commit to user
i
EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh: Farid Adi Widiyanto
H0406032
Disusun Oleh: Farid Adi Widiyanto
H0406032
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI
yang dipersiapkan dan disusun oleh: Farid Adi Widiyanto
H0406032
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Maret 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Ir. Sugihardjo, MS NIP. 19590305 198503 1 004
Anggota I
Widiyanto, SP, MSi NIP. 19810221 200501 1 003
Anggota II
Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP. 19561119 198303 1 002
Surakarta, Maret 2011
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Efektivitas Organisasi KUD Musuk di
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali” dengan baik. Penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh guna memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai
pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan
penjelasan.
3. Ir. Sugihardjo, MS selaku pembimbing akademis sekaligus pembimbing
utama yang telah membimbing serta memberikan arahan, masukan dan
penjelasan.
4. Widiyanto, SP, MSi selaku pembimbing II yang telah membimbing serta
memberikan arahan, masukan dan penjelasan.
5. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
6. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Boyolali yang telah
mempermudah perizinan pengumpulan data.
7. Koperasi Unit Desa (KUD) Musuk beserta seluruh pengurus ataupun anggota
koperasi yang telah memberikan semua keperluan informasi ataupun bantuan
dalam proses penyelesaian penulisan skripsi.
commit to user
iv
9. Rekan-rekan PKP angkatan 2006, atas jalinan persaudaraan dan persahabatan
yang menjadi dukungan bagi penulis.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna
bagi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,
pembaca, dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
RINGKASAN ... x
SUMMARY ... xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Berfikir ... 26
C. Hipotesis... 28
D. Pembatasan Masalah ... 28
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 36
B. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian ... 36
C. Populasi dan Teknik Sampling ... 37
D. Jenis dan Sumber Data ... 40
E. Metode Pengumpulan Data ... 41
F. Metode Analisis Data ... 41
commit to user
vi
IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis ... 43
B. Keadaan Penduduk ... 44
C. Keadaan Pertanian ... 48
D. Keadaan Sarana Perekonomian ... 51
V.SEKILAS TENTANG KUD MUSUK A. .Sejarah berdirinya koperasi……….. 52
B. .Keterkaitan susu sapi dengan koperasi………. 53
C. .Kelembagaan yang dibangun... 55
VI.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 61
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi ... 64
C. Tingkat Efektivitas Organisasi KUD Musuk ... 70
D. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dengan tingkat Efektivitas KUD Musuk ... 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN E. Kesimpulan ... 80
F. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ...
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Variabel yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi ... 30
Tabel 2.2. Sub variabel efektivitas organisasi koperasi ... 33
Tabel 3.1. Jumlah anggota dan pengurus KUD Musuk ... 38
Tabel 3.2. Sampel anggota dan pengurus KUD Musuk ... 39
Tabel 3.3. Jenis dan sumber data ... 40
Tabel 4.1. Penggunaan lahan di Kecamatan Musuk ... 44
Tabel 4.2. Penduduk kecamatan Musuk menurut kelompok umur ... 45
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan musuk ... 46
Tabel 4.4. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Musuk ... 47
Tabel 4.5. Luas dan produksi tanaman utama di Kecamatan Musuk ... 48
Tabel 4.6. Jenis komoditi di Kecamatan Musuk ... 49
Tabel 4.7. Kondisi ternak di Kecamatan Musuk ... 50
Tabel 4.8. Sarana perekonomian di Kecamatan Musuk ... 51
Tabel 5.1. Perkembangan hasil dari enam bidang usaha di KUD Musuk ... 59
Tabel 6.1. Identitas responden penelitian ... 61
Tabel 6.2. Distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 65
Tabel 6.3. Variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 70
Tabel 6.4. Distribusi sub variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 72
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir hubungan antara factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dengan tingkat
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian... 84
2. Kuesioner Penelitian... 85
3. Data Identitas Responden... 94
4. Tabulasi data variabel faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi... 96
5. Tabulasi data variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk…….. 99
6. Perhitungan selang interval dan T hitung... 102
7. Tabel frekuensi mean untuk faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi... 104
8. Tabel frekuensi mean untuk tingkat efektivitas organisasi koperasi... 105
9. Tabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk (y total)……….. 106
10.Hasil pengujian korelasi Rank Spearman... 107
commit to user
x RINGKASAN
FARID ADI WIDIYANTO, H0406032. “EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI”. Di bawah bimbingan Ir. Sugihardjo, MS selaku Pembimbing Utama dan Widiyanto, SP, MSi selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembangunan sektor pertanian menjadi sangat penting dalam menentukan kebijakan pembangunan yang beorientasi jangka panjang. Pembangunan diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum, salah satu solusi pemerintah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan secara merata melalui sebuah organisasi sosial yang menitikberatkan pada kesejahteraan anggota. Organisasi yang dimaksud ialah koperasi yang berazaskan kekeluargaan bukan keuntungan. Untuk mengetahui sebuah organisasi mampu bertahan dengan perkembangan lingkungan perlu adanya alat ukur yaitu berupa tingkat efektivitas organisasi itu sendiri. Tingkat efektivitas organisasi akan dapat menggambarkan kemajuan sebuah organisasi dilihat dari produktivitas, tingkat kepuasan anggota, serta partisipasi anggota dalam organisasi tersebut.
Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, dan mengkaji hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi terhadap tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survei. Lokasi dalam penelitian ini adalah Kecamatan Musuk, dengan mengambil 3 desa berdasarkan hasil produksi susu mulai dari tertinggi, sedang, dan terendah yaitu: Desa Sruni, Desa Karangkendal, dan Desa Kebongulo. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional random sampling, sebanyak 60 responden. Pengkategorian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dan tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk menggunakan analisis mean. Analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi dengan tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk menggunakan korelasi Rank Spearman (rs).
commit to user
xi SUMMARY
Farid Adi Widiyanto, H0406032. “THE EFFECTIVENESS OF MUSUK VILLAGE UNIT COOPERATIVE (KUD) ORGANIZATION IN MUSUK SUB DISTRICT OF BOYOLALI REGENCY. Under guidance of Ir. Sugihardjo, MS as the Main Consultant and Widiyanto SP, MSi as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.
Agricultural sector development becomes very important in determining the long term-oriented development policy. The development is directed to the improvement of society welfare generally, one of government’s solution in realizing the improvement of welfare evenly through a social organization emphasizing on the member welfare. That organization is the one based on the kinship not profit principle. In order to find out whether or not an organization can survive with the environment development, a measurement instrument is required, namely the organization effectiveness level. The organization effectiveness level will be able to describe an organization’s progress, viewed from productivity, member’s satisfaction level, as well as member participation in the organization.
This research aims to study the organization effectiveness in Musuk KUD, Musuk Sub District, Boyolali Regency, to study several factors affecting the organization effectiveness level of cooperative in Musuk Sub District, Boyolaly Regency, and to study the relationship between the factors affecting the organization effectiveness level and the organization effectiveness level of Musuk Sub District, Boyolaly Regency.
The basic method employed in this research was descriptive one with survey technique. The research was taken place in Musuk Sub District taking 3 villages based ob the milk production result from the highest, medium and lowest: Sruni, Karangkendal, and Kebongulo villages. The sample was taken using proportional random sampling, consisting of 60 respondents. The categorization of the factors affecting the effectiveness level and organization effectiveness level of Musuk KUD was done using mean analysis. The analysis on the relationship between the factors affecting the organization effectiveness level and the organization effectiveness level of Musuk KUD was done using Rank Spearman (rs) correlation.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting baik dalam ekonomi
jangka panjang maupun ekonomi jangka pendek. Kondisi seperti itu
merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran mengenai reoreintasi
kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan tersebut diarahkan
agar pertanian menjadi sektor yang tangguh untuk menghadapi krisis ekonomi
dan mampu menghadapi globalisasi dengan sistem pertanian berkelanjutan,
dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam pemerintahan yang
terdesentralisasi (Masyuri, 2001).
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat khususnya petani, sebagai pelaku utama dalam
pembangunan pertanian. Kesejahteraan sosial dapat mencakup semua bentuk
intervensi sosial yang mempunyai suatu perhatian utama dan langsung pada
usaha peningkatan kesejahteraan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan.
Kesejahteraan sosial merupakan kondisi sejahtera dari suatu masyarakat, yang
meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.
Sehingga, kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dapat terpenuhi secara
seimbang. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah memperbaiki kinerjanya
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, sehingga semua rakyat dapat
merasakan kesejahteraan, dan tidak akan ada lagi rakyat yang hidup dibawah
garis kemiskinan.
Kesejahteraan masyarakat telah diupayakan melalui sebuah organisasi
sosial yang menitikberatkan pada kerjasama anggota, tanpa mengejar
keuntungan semata. Organisasi yang dimaksud ialah koperasi, yang menurut
Baswir (1993), gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan,
bukan perkumpulan modal. Koperasi berusaha mengembangkan dirinya untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya, serta kesejahteraan masyarakat pada
umumnya melalui pelayanan kebutuhan mereka. Perwujudan pemenuhan
kebutuhan terbukti dengan adanya berbagai jenis koperasi yang di usahakan.
commit to user
Koperasi dapat dibagi menurut berbagai jenis usahanya, menurut
penjelasan Baswir (1993) terdapat empat jenis koperasi yaitu: koperasi
berdasarkan bidang usaha, koperasi berdasarkan jenis komoditi, koperasi
berdasarkan profesi anggotanya, serta koperasi berdasarkan daaerah kerja.
Pertama, koperasi berdasarkan bidang usaha terdiri dari: koperasi konsumsi,
koperasi produksi, koperasi pemasaran, koperasi kredit. Kedua, koperasi
berdasarkan jenis komoditi terdiri dari: koperasi ekstraktif, koperasi pertanian
dan peternakan, koperasi industri dan kerajinan, koperasi jasa-jasa. Ketiga,
koperasi berdasarkan profesi anggotanya terdiri dari: koperasi karyawan,
koperasi pegawai, koperasi angkatan darat, koperasi mahasiswa, koperasi
pedagang pasar, koperasi veteran republik indonesia, koperasi nelayan.
Keempat, koperasi berdasarkan daerah kerja (koperasi primer, koperasi pusat,
koperasi gabungan, koperasi induk). Koperasi sebagai organisasi harus bisa
mengatur semua kinerja anggotanya melalui keterikatan peraturan yang sudah
di jamin dalam undang- undang dan mendapat persetujuan oleh seluruh
anggotanya, baik mengenai hak dan kewajibannya. Sehingga diharapkan
koperasi akan berjalan seefektif mungkin dalam setiap usahanya.
Efektivitas organisasi diperlukan untuk membuktikan bahwa organisasi
mampu bertahan dan hidup di lingkungannya itu sendiri. Kriteria efektivitas
tersebut dapat di bagi menjadi jangka pendek, jangka menengah, jangka
panjang. Efektivitas jangka pendek terdiri dari: produksi, efisiensi, kepuasan,
yang memiliki pengertian kriteria untuk menunjukkan hasil tindakan yang
mencakup waktu satu tahun atau kurang. Kriteria efektivitas jangka menengah
yang terdiri dari: adaptasi, perkembangan, yang memiliki arti kriteria yang
diterapkan jika menilai kefektifan seseorang, kelompok, atau organisasi dalam
jangka waktu yang lebih lama, umpamanya lima tahun. Kriteria efektivitas
jangka panjang (hidup terus), memiliki arti kriteria yang dipakai untuk menilai
waktu yang akan datang yang tidak terbatas.
Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : kualitas
kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang efektif untuk memperoleh prestasi
commit to user
penting, sehingga untuk itu perlu dikerahkan sejumlah usaha yang besar untuk
menjamin adanya kepemimpinan yang semacam itu atau efektif. Tingkat
kohesivitas (persatuan) kelompok dapat diartikan sebagai kesatuan pandangan
ataupun tujuan yang dapat dilakukan secara bekerjasama antar anggota
kelompok. Jaringan komunikasi yang dapat diartikan sebagai proses
komunikasi didalam organisasi yang dapat menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya termasuk bagian-bagiannya, informasi mengalir ke dan dari
organisasi itu, termasuk didalam organisasi itu sendiri. Informasi juga
mengintegrasikan kegiatan intern organisasi, tingkat kebutuhan interpersonal
yang dimaksudkan ialah seberapa besar rasa keakraban yang akan dibangun
dalam sebuah kelompok kecil serta kebutuhan rasa memiliki kelompok
tersebut, dan tingkat kesadaran berkelompok anggota dapat menjadi ukuran
seberapa jauh individu mampu memanfaatkan keberadaan kelompok yang
dibangun (Gibson et al, 1992).
B.Perumusan Masalah
Kesejahteraan masyarakat sering menjadi permasalahan yang umum,
tetapi dalam penyelesaiannya sering menghadapi berbagai kendala. Hal ini
disebabkan perbedaan karakteristik masing- masing individu dalam menyikapi
setiap kebijakan dari pemerintah. Untuk menyatukan beberapa pandangan yang
sama diantara berbagai individu, pemerintah telah menyediakan wadah yaitu
koperasi. Menurut UU RI No.25 Tahun 1992 mendefinisikan koperasi sebagai
wadah "Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan".Salah satu faktor penting untuk mewujudkan kinerja koperasi
yang baik adalah adanya peran Pemerintah dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang diatur dan dikeluarkan sedemikian rupa sehingga sistem dapat
berjalan dengan baik.
Permasalahan yang ada dalam koperasi menurut Arief (1997) dapat
commit to user
koperasi adalah gerakan rakyat untuk memberdayakan dirinya sebagai gerakan
rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-up) sesuai dengan
kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan eksistensi Depkop
(departemen koperasi) sebagai departemen, karena Depkop tidak tumbuh dari
bawah, melainkan datang “dari atas” (top-down). Oleh karena itu dalam
menjalankan operasinya, Depkop tetap dalam kerangka berpikir top-down.
Misalnya dalam pembentukan koperasi-koperasi unit desa (KUD) oleh
pemerintah, yang pada dasarnya rakyat sendiri belum paham akan gunanya
KUD bagi mereka, sehingga akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya
menjadi justifikasi politik dari pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah
telah peduli pada perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.
Permasalahan secara mikro ialah koperasi dalam menjalankan kegiatan
usahanya sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Salah
satu bahan baku pokok tersebut adalah modal (uang dan SDM). Upaya
pemerintah untuk mengatasi masalah permodalan ini adalah dengan
memberikan keleluasaan bagi koperasi dalam akses memperoleh modal. Tetapi
dalam pelaksanaannya masih dipersulit dengan bermacam regulasi. Sehingga
koperasi belum bisa tumbuh dengan alami (bukan direkayasa), belajar menjadi
efisien dan selanjutnya dapat bertahan dalam kompetisi. Koperasi juga
mengalami kesulitan dalam sumber daya manusia yaitu dalam memperoleh
kualitas manajer yang baik. Karena manajer yang baik adalah yang dapat
membantu koperasi memperoleh modal dan dapat mengembangkan koperasi
tersebut tanpa halangan permasalahan pada modal. Hal seperti ini diperlukan
bantuan pemerintah dalam memberikan mutu modal yang baik bagi koperasi.
Permasalahan yang dihadapi KUD Musuk ialah dengan adanya otonomi
daerah membawa dampak bergesernya fungsi utama koperasi sebagai wadah
hasil produksi susu dari para anggota koperasi tersebut. Hal ini terjadi karena
masyarakat beranggapan akan memperoleh keuntungan yang lebih apabila di
jual di luar koperasi. Kejadian seperti ini sangat merugikan koperasi, karena
mereka semua masih dapat SHU, karena masih terdaftar sebagai anggota
commit to user
Aktivitas yang terjadi di KUD Musuk ialah pelayanan terhadap anggota
koperasi meliputi : unit listrik, unit waserda, unit ternak, unit angkutan, unit
persusuan, unit simpan pinjam, unit produksi makanan ternak. Aktifitas dari
ketujuh unit dikoperasi ini dibutuhkan untuk pembiayaan operasional koperasi
ataupun peningkatan kesejahteraan anggota. Unit susu membawa peran sangat
penting, karena hasil susu mejadi komoditas koperasi dalam memperoleh
penghasilan untuk menyokong semua unit yang ada. Hasil susu diserahkan
kepada koperasi dalam setiap harinya baik pagi atau sore melalui tempat
pengambilan hasil susu disetiap kelompok yang tersebar di seluruh wilayah
kerja KUD Musuk oleh petugas dari koperasi dengan angkutan berupa truk dari
unit angkutan.
Berdasarkan kajian diatas akan di adakan penelitian mengenai Efektivitas
Organisasi Koperasi Susu di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Lingkup
atau kriteria efektivitas yang akan di uji ialah kualitas kepemimpinan, tingkat
kohesivitas, jaringan komunikasi, tingkat kebutuhan interpersonal, tingkat
kesadaran berkelompok. Dari uraian diatas dapat diambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan
Musuk, Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas Organisasi
Koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali?
3. Bagimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas
Organisasi terhadap tingkat efektivitas Organisasi Koperasi di KUD Musuk,
commit to user
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan
Musuk, Kabupaten Boyolali.
2. Untuk mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas
Organisasi Koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
3. Mengkaji hubungan faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas
Organisasi terhadap tingkat efektivitas Organisasi Koperasi di KUD Musuk,
Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
D.Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai sarana mempelajari efektivitas sebuah organisasi serta
merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang pertanian terutama
koperasi susu.
3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi koperasi, dapat memberikan pandangan mengenai kemajuan sebuah
commit to user
I. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh
pemerintah bersama masyarakat untuk memperbaiki mutu hidup dan
kesejahteraannya. Pengertian ini, sejahtera bukanlah sekedar tercukupinya
kebutuhan dasar (basic needs) untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi
juga mencakup kemandirian untuk melepaskan diri dari ketergantungan
dan kemiskinan lahir dan batin (Kusnandar et al, 2010). Pembangunan
dapat dilakukan secara nasional ataupun dimulai dari masyarakat, karena
dari masyarakat penilaian pembangunan akan dimulai.
Istilah pembangunan masyarakat telah masuk kedalam pemakaian
kata- kata internasional yang mengandung arti proses- proses dimana
usaha- usaha dari orang- orang itu sendiri disatukan dengan usaha- usaha
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan kultural
masyarakat, menyatukan masyarakat- masyarakat itu menyumbangkan
secara penuh bagi kemajuan nasional (Slamet, 1994). Pembangunan salah
satunya bisa dilakukan melalui sektor pertanian, hal ini didukung dengan
sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
Menurut Masyuhri yang dikutip Usman (2001) menyatakan bahwa
sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka
panjang pembangunan ekonomi maupun jangka pendek dan selebihnya
untuk pemulihan ekonomi jangka pendek. Oleh sebab itu, sekarang
merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran
mengenai reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan
pembangunan pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor
yang tangguh, dalam jangka pendek mampu mengkadapi krisis ekonomi,
dan dalam jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan sistem
pertanian yang berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokrasi dan
dalam pemerintahan yang terdesentralisasi.
commit to user
2. Koperasi
a. Pengertian dan jenis koperasi
Koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang
beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia
memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya.
Dalam perkumpulan tersebut, kesejahteraan para anggota harus
benar-benar diperjuangkan (Anoraga dan Sudantoko, 2002).
Koperasi adalah Suatu kerjasama antara orang- orang yang tidak
bermodal untuk mencapai suatu tujuan kemakmuran secara bersama,
bukan untuk mencari keuntungan (Sulistyo et al, 2005).
Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002) Bentuk koperasi di
Indonesia terdiri dari 2 bentuk, yaitu koperasi primer dan sekunder.
Penjelasan masing-masing bentuk koperasi sebagai berikut:
1) Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya adalah
orang-orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan ia
melaksanakan kegiatan usahanya dengan langsung melayani para
anggotanya. Contoh : Koperasi Unit Desa (KUD).
2) Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan dan
beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder.
Sedangkan tingkatan dalam Koperasi Sekunder ialah koperasi pusat,
koperasi gabungan, dan koperasi induk. Koperasi Pusat, bertujuan
untuk menghimpun kekuatan dari koperasi maka sekurang-kurangya
5 Koperasi Primer dapat pula menggabungkan diri dalam suatu
tingkatan organisasi yang lebih tinggi, yaitu Koperasi Pusat.
Koperasi Gabungan, dengan maksud yang sama seperti diatas, maka
3 Koperasi Pusat yang telah diakui sebagai badan hukum juga dapat
membentuk tingkat organisasi lebih atas lagi, yang disebut Koperasi
Gabungan. Koperasi Induk, tiga Koperasi Gabungan yang telah
commit to user
Jenis Koperasi dalam pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan
bahwa : (1) jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan, dan (2)
kepentingan ekonomi anggotanya. Dalam penjelasan pasal 16 UU No.
25 Tahun 1992 disebutkan bahwa dasar untuk menentukan jenis
koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan
ekonomi anggotanya, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi
konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa.
Berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi
anggotanya, dapat ditetapkan fungsi-fungsi koperasi secara tepat sesuai
dengan keinginan anggota. Uraian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa jenis koperasi menurut fungsinya/ kegiatannya sebagai berikut :
(a) koperasi pembelian/ pengadaan/ konsumsi adalah koperasi yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir, (b)
koperasi pejualan/ pemasaraan adalah koperasi yang menyelenggarakan
fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar
sampai di tangan konsumen, (c) koperasi produksi adalah koperasi yang
menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai
pegawai atau karyawan koperasi, (d) koperasi jasa adalah koperasi yang
menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota.
Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi
tunggal usaha (single purpose cooperative), sedangkan koperasi yang
menyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut koperasi serba usaha
(multy purpose cooperative).
Jenis koperasi yang kedua menurut status keanggotaan terdiri
atas, (a) koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para
produsen barang/jasa dan memilikirumah tangga usaha, (b) koperasi
konsumen. adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau
pemakai barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.
Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu
commit to user
menurut status anggotanya berkaitan erat dengan pengelompokan
koperasi menurut fungsinya (Hendar dan Kusnadi, 1999).
Pasal 32 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian
menyebutkan bahwa:
i. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi
wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.
ii. Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat
pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada
rapat anggota untuk mendapat persetujuan.
iii. Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus
Iv. Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab
pengurus sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan pasal 32 tersebut mengandung arti bahwa pengurus
dapat mengangkat atau tidak mengangkat pengelola, tergantung pada
kemampuan pengurus dan usaha yang dijalankan. Dengan demikian,
unsur yang ada dalam manajemen koperasi adalah rapat anggota,
pengurus, pengelola usaha, dan pengawas. Hal ini berbeda dengan
organisasi selain koperasi seperti perseroan terbatas yang mana
manajemen dilakukan oleh direksi dan dewan komisaris. Pengurus dan
pengelola seolah-olah dua lembaga yang berdiri sendiri, padahal tidak
demikian karena pengelola diangkat oleh pengurus, sehingga
kedudukannya hanya sebagai pegawai yang diberi kuasa dan wewenang
oleh pengurus untuk mengelola usaha koperasi.
b. KUD dan permasalahan- permasalahannya
Koperasi Unit Desa merupakan badan usaha yang vital bagi
masyarakat pedesaan yang dapat menggairahkan dan meningkatkan
kerja penduduk pedesaan sehingga produk yang dihasilkannya
(kuantitas dan kualitas) juga akan meningkat, pendapatan per kapita
pedesaan makin tinggi dan kesemuanya ini berarti peningkatan
commit to user
Menurut Edilius dan Sudarsono (1996) Koperasi Unit Desa
adalah koperasi aneka usaha, baik dari segi fungsi ekonomi yang
dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu
KUD adalah aneka usaha dalam pengertian aneka fungsi dan aneka
komoditi atau dapat disebut sebagai koperasi serba usaha (all purpose
cooperative).
Koperasi Unit Desa merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi
pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan. Disamping itu,
dalam periode ini, pengembangan koperasi juga diintegrasikan dengan
pembangunan dibidang lainnya (Baswir, 1993).
Menurut Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Koperasi,
hambatan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang tersebut antara lain :
i. Rendahnya kualitas SDM yang berdampak pada kurangnya jiwa
kewirausahaan, lemahnya daya inovasi, kreativitas, disiplin, etos
kerja dan profesionalisme terutama dalam mengembangkan UKM
dan Koperasi. Kesemuanya itu berpengaruh pada efisiensi dan
produktivitas usaha. Lebih jauh hal tersebut akan membatasi daya
saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan
peluang usaha.
ii. Rendahnya kinerja UKM dan Koperasi juga dipengaruhi oleh
ketersediaan pendukung faktor produksi dan tersedianya pra-sarana
penunjang sector transportasi, informasi, telekomunikasi, listrik,
pelayanan jasa pembiayaan yang belum proporsional dan masih
bias.
iii. Terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi,
informasi pasar, produk dan lokasi usaha serta jaringan kerjasama
dan kemitraan.
commit to user
v. Tingkat kepedulian pembina dan instansi terkait terhadap
pemberdayaan UKM dan Koperasi di masing-masing unit kerja
belum optimal.
3. Organisasi
Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan.
Tujuan dan sasaran organisasi dapat di capai lebih efisien dan efektif
melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan
dengan persetujuan bersama, serta variabel efektivitas ialah produksi,
efisiensi, kepuasan, adaptasi, perkembangan (Gibson, etal, 1992).
Organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang- orang yang
bekerjasama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.
Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas, dan beridentitas yang dapat
dibedakan dengan kolektivitas- kolektivitas lainnya (Thoha, 2009).
Menurut Barnard (1978) dalam bukunya “The Functions of the
Executive ” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah sistem kerjasama
antara dua orang atau lebih. Pernyataan ini membuktikan bahwa dalam
organisasi perlu adanya pengatur organisasi atau sering disebut
pengorganisasian. Sehingga tujuan organisasi akan cepat dan tepat tercapai
oleh seluruh angotanya.
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan
dan pengaturan bermacam- macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang- orang pada aktivitas ini,
menyediakan alat- alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatiif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut (Hasibuan, 1996).
commit to user
Menurut Hasibuan (1996) tanda-tanda (ciri-ciri) organisasi yang baik
dan efektif, antara lain:
a. Tujuan organisasi itu jelas dan realistis.
b. Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit,
subsistem-subsistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas.
c. Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam
mencapai tujuan.
d. Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan.
e. Unit-unit kerja(departemen-bagian) nya ditetapkan berdasarkan atas
eratnya hubungan pekerjaan.
f. Job description setiap jabatan haarus jelas dan tidak ada tumpang tindih
pekerjaan.
g. Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan
tidak boleh terlalu banyak.
h. Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang
terpendek.
i. Jenis wewenang (authority) yang dimilki setiap pejabat harus jelas.
j. Mismanajemen penempatan karyawan tidak ada.
k. Hubungan antara bagian dengan bagian lainnya jelas dan serasi.
l. Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job description karyawan.
m.Deferensiasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi harus baik.
n. Organisasi harus luwes dan fleksibel.
o. Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Organisasi dengan lembaga memiliki perbedaan yang jelas, menurut
Mardikanto (2009) kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan
luas. Dalam arti sempit, kelembagaan sering diartikan sebatas entitas
(kelompok, organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat untuk
menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam arti luas,
commit to user
4. Efektivitas koperasi
a. Koperasi sebagai organisasi
Menurut Hanel yang dikutip Baswir (1993) organisasi koperasi
diartikan sebagai suatu sistem sosial ekonomi atau sosial teknik, yang
terbuka dan berorientasi pada tujuan. Organisasi koperasi dapat ditinjau
dari beberapa kriteria yaitu :
i. Substansi (suatu sistem sosial)
ii. Hubungan terhadap lingkungan (suatu sistem terbuka)
iii. Cara kerja (suatu sisem yang berorientasi pada tujuan)
iv. Pemanfaatan sumber daya (suatu sistem ekonomi)
Koperasi merupakan organisasi swadaya atau organisasi atas
bantuan eksternal, atau campuran dari keduanya, tergantung pada apa
mereka menggunakan sumber-sumber daya (persatuan)nya sendiri yang
lebih utama (priminarily) atau perolehan dana eksternal yang didapat
melalui saluran non-pasar. Sangat sering, ketersediaan dana-dana
eksternal itu justru mengubah jenis organisasi swadaya tersebut (Ropke,
2000).
b. Efektivitas Koperasi
i. Tingkat Produktivitas
Faktor-faktor lain yang sebagian besar dapat dikendalikan oleh
manajemen dan dapat mempengaruhi produktivitas dalam organisasi
adalah tugas. Pelaksanaan tugas yang relevan dengan karakteristik
kerja bisa mencakup tugas-tugas yang bervariasi dilihat dari segi
kepentingannya, arti, (identitas, otonomi, umpan balik pelaksanaan
tugas itu sendiri). Begitupun pelaksaan tugas yang berkaitan dengan
profesi keteknikan, sangat relevan dengan karakteristik kerja,
terutama yang menyangkut masalah keterbatasan waktu, tatanan
kerja, intensitas perubahan dalam penguasaan teknik (Moelyono,
commit to user
Kast dan Rosenzweigh (1991), berpendapat produktivitas ialah
suatu ukuran efisiensi dari proses transformasi organisasi yang
mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Peningkata
produktivitas dihasilkan oleh 3 sumber primer: teknogi, keahlian
manajerial, dan usaha manusia.
ii. Tingkat Kepuasan kerja anggota
Kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif
karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya (Handoko, 2001).
Kepuasan kerja (Job Satisfaction) mengacu pada sikap
individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seorang dengan tingkat
kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap
pekerjaannya. Seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya tersebut. Fakta
menunjukkan bahwa faktor penting yang lebih banyak
mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang secara
mentalitas memberi tantangan, penghargaan yang layak, kondisi
kerja yang menunjang, dan rekan kerja yang mendukung (Robbins,
2002).
iii. Tingkat Partisipasi Anggota
Menurut Sastropoetra (1986) dikemukakan bahwa partisipasi
masyarakat dalam bentuk swadaya gotong-royong merupakan modal
utama dalam potensi yang esensial dalam pelaksanaan pembangunan
desa yang selanjutnya telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar
bagi kelangsungan pembangunan nasional.
Setiap organisasi apakah organisasi formal, informal,
organisasi sukarela maupun bukan sukarela memandang penting
commit to user
bagi pengembangan organisasi/asosiasi. Setiap organisasi/asosiasi
mempunyai titik berat tujuan sendiri-sendiri. Dengan aktifnya
anggota dalam asosiasi maka akan terjadi pertukaran pendapat,
komunikasi yang lebih erat, dan ”konflik” argumentasi yang lebih
menonjol yang pada gilirannya akan membawa pengembangan
organisasi itu sendiri (Slamet, 1994).
Menurut Gibson, et al (1994), efektivitas organisasi adalah
lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok, lewat
pengaruh sinergistis (kerjasama), organisasi mampu mendapatkan
hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya daripada jumlah hasil karya
tiap- tiap bagiannya.
Menurut Robbins (1990) tidak ada kesepakatan secara umum
mengenai arti dari keefektifan organisasi. Pendekatan nilai-nilai
bersaing, pendekatan nilai-nilai bersaing menawarkan kerangka kerja
yang integratif dengan mengidentifikasi variabel utama yang
terdapat dalam bidang keefektivan dan lalu menentukan bagaimana
variabel-variabel tersebut saling berhubungan. Dasar dari pendekatan
nilai-nilai bersaing (competing-values approach) adalah bahwa
kriteria keefektivan organisasi bergantung pada siapa yang menilai
dan mewakili siapa.
Sementara menurut Sterss (1985) efektivitas dipandang
sebagai kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber
daya yang tersedia untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat
operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini adalah efektif, karena
pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi atau
commit to user
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Organisasi.
a. Kualitas Kepemimpinan
Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu,
kelompok, dan organisasi. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang
dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut.
Individu mungkin memandang seorang pemimpin sebagai efektif atau
tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama
pengalaman kerja secara menyeluruh. Penerimaan atau permintaan
seorang pemimpin sebagian besar terletak pada pengikut dimana
tanggapan yang menyenangkan akan menimbulkan hasil yang menarik
(Gibson etal, 1996).
Kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otorita dan
pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk
bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka
mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama (Thoha, 1993).
Kepemimpinan sangat diperlukan dalam membina anggota organisasi
ataupun kelompok, hal ini diperkuat dengan pendapatnya Yulk
mengenai kepemimpinan.
“Leadership is defined broadly as influence processes affecting the interpretation of event for followers, the choice of objectives for the group or organization, the organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of followers to achieve the objective, the maintenance of cooperative relationships and teamwork, and the enlistment of support and cooperation from people outside the group or organization” (Yulk, 1994).
Pergiliran kepemimpinan berarti adanya pemindahan kekuasaan
untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan
demikian tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat mengetahui
kemampuan mereka masing-masing dan dapat menanamkan rasa
tanggung jawab besar terhadap kelompoknya secara keseluruhan
commit to user
Mengenai kepemimpinan, Smith (1991) menyatakan “The
core of leadership is influencing other people. A leader is
someone who influences other people to do things they otherwise
would not. In other words, a leader is someone who influences
the direction of other people’s behavior. This definition presents
quite a lot of problems since in any social interaction, influence
is mutual.”
Inti dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi orang lain untuk
melakukan berbagai hal. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempengaruhi arah dari perilaku orang lain. Definisi
ini menyajikan cukup banyak masalah karena dalam setiap interaksi
sosial saling mempengaruhi (Smith, 1991).
Kepemimpinan juga tidak lepas dari sifat kepemimpinan itu
sendiri. Menurut Sulistyo, et al (2005), secara umum pemimpin perlu
memiliki sifat- sifat yang dapat mendukung keberhasilan memimpin
dalam mengantisipasi macam- macam kondisi yaitu:
1. Sosial sensivity, artinya dengan tepat dapat merasakan dan mengerti
tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap kebutuhannya.
2. Behaviour flexibility, artinya dapat menyesuaikan tingkah lakunya
untuk mengadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi
kelompoknya.
Menurut Thoha (1983) mengungkapkan teori Path- goal (teori
jalan kecil-tujuan) versi house, memasukkan empat tipe atau gaya
utama kepemimpinan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan direktif.
Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis (adanya
pola perilaku yang agresif ataupun apatis dianggap sebagai
reaksi-reaksi atas frustasi yang disebabkan kepemimpinan yang otokratis)
commit to user
darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.
Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.
2. Kepemimpinan yang mendukung (Suppotive Leadership).
Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan
sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian
kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.
3. Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin
berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari
bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada
padanya.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan
ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para
bawahannya untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin
memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu
melaksanakan tugs pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
b. Tingkat Kohesivitas (kesatuan/ketertarikan) kelompok
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya
ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa
kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai
tertentu. Manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi
dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan
lain-lain (Maas, 2004).
“Highly cohesive groups are those where group members are attracted towards each other, where they accept group norms and help the group to attain group goal. Many factor contribute towards group cohesion, such as, homogeneous composition (that is, group members being similar to each other), a relatively small size of group, goals and successful group performance (Martin, R. 1991).”
Kelompok yang sangat kohesif adalah dimana anggota kelompok
yang tertarik terhadap satu sama lain, dimana mereka menerima
commit to user
kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kohesi kelompok,
seperti, komposisi homogen (anggota kelompok yang mempunyai
kemiripan), ukuran kelompok relatif kecil, tujuan dan kinerja kelompok
tercapai (Martin, R. 1991).
Menurut Mc David dan Harari yang dikutip Rakhmad (2001)
kohesivitas kelompok diukur dari: (a) Ketertarikan anggota secara
interpersonal satu sama lain, (b) Ketertarikan anggota terhadap kegiatan
fungsi kelompok, (c) Sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
c. Jaringan komunikasi
Komunikasi Organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam
suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung
dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok
(Mulyana, 2005)
Komunikasi organisasi menujuk kepada pola dan bentuk
komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi.
Komunikasi organisasi melibatkan bentuk- bentuk komunikasi formal
dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadidan
komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi
antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar
manusia, komunikasi an proses pengorganisasian, serta budaya
organisasi (Bungin, 2007).
commit to user
Menurut Denyer (1972), Komunikasi dibagi menjadi tiga jenis,
masing-masing digunakan untuk tujuan dan kepentingan yang
berbeda:1) komunikasi ke bawah, berupa pemberian perintah kerja;
petunjuk pelatihan; memuji karyawan; memberitahu bawahan kebijakan
kepada bawahan; memberikan teguran dll. 2) komunikasi ke atas,
dimana bawahan memberikan informasi, mengajukan pertanyaan dan
memberikan saran kepada atasan mereka. 3) komunikasi horisontal
adalah suatu nasihat, informasi dll. informasi antara pegawai yang satu
management dari suatu perusahaan.
Menurut Robbins, (2002) komunikasi dapat berjalan secara
vertikal maupun horisontal. Dimensi vertikal dibagi menjadi dua arah
yaitu ke bawah dan ke atas.
1). Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang berlangsung
dari tingkatan tertentu dalam suatu kelompok atau organisasi ke
tingkatan yang lebih rendah. Pola tersebut digunakan oleh para
pemimpin untuk mencapai tujuannya, seperti memberikan instruksi
kerja, menginformasikan suatu peraturan dan prosedur-prosedur
yang berlaku kepada anak buahnya, menentukan masalah-masalah
yang perlu perhatian, dan memberikan umpan balik terhadap
kinerja.
2). Komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang mengalir ke
tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi.
Pola ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada
pimpinan, menginformasikan tentang kemajuan dalam menuju
sasaran kerja, dan menyampaikan masalah yang terjadi. Para
pemimpin bergantung kepada komunikasi ini untuk mendapatkan
gagasan berhubungan dengan ide-ide meningkatkan kinerja.
3). Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang terjadi
diantara anggota dari kelompok kerja yang sama, antar anggota
commit to user
yang sederajad. Komunikasi horisontal diperlukan karena dapat
menghemat waktu dan dapat mempermudah koordinasi.
Rakhmat (2001), menyatakan ada lima jaringan komunikasi,
yakni sebagai berikut:
Roda Rantai Y Lingkaran Semua saluran
Gambar 2.1. Macam-macam jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi roda, seseorang (biasanya pemimpin)
menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota
kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan
dengan pemimpinnya. Jaringan rantai, A dapat berkomunikasi dengan
B, B dengan C, C dengan D, dan begitu seterunsnya. Jaringan ’Y’, tiga
orang anggota dapat berhubungan dengan orang- orang disampingnya
seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapar
berkomunikasi dengan seseorang disampingnya saja. Pada lingkaran,
setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang (samping
kiri dan kanan), karena tidak ada seorang pemimpin. Pada bintang atau
semua saluran (all chanels), setiap anggota dapat berkomunikasi
dengan semua anggota kelompok lainnya, disebut juga dengan istilah
comcon(semua saluran komunikasi terbuka). Untuk memecahkan
masalah yang komplek pola lingkaran lebih cepat daripada pola roda.
Pola yang paling efektif adalah pola semua saluran, karena pola saluran
tidak terpusat pada satu orang pemimpin, pola ini memberikan
kepuasan kepada anggotanya, dan paling cepat menyelesaikan tugas
yang berkenaan dengan masalah yang sukar.
commit to user
Menurut Krech (1962), “Various studies have consistently found “all-channel” net to require less time and to yield fewer errors than nets of lower connectivity. Studied the relative effectiveness of three communication nets in solving two complex human relations problems. Again the “all-channel” net was more effective, as measured by mean time to reach a decision, than nets of a lower degree of connectivity.
Berbagai studi sudah menemukan bahwa jaringan semua saluran
memerlukan lebih sedikit waktu dan menghasilkan kesalahan yang
lebih rendah dibanding jaringan lainnya. Efektivitas tiga jaring
komunikasi lebih kompleks dalam memecahkan permasalahan
mengenai dua hubungan antar manusia. Pola semua saluran lebih efektif
ketika diukur oleh waktu untuk menjangkau suatu keputusan, dibanding
dengan jaringan derajat tingkat konektivitas yang lebih rendah (Krech,
1962).
d. Tingkat Kebutuhan Interpersonal
Manusia pada masa bayi mulai didorong terutama oleh
kebutuhan-kebutuhan fisik mereka. Pada titik selanjutnya kebanyakan
dari kita mulai agak terjamin tentang kemampuan kita untuk
memperoleh makanan, dan dari titik tersebut kita mulai memperluas
perhatian kita ke arah keselamatan (safety). Dengan adanya kepastian
pada taraf tersebut, masih muncul lagi motif sosial, cinta kasih,
menggabungkan diri. Kemudian motif egoistis sampai akhirnya dengan
adanya rasa kepastian tentang kebutuhan fisik,
kebutuhan keselamatan, kebutuhan sosial,
kebutuhan ”ego”, maka kita akan meneruskan perjalanan
kebutuhan-kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization). kebutuhan-
aktualisasi diri adalah motif yang bertujuan ke arah memenuhi
commit to user
Sarwoto (1981), mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi
dua kategori yaitu:
1). Kebutuhan material, yaitu kebutuhan yang langsung berhubungan
dengan eksistensi manusia. Kebutuhan ini masih dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
a). Kebutuhan yang sifatnya ekonomis, meliputi
kebutuhan-kebutuhan akan makanan, pakaian dan rumah.
b). Kebutuhan yang sifatnya biologis, meliputi kebutuhan yang
akan kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan
jasmani.
2). Kebutuhan non material yaitu kebutuhan yang secara tidak
langsung berhubungan dengan kelangsungan hidup seseorang.
Kebutuhan non material dapat diklasifikasikan dalam dua golongan
yaitu:
a). Kebutuhan yang sifatnya psikologis, meliputi berbagai macam
kebutuhan kejiwaan, antara lain, hubungan akan kasih sayang,
perhatian, kekuasaan, kedudukan sosial, kebebasan pribadi,
keadilan, kemajuan, dan sebagainya.
b). Kebutuhan yang sifatnya sosiologis, meliputi berbagai macam
kebutuhan, antara lain kebutuhan akan jaminan keamanan,
persahabatan, kerjasama, rasa menjadi bagian dari suatu
kelompok lainnya.
Seseorang memasuki kelompok karena didorong oleh tiga
kebutuhan interpersonal : inklusion (ingin masuk, menjadi bagian dari
kelompok); control (ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatana
hierarkis; dan affection (ingin memperoleh keakraban emosional dari
anggota kelompok yang lain (Rakhmad, 2005).
e. Tingkat Kesadaran berkelompok
Menurut Santoso (1999) menyatakan adanya peranan, fungsi dan
kegiatan masing-masing dalam kehidupan berkelompok maka tiap-tiap
commit to user
terhadap sesama anggota kelompok dan pentingnya untuk berorientasi
satu sama lain.
Menurut Feldman (1998) according to many social psychologist, though, the most useful view of groups involves the consideration of several basic criteria that all groups seem to share. In this view, a groups consists of two or more people who (1) interact with one another, (2) perceive themselves as a group, and (3) they are interdependent(Feldman, 1998).
Feldman(1998) mengungkapkan, menurut para psikolog sosial,
pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar
bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini,
suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, saling berhubungan
satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling
tergantung.
The effectiveness of a work group is determined by the ability, knowledge, experience, and communication skills of facilitator, as mediated by the personal characteristics which includes appearance, gender, and race. The model suggests that a work group is likely to perform well if its facilitator is very knowledgeable and skillful with regard to the task at hand, make a great effort in guiding the group members, is a good listener and have good communication skills to convey the necessary notions
and prerequisites for successfully completing the task.
Efektivitas kelompok kerja ditentukan oleh kemampuan,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan komunikasi fasilitator,
seperti yang ditengahi oleh karakteristik pribadi yang mencakup
penampilan, jenis kelamin, dan ras. Model ini menunjukkan sebuah
kelompok kerja cenderung berperforma baik jika fasilitator
berpengetahuan luas dan terampil dengan tugasnya, membuat usaha
besar dalam membimbing para anggota kelompok, pendengar yang baik
dan mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan
gagasan dan prasyarat yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan
tugas. (Baninajarian dan Zulhamri, 2009).
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Masyarakat pada dasarnya memiliki daya kreasi, daya cipta, dan daya
usaha baik yang dikuasainya secara pewarisan dari orang tua ataupun
lingkungan, meskipun masih dalam tingkatan sederhana. Hanya karena pada
umumnya mereka hidup dalam serba kesederhanaan (baik materi maupun
skill), dan kurangnya pembinaan dari masyarakat yang telah maju, maka
daya-daya tersebut tidak dapat berkembang. Tetapi setelah adanya wadah
koperasi daya-daya masyarakat yang mereka anggap kurang bisa berkembang
dengan turun tangannya (memberikan kemudahan) dari pemerintah dalam hal
pembinaan dan permodalan usaha (Kartasapoetra, 1989).
Koperasi bisa menjadi sebuah organisasi yang melandaskan pada azas
kekeluargaan. Hal inilah yang membedakan koperasi dengan organisasi lain
yang tujuan utamanya mengejar profit atau keuntungan. Koperasi
mengutamakan kesejahteraan anggotanya melalui peran aktif anggota dalam
setiap kegiatan koperasi serta pembagian SHU.
Kualitas kepemimpinan akan membawa dampak yang sangat berarti
bagi tingkat efektivitas sebuah organisasi, karena kewibawaan pemimpin,
motivasi seorang pemimpin, kebijakan pemimpin, serta kepedulian pemimpin
terhadap anggota mempengaruhi kinerja anggota dalam melaksanakan semua
kegiatan dalam sebuah organisasi. Tingkat kesatuan kelompok yang meliputi
kerjasama antar anggota kelompok serta ketertarikan terhadap semua kegiatan
organisasi koperasi akan berpengaruh terhadap tingkat efektivitas koperasi,
semakin tinggi kesatuan kelompok maka tingkat efektivitas juga semakin
tinggi. Jaringan komunikasi kelompok sebagai cara penyampaian keluhan
ataupun kebijakan serta penyebaran informasi menjadi salah satu faktor yang
penting untuk mengetahui tingkat efektivitas sebuah organisasi koperasi.
Tingkat kebutuhan interpersonal menjadi landasan terbentuknya sebuah
kelompok dalam sebuah organisasi koperasi, hal ini mempermudah
pengawasan serta pengambilan keputusan dalam setiap permasalahan yang
dihadapi kelompok. Apabila tingkat kebutuhan interpersonal semakin baik
commit to user
melatih kerjasama dalam memecahkan sebuah permasalahan ataupun wadah
untuk saling bertukar informasi oleh setiap anggotanya. Kesadaran
berkelompok sebagai jembatan dalam sebuah organisasi untuk mengontrol
kebutuhan serta keinginan anggota terhadap organisasi yang mereka ikuti.
Sehingga efektivitas organisasi akan terwujud dengan baik. Untuk mengetahui
lebih jelasnya antara hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
dengan tingkat efektivitas organisasi koperasi dapat dilihat melalui gambar 2.1
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Dengan Tingkat Efektivitas Organisasi Koperasi.
Tingkat EfektivitasOrganisasi
Koperasi (Y):
1. Tingkat Produktivitas · Pemahaman tujuan
Koperasi · Realisasi tujuan
Koperasi
2. Tingkat Kepuasan kerja anggota
· Kepuasan secara individu
· Kepuasan anggota berdasarkan pencapaian tujuan organisasi koperasi
3. Tingkat partisipasi anggota · Keikutsertaan anggota
pada tahap partisipasi · Intensitas anggota
mengemukakan
pendapat Tingkat kesatuan kelompok (X2)
Jaringan komunikasi kelompok (X3)
Tingkat kebutuhan interpersonal (X4)
commit to user
C. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi dengan tingkat efektivitas
KUD Musuk di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.
D. Pembatasan Masalah
1. Peternak yang diambil sebagai sampel adalah peternak yang menjadi
anggota koperasi yang masih aktif di KUD Musuk, di Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dibatasi kualitas
kepemimpinan, tingkat kesatuan kelompok, jaringan komunikasi, tingkat
kebutuhan interpersonal, dan tingkat kesadaran berkelompok.
3. Tingkat efektivitas organisasi dibatasi tingkat produktivitas, tingkat
kepuasan anggota dan tingkat partisipasi anggota.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi operasional
a. Variabel yang mempengaruhi efektivitas Organisasi Koperasi (X)
1). Kualitas kepemimpinan (X1) adalah cara yang dipilih dan
digunakan pemimpin dalam mempengaruhi anggota untuk
mencapai tujuan. Dengan indikator: pergiliran kepemimpinan, gaya
kepemimpinan, kepatuhan anggota. Sedangkan pengukuran
menggunakan skala ordinal.
2). Tingkat kesatuan kelompok (X2) adalah keterikatan anggota untuk
tetap bergabung dalam kelompok. Dengan indikator: Ketertarikan
antar anggota, Ketertarikan anggota terhadap kegiatan kelompok.
Sedangkan pengukuran menggunakan skala ordinal.
3). Jaringan komunikasi organisasi (X3) adalah proses penyampaian
commit to user
indikator: pola komunikasi, pemanfaatan sumber informasi,
gangguan komunikasi. Sedangkan untuk pengukuran menggunakan
skala ordinal.
4). Tingkat kebutuhan interpersonal (X4) adalah kebutuhan pribadi
yang mendorong anggota untuk memasuki dalam sebuah
kelompok. Dengan indikator: ingin menjadi bagian dari kelompok,
ingin mengendalikan orang lain, dan ingin memperoleh keakraban.
Sedangkan pengukurannya menggunakan skala ordinal.
5). Tingkat kesadaran berkelompok (X5) adalah kesadaran anggota
kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok baik yang berasal
dari dorongan pribadi maupun orang lain. Dengan indikator:
kesadaran anggota mengikuti kegiatan. Sedangkan pengukurannya
menggunakan skala ordinal
b. Tingkat Efektivitas Organisasi (Y) adalah tingkat keberhasilan suatu
kelompok dalam mencapai tujuannya. Tingkat efektivitas Organisasi
Koperasi (Y) dalam penelitian ini adalah:
1). Tingkat produktivitas (Y1) adalah tingkat pencapaian tujuan yang
telah dicapai oleh koperasi, dengan indikator: tingkat pemahaman
petani terhadap tujuan program dan sejauh mana tujuan tersebut
dapat tercapai. Sedangkan pengukurannya dengan skala ordinal.
2). Tingkat kepuasan kerja (Y2) anggota adalah tingkat atau derajat
kepuasan anggota yang dirasakan anggota sebagai akibat
pencapaian tujuan, dengan indikator: kepuasan secara individu,
kepuasan anggota terhadap pencapaian tujuan koperasi. Sedangkan
pengukurannya menggunakan skala ordinal.
3). Tingkat partisipasi anggota (Y3) adalah keikutsertaan anggota
kelompok dalam setiap kegiatan kelompok, dengan indikator:
keikutsertaan anggota pada tahap partisipasi dan intensitas anggota
mengemukakan pendapat. Sedangkan pengukuran menggunakan
commit to user
Indikator variabel X (kualitas kepemimpinan, tingkat kesatuan
kelompok, jaringan komunikasi organisasi koperasi, tingkat kebutuhan
interpersonal dan tingkat kesadaran berkelompok) dan variabel Y
(tingkat produktivitas, tingkat kepuasan kerja anggota dan tingkat
partisipasi anggota) diukur menggunakan skala ordinal, dimana
responden dalam memberikan jawaban dibedakan dalam tiga kategori
yaitu tinggi (3), sedang (2), dan rendah (1).
c. Keanggotaan KUD musuk terdiri dari anggota aktif dan tidak aktif yang
tersebar diseluruh desa yang ikut dalam anggota koperasi. Penelitian ini
menggunakan responden dari anggota yang masih aktif, karena mereka
masih berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan
koperasi, sehingga tingkat efektivitas KUD akan bisa dinilai sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan anggota yang tidak aktif hanya
menginginkan SHU dalam setiap tahunnya tanpa ikut berpartisipasi
dalam KUD.
2. Pengukuran Variabel
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi dapat
diukur melalui beberapa indikator, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1. Variabel Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Koperasi
No Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Kualitas b. Ada tetapi tidak tepat
waktu
c. tidak ada pergiliran kepemimpinan
a. selalu sesuai AD/ ART b. kadang sesuai AD/ART c. Selau tidak sesuai
AD/ART
a. Selalu (memberi dan mengontrol )