• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Propolis dan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Propolis dan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER

Doni Surya; 2016

Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes

Pembimbing II : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu.Saat kini banyak masyarakat menggunakan obat herbal sebagai alternatif untuk mengobati luka yaitu menggunakan propolis dan madu.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menilai pengaruh pemberian propolis dan madu terhadap penyembuhan luka serta membandingkan potensi propolis dan madu terhadap penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

Desain penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik. Data yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan sampai terjadi penyembuhan luka dalam hari. Dari hasil analisis waktu penyembuhan luka didapatkan kelompok propolis 6 hari, kelompok madu 7,1 hari, dan kelompok antibiotik gentamisin 8,1 hari berbeda sangat signifikan dibandingkan kelompok krim base 13,3 hari dengan p<0,01. Kelompok propolis berbeda sangat signifikan dibandingkan dengan kelompok madu dengan p<0,01.

Penelitian ini menggunakan 28 ekor mencit jantan galur Swiss Webster yang dibagi kedalam empat kelompok yaitu kelompok pemberian propolis dan madu sebagai kelompok perlakuan, krim base sebagai kontrol negatif dan antibiotik gentamisin sebagai kontrol positif.

Simpulan dari penelitian ini adalah propolis dan madu dapat mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster. Efek propolis lebih cepat dalam penyembuhan luka dibandingkan madu.

Kata kunci: propolis, madu, luka

(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF THE PROPOLIS AND HONEY ON INCISION WOUND HEALING PROCESS ON Swiss Webster MICE

Doni Surya; 2016

Supervisor I : Fen Tih, dr., M.Kes

Supervisor II : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Wounds are very common and usually treated with antibiotics and povidone iodine. Many people use natural medicine as an alternative for treating wounds. Propolis and honey have anti-inflammatory, anti-oxidant, and anti-bacterial effects.

The purpose of this study was to assess the effect of propolis and honey on wound healing and to compare its potentialson wound healing incision in Swiss Webster mice.

The study design is a prospective experimental laboratory. The data measured is the time needed to occur within days of wound healing. From the analysis of wound healing time in the group propolis 6 days, honey group 7,1 days, and a group of antibiotics gentamicin 8,1 days differ significantly compared with those cream base 13,3 days with p<0,01. Propolis groups differ very significantly in comparison with the honey group with p<0,01.

This study used 28 male mice Swiss Webster strain which were divided into four groups. Base cream were used as negative control while gentamycin cream were used as positive control.

Propolis and honey can accelerate the healing process of incision wound in Swiss Webster. Effect of propolis in wound healing faster than honey.

Keywords: propolis, honey, wounds

(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kulit ... 6

2.1.1 Lapisan Epidermis ... 7

2.1.2 Lapisan Dermis ... 10

2.1.3 Lapisan Subkutis ... 12

2.1.4 Adneksa Kulit dan Alat Tambahan Pada Kulit ... 12

(4)

ix

2.1.5 Fungsi Kulit ... 13

2.2 Luka dan Penyembuhan Luka ... 15

2.2.1 Definisi Luka ... 15

2.2.2 Jenis-Jenis Luka ... 16

2.2.3 Penyembuhan Luka... 18

2.2.3.1 Fase Inflamasi ... 19

2.2.3.2 Fase Proliferasi ... 19

2.2.3.3 Fase Remodelling ... 20

2.2.4 Klasifikasi Penyembuhan Luka ... 21

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 23

2.2.6 Komplikasi Penyembuhan Luka pada Kulit ... 24

2.3 Propolis ... 25

2.3.1 Kandungan Propolis ... 25

2.3.2 Manfaat Propolis ... 27

2.3.3 Mekanisme Propolis Dalam Proses Penyembuhan Luka ... 28

2.4 Madu ... 30

2.4.1 Taksonomi Lebah Madu ... 31

2.4.2 Pembentukan Madu ... 31

2.4.3 Kandungan Kimia dan Zat Aktif Madu ... 32

2.4.4 Manfaat Madu ... 34

2.4.5 Efek Madu Terhadap Penyembuhan Luka ... 35

BAB IIIBAHAN DAN METODELOGI PENELITIAN ... 37

3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 37

3.1.1 Bahan Penelitian ... 37

3.1.2 Alat Penelitian ... 37

3.1.3 Hewan Coba... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Metode Penelitian ... 38

3.3.1 Desain Penelitian ... 38

3.3.2 Variabel Penelitian... 38

(5)

x

3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 38

3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 40

3.3.4 Prosedur Kerja ... 40

3.3.4.1 Pengumpulan Bahan... 40

3.3.4.2 Penyiapan Hewan Coba ... 40

3.3.4.3 Prosedur Penelitian... 41

3.3.5 Cara Pemeriksaan ... 42

3.4 Metode Analisis ... 42

3.5 Hipotesis Statistik ... 42

3.6 Kriteria Uji ... 42

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 43

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.2 Pembahasan ... 46

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 48

4.3.1 Hipotesis Penelitian 1 ... 48

4.3.2 Hipotesis Penelitian 2 ... 48

4.3.3 Hipotesis Penelitian 3 ... 49

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 50

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Propolis ... 27 Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka Dalam Hari ... 44 Tabel 4.2 Uji Mann- Whitney Kelompok Bahan Uji Terhadap Kelompok Negatif ... 47

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Histologi Kulit ... 6

Gambar 2.2 Histologi Epidermis Kulit ... 9

Gambar 2.3 Histologi Lapisan-Lapisan Epidermis Kulit ... 10

Gambar 2.4 Histologi Dermis kulit, Papilare Dermis (PD) dan Reticulare Dermis (RD) ... 11

Gambar 2.5 Fase Penyembuhan Luka ... 21

Gambar 2.6 Fase-Fase Penyembuhan Luka ... 22

Gambar 2.7 Madu... 30

Gambar 2.8 Lebah Pekerja Mengumpulkan Nektar Bunga dan Koloni Lebah ... 31

(8)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Gambar 4.4Grafik Durasi Penyembuhan Luka ... 47

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Komisi Etik ... 56

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Panjang Luka... 57

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik... 60

Lampiran 4. Dokumentasi ... 65

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu. Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang terjadi mengenai bagian tubuh tertentu. Tergantung dari tingkat keparahan, lukadapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang relatif tinggi. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3,5% per 100 populasi penduduk. Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena pembedahan/trauma 48%, ulkus kaki 28% dan luka dekubitus 21% (Diligence, 2009).

Luka dapat digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut. Salah satu jenis luka adalah luka sayat yang dapat disebabkan oleh pisau dan benda tajam, mungkin disengaja seperti insisi bedah ataupun kecelakaan yang tidak diharapkan (Wibisono, 2007). Luka sayat (Vulnus scissum) adalah salah satu jenis trauma yang sering terjadi, karena kulit sebagai organ tubuh yang terletak paling luar dan terbesar berfungsi sebagai pelindung tubuh (Monaco, 2003).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyembuhkan luka, misalnya dengan pemberian antibiotik dan povidone iodine. Menurut beberapa penelitian, pemberian antibiotik sering digunakan untuk menyembuhkan luka, menghambat pertumbuhan mikroorganisme disekitar luka, membersihkan luka dan menutup luka ternyata kurang efektif untuk membantu proses penyembuhan luka. Demikian juga larutan povidone iodine yang sering digunakan untuk menyembuhkan luka, membersihkan luka, dan menutup luka ternyata kurang efektif untuk membantu proses penyembuhan luka (Kramer, 1999). Pada saat ini banyak masyarakat yang menggunakan obat-obat herbal sebagai salah satu pilihan untuk mengobati luka, yaitu propolis dan madu.

(11)

2

Propolis merupakan bahan alami yang dikumpulkan oleh lebah spesies Apis mellifera dari berbagai tanaman, dicampur dengan enzim liur, dan digunakan sebagai perekat untuk membangun serta membersihkan sarangnya (Marghitas, et al., 2013).

Lebih dari 180 senyawa fitokimia ada dalam propolis, diantaranya adalah flavonoid, polifenol, caffeic acid phenethyl ester (CAPE). Zat-zat ini terbukti memiliki berbagai sifat anti inflamasi, anti mikroba, anti alergi, anti histamin (Park, 2002). CAPE dan flavonoid berperan dalam menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase dari metabolisme arakhidonat (Song, 2008). Pengobatan dengan menggunakan madu sudah dilakukan oleh tentara Rusia sejak Perang Dunia I untuk mencegah infeksi luka dan mempercepat penyembuhan luka (Angela M, 2002). Beberapa faktor yang terkandung di dalam madu dapat bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri. Madu mengandung kadar gula yang tinggi sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang. Madu memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga mengurangi pertumbuhan dan daya hidup bakteri. Madu mengandung senyawa radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat membunuh mikroorganisme patogen. Madu mengandung senyawa organik yang bersifat antibakteri (Kamaruddin, 2002).

Potensi antiinflamasi dari propolis dan madu ini diduga dapat mengurangi kerusakan akibat luka sayat, sehingga dapat berefek baik terhadap penyembuhan luka. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menilai secara ilmiah tingkat efektivitas propolis dan madu dalam membantu penyembuhan luka.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa hal yang diidentifikasi dari penelitian ini, sebagai berikut :

- Apakah propolis berefek mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit

Swiss Webster

- Apakah madu berefek mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit

Swiss Webster

(12)

3

- Apakah propolis mempunyai efek yang lebih kuat dibandingkan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh pemberian propolis dan madu secara topikal terhadap waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster, membandingkan potensi pemberian propolis yang diberikan secara topikal kepada mencit Swiss Webster dengan potensi pemberian madu.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang efektivitas propolis dan madu dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan menjadikan propolis dan madu sebagai obat alternatif untuk penyembuhan luka.

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian

Manfaat praktis penelitian ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat bahwa propolis dan madu dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk penyembuhan luka.

1.5 Kerangka Pemikiran

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka merupakan kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau

(13)

4

organ tubuh lainnya (Kozier, 1995). Ketika timbul luka, beberapa efek akan muncul seperti, hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel. Pengelolaan luka yang baik akan menentukan hasil akhir proses penyembuhan luka. Pemberian propolis dan madu pada luka sangat efektif digunakan sebagai pilihan alternatif penyembuhan luka (Suranto, 2004).

Propolis mengandung flavonoid, asam fenolat termasuk caffeic acid phenylesthylester (CAPE), asam amino, arginin, mineral, etanol, vitamin C, vitamin E, phenol, dan cinnamic acid (Bogdanov, 2012). Karena adanya kandungan-kandungan kimia yang terdapat dalam propolis sehingga propolis bersifat antimikroba dan antiinflamasi (Pradipta, 2010).

Salah satu kandungan propolis yaitu CAPE memiliki efek signifikan sebagai agen antiinflamasi dan memiliki efek inhibisi terhadap silica yang mana menginduksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan mellitin yang menginduksi pelepasan asam arakidonat dan produksi PGE2 sehingga bersifat sebagai antiinflamasi (Song, 2008).

Flavonoid sebagai salah satu kandungan dalam propolis memiliki efek antioksidan yang akan melawan radikal bebas. Interaksi antara flavonoid, CAPE dan kandungan polifenol lain dalam propolis menghasilkan efek antibakteri. Efek anti-inflamasi, imunomodulator, antioksidan, dan antibakteri dari flavonoid dan CAPE dalam propolis akan memperpendek waktu inflamasi dalam proses penyembuhan luka (Marghitas, et al., 2013).

Madu memiliki kandungan untuk mengurangi aktivitas faktor-faktor yang dapat mengganggu proses penyembuhan luka. Madu memiliki kadar gula yang tinggi terutama fruktosa, kadar air yang sangat sedikit, tingkat keasaman yang tinggi (pH 3,65), dan senyawa radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat menghambat bakteri sehingga tidak dapat hidup dan berkembang (Ratnayani, Dwi Adhi S, & Gitadewi, 2008).

Madu memiliki kandungan vitamin yang penting untuk mengatur proses metabolisme, membantu pertumbuhan, dan pembentukan sel baru. Madu bersifat

(14)

5

antibakteri karena adanya senyawa organik yang telah teridentifikasi antara lain polifenol, flavonoid, dan glikosida (Kamaruddin, 2002).

1.6 Hipotesis Penelitian

 Propolis berefek mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster

 Madu berefek mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster

 Efek propolis lebih kuat dalam mempercepat penyembuhan luka dibandingkan madu pada mencit Swiss Webster

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Penelitian dimulai pada bulan Januari-November 2016.

(15)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Propolis berefek mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

2. Madu berefek mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

3. Propolis berefek mempercepat proses penyembuhan luka insisi pada mencit

Swiss Webster dibandingkan dengan madu.

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut tentang efek propolis dan madu terhadap penyembuhan luka dengan variasi dosis dan cara pemberian, sehingga didapatkan cara pemberian yang paling baik dengan dosis yang optimal.

2. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat lain dari propolis dan madu selain dalam penyembuhan luka pada manusia.

3. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh propolis dan madu pada hewan coba dan manusia.

4. Propolis dan madu dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk penyembuhan luka.

(16)

EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP

PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT

SWISS WEBSTER

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DONI SURYA

1310132

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih-Nya kepada penulissehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Efek Propolis dan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster ’’ ini dengan baik dan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran (S. Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Dalam menyusun karya tulis ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Fen Tih, dr., M.Kes sebagai Pembimbing I dan Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes sebagai Pembimbing II yang telah dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.

2. Bapak Kris sebagai karyawan Laboratorium Farmakologi dan Bapak

Mukhis sebagai karyawan Laboratorium Farmakologi RSHS yang telah bersedia membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga penulis selesai menyusun tugas akhir ini.

4. Kedua orang tua tercinta Bapak M. Tohir dan Ibu Eli Murni, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, nasehat, serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(18)

vii

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Bandung, November 2016

(19)

51

DAFTAR PUSTAKA

Abbas A.K. (2005). Diseases of immunity. In: V. Kumar, A.K. Abbas, N. Fausto,

Robbins and cotran pathologic basis of disease.7th ed. Philadelphia: Elsevier

Saunders. p. 205-10.

Angela M. (2002). Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Asma pada Anak Plus

Panduan Senam Asma. Jakarta: Puspa Swara.

Arundina, I. (2013). Efek Antiinflamasi Catechin terhadap PMN yang Memfagosit Actinobacillus actynomycetemcomitan Penyebab Periodontitis. Majalah Kedokteran Gigi Dental Journal (agustus : Edisi Khusus Temu Ilmiah

Nasional III).

Bachsinar, B., & Karakata, S. (1995). Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. Hal: 12-14

Bankova, V. (2005). Determining quality in propolis sample. The Jour of Amr Apth Soc. 7:2-4

Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., & Gallmann, P. (2008). Honey for Nutrition and Health: A Review. Journal of the American Collage of Nutrition,

27(6), 677-689.

Brown, R., & Burns, T. (2005). Lecture Notes Dermatologi. Jakarta: Erlangga. Hal: 22

Cecil RL & Goldman L. 2007. Structure and Functions of The Skin. Cecil

Medicine 23rd Edition. New York: Saunders Elsevier. p 461.

Cooper R A, Halas, P C Molan. 2002. The efficacy of honey in inhibiting strains of pseudomonas auroginosa from infected burns. J Burn Care Rehabil.; 23:366-70.

Diligence, MedMarket. (2009). Advanced Medical Technologies. Retrieved from http://mediligence.com Ilmu Penyakit Kulit. (1st ed). Jakarta: Hipokrates. Hal 1-3.

Franz J.B. 2008. Sehat dengan Terapi lebah (Apitherapy). PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta. Hal 1-54.

(20)

52

Galvao, J. (2007). Biological therapy using propolis as nutritional suplemen in cancer treatment. Int J Cancer Res, 3(1), 43-53.

Graham-Brown, R., & Burns, T. (2005). Infeksi Bakteri dan Virus (8th ed.). Jakarta: Erlangga. Hal: 18-20

Havsteen, B. (1983). Flavonoids, a class of natural products of high pharmacological potency. Biochem. Pharmacol, 32, 1141-1148.

Hill, R. (1981). Propolis: the natural antibiotic (15). 7-8.

Ismardianita, saetiani, sari, & usri. (2003). luka dan penanganannya. Wound (9). Retrieved from http//www.hidupsehat.com. p.14-15

Jeffrey, A.E., Echazarreta, C.M., (1996). Medical uses of honey, Rev Biomed (7) :43-45

Junqueira. (2007). Histology Dasar: teks dan atlas (10 ed.). Jakarta: EGC. 3-5.

Kamaruddin. (2002). khasiat madu. Departement of Biochemistry (9), Faculty of Medicine, Universitas of Malaya, Kualalumpur. Artikel vision net. Page: 2-8

King, Michael W. (2006). The Energy Derived from Glucose Oxidation. http://www.indstate.edu/thcme/mwking/glycolysis.html. (8): 9-10

Korolkovas A. (1998). Essentials of medicinal chemistry. WileyInter. Science Publications, pp. 742-744.

Kozier. (1995). Fundammentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. California: Addison-Weasley.

Kramer. (1999). Effect of Povidone Iodine on Wound Healing: A review. J Vasc

Nurs (17): 17-21

Krell. (1996). Value-Added Products from Beekeeping. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nation Rome. 4-5

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku ajar patologi. 7Buku Kedokteran EGC: 189-190

(21)

53

Mahani, Karim, R. A., & Nurjanah, N. (2011). Keajaiban Propolis Trigona.

Marghitas, L.A., Stanciu O.G., Dezmirean, D.S., Bobis, O., Popescu, O., Bogdanov,S. And Campos, M.G.(2013).In vitroantioxidant capacity of

honeybee-collectedpollen of selected floral origin harvestedfrom Romania.

Food Chemistry, 115,878–883

Mark Berryman. (2014). Basic Skin Histology. Ohio University Collage of Osteopathic Medicine, Athens. 11-12

Marwali Harahap. (2000). Anatomi dan Fungsi Kulit. Dalam Marwali Harahap

Masaharu, I., Yong Kun, P., (1998). Preparation of Water and Ethanolic Extracts of Propolis and Evaluation of The Preparatio, 2nd International Electronic

Conference on Synthetic Organic Chemistry (ESCOC-2), UNICAMP,

13081-970, caixa postal 6177, Campinas, Brazil

Mohammed. (2013). The Egyptian Journal of Histology, 36(2), 279-513.

Molan P C. 1998. The evidence for honey promoting wound healing. Primary intention The Australian Journal of Wound Management. 6: 148-158.

Monaco JL. (2003). Acute wound healing: an overview. Clin Plastic Surg. 30:1-12

Mutschler Ernst. (1991). Dinamika Obat. Edisi 5. Penerjemah Mathilda B Widianto, Anna Setiadi Ranti. ITB. Bandung. hal 193-7

Nakajima, Y., Tsuruma, K., Shimazawa, M., Mishima, S., & Hara, H. (2009). Comparison of Bee Products Based on Assays of Antioxidant Capacities.

BioMed Central Medicine .

Nijveldt, R. J; Els, V. N; Danny, E. H; Petra, G. B; Klaske, N and paul, A. L. 2001. Flavonoids: a review of probable mechanism of action and potential

application. American Journal of Clinical Nutrition. Vol. 74. No.4.

http://www.ajcn.org/cgi/content/full/74/4.htm.

Park, Y. K., Alencar, S. M., & Aguiar, C. L. (2002). Botanical origin and chemical composition of brazilian propolis. Agric Food Chem, 50, 2502-2506.

(22)

54

Petrus, A., & Tan, T. (1989). Dasar-Dasar Histologi Kulit. Jakarta: EGC.

Pradipta, I.G. (2010). Pengaruh Pemberian Propolis Secara Topikal Terhadap Migrasi Sel Polimorfonukleas Pada Luka Sayat Tikus. Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Purbaya, R. J. (2002). Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami (1 ed.). Bandung: Pionor Jaya.

Rahmayani, P. I., Maskoen, M. A., & Hernowo, S. B. (2013). Peran 'Ekstrak Etanol Topikal Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Penyembuhan Luka Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galus Wistar. Fakultas KEdokteran Gigi Universitas Ahmad Yani , 227.

Ratnayani, K., Dwi Adhi S, N. M., & Gitadewi, I. G. (2008). Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia , 77-86.

Sa’id Hamad. 2007. Terapi Madu. Surabaya : Pustaka Iman. Hal 185 & 208.

S, B., T, J., R, S., & P, G. Honey for Nutrition and Health: A Review. Journal of

the American Collage of Nutrition, 27(6), 677-689.

Sjamsuhidajat & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah (3 ed). Jakarta: EGC. 353.

Sjamsuhidajat, R., dan Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC: 3-88.

Sloane ethel. (2003).Anatomi dan fisiologi, Jakarta: EGC hal 318-327

Song IS (2008). a derivative of flavonoid, prevents and ameliorates dextransulfate

sodium induced colitis and inhibits colon carcinogenesis. Exp. Biol.

Med.,(Maywood), 233, 180-191.

Suranto, A. (2004). Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Jakarta: Agro Media Pustaka. hal: 21-23

Suseno, D. (2009). Antibacterial activity of propolis Trigona spp in two different concentrations of the cow rumen fluid. Page: 14-15

(23)

55

Swanson, J. R. (1996).Dermis.

http://www.meddean.luc.edu/meded/medicine/dermatology/melton/skinlsn/der mis2.jpg. November 5th, 2011.

Syarif M. Wasitaatmadja (2010). Anatomi Kulit. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. (6 ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3-5.

Taylor L. (1997). Fundamentals of nursing: the art and science of nursing care B. Third Edition. Philadhelpia: Lippincott

Wheater, Burkitt, & Lowe, S. &. (1991). Basic Histopathology (second ed.). Churchill Livingstone.

Wibisono, & Yusuf. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility).

Winingsih W. 2004. Kediaman lebah sebagaiantibiotik dan antikanker.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0904/16/cakrawala/lainnya6. html [ 24November 2008].

Wheater’s Functional Histology (2000). Young & Heath, eds. Fourth edition. Churchill Livingstone.

Gambar

Tabel 4.2 Uji Mann- Whitney Kelompok Bahan Uji Terhadap Kelompok Negatif
Gambar 2.5 Fase Penyembuhan Luka ...........................................................
Gambar 4.4Grafik Durasi Penyembuhan Luka .............................................

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Alhamdulillah , segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Alhamdulillah serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kar ya tulis

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul

Puji syukur Alhamdulillaahirabbil’aalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan usulan