• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA CETAK DAN KASUS PEMBONGKARRAN PABRIK ES SARIPETOJO. (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Nilai-Nilai Budaya Dalam Kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEDIA CETAK DAN KASUS PEMBONGKARRAN PABRIK ES SARIPETOJO. (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Nilai-Nilai Budaya Dalam Kasus"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

MEDIA CETAK DAN KASUS PEMBONGKARRAN PABRIK ES SARIPETOJO

(Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Nilai-Nilai Budaya Dalam Kasus Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo Di Harian Umum Suara Merdeka Dan

Harian Joglosemar Periode 16 Juni – 18 Juli 2011)

Oleh PUJI HARTONO

D1209068

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof Drs. H. Totok Sarsito SU.MA PhD Mahfud Anshori S.Sos, M. Si NIP. 19690207 199512 2 001 NIP. 19790908 200312 1 001

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : ………

Tanggal : ………

Panitia Penguji :

Ketua : Drs. Mursito BM SU (……….)

NIP. 19530727 198003 1 001

Sekretaris : Drs. H. Hamid Arifin, M. Si (……….)

NIP. 19600517 198803 1 002

Penguji I : Prof Drs. H. Totok Sarsito SU.MA PhD (……….) NIP. 19690207 199512 2 001

Penguji II : Mahfud Anshori S.Sos, M. Si (……….) NIP. 19790908 200312 1 001

Mengetahui Dekan,

Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D NIP. 19540805 198503 1 002

(4)

commit to user

iv MOTTO

“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”

(Pramoedya Ananta Toer)

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Penulis persembahkan : untuk Bapak, Ibuk, dan kedua kakakku

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobbil’alamin. Segala puji dan syukur terpanjat hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salam dan shalawat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Tak cukup rasanya lisan ini memanjatkan rasa syukur ke hadirat ilahi robbi, yang atas karunia serta nikmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk persyaratan meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS).

Ketertarikan Penulis pada dunia jurnalistik mengantarkan Penulis pada pemilihan tema skripsi ini. Sebagaimana tertulis dalam judul, skripsi ini mengambil tema tentang “Media Cetak dan Kasus Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo” yang mengambil pemberitaan Periode 1 Juni samapi 18 Juli 2011 di Harian Umum Joglosemar dan Harian Umum Suara Merdeka. Penulis ingin mengetahui bagaimana nilai-nilai budaya diproses dalam pembingkaian berita seputar kasus Pembongkaran Pabrik Es Sariptojo dimana pada saat itu masih belum ada keputusan terhadap status bangunan pabrik es tersebut.

Menyelesaikan skripsi ini bukan perkara mudah. Maka, Penulis harus menyampaikan ribuan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan FISIP UNS, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada Penulis untuk dapat menimba ilmu di kampus FISIP UNS.

(7)

commit to user

vii

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi dan segenap dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman belajar kepada Penulis.

3. Prof Drs. H. Totok Sarsito SU.MA PhD selaku dosen pembimbing I yang telah begitu sabar dan sangat perhatian dalam memberikan bimbingan di tengah kesibukannya, memberikan saran yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini hingga tahap akhir.

4. Mahfud Anshori S.Sos, M. Si selaku dosen pembimbing II. Terima kasih telah membimbing Penulis dengan diskusi-diskusi yang mencerahkan selama Penulis mengerjakan karya ini.

5. Evi Kusnindya dan Agustinus Ariawan selaku Redaktur dan wartawan Suara Merdeka serta Muhaimin dan Tri Sulistiyani selaku redakttur dan wartawan Joglosemar yang telah menyempatkan waktu dan bersedia untuk diwawancara oleh Penulis di tengah kesibukan yang padat.

6. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, Mas Mad dan Sulasno Mukti Wibowo yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa, serta kasih sayang dan doa yang tiada henti.

7. Bu Hesti, mba Rika, pak Sodik, Feri, Tri dan teman-teman di Radar Solo yang telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.

8. Nurisa Dara Ginari, Fit Gustami, Andi Wiratno, Arthur Garincha .Terimakasih untuk persahabatan yang telah kita jalin bersama.

(8)

commit to user

viii

9. Teman-teman seperjuangan Alfa, Bayu, Yuda, Gembong, Cika, yang selalu memberikan doa dan semangat, hingga akhirnya skripsi ini bisa selesai.

10. Teman-teman Kost Maya dan Kost Studio 9 yang telah memberikan kenyamanan dan kelegaan pikiran dalam mendukung terselesaikannya skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Komunikasi Transfer 2009 yang tak mampu situliskan satu persatu. Terima kasih atas dua tahunnya yang tidak akan terlupakan.

12. Semua pihak yang tak sempat tersebut yang telah sudah membantu dalam penyusunan Skripsi ini. Terimakasih.

Penulis berharap karya kecil ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Kekurangan pun Penulis sadari tidak akan terlepas dari karya sederhana ini sehingga saran dan kritik yang membangun Penulis harapkan demi perbaikan ke depannya nanti.

Surakarta, Januari 2013

Penulis, Puji Hartono

(9)

commit to user

ix ABSTRAK

PUJI HARTONO, D1209068, MEDIA CETAK DAN KASUS PEMBONGKARAN PABRIK ES SARIPETOJO (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Nilai-Nilai Budaya Dalam Kasus Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo Di Harian Umum Suara Merdeka Dan Harian Umum Joglosemar Periode 16 Juni–18 Juli 2011), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013

Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam pembongkaran bangunan pabrik Es Saripetojo untuk dijadikan pusat perbelanjaan modern mendapat protes keras dari masyarakat dan Pemerintah kota Surakarta. Pro/kontra kebijakan ini pun diekspos media massa Surakarta seperti Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka dengan berbagai perspektif salah satunya adalah perspektif budaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana frame Harian Umum Joglosemar dan Harian Umum Suara Merdeka dalam pemberitaan terkait nilai- nilai budaya dalam kasus pembongkaran pabrik Es Saripetojo periode 16 Juni-18 Juli 2011, serta latar belakang yang mempengaruhinya.

Kategori penelitian ini termasuk kualitatif dengan menggunakan teknik analisis framing sebagai alat analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengambil obyek penelitian berupa 10 teks berita dari kedua media dengan menganalisis struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris dari teks untuk mengetahui frame yang dibentuk oleh redaksi Joglosemar dan Suara Merdeka dalam teks berita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frame yang dimunculkan Harian Umum Joglosemar mengenai pembongkaran pabrik Es Saripetojo memiliki Kecenderungan bahwa bangunan tersebut harus dilindungi, meski pada saat itu belum ada keputusan pasti dari BP3 Jawa Tengah terkait status bangunan. Hal tersebut juga sesuai dengan pandangan awak media Joglosemar yang mengacu pada Undang-undang nomer 11 tahun 2010 bahwa bangunan tersebut layak masuk dalam katagori Benda Cagar Budaya. Sebaliknya, Harian Umum Suara Merdeka lebih menunggu hasil keputusan BP3 Jawa Tengah mengenai status bangunan pabrik Es Saripetojo. Hal ini sesuai dengan pandangan awak media Suara Merdeka bahwa bangunan bersejarah tidak hanya dilihat dari segi usia bangunan, juga dari pemanfaatan bangunan tersebut. Dalam pembentukan berita, latar belakang seperti perspektif individu, pemilihan narasumber, nilai sosial atau kode Etik Jurnalistik serta ideology media mempunyai pengaruh terhadap frame di kedua media.

(10)

commit to user

x

ABSTRACT

Puji Hartono, D1209068, PRINTED MEDIA AND SARIPETOJO ICE PLANT DEMOLITION (A Framing Analysis on Cultural Values Publication in Saripetojo Ice Plant Demolition in Suara Merdeka and Joglosemar Dailies During 16 June – 18 July 2011 Period). Thesis, Communication Science Study Program, Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2013).

The Central Java Province’s policy in demolishing Saripetojo ice plant building to be made as modern shopping center reaps firm protest from the society and Surakarta City Government. This policy pros and cons are exposed in Surakarta mass media such as Joglosemar and Suara Merdeka dailies with various perspectives, one of which cultural perspective.

This research aims to find out how the frame of Joglosemar and Suara Merdeka dailies in publication relating to the cultural values in the Saripetojo Ice Plant Demolition in Suara Merdeka and Joglosemar Dailies During 16 June – 18 July 2011 period, the media activist’s view on the case and background affecting it.

This study belongs to a qualitative research using framing analysis as the instrument of analysis. Technique of collecting data was conducted by taking the object of study constituting 10 news texts from the two media and analyzing the syntactical, script, thematic and rhetorical structures of texts to find out the frame constructed by the Joglosemar and Suara Merdeka editorship of Joglosemar and Suara Merdeka in news text.

The result of research showed that the frame raised in Joglosemar daily concerning the Sari Petojo Ice plant demolition had tendency that the building should be protected, despite BP3 of Central Java’s definite decree relating to the status of building. It was also corresponding to the Joglosemar media personnel’s view referring to the Act Number 11 of 2010 that the building is reasonably included into Cultural Pledge Object category. On the contrary, Suara Merdeka daily used frame of Saripetojo ice plant demolition news by following the reality occurring in the field without making earlier judgment. It was done by taking into account the decorum principle this media held on. It was corresponding to the Suara Merdeka media personnel’s view that sees not only from the Cultural Pledge Object aspect but also from building utilization. In constructing the news, such background as individual perspective, informant selection, social value or Journalistic Ethical code as well as media ideology contributed to the frame of both media.

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjuan Teoritis 1. Komunikasi dan Media Massa ... 9

2. Surat Kabar dan Berita... ... 15

3. Proses Produksi Berita ... 19

4. Nilai Budaya ... 21

6. Analisis Framing sebagai Sebuah Teknik Analisis ... 23

F. Metode Penelitian ... 26

(12)

commit to user

xii

1. Jenis Penelitian ... 26

2. Teknik Penelitian ... 27

3. Objek Penelitian... ... 28

4. Teknik Sampling ... 55

5. Sumber Data... 30

6. Teknik Pengumpulan Data ... 31

7. Teknik Analisis Data ... 31

8. Validitas Data ... 38

BAB II. DESKRIPSI LOKASI A. HARIAN UMUM SUARA MERDEKA 1. Sejarah Harian Umum Suara Merdeka ... 40

2. Visi dan Misi ... 41

3. Struktur Organisasi ... 42

4. Kebijakan Redaksional ... 44

5. Rubrikasi ... ... 45

6. Alamat Redaksi ... 49

B. HARIAN UMUM JOGLOSEMAR 1. Sejarah Harian Umum Joglosemar... ... 50

2. Visi dan Misi... ... 51

3. Struktur Organisasi... ... 52

4. Rubrikasi... ... 54

5. Alamat Redaksi... ... 58

(13)

commit to user

xiii

BAB III. ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAM KASUS PEMBONGKARAN PABRIK ES

SARIPETOJO DI HARIAN UMUM SUARA MERDEKA DAN JOGLOSEMAR

A. Interpretasi Berita Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo Dalam Teks Media 1. Sejarah Pabrik Es Saripetojo

1.1 Sejarah Pabrik Es Saripetojo dalam frame Joglosemar ... 63 1.2 Sejarah Pabrik Es Saripetojo dalam frame Suara Merdeka ... 76 2. Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo

2.1 Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dalam

frame Joglosemar ... 89 2.2 Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dalam

frame suara Merdeka ... 98 3. Reaksi Masyarakat Surakarta terhadap Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo

3.1 Reaksi masyarakat Suarakarta terhadap Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dalam frame Joglosemar ... 109 3.2 Reaksi masyarakat Suarakarta terhadap Pembongkaran Pabrik Es

Saripetojo dalam frame Suara Merdeka ... 119 4. Alasan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas pembongkaran pabrik Es

Saripetojo

4.1 Alasan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas pembongkaran pabrik Es Saripetojo dalam frame Joglosemar ... 128 4.2 Alasan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas pembongkaran pabrik

Es Saripetojo dalam frame Suara Merdeka ... 135

(14)

commit to user

xiv

5. Sikap Pemerintah Kota Suarakarta Terhadap Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo

5.1 Sikap Pemerintah Kota Suarakarta Terhadap Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dalam frame Joglosemar ... 144 5.2 Sikap Pemerintah Kota Suarakarta Terhadap Pembongkaran Pabrik

Es Saripetojo dalam frame Suara Merdeka ... 156 B. Perbandingan Frame Joglosemar Dan Suara Merdeka ... 167 BAB IV. PANDANGAN MEDIA DAN LATAR BELAKANG

YANG MEMPENGARUHINYA

A. Pandangan Awak Media Terhadap Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo………... 176 B. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Frame Pemberitaan Kasus

Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo Di Harian Umum Suara Merdeka Dan Joglosemar………. 183 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 194 B. Saran ... 197

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

A. Transkrip Wawancara dengan Setri Yasra (Majalah Tempo)

B. Teks Berita Kasus Pembongkaran Pabrik Es Sariptojo Di Harian Umum Joglosemar Dan Suara Merdaka

(15)

commit to user

xv

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan berbagai peninggalan sejarah di Indonesia menjadi bukti nyata perjalanan sejarah bangsa. Oleh karena itu keberadaan peninggalan sejarah memiliki kaitan erat dengan identitas bangsa, sebab dengan hilangnya peninggalan sejarah, lenyap pula bagian sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri.

Kcndcrungann dalam melihat sebuah peradaban tidak hanya melalui peninggalan kesenian ataupun catatan aktivitas masyarakat, melainkan banyak saksi bisu yang mampu menceritakan perjalanan masa lalu sebuah bangsa, salah satunya melalui bangunan/kawasan bersejarah. Dengan adanya bangunan/kawasan tersebut, akan mampu menggambarkan bagaimana perjalanan sejarah pada saat itu. Sehingga bangunan/kawasan bersejarah menjadi penting untuk dilestarikan.

Jika melihat pelestarian yang dimaksud guna menjaga bangunan/kawasan bersejarah, hal ini kerap berbenturan dengan kepentingan-kepentingan lain, terutama jika dikaitkan dengan perubahan dan kemajuan pembangunan baik dari segi material maupun imajinasi. Terbukti dengan adanya beberapa bangunan/kawasan bersejarah yang pada akhirnya sengaja dibongkar. Seperti yang terjadi pada bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo di Kota Surakarta.

Pabrik es yang mempunyai realitas sejarah dengan kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia pada pertengahan abad XIX ini, akhirnya dibongkar untuk

(17)

commit to user

dialihfungsikan menjadi pusat perbelanjaan modern1. Kebijakan yang dilansir Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah ini bertujuan untuk memanfaatkan bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo yang tidak lagi produktif.

Keadaan ini dikarenakan setelah munculnya alat pembuat es dari pihak swasta dan hampir di setiap rumah, sehingga pembuatan es secara masal yang dilakukan Pabrik Es Saripetojo tidak lagi diminati masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Hal tersebut yang pada akhirnya membuat Pabrik Es Saripetojo mengalami kerugian yang signifikan, bahkan jika pabrik ini tetap dioperasionalkan diperkirakan akan terus merugi, mengingat dalam satu tahun hanya mampu menghasilkan Rp15 juta, dan pendapatan tersebut hanya cukup untuk gaji karyawan Pabrik Es Saripetojo.2

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sebagai pemangku wilayah bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo, dengan tegas menolak kebijakan Pemprov Jawa Tengah untuk menglihfungsikan bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo menjadi pusat perbelanjaan modern, selain dikhawatirkan akan mengancam pasar tradisional di sekitar bangunan tersebut juga menghilangkan salah satu bangunan yang mempunyai nilai historis kota Surakarta.

Perbedaan kebijakan antara Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Surakarta terkait pembongkaran pabrik Es Saripetojo, membuat membuat hubungan politik antara Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dengan Walikota Surakarta Joko Widodo renggang.

1Panggih Irianto, “Di Solo bakal ada mal baru”, JOGLOSEMAR, 15 Juni 2011.

2Bibit Waluyo, “Bukan cagar budaya”, SOLOPOS, 25 Juni 2011.

(18)

Kasus pembongkaran bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo pun tak luput dari sorotan media massa atau pers. Media massa, baik cetak maupun elektronik di tingkat lokal bahkan nasional, menyajikan berita seputar pembongkaran bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo. Seperti yang dikemukakan oleh Monroe E.Price dalam jurnal internasional Most transitional justice measures deal with issues of identity—whether political, economic, cultural, ethnic, or other—and it is important to understand how those issues relate to media and communication.3

Jurnal ini menjelaskan bahwa isu-isu yang berkaitan dengan politik, ekonomi, budaya, atau hal lainya sangat penting untuk dipahami bgaimana isu tersebut berhubungan dengan media.

Pada dasarnya dalam pemberitaan, tidak semua peristiwa yang terjadi dalam masyarakat akan diangkat dan diketengahkan oleh media. Hanya berita- berita yang memiliki nilai saja yang akan dimuat dalam media. Sedangkan nilai berita itu sendiri adalah ukuran bagi suatu peristiwa apakah layak atau tidak diangkat menjadi sebuah berita. Sementara itu kejadian atau peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news value) adalah ketika mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan berita. Unsur-unsur nilai berita itu antara lain:

significance (penting), magnitutde (ketenaran), human interest (manusiawi).4 Dan ditambah conflict/controversy (konflik/kontroversi) serta unusual (sesuatu yang tidak biasa).5

3International Jurnal of Communication . Media and Transitional Justice: Toward a Systematic Approach. 2012 Hal 3

4Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, Konsep Teknik dan Teknik Penulisan Berita, (1999), hal. 38-39.

5Eriyanto, Analisis Faming: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta, 2002), hal. 107.

(19)

commit to user

Kebijakan media mengangkat pembongkaran bangunan/kawasan Pabrik Es Saripetojo sebagai berita karena adanya sejumlah nilai berita. Jika dilihat dari unsur kelayakan berita, kebijakan tersebut adalah sesuatu yang significance (penting) karena merupakan salah satu bangunan yang mempunyai kaitan dengan perjalanan sejarah Kota Surakarta. Hal ini ditambah kebijakan pengalihfungsian Pabrik Es Saripetojo menjadi sebuah pusat perbelanjaan modern menjadi conflict/controversy (konflik/kontroversi) karena dalam pelaksanaannya, terjadi perbedaan kebijakan antara pihak Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Surakarta.

Terlebih status dari bangunan pabrik es tersebut masih pro/kontra dan belum ada keputusan dari pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah.

Ketika melihat peran media massa belakangan ini memang cukup signifikan. Media mempunyai pengaruh terhadap perubahan dalam masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal itu terkait pentingnya keberadaan media massa yang memiliki peranan sebagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat.

Media massa juga dipandang ampuh sebagai sarana mengkomunikasikan kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat. Bahkan media massa tidak hanya berperan dalam memberikan informasi, tetapi lebih jauh dapat diarahkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Tujuan itu seperti untuk melegitimasi suatu kebijakan atau sebaliknya meninggalkannya.

Apabila merujuk pada sifat media massa sebagai institusi yang berdiri senndiri, media lebih dikenal sebagai lembaga kemasyarakatan (social institution).

(20)

Sebab media massa mempunyai hubungan saling mempengaruhi antara masyarakat, pemerintah, dan media massa itu sendiri. Namun dalam pemberitaan, media massa tidak bisa terlepas dari konstruksi realitas. Karenanya, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama, akan tetapi dikontruksikan secara berbeda antara media massa satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan media massa mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa.

Seperti yang dikemukakan oleh Peter L. Berger bahwa realitas peristiwa tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesutu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.6

Media sebagai subsistem dari sistem komunikasi selama ini menduduki tempat khusus dalam masyarakat, terutama peranannya sebagai jembatan komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat, serta antara masyarakat dan masyarakatnya sendiri. Seiring bergulirnya permasalahan pembongkaran Pabrik Es Saripetojo, posisi media sebagai lembaga penyebarluas informasi menjadi rujukan masyarakat. Melalui pemberitaan media, masyarakat memperoleh informasi dan gambaran tentang rencana pemberlakuan kebijakan tersebut, bagaimana aspek-aspek positif atau negatif itu dan hal-hal lain yang masih terkait.

Dalam pemberitaan, media menyajikan berita tentang pembongkaran Pabrik Es Saripetojo, dan di sisi lain, media juga mengetengahkan berita dari pihak-pihak yang berbeda pandangan mengenai kebijakan tersebut melalui argumentasi atau klaim masing-masing. Pada dasarnya pemberitaan dalam media

6Eriyanto, Ibid,. 2002, hal. 17

(21)

commit to user

massa secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap dukungan atau penolakan sebuah kebijakan. Perwujudannya melalui pembentukan opini publik melalui pemberitaan media.

Kesemuanya itu, pada dasarnya tergantung dari media yang ada dalam mengambil pemberitaan tersebut. Sebab, satu media dengan media yang lain tentu memiliki visi, misi, karakter dan kebijakan pemberitaan sendiri-sendiri. Keadaan tersebut membuat media tidak lagi sebagai saluran yang pasif, netral dan sebatas pelaporan informasi. Namun, media sudah menjadi arena di mana berbagai kepentingan kelompok berusaha menampilkan definisi situasi dan realitas sosial dengan versi masing-masing, karena media merupakan kumpulan banyak orang yang memiliki beragam realitas subjektif yang menyatu dalam satu komponen.

Akibatnya, media melangkah kedalam hal-hal yang realitas dan pragmatis.

Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo yang rencananya akan dialihfungsikan menjadi pusat perbelanjaan modern adalah wacana berskala luas. Ini jelas tidak terlepas dari pemberitaan media yang dalam waktu singkat menyebarluaskan informasi kepada khalayak. Pada umumnya, khalayak dapat terpengaruh dengan sisi pemberitaan yang ditonjolkan media mengesampingkan fakta yang ditampilkan. Kondisi ini tentu mempengaruhi kognisi dan persepsi khalayak terhadap gagasan, komunikasi dan kesimpulan yang diambil. Dan pada akhirnya, akan menimbulkan dukungan atau penolakan terhadap kebijakan itu atau hanya bersikap netral saja.

Penelitian ini mencoba menganalisis berita-berita di Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka sebagai objek kajian. Pemilihan Harian Umum

(22)

Joglosemar dan Suara Merdeka sebagai media yang diteliti karena kedua media tersebut merupakan media cetak yang paling lengkap dalam memuat berita tentang kasus Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo, terutama pada waktu yang telah peneliti tetapkan, yakni mulai tanggal 16 Juni 2011 – 18 Juli 2011. Selain itu kcdua mcdia ini juga merupakan harian besar dan cukup berpengaruh di Kota Surakarta. Joglosemar sebagai Harian lokal di Kota Suarakarta memiliki pengaruh dalam pemberitaanya terhadap masyarakat Surakarta. Sedangkan Suara Merdeka merupakan harian yang memiliki lingkup terbit lebih luas, yaitu Jawa Tengah. Harian ini cukup besar dalam memberikan proporsi pada pemberitaan- pemberitaan lokal Surakarta.

Ketertarikan peneliti menganalisis berita-berita di Harian umum Joglosemar dan Suara Merdeka disebabkan peneliti ingin melihat bagaimana media memposisikan dirinya dalam kasus pembongkaran pabrik Es Saripetojo dari sisi Budaya, dimana status bangunan pabrik Es Saripetojo sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) masih simpang-siur. Dalam hal ini, apakah kedua media tersebut bersifat netral dengan mewadahi berbagai wacana yang berkembang atau memiliki kecenderungan tertentu Guna memenuhi tujuan tersebut maka metode analisis yang digunakan adalah analisis framing.

Analisis framing pada dasarnya adalah seleksi dan penekanan aspek-aspek realitas. Tujuannya adalah umtuk membuat aspek-aspek tertentu dari realitas yang diwacanakan menjadi lebih noticeable, meaningfull, dan memorable bagi khalayak. Sehingga dalam membingkai dan mengemas suatu fakta realitas menjadi berita tentu akan berbeda satu sama lain.

(23)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membongkar bangunan Pabrik Es Saripetojo yang akan dialihfungsikan menjadi pusat perbelanjaan modern, bertolak belakang dengan sikap Pemerintah Kota Surakarta untuk tetap memepertahankannya sebagai Bangunan Cagar Budaya. Sebagai sebuah media massa Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeaka tentu memiliki sikap, kepentingan dan arah kebijakan sendiri dalam menyajikan berita seputar pembongkaran Pabrik Es Saripetojo. Oleh karena itu manarik untuk diteliti; “Bagaimana Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka membingkai (mem-frame) pemberitaan nilai-nilai budaya dalam pembongkaran Pabrik Es Saripetojo?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka membingkai (mem-framing) pemberitaan nilai-nilai budaya dalam pembongkaran Pabrik Es Saripetojo.

2. Untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi framing (pembingkaian) Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka terhadap pemberitaan seputar pembongkaran Pabrik Es Saripetojo.

(24)

D. Manfaat Penelitian

Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya:

1. Secara Teoritis,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian mengenai media secara lebih mendalam dan dapat digunakan sebagai bahan acuan teori-teori komunikasi dan menjadi referensi penelitian lain yang sejenis.

2. Secara Praktis,

Memberikan wacanabaru terkait kepentingan media terhadap pemberitaannya, dan juga melihat aspek ideologi media. Dengan menggunakan studi yang bertujuan untuk membongkar ideologi media di balik pemberitaan suratkabar.

E. Tinjauan Teoritis

1. Komunikasi dan Media Massa

Komunikasi mempunyai banyak arti dan sifat serba ada. Fenomena komunikasi adalah sesuatu yang konstan dan tidak berubah tetapi hanya pemahamannya saja yang berubah. Dari pernyataan Wawan Kuswandi komunikasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “common” yang diterjemahkan dalam bahasa inggris menjadi “shared by all alike”.7

Menurut Astrid S. Susanto komunikasi adalah: “suatu kegiatan pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dan bertujuan memberi

7Wawan Kuswadi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal.16

(25)

commit to user

partisipasi”.8 Dalam berkomunikasi, setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol baik dalam bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non-verbal (nonkata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu simbol yang sama. Simbol atau lambang adalah sesutu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama.9 Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi itu mempunyai beberapa pengertian pokok, yaitu:

a. Komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penurunan dan pengolahan pesan. Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu idea atau gagasan.

b. Pesan merupakan produk utama komunikasi, pesan dapat berupa lambang-lambang yang menyelesaikan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktek atau tindakan. Bentuk bisa berupa kata-kata, gerak-gerik, atau tingkah laku.

c. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang atau banyak orang.

d. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu, yang artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.

Seiring dengan perjalanan peradaban manusia, maka kebutuhan akan komunikasi juga mengalami perubahan. Untuk berkomunikasi, manusia tidak hanya mengandalkan cara-cara yang sederhana, akan tetapi juga menggunakan

8Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek Jilid 2, Bina Cipta, Bandung, 1984, hal.1

9Deddy Mulyana, Komunnikasi Efektif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 3

(26)

dan memanfaatkan berbagai media yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan komunikasinya seperti: film, televisi, radio, majalah dan surat kabar.

Komunikasi yang menggunakan media massa lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya Little Jhon mendefinisikan komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan- pesan (messages) dan mengirimkan kepada publik. Melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan atau dikonsumsi audiens.10

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner: “Mass communications is message communicated through a mass medium to a large number of people” (komunkasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).11

Definisi yang lebih lengkap adalah: “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronis, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.”12

Media massa, baik cetak maupun elektronik merupakan salah satu komponen pokok yang memungkinkan berlangsungnya komunikasi massa.

Berbicara mengenai media massa berarti berbicara tentang serangkaian kegiatan produksi budaya dan informasi yang dilaksanakan oleh berbagai tipe komunikator massa untuk disalurkan kepada khalayak, sesui dengan peraturan dan kebiasaan yang ada. Dalam hal ini, tugas pokok komunikator massa atau

10Redi Panuju, Sistem Komuniasi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1997, hal.117

11Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1994, hal. 188

12Ibid, hal. 189

(27)

commit to user

para pekerja media adalah mengkontruksi realitas. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa- peristiwa, maka seluruh isi media merupakan realitas yang dikkontruksikan (constructed reality).

Pembuatan berita di media massa pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita”. Seperti fungsi media massa yang dikemukakan ahli komunikasi Dr. Harold D Laswell, sebagai berikut:13

a. The Surveillance of the environment.

Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau dalam bahasa sederhana, sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas.

b. The corellation of parts of society in responding to the environment Artinya, media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peran media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan . pemilihan dilakukan oleh editor, reporter redaktur yang mengelola media massa.

c. The Tranmission of the social heritage from one generation to the next.

13 Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hal.32-33

(28)

Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan social budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.

Umumnya secara sederhana fungsi media massa ini dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media).

Isi media merupakan hasil rekontruksi dari berbagai realitas yang dipilihnya. Isi media pada hakekatnya merupakan hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan, bahasa bukan saja sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentutkan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.

Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksinya14.

Media massa dilihat sebagai media diskusi pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda. Mereka berusaha menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai objek wacana15. Keterlibatan mereka dalam suatu diskusi sangat dipengaruhi oleh status, wawasan, dan pengalaman sosial masing-masing. Dalam konteks inilah, media kemudian menjadi arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu objek wacana.

Perdebatan yang terjadi di dalamnya dilakukan dengan cara-cara yang simbolik, sehingga lazim ditemukan bermacam-macam perangkat linguitik

14Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana. Analisis Semiotik Dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 88

15Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana. LkiS. Yogyakarta. 2001. hal 220-221

(29)

commit to user

atau perangkat wacana yang umumnya menyiratkan tendensi untuk melegitimasi diri sendiri dan mendelegitimasi pihak lawan.

Manakala konstruk realitas media berbeda dengan realitas yang ada di masyarakat, maka hakikatnya telah terjadi kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik bisa berwujud melalui penggunaan bahasa penghalusan, pengaburan, atau bahkan pengasaran fakta. Singkatnya, kekerasan simbolik tak hanya beroprasi melalui bahasa, namun juga terjadi pada isi bahasa (langue content) itu sendir, yakni pada apa yang diucapkan, disampaikan atau diskpresikan16.

Menurut Defleur dan Ball-Rokeach (1989)17, ada berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna ini, antara lain: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas makna dari istilah- istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru;

memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam sistem bahasa. Dengan begitu, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menetukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Berkenaan dengan hal tersebut, media massa pada dasarnya melakukan berbagai tindakan dalam kontruksi realitas di mana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna dan citra tentang suatu realitas.

16Alex Sobur, Op Cit.,. 2001. Hal 89

17Alex Sobur, Ibid., 2001, hal. 90

(30)

2. Surat Kabar dan Berita

Harimurti Kridalaksana memberikan definisi surat kabar sebagai terbitan berkala yang memuat berita, risalah, karangan, iklan dan lain sebagainya.18

Dalam sejarah persuratkabaran, ia lahir karena kebutuhan akan berita yang aktual sejak permulaan diterbitkan dalam abad ke-17, dan kemudian dijadikan ciri khas yang membedakan surat kabar dengan buku dan penerbitan lainnya. Bila dibandingkan dengan media lainnya, surat kabar unggul dalam aspek informasi. Informasi yang disampaikan lebih lengkap, terinci dan tidak hilang, artinya ia bisa didata ulang, memungkinkan pembaca untuk menyimpan informasi secara utuh.

Disamping hal tersebut, masih terdapat persyaratan lain yang menjadi ciri utama surat kabar, antara lain:

a. Periodisitas

Artinya, surat kabar harus diselenggarakan secara teratur dan terus menerus. Sebagai contoh terdapat surat kabar harian, dwi mingguan atau mingguan

b. Universalitas

Artinya, surat kabar memuat tentang segala aspek kehidupan manusia;

masalah politik, ekonomi, perdagangan sosial, budaya, olah raga dan lain sebagainya. Sifat umum atau universalitas surat kabar mengandung arti bahwa surat kabar mengemban kepentingan umum

18Harimurti Kridalaksana, ed. Leksikon Komunikasi, Pradya Paramita, Jakarta, 1984, hal. 102 dalam Muchlis Yahya, Komunikasi Politik dan Media Massa, Gunung Jati, Semarang, 2000, hal.

102-103

(31)

commit to user

atas nama masyarakat dan surat kabar ditujukan kepada seluruh penduduk atau masyarakat.

c. Objektivitas

Artinya, merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang disuguhkan harus dipercaya dan menarik perhatian pembacanya, tidak menggangu perasaan dan pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat menyajikan hal-hal faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya.

d. Afinitas

Artinya, unsur ketergantungan yang merupakan salah satu cara atau usaha menjalin hubungan antara pihak penyelenggara surat kabar dengan pembacanya.

Unsur terpenting dari sebuah surat kabar bahkan media massa lainnya seperti radio dantelevisi adalah berita. Lebih dari 90% isi sebuah harian atau surat kabar adalah berita dalam arti luas.

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu katagori tertentu.19 Setiap hari ada jutaan fakta atau peristiwa di dunia ini dan semuanya potensial dapat menjadi berita. Peristiwa-peristiwa itu tidak serta merta menjadi berita karena batasan yang disediakan dan dihitung, mana

19Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 102

(32)

berita dan mana bukan berita. Berita, karenanya, peristiwa yang telah ditentukan sehingga berita, bukan peristiwa itu sendiri.

Setiap peristiwa tidak lantas dapat disebut sebagai berita, tetapi ia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita. Nilai-nilai berita menentukan bukan hanya peristiwa apa saja yang akan diberitakan, melainkan juga bagaimana peristiwa didefinisikan. Ketika seseorang wartawan mengatakan sebagai berita, peristriwa yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut berita. Ini merupakan prosedur pertama dari bagaimana dikontruksi. Tidak semua aspek dari peristiwa juga dilaporkan, ia juga harus dinilai terlebih dahulu, bagian mana dari peristiwa yang mempunyai nilai berita tinggi-bagian itulah yang terus- menurus dilaporkan.20

Sebuah peristiwa baru disebut mempunyai nilai berita, dan karenanya layak diberitakan apabila peristiwa itu mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan atau nilai berita. Unsur-unsur tersebut antara lain:21

a. Significance (penting)

Yakni kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunayai akibat terhadap kehidupan pembaca.

b. Magnitude (besaran)

Adalah kejadian yang menyangkut angka-angka berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang menarik buat pembaca.

20Eriyanto, Ibid., 2002, hal. 104

21Mursito BM, Op Cit., 1999, hal. 38-39

(33)

commit to user

c. Timeliness (waktu)

Yaitu kejadian yang menyangkut hal-hak baru terjadi atau baru diketemukan.

d. Proximity (dekat)

Yakni kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.

e. Prominance (ketenaran)

Yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca.

f. Humen Interest (manusiawi)

Adalah kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut bagi orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.

3. Proses Produksi Berita

Pembentukan berita merupakan proses yang rumit dan banyak faktor yang berpotensi mempengaruhi. Oleh sebab itu, niscaya akan terjadi pertarungan dalam memaknai realitas dan presentasi media. Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D Reese, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan.22

22Agus Sudibyo, Op Cit., 2001. Hal 7-13

(34)

Pertama, faktor individual, level melihat bagaimana pengaruh aspek- aspek personel dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur atau agama sedikit banyak akan mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Aspek personel tersebut secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman pengelola media.

Kedua, level rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunnyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik atau kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada didalamnya.

Ketiga, level organisasi, berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang berada dalam organisasi tersebut. Masing-masing organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan.

Keempat, level ekstra media. Faktor ini berhubungan dengan faktor lingkungan diluar media, antara lain sumber berita, sumber penghasilan media, pemerintah, lingkungan bisnis dan lain sebagainya.

Kelima, level ideologi. Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka refrensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimanamereka menghadapinya. Elemen ini bersifat

(35)

commit to user

abstrak, ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.

Berita, dalam pandangan Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas. Tetapi berita adalah apa yang pembuat berita buat.23Hal itu selaras dengan pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk (dikontruksi).

Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat. Pandangan pertama sering disebut sebagai pandangan seleksi berita (selectivity of news). Dalam bentuknya yang umum, pandangan ini seringkali melahirkan teori seperti gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil berada di luar untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.

Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Perspektif ini menganggap peristiwa ini bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, yakni dibentuk. Wartawanlah yang membentuk peristiwa mana yang disebut berita dan mana yang tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan. Titik perhatian terutama difokuskan dalam rutinitas dan nilai-nilai kerja wartawan yang memproduksi berita tertentu.

23Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 100

(36)

4. Nilai Budaya

Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekreta yakni buddhayah merupakan bentuk jamak dari kata buddhi atau akal. Sedangkan menurut Koentjaraningrat budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.24

Dalam antropologi budaya, ruang lingkup kajian ini mencakup variasi obyek yang sangat luas, seperti yang dikemukakan oleh Trenholm dan Jensen bahwa budaya merupakan seperangkat nilai, kepercayaan, norma, dan adat- istiadat, aturan dan kode, yang secara social mendefinisikan kelompok- kelompok orang, mengikat mereka satu sama lainy dan member mereka kesadaran bersama.25

Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri dan berada dalam pikiran setiap manusia. Jika manusia menyatakan gagasan dalam bentuk tulisan, maka letak dari kebudayaan tersebut berada dalam buku-buku hasil karya manusia. Selain itu juga terdapat kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan ini bersifat konkret yang dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan.

24Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan. LkiS. Yogyakarta. 2000. hal 52

25 Dedy Mulyana, Komunikasi Efektif. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2004 hal 15

(37)

commit to user

Dalam realitas kehidupan manusia ketiga variasi obyek budaya tersebut merupakan hal yang saling berkaitan. Hal ini dikarenakan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia,baik pikiran- pikiran, ide-ide, tindakan dan karya manusia, sehingga menghasilkan benda- benda kebudayaan fisiknya. Sedangkan bila dilihat dari keberadaan ertefak maka, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola-pola perbuatannya dan cara berpikirnya. Dalam hal ini keberadaan bangunan pabrik Es Saripetojo dapat dikatagorikan sebagai kebudayaan berupa artefak yang disebut sebagai kebudayaan fisik. Hal ini dapat dilihat bagaimana arsitektur dari bangunan pabrik Es Saripetojo yang menunjukan kebudayaan pada saat pabrik es tersebut dibangun.

5. Framing Sebagai Teknik Analisis

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan tentang framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955.26 Pada awalnya, framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan katagori-katagori standar untuk mengapresiasi realitas.

Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Goffman seperti yang disebutkan dalam Jurnal of Visual Lietracy disebutkan: The idea of framing first appeared

26Alex Sobur, Op Cit., 2001, hal. 161-162

(38)

in Goffman’s seminal work in1974, which postulated that the context and organization of messages affect audiences, subsequent thoughts and actions about those messages.27 Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, mengandalkan framingsebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing dalam membuka realitas.28

Sebagai sebuah konsep, framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, melainkan dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi).

Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisa fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisa berdasarkan konteks sosiologis, politis atau kultural yang melingkupinya.

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara- cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksikan oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi reralitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media.

Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.

Framing merupakan sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media.29

27Journal of Visual Literacy. The levels of visual framing. 2011. Hal 48

28Agus Sudibyo, Op Cit., 2001, hal. 219

29Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 66

(39)

commit to user

Selain itu, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perpektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.30

Apabila ditarik kesimpulan, framing mempunyai dua aspek penting.

Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan dari asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam melihat fakta ini terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang (exclude). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, dan melupakan faktor yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek yang lainnya. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda natara satu media dengan media lainnya. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu.31

Dengan kata lain, media massa berposisi sebagai wadah di mana isu- isu permasalahan umum bisa diperdebatkan dengan cara menyebarluaskan informasi yang diperlukan untuk penentuan sikap dan mengfasilitasi pembentukan opini publik.32 Akan tetapi, dalam model “arena sosial” tersebut, media dilihat sebagai saluran yang tidak netral, aktif dan tidak sekedar kumpulaan medium yang melaporkan realitas sosial. Media massa merupakan

30Alek Sobur, Op Cit., 2001, hal. 162

31Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 69-70

32Dedy N. Hidayat, “Suatu Pengantar”, dalam Agus Sudibyo, Op Cit., 2001, hal. vii

(40)

pelaku yang menampilkan diri (baik secara menggebu-gebu ataupun terpaksa) sebagai defining agency untuk mendefinisikan isu permasalahn yang relevan.

Upaya media untuk mendefinisikan realitas sosial seperti itulah yang akan mampu diungkap melalui analisis framing. Analsisi framing memiliki asumsi bahwa wacana yang dihasilkan media massa mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan bagi publik serta bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir dalam wacana publik.33

Analisis framing berpretensi untuk menjelaskan persoalan yang sama menjadi sangat berbeda ketika dikonstruksi media yang berbeda. Analisis framing hendak menunjukan terjadinya proses seleksi dan penajaman aspek realitas dalam produksi berita sehingga aspek tertentu dari realitas menjadi lebih dominan dari pada aspek lain. Asumsinya adalah elemen isu yang ditonjolkan mempunyai peluang lebih besar untuk dipertimbangkan khalayak pembaca atau dengan kata lain penonjolan yang berbeda terhadap fakta berita pada gilirannya akan menggiring perhatian publik pada titik tertentu dan melahirkan persepsi yang berbeda. Penonjolan di sini didefinisikan sebagai informasi yang lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan, hal tersebut bisa dilakukan misalnya dengan pengulangan, asosiasi dengan simbol budaya, penempatan yang mencolok, generalisasi, simplifikasi dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud memberikan gambaran media memberitakan pembongkaran Pabrik Es Saripetojo. Artinya,

33Agus Sudibyo, Ibid., 2001, hal. 220

(41)

commit to user

bahwa bagaimana media mengemas dan mencitrakan pihak-pihak yang ada dalam konflik pembongkaran Pabrik Es Saripetojo tersebut.

F. Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.34

Penelitian kualitatif tidak mendasarkan bukti-bukti empirik pada logika matematik, prinsip-prinsip bilangan, ataupun teknik-teknik analisis statistik, tetapi lebih mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif, seperti transkip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, dokumen-dokumen tertulis, dan data nondiskursif lazimnya dikonversikan ke dalam bentuk- bentuk narasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan.35

Penelitian kualitatif memiliki tujuan menemukan hal-hal yang bersifat tersembunyi (latent) yang karenanya sangat menaruh perhatian pada kejangggalan dan kontorversi. Peneliti dituntut untuk dapat mengemukakan

34Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKIS, Yogyakarta, 2007, hal. 35

35Pawito, Ibid., 2007, hal. 37

(42)

penjelasan-penjelasan mengenai temuan-temuan data yang dinilai penting dan menarik, termasuk yang saling berbeda atau berlawanan satu sama lain.36 Pijakan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian komunikasi kualitatif adalah kategori-kategori substantif dari makna-makna, atau lebih tepatnya adalah interpretasi-interpretasi terhadap gejala yang diteliti, yang pada umumnya memang tidak dapat diukur dengan bilangan.37

2. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis framing. Frame menurut Gamson merupakan cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.38 Sementara, Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas.39

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini mengambil teks-teks berita-berita mengenai nilai- nilai budaya dalam kasus pembongkaran Pabrik Es Saripetojo pada Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka selama periode 16 Juni hingga 18 Juli 2011. Alasan pemilihan rentang waktu itu karena pemberitaan terkait Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dimulai tanggal 16 Juni 2011 dan

36Pawito, Ibid., 2007, hal. 98

37Pawito, Ibid., 2007, hal. 38

38Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 67

39Alex Sobur, Op Cit., 2001, hal. 162

(43)

commit to user

pemberitaan mulai menurun pada tanggal 18 Juli 2011, tepatnya setelah pihak Pemerintah Kota Surakarta membentuk tim ahli cagar budaya untuk mengkaji status bangunan tersebut. Pembongkaran Pabrik Es yang dinilai menjadi salah satu bukti perjalanan Kota Surakarta membuat suatu tataran wacana di masyarakat, sehingga hal ini mendapat porsi pemberitaan yang cukup banyak dari media.

Sedangkan alasan pemilihan Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka dikarenakan kedua media tersebut memuat berita kasus Pembongkaran Pabrik Es Saripetojo paling lengkap, khusunya dari awal mencuatnya berita tersebut sampai waktu yang telah peneliti tetapkan. Selain itu, Harian Umum Joglosemar merupakan salah satu media massa lokal Kota Surakarta yang tentunya mempunyai pengaruh cukup besar di kota tersebut.

Sementara itu, Harian Umum Suara Merdeka adalah harian yang memiliki lingkup lebih luas, yakni Jawa Tengah. Meski demikian Harian Umum dengan jargon “Perekat Komunitas Jawa Tengah”, ini tetap memberikan porsi yang cukup besar untuk Kota Surakarta, hal tersebut dibuktikan dengan menempatkan empat halaman untuk Kota Surakarta dan sekitarnya, tentunya, hal ini karena potensi pangsa pasar yang besar di kota Surakarta, sehingga pemberitaan tidak hanya cukup satu halaman saja.

4. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang

(44)

digunakan. Teknik ini mengarahkan pengambilan sampel dari sumber data yang dipandang memiliki data yang penting dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sampel dalam hal ini bukan mewakili populasinya, tetapi mewakili informasinya melalui kedalaman studi suatu konteks. Atas dasar alasan itulah teknik cuplikan yang digunakan bersifat “purposive sampling”

atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan “criterion based selection”.40

Populasi dalam penelitian ini adalah semua teks berita seputar pembongkaran pabrik Es Saripetojo di Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka periode 16 Juni 2011-18 Juli 2011, yang masing-masing berjumlah 27 berita di Harian Joglosemar dan 25 berita di Harian Suara Merdeka, serta reporter dan redaktur dari Harian Umum Joglosemar dan harian Suara Merdeka. Sementara sampel teks berita yang diambil peneliti masing-masing berjumlah lima teks berita serta reporter dan redaktur dari perusahaan surat kabar tersebut sebagai informan yakni, satu reporter dan satu redaktur dari kedua harian umum Joglosemar dan Suara Merdeka.

5. Sumber Data

Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif juga dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:41 (a) data yang diperoleh dari interview, (b) data yang diperoleh dari observasi, dan (c) data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke

40H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian, Sebelas Maret University Press, surakarta, 2002, hal. 36

41Pawito, Op Cit., 2007, hal. 96

(45)

commit to user

dalam bentuk narasi). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui berita yang sudah terdokumentasi pada media yang diteliti.

b. Data Skunder

Data Skunder adalah hasil wawancara guna mengkonfirmasi data penelitian yang diperoleh.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh atau mengumpulkan data, maka dalam penelitian ini menggunakan metode:

a. Dokumen

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari seluruh teks berita yang diterbitkan oleh Harian Umum Joglosemar dan Suara Merdeka sesuai dengan tema yang telah ditetapkan

b. Wawancara

Teknik memperoleh data melalui wawancara langsung dengan wartawan dan redaktur Joglosemar dan Suara Merdeka yang secara khusus berhubungan dengan permasalahan yang diangkat

(46)

7. Teknik Analisis Data

Analisis framing memiliki asumsi bahwa wacana media massa mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan dari bermacam-macam isu yang hadir dalam wacana publik.42

Sejumlah ahli sepakat bahwa framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu yang ditonjolkan dan beberapa bagian lain yang disembunyikan. Akibat yang ditimbbulkan, khalayak akan mengingat hal-hal tertentu yang ditampilkan dan mengesampingkan hal yang tidak muncul.

Framing merupakan strategi pembentukan dan oprasionalisasi wacana media. Media massa pada dasarnya adalah wahana diskusi publik tentang masalah yang melibatkan tiga pihak, yakni wartawan (journalist), sumber (source), dan khalayak (audience). Setiap pihak berusaha untuk menonjolakn baris penafsiran. Klaim, atau argumentasi masing-masing berkaitan dengan persoalan yang diberitakan atau diwacanakan.

Dalam kasus pembongkaran Pabrik Es Saripetojo ini media massa dianggap memiliki kekuatan tertentu yang tentu saja mampu mempengaruhi situasi tersebut. Kekuatan media ini muncul melaui proses pembingkaian (framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angle), penambahan atau pengurangan foto, gambar, dan lain-lain.

Dengan demikian, sebetulnya media mempunyai potensi menjadi peredam atau pendorong suatu konflik.

42Agus Sudibyo, Op Cit., 2001, hal. 220

(47)

commit to user

Model analisis penelitian yang digunakan ialah model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki (Pan Kosicki). Dalam moodel Pan Konsicki, struktur dan perangkat analisisnya relatif lengkap, sehingga memungkinkan peneliti melakukan kajian teks berita secara detail. Kelengkapan itu tampak dari perangkat yang digunakan, mulai dari skema berita. Untuk itu, pengonstrukksian realitas atas berita seputar kasus pembongkaran Pabrik Es Saripetojo dari harian Joglosemar dan Suara Merdeka yang menjadi objek penelitian bisa dilihat dengan relatif lengkap. Model analisis framing Pan Kosicki meliputi empat struktur, yaitu sintaksis, skri atau nasakah, tematik, dan retoris. Selengkapnya sebagai berikut:43

a. Sintaksis

Dalam pengertian umum sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Struktur sintaksis biasanya ditandai oleh struktur piramida terbalik dan oleh aturan-aturan atributif (penandaan) sumber. Piramida terbalik mengacu pada pengorganisasian bagian- bagian struktur yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita atau pendahuluan), episode (runtutan cerita), background (latar belakang) dan ending atau conclusion (penutup) atau bagian yang umum saja, seperti lead, perangkat, tubuh dan penutup.

Dari struktur sintaksis pula kita dapat menganalisis objektivitas dan netralitas suatu pemberitaan media. Objektivitas pemberitaan media

43Eriyanto, Op Cit., 2002, hal. 257-266

(48)

setidaknya memiliki tiga unsur pokok; unsur kebenaran, unsur keseimbangan serta relevansi judul dengan isi berita. Hal lain yang dapat dilihat dari struktur sinteksi adalah netralitas pemberitaan.

Artinya ada komposisi seimbang anatara narasumber (1) yang pro dengan ide atau fakta yang diangkat, (2) yang kontra dengan tema berita yang disajikan dan (3) yang netral atau tidak berpihak.

b. Skrip

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalama bentuk bertita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita dan bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

Struktur skrip, pada umumnya terdiri dari: siapa (who), Apa (what), Kapan (when), Mengapa (why) dan Bagaimana (how). Namun dalam penyajian wacana berita, beberapa unsur dibuat lebih menonjol.

Penonjolan unsur-unsur tertentu dari kelengkapan berita inilah yang akan meberi makna lain pada suatu berita. Skrip adalah satu strategi wartwan dalam mengonstruksi berita; bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengnan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

c. Tematik

Struktur tematik berkaitan dengan bagaimana suatu fakta ditulis, seperti bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks secara keseluruhan. Struktur

Referensi

Dokumen terkait

Based on the background of the study outlined above, this research is restricted to looking for the quality of the Odd Semester Final Examination Questions in Accounting

Tabel 6. Indikator Kebiasaan Positif untuk Show and Tell.. LQGLNDWRU GLNHPEDQJNDQ VHFDUD PRGL¿NDWLI yakni menggunakan media yang memiliki cerita yang bernilai social life

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

Penelitian ini merumuskan Bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor yang ada diKota Palembang

Laba bruto Lonsum naik 61,4% yoy menjadi Rp1,05 triliun yang sebagian besar didukung oleh kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata dari produk sawit dan karet.

dengan nilai pendidikan yang terdapat dalam drama tradisional besutan. 3) Mengelompokkan data atau mengklasifikasikan data berdasarkan struktur. dan nilai pendidikan drama

Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru yang reaktif. Sebab tidak jarang pada awal pelaksanaan model ini, siswa ragu bahkan. malu untuk

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Bauran Pemasaran Politik yang terdiri dari produk, promosi, harga, dan penempatan mempengaruhi Keputusan Memilih Gus