BAB II
TINJAUAN PENELITIAN
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak
milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan
normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut PSAK
No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : “Aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun”.
Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap,
maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh beberapa
ahli dibidang akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang
diuraikan dibawah ini. Menurut Mulyadi (2002 hal.179) aktiva tetap
adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat
ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk
Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva
berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun;
(2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup
besar”. Warren,dkk (2005 hal.492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap
(fixed asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative
permanen”.
Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas aktiva
tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. mempunyai bentuk fisik,
b. digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan,
c. dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual,
d. memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode
akuntansi / lebih dari satu tahun),
e. memberi manfaat dimasa yang akan datang.
Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan
berbagai sudut pandang antara lain dari sudut pandang substansinya dan
sudut pandang disusutkan dan tidak disusutkan.
1) Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi
a) Aktiva Berwujud (Tangible Assets)
Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
yang berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan
untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.
Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain
Tanah, Bangunan, Kendaraan, Mesin, Peralatan, Inventaris.
b) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang
tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan
tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : Paten,
Hak Cipta dan Merek Dagang, Goodwill.
2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :
a) depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan
seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain,
b) undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan
seperti tanah.
2. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan
operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah.
Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik
a. Faktor fisik
Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan
dan karena cuaca.
b. Faktor fungsional
Faktor fungsional terjadi karena :
1) ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi,
2) perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan,
3) kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak
ekonomis lagi.
Menurut IAI, PSAK No. 16 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu
aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.”Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap
dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison,
Robinson dan Secokusomo (2001 : 509) yaitu : “tujuan utama dari
akuntasi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang
diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk
memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena
pemakaiannya”.
Masa manfaat menurut PSAK No 16 (2009) adalah :
a. periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau,
b. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari
Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan,
tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian
biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari
padanya dikenal tiga istilah yaitu penyusutan, deplesi dan amortisasi.
1. Penyusutan
Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat
manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi,
2. Deplesi
Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa
sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai
berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk
dijual,
3. Amortisasi
Istilah amortisasi sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud,
misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan.
Jika melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor
yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan
yang diakui setiap periode yaitu harga perolehan, nilai residual dan masa
manfaat.
a) Harga Perolehan
Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang
b) Nilai residual atau nilai sisa
Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada
saat aktiva sudah tidak digunakan lagi,
c) Masa Manfaat
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 16.2) dalam PSAK No.16
“masa manfaat adalah
(1) Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh
perusahaan, atau
(2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh
dari aktiva oleh perusahaan”.
Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas
untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis
aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :
a. alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan,
b. untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi
biayanya dikenal dengan deplesi,
c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya
disebut amortisasi.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (2009:16.3), metode alokasi biaya penyusutan
dikelompokkan menurut kriteria berdasarkan waktu, berdasarkan
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation,
b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation):
(1) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method), (2) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method). 2. Berdasarkan penggunaan : a. Metode-jam-jasa (service-hour-method), b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method). 3. Berdasarkan kriteria lainnya :
a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method),
b. Metode-anuitas (annuity-method), c. Sistem-persediaan (inventory-system).
Penggunaan dari masing-masing metode penyusutan diatas beserta
contoh perhitungan penysutannya akan dicoba dijelaskan oleh penulis
sebagai berikut.
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)
Metode garis lurus adalah metode yang paling sering
digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam
metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaanya
sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai
fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan
besarnya sama setiap periode (kecuali ada
penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode garis lurus adalah kapasitas
produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya
akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva
tetap tersebut.
Untuk perhitungan penyusutan garis lurus didasarkan pada
anggapan-anggapan sebagai berikut :
1) kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun dan,
2) beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap
periode.
Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan
menggunakan rumus Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = d% n 100% Persentase dalam Atau = = Residu) Nilai -Akuisisi (Biaya x d% (D) Penyusutan = Contoh :
PT .X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran
umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung
sebagai berikut Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = 5 00 Rp.2.000.0 -20.000.000 Rp. = 00,-Rp.3.600.0 =
Tabel 2.1 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga perolehan Beban
Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku 1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp. 6,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp. 2,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000
Metode garis lurus lebih sesuai jika dipergunakan oleh
perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak
berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi,
penggunaan metode garis lurus kurang tepat, karena penghapusan
selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya
rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar,
demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyustan mempengaruhi
tingkat penjualan. Pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi
kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian
sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru
rendah.
b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation)
(1) Metode-jumlah-angka tahun (sum-of-the-year-digit method)
Dalam metode jumlah angka tahun beban penyusutan
akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan
setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan
tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut
menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan
angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun,
maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
r= n(n+1) 2
= 15
atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 =
15
Contoh :
PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan
taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir
sebesar Rp.2.000.000,-
Harga Perolehan : Rp.20.000.000,-
Nilai Sisa
Nilai Buku : Rp.18.000.000,- : Rp. 2.000.000,-
Tabel 2.2 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun
Thn Dasar
Penyusutan Beban Penyusutan
Akumu-lasi Penyusu-tan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.18,000,000 5/15 x Rp.18.000.000 =Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 2 Rp.18,000,000 4/15 x Rp.18.000.000 =Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 3 Rp.18,000,000 3/15 x Rp.18.000.000 =Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 4 Rp.18,000,000 2/15 x Rp.18.000.000 =Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp.18,000,000 1/15 x Rp.18.000.000 =Rp.1,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000
(2) Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining /
double declining – balance – method)
Metode saldo menurun adalah perhitungan beban
penyusutan dalam suatu periode dengan mengalikan suatu
persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap,
dengan menggunakan rumus :
n c s -1 r = Keterangan :
r = persentase per tahun s = nilai sisa
n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan
Contoh
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan
penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut
5 n
000
Rp.20.000.
00
Rp.2.000.0
-1
r
c
s
-1
r
=
=
) dibulatkan ( % 37 r 63 , 0 1 r = − =Tabel 2.3 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Thn Beban Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku Rp.20,000,000 1 37% x Rp.20.000.000 = Rp.6,400,000 Rp.2,466,667 Rp.17,533,333 2 37% x Rp.20.000.000 = Rp.6,487,333 Rp.4,196,622 Rp.15,803,378 3 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,847,250 Rp.5,366,072 Rp.14,633,928 4 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,414,553 Rp.6,088,013 Rp.13,911,987 5 37% x Rp.20.000.000 = Rp.5,147,435 Rp.6,431,175 Rp. 3,568,825
Beban penyusutan yang dihitung dengan metode saldo
menurun tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Metode saldo menurun tidak dapat
digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki
nilai sisa.
Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode
saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan
persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif
penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase
tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan
garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu
peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda
adalah 2(100%/5) = 40%.
Contoh
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan
Tabel 2.4 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda: Thn Nilai Buku Aktiva Awal Tahun Tarif Saldo Menurun Ganda Beban Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Rp.20,000,000 1 Rp.20,000,000 40% Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.12,000,000 2 Rp.12,000,000 40% Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp. 7,200,000 3 Rp. 7,200,000 40% Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp. 4,320,000 4 Rp. 4,320,000 40% Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 2,592,000 5 Rp. 2,592,000 40% Rp. 592,000 Rp.16,816,000 Rp. 2,000,000
Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada
Rp. 592.000,- karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari
nilai sisa.
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)
Metode jam jasa didasarkan atas asumsi bahwa penurunan
umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah
waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur
aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam
produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode jam jasa
adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan
per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah
dengan rumus berikut :
Kerja Jam Jumlah Sisa Nilai -Perolehan Harga Penyusutan=
Contoh
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi
sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat
dihitung sebagai berikut
Jam 37,-/ jam 500.000 00 Rp.1.500.0 -000 Rp.20.000. Penyusutan= =
Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama
100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut
adalah : 100.000 jam x 37 jam = Rp.3.700.000,-
Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa Tahun Jam
kerja
Beban Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Rp. 20,000,000 1 100,000 Rp. 3,700,000 Rp. 1,850,000 Rp. 16,300,000 2 20,000 Rp. 740,000 Rp. 2,590,000 Rp. 15,560,000 3 130,000 Rp. 4,810,000 Rp. 7,400,000 Rp. 10,750,000 4 140,000 Rp. 5,180,000 Rp.12,580,000 Rp. 5,570,000 5 110,000 Rp. 4,070,000 Rp.16,650,000 Rp. 1,500,000 b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)
Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada
metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar
perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam
kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam
Output Sisa Nilai -Perolehan Harga Penyusutan=
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total
produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit.
Contoh
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai
sisa Rp.1.500.000,- Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar
1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat
dihitung sebagai berikut
/ Unit Rp.18,5 Unit 1.000.000 00 Rp.1.500.0 -000 Rp.20.000. Penyusutan = =
Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka
besarnya beban penusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000
unit x Rp.18,5/unit = Rp.2.220.000,-
Tabel 2.6 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn. Unit Beban
Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku Rp. 20,000,000 1 120,000 Rp. 2,220,000 Rp. 1,850,000 Rp. 17,780,000 2 150,000 Rp. 2,775,000 Rp. 4,625,000 Rp. 15,005,000 3 300,000 Rp. 5,550,000 Rp.10,175,000 Rp. 9,455,000 4 240,000 Rp. 4,440,000 Rp.14,615,000 Rp. 5,015,000 5 190,000 Rp. 3,515,000 Rp.18,130,000 Rp. 1,500,000
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)
Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif
penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam
kelompok. Apabila menggunakan metode berdasarkan jenis dan
kelompok akan tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihdapuskan
100 %. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai sisa tanpa memandang
umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok
tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan dan
kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit
sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebit sebesar
selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa.
Contoh
PT.X membeli duapuluh buah mesin dengan harga
Rp.20.000.000,-Taksiran umur aktiva tersebut 5 tahun Enam buah peralatan
tersebut ditarik pada akhir tahun ke-4. duabelas buah mesin ditarik
pada tahun ke-5 dan sisanya berhenti beroperasi pada tahun ke-6.
berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari harga perolehan akan
dibebankan sebagai penyusutan. beban penyusutan sebenarnya
adalah Rp. 2.000.000,- per mesin per tahunnya. Maka beban
Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok Ak-hir Thn Beban Penyusutan
Aktiva Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Debit Kredit Saldo Debit Kredit Saldo
Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 1 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 4,000 Rp.16,000 2 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 8,000 Rp.12,000 3 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp.13,600 Rp. 6,400 4 Rp. 4,000 Rp. 6,000 Rp.14,000 Rp. 6,000 Rp. 4,000 Rp.10,000 Rp. 4,000 5 Rp. 2,800 Rp. 8,000 Rp. 6,000 Rp. 8,000 Rp. 2,800 Rp. 4,800 Rp. 1,200 6 Rp. 1,200 Rp. 6,000 - Rp. 6,000 Rp. 1,200 - Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp. 20,000
Maka pada akhir tahun 1, 2, 3, dan 4 penyusutan dicatat
sebagai berikut
Biaya Penyusutan Rp.4.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Rp.4.000.000,-
Dan pada tahun ke-5 dan tahun ke-6 penyusutanya masing-masing
Rp. 2.800.000,- dan Rp.1.200.000,-.
Jika dalam metode penyusutan kelompok, jenis aktiva yang
dikelompokkan adalah aktiva yang sejenis, maka dalam Metode
Jenis yang dikelompokkan memiliki masa manfaat yang
berbeda-beda maka penyusutannya dihitung dengan mencari umur rata-rata
terlebih dahulu. Jika terjadi penarikan dalah satu aktiva yang
dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkreditkan perkiraan itu
dan mendebit perkiraan akumulasi penyusutan sebesaar perbedaan
harga pokok dengan nilai residu. Dan tidak dicatat laba/rugi pada
Contoh
Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Jenis
Jenis Aktiva
Harga
Perolehan Nilai Residu
Harga Perolehan yang Disusutkan Taksiran Umur dalam Tahun Beban Penyusutan Tahunan (Garis Lurus) A Rp 4,000,000 Rp. 800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp. 640,000 B Rp. 7,000,000 Rp.1,200,000 Rp. 5,800,000 5 Rp.1,160,000 C Rp.10,000,000 Rp.2,000,000 Rp. 8,000,000 5 Rp.1,600,000 D Rp. 8,000,000 Rp.1,000,000 Rp. 6,200,000 10 Rp. 620,000 Rp.29,000,000 Rp.5,000,000 Rp.23,200,000 Rp.4,020,000
Tarif penyusutan dapat dihitung sebagai berikut
Tahun 5,7 00 Rp.4.020.0 000 Rp.23.200. Perolehan Harga Total Penyusutan Biaya Total Aktiva Umur rata -Rata = = = 13,86% 000 Rp.29.000. 00 Rp.4.020.0 Perolehan Harga Tahun per Penusutan penyusutan Tarif = = = b. Metode-anuitas (annuity-method)
Dalam metode anuitas aktiva tetap dianggap sebagai aktiva
yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga
perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang
akan didiskontokanatau jasa yang akan diberikannya secara merata
selama umur teknisnya. Menurut metode anuitas penyusutan
aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.
beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut
i , n, PVIF Sisa Nilai Value Present -Perolehan Harga Penyusutan= Contoh
PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai
sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva
tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat
dihitung sebagai berikut
10 , 5, 10 , 5, PVIF Rp.134.776 PVIF -00 Rp.1.600.0 Penyusutan= 7,581574 0,1241842 x Rp.134.776 -00 Rp.1.600.0 = 7,581574 Rp.83.668 -00 Rp.1.600.0 = 000 . 00 Rp.4 =
Melalui perhitungan diatas diketahui besarnya beban
penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan
didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan
penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar
beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan
Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas Thn Penyusutan Implisit Interest Revenue 10% Akumulasi Penyusutan /tahun Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Rp.1,600,000 1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776 Tahun I Beban penyusutan Rp.400.000,- Interest Revenue Rp.160.000, Akumulasi Panyusutan Rp.240.000,- Tahun II Beban penyusutan Rp.400.000,- Interest Revenue Rp.136.000,- Akumulasi Panyusutan Rp.264.000,-
Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan
beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan
tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi
nilai residu. Metode anuitas sangat cocok digunkan dalam
mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara
c. Sistem-persediaan (inventory-system)
Dalam metode persediaan, penyusutan dihitung dengan
menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan
aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi
persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode persediaan biasanya
dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil-kecil seperti perkakas
atau peralatan metode persediaan cukup mudah digunakan, tetapi
tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit
menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada
akhir periode.
3. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntasi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuangan
yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. neraca,
2. laporan laba rugi,
3. laporan perubahan ekuitas, 4. laporan arus kas,
5. catatan atas laporan keuangan.
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada
komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Sofyan Safri
harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang
umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah :
1. “neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global,
2. informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-masing,
3. informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap”.
Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Neraca
Per 31 Desember 200x
ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS
Kewajiban Lancar xxxx
Kewajiban Tak Lancar xxxx
Ekuitas xxxx
Jumlah Kewajiban
dan Ekuitas xxxx
Aset Lancar
Kas xxxx
Investasi Jangka Pendek xxxx
Piutang xxxx
Persediaan xxxx
Jumlah Aset Lancar xxxx
Aset Tetap Tanah xxxx Bangunan xxxx Kendaraan xxxx Peralatan xxxx Inventaris Kantor xxxx
Aset Tetap Tidak Berwujud xxxx
Jumlah Aset Tetap xxxx
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Tabel 2.10
Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Perumusan Masalah Hasil Penelitian
Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: 2005 Ramot Nurlela. A Tahun Penelitian: 2004 Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16
Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Kebijakan perusahaan dalam menentukan
capital expenditure atau renenue expenditure
dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan
pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian.
Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.
Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.
C. Kerangka Konseptual
Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis
akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Penulis. 2010
Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan
prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh
perusahaan untuk menentukan :
a. cara perolehan aktiva tetap,
b. pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap yang
terbagi menjadi capital expenditure dan revenue expenditure,
Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Penarikan Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva Tetap
Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN
Capital Expenditure
Revenue Expenditure
c. penarikan aktiva tetap,
d. metode penghitungan penyusutan aktiva tetap,
e. penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu