• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan pokok bahasa luas permukaan serta volume kubus dan balok tahun ajaran 2015/ 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan pokok bahasa luas permukaan serta volume kubus dan balok tahun ajaran 2015/ 2016."

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok ditinjau dari hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada 24 April 2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, kuesioner, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif sedangkan data hasil kuesioner dan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat peningkatan nilai rata-rata tes hasil belajar I dan nilai rata-rata tes hasil belajar II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok dari nilai 49,10 menjadi 72,38. Untuk persentase ketuntasan tes hasil belajar I mencapai 16,67% sedangkan persentase ketuntasan tes hasil belajar II mencapai 41,38%. 2) motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok tergolong baik. Hal ini terlihat pada hasil kuesioner yang menunjukkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa dari lima aspek motivasi belajar siswa yaitu keaktifan/ keterlibatan, perhatian, konsentrasi, antusiasme, dan berusaha mencoba mengatasi masalah telah terpenuhi dengan baik.

(2)

ABSTRACT

Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. The Classroom Action Research of VIIIB Students in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Using Problem Based Learning Model Approach on The Topics of Surface Area and Volume of Cube and Cuboid Academic Year 2015/ 2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aims to determine students’ learning outcomes and motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid.

The type of research used in this study was classroom action research. The subjects of this research were students of grade VIIIB in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. The object of this research was learning in the classroom using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid as seen from the students’ learning outcomes and motivation. The date was obtained on 24 April 2016. The instrument of research was the outcomes of learning test, questionnaire, interview guidelines, and observation sheet. The data analysis of the students’ learning outcomes was quantitative and qualitative while the data analysis of questionnaire and interview was qualitative.

The results of research was 1) there was an increase in the average exam score the learning outcomes I and learning outcomes II using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume of cube and cuboid from the average score of 49,10 to 72,38. The percentage of the test completion of learning outcomes I reached 16,67% while the percentage of the test completion of learning outcomes II reached 41,38%. 2) The students’ learning motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid was good. This could be seen on the questionnaire results that showed students learning motivation was high. Furthermore, the results of the interview with students also showed that five aspects of students’ learning motivation are liveliness/ involvement, interest, concentration, enthusiasm, and effort to try resolving the problems was well meet.

(3)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS VIIIB SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME KUBUS DAN BALOK

TAHUN AJARAN 2015/ 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Fransisca Erlin Yuniarti NIM. 121414065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

i

THE CLASSROOM ACTION RESEARCH OF VIIIB STUDENTS IN SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL APPROACH ON THE TOPICS OF SURFACE

AREA AND VOLUME OF CUBE AND CUBOID ACADEMIC YEAR 2015/ 2016

THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Pendidikan Degree in Mathematics Education Study Program

By:

Fransisca Erlin Yuniarti Student Number 121414065

MATHEMATICS EDUCATION STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF MATHEMATICS EDUCATION AND SCIENCES FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16:3)

Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang daripada siang hari, kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari.

(Ayub 11:17)

“Berusaha untuk maju tidaklah selalu mudah. Jika

semuanya mudah, kita tidak akan memerlukan Tuhan. Tantangan hidup membawa kita untuk lebih dekat kepadaNya sehingga kita bisa mengenalNya dan merasakan

KEBAIKAN-NYA.” -Victoria Oesteen-

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapak Ignatius Suwanto tercinta

Ibu Dionisia Sumiyati tercinta

Simbah Maria Magdalena Harini terkasih

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok ditinjau dari hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada 24 April 2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, kuesioner, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif sedangkan data hasil kuesioner dan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat peningkatan nilai rata-rata tes hasil belajar I dan nilai rata-rata tes hasil belajar II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok dari nilai 49,10 menjadi 72,38. Untuk persentase ketuntasan tes hasil belajar I mencapai 16,67% sedangkan persentase ketuntasan tes hasil belajar II mencapai 41,38%. 2) motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok tergolong baik. Hal ini terlihat pada hasil kuesioner yang menunjukkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa dari lima aspek motivasi belajar siswa yaitu keaktifan/ keterlibatan, perhatian, konsentrasi, antusiasme, dan berusaha mencoba mengatasi masalah telah terpenuhi dengan baik.

(11)

viii ABSTRACT

Fransisca Erlin Yuniarti. 2016. The Classroom Action Research of VIIIB Students in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Using Problem Based Learning Model Approach on The Topics of Surface Area and Volume of Cube and Cuboid Academic Year 2015/ 2016. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aims to determine students’ learning outcomes and motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid.

The type of research used in this study was classroom action research. The subjects of this research were students of grade VIIIB in SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. The object of this research was learning in the classroom using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid as seen from the students’ learning outcomes and motivation. The date was obtained on 24 April 2016. The instrument of research was the outcomes of learning test, questionnaire, interview guidelines, and observation sheet. The data analysis of the students’ learning outcomes was quantitative and qualitative while the data analysis of questionnaire and interview was qualitative.

The results of research was 1) there was an increase in the average exam score the learning outcomes I and learning outcomes II using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume of cube and cuboid from the average score of 49,10 to 72,38. The percentage of the test completion of learning outcomes I reached 16,67% while the percentage of the test completion of learning outcomes II reached 41,38%. 2) The students’ learning motivation after participating in learning process using Problem Based Learning model approach on the topic of surface area and volume cube and cuboid was good. This could be seen on the questionnaire results that showed students learning motivation was high. Furthermore, the results of the interview with students also showed that five aspects of students’ learning motivation are liveliness/ involvement, interest, concentration, enthusiasm, and effort to try resolving the problems was well meet.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah berkenan melimpahkan berkat, rahmat, dan anugerah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa

Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016” ini dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,

bantuan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh masa studi.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama

(13)

x

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing akademik atas

dukungan, motivasi, dan bantuannya.

5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi

yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi, dan

masukan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang dengan penuh

kesabaran mendidik dan membimbing penulis selama menempuh masa studi

di Universitas Sanata Dharma.

7. Karyawan sekretariat JPMIPA yang penuh kesabaran memberikan pelayanan

dan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi dan menyelesaikan

tugas akhir.

8. Bapak Paryadi, S. Pd. selaku Kepala SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Christiana Erlin, S. Pd. selaku guru matematika kelas VIIIB SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta yang penuh dengan kesabaran memberikan

bimbingan dan bantuan kepada peneliti selama melaksanakan penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII khususnya siswa-siswi kelas VIIIB SMP BOPKRI 1

Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian skripsi

penulis.

11. Bapak Ignatius Suwanto dan Ibu Dionisia Sumiyati selaku orangtua penulis

serta semua keluarga besar yang senantiasa membantu, mendukung, dan

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK…. ... vii

ABSTRACT…. ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

(16)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Belajar ... 13

B. Motivasi Belajar ... 15

C. Hasil Belajar ... 24

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 28

E. Kubus dan Balok ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

D. Rancangan Penelitian ... 44

E. Siklus Pembelajaran ... 47

F. Variabel Penelitian ... 55

G. Bentuk Data ... 55

H. Teknik Pengumpulan Data... 56

I. Instrumen Penelitian ... 57

J. Uji Instrumen Penelitian ... 61

(17)

xiv

L. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ... 67

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 70

A. Pelaksanaan Penelitian ... 70

B. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 96

C. Analisis Data Hasil Penelitian... 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 132

E. Kelemahan Penelitian ... 135

BAB V PENUTUP ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Saran... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning ... 30

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar I ... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar II ... 58

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 64

Tabel 3.5 Skala Likert ... 64

Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 65

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Seluruh Siswa ... 66

Tabel 4.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian ... 70

Tabel 4.2 Nilai Tes Hasil Belajar I ... 97

Tabel 4.3 Nilai Tes Hasil Belajar II ... 98

Tabel 4.4 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 99

Tabel 4.5 Analisis Tes Hasil Belajar I ... 101

Tabel 4.6 Analisis Tes Hasil Belajar II ... 102

Tabel 4.7 Hasil Analisis Tes Hasil Belajar I dan II... 103

Tabel 4.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 104

Tabel 4.9 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 105

Tabel 4.10 Analisis Motivasi Belajar Seluruh Siswa ... 105

Tabel 4.11 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa per Indikator ... 106

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 (a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus ... 35

Gambar 2.2 (a) Balok dan (b) Jaring-jaring Balok ... 36

Gambar 2.3 (a) Kubus Satuan dan (b) Kubus ... 37

Gambar 2.4 (a) Kubus Satuan dan (b) Balok ... 38

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian ... 140

Lampiran 2 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian ... 141

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 142

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 157

Lampiran 5 Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 165

Lampiran 6 Kunci Jawaban beserta Rubrik Penskoran Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 167

Lampiran 7 Pekerjaan Siswa pada Soal Tes Hasil Belajar I dan II ... 171

Lampiran 8 Lembar Kuesioner ... 257

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ... 259

Lampiran 10 Transkrip Hasil Wawancara ... 260

Lampiran 11 Lembar Pengamatan ... 274

Lampiran 12 Lembar Hasil Pengamatan ... 276

Lampiran 13 Lembar Hasil Validasi ... 291

Lampiran 14 Daftar Hadir Siswa ... 302

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan berkaitan

erat dengan kehidupan sehari-hari. Matematika juga dibutuhkan dalam

berbagai ilmu terapan. Sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), seseorang telah

diperkenalkan pelajaran matematika. Siswa belajar matematika dari tingkat

yang paling dasar. Menurut James O. Whittaker (dalam Aunurrahman, 2012)

belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman. Tentunya dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai

Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa mempunyai banyak pengalaman

yang diperoleh dari proses belajar tersebut. Untuk memperoleh pengalaman

itu, siswa melakukan interaksi baik interaksi dengan guru maupun dengan

siswa. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika terjalin

interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Menurut Oemar Hamalik (2013: 27) belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hal tersebut juga berlaku

dalam proses belajar matematika. Berkaitan dengan belajar matematika,

tentunya siswa harus mengalami setiap proses dalam pembelajaran. Hal

tersebut bertujuan agar siswa mampu memahami materi yang dipelajari dalam

mata pelajaran matematika. Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus

(22)

masih banyak siswa yang menghafalkan rumus dalam matematika tanpa

memahaminya. Kebiasaan siswa menghafalkan rumus terkadang membuat

siswa mudah lupa terhadap rumus yang dihafalkannya karena rumus dalam

matematika sangat banyak dan saling berkaitan satu sama lain.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 105) suatu

proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

apabila tujuan instruksional khususnya dapat tercapai. Indikator dari

keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah daya serap siswa terhadap

materi yang diajarkan oleh guru dan perilaku siswa selama mengikuti

pembelajaran. Namun, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur

keberhasilan adalah daya serap siswa terhadap materi.

Daya serap yang dimiliki siswa yang satu dengan siswa yang lain

belum tentu sama. Untuk mengetahui seberapa besar daya serap yang dimiliki

siswa, maka dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar ini juga dapat

dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa itu sendiri.

Motivasi belajar siswa memiliki peranan yang penting dalam

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Motivasi ini dapat dibangkitkan dan

diusahakan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung, misalnya dengan

menerapkan model dan metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak

bosan dalam mengikuti pembelajaran. Metode pembelajaran dengan cara

ceramah membuat anak lebih cepat bosan dalam belajar karena proses belajar

(23)

demikian jika dibiarkan saja akan membuat minat siswa untuk belajar

khususnya belajar matematika akan berkurang.

Model pembelajaran menurut Saur Tampubolon (2014: 88) adalah

suatu pola kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan

perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses

pembelajaran. Model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pembelajaran

karena model pembelajaran dapat memengaruhi hasil belajar siswa. Jika guru

menerapkan model pembelajaran yang tepat, maka proses belajar mengajar

akan berjalan dengan lancar. Selain itu, hasil belajar siswa pun dapat

meningkat.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas yaitu model pembelajaran Problem

Based Learning. Menurut Ward dan Stepien (dalam Ngalimun, 2012) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan

masalah. Di dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based

Learning, siswa banyak diajak untuk bersikap aktif karena pada dasarnya model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk berpikir kritis, menemukan

konsep, dan memecahkan permasalahan yang diberikan.

Dari hasil pengamatan di kelas dan berdasarkan wawancara dengan

(24)

1 Yogyakarta menemui kesulitan dalam belajar, terutama dalam hal

menghitung. Padahal dalam matematika, menghitung merupakan salah satu

modal penting yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa. Materi

menghitung sudah didapatkan siswa ketika siswa masih duduk di bangku

Sekolah Dasar (SD). Akan tetapi, masih ada siswa kelas VIIIB yang

mengalami kesulitan dalam menghitung ketika mengerjakan soal sehingga hal

tersebut menghambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Kesulitan dalam menghitung juga menyebabkan prestasi dan hasil belajar

siswa pun menjadi kurang maksimal.

Masalah lain yang muncul adalah tingkat pemahaman siswa terhadap

materi kurang. Tingkat pemahaman siswa yang kurang tersebut dapat

diartikan kurangnya daya serap siswa terhadap materi. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil belajar siswa yaitu nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) di

semester genap, dimana 100% nilai hasil belajar siswa kelas VIIIB belum

mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang kurang, dapat mengindikasikan

bahwa siswa cenderung mudah melupakan materi yang telah diajarkan oleh

guru. Padahal seperti yang telah kita ketahui bahwa materi dalam matematika

saling berkaitan satu sama lain sehingga siswa harus memahami materi yang

sudah diajarkan agar siswa tidak menemui kesulitan dalam mempelajari

materi selanjutnya.

Motivasi belajar siswa pun masih kurang dalam mengikuti

(25)

menjelaskan materi pelajaran dan membahas soal di papan tulis, beberapa

siswa sibuk berbicara dengan teman sebangku. Ketika disuruh mengerjakan

soal, beberapa siswa masih terlihat meminta jawaban dari teman yang lain.

Selain itu, perhatian dan konsentrasi siswa terhadap pembelajaran yang

sedang berlangsung kurang. Siswa kurang memperhatikan instruksi yang

diberikan guru sehingga apa yang diperintahkan oleh guru berbeda dengan

yang dikerjakan oleh siswa. Akibatnya, guru harus mengulangi instruksi yang

diberikan kepada siswa sehingga waktu yang digunakan dalam pembelajaran

menjadi kurang efisien.

Selain hal-hal yang telah dibahas di atas, siswa juga masih kurang

memperhatikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditunjukkan

ketika siswa diberi Pekerjaan Rumah (PR) oleh guru, tetapi pada pagi harinya

Pekerjaan Rumah (PR) tersebut belum dikerjakan oleh siswa. Peristiwa

tersebut berlangsung tidak hanya sekali saja. Akibatnya, guru harus

memberikan tambahan waktu pada siswa untuk mengerjakan Pekerjaan

Rumah (PR) tersebut di kelas sehingga waktu yang tersedia untuk

pembelajaran menjadi berkurang dan menghambat pemberian materi

pelajaran.

Dengan melihat beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa di

atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengatasi beberapa

permasalahan tersebut dengan menerapkan suatu model pembelajaran yaitu

(26)

peneliti ingin membantu siswa agar siswa dapat semakin memahami materi

khususnya untuk pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan

balok. Di dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning, siswa tidak hanya diajak untuk menghafal rumus luas permukaan maupun volume, tetapi siswa juga diajak untuk menemukan

sendiri rumus luas permukaan serta volume kubus dan balok berdasarkan

permasalahan yang diberikan. Dengan begitu, diharapkan siswa lebih mampu

memahami materi karena masalah yang diberikan berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, keterampilan dan sikap kritis siswa

terhadap permasalahan sangat berkontribusi banyak dalam memecahkan

masalah yang diberikan. Dengan menggunakan masalah dalam menemukan

sebuah rumus, maka siswa dapat mampu lebih memahami dan menguasai

konsep-konsep materi tersebut karena siswa mengalami sendiri menemukan

konsep tersebut. Seperti yang telah dijabarkan di atas, menurut Oemar

Hamalik (2013: 27) belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

dari itu, yakni mengalami.

Salah satu karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning adalah memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan

dunia nyata siswa. Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas yang dilakukan

siswa tidak lepas dari kegiatan menghitung. Di dalam materi luas permukaan

serta volume kubus dan balok, tidak hanya disajikan rumus yang perlu

(27)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, kemampuan menghitung

yang baik dalam pembelajaran matematika tidak secara langsung dapat

dimiliki oleh siswa. Siswa perlu mengalami proses tersebut secara berulang.

Dengan begitu, siswa dapat terbiasa dan menangkap materi dengan baik.

Begitu juga dengan kemampuan menghitung. Dengan belajar materi luas

permukaan serta volume kubus dan balok, siswa diajak untuk melatih

kemampuannya dalam menghitung. Selain itu, siswa juga diajak untuk

berlatih dalam menyelesaikan masalah maupun soal yang diberikan. Hal

tersebut tentunya bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuannya

dalam menghitung.

Selain itu, karakteristik lain dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan kelompok kecil. Berdasarkan hasil observasi, terlihat sebagian besar siswa

memiliki kecenderungan berkelompok saat pembelajaran berlangsung

meskipun guru tidak menginstruksikan siswa untuk belajar dalam kelompok.

Dalam kelompok tersebut, siswa cenderung aktif melakukan diskusi

meskipun terkadang diskusi mereka tidak berkaitan dengan materi

pembelajaran. Dalam hal ini, kelompok yang dibentuk siswa tersebut dapat

dikatakan sebagai kondisi lingkungan sosial yang meliputi kelompok belajar.

Namun dengan melihat hal tersebut, peneliti ingin memanfaatkan

karakteristik yang dimiliki siswa tersebut agar sikap dan pembicaraan siswa

semakin terarah dan bermanfaat dalam pembelajaran dengan cara

(28)

pembelajaran berlangsung. Tentunya, siswa berdiskusi mengenai

permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan begitu,

motivasi belajar siswa akan menjadi lebih baik karena kondisi lingkungan

sosial yang mendukung siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud untuk

mengatasi permasalahan di atas dengan cara melakukan penelitian tindakan

kelas dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 2015/ 2016”.

Salah satu kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Siswa tidak

terpaku pada pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini guru

sebagai fasilitator yang membantu siswa jika siswa menemui kesulitan dalam

menemukan konsep luas permukaan serta volume kubus dan balok. Dalam

proses pembelajaran, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil untuk

berdiskusi. Dengan menggunakan masalah sebagai sarana pembelajaran,

siswa diberikan keleluasan mengembangkan kemampuannya untuk

menemukan konsep luas permukaan serta volume kubus dan balok. Dalam

kelompok kecil ini, siswa dapat saling bertukar pikiran. Selain itu, siswa akan

terbantu dalam memahami materi karena penjelasan yang diberikan temannya

(29)

pemahaman siswa terhadap materi dan konsep luas permukaan serta volume

kubus dan balok.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

dengan guru yaitu

1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung dalam pembelajaran

matematika di kelas.

2. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

diajarkan.

3. Kurangnya motivasi belajar siswa.

4. Kurangnya perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut serta mempertimbangkan

keterbatasan, kemampuan, waktu, dan biaya, maka peneliti membatasi

permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dalam pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

diajarkan.

(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Dengan menggunakan tes hasil belajar dapat mengetahui hasil belajar

siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan luas permukaan serta volume kubus dan balok.

2. Dengan menggunakan kuesioner dan wawancara dapat mengetahui

motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan

(31)

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dapat memengaruhi tingkah laku

seseorang sebagai akibat dari terjadinya interaksi.

2. Matematika

Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki obyek abstrak dan dibangun

melalui proses penalaran deduktif dan harus dipelajari serta dikuasai

secara benar untuk dapat menyelesaikan masalah dalam bidang ilmu yang

lain.

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah suatu kondisi dalam diri yang memberikan

perubahan perilaku pada diri seseorang sehingga perilaku seseorang dapat

terarah dan dapat bertahan dalam jangka yang panjang.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang didapatkan siswa setelah

melaksanakan proses belajar.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran

yang memfokuskan siswa untuk menggunakan masalah dalam dunia nyata

sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan menggali pengetahuan

(32)

6. Pemahaman

Pemahaman adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

kegiatan memahami suatu materi dalam pembelajaran.

7. Kubus dan Balok

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah bangun datar

persegi yang sebangun.

Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi

panjang.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi guru

Dapat membantu guru dalam menentukan rancangan pembelajaran yang

dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi luas permukaan

serta volume kubus dan balok.

2. Bagi siswa

Dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi luas permukaan

serta volume kubus dan balok.

3. Bagi peneliti

Dapat membantu peneliti menentukan model pembelajaran yang tepat

(33)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Burton (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara,

2010) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku

pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu

dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya. Dari dua pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat memengaruhi

tingkah laku seseorang sebagai akibat dari terjadinya interaksi.

Hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) mengemukakan

ciri-ciri belajar yaitu

1. Proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui.

2. Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat

pada suatu tujuan tertentu.

3. Bermakna bagi kehidupan tertentu.

4. Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara

keseimbangan.

(34)

6. Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual.

7. Berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan

hasil-hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta

didik.

8. Proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan

kemajuannya.

9. Kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.

10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat

didiskusikan secara terpisah.

11. Di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan

paksaan.

12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas, dan keterampilan.

13. Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat

dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

14. Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan

berbeda-beda.

15. Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan

statis.

Berdasarkan pengertian dasar dari belajar yaitu suatu usaha atau

perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,

dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta

(35)

aspek-aspek kejiwaan intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya, maka

Makmun Khairani (2014: 13) merumuskan tujuan belajar yaitu

1. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang

ilmu.

2. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan.

3. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

berpikir peserta didik.

4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah

laku.

5. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.

6. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak

hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya.

7. Belajar bertujuan untuk mengubah pola pikir dari pola pikir yang negatif

dan tidak produktif menjadi pola pikir yang positif, kreatif, dan produktif.

8. Belajar bertujuan untuk merubah sikap mental yang pesimis, mudah putus

asa, suka mengeluh, menjadi orang yang bersikap optimis, ulet, tekun

tanpa mengeluh.

9. Belajar bertujuan untuk mengubah, membangun dan mengembangkan

kepribadian, watak, dan karakter.

B. Motivasi Belajar

Wlodkowski (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010)

(36)

menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan

(persistence) pada tingkah laku tersebut. Menurut Mujib (dalam Makmun

Khairani, 2014) motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang ada

dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakkan,

membangkitkan, dan memberi harapan pada perilaku. Menurut Hamzah B.

Uno (2008: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan

eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Menurut Agus Suprijono (2009: 163) motivasi belajar adalah

proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan

bertahan lama. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah suatu kondisi dalam diri yang memberikan perubahan

perilaku pada diri seseorang sehingga perilaku seseorang dapat terarah dan

dapat bertahan dalam jangka yang panjang.

Menurut Herman Hudojo (1988: 106), terdapat dua jenis motivasi

yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Yang dimaksud motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya stimulus dari luar.

Kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang tidak

langsung berhubungan dengan kegiatan tersebut. Sedangkan motivasi

intrinsik adalah motivasi yang timbulnya memang dari dalam diri orang itu

sendiri. Kegiatan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang

(37)

Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Ali Imron (1996: 99)

mengemukakan ada enam unsur yang memengaruhi motivasi belajar. Keenam

unsur tersebut adalah

1. Cita-cita/ aspirasi siswa.

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang memengaruhi motivasi

belajar. Hal ini dapat diamati, jika siswa sudah memiliki cita-cita, maka

siswa tersebut akan termotivasi untuk menggapai cita-cita tersebut.

2. Kemampuan siswa.

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Jika

siswa mempunyai kemampuan di satu bidang, siswa tersebut belum tentu

mempunyai kemampuan di bidang lain. Dalam proses pembelajaran dapat

terlihat jika siswa mempunyai motivasi belajar yang rendah, ada

kemungkinan jika siswa tersebut memiliki kemampuan yang rendah pula.

Oleh karena itu, kemampuan siswa menjadi faktor penting dalam

memengaruhi motivasi.

3. Kondisi siswa.

Kondisi siswa dapat dibedakan atas kondisi fisik dan kondisi

psikologis. Kondisi fisik sangat berkaitan erat dengan kondisi psikologis.

Kondisi siswa baik secara fisik maupun psikologis sangat memengaruhi

motivasi belajar siswa.

4. Kondisi lingkungan siswa.

Selain faktor individu, faktor lingkungan juga sangat memengaruhi

(38)

dan lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah

tempat dimana siswa tersebut belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan

lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya

dengan orang lain. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan

sepermainan, lingkungan sebaya, dan kelompok belajar.

5. Unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran.

Unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran meliputi motivasi dan

upaya memotivasi siswa untuk belajar, bahan belajar dan upaya

penyediaannya, alat bantu belajar dan upaya penyediaannya, suasana

belajar dan upaya pengembangannya, kondisi subjek belajar dan upaya

penyiapan dan peneguhannya.

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Selain faktor individu dan faktor lingkungan, guru juga

memengaruhi motivasi belajar siswa. Guru yang memiliki gairah dalam

melaksanakan pembelajaran, maka siswa pun memiliki gairah dalam

belajar. Namun sebaliknya, jika guru tidak memiliki gairah dalam

melaksanakan pembelajaran, maka siswa pun kurang bergairah dalam

belajar.

Ali Imron (1996: 106) mengemukakan ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa di antaranya:

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

Ada beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam belajar, yaitu

(39)

keterlibatan langsung siswa, prinsip pengulangan belajar, prinsip sifat

perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari, prinsip pemberian

balikan dan penguatan dalam belajar, dan prinsip perbedaan individual

antar siswa.

Ada dua cara dalam mengoptimalkan penerapan prinsip belajar,

yaitu pertama, menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut

dapat diterapkan secara optimal dan kedua, menjauhkan kendala-kendala

yang ditemui dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/ pembelajaran.

Unsur-unsur dinamis pembelajaran dapat dilakukan dengan cara

pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar/ pembelajaran

dan kedua, memanfaatkan sumber-sumber di luar sekolah.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/ kemampuan yang telah

dimiliki dalam belajar.

Setiap siswa mempunyai pengalaman dan kemampuan yang

berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. Pengalaman dan

kemampuan yang dimiliki siswa bisa menjadi kendala bagi siswa dalam

mengikuti pembelajaran berikutnya. Namun, tak jarang pengalaman dan

kemampuan yang dimiliki siswa justru menjadi pendukung siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan guru agar pengalaman dan

(40)

a. Biarkan siswa dapat menangkap apa yang dipelajari sekarang dari

perspektif pengalaman dan kemampuan yang telah dimiliki. Jangan

dipaksa menggunakan perspektif gurunya.

b. Kaitkan aktivitas belajar siswa pada masa sekarang dengan pengalaman

dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa.

c. Gali dulu pengalaman dan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa

melalui tes lisan atau tertulis sebelum menyampaikan materi

berikutnya.

d. Beri kesempatan kepada siswa untuk membandingkan apa yang

sekarang dipelajari dengan pengalaman dan kemampuan yang telah

dimiliki.

4. Mengembangkan cita-cita/ aspirasi dalam belajar.

Cita-cita dan aspirasi penting untuk dikembangkan sebagai upaya

dalam memotivasi belajar siswa. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan

yaitu

a. Kenalilah aspirasi dan cita-cita siswa.

Untuk mengenali aspirasi dan cita-cita dapat dilakukan melalui

penyebaran angket yang memuat sejumlah aspirasi atau cita-cita siswa.

Selain itu, juga bisa melalui tes minat untuk siswa.

b. Komunikasikan hasil pengenalan atas aspirasi cita-cita kepada siswa

dan orangtuanya.

Dalam kenyataan, terkadang keinginan orangtua dan siswa

(41)

mengomunikasikan kepada siswa dan orangtua mengenai pengenalan

tentang aspirasi atau cita-cita perlu dilakukan agar orangtua tidak

memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.

c. Buatlah program-program yang dapat mengembangkan cita-cita dan

aspirasi siswa.

Dengan dibuatnya program-program tersebut, maka siswa dapat

memilih program yang sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 149) beberapa bentuk

motivasi yang dapat digunakan guru dalam mempertahankan minat siswa

terhadap bahan pelajaran yang diberikan di antaranya:

1. Memberi angka

Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil

aktivitas belajar siswa. Angka merupakan alat motivasi yang cukup

memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan

lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.

2. Hadiah

Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai

penghargaan. Hadiah dapat diberikan kapan saja ketika siswa yang

bersangkutan layak mendapatkan apresiasi berupa hadiah. Tetapi perlu

diperhatikan bahwa penggunaan hadiah sebagai wujud apresiasi kepada

siswa harus digunakan secara tepat. Dalam pembelajaran, hadiah dapat

diberikan kepada siswa yang berprestasi. Hal tersebut dapat memacu siswa

(42)

3. Pujian

Pujian adalah alat motivasi yang positif. Dalam kegiatan belajar

mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Pujian dapat

berfungsi untuk mengarahkan kegiatan dan perhatian siswa pada hal-hal

yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang telah direncanakan.

Selain itu, pujian dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari

setiap siswa dalam proses belajar mengajar.

4. Gerakan tubuh

Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan

gairah belajar siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih

menyenangkan. Gerakan tubuh juga dapat meluruskan perilaku anak didik

yang menyimpang dari tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, jika gerakan

tubuh yang dilakukan guru tepat, maka akan menimbulkan umpan balik

dari siswa.

5. Memberi tugas

Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk

diselesaikan. Tugas dapat meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa

terhadap penjelasan materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

6. Memberi ulangan

Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran.

Fungsi ulangan adalah sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk.

Sebagai evaluasi proses, guru ingin mengetahui sampai dimana dan sejauh

(43)

guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap

bahan yang telah diberikan dalam rentangan waktu tertentu. Selain

berfungsi sebagai evaluasi proses dan evaluasi produk, ulangan juga

berfungsi untuk mendapatkan umpan balik dari siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat dimanfaatkan

untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang

diberikan oleh guru di kelas. Namun demikian, pemberian ulangan juga

harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan agar

ulangan yang diberikan menjadi efektif.

7. Mengetahui hasil

Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam

diri setiap orang. Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan

oleh siswa, maka hal tersebut dapat mendorong siswa untuk

mempertahankannya, bahkan berusaha untuk meningkatkannya dengan

cara lebih giat lagi dalam belajar.

8. Hukuman

Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang dimaksudkan tidak seperti hukuman

penjara, tetapi hukuman yang bersifat mendidik. Perlu diperhatikan bahwa

guru harus selektif dalam memilih hukuman agar efek yang ditimbulkan

(44)

C. Hasil Belajar

Menurut Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013)

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Menurut Sudjana (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Menurut Juliah (dalam Asep Jihad dan

Abdul Haris, 2013) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik

siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dari beberapa

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang terkait dari kegiatan proses belajar

mengajar yang telah dilakukannya.

Usman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013) menyatakan bahwa

hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan

tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif dibagi menjadi enam jenjang, yaitu

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan jenjang paling rendah dalam ranah

kognitif. Jenjang ini meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat

khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan

(45)

b. Pemahaman (comprehension)

Jenjang ini meliputi penerimaan dalam komunikasi secara

akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang

berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah

pengertian dan dapat mengeksplorasikan.

c. Aplikasi

Dalam hal ini aplikasi dapat diartikan dengan penggunaan

prinsip atau metode pada situasi yang baru.

d. Analisa

Jenjang ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

membentuk bagian-bagian suatu materi, memprediksi hubungan di

antara bagian-bagian itu dan cara mengorganisir materi itu.

e. Sintesa

Jenjang ini berkaitan tentang cara anak untuk menempatkan

bagian-bagian atau elemen sehingga membentuk suatu keseluruhan

yang koheren.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan jenjang yang paling atas dalam ranah

kognitif. Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan

pengetahuan siswa. Jenjang ini meliputi kemampuan siswa dalam

mengambil keputusan atau dalam menyampaikan pendapat tentang nilai

suatu tujuan, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi, dan

(46)

2. Ranah afektif

Ranah afektif dibagi menjadi lima jenjang, yaitu

a. Menerima atau memperhatikan

Jenjang ini merupakan jenjang pertama dalam ranah afektif.

Jenjang ini meliputi sifat sensitif terhadap adanya suatu stimulus dan

kesadaran yang merupakan perilaku kognitif yang di dalamnya ada

keinginan untuk menerima atau memperhatikan.

b. Merespon

Dalam jenjang ini siswa dilibatkan secara penuh dalam suatu

kegiatan sehingga siswa akan mencari-cari dan menambahkan kepuasan

dari hasil pekerjaannya.

c. Penghargaan

Perilaku siswa dalam jenjang ini adalah konsisten dan stabil

terhadap suatu nilai, pemilihan terhadap nilai, dan keterikatannya pada

suatu pandangan atau ide tertentu.

d. Mengorganisasikan

Dalam jenjang ini, siswa membentuk suatu sistem nilai yang

dapat menuntun perilaku. Jenjang ini meliputi konseptualisasi dan

mengorganisasikan.

e. Mempribadi (mewatak)

Mempribadi (mewatak) merupakan jenjang terakhir dalam

(47)

telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu

sistem yang bersifat internal, dan mempunyai kontrol perilaku.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor dibagi menjadi lima jenjang, yaitu

a. Menirukan

Jika siswa ditunjukkan suatu action yang dapat diamati, maka siswa tersebut terdorong untuk membuat suatu tiruan terhadap action tersebut.

b. Manipulasi

Dalam jenjang ini, siswa mampu menampilkan action yang telah

diajarkan. Selain itu, siswa mempunyai kemampuan dalam

membedakan, memilih action yang diperlukan, bahkan siswa mulai mempunyai keterampilan dalam memanipulasi action.

c. Keseksamaan (precision)

Jenjang ini meliputi kemampuan siswa dalam penampilan

sampai tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam menciptakan suatu

kegiatan tertentu.

d. Artikulasi (articulation)

Dalam jenjang ini, siswa dapat mengoordinasikan berbagai

(48)

e. Naturalisasi

Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila

siswa telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action secara urut.

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Ngalimun (2012: 89) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Ward dan Stepien

(dalam Ngalimun, 2012) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Dari dua pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang dapat mengondisikan siswa untuk belajar aktif memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru

dalam proses pembelajaran.

Menurut Ngalimun (2012: 89) Problem Based Learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia

(49)

3. Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin

ilmu.

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk

dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari

dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa mencoba menggali pengetahuan untuk memecahkan

masalah tersebut dengan bekerjasama dalam kelompok sehingga semua siswa

dapat terlibat secara aktif.

Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning harus menggunakan langkah-langkah metode ilmiah agar pemecahan masalah berjalan sistematis. Selain itu, dengan menggunakan

langkah-langkah metode ilmiah dalam pemecahan masalah akan berakibat

pembelajaran yang dilaksanakan dapat efektif dan bermanfaat bagi siswa.

Menurut Pannen (dalam Ngalimun, 2012) langkah-langkah pemecahan

masalah dalam pembelajaran Problem Based Learning ada delapan tahapan yaitu

1. Mengidentifikasi masalah.

(50)

3. Menganalisis data.

4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya.

5. Memilih cara untuk memecahkan masalah.

6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah.

7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan.

8. Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012) ada lima fase (tahap) yang

perlu dilakukan untuk mengimplementasikan Problem Based Learning.

Fase-fase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Sintaks Problem Based Learning

Fase Aktivitas guru

Fase 1:

Mengorientasikan siswa pada masalah.

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

Fase 3: Membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok.

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

[image:50.595.87.520.233.703.2]
(51)

Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai

evaluasi terhadap proses pembelajaran. Sutrisno (dalam Ngalimun, 2012)

menekankan empat hal yang penting pada proses ini yaitu

1. Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki

masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak

sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha

untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

4. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Dalam memecahkan masalah dibutuhkan kerjasama anggota

kelompok. Perlu diperhatikan bahwa kelompok harus heterogen, adanya

interaksi antar anggota, komunikasi harus terjalin dengan baik, adanya tutor

(52)

dalam fase ini adalah membuat siswa aktif sehingga dapat memberikan

penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.

Fase 3: Membantu penyelidikan individu maupun kelompok

Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Dalam menyelesaikan permasalahan, diperlukan beberapa teknik penyelidikan, di

antaranya pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,

dan memberikan pemecahan. Pada tahap pengumpulan data dan eksperimen,

guru mempunyai peran untuk mendorong siswa agar siswa mengumpulkan

data dan melaksanakan eksperimen sampai siswa benar-benar memahami

permasalahan. Dalam hal ini diperlukan informasi sebanyak-banyaknya agar

siswa mampu membangun ide untuk menyelesaikan permasalahan.

Langkah berikutnya adalah siswa memberikan hipotesis, penjelasan,

dan pemecahan. Pada tahap ini, guru mendorong siswa agar siswa

menyampaikan segala ide yang dimiliki dan guru menerima ide itu secara

penuh. Namun demikian, guru harus memberikan pertanyaan-pertanyaan

terkait ide yang disampaikan siswa agar siswa berpikir kritis mengenai

kelayakan hipotesis dan solusi yang diberikan serta kualitas informasi yang

dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya)

dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, bisa berwujud suatu

(53)

model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),

program komputer, dan sajian multimedia. Pameran ini akan lebih baik jika melibatkan orang lain misalnya guru maupun teman yang akan memberikan

umpan balik.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini dapat membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka

sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

Dalam fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi ide-ide dan

langkah-langkah yang telah mereka lakukan selama kegiatan belajar

berlangsung.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 220) sebagai suatu strategi

pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

(54)

6. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi

sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

7. Pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap

mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang

harus dimengerti oleh siswa.

8. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir

kritis dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

10. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

11. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

Di samping keunggulan, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka

(55)

E. Kubus dan Balok

1. Luas Permukaan Kubus dan Balok

Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 213) luas

permukaan sebuah bangun ruang adalah jumlah seluruh luas sisi yang

menyusun bangun ruang tersebut.

a. Luas permukaan kubus

Menurut Nuniek Avianti Agus (2008: 184) kubus adalah sebuah

bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua

rusuknya sama panjang.

Gambar 2.1(a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus

Dari Gambar 2.1 terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya. Mencari

luas permukaan kubus sama artinya mencari semua luas jaring-jaring

kubus. Oleh karena jaring-jaring kubus terdiri dari 6 buah persegi yang

kongruen, maka

Luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus

=

=

[image:55.595.88.514.215.639.2]
(56)

Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

Luas permukaan kubus = dengan s adalah panjang rusuk

b. Luas permukaan balok

Menurut Nuniek Avianti Agus (2008: 192) balok adalah sebuah

bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan yang sama

bentuk dan ukurannya, dimana setiap sisinya berbentuk persegi

panjang. Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara

menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua

luas jaring-jaring balok. Coba perhatikan Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 (a) Balok dan (b) Jaring-jaring Balok

Misalkan panjang rusuk-rusuk pada balok diberi nama p

(panjang), l (lebar), dan t (tinggi) seperti pada gambar. Dengan

demikian, luas permukaan balok tersebut adalah

Luas permukaan balok = luas sisi 1 + luas sisi 2 + luas sisi 3 + luas sisi

[image:56.595.84.512.124.619.2]
(57)

=

=

=

=

=

Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

Luas permukaan balok =

Keterangan: p = panjang balok

l = lebar balok t = tinggi balok

2. Volume Kubus dan Balok

Menurut Heru Nugroho dan Lisda Meisaroh (2009: 188) volume adalah

bilangan yang menyatakan ukuran suatu bangun ruang.

a. Volume Kubus

Gambar 2.3 (a) Kubus Satuan dan (b) Kubus 1 1

[image:57.595.85.512.87.714.2]
(58)

Gambar 2.3 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran

berbeda. Kubus pada Gambar 2.3 (a) merupakan kubus satuan, yaitu

kubus yang memiliki panjang rusuk 1 satuan panjang. Untuk membuat

kubus pada Gambar 2.3 (b), diperlukan kubus satuan.

Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan

cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali,

sehingga

Volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk

=

=

Jadi, volume kubus dapat dinyatakan sebagai berikut:

Volume kubus =

dengan s merupakan panjang rusuk kubus.

b. Volume Balok

Proses penurunan rumus balok memiliki cara yang sama seperti

pada kubus. Caranya dengan menentukan kubus satuan yang d

Gambar

Gambar 2.1 (a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus .............................................
Sintaks Tabel 2.1 Problem Based Learning
Gambar 2.1(a) Kubus dan (b) Jaring-jaring Kubus
Gambar 2.2 (a) Balok dan (b) Jaring-jaring Balok
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB.. SMP NEGERI 1

Perbandingan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ulujami, Pemalang pada Materi Pokok Kubus dan Balok antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Siswa dan siswi kelas VIIIA dan VIIIB SMP Negeri 2 Kartasura yang telah membantu penulis dalam penelitian.. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui manfaat pembelajaran dengan penggunaan program Cabri 3D terhadap pemahaman siswa kelas VIII pada pokok bahasan

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui manfaat pembelajaran dengan penggunaan program Cabri 3D terhadap pemahaman siswa kelas VIII pada pokok bahasan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA SUB POKOK BAHASAN ATURAN SINUS DAN KOSINUS DITINJAU DARI MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X-B SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA Skripsi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan Problem Based Learning, dapat disimpulkan bahwa Penerapan pendekatan Problem Based Learning