• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN

ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

AHMAD AFANDI

NIM : 809162023

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN

ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

AHMAD AFANDI

NIM : 809162023

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Ahmad Afandi. Analisis Determinan Ketimpangan Pendapatan di Kabupaten/

Kota Sumataera Utara. Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.

Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per kapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat sejumlah orang hidup di bawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara. Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data runtun waktu (time series) dan silang tempat (cross section) atas 25 Kabupaten/ kota pada periode 2005 – 2010. Analisa data menggunakan metode efek tetap (fixed effect). Penggunaan metode ini dapat menjelaskan ketimpangan pendapatan masing-masing Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh jumlah penduduk tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variable-variabel bebas, yakni : 0.047458 untuk variabel jumlah penduduk, -0.191664 untuk variabel pendapatan per kapita, 0.084620 untuk variabel pengeluaran pemerintah.

(7)

ii

ABSTRACT

Ahmad Afandi. Determinants Analysis of Income Disparities in the District /

City of North Sumatera. Post Graduated Program, State University of Medan, 2012.

The economic development is a process to create the real nation income per capita raise in long period but by condition of the number of people living below the poverty must not absolutely raise and the income distribution is not more imbalance. This study aimed to analyze the influence of the total population, per capita income and government expenditure to the income inequality among districts / cities in North Sumatra. In measuring and analyzing it is used time series (time series) and the cross-point (cross section) data which consist of 25 districts / municipalities in the period time of 2005 to 2010. Data analysis in this research use the fixed effects (fixed effect) model. The using this method can explain the income inequality of each districts / cities in North Sumatra. The results of this research shows that there is a significant effect between income per capita and government expenditure to the income inequality in North Sumatra. Whereas the effect of the total population is not significant to the income inequality in North Sumatera. The hugeness of that effect is shown by the independent variables coefficient, namely: 0.047458 for population, -0.191664 for income per capita, and 0.084620 for government expenditure variable.

Keywords : Inequality Income, Population, Income per Capita, Government expenditure.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “ANALISIS

DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN

KOTA DI SUMATERA UTARA”. Dalam Tesis ini penulis bermaksud

menghitung pengaruh dari faktor-faktor yang menjadi Determinan Ketimpangan Pendapatan di Sumatera Utara untuk kemudian menjadi informasi bagi para pengambil kebijakan dan para stakeholder.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan; 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd , selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan;

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus selaku Pembimbing I dimana dalam penyusunan tesis ini telah banyak membantu memberikan gagasan, pemikiran dan koreksi kepada penulis;

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus selaku Penguji merangkap Notulen dalam Ujian Meja Hijau Penulis;

(9)

iv

yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Universitas Negeri Medan (UNIMED);

6. Bapak Drs. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis;

7. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau Penulis; 8. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau

Penulis;

9. Seluruh unsur Pimpinan, Staf, Dosen, dan Staf Administrasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan bantuan administrasi dan bantuan lainnya dalam kelancaran studi penulis;

10. Bapak Taufik Z.A, S.Sos selaku Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Asahan tempat dimana penulis bertugas;

11. Teristimewa Kedua Orang Tua dan Mertua yang selalu berdoa dan memotivasi dalam setiap langkah dan kesuksesan penulis;

12. Terkasih Istriku Erni Murniati, SE dan ananda Alm. Mhd. Rafi Al Afandi yang selalu menjadi pendorong bagi penulis. Semoga pengorbanan kalian mendapat ridho Allah Subhanahu Wata’ala, demi keberhasilan keluarga kita dimasa mendatang;

13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan IX Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Apol, Mawardi, Syamhudi, Aziz, Reza, dkk) yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan dan semangatnya selama menjalani perkuliahan ini,

(10)

v

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan penuh keikhlasan.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kekurangan serta kesalahan yang dalam penulisan tesis ini, untuk itu segala kritik serta saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan pada masa-masa yang akan datang. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan dan masyarakat.

Medan, Desember 2012 Penulis,

(11)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ...……… ix

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 11

1.3 Tujuan Penelitian ………. 12

1.4 Manfaat Penelitian ………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 13

2.1 Kerangka Teori ……….. 13

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. 38

2.3 Kerangka Penelitian ……….…. 42

(12)

vii

BAB III METODE PENELITIAN ………. 44

3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….. 44

3.2 Jenis dan Sumber Data ……….. 44

3.3 Pembentukan Model ……….. 44

3.4 Definisi Operasional ……….. 45

3.5 Metode Analisis ………..….. 46

3.6 Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi …………..……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 51

4.1 Gambaran Umum ………. 51

4.2 Model Penelitian ……….………..……… 63

4.3 Hasil Estimasi Model ……… 64

4.4 Analisis Kuantitatif dan Pengujian ……….…... 65

4.5 Analisis Ekonomi dan Pembahasan Hasil Penelitian ……… 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 75

5.1 Kesimpulan ……… 75

5.2 Saran ……….. 75

DAFTAR PUSTAKA ……….…… 77

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) …….. 2

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Jiwa) ……….. 6

Tabel 1.3 Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun 2006-2010 ……… 8

Tabel 1.4 Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……… 10

Tabel 4.1 Perkembangan dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 … 54 Tabel 4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ……….………….. 56

Tabel 4.3 Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 62

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………. 64

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) ……….…………. 67

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010 ……… 3 Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/

Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………. 7 Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi ……… 20 Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets ……….… 22 Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………..…..

28 Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz 29 Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ……….….

32 Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……… 42 Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …

52 Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ………. 55 Gambar 4.3 Perkembangan Total Pengeluaran Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) ………….. 59 Gambar 4.4 Grafik Pemerataan Pendapatan (Kurva Lorenz) Sumatera Utara

(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) …….. 2

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Jiwa) ……….. 6

Tabel 1.3 Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun 2006-2010 ……… 8

Tabel 1.4 Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……… 10

Tabel 4.1 Perkembangan dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 … 54 Tabel 4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ……….………….. 56

Tabel 4.3 Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ………... 62

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………. 64

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) ……….…………. 67

(16)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi

di Pulau Sumatera Tahun 2010 ……… 3

Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………. 7

Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi ……… 20

Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets ……….… 22

Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………..….. 28

Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz 29 Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ……….…. 32

Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……… 42

Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 … 52 Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ………. 55

Gambar 4.3 Perkembangan Total Pengeluaran Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) ………….. 59

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak tahun 1954, Indonesia diorganisasi dengan sistem negara kesatuan multi jenjang, dengan Propinsi sebagai Daerah Tingkat I, dan Kabupaten sebagai Daerah Tingkat II. Pengangkatan sebagian besar pejabat pemerintah dilakukan oleh pusat, sehingga pemerintah pusat memegang kekuasaan hampir disemua fungsi pemerintahan.

(18)

2

menimbulkan ketimpangan struktur ekonomi yang mencolok antara Jawa dan pulau Jawa.

Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 sampai tahun 2010 menunjukkan bahwa daerah yang relatif kaya mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sehingga berdampak bagi kesejahteraan masyarakat daerahnya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan daerah –daerah yang relatif miskin khususnya kawasan timur Indonesia. Pulau Sulawesi tahun 2006-2010 rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 7,61 persen, bahkan melebihi rata-rata pertumbuhan Indonesia yang hanya sebesar 5,62 persen. Sedangkan pulau Sumatera termasuk kategori menengah rata-rata pertumbuhan ekonominya dari tahun 2006-2010 sebesar 4,84 persen. Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen)

Pulau 5. Nusa Tenggara, Maluku

& Papua -4,03 5,06 2,55 12,74 5,17 4,30 Indonesia 5,19 5,67 6,43 4,74 6,08 5,62

(19)

3

Dari seluruh provinsi di pulau Sumatera yang terdiri dari 10 provinsi dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai ke Propinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2010 tercatat pertumbuhan ekonomi tertinggi pada Propinsi Jambi sebesar 7,33 persen menyusul Propinsi Kepulauan Riau sebesar 7,21 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah pada Propinsi Nangroe Aceh Darussalam sebesar 2,64 persen tahun 2010 menyusul Propinsi Riau sebesar 4,17 persen sebagaimana terlihat dalam gambar berikut :

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010

Sumber :BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:589

Propinsi Sumatera Utara sejak masa krisis ekonomi tahun 1998, terus mengalami perbaikan dengan ditandainya pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan perubahan dari 6,20 persen pada tahun 2006 hingga mencapai 6,35 persen pada tahun 2010.

Menurut Meier (dalam Gemmel, 1994 : 196), pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per kapita sebuah negara

0

(20)

4

meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang hidup dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Ketimpangan yang timbul bukan hanya dalam aspek pendapatan perkapita ataupun masalah ekonomi belaka, melainkan ketimpangan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketimpangan kualitas institusi birokrasi. Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya kemakmuran. Salah satu studi Easterly (2006:167) mengungkapkan bahwa ketimpangan (inequality) yang tinggi merupakan penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi.

Bank Dunia (2005:86) dalam laporan World Development Report menyebutkan dalam pengantarnya bahwa keadilan adalah salah satu aspek fundamental dalam mencapai kemakmuran jangka panjang bagi masyarakat secara keseluruhan. Meski demikian, perdebatan mengenai pengaruh ketimpangan terhadap pembangunan ekonomi masih berlanjut dengan serius. Dalam hal ini perlu ditegaskan, bahwa ketimpangan berkaitan dengan distribusi hasil (outcomes) seperti pendapatan, kemakmuran, konsumsi, dan dimensi-dimensi lain dari apa yang disebut sebagai kesejahteraan (well being). Sedangkan ketidakadilan (inequlity) merujuk pada distribusi kesempatan (opportunities) yang mencakup aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial.

(21)

5

Disamping itu jumlah penduduk yang padat namun tidak merata juga akan menimbulkan masalah ketimpangan antar satu daerah dengan daerah lainnya. Dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara dari periode 1980 hingga tahun 2009 mengalami penurunan, periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 2,06 persen sementara laju pertumbuhan penduduk Indonesia di tahun yang sama sebesar 1,97 persen. Periode tahun 1990-2000 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 persen sedangkan Indonesia sebesar 1,35 persen. Dan periode tahun 2000-2009 laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 1,45 persen sedangkan Indonesia sebesar 1,35 persen.

Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 penduduk terbanyak di Sumatera Utara adalah Kota Medan sebesar 2.097.610 jiwa dengan kepadatan penduduk 7.913 jiwa/km2. Kemudian Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat masing-masing sebanyak 1,790,431 jiwa dan 967,535 jiwa dengan kepadatan penduduk 720 jiwa/km2 dan 154 jiwa/km2.

Penduduk yang paling sedikit adalah Kabupaten Pakpak Barat sebesar 40,505 jiwa. Kemudian disusul Kota Sibolga dan Kabupaten Samosir masing-masing sebesar 84,481 jiwa dan 119,653 jiwa dengan kepadatan sebesar 7,844 jiwa/km2 dan 49 jiwa/km2.

(22)

6

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

2006 2007 2008 2009 2010*

01. N i a s 442,019 442,548 443,492 444,502 131,377

02. Mandailing Natal 413,750 417,590 423,712 429,889 404,945 03. Tapanuli Selatan 629,212 637,312 263,812 265,855 263,815 04. Tapanuli Tengah 297,843 305,922 314,632 323,563 311,232

05. Tapanuli Utara 256,444 263,750 267,595 271,474 279,257

06. Toba Samosir 169,116 169,299 171,833 174,453 173,129

07. Labuhan Batu 987,157 1,007,185 1,027,964 417,584 415,110

08. A s a h a n 1,038,554 676,605 688,529 700,606 668,272

09. Simalungun 841,198 846,329 853,112 859,879 817,720

10. D a i r i 267,629 268,780 271,983 273,851 270,053

11. K a r o 342,555 351,368 360,880 370,619 350,960

12. Deli Serdang 1,634,115 1,686,366 1,738,431 1,788,351 1,790,431 13. L a n g k a t 1,013,849 1,027,414 1,042,523 1,057,768 967,535

14. Nias Selatan 271,026 271,944 272,848 273,733 289,708

15. Humbang Hasundutan 152,757 153,837 155,290 158,070 171,650

16. Pakpak Bharat 34,822 38,726 41,062 42,814 40,505

17. Samosir 130,662 131,205 131,549 132,023 119,653

18. Serdang Bedagai 605,630 618,656 630,728 642,983 594,383

19. Batu Bara - 373,836 382,474 389,510 375,885

72. Tanjungbalai 156,475 159,932 163,679 167,500 154,445

73. Pematangsiantar 235,372 236,607 238,773 240,939 234,698

74. Tebing Tinggi 137,959 139,409 141,059 142,717 145,248

75. M e d a n 2,067,288 2,083,156 2,102,105 2,121,053 2,097,610

76. B i n j a i 244,256 248,256 252,652 257,105 246,154

77. Padangsidimpuan 181,865 185,132 188,499 191,912 191,531

Jumlah 12,643,494 12,834,371 13,042,317 13,248,386 12,982,204

Keterangan : *Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, - Data masih bergabung dengan Kab induk

(23)

7

Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 tertinggi adalah Kota Medan sebesar 7,16 persen, disusul Kabupaten Phakpak Bharat sebesar 6,77 persen dan Kabupaten Nias 6,75 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah adalah Kabupaten Nias Selatan sebesar 4,12 persen, disusul dengan Kabupaten Batu Bara sebesar 4,65 persen dan Kota Tanjung Balai sebesar 4,93 persen.

Pada gambar grafik berikut akan terlihat perkembangan laju pertumbuhan ekonomi antar Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data BPS.

Gambar 1.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen)

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:577

Pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun berdasarkan data BPS pada tabel 1.3 berikut ini :

(24)

8

Tabel 1.3. Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara

Tahun 2006-2010

Kabupaten/ Kota

Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita (Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010

1.Nias 3,686,636 3,930,595 4,032,142 3,648,042 3.887.995 2.Madina 3,826,922 4,036,725 4,501,341 4,750,097 5.017.248 3.TapSel 4,346,092 4,479,129 6,130,036 6,407,829 6.761.855 4.TapTeng 3,156,520 3,278,022 3,566,834 3,695,410 3.850.124 5.TapUt 5,066,911 5,223,677 5,321,241 5,528,232 5.780.955 6.TobaSa 8,414,648 8,890,383 9,211,316 9,670,950 10.198.909 7.LBatu 7,480,311 7,823,209 8,418,347 7,598,298 7.857.113 8.Asahan 10,293,037 6,903,598 7,448,376 7,736,253 8.065.320 9.Simalungun 5,444,628 5,699,142 6,149,590 6,466,547 6.812.974 10.Dairi 6,367,513 6,658,987 6,916,328 7,235,739 7.593.589 11.Karo 7,968,385 8,167,326 8,899,765 9,195,334 9.594.214 12.DSerdang 7,097,625 7,272,541 7,649,929 7,849,796 8.107.953 13.Langkat 5,808,584 6,013,173 6,750,891 7,068,080 7.452.266 14.NiSel 3,838,639 4,010,626 3,987,320 4,114,542 4.251.261 15.HumbaHas 5,285,913 5,566,235 5,406,789 5,623,882 5.864.032 16.PakpakB 3,735,792 3,553,778 3,744,014 3,883,026 4.070.571 17.Samosir 6,647,601 6,923,956 7,864,478 8,323,170 8.846.290 18.Sergai 5,927,942 6,165,679 6,798,886 7,206,654 7.656.139 19.Sibolga 6,428,893 6,692,413 7,809,738 8,257,508 8.759.806 20.TBalai 7,552,912 7,684,976 8,465,109 8,714,101 9.046.443 21.PSiantar 6,989,419 7,308,632 7,838,665 8,231,412 8.687.439 22.TTinggi 6,691,874 7,018,280 7,300,334 7,646,719 8.027.187 23.Medan 13,174,001 14,090,603 15,129,470 16,023,415 17.077.638 24.Binjai 6,605,547 6,868,205 7,458,695 7,813,795 8.209.884 25.PSidempuan 4,080,163 4,256,038 8,684,594 4,777,506 4.884.071

Sumut 7,383,039 7,775,393 8,344,283 8,675,863 9.138.734 Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:578

(25)

9

oleh Kabupaten Toba Samosir yang meskipun di tahun 2006 pendapatan per kapitanya masih dibawah Kabupaten Asahan, namun di tahun 2007 hingga tahun 2010 pendapatan per kapita Kabupaten Toba Samosir melebih dari Kabupaten Asahan. Pendapatan perkapita tertinggi selanjutnya adalah Kabupaten Karo, meskipun di tahun 2006 masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Asahan.

Pendapatan per kapita terendah selama tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, meskipun di tahun 2009 masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Nias, namun secara rata-rata selama tahun 2005-2010 masih lebih rendah Kabupaten Tapanuli Tengah. Kemudian, pendapatan per kapita terendah kedua adalah Kabupaten Nias, meskipun di tahun 2007 dan tahun 2008 pendapatan per kapita Kabupaten Nias masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, namun secara rata-rata dari tahun 2006 hingga tahun 2010 Kabupaten Nias masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat. Pendapatan perkapita terendah selanjutnya adalah Kabupaten Pakpak Bharat.

Untuk Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006 hingga tahun 2010 pendapatan perkapita terus mengalami peningkatan. Tercatat di tahun 2006 pendapatan perkapita Sumatera Utara hanya sebesar Rp. 7.383.039,- namun di tahun 2010 pendapatan per kapita Propinsi Sumatera Utara mencapai Rp. 9.138.734,-

(26)

10

Tabel 1.4. Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Milyar Rupiah)

Kabupaten/ Kota 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:436

(27)

11

cukup signifikan diantara Kabupaten/ Kota yang ada. Anggaran pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota tertinggi sebesar Rp. 1.156,61 milyar di Kota Medan disusul berturut-turut Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 506,13 milyar, dan Kabupaten Langkat sebesar Rp. 377,79 milyar.

Sedangkan anggaran terendah berada pada Kabupaten Pakpak Bharat sebesar Rp. 109,47 milyar, disusul berturut-turut Kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 114,96 milyar dan Kota Padangsidimpuan sebesar Rp. 121,34 milyar.

Jika kita analisa kabupaten yang terendah anggaran pengeluarannya adalah kabupaten yang baru berdiri atau kabupaten hasil pemekaran, ini menjadi hal yang harus menjadi perhatian serius baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi dalam melakukan pemekaran bagi daerah-daerah yang dianggap tidak relevan untuk dimekarkan kembali.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisa sejauh mana peran jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah daerah Kabupaten/ Kota se propinsi Sumatera Utara dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan daerah Kabupaten/ kota se propinsi Sumatera Utara, dengan judul “ Analisis Determinan Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara”

1.2. Rumusan Masalah

(28)

12

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan Pengeluaran Pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ kota di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya otoritas moneter sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan.

(29)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan pengeluaran pemerintah mampu dijelaskan dengan model yang digunakan.

2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel disparitas pendapatan menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk berpengaruh positif namun tidak signifikan, pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara.

3. Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel disparitas pendapatan, yang terbesar adalah variabel pendapatan per kapita, diikuti berturut-turut oleh variabel pengeluaran pemerintah dan variabel jumlah penduduk.

5.2. Saran

(30)

76

masyarakat khususnya penciptaan lapangan kerja baru agar kesempatan kerja penduduk semakin tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan pendapatan per kapita yang pada gilirannya akan menekan disparitas pendapatan itu sendiri.

2. Disamping peningkatan pendapatan per kapita penduduk, pemerintah sebaiknya juga melakukan alokasi anggaran yang lebih mengakomodasi kepentingan masyarakat, terutama bagi akses-akses vital yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu.

(31)

77

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Coto, 2006, “Pengaruh pertumbuhan ekonomi, kontribusi output sektor industri, upahminimum, dan tingkat pendidikan terhadap kesenjangan pendapatan di Indonesia”, UI, Jakarta.

Alisjahbana dan Akita, 2002, ”Kesenjangan Pendapatan Regional Dengan Membandingkan Cina dan Indonesia”, Thesis, UI. Jakarta.

Anang Sukendar, 2000. "Pengujian dan Pemilihan Model Inflasi Dengan Non Nested Test Studi Kasus Perekonomian Indonesia Periode (1969 – 1997)." Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15, No. 2. BPFE UGM, Yogyakarta.

Anton H. Gunawan, 1991. “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arsyad, L, 1999, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.

________, 2004, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.

Bank Indonesia, “Laporan Mingguan”, 1999 / 2000. Jakarta

Boediono, 1995, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, No. 5 : Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta.

BPS Propinsi Sumatera Utara, 2006-2011, “Sumatera Utara Dalam Angka”, Medan.

Brigsten, A, 1987, “Kemiskinan, Ketimpangan dan Pembangunan”, LP3ES, Jakarta.

Bryant, C dan L.G. White, 1989, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang”, Jakarta, LP3ES

Delis, Arman, 2008, “Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Pajak di Indonesia”, UGM, Yogyakarta.

Easterly, William, 2001, “Inequality Does Cause Under Development”, World Bank, USA.

(32)

78

Gant, S, 1971, “Pertanian dan Pembangunan Ekonomi”, LP3ES, Jakarta.

Gemmel, N, 1994, “Ilmu Ekonomi Pembangunan”, Terjemahan, Pustaka Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Glasson, John, 1974, “Pengantar Perencanaan Regional (An Introduction to Regional Planning)”, Terjemahan Paul Sitorus, FEUI, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 1995, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta. IMF, “International Financial Statistic”, 1985, 1990, 1995, 1999.

Insukindro, 1990, "Komponen Koefisien Regresi Jangka Panjang Model Ekonomi : Sebuah Studi Kasus Impor Barang di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Edisi September, Yogyakarta.

Insukindro, 1992, "Pembentukan Model dalam Penelitian Ekonomi", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun VII, Yogyakarta.

Insukindro, 1995. “Ekonomi Uang dan Bank, Teori Pengalaman di Indonesia”, BPFE, Yogyakarta.

_________, 1998, "Sindrum R2 Dalam Analisis Regresi Linier Runtut Waktu, "Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indoensia”, Vol. 13 No. 4, BPFE, Yogyakarta.

_________, 1999, "Pemilihan Model Empirik dengan Pendekatan Koreksi Kesalahan," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Vol. 14, BPFE, Yogyakarta.

_________, 1999, "Pemilihan dan Bentuk Fungsi Model Empirik : Studi Kasus Permintaan Uang Kartal Riil Di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 14 No. 3.

Iswardono Sp, 1989. “Uang dan Bank”, Edisi Ke 3, BPFE UGM Yogyakarta ___________, 2001, "Survay Model-Model Inflasi", JEBI No. 1, BPFE, UGM

Yogyakarta.

Jaka Sriyana, 2001, "Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris Dengan Pendekatan Error Correction Model," Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 6 No. 2, Yogyakarta.

(33)

79

Kuncoro, M, 1997, “Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia”, Yogyakarta, UPP-AMP YKPN.

Leftwich, Jean, 1980, “Civil Society and Political Theory”, Cambridge, MA, MIT Press.

McCann, P, 2001, “Urban and Regional Economics”, Oxford University Press, New York.

Meir. Gerald M, Joseph E. Stiglitz, 1994, “Fronitiers of Development Economics The Future in Perspective”, Oxford University Press, New York.

Mochamad Nazir, 1988, “Metode Penelitian”, Gladia Indonesia, Jakarta.

Myrdal, Gunnar, 1957, “Economic Theory and Underdeveloped Region”, London, Duck Worth.

Nopirin, 1996, “Ekonomi Moneter”, Buku I dan II. BPFE-UGM. Yogya.

Pangemanan, J, 2001, ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Pendapatan di Indonesia”, Thesis, UI, Jakarta.

Sri Endang Novita Sari, 2001. "Penerapan Metode Granger : Analisis Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Pendapatan Nasional dan Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Inflasi di Indonesia," Skripsi, Semarang.

Sri Suki I, 2001, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia," Skripsi, Semarang.

Suhaedi, dkk, 2000. "Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi" Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 4. Bank Indonesia, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1997. “Makro Ekonomi Modern”, Rajawali Pers, Jakarta. Suparmoko, 1998. “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE-UGM Yogyakarta. Suryana, 2000, “Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan”,

Salemba Empat Patria, Jakarta.

Syafrijal, 2008, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat”, Prisma, Jakarta.

(34)

80

Tarigan, R, 2005, “Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi”, PT. Bumu Aksara, Jakarta.

Thomas, RL, 1996. “Modern Econometric An Introduction”, Addisson Wesley. Todaro, M.P, 1994, “Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang”, Buku I,

Akademika Preseindo, Jakarta.

_________, 2002-2003, “Economic Development, Sevent Edition”, Addison-Wesley, Longman Inc, London.

Williamson, H.F, dan Butrick, 1965, “Economic Development Principles and Patterns”, dalam E.Duran (ed) Latin American and the World Reccesion, Cambridge University Press.

Gambar

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tabel di bawah ini :
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010
+5

Referensi

Dokumen terkait

kepekatan bahan/ larutan yang rendah Arah pergerakan bahan Dari kawasan kepekatan larutan yang rendah ke kawasan kepekatan larutan yang tinggi. Berdasarkan kepada

Menurut Mardiasmo (2009),Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen organisasi yang sangat penting dalam menentukan kualitas informasi laporan keuangan, oleh

Surat muatan merupakan persetujuan antara sipengi- rim atau ekspeditur pada satu pihak dan pengangkut atau juragan perahu pada pihak lain dan surat itu memuat selain

Jadi pada PID function block ini digunakan untuk memperbaiki bukaan valve agar tekanan yang keluar hasil dari pengontrolan tersebut bisa mendekati set point yang

Usaha perikanan KJA layak dilakukan dan memberikan manfaat bagi masyarakat (Aksomo,2007), walaupun menurut Garno (2000) diantara kesemua penyumbang bahan organik di

Ayat di atas menjelaskan bahwa semua bencana yang menimpa di bumi ini maupun yangb terjadi pada diri kita telah tertulis di dalam kitab.. Kitab yang

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara pola asuh otoriter

Dari dermaga di luwe kemudian dilanjutkan dengan jalan darat menuju lokasi WIUP sejauh 9 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.. PERHITUNGAN CADANGAN TERTAMBANG