• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. INOVASI PELAYANAN PUBLIK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DI KABUPATEN BONE (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. INOVASI PELAYANAN PUBLIK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DI KABUPATEN BONE (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

INOVASI PELAYANAN PUBLIK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DI KABUPATEN BONE

(Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)

Oleh:

HASRIANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 105611132016

PROGRAM STUDI ILMU ADMINSITRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

INOVASI PELAYANAN PUBLIK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DI KABUPATEN BONE (STUDI PROGRAM DESA

SIAGA BENCANA PEDULI DIFABEL DESA CAKKE)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Di Susun dan Diajukan Oleh:

HASRIANTI

Nomor Induk Mahasiswa: 105611132016

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi : Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)

Nama Mahasiswa : Hasrianti

Nomor Stambuk : 1 0561 11320 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Abdul Mahsyar, M.Si

Pembimbing II

Dr. Muhammad Tahir, M.Si

Mengetahui:

Dekan Fisipol Ketua Program Studi

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Nasrul Haq, S.Sos., MPA NBM : 730727 NBM: 1067463

(4)
(5)

HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Hasrianti Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11320 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 19 Oktober 2020

Yang Menyatakan,

Hasrianti

(6)

ABSTRAK

Hasrianti, 2020. Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) (Dibimbing oleh, Abdul Mahsyar dan Muhammad Tahir)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone melakukan inovasi Desa Siaga Bencana (Daeng Siba) Peduli Disabilitas. Program tersebut menyentuh langsung para penyandang disabilitas yang merupakan kelompok rawan pada saat terjadinya bencana. Aturan yang telah dibuat terkait disabilitas di Kabupaten Bone seperti Perda Nomor 5 tahun 2017 tentang perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas Hal tersebut menjadi dasar perlindungan penyandang disabilitas pada saat bencana. Kabupaten Bone rentan terjadi bencana seperti angina putting beliung dan bencana banjir serta longsor sehingga di butuhkan edukasi bagi masyarakat desa dan juga penyandang disabilitas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan menggunakan tipe pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari delapan (8) orang yakni: BPBD Kabupaten Bone, Pemerintah Desa Cakke, Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Bone, Penyandang Disabilitas dan Masyarakat.

Hasil penelitian ini terdapat 4 indikator yang menjadi kunci dari penelitian terkait Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) yaitu: Pertama, layanan terintegrasi program ini terintegrasi dengan perlindungan kelompok rentan seperti kaum disabilitas. Dalam penanganan masyarakat disabilitas membutuhkan langkah-langkah tertentu, dalam menentukan pola-pola penanganan bencana sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing. Kedua, pelibatan warga masyarakat masyarakat lebih mudah memberikan masukan terhadap pemerintah desa dalam rangka menjalankan program siaga bencana termasuk perlindungan bagi kaum disabilitas dan pertolongan yang dapat dilakukan masyarakat terhadap kelompok di sabilitas. Ketiga, menjalin kerjasama BPBD selaku penanggung jawab masalah kebencanaan di daerah dengan mendorong program desa siaga bencana peduli difabel senantiasa menggandeng persatuan penyandang disabilitas Indonesia dalam mengedukasi masyarakat terkait program siaga bencana dengan memperhatikan kelompok rentan seperti kaum disabilitas. Dan keempat, pemanfaatan teknologi BPBD Kabupaten Bone telah memiliki perangkat teknologi informasi yang dapat memuat pesan terkait kondisi suatu wilayah yang rawan terjadi bencana. Melalui data dan informasi tersebut program desa siaga bencana dapat menentukan langkah-langkah pencegahan yang dilakukan dalam upayanya menjalankan kegiatan siaga bencana.

Kata Kunci: Inovasi, Pelayanan Publik & Siaga Bencana

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis memanjatkan puji syukur yang tidak terhingga atas kehadirat Allah SWT, yang telah menganugrahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)”

Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dari penyusunan skripsi ini berkat bimbingan, bantuan, dan saran-saran dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih Kepada yang terhormat:

1. Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku Pembimbing I dan Dr. Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang telah senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. apak Nasrul Haq, S.Sos, MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya selama peneliti dan proses perkuliahan

5. Bapak dan ibu tercinta, atas do’a-do’a dan dukungan yang tiada henti diberikan kepada peneliti.

6. Seluruh Pegawai Badan Penanggulangan Bnecana Daerah Kabupaten Bone

7. Kakanda A.Fiqi Firdaus, S.IP

8. Nur Abdi Negara yang senantiasa selalu membantu saya 9. Teman-teman Auto Cau

10. Teman-teman angakatan 2016 “FEDERASI”

11. Jurusan Ilmu Administrasi Negara (ADN) kelas H angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat.

12. Teman-teman DIVERGENT 2016

Semoga skripsi yang peneliti susun ini dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara lainnya, dan bagi siapa saja yang membaca. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam skripsi dan penulis mengharapkan adanya kritik, masukan, dan saran terhadap skripsi ini.

Makassar, 19 Oktober 2020

Penulis

(9)

1

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Tinjauan Konseptual ... 11

C. Kerangka Pikir ... 22

D. Fokus Penelitian ... 23

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 26

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 26

C. Informan... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Keabsahan Data ... 31

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 33

B. Inovasi dalam Program Deng SIBA “Desa Siaga Bencana” Peduli Difabel Kabupaten Bone ... 48

1. Layanan Terintegrasi ... 48

2. Pelibatan Warga Masyarakat ... 54

3. Menjalin Kerjasama ... 59

4. Pemanfaatan Teknologi ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN ... 77 x

(11)

1

Kinerja pemerintah kita yang cepat memberi tanggapan terhadap alam yang terjadi patut diapresiasi oleh seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi di masa mendatang dan tentu saja dalam waktu yang tidak terlalu lama, manajemen bencana dalam skala yang lebih besar perlu juga untuk disiapkan mengingat apa yang telah terjadi di Lombok, Palu dan Selat Sunda tahun yang lalu. Ada lima langkah inovatif yang tentu saja bisa dilakukan oleh pemerintah terkait dengan manajemen bencana ini yakni sistem bencana terintegrasi, pendidikan untuk mempelajari langkah-langkah preventif menghadapi bencana, penghijauan regional, pengembangan tembok mitigasi bencana dan pengembangan tempat perlindungan temporer di setiap kelurahan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone melakukan inovasi Desa Siaga Bencana (Daeng Siba) Peduli Disabilitas. Program tersebut menyentuh langsung para penyandang disabilitas yang merupakan kelompok rawan pada saat terjadinya bencana. Peraturan daerah pemenuhan hak penyandang disabilitas, salah satu itemnya adalah prioritas penyandang disabilitas pada saat terjadi bencana, penanganan terhadap difabel tentu berbeda dengan korban non-difabel.

Pada program Daeng Siba, BPBD menggandeng Persatuan penyandang disabilitas Indonesia (PPDI) Bone, edukasi kesiap-siagaan bencana penting

(12)

untuk diketahui hingga tingkat desa, termasuk kelompok penyandang disabilitas sebagai kelompok rentan. Adapun sejumlah materi yang disampaikan tim yakni praktik penggunaan beberapa alat keselamatan darurat dan simulasi pertolongan kepada korban bencana.

Aturan yang telah dibuat terkait disabilitas di Kabupaten Bone seperti Perda Nomor 5 tahun 2017 tentang perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas, Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan kabupaten sehat, Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang pengarus utamaan gender dalam pembangunan, Perbup tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di Kabupaten Bone dan SK Bupati nomor 360 Tahun 2017 tentang pembentukan kelompok kerja penggiatan pendidikan inklusif Ininnawa Madeceng Kabupaten Bone Tahun 2017-2020.

Program Daeng Siba dalam pelaksanaannya di atur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Hal tersebut menjadi dasar perlindungan penyandang disabilitas pada saat bencana. Kabupaten Bone rentan terjadi bencana seperti angina putting beliung dan bencana banjir serta longsor sehingga di butuhkan edukasi bagi masyarakat desa dan juga penyandang disabilitas.

Beberapa wilayah di Kabupaten Bone, termasuk wilayah yang kerap terjadi bencana alam, seperti musibah banjir, Desa Mallari dan Desa Cakke Bone dipilih menjadi lokus program karena selalu menjadi langganan banjir dari luapan sungai yang melintasi desa tersebut. program Deng Siba

(13)

menyentuh langsung para penyandang disabilitas yang merupakan kelompok rawan pada saat terjadinya bencana (Kasubag Program BPBD).

Kabupaten Bone merupakan daerah yang tergolong masih rendahnya pengetahuan manajemen bencana terlebih kepada masyarakat disabilitas. Berikut jumlah masyarakat disabilitas di Kabupaten Bone Berdasarkan kategori jenis difabel: Tuna Netra (1.627 Orang), Tuna Rungu (1.210 Orang), Tuna Daksa (4.112 Orang), Tuna Grahita (556 Orang) dan Tuna Wicara (1.195 Orang)

Berdasarkan data yang di himpun sekitar 8.710 orang merupakan penyandang di sabilitas atau sekitar 1.12 Persen dari jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Bone. Kaum difabel memang menjadi target atau sasaran dari pemerintah Kabpaten Bone untuk mendapatkan pelayanan agar terjadi keselarasan di antara masyarakat.

Bencana yang terjadi mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat. Bencana tidak dapat hanya dilihat sebagai tanggung jawab pemerintah semata, tetapi harus mendapatkan dukungan yang kuat dari masyarakat Penanggulangan bencana merupakan seluruh upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.Peran serta masyarakat untuk terlibat dalam penanggulangan bencana sangat penting.

Dalam melibatkan masyarakat maka penting untuk di perhatikan komitmen dan koordinasi yang solid dari pemerintah dalam peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana, peningkatan kapasitas peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana, mensinergikan kebijakan

(14)

dan program pemerintah dengan potensi yang ada dalam masyarakat sehingga program dan kegiatan yang direncanakan benar-benar relevan sesuai aspirasi dan keadaan masyarakat yang diharapkan memberikan hasil optimal, pengintegrasian peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana mulai kesiapsiagaan hingga rehabilitasi dan rekonstruksi (Karosekali dan Immanuel 2015)

Pelayanan Publik (Public Service) merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Kualitas pelayanan memegang peran penting untuk mencapai tingkat kepuasan masyarakat. Citra kulitas pelayanan yang baik menjadi sudut pandang atau persepsi pihak pemerintah, melainkan berdasarkan sudut pandang masyarakat. Hal ini masyarakat yang memakai pelayanan pemerintah.

Pelayanan publik dapat dijadikan standar tolak ukur dari hasil kinerja pemerintah itu sendiri sudah berjalan dengan baik atau masih ada yang perlu dibenahi. Jika kualitas pelayanan publik tersebut belum berhasil terwujud sesuai tujuan maka pelayanan publik belum berjalan dengan baik.

Berlakunya otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 dimana otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam hal ini

(15)

adalah pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

Pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik di tuntut agar lebih innovatife. Inovasi merupakan salah satu hal yang harus selalu dilakukan untuk mengembangkan organisasi menjadi lebih baik, tidak terkecuali pada organisasi non profit seperti pemerintah. Maka dari itu organisasi dituntut untuk selalu memiliki inovasi tinggi untuk mengembangkan organisasi menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Inovasi kebijakan penanganan kaum difabel yang ada di Kabupaten Bone ditujukan untuk memperkuat sekaligus memberi ruang gerak inisiatif kepada kaum difabel, sebab biasanya program-program yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota hanya berfokus pada bantuan peningkatan infrastruktur saja sehingga inovasi kebijakan ini seharusnya dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan nilai kemanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Inovasi perkembangan teknologi informasi berkembang dengan cepat, ini selaras dengan perkembangan manusia modern yang memiliki tingkat mobilitas tinggi, mencari pelayanan yang mudah, fleksibel, efesien dan efektif. Dengan demikian dengan inovasi pelayanan akan semakin baik.

Sistem informasi yang terintegrasi merupakan pendukung yang sangat penting bagi perkembangan suatu instansi, perusahaan maupun pemerintah daerah dalam menjalankan inovasi, guna mendukung penyediaan informasi dan pengelolaan data. Semua sistem informasi memiliki karakteristik umum,

(16)

yaitu selalu tumbuh dan berkembang, melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengelolaan data dan menyediakan informasi kepada masyarakat.

Penyandang disabilitas bertemu dengan tantangan yang unik dalam setiap tahapan manajemen bencana, hal yang terlihat adalah gangguan fisik saja namun yang sebenarnya terjadi adalah gangguan fisik, sosial, dan ekonomi. Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana menghadapi bencana untuk disabilitas.

Inovasi dalam memberikan pelayanan juga harus di fokuskan kepada masyarakat disabilitas atau kelompok rentan. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas ketika bertemu dengan bencana. Permasalahan tersebut terjadi pada setiap tahapan manajemen bencana. Permasalahan tersebut antara lain: belum maksimalnya program persiapan bencana yang sensitif penyandang disabilitas, partisipasi penyandang disabilitas masih minim dalam pendidikan pegurangan risiko bencana (PRB), aksesbilitas penyandang disabilitas terhadap materi ajar/belajar PRB, penyandang disabilitas tidak bisa sepenuhnya bertindak cepat dalam penyelamatan diri, kurangnya pendataan spesifik tentang identitas dan kondisi penyandang disabilitas, dan kurangnya fasilitas dan layanan yang aksesibel di pengungsian.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan inovasi pemerintah daerah di tuntut untuk lebih memperluas relasi dan kerjasama dengan stakeholder yang mengetahui sebuah pokok permasalahan. Tujuannya tidak lain untuk

(17)

membantu aktivitas-aktivitas dalam pemerintahan dan dengan adanya kerjasama, pemerintah daerah akan dapat berkembang secara cepat. Melalui hubungan kerjasama inilah pemerintah akan dapat memperoleh manfaat-manfaat dari setiap perjanjian kerja sama yang dilakukan dengan mitra kerjanya.

Mengacu pada banyaknya jumlah penyandang disbilitas, semestinya memang tidak terjadi pembedaan perlakuan pemenuhan hak antara orang yang normal dengan penyandang disabilitas. Dalam segala hal yang berurusan dengan aktivitas fisik, para penyandang disabilitas mengakui dan menyadari, bahwa mereka memang beda, bukan dalam arti kemampuan, namun lebih pada mode of production atau dalam cara-cara berproduksi.

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis tertarik melakukan penelitian terkait Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke)

dengan proses yang ditempuh dalam menjalankan inovasi tersebut. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis membangun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Program Deng Siba Peduli Difabel melakukan pelayanan terintegrasi?

2. Bagaimana proses keterlibatan warga masyarakat dalam program Deng Siba peduli Difabel?

(18)

3. Bagaimana bentuk pelaksanaan kerjasama dalam program Deng Siba peduli Difabel ?

4. Bagaimana analisis penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan program Deng Siba peduli Difabel

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui inovasi program Deng Siba peduli Difabel dalam melakukan pelayanan terintegrasi.

2. Untuk mengetahui sejauh mana proses keterlibatan warga masyarakat dalam program Deng Siba peduli Difabel.

3. Untuk mengetahui proses membangun relasi dalam pelaksanaan kerjasama program Deng Siba peduli Difabel.

4. Untuk mengetahui analisis penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan program Deng Siba peduli Difabel

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

a. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan. c. Hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan diskusi bagi

(19)

2. Secara Praktis

a. Dapat di jadikan input bagi pengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan bagi kaum disabilitas dalam kecamatan administrasi pelayanan pemerintah

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam

mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian pelayanan yang sedang berjalan.

(20)

10

Demirza (2016) dari Pogram Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang tahun berjudul “Implementasi Disability Policy Pada Pembangunan Fasilitas Umum Sebagai Bentuk Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Cacat di Kota Malang . Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitiannya adalah, implementasi kebijakan disabilitas di Kota Malang dilakukan secara bertahap setiap tahunnya. Pedestrian masih difokuskan untuk dibangun di tempat-tempat ramai. Ketersediaan fasilitas sekolah inklusif masih minim dikarenakan belum terdapat syarat dari pemerintah terkait fasilitas ramah disabilitas.

Rahayu, dkk. (2013) Pelayanan Publik Bidang Transportasi Bagi Difabel Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan layanan perhubungan untuk memenuhi kebutuhan kaum difabel belum optimal. Pemerintah Kota Yogyakarta menyediakan fasilitas perhubungan ramah difabel, Sleman menyediakan trotoar ramah difabel khususnya di sekitar kompleks perkantoran pemerintah daerah. 3 kabupaten lain belum optimal dalam penyediaan fasilitas.

Ulfa,Dkk (2020) Inovasi Pelayanan Pendidikan (Studi Kasus: Program Sumbangan Pembinaan Pendidikan (Spp) Gratis Bagi Mahasiswa Kabupaten Pangkep). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inovasi pelayan yang

(21)

berada di kota pangkep dengan Program SPP gratis bagi mahasiswa Pangkep memiliki tingkat kesesuaian (Compatibility) karena sesuai dengan kondisi dan harapan masyarakat . Pemerintah daerah Kabupaten Pangkep melihat bahwa APBD mencukupi untuk dikeluarkan program yang dianggap bisa menjadi solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan Kabupaten Pangkep. Mahasiswa dan masyarakat serta Pemerintah Daerah berharap agar program ini tetap menjadi program andalan di Kabupaten Pangkep dan bisa untuk terus ditingkatkan agar masyarakat Kabupaten Pangkep bisa memiliki hidup yang lebih baik lagi dari sebelumnya

B. Tinjauan Konseptual 1. Konsep Inovasi

Kata inovasi berasal dari bahasa inggris innovation berarti perubahan. Inovasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses, dan output, serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia.

Inovasi dapat berupa ide, cara-cara ataupun obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi juga sering dugunakan untuk merujuk pada perubahan yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh masyarakat yang mengalami (Mariana 2010:304).

Sutarno (2012:132), inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru, tindakan menggunakan sesuatu yang baru. Inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau

(22)

dengan kata lain merupakan mobilisasi pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru.

Inovasi merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam berkembangnya suatu organisasi. Beberpa organisasi baik itu organisasi sektor swasta ataupun sektor publik seperti organisasi pemerintahan berupaya untuk menemukan inovasi-inovasi (Ancok 2012). inovasi dimaknai sebagai peralihan dari prinsip-prinsip, proses, dan praktik-praktik manajemen tradisional atau pergeseran dari bentuk organisms yang lama dan memberi pengaruh yang siginifikan terhadap cara sebuah majanemen yang dijalankan. Inovasi dalam organisasi pemerintahan menjadi suatu tuntutan bagi instansi pemerintahan menyusul semakin meningkatnya desakan dari publik akan adanya peningkatan kinerja dari instansi pemerintahan agar mampu menyelesaiakan permasalahan di dalam kehidupan masyarakat melalui suatu program dan pelayanan (Suwarno 2008).

Inovasi secara relevan dapat digunakan di sektor publik arena fungsi alternatifnya untuk mencari solusi baru atas persoalan lama yang tak kunjung tuntas. Inovasi pada instansi pemerintahan sangat dibutuhkan dalam proses penyediaan pelayanan publik dengan mengembangkan cara-cara baru dan sumber daya baru (Taufiq 2009). Di samping itu, inovasi di sektor publik bisa dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya mengingat pada dasarnya organisasi sektor publik senantiasa dihadapkan pada kelangkaan sumber daya dan keterbatasan anggaran.

(23)

Suatu inovasi tidak lepas beberapa hal atau aspek penting yang menunjukkan suatu organisasi telah melakukan inovasi. Ada lima hal yang perlu ada dalam suatu inovasi sebagaimana berikut ini (Suwarno 2008): a. Sebuah Inovasi hadir sebagai pengetahuan baru bagi masyarakat dalam

sebuah sistem sosial tertentu. Pengetahuan baru ini merupakan faktor penting penentu perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat . b. Cara Baru Inovasi juga dapat berupa cara baru bagi individu atau

sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan atau menjawab masalah tertentu. Cara baru ini merupakan ini merupakan pengganti cara lama yang sebelumnya berlaku.

c. Objek Baru suatu inovasi merujuk pada adanya objek baru untuk penggunanya. Objek baru ini dapat berupa fisik (tangible) atau tidak berwujud fisik (intangible).

d. Teknologi Baru, inovasi sangat identik dengan kemajuan teknologi. Banyak contoh inovasi yang hadir dari hasil kemajuan teknologi. Indikator kemajuan dari suatu produk teknologi yang inovatif biasanya dapat dikenali dari fitur-fitur yang melekat pada produk tersebut. e. Penemuan Baru hasil semua inovasi merupakan hasil penemuan baru.

Inovasi merupakan produk dari sebuah proses yang sepenuhnya bekerja dengan kesadaran dan kesengajaannya.

Oslo Manual (dalam Zuhal, 2013 :58), inovasi memiliki aspek yang sangat luas karena dapat berupa barang maupun jasa, proses, metode pemasaran atau metode organisasi yang baru atau telah mengalami

(24)

pembaharuan yang menjadi jalan keluar dari permasalahan yang pernah dihadapi oleh organisasi.

Borins (dalam Sangkala, 2013:25) menyatakan bahwa dalam literature inovasi terdapat perbedaan antara temuan (invention), kreasi ide baru, dan inovasi. Dalam literature manajemen juga dikemukakan sejumlah defenisi inovasi dimana cara luas berada dalam tema-tema perubahan proses atau teknologi yang menciptakan nilai bagi pelanggan atau organisasi. Inovasi yang berbeda tersebut lebih kepada semata-mata perubahan.

Inovasi adalah sumber dari perkembangan sosial dan ekonomi, serta merupakan produk dan fasilitator dari pertukaran ide yang merupakan darah dari pembangunan (Pugh dalam Pratama 2013). Inovasi dicerminkan oleh produk-produk dan proses produksi baru, kemajuan teknologi komunikasi, organisasi dan layanan baru disektor publik dan sector non-profit.

Inovasi dan analisa praktek yang sukses menunjukkan bahwa strategi utama didalam sektor pemerintahan yaitu (Sangkala, dalam Nurdin, 2016): a. Memberikan layanan terintegrasi, yaitu Pemerintah menawarkan

peningkatan sejumlah layanan, sehingga warga memiliki harapan yang tidak sederhana untuk memperoleh layanan yang disediakan disertai kenyamanan.

Terintegrasi merupakan sistem informasi yang terdiri dari banyak bagian dari masing-masing proses dan menjadi satu kesatuan sistem. Sistem terintegrasi membutuhkan peran serta user secara maksimal, karena antara satu proses dengan proses yang lainnya saling mempengaruhi. Apabila tidak

(25)

ada partisipasi yang aktif dari masing-masing user pada sistem ini maka sistem tidak dapat bermanfaat secara optimal untuk instansi

Untuk mencapai pelayanan publik yang profesional maka perlu memahami prinsip-prinsip pelayanan publik yang baik yaitu, kesederhanaan, kejelasan, kepastian, waktu, akurasi serta kenyamanan. Prinsip pelayanan publik di atas harus disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dalam mewujudkan pelayanan publik yang prima sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat (Laksana 2008).

b. Pelibatan warga, yaitu Pemerintah memiliki kewenangan yang inovatif mendorong peran warga untuk berpartisipasi guna mensukseskan inovasi, dan memungkinkan warga untuk mengungkapkan kebutuhannya sekaligus memastikan inovasi sukses dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat dalam proses inovasi merupakan sebuah bentuk partisipasi dalam rangka pembangunan daerah. Dimana masyarakat mempunyai peran penting untuk memahami program kebijakan yang dibuat pemerintah. Lebih rinci (Irene 2011:61) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi masyarakat yang tercermin dalam prilaku dan aktifitasnya dalam suatu kegiatan. Faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi antara lain pendidikan, penghasilan dan pekerjaan anggota masyarakat.

(26)

c. Menjalin Kerjasama/ Kolaborasi, yaitu Pemerintah melakukan kolaborasi dengan Lembaga terkait, Instansi Publik, Swasta, untuk kesamaan cara pandang yang inovatif dalam memenuhi peningkatan layanan publik.

Maasawet (2010) tujuan dari bekerjasama ialah dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Dalam kerjasama, kita memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang.

Kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta merupakan suatu alternatif mekanisme pembiayaan dalam pengadaan pelayanan public yang telah digunakan secara luas diberbagai negara yang khususunya negara maju. Menurut Istianto (2011). Kerjasama ini merupakan kesepakatan antara dua pihak ataupun lebih yang memungkinkan antara pihak pihak tersebut melakukan kerjasama sehingga tercapai tujuan yang sama, dan kerjasama ini dari masing-masing pihaknya berperan atau melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab serta kekuasaannya.

d. Memanfaatkan Teknologi Informasi (TI), yaitu Pemerintah memberikan layanan administrasi publik berbasis komputer dan

(27)

internet untuk mempercepat dan menyederhanakan warga memperoleh layanan administrasi dan informasi dari pihak Pemerintah.

Pemanfaatan teknologi informasi ini bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih baik, meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan bisnis serta industri, memberdayakan masyarakat melalui akses terhadap informasi, serta meningkatkan efisiensi manajemen pemerintahan.

Setyadi (2003) keuntungan lain dari pemanfaatan teknologi informasi oleh institusi pemerintah diantaranya dapat mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan pendapatan, dan atau dapat mengurangi biaya.

Sebagai kesimpulan berdasarkan beberapa teori terkait inovasi yaitu merupakan suatu ide atau gagasan dalam menciptakan sesuatu yang baru. Terkait inovasi bagi pemerintahan merupakan suatu metodelogi yang di gunakan dalam mengefektifkan pelayanan terhadap masyarakat melalui sesuatu yang baru dan dapat memudahkan pelayanan.

2. Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Irsan 2012:9). Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat.

(28)

Karenanya Birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang baik dan professional.

Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan hararapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan hal-hal seperti berbelit-belit, lamban, mahal, melelahkan, ketikpastian. Keadaan demikian terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan dilayani (Mahsyar 2011).

Pelayanan publik merupakan elemen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik secara sederhana dipahami oleh berbagai pihak sebagai pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Semua barang dan jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah kemudian disebut sebagai pelayanan public (Dwiyanto 2015).

Mahmudi (2010) penyedian pelayanan publik haruslah didukung oleh regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. regulasi tersebut selanjutnya menjadi semacam guidance bagi penyediaan pelayanan publik. Oleh karena itu, adanya Undang-undng No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik menjadi angin segar dalam upaya peneyedian pelayanan publik yang baik. Undang-undang ini mengamanatkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(29)

Setiap penyelenggaraan atau penyediaan pelayanan publik haruslah memiliki standarisasi dalam pelayanannya. Selanjutnya standarisasi pelayanan publik tersebut perlu dipublikasikan agar dpat diakses atau diketahui oleh masyarakat sebagai pengguna pelayanan publik. Standar pelayanan publik, sekurang-kurangnya meliputi (Surjadi 2012):

a. Prosedur Pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu Penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya Pelayanan tariff pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d. Produk Pelayanan hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. Sarana dan Prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan pemberi pelayanan kompetensi harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi pelayanan.

(30)

Sinambela (2008:6) tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional, azas-azas dalam pelayanan publik tercermin dari:

a. Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

c. Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Keamanan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak. Berkaitan dengan upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan pelayanan publik, maka diperlukan suatu aktivitas manajemen. Aktivitas manajemen adalah aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang mampu

(31)

mengubah rencana menjadi kenyataan, apakah rencana itu berupa rencana produksi atau rencana dalam bentuk sikap dan perbuatan (Octavianus 2014). Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat (Ihsanuddin 2014). Oleh karena itu, dengan adanya keputusan ini pemerintah sebagai pelaku pelayanan publik hendaknya selalu harus memberikan kualitas pelayanan yang prima kepada masyarakatnya.

Menelusuri permasalahan layanan publik di Indonesia sebenarnya dapat dilihat pada beberapa periode dalam penyelenggaraan pemerintahan,, misalnya dimulai pada masa orde baru dan terakhir periode reformasi. Pergeseran paradigma dalam pelayanan publik tidak dilepaskan dari perubahan iklim politik yang berimplikasi pada kebijakan-kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Di Indonesia pada masa orde baru misalnya pelayanan publik ditandai oleh dominasi negara pada berbagai elemen-elemen kehidupan bangsa, sehingga pada masa ini dikenal dengan paradigma negara kuat atau negara otonom dimana kekuatan sosial politik termasuk kekuatan pasar kecil pengauhnya dalam kebijakan publik, bahkan dalam pelaksanaannya (Mahsyar2011).

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Perkembangan globalisasi mengenai teknologi informasi membawa seluruh Instansi, Lembaga, Badan, Dinas serta Kantor Pemerintahan menuju

(32)

perubahan-perubahan terhadap sikap mengenai cara memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien (Kurniawan 2005). Kemajuan teknologi yang sangat pesat ini menyebabkan pengaruh sangat besar pada semua bidang, yaitu dalam pelayanan teknologi informasi pada suatu instansi pemerintahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah, dan di dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan beberapa konsep dari kerangka teori yang telah dipaparkan dalam penelitian terkait Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) maka yang menjadi fokus dalam melakukan penelitian sesuai dengan teori (Sangkala, dalam Nurdin, 2016) dengan indikator memberikan layanan terintegrasi, pelibatan warga, menjalin kerjasama dan pemanfaatan teknologi dalam mengukur strategi sebuah inovasi di paparkan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Inovasi Pelayanan Publik

Indikator:

a. Memberikan layanan terintegrasi b. Pelibatan Warga

c. Menjalin Kerjasama

(33)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan bagan kerangka pikir maka yang menjadi fokus penelitian ini yaitu: memberikan layanan terintegrasi, pelibatan warga, menjalin kerjasama serta memanfaatkan teknologi dan informasi.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Tingkat Keberhasilan Inovasi Deng SIBA

(34)

Berdasarkan fokus penelitian maka gambaran terkait indikator yang menjadi landasan penelitian penulis adalah sebagai berikut:

a. Memberikan layanan terintegrasi adalah Pemerintah melalui BPBD hanya berfokus kepada pemberian pelayanan kepada kaum difabel tentang penanganan dalam menghadapi bencana.

b. Pelibatan warga adalah mendorong peran warga untuk berpartisipasi guna mensukseskan inovasi dan memungkinkan warga untuk mengungkapkan kebutuhannya dalam pelaksanaan program di fable melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

c. Menjalin kerjasama adalah Pemerintah melakukan kolaborasi dengan Lembaga terkait, Instansi Publik, Swasta, untuk kesamaan cara pandang dalam penanganan kaum difabel dengan memperhatikan keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu

d. Memanfaatkan teknologi informasi adalah pemerintah memberikan layanan administrasi publik berbasis komputer dan internet untuk mempercepat dan menyederhanakan warga memperoleh layanan administrasi dan informasi dengan mengacu kepada mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan pendapatan, dan atau dapat mengurangi biaya.

(35)
(36)

26

Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini selama 2 (dua) bulan dan dilakukan setelah seminar proposal serta lokasi penelitian bertempat di Desa Cakke Kabupaten Bone tentang Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena merupakan tempat yang menjadi langganan banjir di saat musim penghujan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan studi kasus merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang

(37)

suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke).

C. Informan

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian ini berdasarkan Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke) adalah sebagai berikut:

No. Informan Inisial Instansi

1. Hj. Sakinah SE SK BPBD

2. Muh. Ilham S.Sos MI BPBD

3. Abd. Jabbar AJ Sekertaris Desa

Cakke

4. Andi Takdir AT Ketua PPDI Bone

5. Bungara BG Masyarakat Disabilitas 6. Darmiza DM Masyarakat Disabilitas 7. Musakkir MS Masyarakat 8. Ronal RN Masyarakat

(38)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan Inovasi Pelayanan Publik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Bone (Studi Program Desa Siaga Bencana Peduli Difabel Desa Cakke).

Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk mendalami dan mengetahui bentuk dari Program Deng SIBA sehingga dapat di peroleh informasi awal bahwa program ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat disabilitas dan kelompok rentan pada saat bencana. Observasi dilakukan langsung pada kantor BPBD Kabupaten Bone selaku pelaksana program. Dimana observasi di lakukan pada awal bulan 12 pasca pengajuan judul penelitian.

(39)

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

Rencana penelitian akan di laksanakan setelah ujian seminar pra penelitian di mana wawancara di lakuan terhadap stakeholder yang terlibat dalam program Deng SIBA seperti BPBD, PDDI Bone dan masyarakat disabilitas. Bentuk wawancara penulis secara langsung mengajukan pertanyaan kepada informan terkait judul penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

Pada penelitian terkait program Deng SIBA di butuhkan beberapa dokumentasi seperti foto-foto kegiatan program, peraturan dan bentuk-bentuk dokumen atau draf lainnya yang dapat mendukung keakuratan penelitian.

(40)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa

(41)

bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

F. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014: 39), Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

(42)

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(43)

33

1. Gambaran Umum Kabupaten Bone

Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang dalam catatan sejarah didirikan oleh Manurunge Rimatajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A. Sultan Kasim,2002).

Kabupaten yang terletak di Provinsi Selatan, dengan ibu kota terletak di Kota Watampone dengan luas wilayah 4.559 km2, terdiri atas 27 (dua puluh tujuh) kecamatan, 372 desa/kelurahan. Kecamatan tersebut adalah sebagai berikut Kecamatan Bontocani, Kahu, Kajuara, Salomekko, Tonra, Libureng, Mare, Sibulue, Barebbo, Cina, Ponre, Lappariaja,Lamuru, Ulaweng,Palakka, Awangpone, Tellu Siattingnge, Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana, Tanete Riattang, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang Timur, Amali, Tellu Limpoe, Bengo, dan Patimpeng. Kecamatan Bonto Cani merupakan kecamatan terbesar denan luas wilayah 463,35 km, sedangkan Kecamatan Tanete Riattang merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 23,79 km2 yang merupakan kecamatan terpadat di Kabupaten Bone.

(44)

Kabupaten Bone terletak antara 4o13’ -5o3’ Lintang Selatan dan antara 119o42’ – 120o30’ Bujur imur. Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah

beriklim sedang. Kelembaban udara berkisaran antara 95%-99% dengan temperatur berkisar 26 oC – 43 oC. Pada wilayah Kabupaten Bone terdapat juga pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya terdapat aliran sungai. Disekitarnya terdapat lembah yang cukup dalam. Kondisinya sebagian ada yang berair pada musim hujan yang berjumlah sekitar 90 buah. Namun pada musih kemarau sebagian mengalami kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai Walenae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulu-bulu, Salomekko, Tobunne dan Lekoballo. Kabupaten Bone berbatasan dengan Kabupaten lain yaitu:

Sebelah Utara : Kabupaten Wajo, Soppeng Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai, Gowa

Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Pangkep, Maros

Tabel 4.1

(45)

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk 1. Bonto Cani 493,35 39 2. Kahu 189,50 215 3. Kajuara 124,13 294 4. Salomekko 84,91 196 5. Tonra 200,32 75 6. Libureng 344,25 92 7. Mare 263,50 111 8. Sibulue 155,80 229 9. Barebbo 114,20 264 10. Cina 147,50 194 11. Ponre 293,00 52 12. Lappariaja 138,00 200 13. Lamuru 208,00 128 14. Ulaweng 161,67 171 15. Palakka 115,32 226 16. Awangpone 110,70 309 17. TelluSiattingnge 159,30 289 18. Ajangale 139,00 207 19. Dua Boccoe 144,90 236 20. Cenrana 143,60 186 21. Tanete Riattang 23,79 2.275

22. Tanete Riattang Barat 53,68 931

23. Tanete Riattang Timur 48,88 936

24. Amali 119,13 183

25. Tellu Limpoe 318,10 52

26. Bengo 164,00 170

27. Patimpeng 130,47 139

Sumber : Data Konsolidasi Bersih (DKB) Kemendagri Semester II Tahun 2019,dioalah

(46)

1. Visi. “MASYARAKAT BONE YANG MANDIRI, BERDAYA SAING, DAN SEJAHTERA

2. Misi:

a. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan

bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

b. Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

c. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan

kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya.

d. Mengotimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasis desa

dan kawasan perdesaan.

e. Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah

dalam peningkatan pelayanan publik.

f. Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni

budaya dalam kemajemukan masyarakat.

2. BPBD Kabupaten Bone

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone berlokasi di Jalan Poros Stadion Gor Lapatau Bone Kelurahan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Provinisi Sulawesi Selatan. Dasar Hukum dari BPBD adalah Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Sejarah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupten Bone terbentuk

(47)

sejak bulan Oktober tahun 2010 dan mulai melaksanakan program dan kegiatan pada tahun 2011. Badan Penanguangan Bencana Daerah Kabupaten Bone memiliki jumlah pegawai sebanyak 84 orang, terdiri atas 21 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 63 orang tenaga kontrak.

a. Visi dan Misi

1. Visi “Terselanggaranya Penanggulangan Bencana Yang Tangguh, Cepat, dan Tepat “

2. Misi:

a. Menyelenggarakan Penanggulangan Bencana secara terencana, terpadu, cepat, tepat dan menyeluruh.

b. Meningkatkan dan Menggalang kemitraan dengan masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

c. Memenuhi hak masyarakat yang terkena bencana secara adil. d. Meningkatkan kerjasama antara lembaga dalam

menyelenggarakan penanggulangan bencana.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Badan Penanggulanan Bencana Daerah Kabupaten Bone terdiri dari:

Sekretariat:

a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. b) Bagian Keuangan

c) Sub Bagian Program.

(48)

a) Seksi Pengurangan Resiko Bencana dan Pemberdayaan Masyarakat.

b) Seksi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bidang Kedaruratan dan Logistik.

a) Seksi Tanggap Darurat

b) Seksi Perbaikan dan Bantuan Darurat Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

a) Seksi Penilaian Kerusakan dan Pemulihan Lingkungan Fisik b) Pemulihan, Peningkatan Sosial Ekonomi dan Penanganan

Pengungsi

Berdasarkan pada Eselonisasi, maka Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bone, terdiri dari :

1) Kepala Badan (Eselon II a) 1 orang

2) Kepala Pelaksana Badan (Eselon II b) 1 orang. 3) Sekretaris (Eselon III b) 1 orang

4) Kepala Bidang (Eselon III b) 3 orang 5) Tim Pengarah (Non Eselon)

6) Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi (Eselon IV a) 9 (sembilan) orang. 7) Staf sebanyak sesuai kebutuhan.

Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah

KEPALA BAGIAN UNSUR PENGARAH

KEPALA PELAKSANA

(49)

c. Gambaran Pelayanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bone, maka kedudukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Dalam hubungan tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dalam lingkup penanggulangan bencana daerah yaitu menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanggulangan bencana daerah dengan rincian tugas sebagai berikut : d. Tugas Pokok dan Fungsi

(50)

a) Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.

b) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan

c) Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana

d) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana e) Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah f) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana

g) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang h) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima

dari APBN, APBD dan sumber dana lainnya

i) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone mempunyai fungsi sebagai berikut :

(51)

1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien

2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh

3) Melaksanakan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana daerah sesuai petunjuk dan arahan Bupati Bone.

e. Sarana dan Prasarana yang tersedia pada BPBD Kabupaten Bone, digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Aset Peralihan Dari Badan BPBS Kabupaten Bone

No Nama dan Jenis Barang Jumlah Keadaan

(52)

1 Perahu Karet 1 unit Rusak berat Gudang

2 Life Jaket 6 unit Rusak berat Gudang

3 Tenda Keluarga 1 unit Rusak berat Gudang

4 Center Dapur Umum 2 unit Rusak berat Gudang

5 Rimbui 1 unit Rusak berat Gudang

6 Mic Sandang 1 unit Rusak berat Gudang

7 Derek (Troler) 1 Unit Rusak berat Gudang

8 Peta Rupa Bumi 1 buah Rusak berat Gudang

9 Tenda Platon 1 buah Rusak berat Gudang

10 Fiber 1 unit Rusak berat Gudang

11 Meja Rapat 1 buah Rusak berat Gudang

12 Kompor Dapur Umum 1 Set Rusak berat Gudang

13 Meja Kantor 1 buah Rusak berat Gudang

14 Kursi 4 buah Rusak berat Gudang

15 Mesin Perahu Karet 2 buah Baik Gudang

16 Panci 1 Set Baik Gudang

17 Ranet 1 unit Baik Kantor BPBD

Sumber: RENSTRA BPBD Kabupaten Bone 2018-2023

Berdasarkan tabel 4.2 salah satu permasalahan yang di hadapi oleh BPBD

Kabupaten Bone dalam rangka pelayanan penanggulangan bencana adalah karena

banyaknya sarana dan prasarana dalam keadaan rusak berat. Seperti di lihat jumlah

kerusakan yang paling banyak adalah life jaket, dimana sarana dan prasarana ini

yang paling urgen dalam penyelamatan masyarakat pada saat banjir

Tabel 4.3

Aset Yang Bersumber Dari APBD Kabupaten Bone

No Nama Jenis Barang Jumlah Keadaan

Barang

Pemegang Sementara

1 Mobil Innova 1 unit Baik H.Bahar Kadir,

S.H.,M.H.

(53)

3 Printer

Epson LQ 1 unit Baik Kantor BPBD

HP Laser Jet 2 unit Baik Kantor BPBD

4 Meja Kerja Pimpinan 1 unit Baik Kantor BPBD

5 AC 2 unit Baik Kantor BPBD

6 Televisi 1 unit Baik Kantor BPBD

7 Kursi Putar 1 buah Baik Kantor BPBD

8 Kursi Futura 10 buah Baik Kantor BPBD

9 Notebook / Ipad 2 unit Baik Drs.H.M.Idris

Baharuddin, S.I.P.

10 Faximile 1 buah Baik Kantor BPBD

11 Mesin Tik 1 unit Baik Kantor BPBD

12 Laptop / Notebook

Asus 1 unit Baik St.Marwah

/Bendahara

Axio 3 unit Baik Hj.Sakina, S.E.

Nurdiana, S.E. Sumarlina Sumber: RENSTRA BPBD Kabupaten Bone 2018-2023

Berdasarkan tabel 4.3 terkait aset yang bersumber dari APBD Kabupaten

Bone dapat dilihat bahwa seluruh bantuan hanya kelengkapan kesekretariatan

sehingga kedepannya perlu di usulkan untuk penyediaan sarana dan prasarana

kegiatan penanggulangan bencana di lapangan.

Tabel 4.4

Aset Yang Bersumber Dari Bantuan BNPB Dan BPBD Provinsi Sulawesi Selatan

No Nama Jenis

Barang Jumlah

Keadaan

(54)

1 Genset 5

KVA 1 unit Baik Kantor BPBD

2 Pesawat

Handy Talkie 1 unit Baik H.M.Idris

3 Radio Rig

Lengkap 1 set Baik Kantor BPBD

4 SSB 1 set Baik Posko

5

Lampu Senter Hid

Sarchligth

1 Buah Rusak Drs. H. M. Idris

6 Tenda Posko 1 Unit Baik Gudang

7 Tenda Regu 3 Unit Baik Gudang

8 Tenda

Peleton 2 Unit Baik Gudang

9 Tenda

Keluarga 5 Unit Baik Gudang

10 Tenda

Pengungsi 4 Unit Baik Gudang

11 Velbed 10 Buah Baik Gudang

12

Water Treatment Portable

1 Buah Baik Gudang

13 Motor Triller 2 Unit Baik Baharuddin,SIP,Ilham,S.Sos.

14 Mobil Barang

/ Rescue 1 Unit Baik H.Bahar Kadir,S.H.,M.H.

15

Tool ( Isi Mobil Opersional) – Obeng

kombinasi 1 Set Baik Drs. H. M. Idris (1 Set) – Tang 1 Set Baik Drs. H. M. Idris (1 Set) – Kunci Pas 1 Set Baik Drs. H. M. Idris (1 Set)

(55)

– Lampu

senter 1 Buah Baik

– goggle Drs. H. M. Idris (1 Buah)

– Dongkrak

Buaya 1 Buah Baik Drs. H. M. Idris

– Dongkrak

Buaya 1 Buah Baik Drs. H. M. Idris

– Helm Proyek

– Linggis 2 Buah Baik – Cangkul

– Mini

Kompressor 1 Buah Baik Drs. H. M. Idris – Multimeter 1 Buah Baik Drs. H. M. Idris – Chainsaw

Kayu 1 Buah Baik

– Chainsaw

Beton 1 Buah Baik

– Tool Box tempat penyimpanan alat bahan aluminium 1 Buah Baik

– Jas Hujan 5 Buah Baik Kotak Obat

Obatan dan isinya

1 Set Baik

Tabung

Pemadam api 2 Unit Baik Drs. H. M. Idris ( 1 unit) Lampu rotari LED strobo merah – merah 1 Unit Baik Bumper

(56)

Towing Ball Heavy Duty Alat komunikasi VHF Transceiver + Antena + Braket + Kabel Coak

1 Set Baik Drs. H. M. Idris

Winc 1 Unit Baik

Lampu Sorot 1 Set Baik Bulber depan bahan pipa stainless steel 3 dan 2 dudukan untuk wing 1 Set Baik

Footstep 1 Unit Baik Drs. H. M. Idris Tali penarik

kendaraan 2 roll Baik Drs. H. M. Idris ( 1 Rool) Sumber: RENSTRA BPBD Kabupaten Bone 2018-2023

Berdasarkan tabel 4.4 yang berkaitan dengan aset BPBD Kabupaten Bone yang berasal dari BPBD provinsi dan BPNP dapat di lihat bahwa tenda regu merupakan yang terbanyak yaitu 3 unit. Dan senter menjadi satu-satunya unit yang sudah mengalami kerusakan. Secara keseluruhan jumlah tenda jauh lebih banyak di banding dengan yang lain, sebagai kebutuhan pada saat bencana dan di lokasi pengungsian pasca bencana.

3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kecacatan, Kecamatan Awangpone, Tahun 2019

Tabel 4.5

(57)

Jenis Jumlah

Cacat Fisik 139

Cacat Netra 86

Cacat Rungu 34

Cacat Mental 65

Cacat Fisik Mental 27 351

Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone, Tahun 2019, diolah

Berdasarkan data masyarakat penyandang disabilitas Kabupaten

Bone terdapat data tertinggi dengan jumlah 351 di Kecamatan

Awangpone dan data yang terendah dengan jumlah 47 di Kecamatan

Tanete Riattang Barat. Dari jumlah keseluruhan penyandang disabilitas

di Kabupaten Bone dengan 27 Kecamatan berjumlah 4.512. Berdasarkan

hasil jumlah keseluruhan dapat di simpulkan bahwa masyarakat

penyandang disabilitas Kabupaten Bone Kecamatan Awangpone

diketahui jumlah mencapai tingkat 8%.

4. Jumlah Peyandang Disabilitas Desa Cakke Tabel 4.6 Jenis Jumlah Cacat Fisik 4 Cacat Netra 3 Cacat Rungu 9 Cacat Mental 3

Cacat Fisik Mental 4

23

Sumber: Kantor Desa Cakke

Berdasarkan hasil penelitian jumlah penyandang disabilatis Desa

Cakke, data yang dihasilkan bahwa Cacat Rungu memiliki jumlah yang

lebih tinggi di bandingkan jenis jumlah penyandang disabilitas Desa

(58)

B. Inovasi dalam Program Deng SIBA “Desa Siaga Bencana” Peduli Difabel Kabupaten Bone.

Kabupaten Bone dalam melaksanakan kesiapsiagaan bencana membentuk sebuah program desa siaga bencana yang terintegrasi dengan kepedulian dengan kelompok rentan seperti penyandang disabilitas sehingga program tersebut di beri nama Deng SIBA Peduli Difabel yang akan penulis bahas berdasarkan pendekatan teori tentang inovasi sebagai berikut:

1. Layanan Terintegrasi

Pelayanan merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menyelenggarakan pelayanan publik merupakan kewajiban pemerintah dalam pemenuhan atas barang, jasa dan pelayanan administratif kepada setiap warga negara.

Program desa siaga bencana merupakan salah satu inovasi baru pemerintah Kabupaten Bone dalam menanggulangi bencana yang terintegrasi dengan perlindungan kaum difabel. Langkah tersebut merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat tanpa membedakan status dan kedudukannya sebagai masyarakat yang berhak menerima pelayanan.

“Program Deng Siba pada dasarnya memberikan pelayanan yang berfokus kepada kaum difabel, tentang bagaimana kaum difabel dapat menolong dirinya pada saat terjadi bencana. Bentuk pelayanan yang diberikan dengan membagi kelompok sesuai dengan kasus difabel masing-masing. Jadi setiap jenis disabilitas mempunyai bentuk pelayanan tersendiri dalam menanggulangi bencana.” (Wawancara dengan SK Tanggal 09/9/2020).

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini menunjukan bahwa discount berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku impulse buying

ipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini adalah: “ Layanan penguasaan konten dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia kelas

Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan FK USU, Ketua TKP-PPDS FK USU, dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran FK USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

Pada hari ini rabu, tanggal Sembilan belas bulan Oktober tahun Dua ribu enam belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Prasarana Wilayah

Berdasarkan penurunan nilai titik layu permanen tersebut, diduga karena adanya implemen subsoiler dan pemberian bahan organik blotong dan abu ketel, sehingga dapat memperbaiki

Hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan disebabkan oleh

(3) Untuk perusahaan penanaman modal dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bidang usahanya merupakan kewenangan pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

Oleh karena itu untuk melancarkan dalam prosesnya kami menghadirkan buku ini sebagai penduan tenaga kesehatan dalam melakukan registrasi secara online dengan