• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HUJAN, PEMUPUKAN DAN JUMLAH JANJANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA BERBAGAI UMUR TANAMAN DI KEBUN PASIR MANDOGE SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH HUJAN, PEMUPUKAN DAN JUMLAH JANJANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA BERBAGAI UMUR TANAMAN DI KEBUN PASIR MANDOGE SKRIPSI OLEH :"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG 160301036

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

SKRIPSI

OLEH :

NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG 160301036

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

i ABSTRAK

NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG : Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Janjang terhadap Produktivitas Kelapa Sawit pada Berbagai Umur Tanaman di Kebun Pasir Mandoge dibimbing oleh Irsal dan Teuku. Irmansyah.

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman. Hipotesis penelitian adanya pengaruh nyata serta korelasi curah hujan, hari hujan, pemupukan NPK, Mg, dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pasir Mandoge PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Mei sampai Agustus 2021. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tersedia di administrasi kebun, meliputi data produksi tandan buah segar (TBS) dan data jumah janjang tahun 2017, 2018, dan 2019, data curah hujan, data hari hujan bulanan tahun dan data tahunan pupuk NPK, pupuk Mg tahun 2016, 2017 dan 2018. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.22 for windows. Hasil analisis regresi menunjukkan curah hujan , hari hujan berpengaruh nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada umur tanaman 7, 10 tahun dan 14 tahun. Pemupukan NPK, Mg berpengaruh tidak nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada tahun 2016, 2017, dan 2018. Jumlah Janjang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada umur tanaman 7, 10, dan 14 tahun. Korelasi curah hujan, hari hujan dan jumlah janjang pada tanaman umur 7, 10, 14 tahun memiliki pengaruh yang kuat dalam pencapaian produktivitas TBS. Korelasi pemupukan NPK dan pemupukan Mg memiliki pengaruh yang lemah dalam pencapaian produktivitas TBS.

Kata kunci : Hujan, Pemupukan, Jumlah Janjang, Produktivitas TBS.

(5)

ii ABSTRACT

NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG: The Influence of Rain, Fertilizer, and the Amount of Janjang On Palm Oil Productivity at Various Plant Ages guided by Irsal and Teuku. Irmansyah.

The production of Fresh Fruit Bunches (FFB) is the result of work activities in the field of plant maintenance. This study aims to find out and analyze the influence of rain, fertilization and the amount of janjang on palm oil productivity at various plant ages. This research hypothesis is that there is a real influence and correlation of rainfall, rainy days, fertilization of NPK, Mg, and the amount of janjang to palm oil productivity at various plant ages. This research was conducted at Kebun Pasir Mandoge PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, in May to August 2021. This research uses secondary data available in the garden administration, including fresh fruit bunch production data (FFB) and monthly data for 2017, 2018, and 2019, rainfall data, monthly rainy day data for the year and annual data on NPK fertilizer, Mg fertilizer in 2016, 2017 and 2018. The analysis methods used are multiple linear regression analysis and correlation analysis. The model is feasibility tested with classic assumption tests including normality test, heteroskedastisity test, multicolinearity test, as well as autocorrelation test using SPSS.v.22 for windows statistical tool. The results of the regression analysis showed rainfall, rainy days had a real effect on increasing palm oil production at the age of 7, 10 years and 14 years. NPK fertilization, Mg has an unreal effect on increasing palm oil production in 2016, 2017, and 2018. The number of Janjang has a significant effect on increasing palm oil production at the age of 7, 10, and 14 years. The correlation of rainfall, rainy days and the number of janjang in plants aged 7, 10, 14 years has a strong influence in the achievement of TBS productivity. The correlation of NPK fertilization and Mg fertilization has a weak influence in the achievement of FFB productivity.

Keywords: Rain, Fertilization, Number of Janjang, FFB Productivity.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Neng Euis Almaida Marpaung, lahir pada tanggal 18 Februari 1999 di Aceh anak ke-dua dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Zubair Marpaung dan ibunda Pajriah Tambunan. Tahun 2016 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Mitra Inalum Tanjung Gading dan diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi, Medan tahun 2016 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi FP

USU dan anggota organisasi Smart Generation Centre pada tahun 2017-2018,

divisi Riset dan Teknologi. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge di Kabupaten Asahan

pada tahun 2019. Kemudian penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata -

Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Desa Sumber Padi

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Sumatra Utara pada tahun 2020.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Judul dari skripsi ini adalah ”Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Janjang terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur Tanaman di Kebun Pasir Mandoge” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan financial dan spiritual serta mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Teuku. Irmansyah, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang dapat membantu dalam membuat penulisan skripsi ini agar lebih sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2021

Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 7

Syarat Tumbuh ... 10

Curah Hujan dan Hari Hujan ... 13

Umur Tanaman ... 15

Pupuk ... 17

Jumlah Janjang ... 19

Hubungan Hujan, Pupuk, Jumlah Janjang dan Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 20

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Metode Penelitian ... 24

Peubah Amatan ... 25

Produktivitas Tandan Buah Segar (ton/ha) ... 26

Jumlah Janjang (janjang/ha) ... 26

Curah Hujan (mm/bulan) ... 26

Hari Hujan (hari/bulan) ... 26

Pupuk NPK (kg/ha/tahun) ... 27

Pupuk Mg (kg/ha/tahun) ... 27

PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan ... 28

Pengumpulan data ... 28

Pengolahan Data dan Analisis Data ... 28

Halaman

(9)

vi

Uji Asumsi klasik ... 30

Uji Normalitas ... 30

Uji Heterokedastisitas ... 31

Uji Multikolinearitas ... 31

Uji Autokorelasi ... 32

Pengujian Hipotesis ... 32

Penarikan Kesimpulan ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Tandan Buah Segar ... 34

Curah Hujan (mm/bulan) dan Hari Hujan ... 36

Jumlah Janjang ... 40

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 42

Analisis Data ... 44

Uji Asumsi Klasik ... 44

Analisis Korelasi ... 48

Analisis Regresi Linear Berganda ... 50

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 53

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 54

Pengaruh Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 55

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 55

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 56

Analisis Data ... 58

Uji Asumsi Klasik ... 58

Analisis Korelasi ... 62

Analisis Regresi Linear Berganda ... 64

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 67

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 68

Pengaruh Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10Tahun ... 69

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 69

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 71

Analisis Data ... 72

Uji Asumsi Klasik ... 72

Analisis Korelasi ... 76

Analisis Regresi Linear Berganda ... 78

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 81

(10)

vii

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 14Tahun ... 82

Pengaruh Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 83

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 83

Produksi Tandan Buah Segar ... 84

Pemupukan NPK... 86

Pemupukan Mg ... 86

Hubungan Pupuk NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 87

Analisis Data ... 87

Uji Asumsi Klasik ... 88

Analisis Korelasi ... 91

Analisis Regresi Linear Berganda ... 92

Pengaruh Pupuk NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 95

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 98

Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

viii

DAFTAR TABEL No.

1. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman

Berumur 7 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 34 2. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman

Berumur 10 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 35 3. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman

Berumur 14 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 36 4. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 7 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 37 5. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 10 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 37 6. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 38 7. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 7 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 39 8. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 10 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 39 9. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 40 10. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 7 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 41 11. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 10 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 41 12. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 42 13. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah tandan pada

Tanaman Berumur 7 Tahun selama 3 tahun ... 43 14. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 45 15. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 46 16. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 7 tahun

Halaman

(12)

ix

Selama 3 tahun (2017-2019)) ... 47 17. Nilai hitung durbin watson (d) ... 48 18. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 48 19. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun

selama 3 tahun (2017-2019) ... 49 20. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 50 21. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman

Kelapa Sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 51 22. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 52 23. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun (2017-2019) ... 53 24. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah janjang pada

Tanaman Berumur 10 Tahun selama 3 tahun ... 57 25. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 59 26. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 60 27. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 10 tahun

selama 3 tahun (2017-2019) ... 61 28. Nilai hitung durbin watson (d) ... 62 29. Uji Autokorelasi Dengan Uji Runs Test ... 62 30. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit

Berumur 10Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 63 31. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 64 32. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman

Kelapa Sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 65 33. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 66

(13)

x

34. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun (2017-2019) ... 67

35. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah janjang pada tanaman Berumur 14 Tahun selama 3 tahun ... 71

36. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 73

37. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 74

38. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerancepada umur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 75

39. Nilai hitung Durbin Watson (d) ... 76

40. Uji Autokorelasi Dengan Uji Runs Test ... 76

41. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 76

42. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 77

43. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 78

44. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman Kelapa Sawit berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 79

45. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 80

46. Model pengujian analisis regresi linear berganda nj Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 81

47. Rataan Produktivitas Kelapa Sawit Selama 3 tahun (2017-2019) ... 85

48. Rataan pemupukan NPK ... 86

49. Rataan pemupukan Mg ... 86

50. Rataan produktivitas, pemupukan NPK, Mg pada tanaman Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 87

51. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 88

52. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman

Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 89

(14)

xi

53. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance

selama 3 tahun (2017-2019) ... 90 54. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 91 55. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit

selama 3 tahun (2017-2019) ... 91 56. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 92 57. Uji T-parsial pada Tanaman Kelapa Sawit selama

3 tahun (2017-2019) ... 93

58. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa Sawit B selama 3 tahun (2017-2019) ... 94 59. Model pengujian analisis regresi linear berganda

Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 94

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN No.

1. Data curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan (hari/bulan) di

Kebun Pasir Mandoge selama 3 tahun (2016-2018) ... 104 2. Klasifikasi Tipe Iklim Scmidth-Ferguson Di Kebun

PT. Perkebunan Nusantara IV Indonesia kebun Pabatu ... 104 3. Interpretasi nilai r pada analisis korelasi ... 105 4. Uji T parsial analisis linear berganda pada tanaman berumur

7,10,dan 14 tahun selama 3 tahun ... 105 5. Uji T parsial analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 106 6. Nilai t-tabel ... 106 7. Sidik ragam analisis linear berganda pada tanaman berumur

7,10,dan 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 107 8. Sidik ragam analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 107 9. Nilai F-tabel pada α = 5% ... 108 10. Nilai koefisien analisis linear berganda pada tanaman berumur

7,10,dan 14 tahun ... 108 11. Nilai koefisien analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 109 12. Model pengujian analisis linear berganda pada tanaman

Berumur 7,10,dan 14 tahun ... 109 13. Model pengujian analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 110 14. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman berumur

7,10,dan 14 tahun selama 3 Tahun (2017-2019) ... 111 15. Uji analisis korelasi antar variabel pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 112 16. Uji kolmogorov-Smirnov pada tanaman berumur 7,10 dan

14 tahun ... 113

Halaman

(16)

xiii

17. Uji kolmogorov-Smirnov pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 114

18. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual Pada tanaman berumur 7,10 dan 14 tahun ... 114

19. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual pada pemupukan NPK, Mg selama 3 Tahun... 115

20. Uji autokorelasi pada tanaman berumur 7,10,dan 14 tahun ... 115

21. Uji Run Test pada tanaman berumur 10 dan 14 tahun ... 116

22. Uji autokorelasi pada pemupukan NPK, Mg ... 116

23. Tabel durbin watson ... 117

(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memiliki peranan penting dalam pembangunan. Kelapa Sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak Kelapa Sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Dalam meningkatkan produksi Kelapa Sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi (Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bahan tanam, curah hujan, pemupukan, populasi tanaman, kondisi lahan, umur tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, sarana dan prasarana panen, serta faktor pendukung lainnya (Prihutami, 2011).

Unsur-unsur ilkim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi matahari, temperatur dan kelembapan

udara. Secara umum, kekurangan air pada Kelapa Sawit dapat menyebabkan hal-

hal berikut: a) buah lambat masak, b) bobot tandan buah berkurang dan hasil

ekstraksi CPO menurun, c) jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan

(18)

kemudian, dan d) jumlah bunga jantan meningkat sedangkan bunga betina menurun (Siregar et al., 2005).

Salah satu unsur iklim yang mempengaruhi produksi Kelapa Sawit adalah curah hujan. Tanaman ini memerlukan curah hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya, yaitu berkisar 2000- 2500 mm/thn dan merata sepanjang tahun. Hujan yang turun akan menyebabkan terbukanya secara berturut – turut daun – daun yang belum mekar sehingga mengakibatkan pembentukan daun yang selanjutnya akan memacu pembentukan bunga. Dengan demikian curah hujan yang mencukupi dari segi jumlah dan penyebarannya akan menyebabkan tanaman Kelapa Sawit mampu berproduksi secara optimum. Selain itu terdapat hubungan langsung antara produksi dengan curah hujan 12 bulan terdahulu, yaitu apabila curah hujan meningkat maka produksi 12 bulan mendatang kemudian meningkat (Manurung dan Subronto, 1992).

Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2.000–3.500 mm/thn yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan. Di luar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan produksi. Hasil penelitian tentang curah hujan berhubungan dengan produksi Kelapa Sawit menyatakan bahwa terdapat korelasi antara curah hujan, hari hujan pada tanaman berumur 7, 10 dan 13 tahun memiliki korelasi yang kuat dan sangat nyata pada taraf 1%

sebesar 0,819 (Hamdan et al, 2018).

(19)

Hari hujan yang dibutuhkan oleh tanaman Kelapa Sawit jumlahnya tidak lebih dari 180 hari per tahun. Ketersediaan air yang cukup akan memenuhi kebutuhan air bagi tanaman Kelapa Sawit seperti sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organic serta membantu unsur hara terlarut dan diserap tanaman. Hasil penelitian tentang hari hujan berpengaruh terhadap produksi Kelapa Sawit menyatakan bahwa hari hujan secara parsial berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas Kelapa Sawit (Lubis et al, 2019).

Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman Kelapa Sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negatif sebesar -0.0048 yang berarti bahwa setiap bertambahnya 1 bulan umur tanaman, produktivitas Kelapa Sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha. Produktivitas tandan Kelapa Sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Corley, 2003).

Lubis (1992) tinggi rendahnya produktivitas tanaman Kelapa Sawit dipengarui oleh komposisi umur tanaman. Produktivitas maksimal tanaman Kelapa Sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Selanjutnya Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak.

Selain faktor iklim ada juga faktor budidaya dalam meningkatkan

produksi Kelapa Sawit. Salah satu faktor budidaya untuk meningkatkan produksi

Kelapa Sawit adalah pemupukan. Pemupukan tanaman Kelapa Sawit merupakan

salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman Kelapa Sawit guna

(20)

pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Sulistyo et al, 2010).

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar 24% dari total biaya produksi. Pemupukan pada tanaman Kelapa Sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas (Adiwiganda, 2007).

Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K. Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Kelebihan lain dari penggunaan pupuk majemuk NPK yaitu menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya pengangkutan (Hardjowigeno, 2003).

Penelitian Lubis et al (2019) di PT.Perkebunan Nusantara IV Medan

Persero kebun Laras Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa pemupukan N,

P, Mg berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produksi Kelapa Sawit

(21)

sedangkan pemupukan K berpengaruh Nyata dalam meningkatkan produksi. Hal ini disebabkan tanaman Kelapa Sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara dan air yang cukup. Berdasarkan penelitian diatas pupuk yang digunakan adalah pupuk tungal dan dikebun yang saya teliti menggunakan pupuk majemuk, jenis pupuk majemuk NPK dikebun yang saya teliti menggunakan pupuk NPK Phonska yang memiliki kandungan N, P2O5, dan K2O masing- masing 15%, 7% dan 24% (15:7:24 + TE).

Salah satu pupuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk ini merupakan pupuk buatan berbentuk padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen (untuk pertumbuhan vegetatif tanaman), posfor (untuk pertumbuhan akar dan tunas), dan kalium (untuk memperkuat batang tanaman). Pupuk NPK sangat rentan tercuci maupun menguap, sehingga pengaplikasiannya harus memperhatikan kondisi cuaca. Dengan demikian dibutuhkan suatu tindakan yang dapat mengoptimalkan kegiatan pemupukan menggunakan NPK pada budidaya Kelapa Sawit untuk daerah yang curah hujannya tinggi sehingga kegiatan pemupukan tidak sia-sia. Selain itu, ada juga pupuk Dolomit (Mg) yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah, menaikkan ph tanah (Lubis, 2008).

Pada keadaan normal-optimal, tandan buah Kelapa Sawit dapat mencapai

matang panen untuk pertama kalinya setelah tanaman berumur 3-4 tahun di

lapangan. Produktivitas tandan Kelapa Sawit meningkat dengan cepat dan

mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara

perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua hingga umur ekonomis 25 tahun

(Siregar et al., 2006).

(22)

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh nyata serta korelasinya curah hujan, hari hujan, jumlah janjang, pemupukan NPK dan Mg terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanam

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak

yang membutuhkan.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Klasifikasi botani tanaman Kelapa Sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Pteropsida, Kelapa Sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari Kelapa Sawit adalah Cocoidae, Famili dari Kelapa Sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari Kelapa Sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004).

Akar tanaman Kelapa Sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran Kelapa Sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan hingga 6 bulan. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2 - 4 mm yang mengarah ke atas mendekati permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 1 - 2 mm dan membentuk akar kuartener yang berada di dekat pemukaan tanah dengan panjang 2 cm dan berdiameter 0.5 mm. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan akar-akar tersebut berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan. Akar primer yang keluar dari pangkal batang (bulb) mencapai puluhan ribu banyaknya dengan diameter 5-10 mm. Akar primer ini kebawah tanah hanya mencapai kedalaman 1,5 m saja (Lubis, 2008).

Jumlah pelepah daun tanaman Kelapa Sawit bergantung pada umur

tanaman. Pada tanaman dewasa dapat dijumpai 40 - 56 pelepah. Setiap pelepah

terdiri atas 100 – 160 pasang anak daun. Pada pelepah daun terbentuk dua baris

(24)

duri pada kedua sisinya dengan duri yang sangat tajam. Pelepah daun Kelapa Sawit berpenampang melintang menyerupai bentuk segi tiga, dengan luas penampang 100-112 cm2, dengan ketebalan dinding (lapisan epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim pelepah daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).

Daun Kelapa Sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksi 1/8 yang memutar ke kanan ataupun ke kiri, tetapi sebagian besar daun memutar

ke kanan. Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992). Buah Kelapa Sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp,

perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 - 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten.

Kelapa Sawit merupakan tanaman monoceous atau berumah satu, artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu tandan (hermafrodit). Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Bunga Kelapa Sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Setelah tanam Kelapa Sawit mulai berbunga pada umur 12- 14 bulan, tetapi bunga yang menjadi tandan buah ekonomis dipanen pada umur 2,5 tahun. Bunga betina atau bunga jantan keluar dari ketiak pelepah daun (Lubis, 2008).

Tandan bunga dibungkus oleh seludang bunga. Seludang bunga akan

pecah 15-30 hari sebelum anthesis. Tandan bunga betina terdiri atas 100-200

(25)

spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Akan tetapi, tidak semua bunga berhasil membentuk buah terutama buah bagian dalam, sehingga tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2.000 buah (tergantung besarnya tandan buah). Tandan bunga jantan terdiri atas 100-250 spikelet yang panjangnya mencapai 10-20 cm. Tiap spikelet memiliki 500-1.500 bunga kecil yang mengandung jutaan tepung sari (Lubis, 2008).

Buah terbentuk dari bunga betina yang telah dibuahi pada spikelet. Karena kondisi terjepit maka buah bagian dalam berukuran lebih kecil dibandingkan buah bagian luar. Buah akan matang dan siap dipanen setelah 5-6 bulan setelah penyerbukan. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pemasakan (Sianturi, 1991).

Buah Kelapa Sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp).daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras.daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak.serta lembaga (embryo). Perkembangan jumlah tandan dan berat tandan berbanding terbalik. Semakin bertambah umur tanaman maka jumlah tandan yang dihasilkan semakin menurun. Akan tetapi, berat tandan yang dihasilkan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Sipayung et al, 2012).

Biji pada Kelapa Sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan

membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan

lembaga (embrio). Embrio Kelapa Sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm,

berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya

berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam.

(26)

Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya sat, kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).

Syarat Tumbuh Iklim

Unsur-unsur ilkim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi matahari, temperatur dan kelembapan udara. Secara umum, kekurangan air pada Kelapa Sawit dapat menyebabkan hal- hal berikut: a) buah lambat masak, b) bobot tandan buah berkurang dan hasil ekstraksi CPO menurun, c) jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, dan d) jumlah bunga jantan meningkat sedangkan bunga betina menurun (Siregar et al., 2005).

Temperatur udara pada batas-batas tertentu berpengaruh terhadap metabolisme sel-sel pada organ tanaman yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Suhu optimal rata-rata yang diperlukan Kelapa Sawit adalah 24-28°C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik adalah 0-400 mdpl, karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27-32°C.

Temperatur udara yang rendah pada bulan-bulan tertentu menghambat penyerbukan bunga sehingga mengganggu pembentukan buah (Hadi, 2005).

Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimum Kelapa Sawit

memerlukan persyaratan tumbuh tanaman diantaranya adalah lahan berada

pada dataran rendah dengan ketinggian tempat<700 m dpl( diatas permukaan

(27)

laut), temperatur berkisar antara 20–35°C dengan temperatur optimum 25–28°C.

Curah hujan yang optimum sekitar 1.700–2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun dan bulan kering kurang dari 2 bulan (Khoon et al, 2005).

Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara. Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan Kelapa Sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas Kelapa Sawit adalah air.

Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Hadi, 2004).

Curah hujan merupakan sumber penyediaan air tanah sehingga merupakan komponen penting dari aspek iklim disamping matahari, kelembapan udara dan radiasi sinar maatahari (Satyawibawa dan Widyastuti, 1997). Curah hujan ideal untuk tanaman Kelapa Sawit berkisar 2000 – 2500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman Kelapa Sawit antara 22 – 23

o

C. Keadaan angina tidak terlalu berpengaruh karena tanaman Kelapa Sawit lebih

tahan terhadap angina kencang dibandingkan dengan tanaman lainnya (Zimmer, 2009).

Kisaran rata-rata suhu udara tahunan yang optimum untuk Kelapa Sawit

25

o

C – 28

o

C, tetapi masih dapat berproduksi pada rata-rata suhu udara tahunan

antara 24

o

C – 38

o

C. Kombinasi antara curah hujan dan suhu udara sangat

berperan dalam mekanisme membuka dan menutupnya stomata daun yang

berujung pada proses fotosintesis (Risza, 2009). Suhu optimal rata-rata yang

diperlukan oleh Kelapa Sawit adalah 27

o

C - 32

o

C. Tinggi rendahnya suhu

(28)

berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan Kelapa Sawit adalah 0-400 m dpl, karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27

o

C - 32

o

C (Hadi, 2004).

Tanah

Kelapa Sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa Sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman Kelapa Sawit sebaiknya tidak lebih dari 15

o

(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk Kelapa Sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk Kelapa Sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu,ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).

Meskipun Kelapa Sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia

palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat

tumbuh di hampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang

(29)

optimal dalam jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya Kelapa Sawit harus memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).

Curah hujan dan hari hujan

Kebutuhan air pada tanaman Kelapa Sawit sangat tinggi dan pentingnya air untuk pertumbuhan dan produksi sangat dibutuhkan oleh tanaman Kelapa Sawit. Tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang, setiap kali air menjadi pembatas.pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya, jumlah pengurangan hasil panen ini biasanya dipengaruhi oleh genotip, kehebatan kekurangan air, dan tingkat perkembangan (Dalimunte, 2004).

Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006).

Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan.

Mangoensoekarjo (2007) menyatakan curah hujan optimal untuk tanaman Kelapa

Sawit adalah 1.250 – 2.500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menunjukkan

bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit adalah

2.500 – 3.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak

(30)

terdapat 7 bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.

Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat menyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007).

Curah hujan rendah juga menyebabkan cekaman kekeringan sehingg dalam mempertahankan kandungan air, terjadi penutupan stomata pada siang hari pada akhirnya berpengaruh pula pada fotosintesis dan transpirasi yang mengakibatkan terjadinya aborsi bunga betina dan menunda pembukaan daun muda (pupus) atau dengan kata lain terjadi pengurangan bunga betina, penurunan produksi pada musim kering juga disebabkan gugurnya tandan bunga yang telah

mekar dan berpengaruh terhadap pembentukan jenis kelamin bunga (Manalu, 2008).

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan

produksi buah sawit, curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen

karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan

berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong

peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan

(31)

karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah Kelapa Sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Curah hujan yang optimal untuk tanaman Kelapa Sawit adalah 2.000 - 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.

Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif. Sehingga bunga/buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan dan pencegahan erosi (Barkhah, 2012).

Umur Tanam

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman Kelapa Sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya.

Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman Kelapa Sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif

tanaman Kelapa Sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan

vegetatif tanaman Kelapa Sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah

yakni jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun. Tanaman yang

(32)

berumur tua jumlah pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah yang terbentuk juga lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Ini berkolerasi positif terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelepah berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.

Kelapa Sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011).

Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, alat transportasi, dan alat-alat lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda (Simatupang, 2010).

Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan generatif yakni

berpengaruh terhadap organ reproduksi tanaman yaitu dalam proses pembentukan

dan perkembangan buah. Kelapa Sawit yang memiliki komposisi umur tanam

muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang

dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi

umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang

(33)

berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011).

Pupuk

Budidaya Kelapa Sawit meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu persiapan areal, pembibitan, penanaman, sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT), pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pemanenan, dan pemanfaatan limbah, Pemupukan adalah menambahkan suatu bahan atau material pada media tanam atau tanaman sehingga tanaman dapat bereproduksi dan mempunyai kualitas produksi dengan baik.

Salah satu dari kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian intensif yaitu pemupukan. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30 % dari total biaya produksi atau 40 – 60 % dari biaya pemeliharaan sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari pengadaan

hingga aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun manajerial (Winarna et al. 2003).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), unsur - unsur hara yang

dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman merupakan bagian dari sel-sel dalam

tubuh tanaman ataupun berfungsi melancarkan berlangsungnya proses

metabolisme. Oleh karena itu kebutuhan akan unsur hara berlangsung sepanjang

kehidupan tanaman. Berikut ini merupakan unsur makro yang dibutuhkan oleh

tanaman Kelapa Sawit sebagai berikut:

(34)

Nitrogen merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil, membantu proses metabolisme, dan pada tanaman muda diperlukan untuk menunjang agar saat TM batangnya sehat dan kuat. Gejala defisiensi N umumnya dijumpai pada tanaman di tanah mineral, antara lain daun pada pelepah tua berwarna hijau pucat sampai kuning.

Phosfor merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk energi pada proses asimilasi, mendorong pembentukan perakaran pada awal pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan daya absorbsi hara dari dalam tanah. Gejala defisiensi P yaitu tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek, tajuk berbentuk piramida terbalik, dan batang yang meruncing.

Kalium merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk membantu proses fotosintesis pada daun dan metabolisme tanaman, menjaga keseimbangan Mg dalam tanaman, penting dalam menentukan jumlah dan pembentukan ukuran janjangan, serta penting dalam ketahanan tanaman dalam serangan penyakit.

Gejalah defisiensi K yaitu pelepah daun tua pada bagian bawah berwarna kuningtua kecokelatan dan berbintik orange (orange spot).

Magnesium merupakan unsur hara penting yang dalam penyusunan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Gejala defisiensi Mg yaitu tampak dari helai daun tua sebagian menguning dan sebagian lagi tetap berwarna hijau. Daun tampak berwarna kuning khususnya jika terkena sinar matahari.

Penentuan jenis dan dosis pupuk pada tanaman Kelapa Sawit dilakukan oleh lembaga penelitian seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu

(35)

pada 4T yaitu : tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan.

Namun demikian dalam pelaksanaannya sering dijumpai penyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan sehingga sasaran pemupukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan standar sulit tercapai (Darmosarkoro et all, 2003).

Penggunaan pupuk majemuk pada tanaman Kelapa Sawit menghasilkan tidak dianjurkan. Selain biaya per unit hara lebih maha, manajemen aplikasinya juga akan lebih sulit. Secara teoritis pupuk majemuk memiliki bebrapa keunggulan, namun upaya pengurangan dosis pupuk majemuk perlu memperoleh perhatian yang serius. Kesalahan dalam aplikasi pupuk majemuk lambat tersedia di masa lampau terbukti menimbulkan kerusakan serius terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Kelapa Sawit. Oleh sebab itu, semua teknologi pemupukan yang akan digunakan pada perkebunan Kelapa Sawit harus diuji lebih dahulu efektivitasnya sehingga tidak menimbukan kerugian bagi perkebunan (Darmosarkoro et all, 2003).

Jumlah Janjang

Produksi TBS tidak terlepas dari komponen-komponen produksi yang mempengaruhinya. Ada empat komponen produksi tanaman Kelapa Sawit yang dikenal juga dengan istilah faktor pengali produksi, meliputi: jumlah bunga betina per pohon, jumlah TBS per pohon, Berat Janjang Rata-Rata (BJR), dan jumlah pohon produktif.

Berdasarkan penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate

Kalimantan Tengah menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

komponen jumlah bunga betina per pohon dengan jumlah janjang per pohon

(36)

sedangkan untuk perbandingan komponen produksi dengan komponen produksi lainnya menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata Komponen Berat Janjang Rata-Rata (BJR) dan komponen pohon produktif memiliki pengaruh yang tidak nyata. Jika dilihat dari produksi TBS terhadap BJR yang diperoleh, produksi yang diperoleh terus meningkat sedangkan BJR yang diperoleh menurun. Hal ini disebabkan oleh kondisi kebun yang memiliki tingkat heterogenitas umur tanaman yang tinggi yang berpengaruh kepada pencapaian BJR kebun beragam.

Hubungan Hujan, Pupuk, Jumlah Janjang dan Umur Tanamam Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

Hubungan curah hujan terhadap produktivitas Kelapa Sawit sangat erat kaitannya, Yunita (2010) dari hasil penelitiannya di kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau menyatakan bahwa penurunan produktivitas tanaman Kelapa Sawit dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman Kelapa Sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan), akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman Kelapa Sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan.

Curah hujan sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk pada tegakan Kelapa

Sawit, Pasaribu et al. (2012) dari hasil penelitiannya di perkebunan Kelapa Sawit

di PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau menyatakan bahwa besar kecilnya curah

hujan sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi

yang terjadi setiap bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa

lolosan tajuk pada tegakan Kelapa Sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan

Desember 2009 nilai lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan

tajuk pada bulan ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut.

(37)

Sebaliknya pada bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai olosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm.

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman Kelapa Sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun.

Hubungan curah hujan, hari hujan dan produksi ini hanya berlangsung pada saat tanaman Kelapa Sawit mengalami proses penyerbukan. Pada saat tanaman Kelapa Sawit mengalami proses penyerbukan, jumlah hari hujan yang tinggi dapat mempengaruhi penyerbukan pada tahun ke depannya karena bunga pada penyerbukan tersebut tidak menjadi buah (Purba, 2006).

Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate Kalimantan Tengah menyatakan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi TBS Kelapa Sawit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS.

Tanaman Kelapa Sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula.

Sipahutar et al (2019) dari hasil penelitiannya di PT Socfin Indonesia

kebun Aek Loba provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa curah hujan dan

hari hujan secara simultan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas TBS

(38)

pada tanaman berumur 7 tahun. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya faktor ketersediaan air, dimana ketersediaan air dipengaruhi oleh intensitas hari hujan, dan jumlah curah hujan. Rendahnya intensitas hari hujan mengakibatkan terganggunya proses penyerapan hara pada tanaman sehingga faktor ini membatasi tingkat produksi dan menjadi penentu untuk mendapatkan hasil yang optimal pada perkebunan Kelapa Sawit.

Lubis et al (2019) dari hasil penelitiannya di PT.Perkebunan Nusantara IV Medan Persero kebun Laras Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa pemupukan N, P, Mg berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produksi Kelapa Sawit sedangkan pemupukan K berpengaruh Nyata dalam meningkatkan produksi. Hal ini disebabkan tanaman Kelapa Sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara dan air yang cukup. Unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman Kelapa Sawit meliputi N, P, K, Mg, dan B.

Hara- hara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara.

Simanjuntak et al (2013) dari hasil penelitiannya di PT. PP London

Sumatra Indonesia Tbk kebun Begerpang Estate provinsi Sumatera Utara

menyatakan bahwa adapun komponen-komponen produksi tanaman Kelapa Sawit

yang dapat mempengaruhi produksi TBS ialah jumlah janjang, berat janjang rata-

rata (BJR), jumlah pohon produktif dan berat brondolan diperoleh bahwa pada

keempat komponen produksi memiliki hubungan nyata, searah, dan sangat erat

adalah antara komponen jumlah janjang dengan berat brondolan dan jumlah

pohon produktif. Hal ini disebabkan oleh jumlah janjang yang diamati dihasilkan

(39)

oleh tanaman Kelapa Sawit yang berumur muda dan optimal yakni 5-15 tahun.

Pada komposisi umur tanaman muda dan optimal akan menghasilkan jumlah janjang yang lebih banyak dibandingkan tanaman dewasa. Selain itu, jumlah janjang juga dipengaruhi oleh berat brondolan yang dihasilkan tanaman Kelapa Sawit dan jumlah pohon produktif.

(40)

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge, Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2021.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (descriptive analysis) kuantitatif maupun kualitatif. Data dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi yang diuraikan secara deskriptif. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS.v.22 (Statistical Package of Social Science) for windows.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda dan korelasi. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas, dan analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produktivitas.

Variabel tidak bebas adalah varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel

bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah

produktivitas TBS Kelapa Sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan

dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah curah hujan, hari

hujan bulanan, pemupukan NPK, Mg dan jumlah janjang. Pengaruh fungsional

variabel curah hujan, hari hujan, jumlah janjang bulanan terhadap produksi TBS

yang dinalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut :

(41)

Y = a+b

1

X

1

+b

2

X

2

+b

3

X

3

+ ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X

1

: curah hujan bulanan X

2

: hari hujan bulanan X

3

: jumlah janjang ε : error

Pengaruh fungsional variabel pemupukan NPK dan Mg per tahun terhadap produksi TBS yang dinalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut :

Y = a+b

1

X

1

+b

2

X

2

+ ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X

1

: Pemupukan NPK X

2

: Pemupukan Mg ε : error

Peubah Amatan

Data yang dikumpulkan diamati adalah data sekunder dari PT. Perkebunan

Nusantara IV Persero, Kebun Pasir Mandoge, Kecamatan Mandoge, Kabupaten

Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

(42)

Produktivitas Tandan Buah Segar (ton)

Data produktivitas tandan buah segar (ton/bulan) yang digunakan berdasarkan data produksi Kelapa Sawit bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2017, 2018 dan 2019. Data produktivitas berdasarkan umur tanam 7, 10 dan 14 tahun di lapangan yaitu pada tahun tanam 2010, 2011, 2012 (umur 7 tahun); tahun tanam 2007, 2008, 2009 (umur 10 tahun); tahun tanam 2003, 2004, 2005 (umur 14 tahun). Data dijumlahkan berdasarkan tahun tanam lalu dibagi dengan luas lahan sehingga didapatkan data produktivitas. Data produktivitas TBS dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi.

Jumlah Janjang (janjang)

Jumlah janjang yang digunakan berdasarkan data produksi Kelapa Sawit bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2017, 2018 dan 2019 dikumpulkan lalu dibagi dengan luas lahan sehingga didapatkan data jumlah janjang. Data jumlah janjang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi.

Curah Hujan (mm)

Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara Kebun Pasir Mandoge Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

Hari Hujan (hari)

Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari

dimana turunnya hujan setiap bulannya selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017

(43)

dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

Pupuk NPK (kg)

Data pupuk NPK yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan pengaplikasian pupuk per semester selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Sumber pupuk adalah NPK (15:7:24 + TE). Unsur TE (Trace Element) seperti Copper, Zinc, Mangan, dan Boron.

Pupuk Mg (kg)

Data pemupukan magnesium yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan pengaplikasian pupuk per semester selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

Sumber pupuk adalah Dolomite (CaO 30 % : MgO 22 %).

(44)

PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri dan mempelajari studi pustaka yang berkaitan dengan curah hujan, hari hujan, pupuk NPK, Mg, jumlah janjang, umur tanaman dan produktivitas Kelapa Sawit.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder yang digunakan untuk kebutuhan penelitian dan di dapat kan dari studi kepustakaan di kantor. Data primer untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi kebun. Data sekunder untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan iklim, luas tata guna kebun, keadaan produktivitas dan produktivitas tanaman. Data sekunder untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun 2016, 2017, 2018 meliputi data curah hujan, data hari hujan, data per tahun selama 3 tahun yakni pada tahun 2016, 2017, 2018 meliputi data pupuk NPK, data pupuk Mg dan pada tahun 2017, 2018, 2019 meliputi data jumlah janjang, data produktivitas berdasarkan tahun tanam di lapangan.

Pengolahan Data Dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda dan analisis korelasi. Regresi linier berganda berguna untuk menghitung

besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel

terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih

variabel bebas. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan

(45)

antara variabel bebas dan terikat. Pengolahan data dibantu dengan software SPSS.v.22.

Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistic untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh iklim, pupuk, dan jumlah janjang tahunan yang mempengaruhi produksi Kelapa Sawit dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat pada tanaman berumur 7, 10 dan 14 tahun berdasarkan data yang diperoleh dari administrasi kebun.

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Uji hipotesis menggunakan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 0,05. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan pertama berikut :

Y = a+b

1

X

1

+b

2

X

2+

b

3

X

3 +

ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X

1

: curah hujan bulanan

X

2

: hari hujan bulanan

X

3

: jumlah janjang

ε : error

Referensi

Dokumen terkait

Biasa digunakan dalam bentuk dosis aerosol, karena berefek pesat dan mempunyai efek samping yang ringan dibanding dengan dosis

RENCANA AKSI 2020 KECAMATAN PRONOJIWO No Sasaran Strategis/Program/Kegiatan Indikator Kinerja/Program/Kegiatan Target Aktifitas Penanggung jawab Anggaran (Rp.) TW 1 TW 2

Menurut penelitian relevan yang sudah dilakukan oleh Yeo, kesulitan yang biasanya dialami oleh siswa itu terdapat 4 jenis yaitu siswa kesulitan dalam memahami masalah yang diberikan,

Melalui prosedur yang benar peneliti mencari waktu luang subjek yang peneliti kehendaki untuk melakukan observasi secara langsung, wawancara kepada kepala KUA dan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa inovasi pemerintah daerah melalui program “Semalam di Desa” dalam menyerap aspirasi masyrakat di Desa Rantang Tallang Kabupaten Luwu

2). Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayi baru lahir. Meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya... Memberikan

keterampilan. 4) Afektif : Aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan konsep diri didasarkan pada tindakan siswa atau apa yang kita lihat pada

Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka