. Definisi Operasional………...7

BAB II PENDEKATAN PROBLEM POSING, MODEl PBM, HASIL BELAJAR, dan KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA………8

A. Pendekatan Problem Posing………...8

1. Pengertian Pendekatan Problem Posing………...8

2. Jenis-jenis Pendekatan Problem Posing………...9

3. Kelebihan dan Kelemahan Problem Posing………...10

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah………10

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah………10

(7)

3. Tabel Implementasi Pendekatan Problem Posing pada Model

Pembelajaran Berbasis Masalah……….13

C. Hasil Belajar………..14

1. Ranah Kognitif………15

2. Ranah Afektif………..16

3. Ranah Psikomotorik………19

D. Kemandirian Belajar……….20

E. Penelitian yang Relevan………21

BAB III METODE PENELITIAN………24

A. Metode Penelitian……….24

B. Desain Penelitian………..24

C. Populasi dan Sampel Penelitian………25

1. Populasi Penelitian………..25

2. Sampel Penelitian………25

D. Teknik Pengumpulan Data………26

1. Lembar Observasi………...26

2. Tes Hasil Belajar……….27

3. Angket ………28

E. Prosedur Penelitian………...29

1. Tahap Persiapan Penelitian……….29

2. Tahap Pelaksanaan Studi Pendahuluan………..29

3. Tahap Perencanaan……….30

4. Tahap Pelaksanaan………..30

5. Tahap Analisis Data………31

F. Analisis Uji Instrumen Tes………...33

1. Validitas Butir Soal……….33

2. Uji Reliabilitas Instrumen………...34

3. Tingkat Kesukaran………..35

(8)

G. Teknik Analisis Tes………..37

1. Analisis Hasil Belajar……….37

2. Analisis Kemandirian Belajar……….39

3. Analisis Data Observasi Aktivitas Guru……….40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….41

A. Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)………...40

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa……...……...…...…………...43

2. Peningkatan Aspek Kognitif C2 dan C3……….45

B. Peningkatan Kemandirian Belajar Fisika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)……….……….47

1. Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa………..……….47

2. Peningkatan Aspek Kemandirian Belajar Siswa………49

. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….…52

A. Kesimpulan………..……52

B. Saran………..…………..53

DAFTAR PUSTAKA………..54

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas, No 41:2007). Proses belajar dan pembelajaran Fisika harus diselenggarakan untuk memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki sehingga pada saat pembelajaran berlangsung harus tercipta suasana belajar yang berorientasi pada siswa (Permendiknas No.16:2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan fakta bahwa hasil belajar Fisika siswa masih rendah, terbukti dari hasil ulangan pelajaran IPA Fisika masih belum sesuai dengan harapan. Sebagai contoh nilai ulangan umum IPA Fisika tahun 2011/2012 di salah satu SMA Kota Bandung kelas X masih terdapat 16 dari 22 siswa yang nilainya masih di bawah KKM dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) 70. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari bagaimana proses pembelajaran yang diterapkan di kelas. Dari hasil observasi awal terlihat hanya 4 dari 22 orang siswa yang berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran di kelas, seperti: mengajukan pertanyaan 1 orang, berdiskusi 2 orang dan yang mengerjakan soal dipapan tulis 1 orang.

(10)

memperhatikan pembentukan pengetahuan sehingga pembelajaran Fisika kurang bermakna bagi siswa.

Hasil angket dari 22 siswa menunjukkan bahwa sebanyak 20 siswa berpendapat bahwa Fisika sulit dimengerti dan sulit dipahami karena terlalu banyak rumus yang sulit dipahami. Data lain yang didapat dari hasil angket yaitu hanya satu siswa yang sering melakukan belajar Fisika diluar sekolah, dua siswa yang mengikuti belajar tambahan di luar sekolah (les), tidak ada siswa yang memiliki kelompok belajar di luar sekolah dan pernah melakukan diskusi pelajaran Fisika diluar sekolah. Hasil angket juga menunjukkan tujuh siswa yang menyenangi pembelajaran dengan eksperimen, lima siswa yang menyenangi pembelajaran dengan diskusi kelompok, tiga siswa yang menyenangi pembelajaran dengan latihan soal, dan tujuh siswa yang menyenangi pembelajaran dengan hanya mendengarkan penjelasan guru.

Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang mampu menggali kemampuan yang dimiliki siswanya dalam menyampaikan proses berpikirnya sendiri. Tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mengekspresikan gagasan-gagasan serta dapat mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Guru dan siswa memegang paranan penting dalam proses belajar mengajar, dimana proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, mempunyai peran kolaboratif yang sangat dibutuhkan demi terciptanya pembelajaran yang inofatif dan kreatif.

(11)

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Pentingnya belajar mandiri siswa dalam pembelajaran fisika tentunya dapat merubah situasi pembelajaran kearah yang lebih baik sehingga pemahaman konsep dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan persoalan fisika baik di sekolah maupun di lingkungan hidup siswa menjadi lebih baik. Apabila dalam pembelajaran Fisika siswa kurang melakukan belajar mandiri, maka siswa tersebut akan kesulitan dalam memahami konsep dan menyelesaikan persoalan Fisika. Keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan serta kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasannya untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Apabila siswa sudah mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri dan mengembangkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah maka belajar akan lebih bermakna dalam diri siswa dan hasil belajarpun akan memberikan yang terbaik.

(12)

Kelebihan pendekatan Problem Posing adalah memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar, memberi keleluasaan kepada siswa untuk menggali kemampuan dalam mencari dan menyusun soal sesuai pemahamannya, mampu melatih siswa meningkatkan kemandirian dalam belajar dan orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah (Marie Tichá, 2009:15). Pendekatan Problem Posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan komunikasi, membentuk kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep fisika sehingga memberikan hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, pendekatan

Problem Posing dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah.

Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai Implementasi Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengetahui

(13)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas timbul permasalahan

“ Apakah ada peningkatan hasil belajar dalam ranah kognitif dan kemandirian belajar siswa SMA setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran Fisika pada materi

Rangkaian Listrik Arus Searah ?”

Untuk mempertajam permasalahan, masalah penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan menjadi berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran?

2. Bagaimana peningkatan kemandirian belajar siswa setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran?

C. BATASAN MASALAH

1. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dalam penelitian ini adalah perbedaan yang timbul dari aspek kognitif siswa (C2 dan C3) akibat penggunaan

pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat dilihat dari hasil skor pretes – postes. Untuk melihat peningkatan hasil belajar

kognitif siswa maka digunakan perhitungan gain ternormalisasi.

2. Peningkatan kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini adalah perbedaan yang timbul dari aspek kemandirian belajar fisika siswa akibat penggunaan

pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat dilihat dari hasil pretes – postes. Aspek kemandirian belajar dalam penelitian

ini yaitu menyangkut aspek motivasi belajar siswa, kemampuan siswa mengerjakan tugas sendiri, penggunaan referensi dalam menyelesaikan masalah, mengevaluasi hasil pekerjaan sendiri, kepercayaan diri siswa, dan bertindak atas inisiatif sendiri. Peningkatan kemandirian belajar siswa dihitung dari selisih antara skor postes dan skor pretes yang telah dikonversi menjadi

(14)

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika siswa dalam ranah kognitif setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar fisika siswa setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya: 1. Meningkatkan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif.

2. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar fisika siswa.

3. Sebagai bahan acuan bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hasil pembelajaran.

4. Dapat mengetahui sejauh mana implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar fisika siswa SMA.

F. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Variabel bebas, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.

(15)

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pendekatan Problem Posing adalah pendekatan pembelajaran yang

mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal, menyusunnya kembali menurut pemahaman siswa lalu mencari solusi pemecahannya secara mandiri atau berlatih soal. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Teknik yang dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui gambaran umum aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang dikembangkan setiap pertemuan, sedangkan intrumen yang digunakan adalah lembar observasi. 2. Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses

belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil Belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini menyangkut pada ranah kognitif. Teknik penilaian untuk ranah kognitif menggunakan tes.

3. Kemandirian belajar adalah bagian dari kepribadian siswa sebagai akibat lain dari proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dalam aktivitas

kehidupan siswa sehari-hari. Teknik untuk mengetahui peningkatan

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, analisis uji coba instrumen penelitian dan prosedur pengolahan data.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Sesuai dengan tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tentang hasil belajar dalam ranah kognitif dan kemandirian belajar fisika siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasi eksperimen. Studi quasi eksperimen yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel - variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya (Borg & Gall, 1983).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.

Desain ini adalah suatu rancangan pretesdan postes, dimana sampel penelitian diberi perlakuan selama waktu tertentu. Pretes dilakukan sebelum perlakuan, dan postes dilakukan setelah perlakuan, jadi akan terlihat bagaimana pengaruh perlakuan yang berupa implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

(17)

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

(Panggabean, 1996: 31) Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Gambar 3.1 menjelaskan bahwa kelas dikenakan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar, kemudian diberi treatment berupa pembelajaran dengan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. Sedangkan selama proses pembelajaran, siswa mendapatkan 3 (tiga) kali treatment dengan menggunakan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. Setelah itu diberi posttest (T2) dengan instrumen yang sama dengan pretest.

Pada penelitian ini diasumsikan siswa tidak mendapatkan pembelajaran dari luar, dan tidak diberikan pekerjaan rumah. Jadi tidak ada pengaruh lain selain implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian kali ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Kartika XIX-3 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

2. Sampel Penelitian

(18)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan yang paling utama dalam penelitian adalah mandapatkan data (Sugiyono, 2009:308) “Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya” (Arikunto, 2009:101).

Dengan menggunakan data yang diperoleh dari lapangan melalui instrument, akan diolah dan dianalisis untuk kemudian dipergunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian dinamakan teknik pengumpulan data. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan tes hasil belajar.

1. Lembar Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (1986) observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan. Menurut Sugiyono (2009:203) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala – gejala alam yang tidak terlalu besar.

Untuk melihat secara langsung aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dibuat lembar observasi yang disajikan dalam daftar check list

(19)

ini, dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik pelaksanaan pembelajaran implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikembangkan dalam uji coba terbatas. Hasil obervasi ini, dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah pada uji coba pertemuan berikutnya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan pedoman observasi aktifitas guru dan siswa adalah:

a. Menentukan langkah-lngkah aktifitas guru dan siswa. b. Membuat pedoman observasi aktifitas guru dan siswa.

c. Mengkonsultasikan pedoman observasi dengan dosen pembimbing.

2. Tes Hasil belajar

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2007:100) tes hasil belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Tes hasil belajar ada dua macam, yaitu tes objektif dan essay.

Instrumen tes yang digunakan adalah tes hasil belajar berupa tes pilihan ganda, yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Tes diberikan sebelum implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (pretes) dan sesudah implementasi pendekatan Problem Posing

pada Pembelajaran Berbasis Masalah (postes).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi mata pelajaran sains fisika SMA materi pokok Rangkaian Listrik Arus Searah Sederhana, dengan subpokok (1) Arus istrik, (2) Rangkaian Listrik, (3) Energi dan Daya Listrik, dan (4) Penerapan Listrik Arus Searah.

b. Membuat kisi-kisi soal instrumen penelitian.

(20)

d. Meminta pertimbangan (judgment) soal-soal tes yang telah dibuat kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi terhadap instrument penelitian. e. Melakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap tidak valid dengan

mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.

f. Menggunakan instrumen tes yang dianggap valid dalam penelitian

g. Melakukan analisis tes meliputi uji validitas butir soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen.

3. Angket

Menurut Panggabean (1996:45) angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan tertentu dari responden. Angket dalam penelitian ini, digunakan pada saat observasi awal atau studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran kondisi siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran fisika. Instrumen yang disusun berupa pertanyaan - pertanyaan uraian beralasan dengan maksud agar siswa lebih mudah mengemukakan pendapatnya.

Selain pada observasi awal, angket juga digunakan sebagai instrument untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa. Angket diberikan sebelum pembelajaran implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan sesudah pembelajaran implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Aspek-aspek kemandirian belajar siswa. Ada 3 aspek kemandian belajar siswa menurut Goodman and Smart (1999: 42) yaitu: (1) independent

(ketidak tergantungan), (2) Autonomi (menetapkan hak mengurus diri sendiri), dan (3) Self reliance (perilaku yang didasarkan pada kepercayaan diri sendiri).

b. Membuat indikator instrument kemandirian belajar siswa.

(21)

d. Meminta pertimbangan (judgment) pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi terhadap instrument penelitian.

e. Melakukan revisi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dianggap tidak sesuai dengan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan model meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan studi pendahuluan, tahap perencanaan dan penyusunan model, awal tahap pelaksanaan dan pengembangan, dan tahap penarikan kesimpulan.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilaksanakan adalah: a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian b. Membuat surat perizinan penelitian

c. Menghubungi sekolah menengah atas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Studi Pendahuluan

Tahap pelaksanaan studi pendahuluan, hal-hal yang dilakukan adalah:

a. Studi lapangan, meliputi proses pembelajaran di lapangan, kondisi guru, kondisi siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, mengetahui sudut pandang guru terhadap model-model pembelajaran sehingga diperoleh gambaran mengenai model pembelajaran yang memungkinkan untuk dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan.

(22)

3. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:

a. Peneliti menginformasikan dan membahas hasil studi pendahuluan dengan guru mata pelajaran sains fisika yang kelasnya akan digunakan sebagai subjek penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang disesuaikan dengan hasil studi pendahuluan, kemudian didiskusikan dengan guru mata pelajaran fisika dan dosen pembimbing. Penyusunan perangkat pembelajaran model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Problem Posing melibatkan guru dan dosen, hal ini bertujuan untuk mendapatkan masukan guna mendapatkan model dan pendekatan pembelajaran yang dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan sekolah dan kondisi siswa. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan rancangan perangkat pembelajaran model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yaitu: (1) Merumuskan materi pelajaran, media, rencana pembelajaran; (2) Instrumen penelitian dan merumuskan teknik penelitian.

4. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Problem Posing, diantaranya adalah:

(23)

b. Pada saat uji coba berlangsung, peneliti bertindak sebagai guru pengajar dibantu oleh tiga orang mahasiswa dan satu orang guru sains fisika sebagai observer yang mengamati proses pembelajaran.

c. Membahas hasil observasi dan monitoring pelaksanaan proses pembelajaran secara bersama antara peneliti dan observer serta guru sains fisika, bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pembelajaran implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah sehingga diperoleh gambaran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya dengan harapan lebih baik lagi dari pembelajaran sebelumnya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan pelaksanaan model adalah: (1) Memberikan angket dan pretes pada pertemuan ke I; (2) Melaksanakan pembelajaran implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah sebanyak 3 kali pertemuan; (3) Memberikan postespada pertemuan ke V.

5. Tahap Analisis Data

(24)

Secara garis besar, alur penelitian ini dapat digambarkan berikut ini

PERSIAPAN

 Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian  Membuat surat perizinan penelitian

 Menghubungi Sekolah Menengah Atas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian

Studi lapangan, meliputi:

 mengetahui proses pembelajaran di lapangan  kondisi guru

 kondisi siswasarana dan prasarana pembelajaran

 pandangan guru terhadap model PBM dan pendekatan Problem Posing

STUDI PENDAHULUAN

 Penentuan materi pokok  Penyusunan RPP

 Penyusunan instrument

 Persiapan sarana pembelajaran Model

PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

Studi pustaka meliputi :  Studi literatur model PBM

dan pendekatan Problem Posing

 Referensi penelitian

ANALISIS DATA

(25)

 

 

F. Analisis Uji Instrumen Tes

Pada tahap ini, dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes: 1. Validitas Butir Soal

Uji validitas penting dilakukan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat ukur (tes) dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebagaimana pendapat Arikunto (2009:170) bahwa “validitas tes adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (Content Validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan penelaahan (judgement) terhadap butir-butir soal yang dipertimbangkan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui validitas butir soal uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :

rxy = ………(4.1)

(Arikunto, 2005:72)

Keterangan :

rxy = koefisien kolerasi antara variabel X dan Y

N = jumlah siswa uji coba

X = skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya

Y = skor total yang diperoleh siswa

dengan rxy merupakan koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, N

merupakan jumlah siswa uji coba, X adalah skor-skor tiap butir soal untuk setiap

individu atau siswa uji coba, dan Y adalah skor total tiap siswa uji coba.

Untuk implementasi keberartian besarnya koefisian korelasi, digunakan kriteria

(26)

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas

Setelah harga koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, perlu dilakukan uji

signifikansi untuk mengukur keberartian koefisien korelasi berdasarkan distribusi

kurva normal dengan menggunakan statistik uji-t.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2005:86) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.Sedang untuk menghitung taraf reliabilitasnya dipakai persamaan K-R 20 yaitu sebagai berikut:

r11 : Merupakan reliabilitas tes

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(27)

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas

Untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan dengan statistik

uji-t, dengan persamaan berikut:

r

t = nilai hitung keberartian koefisien reliabilitas

r11 = nilai koefisien korelasi tiap butir soal

N = jumlah siswa uji coba.

Harga t yang dihasilkan dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = N– 2,

taraf kepercayaan 95%. Jika thitung>ttabel maka instrumen baik dan dapat dipercaya.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya

sesuatu soal. (Arikunto, 2009:176). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir

(28)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran,

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Jx : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Suharsimi Arikunto, 2009 :177). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

BA : Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA : Banyaknya peserta tes kelompok atas

JB : Banyaknya peserta tes kelompok bawah

(29)

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Daya Pembeda

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

S = Σ R ………...………(4.6)

(Munaf, 2001:44) Keterangan :

S : Skor

R : Jawaban siswa yang benar

Proses penskoran ini dilakukan baik pada pretes maupun pada postes, kemudian dari masing-masing data skor pretes dan postes tersebut dihitung rata-ratanya. b. Menghitung gain skor

Menghitung besarnya Gain (selisih antara skor postes dan skor pretes) adalah dengan perhitungan sebagai berikut :

………(4.7)

(30)

Jika didapatkan gain skor antara skor-skor pretes dan postes maka dapat dikatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dengan menggunakan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikembangkan. Nilai rata - rata gain skor yang didapatkan untuk

treatment akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Untuk melihat peningkatan hasil pembelajaran implementasi pendekatan

Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah, maka digunakan rumus <g> gain ternormalisasi :

………(4.8)

(Hake, 1998:54) Keterangan :

< g > : gain ternormalisasi Ppretest : Persentase skor pretes Ppostest : Persentase skor postes

Tabel 3.5 Interpretasi Gain Skor Ternormalisasi

Nilai gain ternormalisasi <g> Kriteria

≥ 0,7 Tinggi 0,7 > (<g>) ≥ 0,3 Sedang

< 0,3 Rendah

(31)

2. Analisis Kemandirian Belajar a. Penskoran

Setiap butir pernyataan pada angket memiliki 5 pilihan jawaban yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran pada pernyataan positif dilakukan dengan memberi skor 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk KS, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan Untuk Pernyataan negatif dilakukan dengan memberi skor 1 untuk SS, 2 untuk S, 3 untuk KS, 4 untuk TS, dan 5 untuk STS (Hidayati, 2007: 10)

Proses penskoran ini dilakukan baik pada pretes maupun pada postes. b. Menghitung Peningkatan Kemandirian Belajar

Untuk menghitung persentase skor kemandirian belajar siswa dari skor mentah digunakan persamaan:

………..……(4.9)

(Hidayati, 2007: 10) Untuk mengetahui kategori kemandirian belajar siswa, dapat diinterpretasikan pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Kemandirian Belajar Siswa

Persentase (%) Kategori

0,00 - 24,90 Sangat Kurang

25,00 - 37,50 Kurang

37,60 - 62,50 Sedang

62,60 - 87,50 Baik

87,60 - 100,00 Sangat Baik

(Mulyadi, 2007:52) Peningkatan kemandirian belajar :

………(4.10)

(32)

3. Analisis Data Observasi Aktivitas Guru

Observasi guru dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah.. Adapun tahapan analisis data observasi keterlaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan keterlaksanaan indikator implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang terdapat pada lembar observasi yang telah diamati oleh observer.

b. Menghitung persentase keterlaksanaannya dengan menggunakan rumus:

……..…(4.11)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan implementasi pendekatan

Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Persentase (%) Kategori

0,00 - 24,90 Sangat Kurang

25,00 - 37,50 Kurang

37,60 - 62,50 Sedang

62,60 - 87,50 Baik

87,60 - 100,00 Sangat Baik

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah

dilakukan di SMA Kartika XIX-3 Bandung pada kelas X, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Implementasi Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Berbasis

Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai gain

ternormalisasi 0,54. Peningkatan hasil belajar siswa dalam kriteria sedang.

2. Implementasi Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Berbasis

Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek pemahaman (C2)

dan aspek aplikasi (C3). Peningkatan pada aspek pemahaman (C2) memiliki

nilai gain rata-rata 0,69 dengan kriteria sedang, Sedangkan peningkatan pada

aspek aplikasi (C3) memiliki nilai gain rata-rata 0,47 dengan kriteria sedang.

3. Implementasi Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Berbasis

Masalah dapat meningkatkan skor rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar

12%.

(34)

4. Peningkatan kemandirian belajar siswa terjadi pada aspek motivasi belajar

siswa dengan peningkatan skor 9%, kemampuan siswa mengerjakan tugas

sendiri dengan peningkatan skor 9%, penggunaan referensi dalam

menyelesaikan masalah dengan peningkatan skor 11%, mengevaluasi hasil

pekerjaan dengan peningkatan skor 16%, kepercayaan diri dengan

peningkatan skor 13%, dan bertindak atas inisiatif sendiri dengan peningkatan

skor 12%.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan listrik

dinamis. Sehingga dapat dikembangkan pada pokok bahasan fisika lainya.

2. Penelitian ini hanya untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar dan

hasil belajar dalam ranah kognitif. Oleh karena itu perlu dikembangkan untuk

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Didaktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.Arikunto, Suharsimi. 2009.

Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bloom, Benjamin S., Madaus, George F., & Hastings, J Thomas. (1966).

Evaluation to Improve Learning. United State of America: McGraw-Hill Book Company.

Borg, Walter.R.& Gall, Meredith.D. (1983). Educational Research and Development An Instroduction. NewYork : Longman.

Briggs, Leslei J (1979). Instructional Design Principles and Applications. New Jersey: Englewood Cliffs.

Depdiknas. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dewi Mahabbah Intan. (2007). Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing Untuk Mengajarkan Pemahaman Konsep Matematika Pokok Bahasan Bangun Segiempat Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Balapulang Tegal. Skripsi Universitas Negeri Semarang : Tidak diterbitkan

Echols. John, M. dkk. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT Gramedia

Gagne, R.M, Driscoll, L.J, & Wager, W.W, (1988). Principles of instructional design. New York: Holt Renehart and Wilson.

Gagne, Robert M dan Leslie J. Briggs, (1979). Principles of Instructional Design, New York: Rinehart and Winston.

Gallowing, Charles, (1976). Psychology for Learning and Teaching. New York: McGraw-Hill Book Co.

Goodman and Smart. (1999). Emotional Inteligence. New York: Bantam Books.

(36)

Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf [14 Mei 2013]

Harger, J. (http:/www.jhargis.com/). The Self-Regulated Learner Advanteg: Learning Science on The Internet.

Hidayati, Kana. (2009). Improving instruments of students Self-Regulated Learning. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Ika Rahmania. (2009). Penerapan Model Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X-A MAN 3 Malang Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik dan Penerapan Listrik AC dan DC. SkripsiUniversitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan.

Irwan. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pernalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Leung, Shuk-kwan S. (2001). The Integration of Problem-Posing Research into Mathematics Teaching Case of Prospective and In-service Elementary School Teacher. Tersedia di: http://www.math.ntnu.edu.tw/~cyc/private/ mathedu/me1/me1_2001 /sksl .doc [11 Juli 2007]

Marie Tichá, Alena Hošpesová. (2009). Problem posing and development of

pedagogical Content knowledge in pre-service teacher Training. Institute of Mathematics of the Academy of Sciences of the Czech Republic.

University of South Bohemia České Budějovice. (Online Jurnal).

Nurhasnah. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Panggabean, Luhut. P. (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa SMA Pada Bimbingan Karir Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis pada PPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Permendiknas No 16. (2007). Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Permendiknas No 41. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

(37)

Rina Nur Hidayati. Aplikasi Pembelajaran Problem Posing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Pada Siswa Kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Tesis Universitas Muhammadiyah Surakarta : tidak diterbitkan.

Robert Ronger. (1990). The 19 Habits of Highly Succesful People: Powerful Strategies for Personal Triumphs. Malaysia Wynwood Press.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, 2009. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta, Cv.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Tabel 3.3 Indeks Kesukaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Guru telah menjadi ujung tombak dalam menarik berbagai pelanggan (siswa, orang tua siswa, dan masyarakat umum) untuk masuk dalam lingkungan sekolah. Keberhasilan

SEGMEN BERITA REPORTER C Meriah Sepeda Gembira dan Jalan Sehat

Hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa (X2) keterlibatan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja di Dinas Kebudayaan

Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.Misi

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Untuk mengukur tingkat reliabilitas angket digunakan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan storytelling dengan media audio dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A2 TK Al-Huda

Dapatan kajian mendapati peserta kajian telah dapat mengatasi masalah menarik minat dan tumpuan murid semasa proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Melayu dengan menggunakan