BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori A. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah dirinya menjadi lebih baik untuk berinteraksi dengan lingkungannya sejalan dengan teori Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Seseorang belajar akan berkembang dan berfikir secara kritis sejalan dengan teori menurut Susanto (2013: 4) belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Beberapa pengertian di atas dapat simpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah lakunya untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku dalam berinteraksi dengan individu yang lain maupun dengan lingkungannya.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara individu maupun berkelompok untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru yang belum dimiliki oleh seseorang tersebut secara keseluruhan, melalui belajar dan pengalaman dari individu itu sendiri yang di dalamnya banyak berbagai aspek diantaranya menyangkut aspek pengetahuan (kognitif), nilai/sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor). Belajar juga dapat diperoleh dari pengalaman keseharian individu di lingkungan sekitarnya untuk merubah tingkah laku menjadi lebih baik dari sebelumnya.
b. Teori Belajar
Belajar dapat mengubah perilaku seseorang baik dari segi kecerdasan maupun mental, salah satu teori belajar yang terkenal berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget sesuai dengan pernyataan Rayubi (2014:
143) teori kontruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget menjelaskan pengetahuan seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri. Lebih jauh lagi Piaget mengemukan bahwa pengetahuan tidak diperboleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan anak dalam kognitif dapat dipahami bahwa pada tahap-tahap tertentu anak mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda dalam tahap tertentu, cara dan belajar anak dalam mengembangkan ilmu yang sudah didapatkannya pun berbeda-beda, berdasarkan kemampuan yang sudah dimiliki masing-masing. Adapun implikasi dari teori kontruktivisme yang dijelaskan oleh Rayubi (2014:
143) dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1) Tujuan pendidikan menurut pandangan teori belajar kontruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan atau ketrampilan dapat dikontruksi oleh siswa. Selain itu, latihan memecahkan masalah sering dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Siswa diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi kondusif terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri siswa.
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Kontruktivisme mendukung pembelajaran menggunakan metode diskusi. Salah satunya karena dalam metode diskusi tersebut diharuskan siswa lebih aktif dari gurunya dan guru hanyalah menjadi mediator saja dan
mendampingi siswa dalam membantu siswa melakukan diskusi.
Metode diskusi cocok dengan teori pembelajaran Kontruktivisme.
c. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Susanto (2013: 12) menyebutkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari diri individu tersebut (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal ini meliputi:
kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Untuk faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah serta masyarakat. Keadaan keluarga sangatlah berpengaruh kepada tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar.
Uraian di atas menjelaskan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi dalam belajar yaitu faktor (internal) yang terdapat pada diri peserta didik tersebut kemudian yang kedua faktor (ekstrenal) yang terdapat dari luar diri peserta didik tersebut.
d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar.
Hasil belajar yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang telah diperoleh oleh siswa setelah siswa mengalami pembelajaran atau sebuah kegiatan yang membuat siswa mengalami perubahan dan tingkah laku dari biasanya. Hasil belajar tidak hanya dapat diukur dengan angka, melainkan terkait dengan perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa.
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris menurut Sudjana (2012: 22).
Adapun ranah/aspek adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemah dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpanannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna.
b) Tipe hasil belajar: Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dan bukan yang pokok. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahman ekstrapolasi.
c) Tipe hasil belajar: Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus, abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Situasi itu lokal sifatnya dan mungkin pula subjrktif, maka tidak mustahil bahwa isi suatu item itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu.
d) Tipe belajar: Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integrasi menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunanya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Analisis diharapkan sesorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilihkan integrasi menjadi bagian-bagian yang tepat dan terpadu.
e) Tipe hasil belajar: Sintesis
Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi dan berpikir analisis dapat di pandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berfikir devergen.
f) Tipe hasil belajar: Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode dan materi. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga negara.
Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.
Jenis perilaku yang akan diambil untuk ranah kognitif adalah pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diajarkan oleh guru, pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan, penerapan Metode diskusi dalam menyelesaikan soal dan
melakukan sebuah diskusi terhadap semua rangkaian yang telah ditempuh sehingga permasalahan dalam pembelajaran dapat dipecahkan. instrumen yang diberikan dalam pembelajran ini adalah pemberian skor dalam hasil LKS yang sudah dikerjakan oleh siswa secara berkelompok dan soal evaluasi di setiap akhir siklus yang nantinya akan digunakan dalam mengukur kemampuan siswa untuk pengolahan data oleh peneliti.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, apabila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajar, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Sudjana, 2012: 29).
Hasil belajar ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom dkk dalam Aunurrahman (2010: 50) terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu :
a) Penerimaan
Penerimaan mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
b) Partisipasi
Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian dan penilaian sikap
Penilaian dan penilaian sikap mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menetukan sikap.
d) Organisasi
Organisasi mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup
Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Penilaian ranah afektif adalah penilaian yang berhubungan dengan sikap. Penilaian hasil belajar ranah afektif pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Karangcegak adalah penilaian terhadap sikap dan partisipasi siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran diskusi terutama pada saat kegiatan diskusi dan presentasi kelompok. Penilaian ranah afektif dilaksanakan pada saat proses pembelajaran diskusi berlangsung.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Menurut Simpson dalam Aunurrahman (2010: 52) ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu :
a) Persepsi
Persepsi mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) suatu hal secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut.
b) Kesiapan
Kesiapan mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c) Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.
d) Gerakan terbiasa
Gerakan terbiasa mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh.
e) Gerakan kompleks
Gerakan kompleks memcakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat.
f) Penyesuaian pola gerakan
Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan mengadakan perubahan atau penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g) Kreativitas
Kreativitas mencakup kemampuan melahirkan pola-pola baru atas dasar prakarsa sendiri.
Penilaian ranah psikomotor pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Karangcegak adalah keterampilan membuat bagan yang berisi rangkuman materi yang telah dipelajari. Penilaian ranah psikomotor dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
B. Ilmu Pengetahuan Sosial SD a. Pengertian Mata Pelajaran IPS
Menurut Trianto (2010: 171) mengatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Mata pelajaran IPS merupakan salah satu proses dari seseorang yang berusaha dalam memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap sering disebut dengan hasil belajar.
IPS merupakan cabang ilmu sosial yang terdiri dari sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik dan hukum sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang ilmu sosial di atas.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pembelajaran yang berkaitan langsung dengan sosial yang ada di daerah lingkungan siswa yang diajarkan mulai dari tingkat SD/MI/SDLB yang materinya dipilih secara rinci dan dikemas sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Pembelajaran IPS pada prinsipnya adalah untuk membekali kemampuan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat di sekitarnya Menurut Mutakin dalam Susanto (2013: 145) tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah sebagai berikut : 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
Seorang pendidik dan calon didik haruslah paham dan mengetahui karakteristik serta tujuan pembelajaran IPS yang ada di Sekolah Pembelajaran IPS adalah ilmu yang abstrak dan yang benar- benar terjadi di lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya, sedangkan pada perkembangannya siswa SD pada saat ini masih berada pada tahap operasinal yang snagat konkret.
C. Materi Mengenal Permasalahan Sosial
Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi permasalahan sosial dengan Standar Kompetensi (SK) 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan Kompetensi Dasar (KD) 2.4 Mengenal Permasalahan sosial di daerahnya.
Materi dibagi menjadi 4 kali pertemuan, dalam satu siklus terdapat 2 pertemuan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Tabel Materi Pembelajaran
Siklus Pertemuan Materi
1 1 Pengertian Permasalahan Sosial 2 Macam-macam Permasalahan Sosial 2 1 Permasalahan Sosial Bidang Lingkungan
2 Permasalahan Sosial Bidang Kesehatan
D. Metode Diskusi
a. Pengertian metode diskusi
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah metode diskusi. Wahab (2007: 100) menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang berbicara bersama
untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Diskusi bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Majid (2013: 200) menjelaskan bahwa metode diskusi juga diartikan sebagai metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi.
Metode diskusi dilakukan untuk saling mengemukakan pendapat masing-masing anggota. Slavin (2005: 252) menjelaskan pelaksanaan metode diskusi, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang. Guru memberikan suatu pelajaran dan kemudian siswa diminta untuk berdiskusi bersama kelompok yang telah dibentuk. Masing-masing kelompok berdiskusi membahas topik tertentu yang di dalam diskusi tersebut siswa dituntut untuk saling berbagi informasi tentang sebuah topik atau masalah serta mencari pemecahan terhadap suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Kegiatan diskusi membutuhkan seorang pemimpin, pemimpin harus dipilih berdasarkan kemampuan organisasional dan kepemimpinannya, dan bukan hanya berdasarkan pada kinerja akademiknya saja.
Pemimpin ini harus memastikan bahwa tiap orang berpartisipasi dan bahwa kelompok tetap mengerjakan tugas.
Pembentukan kelompok diskusi memerlukan persiapan dan pertimbangan. Slavin (2005: 252-253) memaparkan lebih jauh bahwa pekerjaan pokok dalam mempersiapkan kelompok diskusi adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok berpartisipasi.
Salah satu cara agar setiap anggota kelompok turut berpartisipasi yaitu dengan membuat sebuah opini dari masing-masing orang sebelum pelaksanaan diskusi. Opini dari tiap anggota kelompok disampaikan pada saat diskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
Beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan memecahkan permasalahan bersama kelompok. Metode diskusi digunakan untuk memperoleh kesepakatan dalam kelompok.
b. Pelaksanaan Metode Diskusi
Metode diskusi tidak bisa dilaksanakan secara sembarangan.
Agar pelaksanaan diskusi berhasil dengan efektif, maka pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah diskusi, Majid (2013: 203-204) menjelaskan langkah-langkah diskusi sebagai berikut yaitu:
1) Langkah persiapan
Diskusi yang baik tidak akan terjadi begitu saja melainkan memerlukan persiapan yang baik agar tujuan dari diskusi dapat
berjalan baik serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal-hal yang harus dalam persiapan diskusi di antaranya:
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis dan tim perumus jika diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah sebagai berikut:
a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
b) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.
c) Guru memberikan contoh terkait dengan materi yang akan dipelajari.
d) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai sera aturan- aturan diskusi sesuai dengan jenis yang akan dilaksanakan.
e) Guru membentuk kelompok 4-6 orang siswa untuk menjalan- kan metode pembelajaran diskusi
f) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan dan lain sebagainya.
g) Guru menayangkan video tentang permasalahan sosial yang ada di daerahnya.
h) Kelompok bersama-sama mendiskusikan bagaimana cara mengatasi permasalahan sosial yang ada di daerahnya.
i) peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan serta ide-idenya.
j) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting karena tanpa pengendalian biasanya arah pembahasannya menjadi melebar dan tidak fokus.
3) Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai hasil diskusi.
b) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh siswa sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Pembelajaran menggunakan metode diskusi akan lebih efektif apabila guru memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam diskusi. Langkah-langkah tersebut menurut Trianto (2014: 162) yaitu:
1) Tahap 1: menyampaikan tujuan dan mengatur setting Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi
2) Tahap 2: mengarahkan diskusi
Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan dasar, mengajukan pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi
3) Tahap 3: menyelenggarakan diskusi
Guru memonitor antar-aksi, mengajukan pertanyaan mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi menyampaikan gagasan sendiri.
4) Tahap 4: mengakhiri diskusi
Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapan makna diskusi yang diselenggarakan kepada siswa.
5) Tahap 5: melakukan Tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu
Guru meninstruksikan para siswa untuk memeriksa proses diskusi dan berpikir siswa.
c. Kelebihan Metode diskusi
Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, bisa jadi suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainya.
Metode diskusi memiliki beberapa kelebihan manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (Majid, 2013: 204) antara lain:
1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan serta ide-ide.
2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan serta verbal. Diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Jadi dapat disimpulkan kelebihan metode yaitu menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Adanya interaksi dan kerjasama yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi supaya mendapatkan hasil diskusi yang maksimal.
d. Kelemahan Metode diskusi
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memliki beberapa kelemahan seperti di bawah ini:
1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Kelemahan metode diskusi di atas diperbaiki guru yaitu:
1) Guru telah membagi kelompok secara heterogen sesuai dengan kemampuan masing-masing anak sehingga tidak terjadi penguasaan pembicaraan dalam kelompok.
2) Kelompok telah diberikan materi yang sama sehingga membuat kelompok dapat saling berinteraksi dengan kelompok yang lainnya.
3) Materi telah disesuaikan dengan waktu pembelajaran sehingga tidak membutuhkan waktu panjang.
4) Sebelum diskusi dimulai guru telah memberikan pengarahan kepada siswa sehingga kelompok harus mematuhi pengarahan yang telah dijelaskan guru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi memiliki kelebihan dan kelemahan dalam proses pembelajarannya. Kelebihan diskusi yaitu melatih siswa untuk bertukar pikiran dan saling berinteraksi dengan teman yang lainnya dalam mengatasi masalah yang sedang dipecahkan kelompok dan kelemahan diskusi yaitu bahan dalam kegiatan diskusi menjadi sangat luas apabila belum terjadi kesepakatan kelompok. Guru juga harus memiliki kemampuan dalam mengkondisikan keadaan kelas.
E. Implementasi Penerapan Metode Diskusi
Metode Diskusi pada materi Permasalah sosial yang ada di sekitarnya akan digunakan untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas IV. Metode Diskusi akan membantu siswa untuk lebih kreatif dan aktif dalam berfikir dan mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, di dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi ini siswa dilatih untuk berdiskusi dan saling berinteraksi dengan teman kelompoknya pada materi permasalahan sosial di daerahnya. Metode Diskusi diharapkan dapat meningkatan Hasil Belajar siswa kelas IV SD Negeri Karangcegak dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian sejenis dilakukan oleh Lisa Brown Buchanan (2011: 19) dengan judul “Discussion in the elementary classroom: How and why some teachers use discussion“ dan Dr Fazalur Rahman, dkk (2011) dengan judul
“Impact of Discussion Method on Students Performance”. Penelitian yang dilakukan oleh Buchanan merupakan studi kasus yang menceritakan bagaimana dan mengapa tiga orang guru menggunakan diskusi dalam pembelajaran di kelas pada lima sekolah di pinggiran kota Amerika Serikat.
Tujuan penelitian ini dirancang untuk menjelaskan peran guru mengapa beberapa guru menggunakan metode diskusi, dan manfaat serta hambatan yang berdampak diskusi didalam kelas.
Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dr Fazalur Rahman (2011: 84) tentang metode diskusi yaitu penelitian eksperimen. Penelitian ini membandingkan antara kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan metode diskusi di dalam kelas eksperimen. Penelitian ini dilatar belakangi penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dalam mata pelajaran IPS di Pakistan, namun metode yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan pada saat pretest, namun setelah menggunakan metode diskusi dan ceramah terdapat perbedaan di kedua kelas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan metode diskusi memperoleh hasil lebih baik daripada kelompok kontrol.
Kedua penelitian di atas, memilik persamaan dan perbedaan yang berbeda. Adapun perbedanya adalah penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan kelas atau biasa yang disebut PTK dan persamaanya adalah sama-sama menggunakan metode diskusi.
C. Kerangka Berfikir
Belajar itu sendiri merupakan salah satu proses dari seseorang yang berusaha dalam memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap sering disebut dengan hasil belajar. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya, dalam sistem pendidikan nasional rumusan sebuah tujuan pendidikan, baik itu rumusan dalam bidang kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris menurut (Sudjana, 2012: 22).
Pembelajaran IPS yang abstrak menyebabkan materi IPS yang ada di sekolah dasar sangatlah sulit dipahami oleh siswa SD yang masih berada pada tahap berfikir yang sangatlah konkret dengan hal yang nyata. Kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah. Konsep pembelajaran yang diterima cenderung verbal, dalam pembelajaran kebanyakan guru yang berinteraksi dengan siswa dan siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya dikarenakan siswa tidak dibiasakan
untuk bertanya dan dilatih untuk bertanya maupun menyampaikan pendapat, sehingga interaksi siswa kurang maksimal.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
Adanya metode diskusi, siswa belajar dengan kelompok kecilnya memungkinkan siswa dalam berpikir dapat berbagi sesama teman sekelompoknya dan bertambah pengetahuan, mengembangkan dan membangun sebuah kerjasama serta siswa melatih menerima pendapat orang lain dan sebuah perbedaan. Melihat keadaan karakteristik dan segala kelebihan yang dimiliki metode pembelajaran diskusi maka dilakukan sebuah tindakan untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran diskusi, dengan harapan nantinya dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa selain itu guru kelas juga akan mendapatkan pengetahuan tambahan tentang
Kondisi Awal:
A. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran B. Rendahnya rasa
ingin tahu siswa dalam mata pelajaran IPS.
Hasil Belajar Rendah
Tindakan Siklus 1 Dalam pembelajaran guru
menggunakan metode diskusi
Tindakan siklus 2 Dalam pembelajaran guru
menggunakan metode diskusi Kondisi Akhir:
Hasil belajar meningkat yang mencangkup 3 ranah yaitu
1. Ranah kognitif 2. Ranah afektif, dan 3. Ranah psikomotor
Secara keseluruhan ketiga ranah tersebut meningkat dikarenakan guru dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi.
model-model pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa-siswanya, dan juga sikap dan ketrampilan akademik pada guru. Akibatnya akan meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru. Metode diskusi akan meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa di Sekolah Dasar.
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan perencanaan pembelajaran haruslah disusun dengan matang, maka nantinya tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut maka diajukan hipotesis tindakan yaitu:
1. Penggunaan pembelajaran Diskusi pada materi permasalahan sosial kelas VI di SD Negeri Karangcegak dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa ranah kognitif.
2. Penggunaan pembelajaran Diskusi pada materi permasalahan sosial kelas VI di SD Negeri Karangcegak dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa ranah afektif.
3. Penggunaan pembelajaran Diskusi pada materi permasalahan sosial kelas VI di SD Negeri Karangcegak dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa ranah psikomotor.