Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN BINAHONG (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP Staphylococcus aureus Secara In Vitro
Cindy Lufika, 2014. Pembimbing I : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., MSi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita pada dewasa ini, terlebih penyakit infeksi pada kulit. Pioderma merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes, namun Staphylococcus aureus merupakan bakteri terbanyak yang menyebabkan infeksi pioderma pada kulit. Daun Binahong memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dan mengukur zona inhibisi daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah disc diffusion dengan cara mengamati zona inhibisi yang ditimbulkan oleh pemberian infusa daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus, hasil zona inhibisi ini kemudian dibandingkan dengan zona inhibisi akibat pemberian cakram antibiotik ampicillin sebagai kontrol.
Hasil penelitian infusa daun binahong terhadap Staphylococcus aureus tidak didapat diameter zona inhibisi (0 mm) pada pemberian infusa daun Binahong dengan konsentrasi hingga 400% . Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah infusa daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
IN VITRO ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF BINAHONG LEAVES (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ) INFUSION AGAINST Staphylococcus
aureus
Cindy Lufika, 2014. Tutor I : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M. Kes Tutor II : Djaja Rusmana, dr., MSi
Skin infection is a common disease today, especially skin infection. Impetigo is one of the skin infection caused by Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes. However, Staphylococcus aureus is the most common cause of impetigo. Binahong leaf is a leaf that has a beneficence for curing various diseases that has been used by the people.
This research's objective is to determine the inhibition zone of Staphylococcus aureus by giving binahong leaves infusion.
This research is a true experimental research that used disc diffusion method. This method was performed by observing the inhibition zone of Staphylococcus aureus caused by an addition of binahong leaves infusion. The result of this inhibition zone was compared with the inhibition zone of ampicillin disc.
The result showed that there was no antimicrobial activity against Staphylococcus aureus seen at 400% of concentration Binahong leaves infusion. In conclusion, Binahong leaves infusion didn't have an in vitro anti microbial activity towards Staphylococcus aureus
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Landasan Teori ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Staphylococcus aureus 2.1.1 Sistem Klasifikasi ... 5
2.1.2 Morfologi ... 5
2.1.3 Identifikasi... 9
2.1.4 FaktorVirulensi ... 10
2.2 Pioderma 2.2.1 Faktor Predisposisi ... 12
2.2.2 Klasifikasi ... 12
Universitas Kristen Maranatha
2.3.2 Ampicillin ... 16
2.4 Daun Binahong ... 17
2.4.1 Taksonomi ... 18
2.4.2 Morfologi Daun Binahong ... 18
2.4.3 Habitat Daun Binahong... 19
2.4.4 Perbanyakan Daun Binahong ... 19
2.4.5 Nama Lain Daun Binahong di Berbagai Daerah ... 20
2.4.6 Kandungan Daun Binahong ... 20
2.4.7 Manfaat Daun Binahong ... 23
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Bahan ... 24
3.1.2 Alat ... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Desain Penelitian ... 26
3.3.2 Variabel Penelitian ... 26
3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 26
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 26
3.3.3 Prosedur Kerja 3.3.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan Penelitian ... 27
3.3.3.2 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 27
3.3.3.2.1 Identifikasi Mikroorganisme Uji ... 27
3.3.3.2.2 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 28
3.3.3.3 Persiapan Bahan Uji Daun Binahong ... 28
3.3.3.3.1 Pengumpulan Bahan Uji Daun Binahong ... 29
3.3.3.3.2 Pembuatan Infusa Daun Binahong ... 29
Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ... 31
4.2 Pembahasan ... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 39
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Diameter Zona Inhibisi Konsentrasi 20%-100% ... 31
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teichoic acid ... 8
Gambar 2.2 Cara Sistem Imun Mengenali Benda Asing ... 8
Gambar 2.3 Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus (atas) dan Pembiakkan pada Lempeng Agar Darah(bawah) ... 10
Gambar 2.4 Impetigo (1) ... 13
Gambar 2.5 Impetigo (2) ... 13
Gambar 2.6 Selulitis... 14
Gambar 2.7 Flegmon ... 14
Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Antibiotik ... 16
Gambar 2.9 Daun Binahong ... 17
Gambar 2.10 Struktur Flavonoid ... 20
Gambar 2.11 Saponin Triterpenoid ... 21
Gambar 2.12 Tanin ... 23
Gambar L.1.1 Mueller Hinton Agar ... 39
Gambar L.1.2 Bunsen ... 39
Gambar L.1.3 Tabung Mc Farland (kanan) dan tabung reaksi yang berisi medium dan Staphylococcus aureus (kiri) ... 40
Gambar L.1.4 Tabung McFarland ... 40
Gambar L.1.5 Kertas bantu untuk membuat larutan kuman sesuai dengan McFarland ... 41
Gambar L.1.6 Pinset (paling kanan), Oese (tengah), Cotton swab (paling kiri) ... 41
Gambar L.1.7 Komponen untuk Pewarnaan Gram: crystal violet (paling kanan), lugol (tengah), safranin (paling kiri) ... 42
Gambar L.1.8 Termos ... 42
Gambar L.1.9 Mikropipet... 43
Gambar L.1.10 Inkubator ... 43
Universitas Kristen Maranatha
Gambar L.1.12 Cakram Ampicillin 10 µg ... 44
Gambar L.1.13 Autoclave... 45
Gambar L.1.14 Penangas Air ... 45
Gambar L.1.15 Panci Infusa ... 46
Gambar L.1.16 Daun Binahong Kering ... 46
Gambar L.2.1 Tidak Terdapat Zona Inhibisi ... 47
Gambar L.2.2 Tidak Terdapat Zona Inhibisi pada Duplo ... 47
Gambar L.2.3 Konsentrasi Infusa 200% dan 400%... 48
Gambar L.2.4 Duplo Konsentrasi Infusa 200% dan 400% ... 48
Gambar L.2.5 Pembiakan pada Lempeng Agar Darah ... 49
Gambar L.2.6 Pembiakan pada Manitol Salt Agar ... 49
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Alat dan Bahan ... 39
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pioderma merupakan salah satu penyakit infeksi pada kulit, bakteri yang
menyebabkan infeksi pioderma adalah Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus, namun menurut hasil pendataan, Staphylococcus aureus
merupakan bakteri terbanyak yang menyebabkan pioderma dengan persentase
sebanyak 65,6% sedangkan Streptococcus pyogenes 28,1% (Fatani, Bukhari,
Karima, & Abdulghani, 2002). Staphylococcus aureus adalah bakteri yang agresif
dan paling banyak menyebabkan penyakit kulit pioderma, selain itu infeksi
Staphylococcus aureus dapat menjadi infeksi hematogen, bakteri ini akan
memasuki aliran darah tubuh dan menyebabkan infeksi sekunder di organ lainnya
yang kemudian menyebabkan penyakit sekunder seperti osteomielitis dan infeksi
akut endokarditis (Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 2003).
Staphylococcus aureus ditransmisi melalui tangan yang kurang terjaga
kebersihannya dan melalui luka pada kulit, Staphylococcus aureus merupakan
bakteri komensal pada manusia yang dapat ditemukan pada vagina, usus, kulit,
dan saluran pernafasan bagian atas. Staphylococcus aureus menghasilkan banyak
toksin dan enzim yang dapat menyebabkan banyak kelainan kulit, contohnya
eksfoliatin, hemosilin, dan hyaluronidase (Prescot, 2002).
Daun Binahong yang termasuk ke dalam Basellaceae adalah salah satu
tanaman obat yang tumbuh di daerah tropis, sebenarnya daun ini berasal dari
Brazil namun seiring dengan perkembangan zaman, daun ini kemudian mulai
dikenal oleh negara-negara lainnya (Wagner, Herbst, & Sohmer, 1999). Daun ini
telah digunakan di negara Cina, Korea, dan Taiwan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit (Feri, 2009). Daun Binahong mengandung zat-zat aktif seperti
saponin, alkaloid, flavonoid, dan tanin (Rachmawati, 2008). Zat-zat aktif yang
dimiliki oleh Binahong ini memiliki aktivitas sebagai antimikroba (Seeman, D., &
2
Menurut buku yang berjudul The Miracle of Herbs, tertulis bahwa daun
Binahong memiliki aktivitas untuk menyembuhkan luka dengan cara
menghancurkan daun Binahong segar dan kemudian di taruh di atas bagian tubuh
yang terkena luka. (Utami & Ervira, 2013).
Penelitian mengenai efek antimikroba daun Binahong terhadap Staphylococcus
aureus secara in vitro pernah dilakukan sebelumnya oleh Amertha, dkk dengan
menggunakan ekstrak etanol daun Binahong, sedangkan penelitian oleh Ani
Umar, dkk, pengujian aktivitas antimikroba daun Binahong ini digunakan dengan
metode pembuatan ekstrak etanol dilakukan pada luka mencit yang terinfeksi
Staphylococcus aureus.
Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah infusa daun Binahong
dengan tujuan agar mudah dibuat, murah, dapat diadaptasi oleh masyarakat. Saat
ini, belum ada bukti ilmiah efek antimikroba infusa daun Binahong terhadap
Stapylococcus aureus.
Oleh karena hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap infusa daun Binahong sebagai antimikroba terhadap bakteri
Staphylococcus aureus secara in vitro.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah
apakah infusa daun Binahong memiliki aktivitas antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus secara in vitro.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antimikroba infusa
3
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dan mengukur zona inhibisi
daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang tanaman obat di bidang kedokteran mengenai aktivitas antimikroba infusa
daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat berguna bagi
masyarakat sebagai terapi tambahan terhadap pengobatan standar maupun
pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
1.5 Landasan Teori
Daun Binahong memiliki beberapa kandungan zat aktif, yaitu : saponin,
flavonoid, alkaloid, dan tanin. Saponin meningkatkan permeabilitas membran sel
dengan cara menyisipkan aglikon pada membran lipid-bilayer mikroba sehingga
menyebabkan terbentuknya lubang pada membran sel (Seeman, D., & G.H.,
1973). Flavonoid bekerja sebagai antioksidan yang dapat berperan untuk mengikat
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan inflamasi
(Harbone and Willians, 2000) (Tortora & Derrickson, 2012), selain sebagai
antioksidan, flavonoid juga bekerja sebagai antimikroba dengan cara menghambat
pembentukan sintesis asam nukleat sehingga menghambat replikasi dari bakteri
(Cushnie & Lamb, 2005). Alkaloid bekerja dengan cara mengganggu sintesis
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga menyebabkan kematian sel (Robinson,
1991). Tanin bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase sehingga
4
Atas landasan teori diatas, penulis ingin membuktikan apakah infusa daun
Binahong memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Infusa daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) tidak memiliki
aktivitas antimikroba hingga konsentrasi 400% terhadap Staphylococcus aureus.
5.2 Saran
Penulis menyarankan bagi para peneliti lainnya yang ingin menguji aktivitas
antimikroba daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus, sebagai berikut:
1. Tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi terhadap infeksi
Staphylococcus aureus menggunakan infusa daun Binahong.
2. Pengujian aktivitas antimikroba daun Binahong dilakukan pada bakteri
Universitas Kristen Maranatha RIWAYAT HIDUP
Nama : Cindy Lufika
Nomor Pokok Mahasiswa : 1110049
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 15 November 1993
Alamat : Jl. Pejagalan No. 22 , Sukabumi
Email : cindy.lufika1110049@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999 : TK Budi Luhur, Sukabumi
Tahun 2005 : SD Yuwati Bhakti, Sukabumi
Tahun 2008 : SMP Yuwati Bhakti, Sukabumi
Tahun 2011 : SMA Mardi Yuana, Sukabumi
AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP Staphylococcus aureus
Secara In Vitro
Cindy Lufika*, Diana K. Jasaputra**,Djaja Rusmana*** *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung **Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
Bandung
***Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung
ABSTRAK
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita pada dewasa ini, terlebih penyakit infeksi pada kulit. Pioderma merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes, namun Staphylococcus aureus merupakan
bakteri terbanyak yang menyebabkan infeksi pioderma pada kulit. Daun Binahong memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dan mengukur zona inhibisi daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah disc diffusion dengan cara mengamati zona inhibisi yang ditimbulkan oleh pemberian infusa daun Binahong terhadap Staphylococcus aureus, hasil zona inhibisi ini kemudian dibandingkan dengan zona inhibisi akibat pemberian cakram antibiotik ampicillin sebagai kontrol. Hasil penelitian infusa daun binahong terhadap Staphylococcus aureus tidak didapat diameter zona inhibisi (0 mm) pada pemberian infusa daun Binahong dengan konsentrasi hingga 400% . Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah infusa daun binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
ABSTRACT
Skin infection is a common disease today, especially skin infection. Impetigo is one of the skin infection caused by Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes. However, Staphylococcus aureus is the most common cause of impetigo. Binahong leaf is a leaf that has a beneficence for curing various diseases that has been used by the people.
This research's objective is to determine the inhibition zone of Staphylococcus aureus by giving binahong leaves infusion.
This research is a true experimental research that used disc diffusion method. This method was performed by observing the inhibition zone of Staphylococcus aureus caused by an addition of binahong leaves infusion. The result of this inhibition zone was compared with the inhibition zone of ampicillin disc.
The result showed that there was no antimicrobial activity against Staphylococcus aureus seen at 400% of concentration Binahong leaves infusion. In conclusion, Binahong leaves infusion didn't have an in vitro anti microbial activity towards Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN
Pioderma merupakan salah satu
penyakit infeksi pada kulit, bakteri yang
menyebabkan infeksi pioderma adalah
Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus, namun menurut
hasil pendataan, Staphylococcus aureus
merupakan bakteri terbanyak yang
menyebabkan pioderma dengan
persentase sebanyak 65,6% sedangkan
Streptococcus pyogenes 28,1% (Fatani,
Bukhari, Karima, & Abdulghani, 2002).
Staphylococcus aureus adalah bakteri
yang agresif dan paling banyak
menyebabkan penyakit kulit pioderma,
selain itu infeksi Staphylococcus aureus
dapat menjadi infeksi hematogen,
bakteri ini akan memasuki aliran darah
tubuh dan menyebabkan infeksi
sekunder di organ lainnya yang
kemudian menyebabkan penyakit
sekunder seperti osteomielitis dan
infeksi akut endokarditis (1).
Staphylococcus aureus ditransmisi
melalui tangan yang kurang terjaga
kebersihannya dan melalui luka pada
kulit, Staphylococcus aureus merupakan
bakteri komensal pada manusia yang
dapat ditemukan pada vagina, usus,
kulit, dan saluran pernafasan bagian
atas. Staphylococcus aureus
menghasilkan banyak toksin dan enzim
yang dapat menyebabkan banyak
kelainan kulit, contohnya eksfoliatin,
hemosilin, dan hyaluronidase (2).
Daun Binahong yang termasuk ke
dalam Basellaceae adalah salah satu
tanaman obat yang tumbuh di daerah
tropis, sebenarnya daun ini berasal dari
Brazil namun seiring dengan
perkembangan zaman, daun ini
kemudian mulai dikenal oleh
negara-negara lainnya (3). Daun ini telah
digunakan di negara Cina, Korea, dan
Taiwan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit (4). Daun Binahong
mengandung zat-zat aktif seperti
saponin, alkaloid, flavonoid, dan tanin
(5). Zat-zat aktif yang dimiliki oleh
Binahong ini memiliki aktivitas sebagai
antimikroba (6) (7).
Menurut buku yang berjudul The
Miracle of Herbs, tertulis bahwa daun
Binahong memiliki aktivitas untuk
menyembuhkan luka dengan cara
menghancurkan daun Binahong segar
dan kemudian di taruh di atas bagian
tubuh yang terkena luka (8).
Penelitian mengenai efek
antimikroba daun Binahong terhadap
Staphylococcus aureus secara in vitro
pernah dilakukan sebelumnya oleh
Amertha, dkk dengan menggunakan
ekstrak etanol daun Binahong,
sedangkan penelitian oleh Ani Umar,
dkk, pengujian aktivitas antimikroba
metode pembuatan ekstrak etanol
dilakukan pada luka mencit yang
terinfeksi Staphylococcus aureus.
Pada penelitian ini, bahan yang
digunakan adalah infusa daun Binahong
dengan tujuan agar mudah dibuat,
murah, dapat diadaptasi oleh
masyarakat. Saat ini, belum ada bukti
ilmiah efek antimikroba infusa daun
Binahong terhadap Stapylococcus
aureus.
Oleh karena hal-hal tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap infusa daun Binahong sebagai
antimikroba terhadap bakteri
Staphylococcus aureus secara in vitro.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan eksperimental murni
laboratorik dengan menggunakan
Staphylococcus aureus. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran Maranatha dari Januari 2014
sampai dengan Juli 2014.
Variabel perlakuan pada penelitian
ini, yaitu infusa daun Binahong dalam
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%,
100%, 200% dan 400%. Variabel respon
pada penelitian ini adalah zona inhibisi
pada sekitar cakram.
Pembuatan infusa daun Binahong
dilakukan dengan cara daun Bianhong
segar ditutup dengan kertas koran
kemudian dijemur dibawah matahari
agar menjadi kering. Potongan daun
Binahong kering sebanyak 10 gram
dicampur dengan air 100 mL di dalam
panci. Rendam potongan daun Binahong
kering, kemudian panaskan di atas
penangas air selama 15 menit terhitung
saat suhu mencapai 900C sambil diaduk.
Setelah proses pembuatan infusa selesai,
lanjutkan dengan proses penyaringan
menggunakan kain flannel untuk
memastikan bahwa yang digunakan
hanyalah cairan infusanya, kemudian
infusa disimpan di dalam beaker glass
(9).
Sebelum melakukan percobaan, alat
yang digunakan dalam penelitian ini
harus dalam keadaan steril untuk
meminimalkan risiko kontaminasi dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Alat-alat tersebut disterilkan dengan
menggunakan otoklaf.
Identifikasi mikroba dilakukan
dengan pewarnaan gram, pengamatan
secara makroskopis dengan medium
Manitol Salt Agar dan Lempeng Agar
Darah, serta tes katalase. Persiapaan
mikroorganisme uji dilakukan dengan
cara ambil 4-5 koloni dari Müller Hinton
Agar yang telah diinkubasikan, koloni
fisiologis untuk mencapai kekeruhan
suspensi yang sesuai standar, kekeruhan
0,5 standar McFarland dibandingkan
dengan suspensi bakteri. Apabila
kekeruhan belum sama dapat
ditambahkan inokulasi mikroorganisme
atau dilakukan pengenceran hingga
didapatkan kekeruhan yang sama (10).
Pengujian aktivitas antimikroba
infusa daun Binahong terhadap
Staphylococcus aureus dilakukan
dengan cara sebagai berikut suspensi
Staphylococcus aureus ditanamkan pada
media Müller Hinton Agar
menggunakan cara spreadplate dengan
menggunakan cotton swab. Cakram
kertas yang sudah diteteskan infusa daun
Binahong dengan menggunakan
konsentrasi tertentu dan cakram
antibiotik Ampicillin 10µg sebagai
kontrol positif diletakkan di permukaan
Müller Hinton Agar, kemudian
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
370 C(11).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada identifikasi mikroorganisme,
didapatkan:
1. Pewarnaan gram didapatkan bakteri
kokus gram positif dengan susunan
menyerupai buah anggur.
2. Pengamatan secara makroskopis pada
Manitol Salt Agar didapatkan bakteri
mampu memfermentasi manitol.
3. Pengamatan secara makroskopis pada
Lempeng Agar Darah didapatkan bakteri
beta-hemolytic karena mampu
melisiskan eritrosit.
Hasil penelitian diameter zona
inhibisi yang terbentuk pada berbagai
konsentrasi infusa daun Binahong
tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Diameter Zona Inhibisi Konsentrasi 20%-100%
Konsentrasi Kontrol Positif
20% 40% 60% 80% 100% Ampicillin
Diameter I - - - 32, 5 mm
Diameter II - - - 32, 3 mm
Rata-Rata - - - 32,4 mm
Tabel 4.2 Diameter Zona Inhibisi Konsentrasi 200% dan 400%
Konsentrasi Kontrol Positif
200% 400% Ampicillin
Diameter I - - 32, 4 mm
Diameter II - - 32, 2 mm
Rata-Rata - - 32,3 mm
Tabel 4.1 dan tabel 4.2 menunjukkan
bahwa tidak terdapat zona inhibisi yang
dihasilkan oleh infusa daun Binahong
dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80%, 100%, 200%, dan 400%.
Hasil pengamatan di atas menunjukkan
tidak terdapat zona inhibisi yang
terbentuk di sekeliling cakram yang
telah diberi infusa daun Binahong
dengan konsentrasi 20 %, 40%, 60%,
80%, 100%, 200%, dan 400%. Hal ini
menunjukkan bahwa infusa daun
Binahong tidak memiliki aktivitas
antimikroba. Hal ini disebabkan
mungkin karena:
1. Zat-zat aktif yang terkandung di dalam
daun Binahong sedikit atau tidak larut
dalam metode infusa.
2. Zat aktif infusa daun Binahong
sukar/tidak menembus dinding sel
bakteri gram positif.
3. Tekhnik pengerjaan infusa daun
Binahong kurang benar
Berikut merupakan hasil penelitian
aktivitas antimikroba ekstrak daun
Binahong terhadap Staphylococcus
aureus secara in vitro lainnya:
1. Anggun Anggraini Wibisana pada judul
penelitian Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
terhadap bakteri Staphylcoccus aureus
Secara In Vitro. Konsentrasi larutan uji
yang digunakan adalah 1,95 mg/ml; 3,91
mg/ml; 7,81 mg/ml; 15,62 mg/ml; 31,25
mg/ml; 62,50 mg/ml; 125 mg/ml; 250
mg/ml. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steen) terhadap bakteri
S.aureus secara in vitro, semakin tinggi
konsentrasi ekstrak etanol daun
Binahong maka daya hambat terhadap
bakteri S.aureus semakin besar (12).
2. Agus Ria Murdianto, Enny Fachriyah,
dan Dewi Kusrini pada judul penelitian
Antibakteri Senyawa Golongan
Triterpenoid dari Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steen) terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Hasil uji dari isolat
triterpenoid yang diperoleh mampu
menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli pada konsentrasi hambat minimum
sebesar 100-2000 ppm dengan daya
hambat lemah (13).
3. Arman Christiawan, David
Perdanakusuma pada judul penelitian
Aktivitas Antimikroba Daun Binahong
Terhadap Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus yang Sering
Menjadi Penyulit pada Penyembuhan
Luka Bakar. Hasil penelitian didapatkan
bahwa tidak terlihat hasil antibakteri
ekstrak etanol daun Binahong terhadap
Staphylococcus aureus pada semua
konsentrasi yang diujikan (10%, 5%,
2,5%, 1,25%, 0,625%, 0,3125%) (14).
4. Noorhamdani AS, Sudiarto, Vita Uxiana
pada judul penelitian Uji Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) Sebagai Antimikroba Terhadap
Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
Berdasarkan penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa ekstrak daun
Binahong mempunyai efek antimikroba
terhadap Staphylococcus aureus dengan
kadar bunuh minimumnya adalah 12,5%
(15).
5. Mufid Khunaifi pada judul penelitian
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Hasil
penelitian didapatkan KHM (Kadar
Hambat Minimum) ekstrak daun
Binahong terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi
25% dan KBM (Kadar Bunuh
Minimum) terhadap Staphylococcus
aureus adalah 50% (16).
6. Ani Umar, Dwi Krihariyani, dan Diah
Titik Mutiarawawti pada judul
penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak
Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) Terhadap Kesembuhan
Luka Infeksi Staphylococcus aureus
pada Mencit. Hasil penelitian didapatkan
bahwa penggunaan ekstrak etanol daun
Binahong pada luka mencit
menyebabkan penyembuhan luka selama
7 hari dan hasil penggunaan ekstrak
etanol daun Binahong ini sama dengan
konrol positif yang digunakan yatu
antimikroba asam fusidat (17)
SIMPULAN
Infusa daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steen) tidak memiliki
aktivitas antimikroba hingga konsentrasi
SARAN
Penulis menyarankan bagi para peneliti
lainnya yang ingin menguji aktivitas
antimikroba daun Binahong terhadap
Staphylococcus aureus, sebagai berikut:
1. Tidak dianjurkan untuk digunakan
sebagai terapi terhadap infeksi
Staphylococcus aureus menggunakan
infusa daun Binahong.
2. Pengujian aktivitas antimikroba daun
Binahong dilakukan pada bakteri lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine (6th ed.). New York: McGraw-Hill, 2003. 2. Prescot, H. Laboratory Exercise in
Microbiology Fifth Edition. McGraw-Hill Companies, 2002.
3. Wagner, W. L., Herbst, D. R., & Sohmer, S. H. Manual of The Flowering Plants of Hawaii. Honolulu, Hawai, 1999.
4. Ferri, M Binahong Sebagai Obat . Pusat penelitian dan pengembangan pertanian, 2009.
5. Rachmawati, S.,. Studi Makroskopis, Mikroskopis, dan Skrining Fitokimia daun Anredera cordifolia (Ten.) Steen, Universitas Airlangga, 2008
6. Seeman, P., Cheng, & Iles. Structure of membrane holes in osmotic and saponin hemolysis, 1973.
7. Harbrone. Metode Fitokimia: Penuntun Cara modern Menganalisis Tumbuhan, 1987. 8. Utami, P., & Ervira, D. The Miracle of Herbs.
Jakarta: Pt. Agromedia Pustaka, 2013. 9. Depkes RI. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (VI). Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Penelitian Tanaman Obat, 2006.
10. Forbes, A. B., Sahm, F. D., & Weissfeld, S. A. Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology (11 ed.). Mosby, 2002. 11.Bailey, & Scott's. Diagnostic Microbiology
(Vol. 11th edition). Mosby, 2002. 12. Anggun, A. W. Uji AKtivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Binahong (ANredera cordifolia (Ten.) Steenis)
Terhadap Bakteri S. aureus Secara In Vitro, 2012.
13. Agus, R. M., Enny, F., & Dewi, K. Isolasi, Identifikasi serta Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan
Triterpenoid dari Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 2013.
14. Arman, C., & David, P. Aktivitas
Antimikroba Daun Binahong Terhadap Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus yang Sering Menjadi Penyulit pada Penyembuhan Luka Bakar, 2010.
15. Noorhamdani, A. S., Sudiarto, & Vita, U. Uji Ekstrak Daun Binahong sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, 2010.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Agus, R. M., Enny, F., & Dewi, K. (2013). Isolasi, Identifikasi serta Uji Aktivitas
Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid dari Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Amertha, I., C., K., & C., S. (2012). In Vitro Inhibition Zone Test of Binahong
(Anredera cordifolia) Towards Staphylococcus aureus, Enterococcus
faecalis, Escherichia coli, and Pseudomonas aeroginosa. Indonesia Journal
of Biomedical Science , 6.
Anggun, A. W. (2012). Uji AKtivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong
(ANredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri S. aureus Secara In
Vitro.
Ani, U., Dwi, K., & Diah, T. M. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Binahong Terhadap Kesmbuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada
mencit.
Ariani, Suci, Loho, Lily, Durry, & Meilany. (2013). Khasiat daun binahong
terhadap pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi penyembuhan.
Arman, C., & David, P. (2010). Aktivitas Antimikroba Daun Binahong Terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus yang Sering Menjadi
Penyulit pada Penyembuhan Luka Bakar.
Avato, P. R., & et, a. Antimicrobial activity of saponins from Medicago spp:
Structure-activity relationship. 2006.
Bailey, & Scott's. (2002). Diagnostic Microbiology (Vol. 11th edition). Mosby.
Brunton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. (2006). Goodman and Gilman's The
Pharmacological Basic of Therapeutics. United States of America:
McGraw-Hill.
Cappuccino, J. G., & S. N. (1998). Microbiology: A Laboratory Manual. New
York: Benjamin/ Cummings Science Publishing.
Centre, I. B. (2005). Senyawa Antimikroba dari Tanaman.
Universitas Kristen Maranatha David, J. G. (2003). Dermatology an illustrated colour text. Churcill Livingstone.
Fatani, M., Bukhari, S. Z., Karima, & Abdulghani, M. R. (2002). Pyoderma
Among Hajj Pilgrims in Mekah. Saudi Med J .
Fauci, e. a. (2008). Harrison's Principles of Internal Medicine (17th ed.). United
States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
Ferri, M. (2009). Binahong Sebagai Obat . Pusat penelitian dan pengembangan
pertanian.
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine (6th ed.). (2003). New York:
McGraw-Hill .
FKUI. (1995). Farmakologi dan Terapi. Jakarta.
Forbes, A. B., Sahm, F. D., & Weissfeld, S. A. (2002). Bailey & Scott's
Diagnostic Microbiology (11 ed.). Mosby.
Giulia, M. D. Key antifugal, antibacterial, and anti-insect assays. 1994.
Harbone, J., & Willians, C. (2000). Advances in flavonoid research since 1992.
Harbrone. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara modern Menganalisis
Tumbuhan.
Ir. HM. Bargumono, M. (2013). Tanaman TOKA.
Irwanto. (2010, Agustus 28). Dipetik November 5, 2014, dari
http://dr-irwanto.blogspot.com/2010/08/penyakit-kulit-kelamin.html
Jawetz, Melnick, & Adelberg's. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika.
Jork, H., Funk, W., & Fischer, W. (1994). Thin-Layer Chromatography.
Kementrian kesehatan RI, D. J. (1995). Farmakope Indonesia (IV ed.). Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Klein, J. (2004, September). Dipetik November 5, 2014, dari
https://www.asdk12.org/staff/johansen_annette/pages/Website%20real%20t
ext/Cellulitis.html
Lestari, N. A. (2014). Dipetik November 14, 2014, dari
http://www.academia.edu/7268353/Makalah_Farmakognosi_-_Tanin
Lodish, H., Berk, A., & Zipursky, S. (2000). Molecullar Cell Biology. New York:
Universitas Kristen Maranatha Mahato, S. B., S. K, S., & G, P. (1988). Review article number 38: Triterpenoid
saponis.
Murdianto, A. R., Fachriyah, E., & Kusrini, D. (t.thn.). isolasi, Identifikasi Serta
Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid dari Ekstrak
Daun Binahong Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Nio, K. (1989). Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati.
Bandung: ITB.
Noorhamdani, A. S., Sudiarto, & Vita, U. (2010). Uji Ekstrak Daun Binahong
sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa.
Oankenfull, F. (1981). Saponin content of soybeans and some commercial
soybean products.
Ongkor. (2013, Desember 7). Diambil kembali dari
http://www.ongkor.asia/2013/12/binahong-plant-medical-properties.html
Prescot, H. (2002). Laboratory Exercise in Microbiology Fifth Edition.
McGraw-Hill Companies.
RI, D. (2006). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (VI). Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai
Penelitian Tanaman Obat.
Robinson. (1991). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, . Bandung:
ITB.
Roitt, I. M., & Delves, P. J. (2001). Roitt's Essential Immunology. Blackwell.
Ryan, K. J., & George Ray, C. (2004). Sherris Medical Microbiology (Fourth ed.).
United States of America: McGraw-Hill.
Seeman, P., Cheng, & Iles. (1973). Structure of membrane holes in osmotic and
saponin hemolysis.
Simon, Mills, Kerry, & Bone. (2000). Principles and practice of Phytotherapy.
Churcill Livingstone.
Sumartiningsih, S. (2012). The benefit of topically administered binahong for
treatment of sport injury.
Universitas Kristen Maranatha Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology
13th edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Utami, P., & Ervira, D. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta: Pt. Agromedia
Pustaka.
Wagner, W. L., Herbst, D. R., & Sohmer, S. H. (1999). Manual of The Flowering
Plants of Hawaii. Honolulu, Hawai.
Wagner, W., Herbst, D., & Sohmer, S. (1999). Manual of The Flowering Plants of
Hawaii. Honolulu, Hawai.