• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh citra merek (Brand Image) terhadap loyalitas konsumen : studi kasus pada produk Body Mist The Body Shop di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh citra merek (Brand Image) terhadap loyalitas konsumen : studi kasus pada produk Body Mist The Body Shop di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza

Matias Gadau

Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARDS

CONSUMER LOYALTY

A Case Study on The Body Shop’ Body Mist Product at Ambarrukmo

Plaza Yogyakarta

Matias Gadau

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This study aims to determine the influence of the brand image towards the consumer loyalty on the The Body Shop’s product Body Mist. This research was conducted on February 2016 at Ambarrukmo Plaza Yogyakarta. The research population were the consumers of The Body Shop products at Ambarrukmo Plaza, which involved 100 consumers. The sampling technique applied was purposive sampling . The data were collected by using questionnaires that were tested for its validity and reliability. The analysis techniques used were multiple regression and hypothesis test with F test and t test. The result shows that the brand image consisting of corporate image, user image, and product image simultaneously influenced consumer loyalty. The most dominant variable influencing consumer loyalty among these three variables was variable of corporate image, in which the t value was the biggest.

(3)

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Matias Gadau

NIM : 122214107

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

Skripsi

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Matias Gadau

NIM : 122214107

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Belajarlah dari pion catur dia memang orang kecil dan

maju secara perlahan, tapi kalian harus ingat pion tidak

pernah mundur pada saat pion mencapai puncak maka pion

akan menjadi orang yang besar”.

“Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap

hatimu seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia”

Kolose 3:23

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Allah yang Maha Kuasa Tuhan Yesus yang senatiasa bersamaku

Kepada Orang Tua saya yang mendoakan dan semangat

Kakak dan adik saya yang selalu mengingatkan dan semangat

(8)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN”

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasan atau pendapat atau pikiran penulis lain yang saya akui

seolah-olah sebagau tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan

tulisan yang saya salin, tiru atau diambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan

pengakuan pada penulis aslinya.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

Penulis,

Matias Gadau

(9)

vi

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Matias gadau

Nomor Induk Mahasiswa : 122214107

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN,

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

memplubikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 31 Agustus 2016

Yang menyatakan,

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas

Konsumen”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa

bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela

mengorbankan waktu untuk membimbing penulis sampai penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

(11)

viii

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, SE., M.Si selaku Ketua Prodi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas sanata Dharma.

4. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivienda, M.Si selaku dosen pembimbing I

yang telah mengarahkan, membimbing serta memberi dukungan dan

sara kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., MBA selaku dosen pembimbing II

yang telah mengarahkan, teliti, sabar serta memberi dukungan, saran

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam memberi

dukungan kepada penulis.

7. Orang tua tercinta papa, mama, kakak dan adik yang telah memberikan

doa dan dukungan dan nasihat dalam segala hal.

8. Ayu Afrini yang telah mendukung dan memberikan semangat serta

motivasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Aisyah Permatasari, Ausan Agris, Marcela, Alvian,

Nadhira, Yohana, dan Ishaq Matondang yang telah memberikan

dukungan dan semangat serta masukkan dalam pembuatan skripsi.

Terimakasih atas dukungan dan tetap bersama baik dalam suka dan

(12)

ix

10.Jenny Siagian terimakasih telah mendukung dan menemani sebagai

sahabat, kakak maupun sebagai keluarga yang tetap memberikan

semangat.

11.Untuk semua teman-teman manajemen angkatan 2012 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, tetap semangat dalam segala hal dan

diberikan kelancaran.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya masih banyak kekurangan

dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, diharapkan ada kritik dan

saran untuk meningkatkan kemampuan penulis untuk menulis karya ilmiah

selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapa menjadi referensi dapa

bermanfaat bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Sanata Dharma Yogyakarta

khususnya bagi masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, 25 Juli 2016

Penulis,

Matias Gadau

(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

ABSTRAK...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

B. Penelitian Terdahulu ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

(14)

xi

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Definisi Operasional... 45

F. Populasi dan Sampel ... 47

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 49

H. Sumber Data... 49

I. Teknik Pengambilan Data ... 50

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

K. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 61

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Uji Validitas Instrumen ... 78

B. Analisis Deskiptif ... 80

C. Uji Prasyarat Analisis ... 89

D. Analisis dan Pembahasan Regresi Berganda ... 91

E. Uji Hipotesis ... 94

F. Pembahasan ... 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 103

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(15)

xii

DAFTAR TABEL

III.1 Definisi operasional variabel-variabel ... 43

III.2 Skala Likert ... 46

V.1 Rangkuman tes validitas ... 80

V.2 Rangkuman uji validitas ... 81

V.3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 82

V.4 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 83

V.5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 84

V.6 Karekteristik responden berdasarkan penghasilan ... 85

V.7 Kategori variabel citra perusahaan ... 86

V.8 Kategori variabel citra pemakai ... 87

V.9 Kategori variabel citra produk ... 88

V.10 Kategori variabel loyalitas konsumen... 89

V.11 Hasil uji normalitas ... 90

V.12 Hasil uji multikolinieritas ... 91

V.13 Hasil uji heteroskedastisitas ... 92

V.14 Hasil perhitungan regresi ... 93

V.15 Koefisien Determinasi (R2) ... 95

V.16 Hasil perhitungan uji F (secara simultan) ... 96

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

I.1 Penjualan kosmetik ... 5

I.2 Top brand award The Body Shop ... 6

II.1 Kerangka Ekuitas merek berbasis konsumen ... 23

II.2 Piramida Loyalitas Konsumen ... 34

II.3 Kerangka konseptual ... 37

IV.1 Kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri ... 68

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 109

Lampiran 2 Data hasil penelitian ... 114

Lampiran 3 Data hasil kategorisasi ... 119

Lampiran 4 Hasil uji validitas ... 124

Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas ... 128

Lampiran 6 Karakteristik responden ... 129

Lampiran 7 Rumus Perhitungan kategorisasi ... 130

Lampiran 8 Hasil uji kategorisasi ... 132

Lampiran 9 Uji Normalitas ... 133

Lampiran 10 Uji Multikolineritas ... 133

Lampiran 11 Uji heteroskedastisitas ... 134

(18)

xv

ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK (BRAND IMAGE) TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus Pada Produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza

Matias Gadau

Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

(19)

xvi

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARDS

CONSUMER LOYALTY

A Case Study on The Body Shop’ Body Mist Product at Ambarrukmo

Plaza Yogyakarta

Matias Gadau

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This study aims to determine the influence of the brand image towards the consumer loyalty on the The Body Shop’s product Body Mist. This research was conducted on February 2016 at Ambarrukmo Plaza Yogyakarta. The research population were the consumers of The Body Shop products at Ambarrukmo Plaza, which involved 100 consumers. The sampling technique applied was purposive sampling . The data were collected by using questionnaires that were tested for its validity and reliability. The analysis techniques used were multiple regression and hypothesis test with F test and t test. The result shows that the brand image consisting of corporate image, user image, and product image simultaneouses influenced consumer loyalty. The most dominant variable influencing consumer loyalty among these three variables was variable of corporate image, in which the t value was the biggest.

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini banyak dari para wanita yang semakin peduli

dengan fasion dan penampilan yang menarik. Penampilan menarik merupakan

hal yang sangat penting bagi para wanita. Penampilan menarik tersebut

tentunya membutuhkan perawatan pribadi dengan menggunakan

produk-produk kecantikan yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan

adanya kebutuhan akan produk kecantikan tersebut, maka banyak

perusahaan-perusahaan yang bersaing untuk menciptakan atau membuat produk-produk

kecantikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari konsumen.

Industri kosmetik merupakan industri dengan pertumbuhan yang sangat

cepat serta salah satu industri dengan tingkat penjualan yang sangat tinggi.

Persaingan antar perusahaan di pasar industri kecantikan dan perawatan pribadi

pun semakin kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis produk

kecantikan yang beredar saat ini. Menghadapi persaingan yang semakin

kopetitif, perusahan dituntut untuk bisa menciptakan keunikan tersendiri

diiringi dengan penanaman citra positif terhadap produk yang dikeluarkan agar

bisa unggul diantara pesaing. Melihat kondisi ekonomi dan gaya hidup

masyarakat Indonesia yang saat ini semakin cerdas dalam memilih produk

kecantikan dan yang selalu menginginkan produk-produk yang baru, pemasar

(21)

supaya dapat mengusai pangsa pasar. Hal ini didukung dari daya beli

masyarakat Indonesia yang semakin meningkat terutama bagi konsumen yang

memutuskan untuk membeli produk tertentu (kosmetik) dalam rangka

memperjelas identitas diri agar dipandang baik dalam komunitas.

Terdapat keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan

apabila memiliki konsumen yang loyal (Griffin, 2005:11), antara lain:

1. Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambilalihan pelanggan

lebih tinggi daripada biaya mempertahankan pelanggan).

2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah, seperti negosiasi kontrak dan

pemrosesan order

3. Biaya perputaran pelanggan (customer turnover) menjadi berkurang (lebih

sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan)

4. Keberhasilan cross-selling menjadi meningkat, menyebabkan pangsa

pelanggan yang lebih besar

5. Pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebih positif dengan asumsi para

pelanggan yang loyal juga merasa puas

6. Biaya kegagalan menjadi menurun (pengurangan pengerjaan ulang, klaim

garansi, dan sebagainya)

Loyalitas pelanggan mutlak diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk

dapat tetap survive dan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Untuk

membangun loyalitas konsumen diperlukan adanya usaha-usaha dari

perusahaan untuk tetap memberikan kualitas terbaik dalam setiap produk atau

(22)

konsumen. Pelanggan yang puas dan loyal merupakan peluang untuk

mendapatkan pelanggan baru. Mempertahankan semua pelanggan yang ada

umumnya akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan pergantian

pelanggan karena biaya untuk menarik pelanggan baru bisa lima kali lipat dari

biaya mempertahankan seorang pelanggan yang sudah ada (Kotler et al,2006).

Loyalitas tentunya tidak hadir begitu saja, perusahaan harus bisa

mengatur strategi bagaimana mengelola konsumen dengan cara mengenal dan

mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari konsumen dengan harapan

konsumen tersebut ingin membeli produk yang diproduksi oleh perusahaan.

Dalam proses pembelian produk kosmetik tersebut tentunya konsumen melalui

beberapa tahapan-tahapan dan proses-proses terlebih dahulu, seperti melihat

iklan dan rekomendasi orang lain. Setelah melewati tahapan tersebut maka

konsumen mulai membandingkan produk satu dengan produk lainnya sehingga

pada akhirnya konsumen memilih untuk membeli berdasarkan pengalamannya

serta akan membeli produk yang sama (loyal). Salah satu jalan untuk meraih

keunggulan kompetisi dan mempertahankan loyalitas konsumen adalah dengan

membentuk brand image (citra merek) yang positif dimata konsumen.

Sebuah brand yang memiliki image baik pada masyarakat, pasti akan

mendapatkan posisi yang lebih baik di pasar, keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan, dan meningkatkan pangsa pasar atau kinerja (Park, Jaworski, &

MacInnis, 1986). Menurut Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:252), brand image

yang positif memungkinkan konsumen untuk mengidentifikasi kebutuhannya

(23)

pesaingnya, sehingga meningkatkan kemungkinan konsumen akan membeli

brand tersebut.

Di Indonesia, saat ini banyak perusahaan-perusahaan kosmetik yang

mulai masuk dan bersaing untuk memperebut pangsa pasar. Persaingan

memperebutkan pangsa pasar tidak hanya berasal dari perusahaan dari luar

negeri saja, namun persaingan tersebut juga berasal dari perusahaan kosmetik

yang berasal dari Indonesia. Industri kosmetik merupakan salah satu Industri

dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi. Menurut data yang di

peroleh dari Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia), jumlah

perusahaan kosmetik yang ada di Indonesia berjumlah sekitar 744 perusahaan.

Hal ini menunjukkan banyaknya perusahaan yang bermain di Industri

kosmetik, khususnya di Indonesia.

Data dari kementerian Perindustrian Indonesia Melalui “Indonesia

finance Today” diketahui bahwa industri kosmetik berhasil bertahan dalam

krisis ekonomi global pada tahun 2012 dengan terus mengalami pertumbuhan

solid (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan data

yang diperoleh dari Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi)

memperkirakan pada tahun 2013 penjualan kosmetik dapat tumbuh hingga Rp

11,22 triluan, naik 15% dibandingkan dengan proyeksi pada tahun 2012

sebesar Rp 9,76 triliun. Dari sisi ekspor, industri kosmetik ditaksir tumbuh 20%

(24)

Berikut adalah data penjualan kosmetik Indonesia:

Tabel I.1

Sumber: http://indonesianconsume.blogspot.co.id

Pemerintah juga mendukung perkembangan industri kosmetik dengan

memberikan insentif berupa tax allowance dan pembebasan bea masuk atas

impor mesin. Diharapkan dengan adanya insentif tersebut maka industri

kosmetik dapat berekspansi secara rutin untuk meningkatkan 15 kapasitas

produksi. Kebijakan tersebut dilengkapi pula dengan adanya pasar bebas

ASEAN dan China (ACFTA) yang akan berlaku pada 2015 sehingga

produk-produk kosmetik China juga dapat memasuki industri kosmetik Indonesia

(Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2013). Peluang ini akan

semakin meningkatkan persaingan di dalam industri kosmetik Indonesia.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh lembaga survey “Clicktop10

pada tahun 2013, terdapat sepuluh perusahaan kosmetik yang dinilai memiliki

(25)

setuju bahwa pemimpin pasar untuk industri kosmetik di Indonesia adalah

“L’Oreal Group” dengan membawahi brand – brand ternama seperti

“Garnier”, “Maybelline”, “The Body Shop”, dan berbagai brand lainnya.

“The Body Shop” adalah salah satu brand kosmetik dari “L’Oreal”

sebagai perusahaan kosmetik dengan penjualan terbaik di Indonesia. “The

Body Shop” adalah brand yang pertama kali diperkenalkan oleh Anita Roddick

di Inggris pada tahun 1976 sebagai brand yang memposisikan diri sebagai

produk kosmetik organik. “The Body Shop” berada di ranking ke 29 dalam

Most Valuable Cosmetics Brands in the World yang diadakan oleh “Brand

Finance” dengan nilai 1.278 USD (www.rangkingthebrand.com, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Top Brand Award pada fase I 2015 pada

kosmetik perawatan pribadi khususnya pada produk perawatan tubuh yaitu

Body Mist yang mendapatkan penghargaan top brand dapat dilihat pada tabel:

Tabel II.2

Top Brand Award Kategori Body Mist

Sumber : www.topbrand-award.com

Tabel II.1 memperlihatkan urutan merek produk Body Mist The Body

Shop terpilih menjadi Top Brand, sedangkan Produk Mustika Puteri dan

produk lainnya berada di bawah produk The Body Shop. Hal ini

TBI TOP The Body Shop 32.0% TOP Mustika Puteri 7.8%

Victoria Secret 7.3%

Eskulin 4.4%

Oriflame 3.3%

Natural Beauty 2.6%

(26)

memperlihatkan bahwa produk kosmetik organik mampu bersaing dengan

produk lainnya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti

loyalitas konsumen terhadap produk Body Mist dan melihat seberapa kuat citra

merek yang telah dibangun oleh The Body Shop.

Menurut Freddy Rangkuti (2002:2) mengatakan bahwa merek

merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat,

dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek terbaik akan memberikan jaminan

kualitas. Namun pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya

tidak hanya merupakan suatu symbol, melainkan atribut, manfaat, nilai,

budaya, kepribadian, dan pemakai. Merek (brand) telah menjadi krusial yang

berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik

perusahaan profit maupun nonprofit, manufaktur maupun penyedia jasa, dan

organisasi lokal maupun global.

Pemasar harus selalu mendesain program pembangunan citra merek

(brand image) dalam aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang

mendukung pemasaran guna memperkuat merek. Kekuatan merek menyangkut

dalam dua hal, yaitu persepsi konsumen terhadap merek dan loyalitas

konsumen pada penggunaan merek. Seiring dengan perkembangan persaingan

antar Industri Kosmetik dengan berbagai macam keunggulan yang bertujuan

untuk meningkatkan volume penjualan, meraih kembali pasar yang telah

menurun, dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya adalah

(27)

Oleh karena itu, citra merek (brand image) sangatlah penting untuk

meraih pangsa pasar yang diharapkan oleh perusahaan. Sesuai uraian di atas,

maka penulis mengambil judul “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) terhadap Loyalitas Konsumen Produk Body Mist The Body Shop (Studi

Pada kosmetik The Body Shop di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah citra merek (brand image) dengan dimensi citra perusahaan

(corporate image), citra pemakai (user image), dan citra produk (product

image) berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen produk Body

Mist The Body Shop di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta?

2. Dimensi apakah dari citra merek (brand image) yang paling dominan

berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas konsumen produk kosmetik

Body Mist The Body Shop?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh citra merek (brand image) dengan dimensi

citra perusahaan (corporate image), citra pemakai (user image), dan citra

produk (product image) terhadap loyalitas konsumen produk Body Mist

The Body Shop di Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui dimensi apakah dari citra merek (brand image) yang

paling dominan berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas konsumen

(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian Ini diharapkan bagi manajemen perusahaan dapat

menggunakannya dan memberikan gambaran dan masukan baik konsep

maupun pemasaran, khususnya pada citra merek dalam mempertahankan

konsumen.

2. Bagi Akademik

Hasil Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi kajian tentang

loyalitas konsumen terhadap produk kosmetik dengan menggunakan

analisis dari perspektif pemasaran (brand image).

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada ilmu

pengetahuan dan menambah referensi kepustakaan yang dapat

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian

sebelumnya.

E. Sistematika Penulisan

Dalam proposal ini penulis menyusun enam bab uraian, dimana dalam

tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing, yaitu sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,

(29)

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori-teori yang diperlukan untuk

menjelaskan variabel-variabel pada penelitian ini. Selain itu dalam

bab ini diuraikan pula mengenai penelitian terdahulu, kerangka

berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek/subyek penelitian,

populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan

data, uji validitas dan uji reliabilitas, metode analisis, serta lokasi dan

objek penelitan.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan,

yaitu sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan

misi, serta hal-hal lain menyangkut perusahaan.

BAB V Analisis Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini menguraikan analisis data yang telah diperoleh dalam

penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistic

yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis

(30)

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini, disajikan

kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan hasil

(31)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran sebagai disiplin ilmu, bidang kajian riset, dan salah satu

praktik bisnis yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pemasaran

selama ini sering dikaitkan dengan “penjualan” dan “periklanan”. Pemasaran

diharapkan memiliki keahlian dan merangsang permintaan akan produk yang

dihasilkan oleh perusahaan.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2007:6) dapat dibedakan menjadi

definisi sosial, yaitu suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain, sedangkan menurut definisi manajerial, pemasaran

sering digambarkan sebagai seni menjual produk.

American Marketing Association (AMA) (dalam Kotler dan Keller

2009:5) menawarkan defininisi formal yaitu, pemasaran adalah suatu fungsi

organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,

dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan

pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku

(32)

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pemasaran di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan suatu aktivitas

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen baik individu atau kelompok

sehingga tercapai kepuasan konsumen melalui penciptaan, penawaran, dan

penukaran suatu produk atau jasa dengan lainnya.

2. Filosofi Pemasaran

Pemikiran dan praktik pemasaran berkembang pesat dari waktu ke

waktu. Filosofi pemasaran mengalami evolusi, mulai dari konsep produksi,

konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran

sosial. Sejumlah faktor (seperti customers, company, competition,

collaborators, dan change) berkontribusi pada berkembangnya sejumlah

perspektif baru dalam pemasaran.

Filosofi pemasaran mengalami evolusi dari orientasi internal

(inward-looking) menuju orientasi eksternal (outward-(inward-looking). Artinya, pemasaran

beralih dari yang semula menekankan “try to sell what I can make” (berusaha

menjual apa saja yang bisa saya buat/hasilkan) menjadi “try to make what I

can sell” (berusaha menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual karena

dibutuhkan dan diinginkan konsumen). Orientasi internal tercermin dalam

konsep produksi, konsep produk, dan konsep penjualan, sedangkan orientasi

(33)

1. Konsep produksi (production concept) berkeyakinan bahwa konsumen

akan menyukai produk-produk yang tesedia dimana-mana dan harganya

murah. Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya menciptakan

efisiensi produksi, biaya rendah, dan distribusi massal.

2. Konsep produk (product Concept) berpandangan bahwa konsumen bakal

menyukai produk-produk yang berkualitas, kinerja atau fitur inovatif

terbaik. Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya penciptaan

produk superior dan penyempurnaan kualitasnya.

3. Konsep Penjualan (selling concept) berkeyakinan bahwa konsumen tidak

akan tertarik untuk membeli produk dalam jumah banyak, jika mereka

tidak diyakinkan dan bahkan bila perlu dibujuk. Penganut konsep ini akan

berkonsentrasi pada usaha-usaha promosi dan penjualan yang agresif.

4. Konsep Pemasaran (marketing concept) berpandangan bahwa kunci

untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi

dalam menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai

pelanggan (custumer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif

dibandingkan pada pesaing.

5. Konsep Pemasaran Sosial (societal marketing concept) berkeyakinan

bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan

minat pasar sasaran dan memberi kepuasan yang diharapkan secara lebih

efektif dan lebih efisien dibanding para pesaing sedemikian rupa sehingga

mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan

(34)

Sebagai ilmu sekaligus seni, pemasaran (marketing), mengalami

perkembangan pesat dan dramatis. Berbagai transformasi telah, sedang, dan

akan terus berlangsung. Peranan dan arti penting pemasaran semakin diakui

dan disadari oleh para pelaku bisnis. McKenna (1991) bahkan menegaskan

bahwa “marketing is everything and everything is marketing”. Dengan kata

lain, pemasaran bukan lagi sekedar departemen atau fungsi manajerial dalam

sebuah organisasi, melainkan telah menjelma menjadi filosofi dan cara

berbisnis yang berorientasi pada pemuas kebutuhan dan keinginan pelanggan

secara efektif, efisien, dan etis sedemikian rupa sehingga lebih unggul

dibandingkan para pesaing dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan lingkungan secara umum.

3. Tujuan Pemasaran

Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan

sedemikian rupa, sehingga produk cocok dengannya dan dapat dijual dengan

sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli,

sehingga produsen harus berusaha agar produknya tetap tersedia.

Menurut Philip Kotler (2007:6), tujuan pemasaran adalah

menghasilkan standar hidup yang lebih tinggi dan agar konsumen memperoleh

apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Selanjutnya, Peter Drucker (dalam Philip Kotler, 2007:6) mengemukakan

(35)

sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu

menjual dirinya sendiri.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari pemasaran itu adalah untuk memahami keinginan dan kebutuhan

pelanggan agar produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dapat cocok

di hati konsumen maupun pelanggan.

4. Strategi Pemasaran

Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang bisa

mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya mengubah harga,

memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan

pilihan saluran distribusi, dan sebagainya. Dalam penerapannya, kerap kali

berbagai program pemasaran dipadu atau dilaksanakan secara bersama-sama.

Namun, kadangkala ada juga situasi dimana manajer pemasaran harus memilih

program pemasaran yang terbaik dikarenakan keterbatasan anggaran. Dalam

menentukan pilihan program pemasaran terbaik tersebut, manajer pemasran

harus terlebih dahulu menyusun dan mengkomunikasikan strategi pemasaran

yang jelas.

Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi

perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran

terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu.

Perusahaan bisa menggunakan dua atau lebih program pemasaran secara

(36)

personal selling, layanan pelanggan, atau pengembangan produk) memiliki

pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan.

Menurut Philip Kotler (2007:30), mengatakan bahwa inti pemasaran

strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok, yaitu segmentasi, targeting,

dan positioning. Ketiga langkah ini sering disebut STP (Segmentation,

Targetting, Positioning). Langkah pertama adalah segmentasi pasar, yaitu

mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang

mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri.

Merupakan upaya pengelompokan konsumen ke dalam beberapa kriteria baik

dari segi usia, status, golongan, dan lain-lain. Langkah kedua adalah

menentukan pasar sasaran, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar

untuk dimasuki atau dilayani. Langkah ketiga adalah positioning, yaitu

tindakan membangun dan mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa

dari produk di dalam pasar. Ketiga upaya ini perlu dilakukan melalui penelitian

yang cermat agar mampu meminimalisir kegagalan berupa salah sasaran.

5. Pengertian dan Tingkatan Produk

Produk merupakan elemen kunci dari penawaran di pasar untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. . Menurut Kotler (2009:69)

mengemukakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu

pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Sedangkan menurut Alma

(2009:139) mengungkapkan bahwa produk adalah seperangkat atribut baik

berwujud dan maupun tidak berwujud termasuk didalamnya masalah warna,

(37)

pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginan.

Dalam hal ini, pengertian produk tidak hanya dalam bentuk fisik, akan tetapi

produk diartikan secara luas bisa berupa jasa manusia, organisasi, ide/gagasan,

atau tempat.

Menurut Tjiptono (2008:95) Secara konseptual, produk adalah

pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang dapat ditawarkan sebagai

usaha untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas perusahaan serta

daya beli pasar. Dalam melakukan sebuah penawaran, seorang pemasar perlu

memahami tingkatan sebuah produk. Setiap tingkatan produk memiliki nilai

tambah bagi pelanggannya yang dapat membentuk hierarki nilai pelanggan

(customer value hierarchy). Menurut Kotler (2009:156) terdapat lima level

produk, yaitu:

a. Manfaat Inti (Core Benefit) merupakan tingkatan yang paling dasar, yaitu

manfaat atas jasa yang sebenarnya dibeli oleh pelanggan. Contohnya adalah

seorang tamu hotel yang membeli istirahat dan tidur.

b. Produk Dasar (Basic Product) merupakan versi dasar dari produk atau

manfaat umum dari produk yang dikonsumsi. Contohnya adalah sebuah

kamar hotel yang mencakup tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja rias,

meja tulis, dan lemari pakaian.

c. Produk yang diharapkan (Expected Product) merupakan seperangkat atribut

(38)

produk. Contohnya adalah tamu hotel dapat mengharapkan tempat tidur

yang bersih, handuk bersih, lampu baca, dan ketenangan.

d. Produk yang ditingkatkan (Augmented Product) merupakan produk yang

memiliki manfaat tambahan yang lebih daripada expected product atau yang

melampaui harapan pelanggan. Contohnya adalah suatu hotel dapat

meningkatkan produknya dengan menyertakan televisi, bunga segar, check

in yang cepat, check-out yang segera, dan lain-lain.

e. Calon Produk (Potential Product) merupakan keseluruhan penyempurnaan

dan perubahan yang mungkin dialami sebuah produk di kemudian hari.

Produk potensial menekankan pada evolusi dimana perusahaan mencari

cara-cara baru yang agresif untuk memuaskan dan membedakan tawaran

pesaing. Contohnya, suatu hotel menyediakan kamar president suite dengan

berbagai fasilitas yang mewah.

6. Pengertian Merek (Brand)

Merek merupakan suatu atribut yang sangat penting terutama dalam

menumbuhkan persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah

menilai atribut yang dimiliki oleh suatu merek. Merek sering diinterpretasikan

secara berbeda-beda, diantaranya sebagai logo, instrumen legal (hak

kepemilikan), perusahaan,citra dan lain sebagainya. Menurut Menurut Kotler

dan Keller (2009:147) brand adalah nama, istilah, tanda, simbol atau

rancangan, atau mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok

penjual dan untuk mendiferensiasikan dari barang atau jasa. Menurut

(39)

merek sebagai simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Pendapat

senada juga dikemukakan oleh Aaker (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.), 2010:

322) yang menyebutkan bahwa “merek adalah nama dan/atau simbol yang

bersifat membedakan (seperti logo, cap, atau kemasan) dengan maksud

mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau penjual tertentu

yang mampu membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh para

kompetitor.” Sememtara menurut Stanton dan Lamarto (dalam Sangadji dan

Sopiah (eds.), 2010: 322), “merek adalah nama, istilah, simbol atau desain

khusus, atau beberapa kombinasi unsur-unsur tersebut yang dirancang untuk

mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.” Mendukung

ketiga pendapat tersebut, American Marketing Association (AMA) dalam

Kotler (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.), 2010: 322) menyatakan bahwa

“merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal

-hal tesebut, yang dimaksudka untuk meng identifikasi barang atau jasa dari

seseorang atau kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk

pesaing.”

Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa merek

merupakan suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan

membedakannya dengan produk-produk lain sehingga mudah dikenali oleh

konsumen ketika hendak membeli sebuah produk.

Menurut Kotler (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.), 2010: 323), merek

(40)

1. Atribut

Setiap merek memiliki atribut yang dikelola dan diciptakan agar pelanggan

dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung di

dalam merek.

2. Manfaat

Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat karena konsumen

tidak hanya membeli atribut tetapi juga manfaat.

3. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang

memiliki nilai tinggi dan di hargai oleh konsumen sebagai merek yang

berkualitas dan berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna

merek tersebut.

4. Budaya

Merek memiliki budaya tertentu yang dapat mempengaruhinya.

5. Kepribadian

Merek memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya.

Jadi, diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian pengguna akan

tercermin dengan merek yang digunakan.

6. Pemakai

Merek menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah

sebabnya para pemasar selalu menggunakan orang-orang yang terkenal

(41)

7. Citra Merek

Citra merek (brand image) merupakan representasi dari keseluruhan

persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu

terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang

berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang

memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan

untuk melakukan pembelian.

Menurut Kotler dan Keller (2009:332) mendefinisikan citra merek

adalah suatu kesan yang ada didalam benak konsumen mengenai suatu merek

yang hal ini dibentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen mengenai merek,

sehingga menimbulkan citra yang ada dalam benak konsumen. Sementara

menurut Tjiptono (2011:49) mendefinisikan brand image merupakan deskripsi

tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Menurut

Kotler dan Fox dalam Sutisna (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.), 2010: 327)

mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan,

dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Citra

terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan

preferensi terhadap suatu merek. Rangkuti (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.),

2010: 327) mengemukakan bahwa “citra merek adalah sekumpulan asosiasi

merek yang terbentuk dibenak konsumen.”

Ship et al (dalam Sangadji dan Sopiah (eds.), 2010: 327) citra merek

(brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak

(42)

sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang

dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai

orang lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah disampaikan, dapat

disimpulkan bahwa citra merek dapat positif atau negatif, tergantung pada

persepsi seseorang terhadap merek. . Jika digambarkan, pengetahuan

[image:42.595.71.545.221.617.2]

konsumen atas merek akan tampak seperti berikut:

Gambar 2.1 Kerangka ekuitas merek berbasis konsumen (Sumber: Keller dalam Shimp et al, 2000)

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa komponen citra merek

adalah jenis-jenis asosiasi merek, dan dukungan, kekuatan, dan keunikan

asosiasi merek.

(Simamora, 2008:33) mengatakan citra adalah persepsi yang relatif

konsisten dalam jangka waktu panjang. Sehingga tidak mudah untuk

membentuk citra, citra sekali terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra Kesadaran akan merek Pengetahuan akan merek Citra merek Pengenalan terhadap merek Kemampuan mengingat merek Jenis-jenis asosiasi merek Dukungan, kekuatan, dan Keunikan asosiasi merek Evaluasi keseluruhan (sikap) Manfaat Atribut Pengalaman Simbolis Fungsional Hal-hal yang berhubungan dengan produk (contoh: warna, desain, ukuran) Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (contoh: harga, kemasan, pemakai, dan

(43)

yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan

pesaingnya, saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek

lain. Komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang

atau jasa.

2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

3. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa.

a) Faktor-Faktor Yang Membentuk Citra Merek

Glenn Walters (1974) mengemukakan pentingnya faktor lingkungan

dan personal sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor

lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis yang ada

pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain

itu juga, sosial budaya termasuk dalam faktor ini. Faktor personal adalah

kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman

konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi konsumen. Citra

merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk

lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould,

(44)

Menurut Runyon (1980:17), citra merek terbentuk dari stimulus

tertentu yang ditampilkan oleh produk tersebut yang menimbulkan respon

tertentu pada diri konsumen:

a. Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas pada

stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencakup stimulus yang bersifat

psikologis. Ada tiga sifat stimulus yang dapat membentuk citra merek

yaitu stimulus yang bersifat fisik, seperti atribut-atribut teknis dari

produk tersebut; stimulus yang bersifat psikologis, seperti nama merek,

dan stimulus yang mencakup sifat keduanya, seperti kemasan produk

atau iklan produk.

b. Datangnya stimulus menimbulkan respon dari konsumen. Ada dua

respon yang mempengaruhi pikiran seseorang, yang membentuk citra

merek, yaitu respon rasional—penilaian mengenai performa aktual dari

merek yang dikaitkan dengan harga produk tersebut, dan respon

emosional—kecenderungan perasaan yang timbul dari merek tersebut.

(Schiffman dan Kanuk, 2008:291) menyebutkan faktor-faktor

pembentuk citra merek adalah sebagai berikut:

1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang

ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk

(45)

3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu

produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumennya.

5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi

yang mungkin dialami oleh konsumen.

6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau

banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk

mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka

panjang.

7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,

kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari

produk tertentu.

Menurut Timmerman (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007:50), citra

merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi

yang berhubungan dengan sebuah merek yang terdiri dari:

1. Faktor fisik, karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain

kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari

merek itu.

2. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai,

kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk

(46)

Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan,

rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor

psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek

tersebut.

b)Komponen Citra Merek

Menurut Hogan (2005), citra merek merupakan asosiasi dari semua

informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek

yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; yang pertama melalui

pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan

fungsional dan kepuasan emosional. Merek tersebut tidak cuma dapat

bekerja maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga

harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang

diinginkan oleh kosumen dan juga memenuhi kebutuhan individual

konsumen – yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan merek

tersebut. Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari merek

tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi,

hubungan masyarakat (public relations), logo, fasilitas retail, sikap

karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak

merek, media, dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat

mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap alat pencitraan ini

dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting demi

kesuksesan sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau

(47)

tersebut. Gambaran inilah yang disebut citra merek atau reputasi merek, dan

citra ini bisa berupa citra yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya.

Citra merek terdiri dari atribut objektif/instrinsik seperti ukuran kemasan

dan bahan dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan, dan asosiasi

yang ditimbulkan oleh merek produk tersebut. (Arnould, Price, dan Ziakan,

2005:120-122).

Citra merek merepresentasikan inti dari semua kesan menngenai

suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri

dari:

1. Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk

2. Kesan tentang keuntungan fungsional produk

3. Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut

4. Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu

5. Semua makna simbolik yang terbentuk dalam benak konsumen,

termasuk juga imajeri dalam istilah karakteristik manusia

Sehingga dapat dikatakan bahwa citra merek merupakan ‘totalitas’

terhadap suatu merek yang terbentuk dalam persepsi konsumen. (Sengupta,

2005:139).

Citra pada suatu merek merefleksikan image dari perspektif

konsumen dan melihat janji yang dibuat merek tersebut pada konsumennya.

Citra merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan

karakteristik personal yang dilihat oleh konsumen pada merek tersebut.

(48)

personality menjelaskan mengapa orang menyukai merek-merek tertentu

dibandingkan merek lain ketika tidak ada perbedaan atribut fisik yang cukup

besar antara merek yang satu dengan yang lain. David Ogilvy (dalam

Lutiary Eka Ratri, 2007:53) menyebutkan bahwa kepribadian merek

merupakan kombinasi dari berbagai hal; nama merek, kemasan merek,

harga produk, gaya iklan, dan kualitas produk itu sendiri.

Menurut Joseph Plummer (dalam Aaker 1991:139), citra merek

terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Product attributes (Atribut produk) yang merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan merek tersebut sendiri, seperti kemasan, isi produk,

harga, rasa, dan lain-lain.

2. Consumer benefits (Keuntungan konsumen) yang merupakan kegunaan

produk dari merek tersebut.

3. Brand personality (Kepribadian merek) merupakan asosiasi yang

mengenai kepribadian sebuah merek apabila merek tersebut adalah

manusia.

Citra suatu merek dapat menentukan titik perbedaan yang

mengindikasikan bagaimana suatu merek superior dibandingkan dengan

alternatif merek lain dalam suatu kategori produk. Titik perbedaan suatu

merek dapat diekspresikan melalui berbagai kelebihan merek, seperti:

a. Kelebihan fungsional yang mengklaim performansi superior atau

keuntungan ekonomi, kenyamanan, penghematan uang dan efisiensi

(49)

b. Kelebihan emosional untuk membuat konsumen percaya bahwa dengan

menggunakan suatu merek, ia akan menjadi penting, spesial, ataupun

merasa senang. Merek menawarkan kesenangan, membantu atau

meningkatkan citra diri dan status, dan hubungannya dengan orang lain.

Kelebihan emosional menggeser fokus dari merek dan fungsi

produknya ke pengguna dan perasaan yang didapat ketika

menggunakan merek tersebut. Kelebihan ini berhubungan dengan

mempertahankan keinginan dan kebutuhan dasar manusia, termasuk

juga keinginan konsumen untuk mengekspresikan diri, pengembangan

diri dan prestasi, serta determinasi diri.

Pengakuan superioritas bisa juga didukung oleh pembentukan citra

merek yang direpresentasikan oleh orang-orang yang menggunakan merek

tersebut, misalnya menggunakan selebriti atau atlit dalam iklan. (Tybout &

Calkins 2005:18-20)

8. Loyalitas Konsumen

Loyalitas merek merupakan komitmen konsumen yang dalam untuk

melakukan pembelian ulang merek tertentu secara konsisten pada masa yang

akan datang, tanpa tepengaruh dari adanya situasi dan usaha pemasaran dari

merek lain yang dapat berpotensi membuat konsumen tersebut berpindah

merek. Sehingga disimpulkan bahwa loyalitas mencakup adanya kesiapan

untuk bertindak (dalam hal ini melakukan pembelian berulang) dan adanya

(50)

Menganalisa loyalitas konsumen akan lebih berhasil apabila mampu

memahami aspek psikologis manusia. Persepsi merupakan salah satu aspek

tersebut dan sebelum persepsi konsumen terbentuk terhadap suatu objek, dalam

hal ini kualitas, harga, dan suasana toko merupakan faktor yang memotivasi

konsumen dalam suatu produk. Konsumen mempunyai rasa suka dan tidak

suka setelah mereka membeli produk dan kemudian persepsi terbentuk dan

akan menentukan perilaku terhadap merek produk tersebut. Hal ini

dikarenakan persepsi menjelaskan evaluasi kognitif, perasaan emosional, dan

kecenderungan tindakan yang menguntungkan (Kartawidjaja 1996).

Loyalitas konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang ditawarkan

oleh suatu perusahaan yang tercermin dari kebiasaan konsumen dalam

melakukan pembelian barang atau jasa secara terus menerus harus selalu

diperhatikan oleh perusahaan atau produsen. Bagi perusahaan, loyalitas

konsumen dapat memberikan nilai yang tinggi bagi inisiatif kepedulian para

pelanggan, yaitu lebih mudah dan lebih murah untuk mempertahankan

pelanggan kunci, daripada menarik pelanggan baru yang loyalitasnya belum

terbukti. Dengan demikian perusahaan perlu mengamati loyalitas konsumen

untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen serta tercapainya

tujuan suatu perusahaan. Loyalitas adalah loyalitas konsumen akan suatu

barang atau jasa tersebut secara terus-menerus, kebiasaan ini termotivasi

sehingga sulit dirubah dan sering berakar dalam keterlibatan yang sangat

(51)

Selanjutnya Griffin (2005:5) berpendapat bahwa seorang pelanggan

dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku

pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan

pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu. Upaya

memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi sikap

pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan

perilaku pelanggan daripada sikap dari pelanggan.

Loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan bertahan secara

mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang

produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun

pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku. (Arnould, Price, dan Zinkan dalam Ogi

Sulistian, 2011:34)

Konsumen dengan loyalitas tinggi akan memberitahukan keunggulan

dan kualitas layanan tersebut kepada orang lain bahkan sering memberikan

saran untuk menggunakan layanan jasa yang diberikan kepada konsumen.

Fullerton danTaylor (dalam Farid Yuniar Nugroho, 2011:17). membagi tingkat

loyalitaskonsumen dalam tiga tahap, antara lain:

1. Loyalitas advokasi, merupakan sikap pelanggan untuk memberikan

rekomendasi kepada orang lain untuk melakukan pembelian ulang terhadap

produk atau jasa. Loyalitas advokasi pada umumnya disertai dengan

(52)

2. Loyalitas repurchase, loyalitas pelanggan berkembang pada perilaku

pembelian pelanggan terhadap layanan baru yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan, yang ditunjukkan dengan keinginan untuk membeli kembali.

3. Loyalitas paymore, loyalitas pelanggan untuk kembali melakukan transaksi

untuk menggunakan produk atau jasa yang telah dipakai oleh konsumen

tersebut dengan pengorbanan yang lebih besar.

Ciri-ciri loyalitas konsumen, yaitu:

1. Memiliki komitmen pada merek tersebut

2. Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan

merek lain.

3. Merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain

4. Dalam melakukan pembelian kembali produk tersebut, tidak melakukan

pertimbangan.

5. Selain mengikuti informasi yang berkaitan dengan merek tersebut, juga

selalu mengikuti perkembangannya.

6. Dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan selalu

mengembangkan hubungan dengan merek tersebut

Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui

beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan

perhatian yang berbeda-beda untuk masing-masing tahapan, karena setiap

tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan

masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut,

(53)

pembeli menjadi konsumen yang loyal dan klien perusahaan. Hill (dalam

Sugiyono, 2010:154) menggambarkan tingkatan loyalitas konsumen sebagai

[image:53.595.89.513.218.624.2]

berikut:

Gambar 2.2 The Customer Loyalty Pyramid

Sumber: Nigel Hill, (Sugiyono, 2010:154)

Menurut Nigel Hill (dalam Sugiyono, 2010:152), tahap loyalitas

konsumen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Suspect, meliputi semua orang yang diyakini akan membeli

(membutuhkan) barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang

barang/jasa perusahaan.

2. Prospect, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa

tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini

meskipun mereka belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui

keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi

(54)

3. Customer, pada tahap ini pelanggan sudah melakukan hubungan

transaksi dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif

terhadap perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat.

4. Clients, meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa

yang dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan

ini berlangsung lama dan mereka telah memiliki sifat retention.

5. Advocates, pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan

dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli

barang/jasa di perusahaan tersebut.

6. Partners, pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling

menguntungkan antara penyedia jasa dengan pelanggan, dan pada tahap

ini pula pelanggan berani menolak barang/jasa dari perusahaan lain.

9. Hubungan Antara Citra Merek dan Loyalitas Konsumen

Hubungan antara citra merek dengan loyalitas konsumen terletak pada

keinginan-keinginan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek

adalah merupakan sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap merek

tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan loyal atau tidak. Persepsi

yang baik dan kepercayaan konsumen akan suatu merek tertentu akan

menciptakan minat beli konsumen dan bahkan meningkatkan loyalitas

konsumen terhadap produk tertentu. Teori penghubung antara citra merek

(55)

Freddy Rangkuti (2002) yang mengatakan:

“Apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda

dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus

sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang disebut

dengan loyalitas merek”.

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayu Anisha Pradipta

(2012) dengan judul “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas

Konsumen Produk Oli Pelumas Pt Pertamina (Persero) Enduro 4t Di

Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand image dari produk

body mist pada The Body Shop memiliki pengaruh terhadap loyalitas

konsumen. Hasil dari analisa Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

sederhana, pengujian dilakukan dengan uji t pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 16 for windows pada Produk Oli Pelumas PT

Pertamina (Persero) Enduro 4T di Makassar pada Konsumen Makasar

diperoleh populasi sebanyak 100 orang dan diambil sampel penelitian sebesar

100 orang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa citra merek

(56)

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penulisan ini dapat digambarkan secara

sistematis, sebagai berikut:

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. (Sugiyono,

2010:93). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Citra Merek (Brand Image) dengan dimensi Citra Perusahaan (Corporate

Image), Citra Pemakai (User Image), Citra Produk (product Image)

berpengaruh secara bersama-sama terhadap loyalitas konsumen pada

produk Body Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

H2 : Citra Merek (Brand Image) dengan dimensi Citra Perusahaan (Corporate

Image), Citra Pemakai (User Image), Citra Produk (product Image)

berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas konsumen pada produk Body

Mist The Body Shop di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Citra Merek (Brand Image)

The Body Shop

Loyalitas Konsumen

The Body Shop Citra Perusahaan

(¢orporate Image)

Citra Pemakai

(User Image)

Citra Produk

(57)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format

kausalitas dan deskriptif. Penelitian kausalitas adalah penelitian untuk menguji

kebenaran hubungan kausal (cause-and-effect), yaitu hubungan antara variabel

independen (yang mempengaruhi) dengan variabel dependen (yang

dipengaruhi). Pada dasarnya ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu

hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan (Sugiyono,

2009:57).

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan (Sugiyono, 2009:13). Sedangkan penelitian kuantitatif dengan

mengunakan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di

(58)

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen produk kosmetik The

Body Shop di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tanggapan responden mengenai,

brand image dan Loyalitas konsumen pada produk kosmetik The Body

Shop.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2016.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian berikut ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu

(59)

variabel yang lainnya, serta variabel bebas (independent variabel) atau

variabel yang tidak memiliki ketergantungan terhadap variabel yang

lainnya. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Loyalitas konsumen

terhadap produk kosmetik The Body Shop.

b. Variabel bebas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

loyalitas konsumen pada produk kosmetik The Body Shop, dalam

penelitian ini adalah Corporate Image (X1).

c. Variabel bebas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

loyalitas konsumen pada produk kosmetik The Body Shop, dalam

penelitian ini adalah User Image (X2).

d. Variabel bebas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

Loyalitas konsumen pada produk kosmetik The Body Shop, dalam

penelitian ini adalah Product Image (X3).

2. Definisi Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variabel Independen/Bebas

Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabe

Gambar

Tabel I.1
Tabel II.2
Gambar 2.1 Kerangka ekuitas merek berbasis konsumen (Sumber: Keller dalam Shimp et al, 2000)
Gambar 2.2 The Customer Loyalty Pyramid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini beberapa sistem struktur atas yang akan digunakan untuk bangunan. gelanggang remaja, yaitu

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa stres dapat terjadi baik itu dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan individu, Dan yang sering

Untuk mengatasi hambatan tersebut, usaha yang dilakukan sebagian besar mahasiswa baru sebesar 78,95% yaitu mencari informasi serupa pada sumber informasi lain yang biayanya lebih

Admin finance melakukan pengecekan informasi rekening bank, jika sudah ada pembayaran dari customer untuk tagihan tersebut, maka admin finance membuat incoming

Regio Urogenital Ceramah/ Kuliah Pakar, dan praktikum LCD, laptop, power point bahan ajar, Buku penuntun praktikum 2 x 60 menit 3 x 60 menit (praktik um) • Ujian

Ketiga adalah untuk membantu perusahaan dalam menetapkan berbagai keputusan strategis terutama dalam hal optimalisasi sumber daya yang dimiliki, seperti: total

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,