• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN

MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN

Roni Subrata, Sri Wahyuni

Program Studi Diploma 3

Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Ada beberapa posisi yang bisa dimanfaatkan saat proses persalinan diantaranya posisi terlentang, setengah duduk/duduk, jongkok, merangkak, miring ke kiri, berdiri dan masih banyak lagi. Masing-masing dari posisi itu ada yang bisa memperlancar dan juga memperlambat proses persalinan. Posisi berbaring pada ibu bersalin dapat memperlambat kekuatan dan frekuensi kontraksi sehingga persalinanpun menjadi lambat, sebaliknya pada posisi tegak, kepala/bagian terendah bayi akan tertarik oleh gravitasi sehingga bayi mudah turun ke panggul dan akan memperlancar proses persalinan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh posisi persalinan terhadap kecepatan kala II, penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Ny. Mudjiati Prasodjo. Sampel yang digunakan adalah 30 ibu bersalin, dengan memberikan tiga kelompok perlakuan setengah duduk, jongkok, dan miring. Penelitian ini dianalisa menggunakan model analisis varian klasifikasi satu arah.

Hasil penelitian didapatkan bahwa Fhitung> Ftabel yaitu 14.286 > 3.35 hal ini berarti variabel persalinan dengan teknik setengah duduk, jongkok, dan miring mempunyai hubungan yang signifikan dengan lamanya persalinan.

Kunci : Posisi persalinan setengah duduk, miring, jongkok, proses persalinan

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang mampu hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia. (Muchtar, 2006).

Dalam persalinan ada istilah kala yang terbagi menjadi empat yaitu; (1). kala I persalinan yang dimulai dari terjadinya kontraksi sampai pembukaan lengkap; (2). Kala II persalinan yang dimulai pada saat pembukaan lengkap sampai bayi lahir yang berlangsung 1 ½ - 2 jam pada primi dan ½-1 jam pada multi; (3). Kala III persalinan yaitu dimuali setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta; dan (4). Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. (Saifuddin, 2002).

Ada beberapa posisi yang bisa dimanfaatkan saat proses persalinan diantaranya posisi terlentang, setengah duduk/duduk, jongkok, merangkak, miring ke kiri, berdiri dan masih banyak lagi.

Masing-masing dari posisi itu ada yang bisa memperlancar dan juga memperlambat proses persalinan. Posisi berbaring pada ibu bersalin dapat memperlambat kekuatan dan frekuensi kontraksi sehingga persalinanpun menjadi lambat, sebaliknya pada posisi tegak, kepala/bagian terendah bayi akan tertarik oleh gravitasi sehingga bayi mudah turun ke panggul dan akan memperlancar proses persalinan. (Danuatmadja, 2000).

Pertama menurut Rustam Mochtar (2008), posisi lithotomi merupakan posisi berbaring terlentang dengan lutut di tekuk, kedua paha kemudian diangkat ke samping kanan dan kiri. Ada beberapa kelemahan ketika ibu berslin memilih posisi berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, placenta, dan lain-lain) akan menekan vena kava inferior. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari ibu ke placenta, sehingga menyebabkan hipoksiadefisiensi

(2)

2 oksigen pada janin. Berbaring terlentang juga

akan memperlambat kemajuan persalinan dan posisi ini akan menyulitkan ibu untuk meneran (JNPK-KR, 2002).

Kedua berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, dengan menggunakan posisi berdiri dapat mengurangi rasa nyeri, mudah meneran, kurangnya trauma vagina, dan perineum serta infeksi.

Ketiga Posisi Jongkok dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat (JNPK-KR, 2002). Posisi jongkok/berdiri mampu mempermudahpengosongan vesika urinaria. Penurunan bagian bawah janin akan terganggu bila kandung kemih dalam keadaan penuh dan selain itu dapat membantu turunnya kepala bayi serta dapat melebarkan rongga panggul karena merupakan gaya gravitasi.

Keempat posisi merangkak. Posisi ini akan sangat membantu bila ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior dan baik untuk ibu bersalin yang mengalami nyeri punggumg saat persalinan (JNPK-KR, 2002).

Kelima Posisi Berbaring Miring ke Kiri. Bila ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior dan baik bagi ibu jika kelelahan, karena ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara dua kontraksi, posisi ini juga bisa mencegah terjadinya laserasi perineum (JNPK-KR, 2002). Miring ke kiri atau ke kanan tergantung pada letak punggung anak hanya satu kaki di rangkul yakni kaki yang berada di atas. Posisi ini baik bila putaran paksi dalam belum sempurna.

Keenam Posisi Duduk/Setengah Duduk. Posisi ini mampu memuat ibu bersalin merasa nyaman dan dengan mudah dapat beristirahat diantara dua kontraksi ketika sedang kelelahan. Keuntungan dari posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi. Pada posisi ini sangat bermanfaat dalam membantu turunnya bagian terendah janin ketika persalinan berjalan lambat. Posisi ini netral terhadap gaya gravitasi, membantu ibu yang kelelahan untuk menghemat energi dan jika kemajuan terlalu cepat netralisasi gravitasi dapat menghambat

persalinan sampai pada kecepatan yang dapat dikendalikan. (JNPK-KR, 2002).

Dengan diterapkan posisi meneran setengah duduk maka kontraksi terjadi lebih kuat dan lebih teratur sehingga persalinan yang dialami lebih singkat (Danuatmadja, 2000).

Di samping itu memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan pada saat keluarnya kepala bayi, dalam mengamati perineum dan ibu bisa beristirahat diantara dua kontraksi.

Dalam semua tahapan persalinan merupakan hal terpenting tapi pada kala II merupakan masa terpenting karena pada kala II dapat terjadi banyak komplikasi diantaranya kala II memanjang, robekan perineum dan lain sebagainya. Salah satu penyebabnya adalah posisi bersalin yang kurang tepat.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Posisi Meneran Setengah Duduk, Posisi Jongkok, dan Miring Pada Ibu Primi Para Terhadap Proses Persalinan di Rb. Ny. Mudjiati Prasodjo”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Ny. Mudjiati Prasodjo dilakukan pada bulan Oktober 2015-Maret 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin primipara di Rumah Bersalin Ny. Mudjiati Prasodjo. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 30 responden yang sudah diberi kriteria sesuai dengan persyaratan dengan subjek ibu bersalin, dari 30 responden ibu bersalin diberi perlakuan:

1. 10 Ibu bersalin diberi perlakuan posisi meneran setengah duduk (X1).

2. 10 Ibu bersalin diberi perlakuan posisi jongkok (X2).

3. 10 Ibu bersalin diberi perlakuan miring (X3). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ibu bersalin yang diberi perlakuan (X1), setengah duduk (X2) jongkok (X3) miring. Sedangkan Variabel dependen adalah variabel yang menyebabkan atau menjadi akibat karena variabel bebas dalam penelitian ini adalah Y (lama kala II). Variabel

(3)

3 yang diamati (Y) adalah proses persalinan yang

meliputi:

a. Kontraksi uterus b. Penurunan kepala janin c. Lama kala II persalinan d. Kondisi bayi

e. Luka robekan f. Perdarahan

Data dikumpulkan menggunakan daftar pertanyaan dan lembar observasi. Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan model analisis varians klasifikasi satu arah (Nugroho, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh posisi meneran duduk, posisi jongkok, dan miring terhadap proses persalinan di Rumah Bersalin Ny. Mujiati Prasodjo. Penelitian dilakukan pada Oktober 2015–Maret 2016 di Rumah Bersalin Ny. Mujiati Prasodjo dengan sampel 30 responden. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk analisa dan kemudian ditabulasikan, diprosentasikan, dilakukan pengkodean, dan uji statistika korelasi.

Tabel 1. Distribusi Data Responden Berdasarkan Umur Umur Ibu (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 20 -25 26 - 30 31 - 35 36 – 40 9 15 5 1 30 50 16,7 3,3 Total 30 100

Pada Tabel 1 dapat dikemukakan bahwa sebagian besar ibu berumur 20–25 tahun sebanyak 9 responden (30%), berumur 26–30 tahun sebanyak 15 responden (50%), berumur 31-35 tahun sebanyak 5 responden (16,7%), dan sisanya 36–40 tahun sebanyak 1 responden (3,3%), ini mewujudkan bahwa masyarakat telah mengetahui usia yang tepat untuk kehamilannya dan untuk kesehatan reproduksi mereka.

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa 30 responden 10% berpendidikan SD, 33,3% berpendidikan SMP, 50% berpendidikan SMA, dan sisanya 6,7% berpendidikan sarjana.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan wajib belajar 9 tahun sudah berhasil. Sehingga transformasi informasi mudah bagi ibu bersalin.

Tabel 2. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 10 15 2 10 33,3 50 6,7 Total 30 100

Tabel 3. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) PNS Pedagang Swasta Tani IRT 2 2 5 8 13 6.7 6.7 16.7 26.7 43.3 Total 30 100

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden, 13 responden (43,3%) sebagaian besar adalah ibu rumah tangga, 5 responden (16,7%) swasta, 8 responden (26,7%) tani, 2 responden (6,7%) PNS, sisanya 2 responden (6,7%) pedagang.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan subyek penelitian Ibu bersalin yang melahirkan normal. Terdapat 3 subyek penelitian, masing-masing terdiri dari 10 ibu bersalin. Kelompok A1 diberi perlakuan posisi meneran setengah duduk, kelompok A2 diberi perlakuan posisi jongkok, kelompok A3 diberi perlakuan miring. Variabel penelitian yang diamati pada penelitian ini meliputi: perdarahan, luka robekan, penurunan kepala janin, lama kala II persalinan, kontraksi uterus, kondisi bayi.

Mengingat bahan penelitian ini atau subyek penelitian yang digunakan harus homogen, pada penelitian ini dianalisis perdarahan, luka robekan, penurunan kepala janin, lama kala II persalianan, kontraksi uterus, kondisi bayi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dilihat secara deskriptif nilai rata-rata dari 3 kelompok subyek penelitian yang digunakan pada variabel perdarahan.

(4)

4 Tabel 4. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai

Maksimum, dan Simpang Baku terhadap Jumlah Perdarahan Perlakuan Nilai Rata-Rata Nilai Min Nilai

Maks Simpang Baku

A1 165. 00 150 200 7.64 A2 215. 00 200 250 7.64 A3 250. 00 200 300 10.54

Dari Tabel 4. dapat di lihat bahwa nilai rata-rata dari kelompok perlakuan A1 adalah 165 dengan nilai minimum 150 cc, nilai maksimum 200 cc, ini berarti perdarahan yang terjadi pada kelompok A1 adalah dalam batas normal. Begitupula dengan nilai rata-rata kelompok A2 adalah 215 dengan nilai minimum 200 cc, nilai maksimum 250 cc, ini berarti perdarahan yang terjadi pada kelompok A2 adalah dalam batas normal. Begitupula dengan nilai rata-rata kelompok A3 adalah 250, dengan nilai minimum 200 cc, nilai maksimum 300 cc, ini berarti nilai perdarahan dalam batas normal.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 24.037, lebih besar dari F0.05s sebesar 3,35, dengan kata lain perlakuan terhadap perdarahan subyek penelitian atau kelompok setelah diberi perlakuan adalah berbeda signifikan (α = 0,05). Demikian pula bila dilihat dari perbandingan nilai rata-rata (Tabel 4.6) juga memperhatikan nilai rata-rata kelompok A1,A2,A3 di damping huruf yang berbeda yang berarti antar kelompok adalah berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

Tabel 5. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Perdarahan Sumber Variasi Deraja t Bebas (Db) (JK) Raga m Fhit Perlakuan 2 36500 18250 24.037 Galat 27 20500. 759.26 Total (T) 29 57000.

Setelah diberi perlakuan terlihat perlakuan A1 dan A2 berbeda, sebaliknya A2 dan A3 berbeda, sebaliknya A1 dan A3 juga berbeda sehingga dapat dilihat batas atas dan batas

bawah pada variabel perdarahan setelah diberi perlakuan mendapat hasil perbedaan yang signifikan.

Tabel 6. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Nilai Batas Bawah, dan Batas Atas terhadap

Perdarahan Perlakuan Nilai

Rata-Rata Batas Bawah Batas Atas A1 165.000 147.72 182.28 A2 215.000 197.72 232.28 A3 250.000 226.15 273.85

Variabel perdarahan setelah diberikan perlakuan adalah tidak banyak berbeda yaitu berkisar antara 150 -190, dengan simpangan baku di antara 1.00E-01-15. Hasil ini didukung dengan analisis yang memperlihatkan bahwa volume darah setelah diberikan perlakuan adalah berbeda signifikan.

Tabel 7. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Simpang Baku terhadap Luka

Robekan Perlakuan Nilai

Rata-Rata Nilai Min Nilai Maks Simpang Baku A1 1.20 1 2 0,13 A2 1.50 1 2 0,17 A3 1.90 1 2 0,10

Dapat dilihat dari variabel frekuensi his secara deskriptif pada perlakuan ditunjukkan pada (Tabel 4.7) perlakuan A1 antara 1-2 dengan rata-rata 1,20 dari nilai kisaran seperti tabel tersebut nampak bahwa terdapat kecenderungan yang signifikan.

Bila dilihat dari perbandingan nilai rata (Tabel 4.7) yang menunjukkan nilai rata-rata- kelimpok A1, A2, dan A3 berarti antara 3 kelompok ini berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

Tabel 8. Analisa Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Luka Robekan

Sumber

Variasi (db) JK Ragam Fhit Perlakuan 2 2.467 1.233 6.660 Galat 27 5.000 .185

Total (T) 29 7.467

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1danA2 di samping oleh huruf yang berbeda ini berarti antara perlakuan A1 dan A2 di

(5)

5 samping oleh huruf yang berbeda,ini berarti

antara perlakuan A1 dan A2 ada perbedaan dilihat dari variabel luka robekan.Sedangkan untuk perlakuan A1 dan A3 di samping oleh huruf yang berbeda, ini berarti perlakuan A1 dan A3,A2dan A3 terhadap variabel luka robekan berbeda secara signifikan.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Nilai Batas Bawah, dan Atas terhadap Luka Robekan

Perlakuan Nilai Rata-Rata Batas Bawah Batas Atas A1 1.20 1.90 1.50 A2 1.50 1.12 1.88 A3 1.90 1.67 2.13

Tabel 10. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Simpang Baku terhadap

Penurunan Kepala Janin Perlakuan Nilai

Rata-Rata Nilai Min Nilai Maks Simpang Baku A1 3.70 3 4 .15 A2 3.50 3 4 .17 A3 2.50 2 3 .17

Kondisi tersebut dapat dilihat dari nilai Fhitung 15.718 lebih besar dari F0.05 sebesar 3.35, dengan kata lain penurunan kepala janin subyek penelitian atau kelompok setelah diberi perlakuan adalah signifikan, demikian pula bila dilihat dari perbandingan nilai rata-rata kelompokA1, A2, A3 di samping nilai huruf yang sama, yang berarti antar kelompok berbeda signifikan setelah diberi perlakuan.

Tabel 11. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Penurunan Kepala Janin Sumber Variasi Derajat Bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Ragam Fhit Perlakuan 2 8.267 4.133 15.718 Galat 27 7.100 .263 Total (T) 29 15.367

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 dan A2, di samping oleh huruf yang berbeda, ini berarti antara perlakuan A1 dan A2 ada perbedaan di lihat dari variabel penurunan kepala janin. Sedangkan untuk perlakuan A1 dan A3,A2 dan A3 di samping oleh huruf yang berbeda, ini berarti perlakuan A1 dan A3 di damping oleh huruf yang

berbeda, ini berarti perlakuan A1 dan A3, A2 dan A3 terhadap variabel penurunan kepala janin.

Tabel 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Nilai Batas Bawah, dan Atas Terhadap Penurunan

Kepala Janin Perlakuan Nilai Rata-rata Batas bawah Batas atas A1 3.70 3.35 4.05 A2 3.50 3.12 3.88 A3 2.50 2.12 2.88

Tabel 13. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum dan Simpang Baku Terhadap

Lama Kala II Perlakuan Nilai

rata-rata Nilai min Nilai maks Simpang baku A1 118.00 90 160 6.11 A2 132.00 120 160 6.11 A3 181.00 160 190 4.58

Kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung 34.317,lebih besar dari F0,05 sebesar 3.35,dengan kata lain lama kala II subyek penelitian atau kelompok setelah diberi perlakuan adalah berbeda secara signifikan (α=0.05). Demikian pula bila dilihat dari perbandingan nilai rata-rata (Tabel 13)juga memperlihatkan nilai rata-rata kelompok A1,A2dan A3 di samping huruf yang sama,yang berarti antar kelompok berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

Tabel 14. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Kala II

Sumber Variasi Db Jumlah Kuadrat (JK) Ragam Fhit Perlakuan 2 21886.6 10943.3 34.317 Galat 27 8610.0 318.8 Total (T) 29 30496.6

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 dan A2 di samping oleh huruf yang sama, ini berarti antara perlakuan A1,A2 tidak ada perbedaan di lihat dari variabel lama kala II, sedangkan untuk perlakuan A1 dan A3, A2, dan A3 di samping oleh huruf yang berbeda,ini berarti perlakuan A1 dan A3, A2, dan A3 terhadap variabell kala II berbeda secara signifikan.

(6)

6 Tabel 15. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Batas

Bawah, Batas Atas Terhadap Lama Kala II Perlakuan Nilai Rata-Rata Batas Bawah Batas Atas A1 118.00 a 104.18 131.82 A2 132.00 a 118.18 145.82 A3 181.00 b 170.63 191.37 Tabel 16. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Simpang Baku Terhadap

Kontraksi Uterus Perlakuan Nilai Rata-Rata Nilai Min Nilai Maks Simpang Baku A1 2.70 2 3 15 A2 3.70 3 4 15 A3 3.70 3 4 15

Dapat dilihat dari variabel secara deskriptif pada variabel kontraksi uterus perlakuan ditunjukkan pada (Tabel 16) yang menunjukkan pada perlakuan A1 antara 2-3 dengan rata-rata 2.70. Dari nilai kisaran seperti tabel tersebut nampak bahwa terdapat kecenderungan hasil yang signifikan. Bila dilihat dari perbandingan nilai rata-rata (Tabel 16) yang menunjukkan nilai rata-rata kelompok A1, A2, dan A3 berarti antara 3 kelompok ini berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

Tabel 17 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Kontraksi Uterus

Sumber Variasi Db Jumlah Kuadrat (JK) Ragam Fhit Perlakuan 2 6.67 3.333 14.286 Galat 27 6.300 .233 Total (T) 29 12.967

Hal ini didukung oleh tabel analisa ragam (Tabel 17) yang menunjukkan Ftabel> (α 0.05) yaitu 3.35 dengan kata lain diantara perlakuan yang diberikan mempunyai pengaruh yang signifikan.

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 dan A2 didampingi oleh huruf yang berbeda, ini berarti antara perlakuan A1 dan A2, ada perbedaan dilihat dari variabel kontraksi uterus. Sedangkan untuk perlakuan A1 dan A3,A2 dan A3 didampinig oleh huruf yang berbeda, ini berarti perlakuan A1 dan A3,

A2 dan A3 terhadap variabel kontraksi uterus berbeda secara signifikan.

Tabel 18. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Batas Bawah, Batas Atas terhadap Kontraksi Uterus Perlakuan Nilai Rata-rata Batas bawah Batas atas A1 2.70 a 2.35 3.05 A2 3.70 b 3.35 4.05 A3 3.70 c 3.35 4.05

Tabel 19. Nilai Rata-Rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Simpang Baku Terhadap Kondisi Bayi Perlakuan Nilai rata-rata Nilai min Nilai maks Simpang baku A1 7.90 8 8 1.75E-16 A2 8.90 9 9 1.29E-16 A3 8.30 8 9 .16

Dapat dilihat dari variabel kondisi bayi secara deskriptif pada perlakuan ditunjukkan pada (19) yang menunjukkan pada perlakuan A1 antara 8– 8 dengan rata-rata 7.90. Dari nilai kisaran seperti tabel tersebut Nampak bahwa terdapat kecenderungan hasil yang signifikan.

Bila dilihat dari perbandingan nilai rata-rata (tabel 19) yang menunjukkan nilai rata-rata-rata-rata kelompok A1, A2, dan A3 berarti antara 3 kelompok ini berbeda secara signifikasi setelah diberi perlakuan.

Tabel 20. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Kondisi Bayi

Sumber Variasi Db

Jumlah

Kuadrat (JK) Ragam Fhit Perlakuan 2 5.067 2.533 28.500

Galat 27 2.400 0.088

Total (T) 29 7.467

Tabel 21. Perbandingan Nilai Rata-Rata, Batas Bawah, dan Batas Atas Terhadap Kondisi Bayi

Perlakuan Nilai Rata-Rata Batas Bawah Batas Atas A1 7.90 a 7.90 7.90 A2 8.90 b 8.90 8.90 A3 8.67 c 7.93 8.67

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 dan A2 didampingi oleh huruf yang berbeda, ini berarti antara perlakuan, A1

(7)

7 dan A2, ada perbedaan dilihat dari variabel

kondisi bayi. Sedangkan untuk perlakuan A1 dan A3, A2 dan A3 didampingi oleh huruf yang berbeda, ini berarti perlakuan A2 dan A3 terhadap variabel kondisi bayi berbeda secara signifikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data hasil pembahasan dapat diperoleh kesimpulan yaitu:

Terdapat pengaruh dan tingkat perbedaan yang nyata antara pemberian perlakuan posisi meneran, posisi jongkok, dan miring terhadap proses persalinan.

1. Variabel kontraksi uterus kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 14.286, lebih besar dari F0,05 sebesar 3.35, dengan kata lain perlakuan terhadap kontraksi uterus adalah berbeda signifikan (α= 0,05). Demikian pula bila dilihat dari rata-rata kelompok A1, A2, A3 didampingi oleh huruf yang berbeda yang berarti antar kelompok berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

2. Variabel penurunan kepala janin kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 15.718 lebih besar dari F0.05 sebesar 3.35, dengan kata lain perlakuan terhadap penurunan kepala janin subyek penelitian setelah diberi perlakuan adalah berbeda signifikan (α=0,05). Demikian pula bila dilihat nilai rata-rata kelompok A1, A2, A3 didampingi huruf yang berbeda berarti antar kelompok berbeda secara signifikan setelah diberi perlakuan.

3. Variabel lama kala II persalinan kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 34.317 lebih besar dari F0,05 sebesar 3.35 dengan kata lain perlakuan terhadap lama kala II persalinan subyek penelitian setelah di beri perlakuan adalah berbeda signifikan (α=0,05). Demikian pula bila dilihat nilai rata-rata kelompok A1, A2, A3 didampingi huruf yang berbeda berarti antar kelompok berbeda secara signifikan.

4. Variabel kondisi bayi, kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 28.500 lebih besar dari F0,05 sebesar 3.35 dengan kata lain perlakuan terhadap kondisi bayi subyek

penelitian setelah diberi perlakuan adalah berbeda secara signifikan.

5. Variabel kondisi luka robekan, kondisi tersebut dapat dilihat dari Fhitung yaitu 6.660 lebih besar dari F0,05 sebesar 3.35 dengan kata lain perlakuan terhadap kondisi luka robekan subyek penelitian setelah diberi perlakuan adalah berbeda secara signifikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada kepala desa, bidan koordinator, serta para ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Ny. Mudjiati Prasodjo yang berada di Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Ambarwati, Eny Retna 2010. Asuhan

Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Hananto, Wiryo. 2002. Peringatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui Dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, Sugeng. 2010. Asuhan

Keperawatan Neonatus dan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mueser, A. M. 2007. Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Anak. Jogyakarta: Diglossia Media.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatal Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Paath, E. F.2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Referensi

Dokumen terkait

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

[r]

Salah satunya cara yang dapat dilakukan untuk menentukan pola penularan dan penyebaran VAI subtipe H5N1 pada kawasan CAPD adalah melalui analisa cross-infection

Tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang dengan mempertimbangkan

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

- Melakukan entry data rencana studi yang sudah diisikan pada FPRS ke dalam komputer sesuai dengan jadwal dan ruang yang tercantum padaa. KETENTUAN UMUM

Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh pihak-pihak yang memiliki hubungan darah secara langsung serta kerabat dekat terhadap status anak