SKRIPSI
OLEH :
NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG 160301036
AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
SKRIPSI
OLEH :
NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG 160301036
AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
i ABSTRAK
NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG : Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Janjang terhadap Produktivitas Kelapa Sawit pada Berbagai Umur Tanaman di Kebun Pasir Mandoge dibimbing oleh Irsal dan Teuku. Irmansyah.
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman. Hipotesis penelitian adanya pengaruh nyata serta korelasi curah hujan, hari hujan, pemupukan NPK, Mg, dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pasir Mandoge PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Mei sampai Agustus 2021. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tersedia di administrasi kebun, meliputi data produksi tandan buah segar (TBS) dan data jumah janjang tahun 2017, 2018, dan 2019, data curah hujan, data hari hujan bulanan tahun dan data tahunan pupuk NPK, pupuk Mg tahun 2016, 2017 dan 2018. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.22 for windows. Hasil analisis regresi menunjukkan curah hujan , hari hujan berpengaruh nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada umur tanaman 7, 10 tahun dan 14 tahun. Pemupukan NPK, Mg berpengaruh tidak nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada tahun 2016, 2017, dan 2018. Jumlah Janjang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi kelapa sawit pada umur tanaman 7, 10, dan 14 tahun. Korelasi curah hujan, hari hujan dan jumlah janjang pada tanaman umur 7, 10, 14 tahun memiliki pengaruh yang kuat dalam pencapaian produktivitas TBS. Korelasi pemupukan NPK dan pemupukan Mg memiliki pengaruh yang lemah dalam pencapaian produktivitas TBS.
Kata kunci : Hujan, Pemupukan, Jumlah Janjang, Produktivitas TBS.
ii ABSTRACT
NENG EUIS ALMAIDA MARPAUNG: The Influence of Rain, Fertilizer, and the Amount of Janjang On Palm Oil Productivity at Various Plant Ages guided by Irsal and Teuku. Irmansyah.
The production of Fresh Fruit Bunches (FFB) is the result of work activities in the field of plant maintenance. This study aims to find out and analyze the influence of rain, fertilization and the amount of janjang on palm oil productivity at various plant ages. This research hypothesis is that there is a real influence and correlation of rainfall, rainy days, fertilization of NPK, Mg, and the amount of janjang to palm oil productivity at various plant ages. This research was conducted at Kebun Pasir Mandoge PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, in May to August 2021. This research uses secondary data available in the garden administration, including fresh fruit bunch production data (FFB) and monthly data for 2017, 2018, and 2019, rainfall data, monthly rainy day data for the year and annual data on NPK fertilizer, Mg fertilizer in 2016, 2017 and 2018. The analysis methods used are multiple linear regression analysis and correlation analysis. The model is feasibility tested with classic assumption tests including normality test, heteroskedastisity test, multicolinearity test, as well as autocorrelation test using SPSS.v.22 for windows statistical tool. The results of the regression analysis showed rainfall, rainy days had a real effect on increasing palm oil production at the age of 7, 10 years and 14 years. NPK fertilization, Mg has an unreal effect on increasing palm oil production in 2016, 2017, and 2018. The number of Janjang has a significant effect on increasing palm oil production at the age of 7, 10, and 14 years. The correlation of rainfall, rainy days and the number of janjang in plants aged 7, 10, 14 years has a strong influence in the achievement of TBS productivity. The correlation of NPK fertilization and Mg fertilization has a weak influence in the achievement of FFB productivity.
Keywords: Rain, Fertilization, Number of Janjang, FFB Productivity.
iii
RIWAYAT HIDUP
Neng Euis Almaida Marpaung, lahir pada tanggal 18 Februari 1999 di Aceh anak ke-dua dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Zubair Marpaung dan ibunda Pajriah Tambunan. Tahun 2016 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Mitra Inalum Tanjung Gading dan diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi, Medan tahun 2016 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi FP
USU dan anggota organisasi Smart Generation Centre pada tahun 2017-2018,
divisi Riset dan Teknologi. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge di Kabupaten Asahan
pada tahun 2019. Kemudian penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata -
Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Desa Sumber Padi
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Sumatra Utara pada tahun 2020.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Judul dari skripsi ini adalah ”Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Janjang terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur Tanaman di Kebun Pasir Mandoge” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan financial dan spiritual serta mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Teuku. Irmansyah, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang dapat membantu dalam membuat penulisan skripsi ini agar lebih sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2021
Penulis
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 6
Hipotesis Penelitian ... 6
Kegunaan Penelitian ... 6
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 7
Syarat Tumbuh ... 10
Curah Hujan dan Hari Hujan ... 13
Umur Tanaman ... 15
Pupuk ... 17
Jumlah Janjang ... 19
Hubungan Hujan, Pupuk, Jumlah Janjang dan Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 20
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
Metode Penelitian ... 24
Peubah Amatan ... 25
Produktivitas Tandan Buah Segar (ton/ha) ... 26
Jumlah Janjang (janjang/ha) ... 26
Curah Hujan (mm/bulan) ... 26
Hari Hujan (hari/bulan) ... 26
Pupuk NPK (kg/ha/tahun) ... 27
Pupuk Mg (kg/ha/tahun) ... 27
PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan ... 28
Pengumpulan data ... 28
Pengolahan Data dan Analisis Data ... 28
Halaman
vi
Uji Asumsi klasik ... 30
Uji Normalitas ... 30
Uji Heterokedastisitas ... 31
Uji Multikolinearitas ... 31
Uji Autokorelasi ... 32
Pengujian Hipotesis ... 32
Penarikan Kesimpulan ... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Tandan Buah Segar ... 34
Curah Hujan (mm/bulan) dan Hari Hujan ... 36
Jumlah Janjang ... 40
Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 42
Analisis Data ... 44
Uji Asumsi Klasik ... 44
Analisis Korelasi ... 48
Analisis Regresi Linear Berganda ... 50
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 53
Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 54
Pengaruh Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 55
Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun ... 55
Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 56
Analisis Data ... 58
Uji Asumsi Klasik ... 58
Analisis Korelasi ... 62
Analisis Regresi Linear Berganda ... 64
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 67
Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 68
Pengaruh Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10Tahun ... 69
Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun ... 69
Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, dan Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 71
Analisis Data ... 72
Uji Asumsi Klasik ... 72
Analisis Korelasi ... 76
Analisis Regresi Linear Berganda ... 78
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 81
vii
Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 14Tahun ... 82
Pengaruh Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 83
Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Janjang, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun ... 83
Produksi Tandan Buah Segar ... 84
Pemupukan NPK... 86
Pemupukan Mg ... 86
Hubungan Pupuk NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 87
Analisis Data ... 87
Uji Asumsi Klasik ... 88
Analisis Korelasi ... 91
Analisis Regresi Linear Berganda ... 92
Pengaruh Pupuk NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 95
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 98
Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL No.
1. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman
Berumur 7 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 34 2. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman
Berumur 10 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 35 3. Rataan produktivitas Kelapa Sawit pada tanaman
Berumur 14 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 36 4. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 7 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 37 5. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 10 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 37 6. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 38 7. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 7 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 39 8. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 10 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 39 9. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun
selama 3 Tahun (2016-2018) ... 40 10. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 7 tahun
selama 3 Tahun (2017-2019) ... 41 11. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 10 tahun
selama 3 Tahun (2017-2019) ... 41 12. Rataan jumlah janjang pada Tanaman Berumur 14 tahun
selama 3 Tahun (2017-2019) ... 42 13. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah tandan pada
Tanaman Berumur 7 Tahun selama 3 tahun ... 43 14. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 45 15. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 46 16. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 7 tahun
Halaman
ix
Selama 3 tahun (2017-2019)) ... 47 17. Nilai hitung durbin watson (d) ... 48 18. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 48 19. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun
selama 3 tahun (2017-2019) ... 49 20. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman
Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 50 21. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman
Kelapa Sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 51 22. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 52 23. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun (2017-2019) ... 53 24. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah janjang pada
Tanaman Berumur 10 Tahun selama 3 tahun ... 57 25. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 59 26. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 60 27. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 10 tahun
selama 3 tahun (2017-2019) ... 61 28. Nilai hitung durbin watson (d) ... 62 29. Uji Autokorelasi Dengan Uji Runs Test ... 62 30. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit
Berumur 10Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 63 31. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman
Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 64 32. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman
Kelapa Sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 65 33. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 66
x
34. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman
Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun (2017-2019) ... 67
35. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah janjang pada tanaman Berumur 14 Tahun selama 3 tahun ... 71
36. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 73
37. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 74
38. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerancepada umur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 75
39. Nilai hitung Durbin Watson (d) ... 76
40. Uji Autokorelasi Dengan Uji Runs Test ... 76
41. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 76
42. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 77
43. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 78
44. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman Kelapa Sawit berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 79
45. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 80
46. Model pengujian analisis regresi linear berganda nj Kelapa Sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 81
47. Rataan Produktivitas Kelapa Sawit Selama 3 tahun (2017-2019) ... 85
48. Rataan pemupukan NPK ... 86
49. Rataan pemupukan Mg ... 86
50. Rataan produktivitas, pemupukan NPK, Mg pada tanaman Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 87
51. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 88
52. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman
Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 89
xi
53. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance
selama 3 tahun (2017-2019) ... 90 54. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 91 55. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa Sawit
selama 3 tahun (2017-2019) ... 91 56. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman
Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 92 57. Uji T-parsial pada Tanaman Kelapa Sawit selama
3 tahun (2017-2019) ... 93
58. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman
Kelapa Sawit B selama 3 tahun (2017-2019) ... 94 59. Model pengujian analisis regresi linear berganda
Kelapa Sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 94
xii
DAFTAR LAMPIRAN No.
1. Data curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan (hari/bulan) di
Kebun Pasir Mandoge selama 3 tahun (2016-2018) ... 104 2. Klasifikasi Tipe Iklim Scmidth-Ferguson Di Kebun
PT. Perkebunan Nusantara IV Indonesia kebun Pabatu ... 104 3. Interpretasi nilai r pada analisis korelasi ... 105 4. Uji T parsial analisis linear berganda pada tanaman berumur
7,10,dan 14 tahun selama 3 tahun ... 105 5. Uji T parsial analisis linear berganda pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 106 6. Nilai t-tabel ... 106 7. Sidik ragam analisis linear berganda pada tanaman berumur
7,10,dan 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 107 8. Sidik ragam analisis linear berganda pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 107 9. Nilai F-tabel pada α = 5% ... 108 10. Nilai koefisien analisis linear berganda pada tanaman berumur
7,10,dan 14 tahun ... 108 11. Nilai koefisien analisis linear berganda pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 109 12. Model pengujian analisis linear berganda pada tanaman
Berumur 7,10,dan 14 tahun ... 109 13. Model pengujian analisis linear berganda pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 110 14. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman berumur
7,10,dan 14 tahun selama 3 Tahun (2017-2019) ... 111 15. Uji analisis korelasi antar variabel pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 112 16. Uji kolmogorov-Smirnov pada tanaman berumur 7,10 dan
14 tahun ... 113
Halaman
xiii
17. Uji kolmogorov-Smirnov pada pemupukan
NPK, Mg selama 3 Tahun ... 114
18. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual Pada tanaman berumur 7,10 dan 14 tahun ... 114
19. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual pada pemupukan NPK, Mg selama 3 Tahun... 115
20. Uji autokorelasi pada tanaman berumur 7,10,dan 14 tahun ... 115
21. Uji Run Test pada tanaman berumur 10 dan 14 tahun ... 116
22. Uji autokorelasi pada pemupukan NPK, Mg ... 116
23. Tabel durbin watson ... 117
PENDAHULUAN Latar Belakang
Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memiliki peranan penting dalam pembangunan. Kelapa Sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak Kelapa Sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Dalam meningkatkan produksi Kelapa Sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi (Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bahan tanam, curah hujan, pemupukan, populasi tanaman, kondisi lahan, umur tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, sarana dan prasarana panen, serta faktor pendukung lainnya (Prihutami, 2011).
Unsur-unsur ilkim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi matahari, temperatur dan kelembapan
udara. Secara umum, kekurangan air pada Kelapa Sawit dapat menyebabkan hal-
hal berikut: a) buah lambat masak, b) bobot tandan buah berkurang dan hasil
ekstraksi CPO menurun, c) jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan
kemudian, dan d) jumlah bunga jantan meningkat sedangkan bunga betina menurun (Siregar et al., 2005).
Salah satu unsur iklim yang mempengaruhi produksi Kelapa Sawit adalah curah hujan. Tanaman ini memerlukan curah hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya, yaitu berkisar 2000- 2500 mm/thn dan merata sepanjang tahun. Hujan yang turun akan menyebabkan terbukanya secara berturut – turut daun – daun yang belum mekar sehingga mengakibatkan pembentukan daun yang selanjutnya akan memacu pembentukan bunga. Dengan demikian curah hujan yang mencukupi dari segi jumlah dan penyebarannya akan menyebabkan tanaman Kelapa Sawit mampu berproduksi secara optimum. Selain itu terdapat hubungan langsung antara produksi dengan curah hujan 12 bulan terdahulu, yaitu apabila curah hujan meningkat maka produksi 12 bulan mendatang kemudian meningkat (Manurung dan Subronto, 1992).
Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2.000–3.500 mm/thn yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan. Di luar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan produksi. Hasil penelitian tentang curah hujan berhubungan dengan produksi Kelapa Sawit menyatakan bahwa terdapat korelasi antara curah hujan, hari hujan pada tanaman berumur 7, 10 dan 13 tahun memiliki korelasi yang kuat dan sangat nyata pada taraf 1%
sebesar 0,819 (Hamdan et al, 2018).
Hari hujan yang dibutuhkan oleh tanaman Kelapa Sawit jumlahnya tidak lebih dari 180 hari per tahun. Ketersediaan air yang cukup akan memenuhi kebutuhan air bagi tanaman Kelapa Sawit seperti sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organic serta membantu unsur hara terlarut dan diserap tanaman. Hasil penelitian tentang hari hujan berpengaruh terhadap produksi Kelapa Sawit menyatakan bahwa hari hujan secara parsial berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas Kelapa Sawit (Lubis et al, 2019).
Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman Kelapa Sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negatif sebesar -0.0048 yang berarti bahwa setiap bertambahnya 1 bulan umur tanaman, produktivitas Kelapa Sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha. Produktivitas tandan Kelapa Sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Corley, 2003).
Lubis (1992) tinggi rendahnya produktivitas tanaman Kelapa Sawit dipengarui oleh komposisi umur tanaman. Produktivitas maksimal tanaman Kelapa Sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Selanjutnya Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak.
Selain faktor iklim ada juga faktor budidaya dalam meningkatkan
produksi Kelapa Sawit. Salah satu faktor budidaya untuk meningkatkan produksi
Kelapa Sawit adalah pemupukan. Pemupukan tanaman Kelapa Sawit merupakan
salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman Kelapa Sawit guna
pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Sulistyo et al, 2010).
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar 24% dari total biaya produksi. Pemupukan pada tanaman Kelapa Sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas (Adiwiganda, 2007).
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K. Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Kelebihan lain dari penggunaan pupuk majemuk NPK yaitu menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya pengangkutan (Hardjowigeno, 2003).
Penelitian Lubis et al (2019) di PT.Perkebunan Nusantara IV Medan
Persero kebun Laras Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa pemupukan N,
P, Mg berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produksi Kelapa Sawit
sedangkan pemupukan K berpengaruh Nyata dalam meningkatkan produksi. Hal ini disebabkan tanaman Kelapa Sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara dan air yang cukup. Berdasarkan penelitian diatas pupuk yang digunakan adalah pupuk tungal dan dikebun yang saya teliti menggunakan pupuk majemuk, jenis pupuk majemuk NPK dikebun yang saya teliti menggunakan pupuk NPK Phonska yang memiliki kandungan N, P2O5, dan K2O masing- masing 15%, 7% dan 24% (15:7:24 + TE).
Salah satu pupuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk ini merupakan pupuk buatan berbentuk padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen (untuk pertumbuhan vegetatif tanaman), posfor (untuk pertumbuhan akar dan tunas), dan kalium (untuk memperkuat batang tanaman). Pupuk NPK sangat rentan tercuci maupun menguap, sehingga pengaplikasiannya harus memperhatikan kondisi cuaca. Dengan demikian dibutuhkan suatu tindakan yang dapat mengoptimalkan kegiatan pemupukan menggunakan NPK pada budidaya Kelapa Sawit untuk daerah yang curah hujannya tinggi sehingga kegiatan pemupukan tidak sia-sia. Selain itu, ada juga pupuk Dolomit (Mg) yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah, menaikkan ph tanah (Lubis, 2008).
Pada keadaan normal-optimal, tandan buah Kelapa Sawit dapat mencapai
matang panen untuk pertama kalinya setelah tanaman berumur 3-4 tahun di
lapangan. Produktivitas tandan Kelapa Sawit meningkat dengan cepat dan
mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara
perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua hingga umur ekonomis 25 tahun
(Siregar et al., 2006).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah janjang terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanaman.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh nyata serta korelasinya curah hujan, hari hujan, jumlah janjang, pemupukan NPK dan Mg terhadap produktivitas Kelapa Sawit pada berbagai umur tanam
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak
yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Klasifikasi botani tanaman Kelapa Sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Pteropsida, Kelapa Sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari Kelapa Sawit adalah Cocoidae, Famili dari Kelapa Sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari Kelapa Sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004).
Akar tanaman Kelapa Sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran Kelapa Sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan hingga 6 bulan. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2 - 4 mm yang mengarah ke atas mendekati permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 1 - 2 mm dan membentuk akar kuartener yang berada di dekat pemukaan tanah dengan panjang 2 cm dan berdiameter 0.5 mm. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan akar-akar tersebut berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan. Akar primer yang keluar dari pangkal batang (bulb) mencapai puluhan ribu banyaknya dengan diameter 5-10 mm. Akar primer ini kebawah tanah hanya mencapai kedalaman 1,5 m saja (Lubis, 2008).
Jumlah pelepah daun tanaman Kelapa Sawit bergantung pada umur
tanaman. Pada tanaman dewasa dapat dijumpai 40 - 56 pelepah. Setiap pelepah
terdiri atas 100 – 160 pasang anak daun. Pada pelepah daun terbentuk dua baris
duri pada kedua sisinya dengan duri yang sangat tajam. Pelepah daun Kelapa Sawit berpenampang melintang menyerupai bentuk segi tiga, dengan luas penampang 100-112 cm2, dengan ketebalan dinding (lapisan epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim pelepah daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).
Daun Kelapa Sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksi 1/8 yang memutar ke kanan ataupun ke kiri, tetapi sebagian besar daun memutar
ke kanan. Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992). Buah Kelapa Sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp,
perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 - 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten.
Kelapa Sawit merupakan tanaman monoceous atau berumah satu, artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu tandan (hermafrodit). Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Bunga Kelapa Sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Setelah tanam Kelapa Sawit mulai berbunga pada umur 12- 14 bulan, tetapi bunga yang menjadi tandan buah ekonomis dipanen pada umur 2,5 tahun. Bunga betina atau bunga jantan keluar dari ketiak pelepah daun (Lubis, 2008).
Tandan bunga dibungkus oleh seludang bunga. Seludang bunga akan
pecah 15-30 hari sebelum anthesis. Tandan bunga betina terdiri atas 100-200
spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Akan tetapi, tidak semua bunga berhasil membentuk buah terutama buah bagian dalam, sehingga tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2.000 buah (tergantung besarnya tandan buah). Tandan bunga jantan terdiri atas 100-250 spikelet yang panjangnya mencapai 10-20 cm. Tiap spikelet memiliki 500-1.500 bunga kecil yang mengandung jutaan tepung sari (Lubis, 2008).
Buah terbentuk dari bunga betina yang telah dibuahi pada spikelet. Karena kondisi terjepit maka buah bagian dalam berukuran lebih kecil dibandingkan buah bagian luar. Buah akan matang dan siap dipanen setelah 5-6 bulan setelah penyerbukan. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pemasakan (Sianturi, 1991).
Buah Kelapa Sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp).daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras.daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak.serta lembaga (embryo). Perkembangan jumlah tandan dan berat tandan berbanding terbalik. Semakin bertambah umur tanaman maka jumlah tandan yang dihasilkan semakin menurun. Akan tetapi, berat tandan yang dihasilkan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Sipayung et al, 2012).
Biji pada Kelapa Sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan
membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan
lembaga (embrio). Embrio Kelapa Sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm,
berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya
berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam.
Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya sat, kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).
Syarat Tumbuh Iklim
Unsur-unsur ilkim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi matahari, temperatur dan kelembapan udara. Secara umum, kekurangan air pada Kelapa Sawit dapat menyebabkan hal- hal berikut: a) buah lambat masak, b) bobot tandan buah berkurang dan hasil ekstraksi CPO menurun, c) jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, dan d) jumlah bunga jantan meningkat sedangkan bunga betina menurun (Siregar et al., 2005).
Temperatur udara pada batas-batas tertentu berpengaruh terhadap metabolisme sel-sel pada organ tanaman yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Suhu optimal rata-rata yang diperlukan Kelapa Sawit adalah 24-28°C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik adalah 0-400 mdpl, karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27-32°C.
Temperatur udara yang rendah pada bulan-bulan tertentu menghambat penyerbukan bunga sehingga mengganggu pembentukan buah (Hadi, 2005).
Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimum Kelapa Sawit
memerlukan persyaratan tumbuh tanaman diantaranya adalah lahan berada
pada dataran rendah dengan ketinggian tempat<700 m dpl( diatas permukaan
laut), temperatur berkisar antara 20–35°C dengan temperatur optimum 25–28°C.
Curah hujan yang optimum sekitar 1.700–2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun dan bulan kering kurang dari 2 bulan (Khoon et al, 2005).
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara. Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan Kelapa Sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas Kelapa Sawit adalah air.
Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Hadi, 2004).
Curah hujan merupakan sumber penyediaan air tanah sehingga merupakan komponen penting dari aspek iklim disamping matahari, kelembapan udara dan radiasi sinar maatahari (Satyawibawa dan Widyastuti, 1997). Curah hujan ideal untuk tanaman Kelapa Sawit berkisar 2000 – 2500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman Kelapa Sawit antara 22 – 23
o