1
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS
A.A Istri Sayang Kartika Dewi
1, I Wyn Sujana
2, I.B Surya Manuaba
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : dewisayangkartika@yahoo.com
1, sujanawyn59@gmail.com
2, manuabasurya@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar IPS tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada siswa kelas IVB SD Negeri 8 Padangsambian dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada siswa kelas IVB SD Negeri 8 Padangsambian. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB sebanyak 43 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki- laki dan 25 siswa perempuan. Data mengenai keaktifan belajar IPS dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Kedua data ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I, sebesar 75,52% dengan kategori cukup aktif dan pada siklus II menjadi 86,65% dengan kategori aktif. Sedangkan untuk hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa diperoleh rata-rata persentase yaitu 74,80% pada siklus I dengan kategori sedang dan pada siklus II menjadi 86,65% dengan kategori tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema cita-citaku siswa kelas IVB SD Negeri 8 Padangsambian.
Kata Kunci: pendekatan saintifik, penilaian proyek, keaktifan, penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
Abstrack
The study aimed at (1) improving the activeness of social studies with a theme Cita-citaku through the application of scientific approach to the assessment of students project in class IVB of SD Negeri 8 Padangsambian, and (2) improving the knowledge mastery of social studies competencies with the theme Cita-citaku through the application of scientific approach to the assessment of the students project in class IVB of SD Negeri 8 Padangsambian. This study was classroom action research (CAR) which was conducted in two cycles. The study was conducted at class IVB which consisted of 43 students 18 were males and 25 were females. The data about the activeness of social studies was collected by using observation and the data about mastering the competency of social studies knowledge was collected by using test. Both of the data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result of the data show that the average percentage of students learning activeness in the first cycle of 75.52% with a category quite active and the second cycle become 86.65%, with the active category. As the results of students mastery of competencies from social studies knowledge gained an average percentage is 74.80% in the first cycle with the medium category and the second cycle become 86.65% with a high category. Based on the result of the study, it was concluded that the application of scientific approach to the assessment of the project can enhance the students activeness and mastery of social
2
studies competencies with the theme Cita-citaku in calss IVB of SD Negeri 8 Padangsambian.
Keyword(s): scientific approach, project’s assessment, social studies learning activeness, and mastery of social studies competencies.
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak- banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.
Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Khusus untuk tingkat SD, Pendekatan tematik terintegratif memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, yakni pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, pola pembelajaran yang satu arah menjadi pola pembelajaran secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola belajar sendiri menjadi pola belajar kelompok, pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif dan kritis.
Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma pembelajaran, dimana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan mengomunikasikan hasil belajar yang disebut pendekatan saintifik (Kurniasih, 2014:33). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif memahami konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan adalah dapat mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi. Pendekatan ini perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri dan berpikir kreatif. Daryanto (2014:51) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah hingga mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu muatan materi yang masuk ke dalam pembelajaran tematik integratif dalam kurikulum 2013.
Pembelajaran IPS di Sekolah dasar
merupakan bidang studi yang mempelajari
manusia dalam semua aspek kehidupan
dan interaksinya dalam masyarakat.
3 Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2011:16) mengemukakan “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMLB”.
IPS mengkaji seperangkat, peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Pembelajaran IPS diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Menurut Susanto (2013:143) peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang dirancang dalam kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang selalu dikaitkan dengan lingkungan masyarakat di satuan pendidikan dan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik. Dalam pendidikan saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran, kelima langkah tersebut adalah : mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan. (Permendikbud No.
81A, 2013).
Muatan Materi IPS dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar mencangkup kehidupan manusia dalam tempat dan lingkungan, waktu perubahan dan keberlanjutan, organisasi dan sistem sosial, organisasi dan nilai budaya, kehidupan dan sistem ekonomi, komunikasi
dan teknologi. Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar, siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah masyarakat.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sifat peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, menyatakan bahwa keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB pada muatan materi IPS masih rendah. Rendahnya keaktifan siswa ini akan berpengaruh pada rendahnya kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB di SD N 8 Padangsambian dimana dari seluruh siswa yang berjumlah 43 siswa, siswa yang tergolong tuntas berjumlah 18 siswa (41,86%) dan siswa yang tergolong tidak tuntas berjumlah 25 siswa (58,13%).
Peserta didik yang dikatakan tidak tuntas merupakan peserta didik yang memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan IPS di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan pihak sekolah, yakni 75. Tidak tuntasnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS ini dikarenakan kurang optimalnya siswa dalam menyelesaikan soal atau suatu permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran, ini disebabkan oleh faktor ketersediaan sarana dan prasarana yang digunakan sebagai media belum maksimal.
Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih kurang, hanya siswa tertentu saja yang mampu mengemukakan ide-idenya, bertanya, serta menjawab pertanyaan yang diajukan.
Dari permasalahan tersebut maka
perlu diupayakan variasi dalam proses
pembelajaran dalam muatan materi IPS
yang menggunakan penerapan pendekatan
saintifik. Salah satunya dengan
menggunakan penilaian proyek ke dalam
proses pembelajaran. Menurut Jihad
(2012:109) Penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode atau
waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
4 suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengelolaan, dan penyajian data. Menurut Arikunto (2013:252) penilaian terhadap proyek setidaknya mempertimbangkan adanya tiga hal, yaitu kemampuan pengelolaan, relevansi, dan keaslian.
Menurut Jihad (2012:110) Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.
Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat menggunakan alat atau instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist) ataupun skala penilaian (rating scale). Sesuai dengan pendapat Kunandar (2013:279) kelebihan dari penilaian proyek adalah peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide dan banyak kesempatan untuk berkreasi sehingga penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dalam proses pembelajaran IPS dapat memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
Pendekatan saintifik dengan penilaian proyek menyebabkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Di samping itu, penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek akan membuat siswa tertarik untuk belajar, karena siswa mengalami sendiri dan terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Ini berarti penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek tersebut akan dapat mempermudah siswa untuk memahami muatan materi IPS yang dipelajarinya. Berdasarkan teori-teori tersebut penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat membantu siswa untuk meningkatkan keaktifan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Eddy Murdiana (2015) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran tematik berbantuan media audio visual terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Saraswati 3 Denpasar. Serta didukung oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Suarni (2014) yaitu terdapat perbedaan
minat dan hasil belajar IPA secara simultan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Dengan adanya penilaian proyek di
dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik ini
diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran serta dapat
menciptakan suasana belajar IPS yang
menyenangkan. Penerapan pendekatan
saintifik dengan penilaian proyek selain
untuk meningkatkan penguasaan
kompetensi pengetahuan IPS juga untuk
meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan
menurut Hamalik (2008: 101) adalah suatu
kegiatan atau aktifitas dimana siswa terlibat
langsung atau berperan aktif di dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Keaktifan yang
dimaksud disini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan
tercipta situasi belajar aktif. Belajar aktif
sangat diperlukan oleh siswa untuk
mendapatkan penguasaan kompetensi
pengetahuan yang maksimal. Keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran IPS
dapat dilihat melalui: (1) kesiapan
menerima pembelajaran, (2) aktif bertanya
saat proses pembelajaran, (3) keaktifan
siswa mengemukakan pendapat, (4)
adanya interaksi positif saat media
disajikan, (5) kerjasama dalam
mengerjakan tugas kelompok, (6) aktif
mencari informasi dari sumber belajar yang
ada, (7) memberikan gagasan yang
cemerlang, (8) kemampun mendengarkan
pendapat kelompok lain, (9) kemampuan
menjawab pertanyaan dari guru, (10)
kemampuan menjelaskan kembali materi
yang sudah dipelajari. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran IPS dapat
merangsang dan mengembangkan bakat
yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih
untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga
dapat merekayasa sistem pembelajaran
secara sistematis, sehingga merangsang
keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Membelajarkan merupakan
upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
belajar. Dalam pembelajaran, siswalah
5 yang menjadi subjek dan pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Jadi, guru harus mengupayakan pembelajaran IPS yang mampu mengembangkan keaktifan belajar siswa yaitu dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran dengan jelas, serta menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran.
METODE
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV B SD Negeri 8 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa sebanyak 43 orang, yakni 18 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian setelah diterapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Agung (2010:3) PTK (penelitian tindakan kelas) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-pratek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan Siklus II.
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 .
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2015:42)
Pada perencanaan pembelajaran
siklus I, dilakukan persiapan-persiapan
bersama dengan guru kelas IVB SD N 8
Padangsambian, yaitu menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I,
menyiapkan proyek, menyiapkan materi
pelajaran, dan menyiapkan LKS serta
menyiapkan alat dan media pembelajaran,
lembar observasi yang digunakan untuk
mengetahui keaktifan siswa, menyiapkan
tes hasil belajar untuk mengetahui
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
pada akhir siklus I serta membuat jadwal
penelitian untuk pelaksanaan tindakan pada
proses pembelajaran IPS. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 4
kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali
pertemuan untuk proses pembelajaran dan
1 kali pertemuan untuk melakukan tes
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
pada akhir siklus. Untuk pembelajaran
kurikulum 2013 menggunakan
pembelajaran tematik. Tema untuk
pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu
tema Cita-citaku. Pelaksanaan proses
pembelajaran disesuaikan dengan RPP
yang telah disusun sesuai dengan
pendekatan saintifik. Dalam pelaksanaan
proses pembelajaran dilakukan kegiatan
pembelajaran seperti yang telah
direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan saintifik
dengan penilaian proyek. Tes hasil
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
diberikan sesuai dengan kisi-kisi tes yang
telah disusun sebelumnya. Pada tahap
observasi, dilakukan pencatatan masalah-
masalah serta kemajuan belajar siswa yang
ditentukan selama pelaksanaan tindakan
secara kolaboratif bersama dengan wali
kelas IVB SD N 8 Padangsambian. Pada
tahap observasi dilakukan observasi
terhadap keaktifan dan penguasaan
kompetensi pengetahuan IPS siswa. Dalam
melaksanakan observasi, wali kelas IVB
berperan sebagai observer. Observer
berpedoman pada lembar observasi yang
telah disediakan oleh peneliti. Setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan
penerapan pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek pada muatan materi IPS,
secara umum belum sepenuhnya berhasil
maka dilakukan tahapan refleksi terhadap
hasil pelaksanaan tindakan siklus I.
6 Dalam meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa, kelebihan yang telah dimiliki dapat dijadikan sebagai modal yang harus dipertahankan dan ditingkatkan, seperti dalam proses pembelajaran siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, siswa terlihat senang saat siswa ditugaskan untuk membuat proyek, siswa selalu mengerjakan tugas proyek yang diberikan, dan siswa mampu mempertanggungjawabkan hasil proyek yang telah diselesaikan, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa mulai berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diberikan dan kerjasama siswa dalam proses kerja kelompok mengerjakan proyek sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan bimbingan karena terdapat beberapa siswa yang bermain- main serta sibuk dengan kegiatannya sendiri pada saat proses kerja kelompok.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I ditemukan beberapa permasalah yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Sehingga perlu dicari cara penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan tersebut sehingga pelaksanaan siklus berikutnya mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Hasil refleksi dari kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dijadikan pedoman perbaikan pada siklus II.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan, sedangkan untuk tes kompetensi pengetahuan IPS menggunakan instrumen tes objektif pilihan ganda.
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2005:94) menyatakan bahwa: metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan Analisis
deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri 8 Padangsambian pada muatan materi IPS tema Cita-citaku, dengan jumlah anak sebanyak 43 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan, dengan tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil mengenai keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Data keaktifan pada siklus I diperoleh melalui observasi pada setiap pemberian tindakan kecuali pada tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Sedangkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus I. Tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dibuat berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat dengan jumlah 30 butir soal yang berbentuk tes pilihan ganda biasa. Data keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median, modus dan grafik polygon.
Hasil penelitian pada siklus I
mengenai data keaktifan menunjukkan
bahwa mean mencapai 75,52 median
mencapai 74,66 dan modus mencapai73,18
sehingga Mo=73,18<Md=74,66<M=75,52
yang menunjukkan kurva juling positif yang
berarti sebagian besar skor pada siklus I
cenderung tinggi. keaktifan belajar siswa
pada siklus I adalah 75,52% jika
dikonversikan ke dalam tabel kriteria
persentase keaktifan maka berada pada
interval 65%-79% termasuk ke dalam
kriteria cukup aktif. Hasil tersebut belum
menunjukkan kriteria keaktifan belajar yang
7 diharapkan yakni minimal mencapai kriteria aktif pada interval 80%-89%. Sedangkan untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS menunjukkan bahwa mean mencapai 74,80 median mencapai 74,12 dan modus mencapai 73,38 sehingga Mo=73,38<Md=74,12<M=74,80 yang menunjukkan kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor pada siklus I cenderung tinggi. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I adalah 74,80% jika dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase maka berada pada interval 65%-79% termasuk ke dalam kriteria sedang. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang diharapkan.
Sebelum perbaikan pembelajaran dilaksanakan, peneliti merefleksi proses perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada pembelajaran IPS pada siklus I masih belum optimal sehingga hasil yang diharapkan masih belum tercapai.
Dengan identifikasi masalah tersebut, peneliti bersama wali kelas IVB kembali mengadakan perbaikan pembelajaran yang direncanakan pada siklus II muatan materi IPS pada tema cita-citaku.
Hasil penelitian pada siklus II mengenai data keaktifan menunjukkan bahwa mean mencapai 86,65 median mencapai 88,05, dan modus mencapai 88,61 sehingga Mo=88,61<Md=
88,05<M=86,65 yang menunjukkan kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor pada siklus II cenderung rendah.
Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa keaktifan belajar IPS siswa pada siklus II adalah 86,65%. Bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 80%-89% dengan tingkat keaktifan belajar siswa pada kriteria aktif.
keaktifan pada siklus II ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran. Berarti indikator keberhasilan yang diharapkan pada proses pembelajaran IPS siklus II ini sudah tercapai, karena persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa yaitu 86,65%
telah mencapai indikator yang ditetapkan yakni persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa 80%-89% berada pada kriteria aktif. Sedangkan untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS menunjukkan bahwa mean mencapai 87,42; median mencapai 89,09, dan modus mencapai 89,85 sehingga Mo = 89,85<Md = 89,09<M
= 87,42 yang menunjukkan kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor pada siklus II cenderung rendah.
Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II adalah 87,42% jika dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase maka berada pada interval 80%-89% termasuk ke dalam kriteria sedang. Pelaksanaan pada siklus II melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada pembelajaran IPS siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Peningkatan keaktifan belajar siswa pada pelaksanaan siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian yaitu 80% dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu 80%. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian. Dengan demikian penelitian ini dihentikan pada siklus II.
Ringkasan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang dicapai selama penelitian ini disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel. 1 Tabel Rekapitulasi Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IVB SD Negeri 8 Padangsambian
Objek Penelitian Siklus I Siklus II
Keaktifan 75,52% 86,65%
Penguasaan Kompetensi
Pengetahuan IPS 74,80% 87,42%
8
PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian.
Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Pada siklus I, data keaktifan siswa menunjukkan dari 43 siswa baru 15 orang yang memenuhi kriteria aktif dengan persentase rata-rata keaktifan yang diperoleh 75,52% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65%-79% kriteria “cukup aktif”.
Hasil tersebut belum memenuhi kriteria keaktifan belajar siswa yang diharapkan.
Pada siklus II terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa telah mencapai 86,65%
dengan kriteria aktif. Dari data keaktifan siswa menunjukkan 35 siswa dari 43 siswa memenuhi kriteria aktif sedangkan 8 siswa berada pada pada kriteria cukup aktif.
Begitu pula halnya dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada siklus I menunjukkan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh 74,80% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65-79% kriteria “sedang”.
Hasil tersebut belum memenuhi kriteria penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang diharapkan. Pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa telah mencapai 87,42% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 80-89% kriteria “tinggi”. Hasil tersebut sudah memenuhi kriteria penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang diharapkan.
Adanya peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I dan siklus II melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek disebabkan adanya perlakuan atau tindakan dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Dalam penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek guru lebih
berperan sebagai motivator yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga akan tercipta pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan di dalam kelas yang dapat mengoptimalkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan tercapai. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dari siklus I ke siklus II.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan keaktifan belajar pada tema Cita-citaku siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata nilai keaktifan yang diperoleh. Pada siklus I, rata-rata hasil keaktifan belajar siswa mencapai 75,52%
atau berada pada kriteria “cukup aktif”.
Sedangkan pada siklus II, persentase rata- rata hasil keaktifan belajar siswa mencapai 86,65% atau berada pada kriteria “aktif”.
Dengan demikian, penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada tema Cita-citaku siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh. Pada siklus I, rata-rata hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 74,80% atau berada pada kriteria “sedang”. Sedangkan pada siklus II, persentase rata-rata hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 87,42% atau berada pada kriteria
“tinggi”. Dengan demikian, penerapan
pendekatan saintifik dengan penilaian
9 proyek dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Dari kedua simpulan tersebut, maka penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek secara efektif dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD N 8 Padangsambian.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (a) Bagi Guru, berdasarkan temuan di lapangan selama tindakan, diharapkan kepada guru sekolah dasar untuk mencoba menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dalam pembelajaran IPS, karena melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih bermakna.
Selain itu, dapat menumbuhkan sifat kreativitas siswa untuk berfikir serta menyelesaikan proyek yang ditugaskan.
Guru juga hendaknya bertindak sebagai fasilitator dan teman belajar selama proses pembelajaran, sehingga siswa merasa nyaman dan tidak merasa takut untuk mengajukan pertanyaan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. (b) Bagi Sekolah, sekolah hendaknya dapat menyediakan fasilitas pembelajaran yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswanya serta meningkatkan mutu pendidikan di SD.
(c) Bagi peneliti lain, Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dalam pembelajaran IPS diharapkan mencermati kendala-kendala yang ditemukan peneliti, sehingga dapat dihasilkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA