• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Disusun Oleh: Farid Adi Widiyanto

H0406032

Disusun Oleh: Farid Adi Widiyanto

H0406032

JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

yang dipersiapkan dan disusun oleh: Farid Adi Widiyanto

H0406032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Maret 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Ir. Sugihardjo, MS NIP. 19590305 198503 1 004

Anggota I

Widiyanto, SP, MSi NIP. 19810221 200501 1 003

Anggota II

Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP. 19561119 198303 1 002

Surakarta, Maret 2011

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Efektivitas Organisasi KUD Musuk di

Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali” dengan baik. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh guna memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai

pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan

penjelasan.

3. Ir. Sugihardjo, MS selaku pembimbing akademis sekaligus pembimbing

utama yang telah membimbing serta memberikan arahan, masukan dan

penjelasan.

4. Widiyanto, SP, MSi selaku pembimbing II yang telah membimbing serta

memberikan arahan, masukan dan penjelasan.

5. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

6. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Boyolali yang telah

mempermudah perizinan pengumpulan data.

7. Koperasi Unit Desa (KUD) Musuk beserta seluruh pengurus ataupun anggota

koperasi yang telah memberikan semua keperluan informasi ataupun bantuan

dalam proses penyelesaian penulisan skripsi.

(4)

commit to user

iv

9. Rekan-rekan PKP angkatan 2006, atas jalinan persaudaraan dan persahabatan

yang menjadi dukungan bagi penulis.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna

bagi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,

pembaca, dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Surakarta, Maret 2011

(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Berfikir ... 26

C. Hipotesis... 28

D. Pembatasan Masalah ... 28

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 36

B. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian ... 36

C. Populasi dan Teknik Sampling ... 37

D. Jenis dan Sumber Data ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Metode Analisis Data ... 41

(6)

commit to user

vi

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis ... 43

B. Keadaan Penduduk ... 44

C. Keadaan Pertanian ... 48

D. Keadaan Sarana Perekonomian ... 51

V.SEKILAS TENTANG KUD MUSUK A. .Sejarah berdirinya koperasi……….. 52

B. .Keterkaitan susu sapi dengan koperasi………. 53

C. .Kelembagaan yang dibangun... 55

VI.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 61

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi ... 64

C. Tingkat Efektivitas Organisasi KUD Musuk ... 70

D. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dengan tingkat Efektivitas KUD Musuk ... 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN E. Kesimpulan ... 80

F. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ...

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Variabel yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi ... 30

Tabel 2.2. Sub variabel efektivitas organisasi koperasi ... 33

Tabel 3.1. Jumlah anggota dan pengurus KUD Musuk ... 38

Tabel 3.2. Sampel anggota dan pengurus KUD Musuk ... 39

Tabel 3.3. Jenis dan sumber data ... 40

Tabel 4.1. Penggunaan lahan di Kecamatan Musuk ... 44

Tabel 4.2. Penduduk kecamatan Musuk menurut kelompok umur ... 45

Tabel 4.3. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan musuk ... 46

Tabel 4.4. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Musuk ... 47

Tabel 4.5. Luas dan produksi tanaman utama di Kecamatan Musuk ... 48

Tabel 4.6. Jenis komoditi di Kecamatan Musuk ... 49

Tabel 4.7. Kondisi ternak di Kecamatan Musuk ... 50

Tabel 4.8. Sarana perekonomian di Kecamatan Musuk ... 51

Tabel 5.1. Perkembangan hasil dari enam bidang usaha di KUD Musuk ... 59

Tabel 6.1. Identitas responden penelitian ... 61

Tabel 6.2. Distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 65

Tabel 6.3. Variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 70

Tabel 6.4. Distribusi sub variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk ... 72

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir hubungan antara factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dengan tingkat

(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian... 84

2. Kuesioner Penelitian... 85

3. Data Identitas Responden... 94

4. Tabulasi data variabel faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi... 96

5. Tabulasi data variabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk…….. 99

6. Perhitungan selang interval dan T hitung... 102

7. Tabel frekuensi mean untuk faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi... 104

8. Tabel frekuensi mean untuk tingkat efektivitas organisasi koperasi... 105

9. Tabel tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk (y total)……….. 106

10.Hasil pengujian korelasi Rank Spearman... 107

(10)

commit to user

x RINGKASAN

FARID ADI WIDIYANTO, H0406032. “EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI”. Di bawah bimbingan Ir. Sugihardjo, MS selaku Pembimbing Utama dan Widiyanto, SP, MSi selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembangunan sektor pertanian menjadi sangat penting dalam menentukan kebijakan pembangunan yang beorientasi jangka panjang. Pembangunan diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum, salah satu solusi pemerintah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan secara merata melalui sebuah organisasi sosial yang menitikberatkan pada kesejahteraan anggota. Organisasi yang dimaksud ialah koperasi yang berazaskan kekeluargaan bukan keuntungan. Untuk mengetahui sebuah organisasi mampu bertahan dengan perkembangan lingkungan perlu adanya alat ukur yaitu berupa tingkat efektivitas organisasi itu sendiri. Tingkat efektivitas organisasi akan dapat menggambarkan kemajuan sebuah organisasi dilihat dari produktivitas, tingkat kepuasan anggota, serta partisipasi anggota dalam organisasi tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, dan mengkaji hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi terhadap tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survei. Lokasi dalam penelitian ini adalah Kecamatan Musuk, dengan mengambil 3 desa berdasarkan hasil produksi susu mulai dari tertinggi, sedang, dan terendah yaitu: Desa Sruni, Desa Karangkendal, dan Desa Kebongulo. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional random sampling, sebanyak 60 responden. Pengkategorian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dan tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk menggunakan analisis mean. Analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi dengan tingkat efektivitas organisasi KUD Musuk menggunakan korelasi Rank Spearman (rs).

(11)

commit to user

xi SUMMARY

Farid Adi Widiyanto, H0406032. “THE EFFECTIVENESS OF MUSUK VILLAGE UNIT COOPERATIVE (KUD) ORGANIZATION IN MUSUK SUB DISTRICT OF BOYOLALI REGENCY. Under guidance of Ir. Sugihardjo, MS as the Main Consultant and Widiyanto SP, MSi as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

Agricultural sector development becomes very important in determining the long term-oriented development policy. The development is directed to the improvement of society welfare generally, one of government’s solution in realizing the improvement of welfare evenly through a social organization emphasizing on the member welfare. That organization is the one based on the kinship not profit principle. In order to find out whether or not an organization can survive with the environment development, a measurement instrument is required, namely the organization effectiveness level. The organization effectiveness level will be able to describe an organization’s progress, viewed from productivity, member’s satisfaction level, as well as member participation in the organization.

This research aims to study the organization effectiveness in Musuk KUD, Musuk Sub District, Boyolali Regency, to study several factors affecting the organization effectiveness level of cooperative in Musuk Sub District, Boyolaly Regency, and to study the relationship between the factors affecting the organization effectiveness level and the organization effectiveness level of Musuk Sub District, Boyolaly Regency.

The basic method employed in this research was descriptive one with survey technique. The research was taken place in Musuk Sub District taking 3 villages based ob the milk production result from the highest, medium and lowest: Sruni, Karangkendal, and Kebongulo villages. The sample was taken using proportional random sampling, consisting of 60 respondents. The categorization of the factors affecting the effectiveness level and organization effectiveness level of Musuk KUD was done using mean analysis. The analysis on the relationship between the factors affecting the organization effectiveness level and the organization effectiveness level of Musuk KUD was done using Rank Spearman (rs) correlation.

(12)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting baik dalam ekonomi

jangka panjang maupun ekonomi jangka pendek. Kondisi seperti itu

merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran mengenai reoreintasi

kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan tersebut diarahkan

agar pertanian menjadi sektor yang tangguh untuk menghadapi krisis ekonomi

dan mampu menghadapi globalisasi dengan sistem pertanian berkelanjutan,

dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam pemerintahan yang

terdesentralisasi (Masyuri, 2001).

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

hidup masyarakat khususnya petani, sebagai pelaku utama dalam

pembangunan pertanian. Kesejahteraan sosial dapat mencakup semua bentuk

intervensi sosial yang mempunyai suatu perhatian utama dan langsung pada

usaha peningkatan kesejahteraan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan.

Kesejahteraan sosial merupakan kondisi sejahtera dari suatu masyarakat, yang

meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.

Sehingga, kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dapat terpenuhi secara

seimbang. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah memperbaiki kinerjanya

untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, sehingga semua rakyat dapat

merasakan kesejahteraan, dan tidak akan ada lagi rakyat yang hidup dibawah

garis kemiskinan.

Kesejahteraan masyarakat telah diupayakan melalui sebuah organisasi

sosial yang menitikberatkan pada kerjasama anggota, tanpa mengejar

keuntungan semata. Organisasi yang dimaksud ialah koperasi, yang menurut

Baswir (1993), gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan,

bukan perkumpulan modal. Koperasi berusaha mengembangkan dirinya untuk

meningkatkan kesejahteraan anggotanya, serta kesejahteraan masyarakat pada

umumnya melalui pelayanan kebutuhan mereka. Perwujudan pemenuhan

kebutuhan terbukti dengan adanya berbagai jenis koperasi yang di usahakan.

(13)

commit to user

Koperasi dapat dibagi menurut berbagai jenis usahanya, menurut

penjelasan Baswir (1993) terdapat empat jenis koperasi yaitu: koperasi

berdasarkan bidang usaha, koperasi berdasarkan jenis komoditi, koperasi

berdasarkan profesi anggotanya, serta koperasi berdasarkan daaerah kerja.

Pertama, koperasi berdasarkan bidang usaha terdiri dari: koperasi konsumsi,

koperasi produksi, koperasi pemasaran, koperasi kredit. Kedua, koperasi

berdasarkan jenis komoditi terdiri dari: koperasi ekstraktif, koperasi pertanian

dan peternakan, koperasi industri dan kerajinan, koperasi jasa-jasa. Ketiga,

koperasi berdasarkan profesi anggotanya terdiri dari: koperasi karyawan,

koperasi pegawai, koperasi angkatan darat, koperasi mahasiswa, koperasi

pedagang pasar, koperasi veteran republik indonesia, koperasi nelayan.

Keempat, koperasi berdasarkan daerah kerja (koperasi primer, koperasi pusat,

koperasi gabungan, koperasi induk). Koperasi sebagai organisasi harus bisa

mengatur semua kinerja anggotanya melalui keterikatan peraturan yang sudah

di jamin dalam undang- undang dan mendapat persetujuan oleh seluruh

anggotanya, baik mengenai hak dan kewajibannya. Sehingga diharapkan

koperasi akan berjalan seefektif mungkin dalam setiap usahanya.

Efektivitas organisasi diperlukan untuk membuktikan bahwa organisasi

mampu bertahan dan hidup di lingkungannya itu sendiri. Kriteria efektivitas

tersebut dapat di bagi menjadi jangka pendek, jangka menengah, jangka

panjang. Efektivitas jangka pendek terdiri dari: produksi, efisiensi, kepuasan,

yang memiliki pengertian kriteria untuk menunjukkan hasil tindakan yang

mencakup waktu satu tahun atau kurang. Kriteria efektivitas jangka menengah

yang terdiri dari: adaptasi, perkembangan, yang memiliki arti kriteria yang

diterapkan jika menilai kefektifan seseorang, kelompok, atau organisasi dalam

jangka waktu yang lebih lama, umpamanya lima tahun. Kriteria efektivitas

jangka panjang (hidup terus), memiliki arti kriteria yang dipakai untuk menilai

waktu yang akan datang yang tidak terbatas.

Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : kualitas

kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang efektif untuk memperoleh prestasi

(14)

commit to user

penting, sehingga untuk itu perlu dikerahkan sejumlah usaha yang besar untuk

menjamin adanya kepemimpinan yang semacam itu atau efektif. Tingkat

kohesivitas (persatuan) kelompok dapat diartikan sebagai kesatuan pandangan

ataupun tujuan yang dapat dilakukan secara bekerjasama antar anggota

kelompok. Jaringan komunikasi yang dapat diartikan sebagai proses

komunikasi didalam organisasi yang dapat menghubungkan organisasi dengan

lingkungannya termasuk bagian-bagiannya, informasi mengalir ke dan dari

organisasi itu, termasuk didalam organisasi itu sendiri. Informasi juga

mengintegrasikan kegiatan intern organisasi, tingkat kebutuhan interpersonal

yang dimaksudkan ialah seberapa besar rasa keakraban yang akan dibangun

dalam sebuah kelompok kecil serta kebutuhan rasa memiliki kelompok

tersebut, dan tingkat kesadaran berkelompok anggota dapat menjadi ukuran

seberapa jauh individu mampu memanfaatkan keberadaan kelompok yang

dibangun (Gibson et al, 1992).

B.Perumusan Masalah

Kesejahteraan masyarakat sering menjadi permasalahan yang umum,

tetapi dalam penyelesaiannya sering menghadapi berbagai kendala. Hal ini

disebabkan perbedaan karakteristik masing- masing individu dalam menyikapi

setiap kebijakan dari pemerintah. Untuk menyatukan beberapa pandangan yang

sama diantara berbagai individu, pemerintah telah menyediakan wadah yaitu

koperasi. Menurut UU RI No.25 Tahun 1992 mendefinisikan koperasi sebagai

wadah "Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas

kekeluargaan".Salah satu faktor penting untuk mewujudkan kinerja koperasi

yang baik adalah adanya peran Pemerintah dalam bentuk peraturan

perundang-undangan yang diatur dan dikeluarkan sedemikian rupa sehingga sistem dapat

berjalan dengan baik.

Permasalahan yang ada dalam koperasi menurut Arief (1997) dapat

(15)

commit to user

koperasi adalah gerakan rakyat untuk memberdayakan dirinya sebagai gerakan

rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-up) sesuai dengan

kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan eksistensi Depkop

(departemen koperasi) sebagai departemen, karena Depkop tidak tumbuh dari

bawah, melainkan datang “dari atas” (top-down). Oleh karena itu dalam

menjalankan operasinya, Depkop tetap dalam kerangka berpikir top-down.

Misalnya dalam pembentukan koperasi-koperasi unit desa (KUD) oleh

pemerintah, yang pada dasarnya rakyat sendiri belum paham akan gunanya

KUD bagi mereka, sehingga akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya

menjadi justifikasi politik dari pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah

telah peduli pada perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.

Permasalahan secara mikro ialah koperasi dalam menjalankan kegiatan

usahanya sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Salah

satu bahan baku pokok tersebut adalah modal (uang dan SDM). Upaya

pemerintah untuk mengatasi masalah permodalan ini adalah dengan

memberikan keleluasaan bagi koperasi dalam akses memperoleh modal. Tetapi

dalam pelaksanaannya masih dipersulit dengan bermacam regulasi. Sehingga

koperasi belum bisa tumbuh dengan alami (bukan direkayasa), belajar menjadi

efisien dan selanjutnya dapat bertahan dalam kompetisi. Koperasi juga

mengalami kesulitan dalam sumber daya manusia yaitu dalam memperoleh

kualitas manajer yang baik. Karena manajer yang baik adalah yang dapat

membantu koperasi memperoleh modal dan dapat mengembangkan koperasi

tersebut tanpa halangan permasalahan pada modal. Hal seperti ini diperlukan

bantuan pemerintah dalam memberikan mutu modal yang baik bagi koperasi.

Permasalahan yang dihadapi KUD Musuk ialah dengan adanya otonomi

daerah membawa dampak bergesernya fungsi utama koperasi sebagai wadah

hasil produksi susu dari para anggota koperasi tersebut. Hal ini terjadi karena

masyarakat beranggapan akan memperoleh keuntungan yang lebih apabila di

jual di luar koperasi. Kejadian seperti ini sangat merugikan koperasi, karena

mereka semua masih dapat SHU, karena masih terdaftar sebagai anggota

(16)

commit to user

Aktivitas yang terjadi di KUD Musuk ialah pelayanan terhadap anggota

koperasi meliputi : unit listrik, unit waserda, unit ternak, unit angkutan, unit

persusuan, unit simpan pinjam, unit produksi makanan ternak. Aktifitas dari

ketujuh unit dikoperasi ini dibutuhkan untuk pembiayaan operasional koperasi

ataupun peningkatan kesejahteraan anggota. Unit susu membawa peran sangat

penting, karena hasil susu mejadi komoditas koperasi dalam memperoleh

penghasilan untuk menyokong semua unit yang ada. Hasil susu diserahkan

kepada koperasi dalam setiap harinya baik pagi atau sore melalui tempat

pengambilan hasil susu disetiap kelompok yang tersebar di seluruh wilayah

kerja KUD Musuk oleh petugas dari koperasi dengan angkutan berupa truk dari

unit angkutan.

Berdasarkan kajian diatas akan di adakan penelitian mengenai Efektivitas

Organisasi Koperasi Susu di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Lingkup

atau kriteria efektivitas yang akan di uji ialah kualitas kepemimpinan, tingkat

kohesivitas, jaringan komunikasi, tingkat kebutuhan interpersonal, tingkat

kesadaran berkelompok. Dari uraian diatas dapat diambil beberapa rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan

Musuk, Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas Organisasi

Koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali?

3. Bagimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas

Organisasi terhadap tingkat efektivitas Organisasi Koperasi di KUD Musuk,

(17)

commit to user

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji tingkat efektivitas organisasi di KUD Musuk, Kecamatan

Musuk, Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas

Organisasi Koperasi di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.

3. Mengkaji hubungan faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas

Organisasi terhadap tingkat efektivitas Organisasi Koperasi di KUD Musuk,

Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.

D.Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai sarana mempelajari efektivitas sebuah organisasi serta

merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang pertanian terutama

koperasi susu.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi koperasi, dapat memberikan pandangan mengenai kemajuan sebuah

(18)

commit to user

I. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh

pemerintah bersama masyarakat untuk memperbaiki mutu hidup dan

kesejahteraannya. Pengertian ini, sejahtera bukanlah sekedar tercukupinya

kebutuhan dasar (basic needs) untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi

juga mencakup kemandirian untuk melepaskan diri dari ketergantungan

dan kemiskinan lahir dan batin (Kusnandar et al, 2010). Pembangunan

dapat dilakukan secara nasional ataupun dimulai dari masyarakat, karena

dari masyarakat penilaian pembangunan akan dimulai.

Istilah pembangunan masyarakat telah masuk kedalam pemakaian

kata- kata internasional yang mengandung arti proses- proses dimana

usaha- usaha dari orang- orang itu sendiri disatukan dengan usaha- usaha

pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan kultural

masyarakat, menyatukan masyarakat- masyarakat itu menyumbangkan

secara penuh bagi kemajuan nasional (Slamet, 1994). Pembangunan salah

satunya bisa dilakukan melalui sektor pertanian, hal ini didukung dengan

sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.

Menurut Masyuhri yang dikutip Usman (2001) menyatakan bahwa

sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka

panjang pembangunan ekonomi maupun jangka pendek dan selebihnya

untuk pemulihan ekonomi jangka pendek. Oleh sebab itu, sekarang

merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran

mengenai reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan

pembangunan pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor

yang tangguh, dalam jangka pendek mampu mengkadapi krisis ekonomi,

dan dalam jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan sistem

pertanian yang berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokrasi dan

dalam pemerintahan yang terdesentralisasi.

(19)

commit to user

2. Koperasi

a. Pengertian dan jenis koperasi

Koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang

beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia

memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya.

Dalam perkumpulan tersebut, kesejahteraan para anggota harus

benar-benar diperjuangkan (Anoraga dan Sudantoko, 2002).

Koperasi adalah Suatu kerjasama antara orang- orang yang tidak

bermodal untuk mencapai suatu tujuan kemakmuran secara bersama,

bukan untuk mencari keuntungan (Sulistyo et al, 2005).

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002) Bentuk koperasi di

Indonesia terdiri dari 2 bentuk, yaitu koperasi primer dan sekunder.

Penjelasan masing-masing bentuk koperasi sebagai berikut:

1) Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya adalah

orang-orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan ia

melaksanakan kegiatan usahanya dengan langsung melayani para

anggotanya. Contoh : Koperasi Unit Desa (KUD).

2) Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan dan

beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder.

Sedangkan tingkatan dalam Koperasi Sekunder ialah koperasi pusat,

koperasi gabungan, dan koperasi induk. Koperasi Pusat, bertujuan

untuk menghimpun kekuatan dari koperasi maka sekurang-kurangya

5 Koperasi Primer dapat pula menggabungkan diri dalam suatu

tingkatan organisasi yang lebih tinggi, yaitu Koperasi Pusat.

Koperasi Gabungan, dengan maksud yang sama seperti diatas, maka

3 Koperasi Pusat yang telah diakui sebagai badan hukum juga dapat

membentuk tingkat organisasi lebih atas lagi, yang disebut Koperasi

Gabungan. Koperasi Induk, tiga Koperasi Gabungan yang telah

(20)

commit to user

Jenis Koperasi dalam pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan

bahwa : (1) jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan, dan (2)

kepentingan ekonomi anggotanya. Dalam penjelasan pasal 16 UU No.

25 Tahun 1992 disebutkan bahwa dasar untuk menentukan jenis

koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan

ekonomi anggotanya, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi

konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa.

Berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi

anggotanya, dapat ditetapkan fungsi-fungsi koperasi secara tepat sesuai

dengan keinginan anggota. Uraian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa jenis koperasi menurut fungsinya/ kegiatannya sebagai berikut :

(a) koperasi pembelian/ pengadaan/ konsumsi adalah koperasi yang

menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir, (b)

koperasi pejualan/ pemasaraan adalah koperasi yang menyelenggarakan

fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar

sampai di tangan konsumen, (c) koperasi produksi adalah koperasi yang

menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai

pegawai atau karyawan koperasi, (d) koperasi jasa adalah koperasi yang

menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota.

Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi

tunggal usaha (single purpose cooperative), sedangkan koperasi yang

menyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut koperasi serba usaha

(multy purpose cooperative).

Jenis koperasi yang kedua menurut status keanggotaan terdiri

atas, (a) koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para

produsen barang/jasa dan memilikirumah tangga usaha, (b) koperasi

konsumen. adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau

pemakai barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.

Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu

(21)

commit to user

menurut status anggotanya berkaitan erat dengan pengelompokan

koperasi menurut fungsinya (Hendar dan Kusnadi, 1999).

Pasal 32 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian

menyebutkan bahwa:

i. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi

wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.

ii. Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat

pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada

rapat anggota untuk mendapat persetujuan.

iii. Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus

Iv. Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab

pengurus sebagaimana ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan pasal 32 tersebut mengandung arti bahwa pengurus

dapat mengangkat atau tidak mengangkat pengelola, tergantung pada

kemampuan pengurus dan usaha yang dijalankan. Dengan demikian,

unsur yang ada dalam manajemen koperasi adalah rapat anggota,

pengurus, pengelola usaha, dan pengawas. Hal ini berbeda dengan

organisasi selain koperasi seperti perseroan terbatas yang mana

manajemen dilakukan oleh direksi dan dewan komisaris. Pengurus dan

pengelola seolah-olah dua lembaga yang berdiri sendiri, padahal tidak

demikian karena pengelola diangkat oleh pengurus, sehingga

kedudukannya hanya sebagai pegawai yang diberi kuasa dan wewenang

oleh pengurus untuk mengelola usaha koperasi.

b. KUD dan permasalahan- permasalahannya

Koperasi Unit Desa merupakan badan usaha yang vital bagi

masyarakat pedesaan yang dapat menggairahkan dan meningkatkan

kerja penduduk pedesaan sehingga produk yang dihasilkannya

(kuantitas dan kualitas) juga akan meningkat, pendapatan per kapita

pedesaan makin tinggi dan kesemuanya ini berarti peningkatan

(22)

commit to user

Menurut Edilius dan Sudarsono (1996) Koperasi Unit Desa

adalah koperasi aneka usaha, baik dari segi fungsi ekonomi yang

dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu

KUD adalah aneka usaha dalam pengertian aneka fungsi dan aneka

komoditi atau dapat disebut sebagai koperasi serba usaha (all purpose

cooperative).

Koperasi Unit Desa merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi

pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan. Disamping itu,

dalam periode ini, pengembangan koperasi juga diintegrasikan dengan

pembangunan dibidang lainnya (Baswir, 1993).

Menurut Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Koperasi,

hambatan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang tersebut antara lain :

i. Rendahnya kualitas SDM yang berdampak pada kurangnya jiwa

kewirausahaan, lemahnya daya inovasi, kreativitas, disiplin, etos

kerja dan profesionalisme terutama dalam mengembangkan UKM

dan Koperasi. Kesemuanya itu berpengaruh pada efisiensi dan

produktivitas usaha. Lebih jauh hal tersebut akan membatasi daya

saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan

peluang usaha.

ii. Rendahnya kinerja UKM dan Koperasi juga dipengaruhi oleh

ketersediaan pendukung faktor produksi dan tersedianya pra-sarana

penunjang sector transportasi, informasi, telekomunikasi, listrik,

pelayanan jasa pembiayaan yang belum proporsional dan masih

bias.

iii. Terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi,

informasi pasar, produk dan lokasi usaha serta jaringan kerjasama

dan kemitraan.

(23)

commit to user

v. Tingkat kepedulian pembina dan instansi terkait terhadap

pemberdayaan UKM dan Koperasi di masing-masing unit kerja

belum optimal.

3. Organisasi

Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan.

Tujuan dan sasaran organisasi dapat di capai lebih efisien dan efektif

melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan

dengan persetujuan bersama, serta variabel efektivitas ialah produksi,

efisiensi, kepuasan, adaptasi, perkembangan (Gibson, etal, 1992).

Organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang- orang yang

bekerjasama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.

Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas, dan beridentitas yang dapat

dibedakan dengan kolektivitas- kolektivitas lainnya (Thoha, 2009).

Menurut Barnard (1978) dalam bukunya “The Functions of the

Executive ” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah sistem kerjasama

antara dua orang atau lebih. Pernyataan ini membuktikan bahwa dalam

organisasi perlu adanya pengatur organisasi atau sering disebut

pengorganisasian. Sehingga tujuan organisasi akan cepat dan tepat tercapai

oleh seluruh angotanya.

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan

dan pengaturan bermacam- macam aktivitas yang diperlukan untuk

mencapai tujuan, menempatkan orang- orang pada aktivitas ini,

menyediakan alat- alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang

secara relatiif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan

aktivitas-aktivitas tersebut (Hasibuan, 1996).

(24)

commit to user

Menurut Hasibuan (1996) tanda-tanda (ciri-ciri) organisasi yang baik

dan efektif, antara lain:

a. Tujuan organisasi itu jelas dan realistis.

b. Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit,

subsistem-subsistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas.

c. Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam

mencapai tujuan.

d. Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan.

e. Unit-unit kerja(departemen-bagian) nya ditetapkan berdasarkan atas

eratnya hubungan pekerjaan.

f. Job description setiap jabatan haarus jelas dan tidak ada tumpang tindih

pekerjaan.

g. Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan

tidak boleh terlalu banyak.

h. Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang

terpendek.

i. Jenis wewenang (authority) yang dimilki setiap pejabat harus jelas.

j. Mismanajemen penempatan karyawan tidak ada.

k. Hubungan antara bagian dengan bagian lainnya jelas dan serasi.

l. Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job description karyawan.

m.Deferensiasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi harus baik.

n. Organisasi harus luwes dan fleksibel.

o. Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga.

Organisasi dengan lembaga memiliki perbedaan yang jelas, menurut

Mardikanto (2009) kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan

luas. Dalam arti sempit, kelembagaan sering diartikan sebatas entitas

(kelompok, organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat untuk

menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam arti luas,

(25)

commit to user

4. Efektivitas koperasi

a. Koperasi sebagai organisasi

Menurut Hanel yang dikutip Baswir (1993) organisasi koperasi

diartikan sebagai suatu sistem sosial ekonomi atau sosial teknik, yang

terbuka dan berorientasi pada tujuan. Organisasi koperasi dapat ditinjau

dari beberapa kriteria yaitu :

i. Substansi (suatu sistem sosial)

ii. Hubungan terhadap lingkungan (suatu sistem terbuka)

iii. Cara kerja (suatu sisem yang berorientasi pada tujuan)

iv. Pemanfaatan sumber daya (suatu sistem ekonomi)

Koperasi merupakan organisasi swadaya atau organisasi atas

bantuan eksternal, atau campuran dari keduanya, tergantung pada apa

mereka menggunakan sumber-sumber daya (persatuan)nya sendiri yang

lebih utama (priminarily) atau perolehan dana eksternal yang didapat

melalui saluran non-pasar. Sangat sering, ketersediaan dana-dana

eksternal itu justru mengubah jenis organisasi swadaya tersebut (Ropke,

2000).

b. Efektivitas Koperasi

i. Tingkat Produktivitas

Faktor-faktor lain yang sebagian besar dapat dikendalikan oleh

manajemen dan dapat mempengaruhi produktivitas dalam organisasi

adalah tugas. Pelaksanaan tugas yang relevan dengan karakteristik

kerja bisa mencakup tugas-tugas yang bervariasi dilihat dari segi

kepentingannya, arti, (identitas, otonomi, umpan balik pelaksanaan

tugas itu sendiri). Begitupun pelaksaan tugas yang berkaitan dengan

profesi keteknikan, sangat relevan dengan karakteristik kerja,

terutama yang menyangkut masalah keterbatasan waktu, tatanan

kerja, intensitas perubahan dalam penguasaan teknik (Moelyono,

(26)

commit to user

Kast dan Rosenzweigh (1991), berpendapat produktivitas ialah

suatu ukuran efisiensi dari proses transformasi organisasi yang

mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Peningkata

produktivitas dihasilkan oleh 3 sumber primer: teknogi, keahlian

manajerial, dan usaha manusia.

ii. Tingkat Kepuasan kerja anggota

Kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan memandang

pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif

karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya (Handoko, 2001).

Kepuasan kerja (Job Satisfaction) mengacu pada sikap

individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seorang dengan tingkat

kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap

pekerjaannya. Seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya

mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya tersebut. Fakta

menunjukkan bahwa faktor penting yang lebih banyak

mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang secara

mentalitas memberi tantangan, penghargaan yang layak, kondisi

kerja yang menunjang, dan rekan kerja yang mendukung (Robbins,

2002).

iii. Tingkat Partisipasi Anggota

Menurut Sastropoetra (1986) dikemukakan bahwa partisipasi

masyarakat dalam bentuk swadaya gotong-royong merupakan modal

utama dalam potensi yang esensial dalam pelaksanaan pembangunan

desa yang selanjutnya telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar

bagi kelangsungan pembangunan nasional.

Setiap organisasi apakah organisasi formal, informal,

organisasi sukarela maupun bukan sukarela memandang penting

(27)

commit to user

bagi pengembangan organisasi/asosiasi. Setiap organisasi/asosiasi

mempunyai titik berat tujuan sendiri-sendiri. Dengan aktifnya

anggota dalam asosiasi maka akan terjadi pertukaran pendapat,

komunikasi yang lebih erat, dan ”konflik” argumentasi yang lebih

menonjol yang pada gilirannya akan membawa pengembangan

organisasi itu sendiri (Slamet, 1994).

Menurut Gibson, et al (1994), efektivitas organisasi adalah

lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok, lewat

pengaruh sinergistis (kerjasama), organisasi mampu mendapatkan

hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya daripada jumlah hasil karya

tiap- tiap bagiannya.

Menurut Robbins (1990) tidak ada kesepakatan secara umum

mengenai arti dari keefektifan organisasi. Pendekatan nilai-nilai

bersaing, pendekatan nilai-nilai bersaing menawarkan kerangka kerja

yang integratif dengan mengidentifikasi variabel utama yang

terdapat dalam bidang keefektivan dan lalu menentukan bagaimana

variabel-variabel tersebut saling berhubungan. Dasar dari pendekatan

nilai-nilai bersaing (competing-values approach) adalah bahwa

kriteria keefektivan organisasi bergantung pada siapa yang menilai

dan mewakili siapa.

Sementara menurut Sterss (1985) efektivitas dipandang

sebagai kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber

daya yang tersedia untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat

operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini adalah efektif, karena

pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi atau

(28)

commit to user

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Organisasi.

a. Kualitas Kepemimpinan

Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu,

kelompok, dan organisasi. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang

dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut.

Individu mungkin memandang seorang pemimpin sebagai efektif atau

tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama

pengalaman kerja secara menyeluruh. Penerimaan atau permintaan

seorang pemimpin sebagian besar terletak pada pengikut dimana

tanggapan yang menyenangkan akan menimbulkan hasil yang menarik

(Gibson etal, 1996).

Kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otorita dan

pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk

bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka

mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama (Thoha, 1993).

Kepemimpinan sangat diperlukan dalam membina anggota organisasi

ataupun kelompok, hal ini diperkuat dengan pendapatnya Yulk

mengenai kepemimpinan.

“Leadership is defined broadly as influence processes affecting the interpretation of event for followers, the choice of objectives for the group or organization, the organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of followers to achieve the objective, the maintenance of cooperative relationships and teamwork, and the enlistment of support and cooperation from people outside the group or organization” (Yulk, 1994).

Pergiliran kepemimpinan berarti adanya pemindahan kekuasaan

untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan

demikian tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat mengetahui

kemampuan mereka masing-masing dan dapat menanamkan rasa

tanggung jawab besar terhadap kelompoknya secara keseluruhan

(29)

commit to user

Mengenai kepemimpinan, Smith (1991) menyatakan “The

core of leadership is influencing other people. A leader is

someone who influences other people to do things they otherwise

would not. In other words, a leader is someone who influences

the direction of other people’s behavior. This definition presents

quite a lot of problems since in any social interaction, influence

is mutual.”

Inti dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain. Seorang

pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi orang lain untuk

melakukan berbagai hal. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah

seseorang yang mempengaruhi arah dari perilaku orang lain. Definisi

ini menyajikan cukup banyak masalah karena dalam setiap interaksi

sosial saling mempengaruhi (Smith, 1991).

Kepemimpinan juga tidak lepas dari sifat kepemimpinan itu

sendiri. Menurut Sulistyo, et al (2005), secara umum pemimpin perlu

memiliki sifat- sifat yang dapat mendukung keberhasilan memimpin

dalam mengantisipasi macam- macam kondisi yaitu:

1. Sosial sensivity, artinya dengan tepat dapat merasakan dan mengerti

tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap kebutuhannya.

2. Behaviour flexibility, artinya dapat menyesuaikan tingkah lakunya

untuk mengadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi

kelompoknya.

Menurut Thoha (1983) mengungkapkan teori Path- goal (teori

jalan kecil-tujuan) versi house, memasukkan empat tipe atau gaya

utama kepemimpinan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan direktif.

Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis (adanya

pola perilaku yang agresif ataupun apatis dianggap sebagai

reaksi-reaksi atas frustasi yang disebabkan kepemimpinan yang otokratis)

(30)

commit to user

darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.

Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

2. Kepemimpinan yang mendukung (Suppotive Leadership).

Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan

sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian

kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.

3. Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin

berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari

bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada

padanya.

4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan

ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para

bawahannya untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin

memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu

melaksanakan tugs pekerjaan mencapai tujuan secara baik.

b. Tingkat Kohesivitas (kesatuan/ketertarikan) kelompok

Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang

mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya

ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa

kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai

tertentu. Manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi

dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan

lain-lain (Maas, 2004).

“Highly cohesive groups are those where group members are attracted towards each other, where they accept group norms and help the group to attain group goal. Many factor contribute towards group cohesion, such as, homogeneous composition (that is, group members being similar to each other), a relatively small size of group, goals and successful group performance (Martin, R. 1991).”

Kelompok yang sangat kohesif adalah dimana anggota kelompok

yang tertarik terhadap satu sama lain, dimana mereka menerima

(31)

commit to user

kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kohesi kelompok,

seperti, komposisi homogen (anggota kelompok yang mempunyai

kemiripan), ukuran kelompok relatif kecil, tujuan dan kinerja kelompok

tercapai (Martin, R. 1991).

Menurut Mc David dan Harari yang dikutip Rakhmad (2001)

kohesivitas kelompok diukur dari: (a) Ketertarikan anggota secara

interpersonal satu sama lain, (b) Ketertarikan anggota terhadap kegiatan

fungsi kelompok, (c) Sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan

personalnya.

c. Jaringan komunikasi

Komunikasi Organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam

suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung

dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok

(Mulyana, 2005)

Komunikasi organisasi menujuk kepada pola dan bentuk

komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi.

Komunikasi organisasi melibatkan bentuk- bentuk komunikasi formal

dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadidan

komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi

antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar

manusia, komunikasi an proses pengorganisasian, serta budaya

organisasi (Bungin, 2007).

(32)

commit to user

Menurut Denyer (1972), Komunikasi dibagi menjadi tiga jenis,

masing-masing digunakan untuk tujuan dan kepentingan yang

berbeda:1) komunikasi ke bawah, berupa pemberian perintah kerja;

petunjuk pelatihan; memuji karyawan; memberitahu bawahan kebijakan

kepada bawahan; memberikan teguran dll. 2) komunikasi ke atas,

dimana bawahan memberikan informasi, mengajukan pertanyaan dan

memberikan saran kepada atasan mereka. 3) komunikasi horisontal

adalah suatu nasihat, informasi dll. informasi antara pegawai yang satu

management dari suatu perusahaan.

Menurut Robbins, (2002) komunikasi dapat berjalan secara

vertikal maupun horisontal. Dimensi vertikal dibagi menjadi dua arah

yaitu ke bawah dan ke atas.

1). Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang berlangsung

dari tingkatan tertentu dalam suatu kelompok atau organisasi ke

tingkatan yang lebih rendah. Pola tersebut digunakan oleh para

pemimpin untuk mencapai tujuannya, seperti memberikan instruksi

kerja, menginformasikan suatu peraturan dan prosedur-prosedur

yang berlaku kepada anak buahnya, menentukan masalah-masalah

yang perlu perhatian, dan memberikan umpan balik terhadap

kinerja.

2). Komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang mengalir ke

tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi.

Pola ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada

pimpinan, menginformasikan tentang kemajuan dalam menuju

sasaran kerja, dan menyampaikan masalah yang terjadi. Para

pemimpin bergantung kepada komunikasi ini untuk mendapatkan

gagasan berhubungan dengan ide-ide meningkatkan kinerja.

3). Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang terjadi

diantara anggota dari kelompok kerja yang sama, antar anggota

(33)

commit to user

yang sederajad. Komunikasi horisontal diperlukan karena dapat

menghemat waktu dan dapat mempermudah koordinasi.

Rakhmat (2001), menyatakan ada lima jaringan komunikasi,

yakni sebagai berikut:

Roda Rantai Y Lingkaran Semua saluran

Gambar 2.1. Macam-macam jaringan komunikasi

Jaringan komunikasi roda, seseorang (biasanya pemimpin)

menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota

kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan

dengan pemimpinnya. Jaringan rantai, A dapat berkomunikasi dengan

B, B dengan C, C dengan D, dan begitu seterunsnya. Jaringan ’Y’, tiga

orang anggota dapat berhubungan dengan orang- orang disampingnya

seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapar

berkomunikasi dengan seseorang disampingnya saja. Pada lingkaran,

setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang (samping

kiri dan kanan), karena tidak ada seorang pemimpin. Pada bintang atau

semua saluran (all chanels), setiap anggota dapat berkomunikasi

dengan semua anggota kelompok lainnya, disebut juga dengan istilah

comcon(semua saluran komunikasi terbuka). Untuk memecahkan

masalah yang komplek pola lingkaran lebih cepat daripada pola roda.

Pola yang paling efektif adalah pola semua saluran, karena pola saluran

tidak terpusat pada satu orang pemimpin, pola ini memberikan

kepuasan kepada anggotanya, dan paling cepat menyelesaikan tugas

yang berkenaan dengan masalah yang sukar.

(34)

commit to user

Menurut Krech (1962), “Various studies have consistently found “all-channel” net to require less time and to yield fewer errors than nets of lower connectivity. Studied the relative effectiveness of three communication nets in solving two complex human relations problems. Again the “all-channel” net was more effective, as measured by mean time to reach a decision, than nets of a lower degree of connectivity.

Berbagai studi sudah menemukan bahwa jaringan semua saluran

memerlukan lebih sedikit waktu dan menghasilkan kesalahan yang

lebih rendah dibanding jaringan lainnya. Efektivitas tiga jaring

komunikasi lebih kompleks dalam memecahkan permasalahan

mengenai dua hubungan antar manusia. Pola semua saluran lebih efektif

ketika diukur oleh waktu untuk menjangkau suatu keputusan, dibanding

dengan jaringan derajat tingkat konektivitas yang lebih rendah (Krech,

1962).

d. Tingkat Kebutuhan Interpersonal

Manusia pada masa bayi mulai didorong terutama oleh

kebutuhan-kebutuhan fisik mereka. Pada titik selanjutnya kebanyakan

dari kita mulai agak terjamin tentang kemampuan kita untuk

memperoleh makanan, dan dari titik tersebut kita mulai memperluas

perhatian kita ke arah keselamatan (safety). Dengan adanya kepastian

pada taraf tersebut, masih muncul lagi motif sosial, cinta kasih,

menggabungkan diri. Kemudian motif egoistis sampai akhirnya dengan

adanya rasa kepastian tentang kebutuhan fisik,

kebutuhan keselamatan, kebutuhan sosial,

kebutuhan ”ego”, maka kita akan meneruskan perjalanan

kebutuhan-kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization). kebutuhan-

aktualisasi diri adalah motif yang bertujuan ke arah memenuhi

(35)

commit to user

Sarwoto (1981), mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi

dua kategori yaitu:

1). Kebutuhan material, yaitu kebutuhan yang langsung berhubungan

dengan eksistensi manusia. Kebutuhan ini masih dapat digolongkan

menjadi dua yaitu:

a). Kebutuhan yang sifatnya ekonomis, meliputi

kebutuhan-kebutuhan akan makanan, pakaian dan rumah.

b). Kebutuhan yang sifatnya biologis, meliputi kebutuhan yang

akan kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan

jasmani.

2). Kebutuhan non material yaitu kebutuhan yang secara tidak

langsung berhubungan dengan kelangsungan hidup seseorang.

Kebutuhan non material dapat diklasifikasikan dalam dua golongan

yaitu:

a). Kebutuhan yang sifatnya psikologis, meliputi berbagai macam

kebutuhan kejiwaan, antara lain, hubungan akan kasih sayang,

perhatian, kekuasaan, kedudukan sosial, kebebasan pribadi,

keadilan, kemajuan, dan sebagainya.

b). Kebutuhan yang sifatnya sosiologis, meliputi berbagai macam

kebutuhan, antara lain kebutuhan akan jaminan keamanan,

persahabatan, kerjasama, rasa menjadi bagian dari suatu

kelompok lainnya.

Seseorang memasuki kelompok karena didorong oleh tiga

kebutuhan interpersonal : inklusion (ingin masuk, menjadi bagian dari

kelompok); control (ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatana

hierarkis; dan affection (ingin memperoleh keakraban emosional dari

anggota kelompok yang lain (Rakhmad, 2005).

e. Tingkat Kesadaran berkelompok

Menurut Santoso (1999) menyatakan adanya peranan, fungsi dan

kegiatan masing-masing dalam kehidupan berkelompok maka tiap-tiap

(36)

commit to user

terhadap sesama anggota kelompok dan pentingnya untuk berorientasi

satu sama lain.

Menurut Feldman (1998) according to many social psychologist, though, the most useful view of groups involves the consideration of several basic criteria that all groups seem to share. In this view, a groups consists of two or more people who (1) interact with one another, (2) perceive themselves as a group, and (3) they are interdependent(Feldman, 1998).

Feldman(1998) mengungkapkan, menurut para psikolog sosial,

pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar

bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini,

suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, saling berhubungan

satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling

tergantung.

The effectiveness of a work group is determined by the ability, knowledge, experience, and communication skills of facilitator, as mediated by the personal characteristics which includes appearance, gender, and race. The model suggests that a work group is likely to perform well if its facilitator is very knowledgeable and skillful with regard to the task at hand, make a great effort in guiding the group members, is a good listener and have good communication skills to convey the necessary notions

and prerequisites for successfully completing the task.

Efektivitas kelompok kerja ditentukan oleh kemampuan,

pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan komunikasi fasilitator,

seperti yang ditengahi oleh karakteristik pribadi yang mencakup

penampilan, jenis kelamin, dan ras. Model ini menunjukkan sebuah

kelompok kerja cenderung berperforma baik jika fasilitator

berpengetahuan luas dan terampil dengan tugasnya, membuat usaha

besar dalam membimbing para anggota kelompok, pendengar yang baik

dan mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan

gagasan dan prasyarat yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan

tugas. (Baninajarian dan Zulhamri, 2009).

(37)

commit to user

B. Kerangka Berpikir

Masyarakat pada dasarnya memiliki daya kreasi, daya cipta, dan daya

usaha baik yang dikuasainya secara pewarisan dari orang tua ataupun

lingkungan, meskipun masih dalam tingkatan sederhana. Hanya karena pada

umumnya mereka hidup dalam serba kesederhanaan (baik materi maupun

skill), dan kurangnya pembinaan dari masyarakat yang telah maju, maka

daya-daya tersebut tidak dapat berkembang. Tetapi setelah adanya wadah

koperasi daya-daya masyarakat yang mereka anggap kurang bisa berkembang

dengan turun tangannya (memberikan kemudahan) dari pemerintah dalam hal

pembinaan dan permodalan usaha (Kartasapoetra, 1989).

Koperasi bisa menjadi sebuah organisasi yang melandaskan pada azas

kekeluargaan. Hal inilah yang membedakan koperasi dengan organisasi lain

yang tujuan utamanya mengejar profit atau keuntungan. Koperasi

mengutamakan kesejahteraan anggotanya melalui peran aktif anggota dalam

setiap kegiatan koperasi serta pembagian SHU.

Kualitas kepemimpinan akan membawa dampak yang sangat berarti

bagi tingkat efektivitas sebuah organisasi, karena kewibawaan pemimpin,

motivasi seorang pemimpin, kebijakan pemimpin, serta kepedulian pemimpin

terhadap anggota mempengaruhi kinerja anggota dalam melaksanakan semua

kegiatan dalam sebuah organisasi. Tingkat kesatuan kelompok yang meliputi

kerjasama antar anggota kelompok serta ketertarikan terhadap semua kegiatan

organisasi koperasi akan berpengaruh terhadap tingkat efektivitas koperasi,

semakin tinggi kesatuan kelompok maka tingkat efektivitas juga semakin

tinggi. Jaringan komunikasi kelompok sebagai cara penyampaian keluhan

ataupun kebijakan serta penyebaran informasi menjadi salah satu faktor yang

penting untuk mengetahui tingkat efektivitas sebuah organisasi koperasi.

Tingkat kebutuhan interpersonal menjadi landasan terbentuknya sebuah

kelompok dalam sebuah organisasi koperasi, hal ini mempermudah

pengawasan serta pengambilan keputusan dalam setiap permasalahan yang

dihadapi kelompok. Apabila tingkat kebutuhan interpersonal semakin baik

(38)

commit to user

melatih kerjasama dalam memecahkan sebuah permasalahan ataupun wadah

untuk saling bertukar informasi oleh setiap anggotanya. Kesadaran

berkelompok sebagai jembatan dalam sebuah organisasi untuk mengontrol

kebutuhan serta keinginan anggota terhadap organisasi yang mereka ikuti.

Sehingga efektivitas organisasi akan terwujud dengan baik. Untuk mengetahui

lebih jelasnya antara hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

dengan tingkat efektivitas organisasi koperasi dapat dilihat melalui gambar 2.1

sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Dengan Tingkat Efektivitas Organisasi Koperasi.

Tingkat EfektivitasOrganisasi

Koperasi (Y):

1. Tingkat Produktivitas · Pemahaman tujuan

Koperasi · Realisasi tujuan

Koperasi

2. Tingkat Kepuasan kerja anggota

· Kepuasan secara individu

· Kepuasan anggota berdasarkan pencapaian tujuan organisasi koperasi

3. Tingkat partisipasi anggota · Keikutsertaan anggota

pada tahap partisipasi · Intensitas anggota

mengemukakan

pendapat Tingkat kesatuan kelompok (X2)

Jaringan komunikasi kelompok (X3)

Tingkat kebutuhan interpersonal (X4)

(39)

commit to user

C. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka

berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi dengan tingkat efektivitas

KUD Musuk di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali.

D. Pembatasan Masalah

1. Peternak yang diambil sebagai sampel adalah peternak yang menjadi

anggota koperasi yang masih aktif di KUD Musuk, di Kecamatan Musuk,

Kabupaten Boyolali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dibatasi kualitas

kepemimpinan, tingkat kesatuan kelompok, jaringan komunikasi, tingkat

kebutuhan interpersonal, dan tingkat kesadaran berkelompok.

3. Tingkat efektivitas organisasi dibatasi tingkat produktivitas, tingkat

kepuasan anggota dan tingkat partisipasi anggota.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi operasional

a. Variabel yang mempengaruhi efektivitas Organisasi Koperasi (X)

1). Kualitas kepemimpinan (X1) adalah cara yang dipilih dan

digunakan pemimpin dalam mempengaruhi anggota untuk

mencapai tujuan. Dengan indikator: pergiliran kepemimpinan, gaya

kepemimpinan, kepatuhan anggota. Sedangkan pengukuran

menggunakan skala ordinal.

2). Tingkat kesatuan kelompok (X2) adalah keterikatan anggota untuk

tetap bergabung dalam kelompok. Dengan indikator: Ketertarikan

antar anggota, Ketertarikan anggota terhadap kegiatan kelompok.

Sedangkan pengukuran menggunakan skala ordinal.

3). Jaringan komunikasi organisasi (X3) adalah proses penyampaian

(40)

commit to user

indikator: pola komunikasi, pemanfaatan sumber informasi,

gangguan komunikasi. Sedangkan untuk pengukuran menggunakan

skala ordinal.

4). Tingkat kebutuhan interpersonal (X4) adalah kebutuhan pribadi

yang mendorong anggota untuk memasuki dalam sebuah

kelompok. Dengan indikator: ingin menjadi bagian dari kelompok,

ingin mengendalikan orang lain, dan ingin memperoleh keakraban.

Sedangkan pengukurannya menggunakan skala ordinal.

5). Tingkat kesadaran berkelompok (X5) adalah kesadaran anggota

kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok baik yang berasal

dari dorongan pribadi maupun orang lain. Dengan indikator:

kesadaran anggota mengikuti kegiatan. Sedangkan pengukurannya

menggunakan skala ordinal

b. Tingkat Efektivitas Organisasi (Y) adalah tingkat keberhasilan suatu

kelompok dalam mencapai tujuannya. Tingkat efektivitas Organisasi

Koperasi (Y) dalam penelitian ini adalah:

1). Tingkat produktivitas (Y1) adalah tingkat pencapaian tujuan yang

telah dicapai oleh koperasi, dengan indikator: tingkat pemahaman

petani terhadap tujuan program dan sejauh mana tujuan tersebut

dapat tercapai. Sedangkan pengukurannya dengan skala ordinal.

2). Tingkat kepuasan kerja (Y2) anggota adalah tingkat atau derajat

kepuasan anggota yang dirasakan anggota sebagai akibat

pencapaian tujuan, dengan indikator: kepuasan secara individu,

kepuasan anggota terhadap pencapaian tujuan koperasi. Sedangkan

pengukurannya menggunakan skala ordinal.

3). Tingkat partisipasi anggota (Y3) adalah keikutsertaan anggota

kelompok dalam setiap kegiatan kelompok, dengan indikator:

keikutsertaan anggota pada tahap partisipasi dan intensitas anggota

mengemukakan pendapat. Sedangkan pengukuran menggunakan

(41)

commit to user

Indikator variabel X (kualitas kepemimpinan, tingkat kesatuan

kelompok, jaringan komunikasi organisasi koperasi, tingkat kebutuhan

interpersonal dan tingkat kesadaran berkelompok) dan variabel Y

(tingkat produktivitas, tingkat kepuasan kerja anggota dan tingkat

partisipasi anggota) diukur menggunakan skala ordinal, dimana

responden dalam memberikan jawaban dibedakan dalam tiga kategori

yaitu tinggi (3), sedang (2), dan rendah (1).

c. Keanggotaan KUD musuk terdiri dari anggota aktif dan tidak aktif yang

tersebar diseluruh desa yang ikut dalam anggota koperasi. Penelitian ini

menggunakan responden dari anggota yang masih aktif, karena mereka

masih berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan

koperasi, sehingga tingkat efektivitas KUD akan bisa dinilai sesuai

dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan anggota yang tidak aktif hanya

menginginkan SHU dalam setiap tahunnya tanpa ikut berpartisipasi

dalam KUD.

2. Pengukuran Variabel

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi koperasi dapat

diukur melalui beberapa indikator, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada

tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Variabel Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Koperasi

No Variabel Indikator Kriteria Skor

1. Kualitas b. Ada tetapi tidak tepat

waktu

c. tidak ada pergiliran kepemimpinan

a. selalu sesuai AD/ ART b. kadang sesuai AD/ART c. Selau tidak sesuai

AD/ART

a. Selalu (memberi dan mengontrol )

Gambar

Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir hubungan antara factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dengan tingkat efektivitas organisasi koperasi ...................................................
Gambar 2.1. Macam-macam jaringan komunikasi
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Dengan Tingkat Efektivitas Organisasi Koperasi
tabel 2.1 berikut ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dan komitmen organisasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik Kepala Sekolah, komunikasi organisasi dan motivasi kerja secara bersama dengan kompetensi

Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru SMA Kecamatan Sei

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara keaktifan mengikuti organisasi pada mahasiswa tingkat akhir dengan kecemasan

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dan komitmen organisasi dengan kepuasan kerja

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara pendidikan formal dengan respon konatif,

Ho 4 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kepercayaan sebagai mediator dalam hubungan antara amalan keadilan organisasi dengan tingkah laku

Ho 4 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kepercayaan sebagai mediator dalam hubungan antara amalan keadilan organisasi dengan tingkah laku