MATERI INTI 1
INFORMASI TENTANG TB, HIV DAN
KOINFEKSI TB-HIV
POKOK BAHASAN 1
INFORMASI TB
Indikator Tingkat Jumlah Rate /100.000
Insidensi (pertahun) Global 10.400.000 140
Indonesia 1.020.000 391
Kematian (pertahun)
Global 1.670.000 22
Indonesia 124.000 47
BEBAN PERMASALAHAN TB DI INDONESIA 2016*
5High TB Burden in Asia
(per 100,000 population)
Survey Age Smear Positive Bact. Positive
Indonesia 2013 15y- 257 (210-303) 759 (590-961)
Philippines 2007 10y- 260 (170-360) 660 (510-810)
Viet Nam 2007 15y- 197 (149-244) 307 (249-366)*
Myanmar 2009 15y- 242 (186-315) 613 (502-748)
Cambodia 2011 15y- 271 (212-348) 831 (707-977)
Lao PDR 2011 15y- 278 (199-356) 595 (457-733)
Thailand 2012**
*Non-Bangkok survey
15y- 101 (56-181) 242 (182-322)
**Non-Bangkok survey
* 1 culture, CXR TB suspects
EPIDEMIOLOGI
Sumber : Global TB Report 2017
Prevalensi TB paru per kelompok umur
konfirmasi bakteriologis
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000
0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0 1400,0 1600,0 1800,0
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >= 65 Es
timated number of bacteriologically confirmed TB cases
Rates per 100 000 population
Age group
Absolute prevalence Bacteriologically confirmed prevalence
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain :
• Kemiskinan
• Kegagalan program TB selama ini diakibatkan oleh:
1. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
2. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar dan sebagainya)
3. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
4. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas Bacillus Calmette et Guerin (BCG)
5. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat
• Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan
• Dampak endemi HIV
FAKTOR RISIKO KEJADIAN SAKIT TB
• Pasien yang tidak diobati setelah 5 tahun akan:
• 50% meninggal
• 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi.
• 25% menjadi kasus kronik yang tetap menular
PENULARAN
• Sumber penularan adalah pasien TB Basil Tahan Asam (BTA) positif.
• Batuk atau bersin percikan dahak (droplet nuclei) Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
• Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
• Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
RISIKO MENJADI SAKIT TB
• Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
• Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
• HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB
menjadi sakit TB.
STRATEGI DOTS
• Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3. Kesinambungan persediaan obat anti tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk pasien.
4. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO).
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program TB.
POKOK BAHASAN 2
INFORMASI HIV
EPIDEMIOLOGI HIV
• Saat ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia.
• Sebagian besar wilayah Indonesia berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated epidemic) dengan prevalensi HIV yang tinggi (>5%) pada populasi kunci seperti LSL (Lelaki Seks Lelaki), WPS (Wanita Pekerja Seks), Waria, dan
Penasun (Pengguna Narkoba Suntik), kecuali Tanah Papua yang termasuk epidemi HIV yang meluas tingkat rendah (2.3%, 2013).
• Diperkirakan ada 638,537 orang dengan HIV di Indonesia pada tahun 2014.
• Estimasi prevalensi HIV nasional adalah 0.41% pada orang berusia 15-49 tahun, di tahun 2014.
• Secara kumulatif jumlah kasus HIV yang dilaporkan berjumlah 191,073, dan kasus AIDS dilaporkan sebanyak 77,112, dengan tuberkulosis sebagai salah satu dari
infeksi penyerta yang paling banyak ditemukan pada kasus AIDS yang dilaporkan.
(Data Kemenkes, 2015)
Infeksi HIV (Kumulatif)
191.073
DATA & FAKTA
• Sumber: Laporan Perkembangan HIV- AIDS, Kementerian Kesehatan, 2015
77.112
Kasus AIDS
(Kumulatif hingga 2015) Di Indonesia
Prosentase Penularan
64,5% 12,4% 2,7%
Inti
Gp120
Envelop
HIV
H : Human
I : Immunodeficiency
V : Virus
INFEKSI HIV melalui mukosa
• Virus menginfeksi sel dendritik
• Virus menginfeksi sel CD4
• Virus di bawa ke kelenjar getah bening
Walker et al. NEJM 1998
INFEKSI HIV
• Virus berkembang biak di kelenjar Limfe
• Virus masuk ke peredaran darah
• Penyebaran ke organ lain Otak
Limpa Usus
dalam beberapa hari
Walker et al 1998
Periode Jendela – periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai tubuh orang tersebut membentuk antibodi
yang cukup untuk dapat dideteksi dengan tes antibodi HIV. (± 4—12 minggu)
(Permenkes #74/2014 : Pedoman Pelaksanaan KT HIV)
• A
CQUIRED (DIDAPAT)• I
MMUNE (SISTEM KEKEBALAN TUBUH)• D
EFICIENCY (TIDAK BERFUNGSI DENGAN BAIK)• S
YNDROME (KUMPULAN GEJALA)PENULARAN HIV
HUBUNGAN SEKSUAL TIDAK AMAN o Hetero/Homo/Bi-seksual
o Vaginal-Anal-Oral
DARI IBU HIV POSITIF KE BAYI o Antenatal
o Intra Partum o Laktasi
DARAH TERCEMAR
o Transfusi Darah/Produk Darah o Transplantasi Organ
o Jarum Terkontaminasi
KONSEP PERAWATAN
BERKESINAMBUNGAN BAGI
ODHA
PENGERTIAN
• Perawatan komprehensif berkesinambungan adalah perawatan yang dilakukan secara holistik dan terus menerus sejak dari rumah hingga ke rumah sakit (RS) dan sebaliknya melalui sistem jejaring yang bertujuan memperbaiki dan memelihara kualitas hidup ODHA dan keluarganya.
• Perawatan komprehensif meliputi pelayanan medis, keperawatan dan
pelayanan pendukung lainnya seperti aspek promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, perawatan penyembuhan dan rehabilitasi untuk
memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan kebutuhan spritual
individu termasuk perawatan paliatif.
KOMPONEN LKB (1)
• Konseling dan tes HIV secara sukarela untuk memudahkan pasien masuk ke dalam keperawatan komprehensif berkesinambungan
• Manajemen gejala klinis melalui diagnosis secara dini dan pengobatan secara tepat serta dukungan lainnya
• Asuhan keperawatan untuk menghilangkan ketidaknyamanan fisis yang sakit, hygiene, peningkatan pengendalian infeksi, perawatan paliatif dan terminal, pelatihan untuk keluarga di rumah, pendidikan pencegahan dan promosi kondom
• Perawatan di rumah dan masyarakat, meliputi pelatihan keluarga dan tenaga sukarela dalam peningkatan kesehatan, pengobatan gejala umum dan perawatan paliatif
• Promosi nutrisi yang baik, dukungan psikogis dan emosional, dukungan spiritual dan konseling
KOMPONEN LKB
• Membentuk kelompok pendukung di masyarakat untuk memberikan dukungan emosi pada ODHA dan keluarganya
• Eliminasi stigma HIV/AIDS dan mengembangkan sikap positif dalam masyarakat bagi ODHA dan keluarganya
• Pendidikan keperawatan dalam HIV/AIDS bagi pemberi asuhan HIV/AIDS, anggota keluarga, tetangga dan tenaga sukarela/volunteer
• Membangun kemitraan diantara pemberi pelayanan (klinik, sosial, kelompok pendukung) agar rujukan dapat dilakukan secara baik
TEMPAT SARANA LAYANAN BERKESINAMBUNGAN
• Rumah
• Perawatan ini melibatkan orang mereka sendiri atau keluarga,
saudara, tetangga, perawat, bidan, pekerja kesehatan dan pekerja sosial lain.
• Perawatan diberikan seperti perawatan fisik, psikososial, spiritual dan paliatif.
• Komunitas
• Perawatan ini dapat diberikan oleh perawat, bidan, petugas kesehatan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM dan lain lain
• Puskesmas
• Rumah Sakit
Manfaat perawatan berkesinambungan untuk perawatan HIV/AIDS
• Bila perawatan komprehensif dan berkesinambungan berhasil
dibangun akan memberikan banyak keuntungan untuk ODHA antara lain:
• Mengurangi beban perawatan pada keluarga.
• Memperbaiki kualitas hidup ODHA.
• Mengurangi stigma dan diskriminasi.
POKOK BAHASAN 3
INFORMASI TB-HIV