BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA
PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 30 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGENDALIAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian dan pendistribusian alat dan obat kontrasepsi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diperlukan adanya acuan yang digunakan sesuai juknis dalam pelaksanaan pelayanan keluarga berencana;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pengendalian dan Pendistribusian Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2021 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4686);
2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Ferkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluaiga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Bemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor6573);
4. Peraturan...
2
Menetapkan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 194);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual (Berita Negara Repubiik Indonesia Tahun 2014 Nomor 135);
6. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 249/PER/E1/2011 tentang Kebijakan Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana;
7. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 286/PER/B3/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Alat/Obat Kontrasepsi dan NonKontrasepsi Program Kependudukan dan Keluarga Berencana;
8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 287/PER/B3/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan Alat/Obat Kontrasepsi dan NonKontrasepsi Di Provinsi, Kabupaten, dan Kota;
9. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 303/PER/E1/2015 tentang Pedoman Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi serta Sarana Penunjang Pelayanan Kontrasepsi dalam Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga;
MEMUTUSKAN:
: PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA.
Pasal 1
Ketentuan tentang Pedoman Pengendalian dan Pendistribusian Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi selanjutnya disingkat ALOKON dalam Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2021 adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Bupati ini.
Pasal 2 . . .
3
Pasal 2
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Diundangkan di Boroko
pada tanggal (3- SOW SEKRETARIS DAERAH
KABUPA'
jONDOW UTARA,
Ditetapkan di Boroko
pada tanggal 13- AGdSfUS
pada tanggal 13- £o£\
BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA,
BERITA E TAHUN 2
1UPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 90TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGENDALIAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
PEDOMAN PENGENDALIAN DAN PENDISTRIBUSIAN KEBUTUHAN ALAT/OBAT KONTRASEPSI DAN NONKONTRASEPSI SERTA PELAKSANAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW UTARA
I. PENDAHULUAN
Salah satu upaya menjamin keberlangsungan pelayanan Keluarga Berencana diperlukan dukungan tata kelola alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang profesional efektif dan efisien melalui pengelolaan logistik sesuai standar yang berlaku.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selaku perpanjangan tangan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara diharapkan mampu berperan di wilayah keijanya sebatas kewenangan termasuk dalam hal pengelolaan permintaan, penyimpanan dan pengeluaran alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi untuk menjamin ketersediaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi pelayanan Keluarga Berencana.
Mengingat alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi memiliki nilai yang sangat strategis dalam menunjang operasional program kependudukan dan Keluarga Berencana, maka alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi tersebut harus dikelola dengan baik sesuai standar penyimpanan yang baik.
Agar pengelolaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan suatu tata kelola yang dapat dijadikan acuan dalam permintaan, penyimpanan, sampai dengan pengeluaran alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi sehingga teijam in kelayakan persediaan (buffer stock) di gudang.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan disusunnya pedoman pengendalian dan
pendistribusian kebutuhan alat/obat kontrasepsi dan nonkontrasepsi
serta pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai b e r ik u t:
-
2
-1. Maksud
a. Terlaksananya permintaan, penyimpanan dan pengaturan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi secara tertib, aman dan lancar, taat asas sesuai standar tata kelola sehingga alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi dalam keadaan siap pakai;
dan
b. Sebagai acuan dalam m onitoring dan pengendalian permintaan dan pengeluaran alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi.
2. Tujuan
a. meningkatkan akses dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi dalam rangka mewujudkan “Penduduk Tumbuh Seimbang” melalui jam inan penyediaan alat/obat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang berkualitas;
b. terwujudnya kesamaan persepsi dalam pengolahan data dan terselenggaranya analisis data kebutuhan serta tersusunnya rencana kebutuhan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi dalam mendukung tercapainya tujuan program kependudukan dan Keluarga Berencana; dan
c. terlaksananya penerimaan, penyimpanan, penyaluran, pencatatan serta pelaporan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi secara tertib, aman dan lancar.
III. KETENTUAN PENGENDALIAN DAN PENDISTRIBUSIAN
1. SIRIKA adalah “push system” di mana tingkatan yang di atas menentukan jum lah pasokan dan jadw al distribusi ke tingkatan di bawahnya.
2. MIM Tool merupakan alat untuk membantu Bidang KB dan pihak yang terkait guna melaksanakan pekeijaan manajemen logistik alokon dan monitoring.
3. Permintaan adalah sejumlah alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang dim inta (request system) pada suatu waktu tertentu, permintaan berkaitan dengan stok alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang ingin dipenuhi.
4. Permintaan (nonrequest) berdasarkan atas rencana distribusi (rensi) atau berdasarkan kontrak masing-masing wilayah Koordinator Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB):
a. Formulir permintaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi
untuk Koordinator PLKB pada Dinas Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara; dan
b. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB), SPMB yang dikeluarkan oleh Kepala Bidang Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera.
5. Pengeluaran merupakan rangkaian kegiatan perpindahan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi dari gudang Kabupaten ke tempat pelayanan Keluarga Berencana/Klinik Keluarga Berencana di tingkat Kecamatan berdasarkan atas kebutuhan karena kondisi stok sudah mencapai pada posisi minimum.
6. Pengiriman/penyaluran adalah kegiatan pengiriman alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi ke tempat-tempat pelayanan Keluarga Berencana/Klinik Keluarga Berencana berdasarkan pemesanan/permintaan, tanpa permintaan (request, nonrequest atau pull dan push system) dan atau distribusi dinamis yang bersifat horizontal.
7. Push Distribution System adalah sistem distribusi yang dilakukan berdasarkan Dropping/Nonrequest.
8. Pull Distribution System adalah sistem distribusi yang dilakukan berdasarkan permintaan.
9. Lead Time adalah waktu yang diperhitungkan untuk proses permintaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi mulai surat permintaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi diproses sampai alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi tersebut diterima.
10. Penyimpanan adalah kegiatan penempatan, penataan, pencatatan, dan pemeliharaan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi di gudang di semua tingkatan wilayah.
11. Dalam penyimpanan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi sebaiknya m engikuti standarisasi penyimpanan s e p e rti:
a. Susunan alat/obat kontrasepsi pada pallet berdasarkan jen is dan sifat alat/obat kontrasepsi dengan suhu ruang antara 15- 25 derajat celcius dan tinggi susunan tidak lebih dari 2 m serta jarak antara pallet dan tembok 30 cm atau disesuaikan dengan
kapasitas gudang; dan
b. Ruang tempat penyimpanan harus dibersihkan dari segala sesuatu yang dapat m em percepat proses kedaluwarsa/rusak (debu, bahan kimia, barang bekas).
12. Kapasitas ruang yang dipersiapkan harus mampu menyimpan seluruh alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang akan diterima, apabila tidak, maka siapkan tempat untuk penyimpanan sementara dan diberi tanda.
13. Permohonan Permintaan alat/obat kontrasepsi dan nonkontrasepsi berdasarkan rencana kebutuhan, perencanaan kebutuhan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi setiap tahun dilaksanakan dengan car a perhitungan berdasarkan data sasaran kesertaan ber-Keluarga Berencana yaitu Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) baik peserta Keluarga Berencana barn maupun
-
3
-peserta Keluarga Berencana aktif dan CYP (Couple Years o f Protection) yaitu jum lah kontrasepsi yang dibutuhkan oleh seorang peserta Keluarga Berencana selama satu tahun penuh agar terlindungi dari kemungkinan teijadinya kehamilan.
-
4
-Jenis A lat Kontrasepsi CYP
Pil Diperlukan 13 cycle/tahun
Suntikan Diperlukan 4 vial/ tahun
Kondom Diperlukan 6 lusin/tahun
IUD Diperlukan 1 each/5-8 tahun
Implan Diperlukan 1 set/3 tahun
14. Penerimaan alat/obat kontrasepsi dan nonkontrasepsi di tingkat Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana harus disertai dengan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Dokumen yang dibuat oleh Bendahara Barang sebagai bukti telah dikeluarkannya alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi dari gudang.
15. Dalam hal penerimaan alat/obat kontrasepsi dibuat buku bantu pemerimaan alat/obat kontrasepsi (Buku dan Kartu yang dipergunakan dalam pencatatan alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi):
a. Buku Barang Masuk (BBM), buku yang dipergunakan untuk m encatat setiap alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang diterima sebagai agenda untuk penomoran SBBM;
b. Buku Barang Keluar (BBK), buku yang dipergunakan untuk m encatat setiap alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang dikeluarkan dari gudang sebagai agenda untuk penomoran SBBK;
c. Kartu Persediaan Barang, kartu yang dibuat per jen is barang untuk mencatat dan mengetahui setiap penerimaan dan pengeluaran serta sisa persediaan akhir, Kartu Persediaan Barging ini merupakan kontrol bagi Atasan Langsung Bendahara Barang; dan
d. Kartu Barang, Kartu yang dibuat per jen is alat kontrasepsi dan nonkontrasepsi yang ditempelkan pada barang yang bersangkutan, dipergunakan untuk mencatat setiap penerimaan, pengeluaran serta sisa persediaan akhir.
IV. RUANG LINGKUP
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dan Johns Hopkins Center fo r Communication (JHCCP)
melalui program pilihanku mengembangkan Aplikasi Sistem
Informasi Rantai Pasok Alokon atau SIRIKA. Aplikasi ini memastikan
Rantai pasok alat kontrasepsi tidak kelebihan atau kekurangan stok.
Sirika merupakan salah satu upaya BKKBN untuk mencegah baby boom teijadi di kemudian hari. Sirika adalah inovasi dalam proses pengolahan data pelaporan logistik dan pengelolaan di gudang secara digital, yang handal dan cepat tanggap dalam penyediaan alat dan obat kontrasepsi pelayanan KB. Sirika penting untuk mengantar kesuksesan dalam rangka menaikkan MCPR (Modem Contraceptive Prevalence Rate), ju ga untuk menurunkan unmet need dan meningkatkan akuntabilitas.
Ruang lingkup pedoman pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat/obat kontrasepsi dan nonkontrasepsi serta pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara m eliputi :
1. Sistem Inventaris Alokon
a. Tujuan Sistem Kontrol Inventaris
1) Untuk menentukan Kapan stok perlu dipesan / dikeluarkan;
2) Untuk menentukan berapa banyak stok yang harus dipesan / dikeluarkan; dan
3) Untuk mempertahankan tingkat ketersediaan stok yang tepat bagi semua produk, menghindari kekurangan maupun kelebihan stok.
-
5
-b. Tingkatan Stok
Tingkat T ingkat Stok Tingkat jad w al Titik Titik" Stok W ilayah Maksim um Stok pasokan Pem esanan Realokasi
Minim um ulang rutin D arurat (E O P )
Pusat
Provtnsi
K ab/ K o ta
Faskes
Jejaring / Jaringan
3 bulan (Sebagai stok penyangga)
18 bulan
6 bulan
4 bulan
2 bulan
6 bulan
3 bulan
2 bulan
I bulan
Setahun sekali
Setahun sekali Setiap 3 bulan Setiap 2 bulan Setiap bulan
3 bulan 24 bulan
i .5 bulan 8 bulan
0.5 bulan 5 bulan
0.5 bulan 3 bulan
c. Jadwal Distribusi
-
6
-Distribusi Rutin
Teijadw al Push System j
Tingkat Jadwal Pasokan W ilayah Ulang Rutin Pusat Setahun sekali Provinsi Setahun sekali iKab/Kota Setiap 3 bulan 1Faskes
1
________________
Jejaring/Jari ngan
Setiap 2 bulan Setiap bulan
Distribusi Nonrutin Kapanpun dibutuhkan.
Misalnya: stok mencapai titik permintaan darurat
atau pelayanan mobile
I I
d. Menghitung Stok Status dan Jumlah Pasokan Ulang - Rumus Untuk Menghitung Tingkatan Stok
Stok yang tersedia
Rerata konsumsi bulanan (/m/ yg
dikeluarkan ke pengguna)
Tingkat persediaan dalam bulan
Contoh: Stok saat ini untuk Pil : 4.300 Rerata konsumsi bulanan: 1.300 4300 - 1300 = 3,30769, dibulatkan ke 3,3 bulan
4 Stok yang tersedia akan mencukupi 3,3 bulan
- Menghitung Jumlah Pasokan Ulang Jumlah Stok Maksimum
(Tingkat Stok Maksimum x AMC) - Stok yang Tersedia
Tingkat Wilayah
Tingkat Stok Maksimum
Pusat
3 bulan (Sebagai stok penyangga)
Provinsi 18 Bulan
Kab/ Kota 6 Bulan
Faskes 14 Bulan
Jejaring / Jaringan
2 Bulan
7 e. Stokku
Yang termasuk dalam aplikasi stokku yaitu : 1. Penerimaan terdiri d a r i:
a) Penerimaan Manual
1) Digunakan saat pengirim tidak menggunakan Stokku;
2) Tidak ada notifikasi di Stokku yang menandakan ada pengiriman yang sedang dalam peijalanan; dan
3) Informasi produk yang diterima harus dimasukkan satu-persatu berdasarkan dokumen pengiriman.
b) Penerimaan Sistematis
1) Digunakan saat pengirim sudah menggunakan Stokku. Contoh: Distribusi rutin dan darurat dari Provinsi ke Kabupaten;
2) Ada notifikasi di Stokku yang menandakan ada pengiriman yang sedang dalam peijalanan; dan
3) Hanya tinggal m engonfirmasi data produk dan jum lah yang diterima dalam kondisi baik.
2. Pendistribusian Secara otom atis sistem memilih produk dengan tanggal kedaluwarsa paling awal untuk di distribusikan, Pendistribusian terdiri dari :
a) Pendistribusian Manual
1) Rencana Distribusi belum dibuat menggunakan MIM Tool;
2) Tidak ada notifikasi di Stokku yang menandakan proses distribusi bisa segera dimulai; dan
3) Informasi jen is dan jum lah produk yang akan didistribusikan harus dimasukkan satu-persatu.
b) Pendistribusian Sistematis
1) Rencana Distribusi sudah dibuat menggunakan MIM Tool;
2) Ada notifikasi di Stokku yang menandakan proses distribusi bisa segera dimulai; dan
3) Hanya tinggal mengkonfirmasi jum lah yang dikemas.
Namun, untuk distribusi rutin jen is dan jum lah BMHP harus ditambahkan.
3. Pencatatan terdiri dari kartu Stok, Buku Mutasi dan Stock Opname
a) Kartu Stok
1) Sistem m encatat stok sebagai kartu stok elektronik;
2) Tetapi tidak menghilangkan kartu stok fisik (kertas/manual); dan
3) Kartu stok fisik disimpan di dekat produk.
b) Buku Mutasi
1) Sistem m encatat pula transaksi ke dalam buku mutasi elektronik; dan
2) Berfungsi sama seperti buku m utasi manual, yaitu mencatat semua transaksi berdasarkan hari teijadinya transaksi.
c) Stock Opname
1) Merupakan kegiatan penghitungan fisik, yang rutin dilaksanakan setiap bulan sebelum mem buat laporan F/V/KB ; dan
2) Stok opname ju ga dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian jum lah stok di Stokku bila ditemui perbedaan dengan jum lah fisik.
4. Pelaporan Terdiri dari F/V/KB , Tingkat Ketersediaan, dan Stock Opname Rekap :
a) F/ V/ KB Berfungsi sama seperti laporan F/ V / KB manual, yaitu mencatat semua transaksi berdasarkan bulan.
b) Tingkat Ketersediaan :
1) Memberikan informasi stok yang tersedia di gudang secara real time, mencakup stok yang dapat dalam kondisi baik, rusak, dan kedaluwarsa; dan
2) Memberikan informasi berapa lama stok di gudang akan habis digunakan.
c) Stock Opname Rekap Merupakan rekapitulasi transaksi yang teijadi selama selama 6 bulan terakhir.
2. Tata Kelola Permintaan.
a. Permohonan permintaan alat/obat kontrasepsi dilakukan Fasilitas Pelayanan KB /PMB Kepada Dinas KB, PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara m elalui Koordinator PLKB Kecamatan atas dasar perhitungan stok yang tersedia pada Klinik Keluarga Berencana di setiap Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana, dilampiri daftar stok yang ada;
b. Permohonan permintaan alat/obat kontrasepsi dapat dilakukan Fasilitas Pelayanan KB/PMB ke Dinas KB, PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara m elalui Koordinator PLKB Kecamatan atas dasar perhitungan Kebutuhan Rencana Kegiatan Pelayanan Keluarga Berencana atas dasar perhitungan stok yang tersedia pada Klinik Keluarga Berencana di setiap Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana, dilampiri daftar stok yang ada;
c. Permohonan alat/obat kontrasepsi ditujukan Kepada Dinas KB, PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara c.q (casu
-
8
-quo) Kepala Bidang Keluarga Berencana selaku Pengguna Barang di Gudang Kabupaten.
3. Tata Kelola Distribusi Alokon
Alokon Kabupaten Bolaang Mongondow Utara bersumber dari APBN m elalui BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Dalam proses pendistribusiannya Dinas PP,KB,PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah menerapkan Sistem Informasi Rantai Pasok Alokon (SIRIKA). Sistem distribusi yang digunakan SIRIKA adalah “push system” di m ana tingkatan yang di atas menentukan jum lah pasokan dan jadw al distribusi ke tingkatan di bawahnya.
Distribusi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Distribusi rutin, setiap tingkatan memperoleh pasokan sesuai dengan jadw al yang telah ditentukan oleh tingkatan di atasnya.
Jumlah yang didistribusikan ditentukan oleh perhitungan yang dilakukan MIM tool berdasarkan data rata-rata konsumsi bersumber dari laporan F/II/KB serta data stok bersumber dari Stokku; dan
b. Distribusi nonrutin (darurat) tidak memiliki jadw al tertentu karena dilakukan sesuai dengan kebutuhan, distribusi darurat bisa berupa pelayanan untuk hari-hari besar. Selain itu, tidak ada perhitungan yang dilakukan oleh MIM Tool, namun tetap dibatasi dengan stok yang tersedia.
Terdapat Dua Aplikasi yang terintegrasi yaitu MIM TOOL dan STOKKU. MIM Tool merupakan alat untuk membantu Bidang KB dan pihak yang terkait guna m elaksanakan pekeijaan manajemen logistik alokon dan monitoring sedangkan STOKKU adalah aplikasi yang secara rinci melaksanakan proses pendistribusian alokon.
Berikut adalah alur pendistribusian berdasarkan SIRIKA yaitu : a. Rencana Distribusi ( Rensi ), Rensi dibuat melalui aplikasi MIM
Tool setiap tanggal 17 Bulan beijalan berdasarkan Format Laporan F/II/KB dari setiap Faskes;
b. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB), SPMB dikeluarkan setelah Rensi atau Dokumen Perencanaan Distribusi dibuat m elalui MIM Tool ditandatangani oleh Kepala Bidang Selaku Pengguna Alokon dan Kepala Dinas selaku Pejabat yang berwenang. SPMB Kemudian disampaikan kepada Pengelola Gudang Alokon dan ju ga secara otomatis akan ada notifikasi di aplikasi STOKKU untuk melakukan pendistribusian;
c. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), SBBK berisi jum lah Alokon dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang dikeluarkan untuk didistribusikan berdasarkan Rensi yang telah dibuat di MIM
-
9
--
10
-tool. SBBK ditandatangani oleh Pengelola Gudang yang mengeluarkan barang, yang mengirimkan/menjemput barang dan ju ga penerima barang. SBBK ditandatangani dan distempel kemudian diberikan kepada faskes penerima alokon dan untuk Dinas PP,KB,PP dan PA sebagai arsip;
d. Surat Jalan, Surat jalan dibuat setelah SBBK dikeluarkan.
Surat jalan bisa berisi beberapa Nomor SBBK; dan
e. Konfirmasi Penerimaan, Konfirmasi Penerimaan barang dilakukan oleh Dinas dikarenakan aplikasi belum sampai ke jen jan g Faskes.
4. Tata Cara Klaim Pembayaran Jasa Pelayanan KB di Fasilitas KB/
PMB m elalui dana DAK BOKB yaitu :
a. Dinas PP,KB,PP dan PA harus membuat surat Keputusan Fasilitas kesehatan KB/PMB yang menjadi tem pat pelayanan KB;
b. Faslitas Kesehatan KB/PMB harus memiliki registrasi Klinik (K/O/KB);
c. Fasilitas Kesehatan KB/PMB yang menjadi tem pat pelayanan harus membuat MoU (Memorandum o f Understanding) dengan Dinas PP,KB,PP dan PA untuk menjadi tempat pelayanan KB yang ja sa medisnya dibiayai melalui dana BOKB yang dalam MoU m e m u a t:
1) Faskes KB tidak akan melalukan klaim ja sa pelayanan KB yang sudah dibiayai m elalui BOKB kepada BPJS Kesehatan;
dan
2) Terdapat jadw al pelaksanaan pelayanan KB di masing- m asing Faskes/PMB
d. Pembayaran klaim dengan melampirkan bukti kuitansi asli tanda terima bidan/dokter pemberi pelayanan, tidak diperkenankan melakukan klaim ganda;
e. Kelengkapan administrasi pembayaran dengan melengkapi : 1) daftar nama akseptor;
2) fotokopi identitas KTP/surat keterangan domisili;
3) fotokopi k/IV/KB; dan
4) rekapitulasi Daftar Akseptor penerima pelayanan yang ditandatangani oleh penanggung jaw ab pelayanan faskes/PMB.
f. Klaim dimasukkan ke OPD-KB dan akan dilakukan pembayaran sesuai dengan mekanisme SPJ pada umumnya;
dan
g. Klaim dapat dibayarkan sepanjang Dana BOKB masih tersedia.
V. PELAPORAN
Mengingat pentingnya evaluasi persediaan alat/obat
kontrasepsi, dan nonkontrasepsi m aka setiap UPT, Koordinator
PLKB di lingkungan Dinas PP, KB, PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana/Klinik Keluarga Berencana, berkewajiban membuat laporan persedian alat/obat kontrasepsi di tingkat wilayah masing m asing dalam form F/V/KB dan F/II/KB.
Pedoman Pengendalian dan Pendistribusian Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Serta Pelaksanaan Pelayanan KB di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2021 sebagaimana dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Pemerintahan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam pelaksanaan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB).
Pedoman Pengendalian dan Pendistribusian Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Serta Pelaksanaan Pelayanan KB di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2021, bertujuan untuk:
a. Menyediakan dukungan Dana Operasional kegiatan bagi Balai Penyuluhan KB, dalam upaya pencapaian tujuan program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga secara Nasional; dan
b. Menyediakan dukungan Dana pendistribusian Alat dan Obat Kontrasepsi dari Gudang Dinas PP,KB,PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ke Fasilitas Pelayanan KB.
-