ABSTRAK
Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok ditinjau dari hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada 24 April 2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, kuesioner, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif sedangkan data hasil kuesioner dan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat peningkatan nilai rata-rata tes hasil belajar I dan nilai rata-rata tes hasil belajar II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok dari nilai 49,10 menjadi 72,38. Untuk persentase ketuntasan tes hasil belajar I mencapai 16,67% sedangkan persentase ketuntasan tes hasil belajar II mencapai 41,38%. 2) motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok tergolong baik. Hal ini terlihat pada hasil kuesioner yang menunjukkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa dari lima aspek motivasi belajar siswa yaitu keaktifan/ keterlibatan, perhatian, konsentrasi, antusiasme, dan berusaha mencoba mengatasi masalah telah terpenuhi dengan baik.
ABSTRACT
Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. The Classroom Action Research of VIIIB Students in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Using Problem Based Learning Model Approach on The Topics of Surface Area and Volume of Cube and Cuboid Academic Year 2015/ 2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aims to determine students’ learning outcomes and motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid.
The type of research used in this study was classroom action research. The subjects of this research were students of grade VIIIB in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. The object of this research was learning in the classroom using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid as seen from the students’ learning outcomes and motivation. The date was obtained on 24 April 2016. The instrument of research was the outcomes of learning test, questionnaire, interview guidelines, and observation sheet. The data analysis of the students’ learning outcomes was quantitative and qualitative while the data analysis of questionnaire and interview was qualitative.
The results of research was 1) there was an increase in the average exam score the learning outcomes I and learning outcomes II using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume of cube and cuboid from the average score of 49,10 to 72,38. The percentage of the test completion of learning outcomes I reached 16,67% while the percentage of the test completion of learning outcomes II reached 41,38%. 2) The students’ learning motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid was good. This could be seen on the questionnaire results that showed students learning motivation was high. Furthermore, the results of the interview with students also showed that five aspects of students’ learning motivation are liveliness/ involvement, interest, concentration, enthusiasm, and effort to try resolving the problems was well meet.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS VIIIB SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME KUBUS DAN BALOK
TAHUN AJARAN 2015/ 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Fransisca Erlin Yuniarti NIM. 121414065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
i
THE CLASSROOM ACTION RESEARCH OF VIIIB STUDENTS IN SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL APPROACH ON THE TOPICS OF SURFACE
AREA AND VOLUME OF CUBE AND CUBOID ACADEMIC YEAR 2015/ 2016
THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Pendidikan Degree in Mathematics Education Study Program
By:
Fransisca Erlin Yuniarti Student Number 121414065
MATHEMATICS EDUCATION STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF MATHEMATICS EDUCATION AND SCIENCES FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16:3)
Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang daripada siang hari, kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari.
(Ayub 11:17)
“Berusaha untuk maju tidaklah selalu mudah. Jika
semuanya mudah, kita tidak akan memerlukan Tuhan. Tantangan hidup membawa kita untuk lebih dekat kepadaNya sehingga kita bisa mengenalNya dan merasakan
KEBAIKAN-NYA.” -Victoria Oesteen-
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak Ignatius Suwanto tercinta
Ibu Dionisia Sumiyati tercinta
Simbah Maria Magdalena Harini terkasih
vii ABSTRAK
Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok ditinjau dari hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada 24 April 2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, kuesioner, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif sedangkan data hasil kuesioner dan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat peningkatan nilai rata-rata tes hasil belajar I dan nilai rata-rata tes hasil belajar II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok dari nilai 49,10 menjadi 72,38. Untuk persentase ketuntasan tes hasil belajar I mencapai 16,67% sedangkan persentase ketuntasan tes hasil belajar II mencapai 41,38%. 2) motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok tergolong baik. Hal ini terlihat pada hasil kuesioner yang menunjukkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa dari lima aspek motivasi belajar siswa yaitu keaktifan/ keterlibatan, perhatian, konsentrasi, antusiasme, dan berusaha mencoba mengatasi masalah telah terpenuhi dengan baik.
viii ABSTRACT
Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. The Classroom Action Research of VIIIB Students in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Using Problem Based Learning Model Approach on The Topics of Surface Area and Volume of Cube and Cuboid Academic Year 2015/ 2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aims to determine students’ learning outcomes and motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid.
The type of research used in this study was classroom action research. The subjects of this research were students of grade VIIIB in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. The object of this research was learning in the classroom using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid as seen from the students’ learning outcomes and motivation. The date was obtained on 24 April 2016. The instrument of research was the outcomes of learning test, questionnaire, interview guidelines, and observation sheet. The data analysis of the students’ learning outcomes was quantitative and qualitative while the data analysis of questionnaire and interview was qualitative.
The results of research was 1) there was an increase in the average exam score the learning outcomes I and learning outcomes II using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume of cube and cuboid from the average score of 49,10 to 72,38. The percentage of the test completion of learning outcomes I reached 16,67% while the percentage of the test completion of learning outcomes II reached 41,38%. 2) The students’ learning motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid was good. This could be seen on the questionnaire results that showed students learning motivation was high. Furthermore, the results of the interview with students also showed that five aspects of students’ learning motivation are liveliness/ involvement, interest, concentration, enthusiasm, and effort to try resolving the problems was well meet.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah berkenan melimpahkan berkat, rahmat, dan anugerah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016” ini dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
bantuan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh masa studi.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
x
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing akademik atas
dukungan, motivasi, dan bantuannya.
5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi
yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi, dan
masukan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang dengan penuh
kesabaran mendidik dan membimbing penulis selama menempuh masa studi
di Universitas Sanata Dharma.
7. Karyawan sekretariat JPMIPA yang penuh kesabaran memberikan pelayanan
dan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi dan menyelesaikan
tugas akhir.
8. Bapak Paryadi, S. Pd. selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Christiana Erlin, S. Pd. selaku guru matematika kelas VIIIB SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta yang penuh dengan kesabaran memberikan
bimbingan dan bantuan kepada peneliti selama melaksanakan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII khususnya siswa-siswi kelas VIIIB SMP BOPKRI 1
Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian skripsi
penulis.
11. Bapak Ignatius Suwanto dan Ibu Dionisia Sumiyati selaku orangtua penulis
serta semua keluarga besar yang senantiasa membantu, mendukung, dan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK…. ... vii
ABSTRACT…. ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian... 10
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Belajar ... 13
B. Motivasi Belajar ... 15
C. Hasil Belajar ... 24
D. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 28
E. Kubus dan Balok ... 35
F. Kerangka Berpikir ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 43
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
D. Rancangan Penelitian ... 44
E. Siklus Pembelajaran ... 47
F. Variabel Penelitian ... 55
G. Bentuk Data ... 55
H. Teknik Pengumpulan Data... 56
I. Instrumen Penelitian ... 57
J. Uji Instrumen Penelitian ... 61
xiv
L. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ... 67
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 70
A. Pelaksanaan Penelitian ... 70
B. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 96
C. Analisis Data Hasil Penelitian... 101
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 132
E. Kelemahan Penelitian ... 135
BAB V PENUTUP ... 136
A. Kesimpulan ... 136
B. Saran... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 138
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning ... 30
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar I ... 58
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar II ... 58
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 60
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 64
Tabel 3.5 Skala Likert ... 64
Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 65
Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Seluruh Siswa ... 66
Tabel 4.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian ... 70
Tabel 4.2 Nilai Tes Hasil Belajar I ... 97
Tabel 4.3 Nilai Tes Hasil Belajar II ... 98
Tabel 4.4 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 99
Tabel 4.5 Analisis Tes Hasil Belajar I ... 101
Tabel 4.6 Analisis Tes Hasil Belajar II ... 102
Tabel 4.7 Hasil Analisis Tes Hasil Belajar I dan II... 103
Tabel 4.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 104
Tabel 4.9 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 105
Tabel 4.10 Analisis Motivasi Belajar Seluruh Siswa ... 105
Tabel 4.11 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa per Indikator ... 106
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus ... 35
Gambar 2.2 (a) Balok dan (b) Jaring-jaring Balok ... 36
Gambar 2.3 (a) Kubus Satuan dan (b) Kubus ... 37
Gambar 2.4 (a) Kubus Satuan dan (b) Balok ... 38
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian ... 140
Lampiran 2 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian ... 141
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 142
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 157
Lampiran 5 Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 165
Lampiran 6 Kunci Jawaban beserta Rubrik Penskoran Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 167
Lampiran 7 Pekerjaan Siswa pada Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 171
Lampiran 8 Lembar Kuesioner ... 257
Lampiran 9 Pedoman Wawancara ... 259
Lampiran 10 Transkrip Hasil Wawancara ... 260
Lampiran 11 Lembar Pengamatan ... 274
Lampiran 12 Lembar Hasil Pengamatan ... 276
Lampiran 13 Lembar Hasil Validasi ... 291
Lampiran 14 Daftar Hadir Siswa ... 302
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan berkaitan
erat dengan kehidupan sehari-hari. Matematika juga dibutuhkan dalam
berbagai ilmu terapan. Sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), seseorang telah
diperkenalkan pelajaran matematika. Siswa belajar matematika dari tingkat
yang paling dasar. Menurut James O. Whittaker (dalam Aunurrahman, 2012)
belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Tentunya dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa mempunyai banyak pengalaman
yang diperoleh dari proses belajar tersebut. Untuk memperoleh pengalaman
itu, siswa melakukan interaksi baik interaksi dengan guru maupun dengan
siswa. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika terjalin
interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Menurut Oemar Hamalik (2013: 27) belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hal tersebut juga berlaku
dalam proses belajar matematika. Berkaitan dengan belajar matematika,
tentunya siswa harus mengalami setiap proses dalam pembelajaran. Hal
tersebut bertujuan agar siswa mampu memahami materi yang dipelajari dalam
mata pelajaran matematika. Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus
masih banyak siswa yang menghafalkan rumus dalam matematika tanpa
memahaminya. Kebiasaan siswa menghafalkan rumus terkadang membuat
siswa mudah lupa terhadap rumus yang dihafalkannya karena rumus dalam
matematika sangat banyak dan saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 105) suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan instruksional khususnya dapat tercapai. Indikator dari
keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah daya serap siswa terhadap
materi yang diajarkan oleh guru dan perilaku siswa selama mengikuti
pembelajaran. Namun, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan adalah daya serap siswa terhadap materi.
Daya serap yang dimiliki siswa yang satu dengan siswa yang lain
belum tentu sama. Untuk mengetahui seberapa besar daya serap yang dimiliki
siswa, maka dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar ini juga dapat
dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa itu sendiri.
Motivasi belajar siswa memiliki peranan yang penting dalam
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Motivasi ini dapat dibangkitkan dan
diusahakan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung, misalnya dengan
menerapkan model dan metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Metode pembelajaran dengan cara
ceramah membuat anak lebih cepat bosan dalam belajar karena proses belajar
demikian jika dibiarkan saja akan membuat minat siswa untuk belajar
khususnya belajar matematika akan berkurang.
Model pembelajaran menurut Saur Tampubolon (2014: 88) adalah
suatu pola kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses
pembelajaran. Model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pembelajaran
karena model pembelajaran dapat memengaruhi hasil belajar siswa. Jika guru
menerapkan model pembelajaran yang tepat, maka proses belajar mengajar
akan berjalan dengan lancar. Selain itu, hasil belajar siswa pun dapat
meningkat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas yaitu model pembelajaran Problem
Based Learning. Menurut Ward dan Stepien (dalam Ngalimun, 2012) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. Di dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning, siswa banyak diajak untuk bersikap aktif karena pada dasarnya model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk berpikir kritis, menemukan
konsep, dan memecahkan permasalahan yang diberikan.
Dari hasil pengamatan di kelas dan berdasarkan wawancara dengan
1 Yogyakarta menemui kesulitan dalam belajar, terutama dalam hal
menghitung. Padahal dalam matematika, menghitung merupakan salah satu
modal penting yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa. Materi
menghitung sudah didapatkan siswa ketika siswa masih duduk di bangku
Sekolah Dasar (SD). Akan tetapi, masih ada siswa kelas VIIIB yang
mengalami kesulitan dalam menghitung ketika mengerjakan soal sehingga hal
tersebut menghambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kesulitan dalam menghitung juga menyebabkan prestasi dan hasil belajar
siswa pun menjadi kurang maksimal.
Masalah lain yang muncul adalah tingkat pemahaman siswa terhadap
materi kurang. Tingkat pemahaman siswa yang kurang tersebut dapat
diartikan kurangnya daya serap siswa terhadap materi. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yaitu nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) di
semester genap, dimana 100% nilai hasil belajar siswa kelas VIIIB belum
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang kurang, dapat mengindikasikan
bahwa siswa cenderung mudah melupakan materi yang telah diajarkan oleh
guru. Padahal seperti yang telah kita ketahui bahwa materi dalam matematika
saling berkaitan satu sama lain sehingga siswa harus memahami materi yang
sudah diajarkan agar siswa tidak menemui kesulitan dalam mempelajari
materi selanjutnya.
Motivasi belajar siswa pun masih kurang dalam mengikuti
menjelaskan materi pelajaran dan membahas soal di papan tulis, beberapa
siswa sibuk berbicara dengan teman sebangku. Ketika disuruh mengerjakan
soal, beberapa siswa masih terlihat meminta jawaban dari teman yang lain.
Selain itu, perhatian dan konsentrasi siswa terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung kurang. Siswa kurang memperhatikan instruksi yang
diberikan guru sehingga apa yang diperintahkan oleh guru berbeda dengan
yang dikerjakan oleh siswa. Akibatnya, guru harus mengulangi instruksi yang
diberikan kepada siswa sehingga waktu yang digunakan dalam pembelajaran
menjadi kurang efisien.
Selain hal-hal yang telah dibahas di atas, siswa juga masih kurang
memperhatikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditunjukkan
ketika siswa diberi Pekerjaan Rumah (PR) oleh guru, tetapi pada pagi harinya
Pekerjaan Rumah (PR) tersebut belum dikerjakan oleh siswa. Peristiwa
tersebut berlangsung tidak hanya sekali saja. Akibatnya, guru harus
memberikan tambahan waktu pada siswa untuk mengerjakan Pekerjaan
Rumah (PR) tersebut di kelas sehingga waktu yang tersedia untuk
pembelajaran menjadi berkurang dan menghambat pemberian materi
pelajaran.
Dengan melihat beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa di
atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengatasi beberapa
permasalahan tersebut dengan menerapkan suatu model pembelajaran yaitu
peneliti ingin membantu siswa agar siswa dapat semakin memahami materi
khususnya untuk pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan
balok. Di dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning, siswa tidak hanya diajak untuk menghafal rumus luas permukaan maupun volume, tetapi siswa juga diajak untuk menemukan
sendiri rumus luas permukaan serta volume kubus dan balok berdasarkan
permasalahan yang diberikan. Dengan begitu, diharapkan siswa lebih mampu
memahami materi karena masalah yang diberikan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, keterampilan dan sikap kritis siswa
terhadap permasalahan sangat berkontribusi banyak dalam memecahkan
masalah yang diberikan. Dengan menggunakan masalah dalam menemukan
sebuah rumus, maka siswa dapat mampu lebih memahami dan menguasai
konsep-konsep materi tersebut karena siswa mengalami sendiri menemukan
konsep tersebut. Seperti yang telah dijabarkan di atas, menurut Oemar
Hamalik (2013: 27) belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu, yakni mengalami.
Salah satu karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning adalah memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa. Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas yang dilakukan
siswa tidak lepas dari kegiatan menghitung. Di dalam materi luas permukaan
serta volume kubus dan balok, tidak hanya disajikan rumus yang perlu
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, kemampuan menghitung
yang baik dalam pembelajaran matematika tidak secara langsung dapat
dimiliki oleh siswa. Siswa perlu mengalami proses tersebut secara berulang.
Dengan begitu, siswa dapat terbiasa dan menangkap materi dengan baik.
Begitu juga dengan kemampuan menghitung. Dengan belajar materi luas
permukaan serta volume kubus dan balok, siswa diajak untuk melatih
kemampuannya dalam menghitung. Selain itu, siswa juga diajak untuk
berlatih dalam menyelesaikan masalah maupun soal yang diberikan. Hal
tersebut tentunya bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuannya
dalam menghitung.
Selain itu, karakteristik lain dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan kelompok kecil. Berdasarkan hasil observasi, terlihat sebagian besar siswa
memiliki kecenderungan berkelompok saat pembelajaran berlangsung
meskipun guru tidak menginstruksikan siswa untuk belajar dalam kelompok.
Dalam kelompok tersebut, siswa cenderung aktif melakukan diskusi
meskipun terkadang diskusi mereka tidak berkaitan dengan materi
pembelajaran. Dalam hal ini, kelompok yang dibentuk siswa tersebut dapat
dikatakan sebagai kondisi lingkungan sosial yang meliputi kelompok belajar.
Namun dengan melihat hal tersebut, peneliti ingin memanfaatkan
karakteristik yang dimiliki siswa tersebut agar sikap dan pembicaraan siswa
semakin terarah dan bermanfaat dalam pembelajaran dengan cara
pembelajaran berlangsung. Tentunya, siswa berdiskusi mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan begitu,
motivasi belajar siswa akan menjadi lebih baik karena kondisi lingkungan
sosial yang mendukung siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud untuk
mengatasi permasalahan di atas dengan cara melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016”.
Salah satu kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Siswa tidak
terpaku pada pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini guru
sebagai fasilitator yang membantu siswa jika siswa menemui kesulitan dalam
menemukan konsep luas permukaan serta volume kubus dan balok. Dalam
proses pembelajaran, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil untuk
berdiskusi. Dengan menggunakan masalah sebagai sarana pembelajaran,
siswa diberikan keleluasan mengembangkan kemampuannya untuk
menemukan konsep luas permukaan serta volume kubus dan balok. Dalam
kelompok kecil ini, siswa dapat saling bertukar pikiran. Selain itu, siswa akan
terbantu dalam memahami materi karena penjelasan yang diberikan temannya
pemahaman siswa terhadap materi dan konsep luas permukaan serta volume
kubus dan balok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dengan guru yaitu
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung dalam pembelajaran
matematika di kelas.
2. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan.
3. Kurangnya motivasi belajar siswa.
4. Kurangnya perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut serta mempertimbangkan
keterbatasan, kemampuan, waktu, dan biaya, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Dengan menggunakan tes hasil belajar dapat mengetahui hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.
2. Dengan menggunakan kuesioner dan wawancara dapat mengetahui
motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
F. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dapat memengaruhi tingkah laku
seseorang sebagai akibat dari terjadinya interaksi.
2. Matematika
Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki obyek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran deduktif dan harus dipelajari serta dikuasai
secara benar untuk dapat menyelesaikan masalah dalam bidang ilmu yang
lain.
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu kondisi dalam diri yang memberikan
perubahan perilaku pada diri seseorang sehingga perilaku seseorang dapat
terarah dan dapat bertahan dalam jangka yang panjang.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang didapatkan siswa setelah
melaksanakan proses belajar.
5. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran
yang memfokuskan siswa untuk menggunakan masalah dalam dunia nyata
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan menggali pengetahuan
6. Pemahaman
Pemahaman adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
kegiatan memahami suatu materi dalam pembelajaran.
7. Kubus dan Balok
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah bangun datar
persegi yang sebangun.
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi
panjang.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi guru
Dapat membantu guru dalam menentukan rancangan pembelajaran yang
dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi luas permukaan
serta volume kubus dan balok.
2. Bagi siswa
Dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi luas permukaan
serta volume kubus dan balok.
3. Bagi peneliti
Dapat membantu peneliti menentukan model pembelajaran yang tepat
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Burton (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara,
2010) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dari dua pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat memengaruhi
tingkah laku seseorang sebagai akibat dari terjadinya interaksi.
Hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) mengemukakan
ciri-ciri belajar yaitu
1. Proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat
pada suatu tujuan tertentu.
3. Bermakna bagi kehidupan tertentu.
4. Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara
keseimbangan.
6. Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual.
7. Berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta
didik.
8. Proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan
kemajuannya.
9. Kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
11. Di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan
paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas, dan keterampilan.
13. Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat
dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
14. Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan
berbeda-beda.
15. Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan
statis.
Berdasarkan pengertian dasar dari belajar yaitu suatu usaha atau
perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,
dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta
aspek-aspek kejiwaan intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya, maka
Makmun Khairani (2014: 13) merumuskan tujuan belajar yaitu
1. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang
ilmu.
2. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan.
3. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik.
4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah
laku.
5. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.
6. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak
hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya.
7. Belajar bertujuan untuk mengubah pola pikir dari pola pikir yang negatif
dan tidak produktif menjadi pola pikir yang positif, kreatif, dan produktif.
8. Belajar bertujuan untuk merubah sikap mental yang pesimis, mudah putus
asa, suka mengeluh, menjadi orang yang bersikap optimis, ulet, tekun
tanpa mengeluh.
9. Belajar bertujuan untuk mengubah, membangun dan mengembangkan
kepribadian, watak, dan karakter.
B. Motivasi Belajar
Wlodkowski (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010)
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Menurut Mujib (dalam Makmun
Khairani, 2014) motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang ada
dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakkan,
membangkitkan, dan memberi harapan pada perilaku. Menurut Hamzah B.
Uno (2008: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Menurut Agus Suprijono (2009: 163) motivasi belajar adalah
proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar adalah suatu kondisi dalam diri yang memberikan perubahan
perilaku pada diri seseorang sehingga perilaku seseorang dapat terarah dan
dapat bertahan dalam jangka yang panjang.
Menurut Herman Hudojo (1988: 106), terdapat dua jenis motivasi
yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Yang dimaksud motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya stimulus dari luar.
Kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang tidak
langsung berhubungan dengan kegiatan tersebut. Sedangkan motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbulnya memang dari dalam diri orang itu
sendiri. Kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Ali Imron (1996: 99)
mengemukakan ada enam unsur yang memengaruhi motivasi belajar. Keenam
unsur tersebut adalah
1. Cita-cita/ aspirasi siswa.
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang memengaruhi motivasi
belajar. Hal ini dapat diamati, jika siswa sudah memiliki cita-cita, maka
siswa tersebut akan termotivasi untuk menggapai cita-cita tersebut.
2. Kemampuan siswa.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Jika
siswa mempunyai kemampuan di satu bidang, siswa tersebut belum tentu
mempunyai kemampuan di bidang lain. Dalam proses pembelajaran dapat
terlihat jika siswa mempunyai motivasi belajar yang rendah, ada
kemungkinan jika siswa tersebut memiliki kemampuan yang rendah pula.
Oleh karena itu, kemampuan siswa menjadi faktor penting dalam
memengaruhi motivasi.
3. Kondisi siswa.
Kondisi siswa dapat dibedakan atas kondisi fisik dan kondisi
psikologis. Kondisi fisik sangat berkaitan erat dengan kondisi psikologis.
Kondisi siswa baik secara fisik maupun psikologis sangat memengaruhi
motivasi belajar siswa.
4. Kondisi lingkungan siswa.
Selain faktor individu, faktor lingkungan juga sangat memengaruhi
dan lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah
tempat dimana siswa tersebut belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya
dengan orang lain. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan
sepermainan, lingkungan sebaya, dan kelompok belajar.
5. Unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran.
Unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran meliputi motivasi dan
upaya memotivasi siswa untuk belajar, bahan belajar dan upaya
penyediaannya, alat bantu belajar dan upaya penyediaannya, suasana
belajar dan upaya pengembangannya, kondisi subjek belajar dan upaya
penyiapan dan peneguhannya.
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Selain faktor individu dan faktor lingkungan, guru juga
memengaruhi motivasi belajar siswa. Guru yang memiliki gairah dalam
melaksanakan pembelajaran, maka siswa pun memiliki gairah dalam
belajar. Namun sebaliknya, jika guru tidak memiliki gairah dalam
melaksanakan pembelajaran, maka siswa pun kurang bergairah dalam
belajar.
Ali Imron (1996: 106) mengemukakan ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa di antaranya:
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
Ada beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam belajar, yaitu
keterlibatan langsung siswa, prinsip pengulangan belajar, prinsip sifat
perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari, prinsip pemberian
balikan dan penguatan dalam belajar, dan prinsip perbedaan individual
antar siswa.
Ada dua cara dalam mengoptimalkan penerapan prinsip belajar,
yaitu pertama, menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut
dapat diterapkan secara optimal dan kedua, menjauhkan kendala-kendala
yang ditemui dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran.
Unsur-unsur dinamis pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar/ pembelajaran
dan kedua, memanfaatkan sumber-sumber di luar sekolah.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/ kemampuan yang telah
dimiliki dalam belajar.
Setiap siswa mempunyai pengalaman dan kemampuan yang
berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. Pengalaman dan
kemampuan yang dimiliki siswa bisa menjadi kendala bagi siswa dalam
mengikuti pembelajaran berikutnya. Namun, tak jarang pengalaman dan
kemampuan yang dimiliki siswa justru menjadi pendukung siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan guru agar pengalaman dan
a. Biarkan siswa dapat menangkap apa yang dipelajari sekarang dari
perspektif pengalaman dan kemampuan yang telah dimiliki. Jangan
dipaksa menggunakan perspektif gurunya.
b. Kaitkan aktivitas belajar siswa pada masa sekarang dengan pengalaman
dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa.
c. Gali dulu pengalaman dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa
melalui tes lisan atau tertulis sebelum menyampaikan materi
berikutnya.
d. Beri kesempatan kepada siswa untuk membandingkan apa yang
sekarang dipelajari dengan pengalaman dan kemampuan yang telah
dimiliki.
4. Mengembangkan cita-cita/ aspirasi dalam belajar.
Cita-cita dan aspirasi penting untuk dikembangkan sebagai upaya
dalam memotivasi belajar siswa. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan
yaitu
a. Kenalilah aspirasi dan cita-cita siswa.
Untuk mengenali aspirasi dan cita-cita dapat dilakukan melalui
penyebaran angket yang memuat sejumlah aspirasi atau cita-cita siswa.
Selain itu, juga bisa melalui tes minat untuk siswa.
b. Komunikasikan hasil pengenalan atas aspirasi cita-cita kepada siswa
dan orangtuanya.
Dalam kenyataan, terkadang keinginan orangtua dan siswa
mengomunikasikan kepada siswa dan orangtua mengenai pengenalan
tentang aspirasi atau cita-cita perlu dilakukan agar orangtua tidak
memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.
c. Buatlah program-program yang dapat mengembangkan cita-cita dan
aspirasi siswa.
Dengan dibuatnya program-program tersebut, maka siswa dapat
memilih program yang sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 149) beberapa bentuk
motivasi yang dapat digunakan guru dalam mempertahankan minat siswa
terhadap bahan pelajaran yang diberikan di antaranya:
1. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil
aktivitas belajar siswa. Angka merupakan alat motivasi yang cukup
memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan
lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
2. Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai
penghargaan. Hadiah dapat diberikan kapan saja ketika siswa yang
bersangkutan layak mendapatkan apresiasi berupa hadiah. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa penggunaan hadiah sebagai wujud apresiasi kepada
siswa harus digunakan secara tepat. Dalam pembelajaran, hadiah dapat
diberikan kepada siswa yang berprestasi. Hal tersebut dapat memacu siswa
3. Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif. Dalam kegiatan belajar
mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Pujian dapat
berfungsi untuk mengarahkan kegiatan dan perhatian siswa pada hal-hal
yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang telah direncanakan.
Selain itu, pujian dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari
setiap siswa dalam proses belajar mengajar.
4. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan
gairah belajar siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih
menyenangkan. Gerakan tubuh juga dapat meluruskan perilaku anak didik
yang menyimpang dari tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, jika gerakan
tubuh yang dilakukan guru tepat, maka akan menimbulkan umpan balik
dari siswa.
5. Memberi tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk
diselesaikan. Tugas dapat meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa
terhadap penjelasan materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
6. Memberi ulangan
Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran.
Fungsi ulangan adalah sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk.
Sebagai evaluasi proses, guru ingin mengetahui sampai dimana dan sejauh
guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap
bahan yang telah diberikan dalam rentangan waktu tertentu. Selain
berfungsi sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk, ulangan juga
berfungsi untuk mendapatkan umpan balik dari siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan oleh guru di kelas. Namun demikian, pemberian ulangan juga
harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan agar
ulangan yang diberikan menjadi efektif.
7. Mengetahui hasil
Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam
diri setiap orang. Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan
oleh siswa, maka hal tersebut dapat mendorong siswa untuk
mempertahankannya, bahkan berusaha untuk meningkatkannya dengan
cara lebih giat lagi dalam belajar.
8. Hukuman
Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang dimaksudkan tidak seperti hukuman
penjara, tetapi hukuman yang bersifat mendidik. Perlu diperhatikan bahwa
guru harus selektif dalam memilih hukuman agar efek yang ditimbulkan
C. Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013)
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Menurut Sudjana (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Menurut Juliah (dalam Asep Jihad dan
Abdul Haris, 2013) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik
siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dari beberapa
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang terkait dari kegiatan proses belajar
mengajar yang telah dilakukannya.
Usman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) menyatakan bahwa
hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan
tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif dibagi menjadi enam jenjang, yaitu
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan jenjang paling rendah dalam ranah
kognitif. Jenjang ini meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat
khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan
b. Pemahaman (comprehension)
Jenjang ini meliputi penerimaan dalam komunikasi secara
akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang
berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah
pengertian dan dapat mengeksplorasikan.
c. Aplikasi
Dalam hal ini aplikasi dapat diartikan dengan penggunaan
prinsip atau metode pada situasi yang baru.
d. Analisa
Jenjang ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
membentuk bagian-bagian suatu materi, memprediksi hubungan di
antara bagian-bagian itu dan cara mengorganisir materi itu.
e. Sintesa
Jenjang ini berkaitan tentang cara anak untuk menempatkan
bagian-bagian atau elemen sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang koheren.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan jenjang yang paling atas dalam ranah
kognitif. Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan
pengetahuan siswa. Jenjang ini meliputi kemampuan siswa dalam
mengambil keputusan atau dalam menyampaikan pendapat tentang nilai
suatu tujuan, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi, dan
2. Ranah afektif
Ranah afektif dibagi menjadi lima jenjang, yaitu
a. Menerima atau memperhatikan
Jenjang ini merupakan jenjang pertama dalam ranah afektif.
Jenjang ini meliputi sifat sensitif terhadap adanya suatu stimulus dan
kesadaran yang merupakan perilaku kognitif yang di dalamnya ada
keinginan untuk menerima atau memperhatikan.
b. Merespon
Dalam jenjang ini siswa dilibatkan secara penuh dalam suatu
kegiatan sehingga siswa akan mencari-cari dan menambahkan kepuasan
dari hasil pekerjaannya.
c. Penghargaan
Perilaku siswa dalam jenjang ini adalah konsisten dan stabil
terhadap suatu nilai, pemilihan terhadap nilai, dan keterikatannya pada
suatu pandangan atau ide tertentu.
d. Mengorganisasikan
Dalam jenjang ini, siswa membentuk suatu sistem nilai yang
dapat menuntun perilaku. Jenjang ini meliputi konseptualisasi dan
mengorganisasikan.
e. Mempribadi (mewatak)
Mempribadi (mewatak) merupakan jenjang terakhir dalam
telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu
sistem yang bersifat internal, dan mempunyai kontrol perilaku.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor dibagi menjadi lima jenjang, yaitu
a. Menirukan
Jika siswa ditunjukkan suatu action yang dapat diamati, maka siswa tersebut terdorong untuk membuat suatu tiruan terhadap action tersebut.
b. Manipulasi
Dalam jenjang ini, siswa mampu menampilkan action yang telah
diajarkan. Selain itu, siswa mempunyai kemampuan dalam
membedakan, memilih action yang diperlukan, bahkan siswa mulai mempunyai keterampilan dalam memanipulasi action.
c. Keseksamaan (precision)
Jenjang ini meliputi kemampuan siswa dalam penampilan
sampai tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam menciptakan suatu
kegiatan tertentu.
d. Artikulasi (articulation)
Dalam jenjang ini, siswa dapat mengoordinasikan berbagai
e. Naturalisasi
Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila
siswa telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action secara urut.
D. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Ngalimun (2012: 89) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Ward dan Stepien
(dalam Ngalimun, 2012) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Dari dua pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang dapat mengondisikan siswa untuk belajar aktif memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru
dalam proses pembelajaran.
Menurut Ngalimun (2012: 89) Problem Based Learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia
3. Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin
ilmu.
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa mencoba menggali pengetahuan untuk memecahkan
masalah tersebut dengan bekerjasama dalam kelompok sehingga semua siswa
dapat terlibat secara aktif.
Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning harus menggunakan langkah-langkah metode ilmiah agar pemecahan masalah berjalan sistematis. Selain itu, dengan menggunakan
langkah-langkah metode ilmiah dalam pemecahan masalah akan berakibat
pembelajaran yang dilaksanakan dapat efektif dan bermanfaat bagi siswa.
Menurut Pannen (dalam Ngalimun, 2012) langkah-langkah pemecahan
masalah dalam pembelajaran Problem Based Learning ada delapan tahapan yaitu
1. Mengidentifikasi masalah.
3. Menganalisis data.
4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya.
5. Memilih cara untuk memecahkan masalah.
6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah.
7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan.
8. Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012) ada lima fase (tahap) yang
perlu dilakukan untuk mengimplementasikan Problem Based Learning.
Fase-fase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Sintaks Problem Based Learning
Fase Aktivitas guru
Fase 1:
Mengorientasikan siswa pada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2:
Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Fase 3: Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok.
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
[image:50.595.87.520.233.703.2]Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai
evaluasi terhadap proses pembelajaran. Sutrisno (dalam Ngalimun, 2012)
menekankan empat hal yang penting pada proses ini yaitu
1. Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Dalam memecahkan masalah dibutuhkan kerjasama anggota
kelompok. Perlu diperhatikan bahwa kelompok harus heterogen, adanya
interaksi antar anggota, komunikasi harus terjalin dengan baik, adanya tutor
dalam fase ini adalah membuat siswa aktif sehingga dapat memberikan
penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.
Fase 3: Membantu penyelidikan individu maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Dalam menyelesaikan permasalahan, diperlukan beberapa teknik penyelidikan, di
antaranya pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pada tahap pengumpulan data dan eksperimen,
guru mempunyai peran untuk mendorong siswa agar siswa mengumpulkan
data dan melaksanakan eksperimen sampai siswa benar-benar memahami
permasalahan. Dalam hal ini diperlukan informasi sebanyak-banyaknya agar
siswa mampu membangun ide untuk menyelesaikan permasalahan.
Langkah berikutnya adalah siswa memberikan hipotesis, penjelasan,
dan pemecahan. Pada tahap ini, guru mendorong siswa agar siswa
menyampaikan segala ide yang dimiliki dan guru menerima ide itu secara
penuh. Namun demikian, guru harus memberikan pertanyaan-pertanyaan
terkait ide yang disampaikan siswa agar siswa berpikir kritis mengenai
kelayakan hipotesis dan solusi yang diberikan serta kualitas informasi yang
dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya)
dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, bisa berwujud suatu
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
program komputer, dan sajian multimedia. Pameran ini akan lebih baik jika melibatkan orang lain misalnya guru maupun teman yang akan memberikan
umpan balik.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini dapat membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka
sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
Dalam fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi ide-ide dan
langkah-langkah yang telah mereka lakukan selama kegiatan belajar
berlangsung.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 220) sebagai suatu strategi
pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
6. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
7. Pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa.
8. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir
kritis dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
10. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
11. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Di samping keunggulan, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
E. Kubus dan Balok
1. Luas Permukaan Kubus dan Balok
Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 213) luas
permukaan sebuah bangun ruang adalah jumlah seluruh luas sisi yang
menyusun bangun ruang tersebut.
a. Luas permukaan kubus
Menurut Nuniek Avianti Agus (2008: 184) kubus adalah sebuah
bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua
rusuknya sama panjang.
Gambar 2.1(a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus
Dari Gambar 2.1 terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya. Mencari
luas permukaan kubus sama artinya mencari semua luas jaring-jaring
kubus. Oleh karena jaring-jaring kubus terdiri dari 6 buah persegi yang
kongruen, maka
Luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus
=
=
[image:55.595.88.514.215.639.2]Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
Luas permukaan kubus = dengan s adalah panjang rusuk
b. Luas permukaan balok
Menurut Nuniek Avianti Agus (2008: 192) balok adalah sebuah
bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan yang sama
bentuk dan ukurannya, dimana setiap sisinya berbentuk persegi
panjang. Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara
menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua
luas jaring-jaring balok. Coba perhatikan Gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 (a) Balok dan (b) Jaring-jaring Balok
Misalkan panjang rusuk-rusuk pada balok diberi nama p
(panjang), l (lebar), dan t (tinggi) seperti pada gambar. Dengan
demikian, luas permukaan balok tersebut adalah
Luas permukaan balok = luas sisi 1 + luas sisi 2 + luas sisi 3 + luas sisi
[image:56.595.84.512.124.619.2]=
=
=
=
=
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
Luas permukaan balok =
Keterangan: p = panjang balok
l = lebar balok t = tinggi balok
2. Volume Kubus dan Balok
Menurut Heru Nugroho dan Lisda Meisaroh (2009: 188) volume adalah
bilangan yang menyatakan ukuran suatu bangun ruang.
a. Volume Kubus
Gambar 2.3 (a) Kubus Satuan dan (b) Kubus 1 1
[image:57.595.85.512.87.714.2]Gambar 2.3 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran
berbeda. Kubus pada Gambar 2.3 (a) merupakan kubus satuan, yaitu
kubus yang memiliki panjang rusuk 1 satuan panjang. Untuk membuat
kubus pada Gambar 2.3 (b), diperlukan kubus satuan.
Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan
cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali,
sehingga
Volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk
=
=
Jadi, volume kubus dapat dinyatakan sebagai berikut:
Volume kubus =
dengan s merupakan panjang rusuk kubus.
b. Volume Balok
Proses penurunan rumus balok memiliki cara yang sama seperti
pada kubus. Caranya dengan menentukan kubus satuan yang d