FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KINERJA PENYULUH DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN
Suharyon, Mukhlis, dan Pera Nurfathiyah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balitbangda, dan Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku petani dilaksanakan di Kelurahan Aur Gading Kecamatan Sarolangun Provinsi Jambi pada bulan Juni 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku petani. Metode penelitian menggunakan metode stratified sampling dengan pemilihan lokasi dipilih secara proposional dan secara acak. Lokasi pengkajian adalah Wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) secara proposional. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah 50% penyuluh baik PNS/CPNS maupun Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) dilingkup pertanian, perikanan dan kehutanan. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kinerja Penyuluhan Pertanian (Y), Perubahan Perilaku (Z),Faktor Internal Penyuluh Pertanian (X1),Faktor Eksternal Penyuluh Pertanian (X2),Interaksi Partisipatif Penyuluh Pertanian (X3),Faktor Eksternal Petani (X4),Faktor Internal Petani (X5),Interaksi Partisipatif Petani (X6). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor kapasitas penyuluh pertanian yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku pertanian adalah kompetensi komunikasi, kompetensi andragogi, kompetensi mengembangkan kelompok tani, kompetensi sosial, kebijakan penyuluhan pertanian, struktur organisasi dan dukungan inovasi. Faktor-faktor tersebut berpengaruh positif pada kinerja penyuluh pertanian. Faktor-faktor Interaksi partisipatif penyuluh pertanian yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu proses motivasi, proses interaksi dan proses strukturisasi. Faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian.
Keeratan hubungan empat faktor yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian, yaitu kapasitas penyuluh pertanian, interaksi partisipatif penyuluh pertanian, kapasitas kelompok tani dan interaksi partisipatif petani dengan perilaku petani adalah lemah.
Kata kunci : kinerja penyuluh pertanian, dan informasi teknologi pertanian
PENDAHULUAN
Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya petani/nelayan, melalui proses pembelajaran petani/nelayan diharapkan mampu mengakses informasi teknologi, permodalan, pasar dan informasi lain sesuai kebutuhan sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan akhirnya bermuara kepada peningkatan kesejahteraan hidup manusia bangsa
Indonesia, dimana sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian Penyelenggaraan penyuluhan pertanian diupayakan agar tidak menimbulkan ketergantungan petani kepada penyuluh, akan tetapi diarahkan untuk mewujudkan kemandirian petani dengan memposisikannya sebagai wiraswasta agribisnis, agar petani dapat berusahatani dengan baik dan hidup layak berdasarkan sumberdaya lokal yang ada disekitar petani. Hal ini membutuhkan kinerja penyuluh pertanian yang terintegrasi pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian dalam merencanakan, mengorganisasikan, dan mengevaluasi program penyuluh pertanian (Muhammad Ikbal Bahua dkk (2010).
Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam Undang-undang Republik Indonesia telah mengamanatkan bahwa penyuluhan sebagai bagian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mengurangi kemiskinan dan pengangguran, peningkatan daya saing ekonomi nasional dan untuk menjaga kelestarian sumberdaya pertanian yang tangguh. Bertitik tolak dari UU tersebut, maka revitalisasi penyuluhan pertanian merupakan salah satu strategi yang memecahkan permasalahan yang dihadapi dibidang pertanian saat ini.
Revitalisasi penyuluhan pertanian bertujuan untuk menumbuhkembangkan kemampuan daerah dalam mengelola urusan penyuluhan pertanian yang kini sudah diserahkan ke pihak pemerintah daerah. Mewujudkan revitalisasi pertanian perlu adanya dukungan sumberdaya manusia berkualitas yang mandiri, profesional, berjiwa wirausaha, mempunyai dedikasi, budaya kerja, disiplin dan moral yang tinggi serta berwawasan global.
Peranan kelompoktani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Wilayah Binaan (WIBI) Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mejadi faktor kunci akses mengakses kepentingan petani sehingga dapat lebih dalam mengimplementasikan kebijakan pembangunan pertanian.
Kelembagaan yang bertanggungjawab dalam membina petani/kelompoktani mulai dari tingkat provinsi secara umum diserahkan kepada Badan Koordinasi, ditingkatkan Kabupaten Badan pelaksana dan dikecamatan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan namun wadah ditingkat kabupaten/kota nomen klatur penamaan penyelenggaraannya belum seragam, Sebagai aparat pembina yang berhubungan langsung dengan petani adalah penyuluh pertanian baik Penyuluh PNS/CPNS maupun penyuluh pertanian Tenaga Harian Lepas (THL-TB), penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta.
Keragaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Provinsi Jambi dengan status 1) penyuluh PNS/CPNS sebanyak 904 orang (penyuluh pertanian 809 orang, perikanan 57 orang, dan kehutanan 38 orang), 2) penyuluh honor/THL-TBPP/PPTK sebanyak 371 orang (penyuluh pertanian 345 orang, perikanan 26 orang), penyuluh honor daerah 110 orang. Disamping itu juga terdapat penyuluh swadaya sebanyak 402 orang dengan jumlah kelompoktani yang dibina sebanyak 8.797 kelompok ( 804 kelompok belum dikukuhkan (BDK), 3.056 kelompok pemula, 1.893 kelompok lanjut, 343 kelompok madya dan 17 kelompok utama) dan kelompok kehutanan 150 kelompok. Jumlah kelembagaan pendukung sebanyak 115 buah BP3K, 809 buah posluh dan 1.103 Gapoktan ( Sekretariat BKP Provinsi Jambi, 2013).
Kondisi umum penyuluh pertanian di Provinsi Jambi saat ini : 1) penyebaran dan kompetensi tenaga penyuluh pertanian tidak merata lebih dominan tanaman pangan, 2) banyak alih tugas penyuluh pertanian ke jabatan lain yang tidak sesuai dengan kompetensi penyuluh pertanian, 3) sebagian daerah, pengukuhan kembali penyuluh pertanian sebagai pejabat fungsional terhambat, 4) kenaikan pangkat sering terlambat dan pola karir tidak jelas sehingga kondisi ini juga mengurangi motivasi dan kinerja para penyuluh pertanian untuk bekerja lebih baik dan seringkali menyebabkan frustasi, 5) rekruitmen dan pembinaan karier penyuluh pertanian belum sepenuhnya berpedoman pada SK Menkowasbang PAN No.19/1999 dan ketentuan usia pensiun bagi penyuluh pertanian belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, 6) kurangnya pelatihan teknis bagi penyuluh pertanian 7) penyetaraan penyuluh pertanian dari pendidikan SLTA ke D.III belum terselesaikan, 8) usia penyuluh pertanian sebagian besar di atas 50 tahun, 9) Penyuluh Pertanian Swadaya dan Swasta belum berkembang dengan baik, dan 10) biaya operasional untuk penyuluh pertanian yang disediakan oleh Kabupaten/Kota tidak memadai, 11) belumsemua desa memiliki tenaga penyuluh.
Dari uraian diatas, timbul suatu pertanyaan, seperti apakah kinerja penyuluh pertanian saat ini, dan adakah pengaruh kinerja mereka pada perilaku petani dalam berusahatani di propinsi Jambi. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian tentang Faktor-faktor apa yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku petani di Propinsi Jambi?
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian meliputi sistem penyuluhan pertanian yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang No 16 Tahun 2006, antara lain programa, kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, pembiayaan, pembinaan, peranserta masyarakat dan kerjasama penyuluhan pertanian.
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan terhadap penyuluh pertanian PNS dan THLTB dan petani
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan, di kecamatan Sarolangun yakni : desa Aur Gading, kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi pada bulan Juni 2014. Penentuan lokasi menggunakan metode stratified sampling dengan pemilihan lokasi dipilih secara proposional dan secara acak. Lokasi pengkajian adalah Wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) secara proposional. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah 50% penyuluh baik PNS/CPNS maupun Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) dilingkup pertanian, perikanan dan kehutanan.
Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Kinerja Penyuluhan Pertanian (Y)
2) Perubahan Perilaku (Z)
3) Faktor Internal Penyuluh Pertanian (X1) 4) Faktor Eksternal Penyuluh Pertanian (X2)
5) Interaksi Partisipatif Penyuluh Pertanian (X3) 6) Faktor Eksternal Petani (X4)
7) Faktor Internal Petani (X5) 8) Interaksi Partisipatif Petani (X6)
Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian.
λ6 λ5 λ4 λ3 λ2 λ1
λ7
λ8
ᶲ1 λ9
ξ1
Λ10 ϒ2 ϒ1
λ11 ᶲ2 λ21
ϒ3 λ23 λ23 λ22 λ23
ᶲ 4 ϒ4 λ13 Y5 -λ23
λ14 ᶲ5 ᶲ3
λ15 ξ2
λ16 ᶲ 6 ᶲ10
λ17 ϒ6
λ24 λ25
λ18 ᶲ 14
δ.18 δ.19 δ.20
Gambar 1 Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Model Struktural
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji pengaruh Kapasitas Penyuluh Pertanian, X.1) Interaksi Partispatif Penyuluh Pertanian (X.2), Kapasitas Kelompok Tani
Kinerja PP (Y)
Y1
Y2
Y3 X2.1
X2.2
X2.3
X3.1
Prilaku Petani (Z)
Z1 Z2
X4.1 X4.2 X4.3
X1.7
X1.8
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.4
€.1
€.2
€.3
€.5 €.4 X1
X2
X3
X4
(X.3), Interaksi Partisipatif Petani (X4) terhadap Perilaku Pertanian (Z) melalui variabel Kinerja Penyuluh Pertanian (Y). Untuk melakukan pengujian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM), dimana data skor yang sebelumnya masih berbentuk skala ordinal terlebih dahulu dikonversikan menjadi skala interval dengan menggunakan Methode Sucessive Interval (MSI).
Dalam SEM ada dua jenis model yang terbentuk yaitu model pengukuran dan model struktural. Model pengukuran menjelaskan besarnya masing-masing manifes (indikator) yang dapat dijelaskan oleh variabel laten dan diketahui indikator mana yang lebih dominan yang direfleksikan oleh variabel laten. Sementara model struktural menguji seberapa besar pengaruh masing-masing variabel laten independen terhadap variabel laten dependen.
Dalam SEM dilakukan uji kecocokan model untuk mngetahui apakah model yang diperoleh telah tepat dalam menggambarkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
Sebelum uji kecocokan model dilakukan maka data haruslah terdistribusi normal terlebih dahulu, untuk uji normalitas data harus dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square , uji Chi-Square pada penelitian sebagai berikut :
Tabel 1. Test of Multivariate Normally for Counvinous Variables
Skewness Kurtosius Skewness and
Kurtosius Value Z-Score P-Value Value Z-Score P-Value Chi-
Square
P-Value
148.523 -0.347 0.729 12.285 0.083 0.934 0.127 0.938 Sumber Data Diolah
Pada uji normalitas multivariate diatas, diperoleh nilai Chi-Square sebesar 0,127 dengan P-Value sebesar 0,938, oleh karena p-Value lebih besar dari 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Menurut Wijanto (2008) Uji statistik Chi-Square bukan satu-satunya dasar untuk menentukan kecocokan data dengan model, melalui uji kecocokan model goodness of fit dilakukan untuk mengetahui antar variabel model yang diperoleh telah tepat dalam menggambarkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti sehingga dapat dikategorkan ke dalam model yang baik. Uji kecocokan model dalam Structural Equation Modelling dapat dilihat berdasarkan beberapa kriteria pengujian kecocokan model seperti pada table 2.
Tabel 2. Nilai Standar Pengujian Kecocokan Model Ukuran Goodness Of Fit Nilai Standar
Estimasi
Nilai Hasil Estimasi
Chi-Square < 0,05 319.64 (p-value =
0,000)
Goodness of fit index (GFI) ≥ 90 0,79
Root Mean Square Residual ((RMR) < 0,05 0,05 Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA)
0,05 < RMSEA ≤ 0,08
0,06 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI ≥ 0,90 0,73
Normed Fit Index (NFI) NFI ≥ 0,90 0,80
Nor Norned Fit Index (NNFI) NNFI ≥ 0,90 (good fit) atau 0,80 ≤
NNFI < 0,90 (marginal fit)
0,89
Relative Fit Index (RFI) RFI ≥ 0,90 0,76
Increamental Fit Index (IFI) IFI ≥ 0, 90 0,91 Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel diatas hasil uji kecocokan model, dimana hasil pengujian kecocokan menggunakan uji λ2 (chi-square) untuk model yang diteliti diperoleh nilai sebesar 319,64 dengan p-value<0,0001. Menurut Hair et al (2006) dalam SEM tidak diinginkan p- value yang kecil dan Menurut Wijanto (2008) Uji statistik Chi-Square bukan satu-satunya dasar untuk menentukan kecocokan data dengan model, maka berdasarkan pendapat dari Wijanto maka dikembangkan beberapa model lain.
Hasil ukuran kesesuaian absolut menunjukkan model yang diperoleh memenuhi salah satu kriteria goodness of fit pada ukuran RMSEA yang relatif kecil (0,06<0,08) dan Increamental Fit Index (0,91>0,90) sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh sudah sesuai dengan model teoritis.
Model Pengukuran Faktor Internal Kelompok Tani
Untuk mengukur variabel faktor internal kelompoktani digunakan 3 (tiga) dimensi yang terlihat pada tabel 3
Tabel 3 Model Pengukuran Faktor Internal Kelompok Tani
Dimensi Loadin
g Faktor
R2 t-hitung t-tabel Keterangan
Karateristik Kelompok (X.3.1) 0,60 0,42 6,54 1,96 Valid Struktur Kelompok (X.3.2) 0,61 0,43 6,60 1,96 Valid Kekompakan/Kebersamaan
(X.3.3)
0,51 0,30 5,43 1,96 Valid Sistem Pembinaan (X3.4) 0,60 0,70 6,94 1,96 Valid Sarana dan Prasarana (X3.5) 0,31 0,20 4,20 1,96 Tidak Valid
Reabilitas Construct 0,70 Reliabel
Sumber: Data Diolah.
Variabel faktor internal kelompoktani yang diukur melalui 3 (tiga) dimensi seperti yang terlihat pada tabel diatas, semua dimensi dinyatakan valid dengan loading faktor diatas 0,30 dan t-hitung lebih besar dari t-tabel. Nilai reliabilitas construct sebesar 0,75 lebih besar dari 0,7 menunjukkan secara keseluruhan dimensi konsisten dan handal dalam mengukur faktor internal kelompoktani atau dengan kata lain sebesar 75 % keragaman dari variabel faktor internal kelompoktani dapat direfleksikan oleh ketiga dimensi.
Dimensi yang paling dominan dalam menggambarkan faktor internal kelompoktani adalah dimensi struktur kelompok yaitu sebesar 61%. Ini artinya bahwa dalam menilai faktor internal kelompoktani aspek yang paling dominan diperhatikan adalah struktur kelompok.Variabel faktor eksternal kelompoktani yang diukur melalui 2 (dua) dimensi seperti yang terlihat pada tabel diatas, semua dimensi dinyatakan valid dengan loading faktor diatas 0,30 dan t-hitung lebih besar dari t-tabel. Nilai reliabilitas construct sebesar 0,7 sama besar 0,7 masih dapat dikatakan reliabel dan menunjukkan secara keseluruhan dimensi konsisten dan handal dalam mengukur faktor eksternal kelompoktani atau dengan kata lain sebesar 70% keragaman dari variabel faktor eksternal kelompoktani dapat direfleksikan oleh ketiga dimensi.
Dimensi yang paling dominan dalam menggambarkan faktor eksternal kelompoktani adalah sistem pembinaan yaitu sebesar 60%. Ini artinya bahwa dalam menilai faktor eksternal kelompoktani aspek yang paling dominan diperhatikan adalah sistem pembinaan.
Dimensi yang paling dominan dalam menggambarkan interaksi partisipatif petani adalah proses strukturisasi yaitu sebesar 61%. Ini artinya bahwa dalam menilai interaksi petani dengan penyuluh pertanian aspek yang paling dominan diperhatikan adalah proses strukturisasi.
Kinerja Penyuluh Pertanian
Untuk mengukur variabel kinerja penyuluh pertanian digunakan 3 (tiga dimensi) yang terlihat pada tabel 4
Tabel 4 Model Pengukuran Kinerja Penyuluh Pertanian
Dimensi Loading
Faktor
R2 t-hitung t-tabel Keterangan
KPP (Y1) 0,47 0,56 4,35 1,96 Valid
KPP (Y2) 0,54 0,55 5,74 1,96 Valid
KPP (Y3) 0,39 0,29 4,62 1,96 Tidak
Valid
Reabilitas Construct 0,81 Reliabel
Sumber : Data Diolah
Variabel kinerja penyuluh pertanian yang diukur melalui 3 (tiga) dimensi seperti yang terlihat pada tabel diatas, semua dimensi dinyatakan valid dengan loading faktor diatas 0,30 dan t-hitung lebih besar dari t-tabel. Nilai reliabilitas construct sebesar 0,91 lebih besar 0,70 dikatakan reliabel dan menunjukkan secara keseluruhan dimensi konsisten dan handal dalam mengukur kinerja penyuluh pertanian atau dengan kata lain sebesar 0,91% keragaman dari variabel kinerja penyuluh pertanian dapat direfleksikan oleh ketiga dimensi.
Dimensi yang paling dominan dalam menggambarkan kinerja penyuluh pertanian adalah KPP2 yaitu sebesar 54%. Ini artinya bahwa dalam menilai kinerja penyuluh pertanian aspek yang paling dominan diperhatikan adalah proses interaksi
Perilaku Petani
Untuk mengukur variabel perilaku petani digunakan 2(dua) dimensi yang terlihat pada tabel 19
Tabel 5 Model Pengukuran Perilaku Petani
Dimensi Loading
Faktor
R2 t-hitung t-tabel Keterangan Kompetensi Petani (Z1) 0,41 0,34 6,05 1,96 Valid Partisipasi Petani (Z2) 0,66 0,85 4,62 1,96 Valid
Reabilitas Construct 0,90 Reliabel
Sumber: Data Diolah
Variabel perilaku petani yang diukur melalui 2 (dua) dimensi seperti yang terlihat pada tabel diatas, semua dimensi dinyatakan valid dengan loading faktor diatas 0,30 dan t-
hitung lebih besar dari t-tabel. Nilai reliabilitas construct sebesar 0,90 lebih besar 0,70 dikatakan reliabel dan menunjukkan secara keseluruhan dimensi konsisten dan handal dalam mengukur perilaku petani atau dengan kata lain sebesar 90% keragaman dari variabel perillaku petani dapat direfleksikan oleh ketiga dimensi.
Dimensi yang paling dominan dalam menggambarkan perilaku petani adalah partisipasi petani yaitu sebesar 66%. Ini artinya bahwa dalam menilai perilaku petani aspek yang paling dominan diperhatikan partisipasi petani
Analisis Model Persamaan Struktural
Hasil analisis model persamaan struktural dengan mengikutkan sebanyak 19 indikator, Uji model dilakukan dengan menggunakan software Lisreal 8,70. seperti pada Gambar 2..
Chi-Square =317,29, df=237, P-value=0,00038, RMSEA =0,057
Karateristik (X1.1)
K. Komunikasi( X1.2) ikasi(X2)
K. Andragogi (X1.3)
K. Meng. Kel (X1.4)
K. Sosial (X1.5)
Kebijakan P (X1.6)
Strukturr org (X1.7)
Y1 Y2 Y3
Z2 Z1
Inovasi (X1.8)
P.Motivasi (2.1)
P. Interaksi (X2.2)
P. Strukturisai X2.3)
Struktur Kel (X3.1)
Efektivitas Kel (X3.2)
Sistem Pemb (X3.3)
Sosial Budaya (X3.4)
Sapras (X3.5)
P. Motivasi (X4.1)
P. Strukturasi (X4.3) P. Interaksi (X4.2)
0,31
0,44
0,59
0,61
0,49
0,41
0,43
0,42 0,52
0,59
0,58 0,60
0,61
0,50
0,55
0,47 0,50
0,43
0,61 0,74
0,45
0,19
0,17
0,24
0,30
0,36
0,27
0,15
0,11
0,24 0,50
-0,15 0,56 0,03
0,24 0,24 0,44
0,47
0,54
0,39
0,43
0,56
0,17
0,25
0,37
0,32
0,10
KPP (Y)
PP (Z)
Kapasitas PP
(X1)
Interaksi Part PP(X2)
Kapasitas
Petani (X3)
Interaksi Petani
(X4) 0,30
0,10
(-0,03) 0,24 0,18
0,10
0,02
Gambar 2. Estimasi parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku petani
Hipotesis uji kesesuaian model penelitian dinyatakan bahwa Hо: Matriks kovariansi data sampel tidak berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi dan H1:
Matriks kovariansi data sampel berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi.
Dengan kriteria uji: Hо diterima, jika: nilai P-hitung ≥ 0,05; RMSEA ≤ 0,08 dan CFI ≥ 0,90.
Pengaruh kapasitas penyuluh pertanian, interaksi partispatif penyuluh pertanian kapasitas kelompoktani dan interaksi partispatif petani terhadap kinerja penyuluh pertanian .
Gambaran hubungan antara peubah masing variabel dan pengaruhnya terhadap kinerja penyuluh pertanian dapat dilihat pada tabel
Tabel 6 Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kapasitas penyuluh pertanian, interaksi partispatif penyuluh pertanian, kapasitas petani dan interaksi partispatif petani pada kinerja penyuluh pertanian.
Hubungan Antar Peubah
Pengaru h langsung
t-hitung R²
Kapasitas Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh Pertanian
0,57 3,95
0,48 Interaksi
Partispatif Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh
Pertanian 0,40 3,28
Kapasitas
Kelompom Tani
Kinerja penyuluh Pertanian
-0,055 -0,54
Interaksi Partispatif Petani
Kinerja Penyuluh Pertanian
-0,099 -0,88
Keterangan : t0,05 tabel = 1,96.
Tabel 6 menunjukkan pengaruh langsung peubah kapasitas penyuluh pertanian, interaksi partisipatif penyuluh pertanian, kapasitas kelompok tani dan interaksi partisipatif
petani secara berurutan pada kinerja penyuluh pertanian, yaitu: 0,57; 0,40; dan -0,055 dan - 0,099. Secara matematik, persamaan model struktural kinerja penyuluh pertanian sebagai berikut: Y = 0,57X1 + 0,40X2 -0,055X3 – 0,099 X4, dimana Y merupakan kinerja penyuluh; X1 merupakan kapasitas penyuluh pertanian; X2 merupakan interaksi partisipatif penyuluh pertanian, X3 merupakan kapasitas kelompoktani dan X4 interaksi partisipatif petani. Selain itu, selanjutnya pengaruh keempat peubah tersebut secara bersama -sama pada kinerja penyuluh pertanian, yaitu: 0,48 pata taraf nyata dengan α = 0,05. Hal ini berarti bahwa:
1. Kapasitas penyuluh pertanian secara langsung berpengaruh pada penyuluh pertanian.
Setiap peningkatan satu satuan kapasitas penyuluh pertanian, akan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian sebesar 0,57 satuan .
2. Interaksi partisipatif penyuluh pertanian secara langsung berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian. Setiap peningkatan satu satuan interaksi partisipatif penyuluh pertanian, akan meningkatkan kinerja mereka sebesar 0,40 satuan.
3. Kapasitas kelompoktani tidak berpengaruh pada kinerja.
4. Interaksi partsipatif petani tidak berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian
Secara rinci kapasitas penyuluh pertanian dijelaskan oleh faktor internal meliputi kopetensi; komunikasi, andragogi, mengembangkan kelompok dan sosial masing-masing dengan nilai loding faktor secara berurutan (0,44), (0,59), (0,61) dan (49). Sedangkan fak tor eksternal antara lain kebijakan pertanian, struktur organisasi dan dukungan inovasi dengan nilai (0,42), (0,43) dan (0,42) dan secara keseluruhan variabel manifes merefleksikan kapasitas penyuluh pertanian sebesar 85,96%
Selanjutnya apabila dilihat dari nilai loding faktor ternyata cerminan yang paling tinngi dari kapasitas penyuluh pertanian adalah kompetensi mengembangkan kelompok, hasil penelitian menunjukan bahwa penyuluh pertanian memiliki kemampuan sangat rendah dan rendah untuk a) mengidentifikasi kebutuhan kelompok 52,88%, pembentukan dan pembinaan kelompok 63,35% dan dalam mengevaluasi kelompoktani 71,15% sebagaimana ditunjukan tabel
Tabel 7. Sebaran jawaban responden terhadap kompetensi mengembangkan kelompok Kompetensi Mengembangkan
Kelompok
F/%
Jawaban Responden Total Skor
SR R S T
A Mengidentifikasi kebutuhan kelompok
F
%
21 20,19
34 32,69
23 22,12
26 25,00
262
B Pembentukan dan pembinaan kelompoktani
F
%
32 30,77
37 35,58
28 26,92
7 6,73
218
C Mengevaluasi kelompok tani F
%
39 37,50
35 33,65
20 19,23
10 9,61
209
Rata-Rata F
%
31 29,50
35 33,97
24 22,76
14 13,78
229
*) SR = Sangat Rendah, R = Rendah, CT = Cukup Tinggi, T = Tinggi Sumber: Data Diolah
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi kenerja penyuluh pertanian adalah interaksi partisipatif penyuluh pertanian. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi penyuluh pertanian dengan kelompok tani berpengaruh terhadap kinerja mereka. Interaksi penyuluh pertanian dijelaskan oleh a) proses motivasi, proses interaksi dan proses strukturisasi dengan masing-masing loding faktor (0,52),(59) dan (58), Secara keseluruhan variabel manifes merefleksikan interaksi penyuluh pertanian dengan kelompoktani sebesar 85,44%
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor kapasitas penyuluh pertanian yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam perubahan perilaku pertanian adalah kompetensi komunikasi, kompetensi andragogi, kompetensi mengembangkan kelompok tani, kompetensi sosial, kebijakan penyuluhan pertanian, struktur organisasi dan dukungan inovasi. Faktor -faktor tersebut berpengaruh positif pada kinerja penyuluh pertanian.
2. Faktor-faktor Interaksi partisipatif penyuluh pertanian yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu proses motivasi, proses interaksi dan proses strukturisasi. Faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian.
3. Faktor-faktor kapasitas petani yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian adalah sistem pembinaan kelompok, sosial budaya dan ketersediaan sarana prasarana. Faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kenierja penyuluh pertanian
4. Faktor-faktor Interaksi partisipatif petani yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu proses motivasi, proses interaksi dan proses strukturisasi. Faktor tersebut berpengaruh negatif terhadap kinerja penyuluh pertanian.
5. Kapasitas penyuluh pertanian dan interaksi penyuluh pertanian, kapasitas kelompok tani dan interaksi partisipatif petani berpengaruh tidak langsung terhadap perilaku petani.
6. Keeratan hubungan empat faktor yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian, yaitu kapasitas penyuluh pertanian, interaksi partisipatif penyuluh pertanian, kapasitas kelompok tani dan interaksi partisipatif petani dengan perilaku petani adalah lemah.
Saran
Saran temuan ini ditujukan kepada lembaga terkait dan para penyuluh pertanian dalam rangka peningkatan kinerja penyuluh pertanian yang pada akhirnya tertuju pada perubahan perilaku petani padi kearah yang lebih baik, sebagai berikut:
Perioritas penguatan capacity building penyuluh pertanian di Provinsi Jambi diupayakan melalui peningkatan kompetensi mengembangkan kelompoktani oleh karena itu disarankan agar Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi dan BP4K kabupaten/kota menyusun buku
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu (2002). Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta. Jakarta
Anantanyu, Sapja (2009). Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Petani (kasus di Propinsi Jawa Tengah). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cokroaminoto. 2007. “Membangun Kinerja melalui Motivasi Kerja Karyawan”. Membangun Kinerja. http://cokroaminoto. wordpress.com. html [31 Jan 2008].
Christenson, James A. Jerry W Robonson (1989). Community Development in Perspective.
Iowa State University, Ames, Iowa. USA.
Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum Penyuluhan Pertanian dalam Bentuk Peraturan Perundangan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian dan Angka Kreditnya. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Esman, Milton J. (1986). Unsur unsur dalam Pembangunan Lembaga dalam Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional dari konsep ke Aplikasi. Editor J.W Eaton. UI Press. Jakarta
Gibson JL, John MI dan James HD. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jilid I, Edisi Kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hasibuan Maluyu. 2001. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kerlinger,F.N.1996. Azas-azas Penelitian Behavioral. Penterjemah Landung R. Simatupang, Jogjakarta, Gajah Mada Pers.
Kurnia, Gandjar (2004). “PETANI” Pejuang yang Terpinggirkan. Pidato Pengukuan Jabatan Guru Besar pada Universitas Padjajaran Bandung. Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Padjajaran Bandung.
Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).
Muliady, Teddy Rachmat (2009). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Padi di Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nuryanto, Bambang Gatut (2008). Kompetensi Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian di Propinsi Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Slamet Margono (1992). Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal landas dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI.
Diedit oleh Aida VS Hubeis, Prabowo Tjokropranoto, dan Wahyudi Ruwiyanto.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.
Subagio, Herman (2008). Peran Kapasitas Petani dalam Mewujudkan Keberhasilan Usahatani: kasus Petani Syuran dan Padi di kabupaten Malang dan Pasuruan Prop8insi Jawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soebiyanto, FX. (1998). Peranan Kelompok dalam pengembangan Kemandirian Petani dan Ketangguhan Berusahatani. Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Sumardjo (2010). Penyuluhan Menuju Pengembangan Kapital Manusia dan Kapital Sosial dalam Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Orasi Ilmiah Guru Besar dalam Rangka Dies Natalis IPB ke 47, 18 September 2010. Institut Pertanian Bogor. Bogor.