iv ABSTRAK
KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe) DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA BANDUNG
Margaret Yosephine Estevania, 2015 Pembimbing I : dr. Fen Tih, M.Kes
Pembimbing II : dr. Grace Puspasari, M.Gizi
Air merupakan kebutuhan utama dan mendasar dalam kehidupan. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Begitu pentingnya air minum bagi kehidupan sehari-hari sehingga air minum menjadi suatu barang mahal. Kebutuhan yang tinggi namun tidak sesuai dengan perekonomian masyarakat menengah ke bawah membuat banyak para wirausaha menjadikan keadaan ini lahan untuk membuka usaha. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang banyak dibuka menjadi jawaban bagi permasalahan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya kadar besi diatas baku mutu dalam air minum isi ulang dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Bandung yang akan diteliti secara kuantitatif.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Diambil 30 sampel dari 20 % total populasi yaitu 150 DAMIU di Kota Bandung. Kandungan besi diuji dengan metode spektrofotometer.
Hasil penelitian, setelah pemeriksaan dari 30 sampel, didapatkan semua sampel air minum isi ulang kadar besinya dibawah 0,3 mg/l.
Simpulan penelitian, tidak terdapat kandungan logam besi (Fe) diatas kadar maksimum yang diizinkan pada 30 sampel air minum isi ulang yang diambil dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Bandung.
Kata kunci : air minum isi ulang, besi, spektrofotometri
v ABSTRACT
FERROUS (Fe) CONTENT IN REFILLED DRINKING WATER AT BANDUNG CITY
Margaret Yosephine Estevania, 2015 1st Tutor : dr. Fen Tih, M.Kes
2nd Tutor : dr. Grace Puspasari, M.Gizi
Water is a primary need in life. Human cannot survive more than 4-5 days without water intake. Nowadays, good quality drinking water has become more expensive. High demand of drinking water stimulates the spreading of refill drinking water depots which sell cheaper water than bottled water.
The aim of this research was to determine whether there was over permitted level of ferrous content in refilled drinking water from depots around Bandung city.
The research was a descriptive survey with cross sectional design. 30 samples were selected randomly from 150 registered depots in Bandung. Ferrous content was analyzed quantitatively with spectrophotometric method.
Results showed that 30 samples did not have ferrous level content above permitted level which is <0,3 mg/L.
Conclusion of this study is refilled drinking water from depots in Bandung contains ferrous below permitted level.
Keywords : refilled drinking water, ferrous, spectrophotometry
viii DAFTAR ISI
JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Landasan Teori ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air minum ... 5
2.2 Syarat Kualitas Air Minum ... 5
2.2.1 Parameter Kimiawi ... 6
2.3 Besi (Fe) ... 7
2.3.1 Metabolisme Besi ... 7
2.3.2 Dampak Kadar Besi Diatas Baku Mutu ... 10
2.4 Deteksi Kadar Besi dalam Air Minum dengan Metode Spektofotometri ... 11
ix
2.4.1 Prinsip Metode Spektofotometri ... 11
2.4.2 Prinsip Pesawat Spektrofotometer ... 12
2.5 Depot Air Minum Isi Ulang ... 12
2.5.1 Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang ... 12
2.5.2 Peralatan Depot Air Minum ... 13
2.5.3 Pedoman Cara Produksi Depot Air Minum yang Baik ... 14
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 23
3.1.1 Alat Penelitian ... 23
3.1.2 Bahan Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Metode Penelitian ... 24
3.3.1 Desain Penelitian ... 24
3.3.2 Besar Sampel Penelitian ... 25
3.4 Definisi Operasional ... 25
3.5 Prosedur Kerja ... 25
3.5.1 Pengumpulan data Depot Air Minum Isi Ulang Kota Bandung dari Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 25
3.5.2 Pengambilan Sampel ... 26
3.5.3 Cara Kerja dan Analisis Kadar Besi Secara Kuantitatif ... 26
3.5.3.1 Cara Kerja... 26
3.5.3.2 Perhitungan Kadar Besi ... 29
3.6 Penyajian Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 30
4.2 Pembahasan ... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 33
x
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN ... 37
RIWAYAT HIDUP ... 74
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kadar Baku Mutu Analisis Air Minum Parameter Kimiawi ... 6 4.1 Hasil Pemeriksaan Analisis Kandungan Besi (Fe) dalam Air Minum
Isi Ulang di Kota Bandung ... 31
[image:6.595.150.480.251.587.2]xii
[image:7.595.141.493.253.584.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Absorbsi Zat Besi ... 8
2.2 Siklus Tansferin ... 9
2.3 Penyerapan dan Ekskresi Besi di dalam Usus Halus ... 10
2.4 Proses Air Minum Isi Ulang ... 19
2.5 Tampilan Depot Air Minum Isi Ulang ... 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Depot Air Minum Isi Ulang yang terdaftar di Dinas
Kesehatan Kota Bandung ... 37
2. Surat Rekomendasi Penelitian dari Pemerintah Kota Bandung Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat ... 42
3. Surat Pengambilan Data Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 43
4. Hasil Penelitian ... 44
5. Gambar Alat dan Bahan ... 50
6. Gambar Hasil Percobaan ... 51
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ... 52
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia ... 61
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama dan mendasar dalam kehidupan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga mutlak diperlukan, karena manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa air. Bagi manusia pemenuhan kebutuhan cairan
sebagian besar diperoleh dari air minum, yang tentunya harus memperhatikan kuantitas maupun kualitas. Kehilangan air yang cukup banyak, dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian (Saleh, 2013).
Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air (Wandrive, 2012). Air merupakan medium cair yang utama bagi sel, yang terdapat pada sebagian besar sel, kecuali sel lemak, dengan konsentrasi antara 70 sampai 85 persen (Guyton, 2012).
Sangat pentingnya air minum bagi kehidupan sehari-hari, sehingga air minum menjadi suatu barang mahal. Kebutuhan yang tinggi namun tidak sesuai dengan perekonomian masyarakat menengah ke bawah membuat banyak para wirausaha menjadikan keadaan ini lahan untuk membuka usaha. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang banyak dibuka menjadi jawaban bagi permasalahan tersebut. Usaha air minum isi ulang hanya membutuhkan investasi yang relatif murah antara 20-70 juta rupiah, serta harga jual air yang terjangkau, yaitu sepertiga dari harga jual air kemasan atau air yang bermerk (Yudo, 2005).
Pada penyelenggaraannya terdapat DAMIU yang tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang dan Perdagangannya yang mengatur mengenai : persyaratan usaha, air baku, proses pengolahan, mesin/peralatan, mutu air minum, wadah, pengawasan, dan pelaporan. Terutama dalam mutu air minum yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
2
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan : fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan (Pasal 3 ayat 1). Dalam parameter wajib kimiawi logam besi (Fe), kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/l (Depkes RI, 2010).
Manusia membutuhkan unsur esensial dalam jumlah makro (Ca, P, K, S, Na, Cl dan Mg), maupun mikro (Fe, I, Cu, Zn, Mn, Se dan Co). Di samping itu ada beberapa unsur logam non esensial (Pb, Hg, As, Cd dan Al) yang merupakan
kelompok logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologik bagi tubuh. Pengaruh negatif yang disebabkan diet logam tidak selalu oleh logam non esensial saja, logam esensial pun dapat memberi efek negatif bila asupan kurang dari kebutuhan atau akan bersifat toksik bila asupan dalam jumlah berlebih. Unsur mikro esensial yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil <100 mg/hari, seperti besi (Fe) dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, dan apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak akan memberikan efek negatif. Angka kecukupan Fe harian yang direkomendasikan adalah 15 mg (Mulyaningsih, 2010).
Kelebihan zat besi bisa menyebabkan keracunan, dimana bisa terjadi muntah, diare, dan kerusakan usus. Selain itu dalam jumlah yang sangat besar dan konsumsi jangka panjang daat menyebabkan penyakit sebagai berikut : diabetes, pankreatitis, cardiomyopathy, gangguan fungsi hepar, disfungsi ereksi, kulit abu-abu atau perunggu, radang sendi, hipotiroid (Wardayati, 2013).
Sampai tahun 2015, terdapat 150 DAMIU yang tersebar di 29 kecamatan dari total keseluruhan 30 kecamatan di Kota Bandung. Pada setiap kecamatan terdapat 4-7 DAMIU yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bandung (Dinkes, 2015). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian kadar besi (Fe) dalam air minum isi ulang yang terdapat di Kota Bandung.
3 1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah air minum isi ulang di Kota Bandung mengandung logam besi (Fe) di atas kadar maksimum yang diizinkan.
1.3Tujuan Penelitian
Mengetahui ada tidaknya air minum isi ulang yang mengandung logam besi (Fe) di atas kadar maksimum di Kota Bandung.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai logam berat yang kadarnya diatas maksimum pada air minum terutama air minum isi ulang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai sumber informasi mengenai kadar logam berat khususnya besi pada air minum isi ulang sehingga masyarakat akan lebih waspada menghindari efek merugikan dari kadar besi di atas maksimum terhadap kesehatan.
1.5Landasan Teori
Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul tinggi (Notohadiprawiro, 2006). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh yang diakibatkan bila logam ini diberikan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi menjadi dua
4
jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun, contoh logam ini adalah Fe. Sedangkan jenis yang kedua adalah logam berat non esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun seperti Pb (Ika, 2012).
Tingginya konsentrasi besi diperairan diduga disebabkan oleh aktivitas manusia yang terjadi di daratan yaitu buangan limbah rumah tangga yang
mengandung besi dan korosi pipa-pipa air yang mengandung logam besi (Ika, 2012).
Zat besi (Fe) merupakan suatu komponen dari berbagai enzim yang memengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting dalam tubuh meskipun sukar diserap (10-15%). Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin yaitu sekitar 75%, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh (Ika, 2012). Fe terutama terdapat sebagai heme dari molekul hemoprotein, transferin (protein pengangkut) dan ferritin (gudang besi). Intake Fe yang terlalu besar bisa menyebabkan logam ini terakumulasi sebagai ferritin. Senyawa ini sangat toksik karena berbentuk Fe(OH)3, sumber besi untuk reaksi peroksidasi lipid yang dapat menghasilkan radikal yang akhirnya bisa mengganggu oksidasi tingkat seluler dan GSH (Rahman, 2004).
Di dalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus (Yudo, 2006).
33 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tidak terdapat kandungan logam besi (Fe) diatas kadar maksimum yang
diizinkan pada 30 sampel air minum isi ulang yang diambil dari Depot Air Minum
Isi Ulang di Kota Bandung.
5.2 Saran
1. Perlu pendataan berkala bagi setiap penyelenggaraan usaha Depot Air Minum
Isi Ulang khususnya di Kota Bandung, agar datanya terus di perbaharui.
2. Perlu pemeriksaan berkala, baik dari bangunan, ijin usaha, sumber air baku
sampai air minum isi ulang yang akan dijual bagi setiap Depot Air Minum Isi
Ulang yang telah berdiri oleh Dinas Kesehatan khususnya di Kota Bandung.
3. Konsumen air minum isi ulang sebaiknya tetap perlu berhati-hati dalam
mengkonsumsi air minum isi ulang, karena bagaimanapun terdapat variasi
pemeliharaan dalam penyelenggaraan usaha Depot Air Minum Isi Ulang.
4. Perlu diadakan penelitian yang lebih menyeluruh, menyangkut berbagai unsur
yang terkandung dalam air minum isi ulang.
5. Pengusaha Depot Air Minum Isi Ulang harus melakukan pengawasan secara
periodik terhadap mutu air baku yang dipakai.
6. Perlu penelitian untuk membandingkan kualitas air minum isi ulang yang
didapat dari Depot Air Minum Isi Ulang yang resmi terdaftar dan yang belum
terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bandung.
7. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti setiap sumber air baku dari setiap
Depot Air Minum Isi Ulang.
34
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, NC. 1999. Disorders of Iron Metabolism. N Engl J. Med; 26 : 1986-95.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39680/4/Chapter%20II.pd f (Diunduh 2 September 2015)
Andrews, NC. 1999. New Engl J Med. 341 : 1986-1995. Massachusetts Medical Society.
Dhahono, Doddhik Ardhi. Kinerja dinas kesehatan Kota Surakarta dalam pengawasan kualitas depot air minum isi ulang. 2010;2:49-61. http://eprints.uns.ac.id/4769/1/176150702201101541.pdf (Diunduh 31 Oktober 2015)
Guyton,A.C., & Hall,J.E.(2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Ed 11). Jakarta:EGC. Hlm 11
Harlina, Ihah. Analisis besi dalam air sumur menggunakan metode uji noda. http://eprints.undip.ac.id/31040/7/416k05_chapter_II.pdf (Diunduh 21 Januari 2015)
http://depotairminumisiulang.com/ (Diunduh 2 September 2015)
Ika, Tahril & Said, Irwan. Analisis logam timbal (Pb) dan besi (Fe) dalam air laut di wilayah pesisir pealabuhan ferry taipa Kecamatan Palu Utara. Jurnal Akademika Kimia. 2012;1(4): 181-86
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111314&val=730 (Diunduh 22 Januari 2015)
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. http://bbtklppjakarta.pppl.depkes.go.id/assets/files/regulations/f1377651044-kepmen651mp-204.pdf (Diunduh 20 Januari 2015)
Lestari, Raden Andriani. Pengaruh kepemimpinan partisipatif d an komitmen organisasi terhadap efektifitas implementasi rencana stratejik pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. 2014:66-67.
http://repository.upi.edu/11380/6/T_ADP_1202111_Chapter3.pdf (Diunduh 5 Desember 2015)
Mulyaningsih,Th. Rina, Istanto, Saeful Yusuf, Siti Suprapti. Analisis unsur toksik dan makro-mikro nutrien dalam bahan makanan dalam metode analisis aktivasi neutron. J. Iptek Nuklir Ganendra. 2010;13(1): 46-55. http://jurnal.batan.go.id/index.php/ganendra/article/viewFile/46/48 (Diunduh 11 Mei 2015)
35
Mulyatno, Kris Cahyo. Pembentukan Hb. Dexa media jurnal kedokteran dan farmasi.2006;19(1): 1-4
http://itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Pembentukan%20HB.pdf (Diunduh 9 Juli 2015)
Oenzil, Fadil. Ilmu gizi : pencernaan, penyerapan dan detoksikasi zat gizi. Jakrta : Hipokrates. 1995. Hlm 43
Panggabean, Novianti F, Tambunan T, Lubis Z. Perbandingan kadar serum feritin pada pendonor reguler dengan bukan pendonor. 2013.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39680/4/Chapter%20II.pdf (Diunduh 9 Juli 2015)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf (Diunduh 11 Januari 2015)
Purba, Iqbal Octari. Pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air
minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2011. 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24439/4/Chapter%20II.pdf (Diunduh 2 September 2015)
Rahman, Abdur & Hartono, Budi. Penyaringan air tanah dengan zeolit alami untuk menurunkan kadar besi dan mangan. Makara, Kesehatan,2004;8(1): 1—6 http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/91.pdf (Diunduh 24 Januari 2015)
Saleh, Rosmiati ; Setiani, Onny &Nurjazuli. Efektivitas unit pengolahan air di depot air minum isi ulang (DAMIU) dalam menurunkan kadar logam (Fe, Mn) dan mikroba di Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2013;12(1) : 75 – 8.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/5964 (Diunduh 7 mei 2015)
Standard Methods for the Examination of Water and Watewater, APHA AWWA, WPCF, 15 th ed., Washington, 1980
Wardayati, Tatik. Kelebihan zat besi, gejala dan komplikasinya. 2013. http://intisari-online.com/read/kelebihan-zat-besi-gejala-dan-komplikasinya (Diunduh 11 Mei 2015)
Wandrive, Rido; Suharti, Netty & Lestari, Yuniar. Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012;1(3):129—33. http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_3/129-133.pdf (Diunduh 8 Januari 2015)
36
Wibowo, Noroyono, Regina Tatiana Purba. Anemia defisiensi besi dalam kehamilan. Dexa media jurnal kedokteran dan farmasi.2006;19(1): 3-7.
http://www.dexa-medica.com/sites/default/files/publication_upload070416987576001176746 454DexaMediaJan-Mar2006.pdf (Diunduh 11 Mei 2015)
Yudo, Satmoko & Rahardjo, P. Nugro. Evaluasi teknologi air minum isi ulang di DKI Jakarta. JAI. 2005;1(3): 251 – 63.
ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/48 (Diunduh 8 Mei 2015)
Yudo, Satmoko. Kondisi pencemaran logam berat di perairan sungai DKI Jakarta. JAI. 2006;2(1): 1-4 http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/55/8 (Diunduh 22 Januari 2015)