• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOKRIM MINYAK ARGAN (Argania spinosa L.) SEBAGAI SKIN ANTI-AGING SKRIPSI OLEH: YUNIKEN ANGGIA SARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOKRIM MINYAK ARGAN (Argania spinosa L.) SEBAGAI SKIN ANTI-AGING SKRIPSI OLEH: YUNIKEN ANGGIA SARI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOKRIM MINYAK ARGAN (Argania spinosa L.) SEBAGAI SKIN ANTI-AGING

SKRIPSI

OLEH:

YUNIKEN ANGGIA SARI 171501207

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOKRIM MINYAK ARGAN (Argania spinosa L.) SEBAGAI SKIN ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

YUNIKEN ANGGIA SARI 171501207

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul “Formulasi dan Evaluasi Sediaan Nanokrim Minyak Argan (Argania spinosa L.) sebagai Skin Anti-Aging”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Khairunnisa, M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, kepada Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab serta memberikan petunjuk dan saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Ibu Prof. Dr. Dra Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Hetty Lendora Maha, S.Farm., M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan dan ilmu dalam penulisan skripsi ini, Bapak Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan serta Bapak Bayu Eko Prasetyo, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda tercinta Asfimal dan Ibunda tercinta Eli Suryani, Kakak Varadila Okayanda, S.E dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan doa dan dukungan yang luar biasa baik secara materi maupun non materi. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan untuk sahabat sedari SD, Mifan Since 2005, Vinola kakak kos sebagai penyemangat, Syifanadia patner jauh di mata dekat di hati, Mely Gusliani yang sudah menjadi tante kandung, Felmi patner pertama di

(5)

situasi dan kondisi, Ajeng patner tiktok, Mayang patner grabfood, teman seperdopingan, Asisten Kosmeseutika 2021, para relawan, teman-teman stambuk 2017, Keluarga asuh di Fakultas Farmasi USU serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 04 Oktober 2021 Penulis,

Yuniken Anggia Sari NIM 171501207

(6)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuniken Anggia Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 171501207 Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Evaluasi Sediaan Nanokrim Minyak Argan (Argania spinosa L.) sebagai Skin Anti- Aging.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 04 Oktober 2021

Yuniken Anggia Sari NIM 171501207

(7)

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOKRIM MINYAK ARGAN (Argania spinosa L.) SEBAGAI SKIN ANTI-AGING

ABSTRAK

Latar Belakang: Penuaan pada kulit dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Untuk mencegah penuaan dapat digunakan sediaan yang mengandung anti-aging. Minyak argan merupakan salah satu minyak yang memiliki manfaat sebagai antioksidan alami yang baik bagi kesehatan. Nanokrim merupakan salah satu teknologi sistem penghantaran dari produk kosmetik, yang dapat mempercepat penyerapan zat-zat aktif yang terkandung dalam suatu sediaan karena ukurannya yang sangat kecil.

Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasi sediaan nanokrim dengan minyak argan sebagai zat aktif untuk membandingkan aktivitas anti-aging nanokrim minyak argan dengan krim minyak argan dan krim komersial minyak argan.

Metode: Formulasi sediaan nanokrim dengan zat aktif minyak argan konsentrasi F1 (1%), F2 (3%) dan F3 (5%) menggunakan metode pengadukan tingkat tinggi menggunakan magnetic stirrer. Dalam penelitian ini formula distabilkan oleh surfaktan maupun bahan penstabil. Dilakukan uji evaluasi sediaan nanokrim minyak argan meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, viskositas, ukuran partikel, stabilitas, dan uji aktivitas anti-aging nanokrim minyak argan F2 (3%) dikarenakan sediaan ini sudah memberikan hasil baik dengan nilai IC50 yang sangat kuat. Terdapat 9 orang sukarelawan yang terbagi dalam 3 kelompok, yang mendapatkan sediaan nanokrim minyak argan F2 (3%), krim minyak argan 3%

dan krim komersial minyak argan. Aktivitas anti-aging terhadap sukarelawan diukur menggunakan skin analyzer.

Hasil: Penelitian ini menghasilkan sediaan nanokrim minyak argan dengan ukuran partikel awal sebesar 195,62 nm (F1), 377,64 nm (F2), 404,60 nm (F3).

Sediaan nanokrim minyak argan berwarna kuning, stabil secara organoleptis penyimpanan pada suhu kamar selama 12 minggu dan stabil pada pengujian sentrifugasi selama 5 jam dengan kecepatan 3800 rpm. Sediaan nanokrim minyak argan memiliki tipe emulsi minyak dalam air serta memilki pH sesuai dengan pH kulit yaitu pada rentang 4,5-6,5, tidak mengiritasi dan memberikan aktivitas anti- aging lebih tinggi dari pada sediaan krim minyak argan dan krim komersial minyak argan.

Kesimpulan: nanokrim minyak argan F2 (3%) memiliki sifat organoleptis dan stabilitas yang lebih baik selama 12 minggu penyimpanan, serta memiliki aktivitas anti-aging yang lebih baik dibandingkan dengan krim minyak argan dan krim komersial minyak argan dengan % pemulihan yaitu 53,97 % pada kelembapan, 57,96 % pada besar pori, 70,03%

pada jumlah noda dan 85,17% pada kerutan.

Kata kunci: Anti-aging, Antioksidan, Formulasi, Minyak Argan, Nanokrim

(8)

ARGAN OIL (Argania spinosa L.) NANOCREAM FORMUATION AND EVALUTATION IN ANTI-AGING ACTIVITIES

ABSTRACT

Background: Aging of the skin is caused by internal factors and external factors.

To prevent aging, containing anti-aging can be used. Argan oil is one of the oils that has benefits as a natural antioxidant that is good for health. Nanocream is one of the delivery system technologies of cosmetic products, which can accelerate the absorption of active substances contained in a preparation because of its very small size.

Objectives: The purpose of this study was to formulate a nanocream with argan oil as an active substance to compare the anti-aging activity of argan oil nanocream with argan oil cream and argan oil commercial cream.

Method: Nanocream formulated with the active substance of argan oil with concentrations of F1 (1%), F2 (3%) and F3 (5%) using a high-level stirring method using a magnetic stirrer. In this study, the formula was stabilized by surfactants and stabilizers. Argan oil nanocream evaluation tests were carried out including organoleptic tests, homogeneity, pH, dispersion, viscosity, particle size, stability, and anti-aging activity tests for argan oil nanocream F2 (3%) because it gave good results with very strong IC50 value. There were 9 volunteers who were divided into 3 groups, who received the preparation of argan oil nanocream F2 (3%), argan oil cream 3% and argan oil commercial cream. Anti-aging activity of volunteers was measured using a skin analyzer.

Results: This study produced argan oil nanocream with initial particle sizes of 195,62 nm (F1), 377,64 nm (F2), 404,60 nm (F3). yellow argan oil nanocream, organoleptically stable at room temperature for 12 weeks and stable in centrifugation for 5 hours at 3800 rpm. Argan oil nanocream has an oil-in-water emulsion type and had a pH according to the pH of the skin, which is in the range of 4.5 to 6.5, non-irritating and provides higher anti-aging activity than argan oil creams and commercial argan oil creams.

Conclusion: argan oil nanocream F2 (3%) has better organoleptic properties and stability for 12 weeks of storage, and had better anti-aging activity compared to argan oil cream and commercial cream of argan oil with % recovery of 53,97% at humidity, 57,96% on large pores, 70,03% on the number of blemishes and 85,17% on wrinkles.

Keywords: Anti-aging- Antioxidant, Argan oil, Formulation, Nanocream

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Minyak Argan ... 7

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Argan ... 7

2.2 Kulit ... 8

2.2.1 Struktur Kulit ... 8

2.2.1.1 Epidermis ... 9

2.2.1.2 Dermis ... 9

2.2.1.3 Hipodermis ... 9

2.3 Anti-Aging ... 10

2.4 Antioksidan ... 11

2.5 Nanopartikel ... 12

2.6 Nanokrim ... 13

2.7 Metode Pembuatan Nanokrim ... 15

2.8 Emulsi ... 16

2.8.1 Ketidakstabilan Emulsi ... 17

2.8.2 Penentuan Tipe Emulsi ... 17

2.9 Uraian Bahan ... 18

2.9.1 Tween 80 ... 18

2.9.2 Setil Alkohol ... 19

2.9.3 Asam Stearat ... 19

2.9.4 Gliserin ... 20

2.9.5 Parafin Cair ... 20

2.9.6 Propilen Glikol ... 21

2.9.7 Metil Paraben dan Propil Paraben ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2 Jenis Penelitian ... 22

3.3 Alat dan Bahan ... 22

3.3.1 Alat ... 22

3.3.2 Bahan ... 22

3.4 Formula Sediaan Nanokrim dan Krim ... 23

3.4.1 Formula Sediaan Nanokrim ... 23

3.4.2 Formulasi Sediaan Krim ... 24

(10)

3.5 Prosedur Pembuatan Nanokrim dan Krim ... 24

3.5.1 Prosedur Pembuatan Nanokrim Minyak Argan ... 24

3.5.2 Prosedur Pembuatan Krim Minyak Argan ... 25

3.6 Evaluasi Mutu Fisik Terhadap Sediaan... 26

3.6.1 Pemeriksaan Organoleptis ... 26

3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas ... 26

3.6.3 Penentuan pH Sediaan ... 26

3.6.4 Uji Daya Sebar ... 26

3.6.5 Pemeriksaan Viskositas ... 27

3.6.6 Penentuan Ukuran Partikel ... 27

3.6.7 Pengamatan Stabilitas Sediaan ... 27

3.6.8 Cycling Test ... 28

3.6.9 Uji Stabilitas Fisik dengan Metode Sentrifugasi ... 28

3.6.10 Penentuan Tipe Emulsi ... 28

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 29

3.8 Pengujian Aktivitas Anti-Aging Sediaan ... 29

3.9 Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Identifikasi Sampel ... 31

4.2 Hasil Formulasi Sediaan... 31

4.2.1 Hasil Formulasi Sediaan Nanokrim Anti-aging ... 31

4.2.2 Hasil Formulasi Sediaan Krim Anti-aging... 32

4.3 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ... 33

4.3.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Fisik ... 33

4.3.2 Hasil Cycling Test ... 37

4.3.3 Hasil Pemeriksaan Homogenitas ... 39

4.3.4 Hasil Penentuan Tipe Emulsi ... 40

4.3.5 Hasil Penentuan pH ... 41

4.3.6 Hasil Pengujian Daya Sebar ... 42

4.3.7 Hasil Pengujian Viskositas ... 44

4.3.8 Hasil Pengujian Kestabilan Fisik dengan Metode Sentrifugasi ... 45

4.3.9 Hasil Pengukuran Ukuran Partikel ... 46

4.4 Hasil Uji Iritasi pada Sukarelawan ... 48

4.5 Hasil Uji Aktivitas Anti-Aging ... 49

4.5.1 Kadar Air (Moisture) ... 50

4.5.2 Pori (pore) ... 53

4.5.3 Noda (Spot) ... 55

4.5.4 Kerutan (Wrinkle) ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 6

2.1 Struktur Kulit ... 8

4.1 Sediaan Nanokrim dengan Variasi Konsentrasi Minyak Argan 1%, 3% 5% ... 32

4.2 Sediaan Krim Konsentrasi Minyak Argan 3% ... 32

4.3 Hasil Pengujian Stabilitas pada Climatic Chamber ... 35

4.4 Hasil Pengujian Stabilitas pada Suhu Kamar ... 37

4.5 Hasil Cycling Test Nanokrim Minyak Argan ... 38

4.6 Hasil Cycling Test Krim Minyak Argan ... 38

4.7 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Nanokrim Minyak Argan ... 39

4.8 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Krim Minyak Argan ... 39

4.9 Hasil Uji Tipe Emulsi Nanokrim Minyak Argan ... 40

4.10 Hasil Uji Tipe Emulsi Krim Minyak Argan ... 40

4.11 Grafik Hasil Pengujian pH Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan ... 42

4.12 Hasil Pengujian Daya Sebar ... 43

4.13 Hasil Uji Kestabilan Fisik dengan Metode Sentrifugasi ... 46

4.14 Grafik Rata-Rata Ukuran Partikel ... 47

4.15 Grafik Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) ... 51

4.16 Grafik Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) ... 54

4.17 Grafik Hasil Pengukuran Jumlah Noda (Spot) ... 57

4.14 Grafik Hasil Pengukuran Kerutan (Wrinkle) ... 59

(12)

DAFTAR TABEL

3.1 Komposisi Bahan pada Penelitian Abdulkarim (2010) ... 23

3.2 Komposisi Bahan palam Nanokrim yang Mengandung Minyak Argan ... 24

4.1 Hasil Stabilitas Nanokrim dan yang Disimpan Dalam Climatic Chamber ... 33

4.2 Hasil Stabilitas Nanokrim dan Krim Yang Disimpan Dalamsuhu Kamar ... 36

4.3 Hasil Pengujian pH Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan ... 41

4.4 Data Hasil Pengujian Daya Sebar Nanokrim dan Krim Minyak Argan ... 42

4.5 Data Hasil Pengujian Viskositas Nanokrim dan Krim Minyak Argan ... 44

4.6 Data Hasil Uji Sentrifugasi Nanokrim dan Krim Minyak Argan ... 45

4.7 Data Ukuran Partikel Nanokrim Minyak Argan Konsentrasi 1%, 3%, 5% ... 46

4.8 Hasil Uji Iritasi Sediaan Nanokrim, Krim dan Krim Komersial ... 49

4.9 Hasil Uji Kadar Air (Moisture) pada Sukarelawan ... 50

4.10 Data Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) pada Sukarelawan ... 53

4.11 Data Hasil Pengukuran Jumlah Noda (Spot) pada Sukarelawan ... 56

4.12 Data Hasil Pengukuran Kerutan (Wrinkle) pada Sukarelawan ... 59

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sertifikat Analisis Minyak Argan ... 67

2. Surat Persetujuan Komite Etik ... 68

3. Gambar Alat dan Bahan ... 69

4. Bagan Alir Pembuatan Nanokrim Minyak Argan ... 70

5. Bagan Alir Pembuatan Krim Minyak Argan ... 71

6. Hasil Penhujian pH Nanokrim Minyak Argan ... 72

7. Hasil Pengujian Viskositas Nanokrim Minyak Argan ... 73

8. Hasil Pengukuran Partikel Sediaan Nanokrim ... 74

9. Contoh Lembar Persetujuan Menjadi Sukarelawan ... 77

10. Contoh Lembar Jadwal Perawatan Sukarelawan ... 78

11. Uji Iritasi pada Sukarelawan ... 79

12. Hasil Uji Aktivitas Anti-Aging Sediaan ... 80

13. Hasil Uji Statistika ... 92

(14)

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Kulit merupakan bagian terbesar dalam tubuh manusia, terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Di bawah dermis terletak subkutan, yang sebagian besar terdiri dari sel-sel lemak. Ketebalan kulit berkisar antara 1 sampai 4 mm. Ketebalan setiap lapisan kulit bervariasi di berbagai area tubuh. Epidermis umumnya tipis terutama pada kulit kelopak mata kira-kira 0,1 mm. Epidermis sangat tebal di telapak kaki dan telapak tangan, dengan kedalaman sekitar 1 mm.

Dermis 20 kali lebih tebal dari epidermis, terutama di bagian belakang yang bisa mencapai 3 sampai 4 mm. Ketebalan lapisan kulit subkutan juga meiliki tingkatan yang cenderung lebih tebal di daerah paha dan perut, tetapi cenderung tipis di bagian wajah (Shai dkk., 2009).

Seiring berjalannya waktu seseorang akan mengalami proses penuaan, hal ini dapat dilihat dari tujuh tanda utama seperti garis halus dan kerutan, perubahan warna dan tekstur kulit, permukaan kulit kusam, pori-pori terlihat, bercak, bercak penuaan dan kekeringan. Di antara semua tanda tersebut, munculnya garis-garis halus dan kerutan pada kulit merupakan tanda penuaan yang paling umum dan menonjol. Untuk mencegah penuaan dapat digunakan krim kulit yang disebut sebagai krim anti-aging (Duraivel dkk., 2014)

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang tidak memiliki elektron berpasangan pada lapisan luarnya atau kehilangan elektron, sehingga apabila dua radikal bebas bertemu, mereka bisa memakai bersama elektron membentuk ikatan kovalen. Dapat dikatakan, radikal

(15)

bebas bersifat tidak stabil dan akan mengambil elektron dari molekul di sekitarnya, sehingga radikal bebas bersifat toksik terhadap molekul biologi/sel (Werdhasari, 2014).

Radikal bebas juga berperan dalam proses menua, radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas bila jumlahnya tidak berlebihan.

Mekanisme pertahanan tubuh dari radikal bebas adalah berupa antioksidan di tingkat sel, membran, dan ekstra sel (Werdhasari, 2014).

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Berbagai bahan alam asli Indonesia banyak mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya, antara lain vitamin C, E, pro vitamin A, organosulfur, α- tocopherol, flavonoid, thymoquinone, statin, niasin, phycocyanin, dan lain-lain (Werdhasari, 2014).

Vitamin E atau tokoferol merupakan zat gizi yang baik dan sangat penting karena vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Vitamin E bekerja sebagai antioksidan karena mudah teroksidasi. Dengan demikian dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi sehingga dapat menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas (Lamid, 1995).

Minyak Argan (Argania spinosa L.) adalah minyak yang diproduksi dengan ekstraksi dengan bantuan pelarut dari biji yang dihancurkan halus sehingga dapat berfungsi sebagai bahan makanan maupun bahan kosmetik.

Selama 15 tahun terakhir minyak argan banyak dijadikan sebagai minyak

(16)

kecantikan atau bahan kosmetik. Minyak argan memiliki kandungan antioksidan sehingga menghasilkan potensi yang lebih baik untuk kosmetik. Sebagian besar bagian dari pohon argan mengandung banyak bahan kimia dermocosmetics yang sangat sangat menarik, oleh karena itu pohon argan kadang-kadang dijuluki A.

Cosmetosa (Manfalouti dkk., 2010). Minyak argan adalah minyak yang stabil

karena mengandung sejumlah besar antioksidan alami, terutama tokoferol yang merupakan molekul dengan sifat antioksidan dan radikal bebas yang kuat. Minyak argan mengandung senyawa fenolik yang tinggi dan merupakan penangkal radikal kuat dan dapat digunakan sebagai sumber potensial antioksidan alami untuk penggunaan medis dan komersial (Thomas dan sidangoli, 2021).

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil (DPPH) yang diukur dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 519 nm. Metode DPPH dapat memberikan hasil yang akurat, reliabel, cepat dan praktis sehingga sering digunakan. Nilai abosrbansi yang dihasilkan, digunakan untuk menunjukan aktivitas antioksidan. Pengukuran blangko DPPH diukur pada panjang gelombang 500-530. Untuk minyak argan (Argania spinosa L), didapatkan hasil IC50 sebesar 39,50 g/mL (Thomas dan sidangoli, 2021).

Nanokrim merupakan sediaan nanoemulsi yang berbentuk semisolid.

Nanoemulsi merupakan dispersi koloid oil in water (O/W) atau water in oil (W/O) yang memiliki rentang diameter droplet sebesar 20-500 nm, yang terbentuk dari proses dispersi dari satu fase cair ke dalam fase cair lainnya untuk membentuk droplet (Uson dkk., 2004).

(17)

Teknologi nanokrim dengan bahan aktif yang berasal dari minyak argan masih jarang ditemui di pasaran. Teknologi nano dapat mempercepat penyerapan zat-zat aktif yang terkandung dalam suatu sediaan karena ukurannya yang sangat kecil. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan formulasi dan evaluasi minyak argan menjadi sediaan nanokrim sebagai anti-aging.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah minyak argan dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim yang stabil?

2. Apakah sediaan nanokrim yang mengandung minyak argan memberikan efek anti-aging lebih tinggi dibandingkan dengan krim yang mengandung minyak argan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Minyak argan dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim yang stabil

2. Sediaan nanokrim yang mengandung minyak argan memberikan efek anti- aging

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bahwa minyak argan dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim yang stabil

(18)

2. Untuk mengetahui bahwa sediaan nanokrim yang mengandung minyak argan memberikan efek anti-aging lebih tinggi dibandingkan dengan krim yang mengandung minyak argan dan krim komersial minyak argan

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengembangan sediaan dari bahan alam berupa minyak argan dengan pemanfaatan nanoteknologi menjadi nanokrim anti-aging.

(19)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1 dibawah ini.

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Efek anti-

aging terhadap sukarelawan menggunakan

skin analyxer Stabilitas

sediaan Konsentrasi

minyak argan dalam formulasi

sediaan nanokrim (1%,

3% dan 5%)

Mutu sediaan

- Kadar air (Moisture) - Pori (pore) - Noda (spot) - Kerutan

(wrinkle) - Organoleptis - pH

- Viskositas - Ukuran Partikel - organoleptis - Homogenitas - pH

- Daya sebar - Viskositas - Ukuran partikel

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Argan

Argan merupakan tumbuhan yang berasal dari Maroco dan diyakini oleh penduduk asli Maroco memiliki banyak manfaat. Minyak argan berasal dari biji argan (Argania spinosa L.) yang diproses melalui teknik ekstraksi cold-pressed oil. Manfaat terapeutik dari minyak argan telah diklaim oleh penduduk asli Maroco selama lebih dari delapan abad. Secara tradisional, minyak argan sudah terkenal dengan khasiatnya sebagai kardioprotektif dan juga digunakan dalam infeksi kulit (Manfalouti dkk., 2010).

Minyak argan pada dasarnya terdiri dari lemak tak jenuh tunggal (hingga 80%), dan lemak jenuh (hingga 20%) asam. Minyak argan juga mengandung polifenol, tokoferol, sterol, squalene dan alkohol triterpen. Bersama lemak jenuh tunggal komponen-komponen kimia tersebut bertanggung jawab efek dari masing- masing komponen (Manfalouti dkk., 2010).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Argan

Klasifikasi tanaman argan (Abbasi dkk., 2013) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Angiospermae Kelas : Tracheophyta Ordo : Ericales Famili : Sapotaceae Genus : Argania

Spesies : Argania spinosa L.

(21)

2.2 Kulit

Kulit merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Dengan luas hampir 2 meter persegi, menjadikan kulit sebagai organ tubuh terluas dan menjadikannya bagian yang paling baik bagi tubuh. Kulit responsif dan dapat berubah sesuai dengan stimulasi dari lingkungan luar. Dengan demikian, kulit menjadi sangat efektif dalam melindungi tubuh dari lingkungan luar. Kulit bisa melindungi tubuh dari luka fisik, pengaruh angin, air, sinar matahari, unsur kimiawi, bakteri dan sebagainya. Selain itu, kulit juga mempunyai fungsi untuk mengontrol suhu tubuh bisa seimbangdan sesuai dengan perubahan suhu (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

2.2.1 Struktur Kulit

Gambar 2.1 Struktur Kulit

Struktur kulit terdiri dari 3 lapisan, epidermis merupakan lapisan terluar kulit dan tipis, dermis merupakan lapisan tebal dan terletak di dalam, lapisan di bawah dermis terdapat jaringan lemak subkutan (hipodermis). Jaringan hipodermis merupakan jaringan ikat longgar yang melekat di bawah dermis. Kulit manusia mempunyai banyak fungsi yang penting terutama sebagai pertahanan garis depan, melindungi tubuh dari berbagai elemen yang berasal dari lingkungan luar tubuh (Sayogo dkk., 2017).

(22)

2.2.1.1 Epidermis

Fungsi Epidermis sebagai pertahanan tubuh terluar terhadap lingkungan luar tubuh. Lapisan keratin yang keras melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme dan infeksi juga menjaga kelembaban. Sel Langerhans membentuk reseptor pengenalan baik terhadap mikroorganisme, virus bahkan senyawa asing yang selanjutnya mengaktifkan sistem imunitas. Kemampuan tubuh mempertahankan kadar air penting untuk menjaga kesehatan kulit. Jumlah dan distribusi pigmen melanin yang memberikan keragaman warna pada kulit manusia. Vitamin D disintesis di epidermis dengan bantuan sinar ultraviolet, sintesis ini dilakukan oleh keratinosit yang terletak pada stratum basale dan stratum spinosum dari epidermis (Sayogo dkk., 2017).

2.2.1.2 Dermis

Dermis merupakan “rumah” dari komponen tambahan dari epidermis. Di dermis terdapat sel-sel imun yang berfungsi melawan infeksi yang masuk ke dalam kulit. Dermis menyediakan suplai darah, nutrisi dan oksigen pada dirinya sendiri dan juga epidermis. Dermis juga mempunyai fungsi pengaturan suhu kulit melalui pembuluh darah superfisial dan reseptor saraf berfungsi untuk sensasi rasa raba (Sayogo dkk., 2017).

2.2.1.3 Hipodermis

Jaringan hipodermis atau subkutan merupakan lapisan yang terdiri dari lemak dan jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah dan saraf. Lapisan ini penting dalam pengaturan suhu kulit dan tubuh (Sayogo dkk., 2017).

Pada daerah tertentu, seperti telapak tangan, lapisan ini memungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Pada bagian lain, serat-serat yang

(23)

2.3 Anti-aging

Aging dapat diartikan perubahan manusia yang diakibatkan oleh faktor

usia berupa fisik, psikologikal dan sosial. Anti-aging untuk fisik manusia dapat berupa obat-obatan dan kosmetika. Kosmetik seperti krim pada umumnya mengandung zat aktif sepertiretinol, egg oil, Alpha Hydroxy Acids (AHAs), Peptodes, Coenzyme Q10, Antioksidan, Sunscreen atau vitamin yang berfungsi sebagai anti-aging (Rahmi dkk., 2013).

Penuaan secara alamiah terjadi pada makhluk hidup. Efek dari proses penuaan pada manusia adalah terjadinya gangguan secara fisik seperti kehilangan elastisitas kulit sehingga kulit menjadi keriput dan juga hiperpigmentasi. Sebagai upaya dalam mencegah maupun mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan antioksidan. Antioksidan dapat menginhibisi terjadinya reaksi oksidasi sel sehingga dapat mengurangi kerusakan sel dan penuaan dini. Proses penuaan ini dapat terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu penuaan yang terjadi disebabkan oleh gen, hormonal dan ras, dalam hal ini tidak dapat cegah. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu penuaan yang terjadi disebabkan oleh faktor eksternal seperti paparan sinar matahari, suhu, asap dari rokok, kelembaban udara serta polusi, yang dalam hal ini terjadi di luar faktor tubuh dan hal ini dapat dicegah dengan cara meminimalisir terkena faktor-faktor tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu anti-aging atau anti penuaan untuk mencegah proses degeneratif (Maya dan Mutakin, 2018).

Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil, berumur pendek, dan sangat reaktif untuk penarikan elektron molekul lain dalam tubuh untuk mencapai stabilitas yang menyebabkan potensi kerusakan pada biomolekul

(24)

dengan merusak integritas lipid, protein, dan DNA yang mengarah pada peningkatan stres oksidatif seperti penyakit neurodegenerative, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, proses penuaan dini, bahkan kanker (Arnanda dan Nuwarda, 2019)

Radikal bebas yang dapat menyebabkan perkembangan penyakit kanker dapat dicegah dengan senyawa antioksidan untuk menetralkan, menurunkan dan menghambat pembentukan radikal bebas baru di dalam tubuh dengan menjadi pendonor elektron untuk radikal bebas sehingga menjadi elektron bebas dalam radikal bebas menjadi berpasangan dan menghentikan kerusakan dalam tubuh (Arnanda dan Nuwarda, 2019)

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010). Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan serta kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Stress selain menyebabkan penuaan dini (aging) juga meningkatkan risiko berbagai penyakit degeneratif yang mengancam seperti diabetes, jantung, stroke, gagal ginjal dsb. Hal tersebut dipicu oleh pola makan yang salah, gaya hidup yang

(25)

salah, serta stres yang berkepanjangan baik akibat pekerjaan, rumah tangga, maupun lingkungan sosial (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Struktur sel yang berubah turut mengubah fungsinya, yang akan mengarah pada proses munculnya penyakit, hal tersebut dapat terjadi pada kulit maupun organ yang lain. Dengan demikian pada individu yang hidup dengan stres tinggi, pekerjaan yang melelahkan, bekerja di bawah paparan sinar matahari dan polusi udara memerlukan antioksidan eksogen agar radikal bebas yang berlebihan dapat diperangkap oleh antioksidan tersebut. Antioksidan tersebut diperoleh dari bahan makanan yang mengandung vitamin C,E, dan betacaroten, serta senyawa flavonoid (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Antioksidan alami yang terdapat pada sayur dan buah segar yang merupakan antioksidan terbaik, selain itu antioksidan dalam bentuk suplemen dapat dikonsumsi setiap hari. Konsumsi vitamin A, C dan E sebagai antioksidan dapat mencegah penuaan dini dan diberikan sesuai kebutuhan. Beberapa suplemen seperti omega-3, alpha lipoic– acid, ubiquinon, arginin, Zinc, juga akan sangat membantu proses peremajaan dan memperlambat proses penuaan (Sayuti dan Yenrina, 2015).

2.5 Nanopartikel

Nanopartikel adalah partikel koloid padat yang mempunyai diamter 1-1000 nm, yang mengandung makromolekuler material dan dapat digunakan untuk pengobatan yaitu sebagai pembawa obat dengan senyawa aktif yang sudah terlarut, terjerat, dan encapsulated (Kurniasari dan Atun, 2017).

Beberapa sumber menyebutkan bahwa nanopartikel baru mempunyai sifat khas yaitu ukuran diameter di bawah 100 nm, namun ukuran ini sulit dicapai untuk nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat. Pada nanopartikel harus

(26)

memiliki kandungan obat dengan jumlah yang cukup di dalam matriks tiap butir partikel, sehingga memerlukan ukuran yang relatif besar dibandingkan nanopartikel non-farmasetik (Martien dkk., 2012).

Teknologi nanopartikel saat ini telah menjadi perbincangan dalam pengembangan sistem penghantaran obat. Partikel atau globul pada skala nanometer memiliki sifat fisik yang khas apabila dibandingkan dengan partikel pada ukuran yang lebih besar terutama dalam meningkatkan kualitas penghantaran senyawa obat. Kelebihan lain dari teknologi nanopartikel adalah kemampuannya untuk dikombinasikan dengan teknologi lain, sehingga membuka peluang untuk dihasilkan sistem penghantaran yang lebih sempurna. Teknologi nanopartikel memiliki kemampuan untuk dikonjugasikan dengan berbagai molekul pendukung tambahan, sehingga menghasilkan sebuah sistem baru dengan spesifikasi yang lebih lengkap (Martien dkk., 2012).

Pembuatan nanopartikel dapat dilakukan dengan berbagai teknik yang sederhana. Pada sediaan farmasi nanopartikel dapat berupa sistem obat dalam matriks yaitu nanosfer dan nanokapsul, nanoliposom, nanoemulsi, dan sebagai sistem yang dikombinasikan dalam perancah (scaffold) dan penghantaran transdermal (Martien dkk., 2012).

2.6 Nanokrim

Krim adalah suatu sediaan farmasi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi dengan baik dalam bentuk emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak dalam air (m/a), mengandung air tidak kurang dari 60 %. Ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit dan dapat juga digunakan untuk vagina dan rektal. Namun, kebanyakan Industri Farmasi memproduksi krim untuk sediaan

(27)

topikal pada kulit karena lebih banyak diminati oleh pasien maupun dokter (Haerani, 2017).

Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak ( a/m) atau minyak dalam air ( m/a ). Formulasi dasar krim terdiri dari dua fase, yaitu sebagai berikut:

- Fase Minyak Bahan obat yang larut dalam minyak, yaitu bahan obat yang bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

- Fase Air Bahan obat yang larut dalam air, yaitu bahan obat yang bersifat basa.

Contoh : Polietilenglikol, propilenglikol, Surfaktan (Tween, Span, Natrium Lauril Sulfat), Gliserin, dan sebagainya (Haerani, 2017).

Nanokrim merupakan suatu dispersi koloid O/W atau W/O berbentuk semisolid yang terdiri dari fase minyak yang terdispersi ke dalam fase air atau sebaliknya membentuk droplet dengan diameter sebesar 20-500 nm. Nanokrim memiliki sistem dispersi O/W jika fase minyak (oil) terdispersi sebagai droplet dalam fase air (water), atau begitu pula sebaliknya ( McClements, 2012).

Terdapat banyak keuntungan dari penggunaan nanokrim sebagai sediaan topikal. Keuntungan utama adalah lebih banyaknya zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan adanya peningkatan kapasitas kelarutan zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit juga meningkat, selanjutnya yaitu laju permeasi zat aktif yang dapat meningkat karena adanya efek sinergis dari berbagai komponen (Abdulkarim., dkk, 2010).

(28)

2.7 Metode Pembuatan Nanokrim

Nanokrim atau Nanoemulsi dapat disiapkan dengan menggunakan high dan low energy methods.

a. High-Energy Emulsification Method

Nanokrim atau nanoemulsi tidak bisa dibentuk dengan cepat, oleh karena itu dibutuhkan energi kimia agar membentuk suatu nanokrim. Pembentukan nanokrim metode High-Energy yaitu memberikn energi mekanik dengan kecepatann tinggi menggunakan homogenizer, highshear dan generator ultrasound. Dalam metode energi tinggi, kepadatan energi masukan sekitar 108-

1010 W kg-1. Itu merupakan energi yang dibutuhkan disuplai dalam waktu singkat ke sistem untuk mendapatkan partikel kecil yang homogen. Homogenizer bertekanan tinggi memiliki potensi untuk melakukan ini. Oleh karena itu, High- Energy Emulsification Method sangat memungkinkan untuk pembentukan

nanokrim (Kaushik dan Kumar, 2020).

b. High-Pressure Homogenization

Ini adalah metode paling populer yang digunakan untuk pembentukan nanokrim. Metode ini memberikan manfaat lebih dari high-pressure homogenizer atau piston homogenizer untuk membentuk ukuran partikel hingga 1 nm (Kaushik dan Kumar, 2020).

c. High –Shear Stirring

Saat ini, blender dan rotary digunakan untuk pembentukan nanokrim.

Ukuran partikel dari bagian dalam dapat dikurangi dengan mengembangkan kekuatan pencampuran alat ini. Namun, untuk memperoleh emulsi dengan ukuran partikel di bawah 200-300 nm tidak mudah (Kaushik dan Kumar, 2020).

(29)

d. Ultrasonic Emulsification

Ada dua mekanisme yang terjadi diproses dari ultrasonic emulsification.

Pertama, bidang akustik membuat gelombang antarmuka yang menyebabkan minyak menyebar di nonstop stage sebagai partikel (Kaushik dan Kumar, 2020).

e. Microfluidization

Ini adalah metode yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi untuk memperoleh partikel yang sangat kecil. Dalam teknik ini, alat microfluidizer digunakan untuk memberikan tekanan tinggi. Selama proses ini,

tingginya gaya tekanan yang diterapkan ke ruang interaksi partikel menghasilkan partikel dengan ukuran kecil berkisar submikron (Kaushik dan Kumar, 2020).

f. Phase Inversion Temperature

Dalam metode ini, suhu diubah menjadi konstan. Surfaktan non-ionik yang memiliki suhu kelarutan yang berdasarkan jenis surfaktannya seperti surfaktan polietoksilasi memainkan peran penting. Emulsifikasi dicapai dengan memodifikasi afinitas surfaktan untuk air dan minyak untuk mempertahankan suhu (Kaushik dan Kumar, 2020).

g. Phase Inversion Composition

Dalam metode ini, komposisi diubah pada suhu konstan. Hal ini lebih tepat untuk produksi dalam skala yang lebih besar dibandingkan metode PIT karena penggabungan zat tambahan ke emulsi lebih sederhana dan dapat menyesuaikan perubahan suhu. Dengan menambahkan air ke sistem, maka volume air meningkat dan mencapai bentuk transisi (Kaushik dan Kumar, 2020).

2.8 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang

(30)

mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya mengandung air dan minyak, dimana cairan yang saat terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (Purwatiningrum, 2014).

2.8.1 Ketidakstabilan Emulsi

Ketidakstabilan emulsi dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disperse lebih banyak daripada lapisan lain. Creaming bersifat reversible, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali (Syamsuni, 2006).

2. Koalesensi dan Craking (breaking) yaitu keadaan pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalasensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversibel (tidak dapat diperbaiki kembali). Hal ini dapat terjadi akibat adanya peristiwa kimia seperti penambahan alkohol dan perubahan pH. Peristiwa fisika seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pengadukan. Peristiwa biologi seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi (Syamsuni, 2006).

3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi m/a ke tipe a/m atau sebaliknya yang bersifat irreversibel (Syamsuni, 2006).

2.8.2 Penentuan Tipe Emulsi

Ada beberapa cara penentuan tipe emulsi, yaitu : 1. Dengan pengenceran fase

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fae eksternalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe m/a dapat diencerkan dengan air dan tipe a/m dapat diencerkan dengan minyak (Syamsuni, 2006).

(31)

2. Dengan pengecatan atau pewarnaan

Zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut. Misalnya :

a) Emulsi ditambahkan larutan sudan III dapat memberikan warna merah pada emulsi tipe a/m, karena sudan III larut dalam minyak (Syamsuni, 2006).

b) Emulsi ditambahkan larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe m/a, karena metilen biru larut dalam air. Sebaliknya jika memberikan warna biru pada emulsi tidak merata tipe a/m (Syamsuni, 2006).

3. Emulsi dan kertas saring, jika emulsi diteteskan pada kertas saring terjadi noda minyak, berarti emulsi tersebut tipe a/m, sebaliknya jika terjadi basah merata berarti emulsi tipe m/a (Syamsuni, 2006).

4. Dengan konduktivitas listrik. Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan k 1/2 watt dan neon ¼ watt, semua dihubungkan secara seri.

Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalamcairan emulsi tipe m/a, dan akan mati jika dicelupkan pada emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).

2.9 Uraian Bahan 2.9.1 Tween 80

Tween 80 merupakan surfaktan yang bekerja dengan cara melarutkan senyawa yang bersifat lipofilik. Penambahan Tween 80 sebagai solubilizing agent dapat meningkatkan kelarutan pada minyak atsiri. Tween 80 juga dapat memberikan pengaruh terhadap suatu viskositas sehingga dapat menjaga kestabilan suatu sediaan (Masruriati, 2014).

(32)

Tween 80 merupakan suatu ester asam lemak dari sorbitol dan bagian anhidridanya mengalami kopolimerisasi dengan 20 mol etilen oksida. Tween 80 merupakan surfaktan non ionik. Surfaktan non ionik bersifat lebih aman apabila digunakan pada kulit karena tidak menyebabkan iritasi atau keusakan pada kulit (Mahanani, 2009).

2.9.2 Setil Alkohol

Setil alkohol merupakan salah satu bahan kimia yang umum digunakan dalam pembuatan skin lotion yang berfungsi sebagai pengental, penstabil, dan pengemulsi. Sifat fungsional karaginan dapat menggantikan fungsi setil alkohol.

Karaginan memiliki kelebihan karena berfungsi sebagai humektan yang dapat mempertahankan kelembaban kulit. Penggunaan karaginan juga dimaksudkan untuk mengurangi komposisi bahan kimia dalam formulasi (Erungan dkk., 2009).

2.9.3 Asam Stearat

Asam stearat berbentuk kristal kuning atau putih agak mengkilap, sedikit berbau dan rasa menyerupai lemak. Asam stearat komersial memiliki bentuk kristal dan mengandung berbagai konsentrasi relatif asam lemak lain tergantung pada sumber dan metode pengolahan yang digunakan. Metode pengolahan asam stearat meliputi hidrolisis lemak atau hidrogenasi asam lemak tak jenuh (misalnya, asam oleat) dalam biji kapas atau minyak nabati dan metode isolasi seperti fraksinasi, destilasi atau kristalisasi (Liebert, 1987).

Penggunaan asam stearat sebagai emulgator pada sediaan topikal akan membentuk basis yang kental. Penambahan asam stearat dalam suatu formulasi dapat meningkatkan viskositas suatu sediaan. Peningkatan viskositas krim dipengaruhi oleh adanya asam lemak yang terdapat dalam krim, yaitu asam

(33)

dihasilkan semakin kental. Asam lemak seperti asam stearat sangat stabil apabila dikombinasikan dengan trietanolamin karena asam stearat tidak mengalami perubahan warna seperti asam oleat (Saryanti dkk., 2019).

2.9.4 Gliserin

Gliserin adalah suatu humektan yang sering digunakan dalam produk kosmetik terutama dalam sabun. Humektan merupakan suatu bahan yang dapat mempertahankan air pada sediaan. Humektan berfungsi untuk memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka waktu yang lama, selain itu untuk melindungi komponen-komponen yang terikat kuat di dalam bahan termasuk air, lemak dan komponen lainnya. Humektan yang sering digunakan dalam produk kosmetik adalah gliserin (Sukmawati dkk., 2017).

Gliserin digunakan sebagai humektan karena gliserin merupakan komponen higroskopis yang dapat mengikat air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada kelembaban lingkungan di sekitarnya. Humektan dapat melembabkan kulit pada kondisi kelembaban tinggi. Gliserin dengan konsentrasi 10% dapat meningkatkan kehalusan dan kelembutan kulit (Sukmawati dkk., 2017).

2.9.5 Parafin cair

Parafin cair atau minyak mineral merupakan pelarut dan digunakan sebagai fase minyak pada sediaan emulsi m/a. Parafin cair berfungsi sebagai emolien dan tergolong aman digunakan pada berbagai sediaan topikal. Parafin cair ini bersifat transparan, tidak berbau saat dingin dan berbau petroleum jika dipanaskan, tidak berasa. Konsentrasi parafin cair yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 1- 32% (Faisal, 2017).

(34)

2.9.6 Propilen Glikol

Propilen glikol merupakan salah satu humektan yang banyak digunakan pada sediaan kosmetik. Penggunaan propilen glikol diharapkan dapat meningkatkan stabilitas sediaan yang dihasilkan. Propilen glikol dapat membantu penurunan viskositas yang terlalu tinggi dan bersifat higroskopis. Propilen glikol digunakan sebagai humektan karena dapat menjaga stabilitas suatu sediaan dengan cara mengurangi penguapan air dari sediaan (Andini dkk., 2017).

2.9.7 Metilparaben dan Propilparaben

Metilparaben dan propilparaben merupakan bahan antibakteri dan antifungi yang efektif. Banyak produk kosemtik yang menggunakan Metilparaben dan propilparaben sebagai bahan pengawet. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (POM) Republik Indonesia No.HK.00.05.1745, tanggal 5 Mei 2003 tentang kosmetik menyebutkan bahwa batas maksimum kadar metilparaben dan propilparaben adalah 0,4 % sebagai pengawet tunggal dan 0,8 % sebagai pengawet campuran. Kombinasi antara keduanya paling banyak ditemukan karena mampu memberikan efek sinergis untuk meningkatkan aktivitasnya, sehingga hasilnya lebih efektif (Dhurhania, 2012).

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Kosmeseutika Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang meliputi pembuatan sediaan nanokrim minyak argan, evaluasi sediaan dan uji aktivitas anti-aging.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah hotplate (Fisons), lumpang dan alu, magnetic stirrer (WINA Instrument), neraca analitik (Ohaus), particle size analyzer (FRITSCH Analysette 22 Nanotech), pH meter (Hanna Instrument),

sentrifugasi (HC1120T Centrifuge), skin analyzer (Aramo), viskometer Brookfield DV-E (NDJ-85), vial dan alat-alat gelas laboratorium.

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, asam stearat, gliserin, metil paraben, parafin cair, propilen glikol, minyak argan (Darjeeling®), propil paraben, sediaan komersil (de’ ARGAN®), setil alkohol, tween 80.

(36)

3.4 Formula Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan 3.4.1 Formula Sediaan Nanokrim Minyak Argan

Komposisi bahan dalam formulasi nanokrim minyak argan dimodifikasi dari formula sebelumnya berdasarkan penelitian Abdulkarim (2010) yaitu formulasi nanokrim menggunakan minyak POEs (palm oil esters) dengan tambahan surfaktan tween 80 dan kosurfaktan span 20. Komposisi bahan dalam penelitian Abdulkarim (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Komposisi Bahan dalam Formulasi Nanokrim pada Penelitian Abdulkarim (2010)

Bahan (%b/b) Formula I

POEs 25

Tween 80 30,4

Span 20 7,6

Aquadest 37

Pada penelitian ini komposisi bahan dalam formulasi nanokirim diperoleh dengan cara memodifikasi formula pada penelitian nanokrim Abdulkarim (2010).

Pada penelitian ini diformulasikan nanokrim dengan minyak argan sebagai zat aktif, kosurfaktan propilen glikol dan dengan penambahan setil alkohol.

Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan (orientasi) untuk mengetahui komposisi terbaik sehingga didapatkan formula nanokrim yang stabil. Formula nanokrim pada penelitian ini terdiri dari 3 formula dengan konsentrasi minyak argan yang bervariasi dalam komposisi yang sama. Komposisi bahan dalam formulasi yang telah dimodifikasi dari penelitian Abdulkarim (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.2

(37)

Tabel 3.2 Komposisi Bahan dalam Nanokrim yang Mengandung Minyak Argan

Komposisi (%b/b) F1 F2 F3

Minyak argan 1 3 5

Tween 80 36 36 36

Propilen glikol 6 6 6

Asam stearat 4,5 4,5 4,5

Parafin Cair 5 5 5

Gliserin 5 5 5

Setil alkohol 0,8 0,8 0,8

Metil paraben 0,1 0,1 0,1

Propil paraben 0,05 0,05 0,05

Air suling ad 100 100 100

Keterangan :

F1: nanokrim minyak argan 1%

F2: nanokrim minyak argan 3%

F3: nanokrim minyak argan 5%

3.4.2 Formula Sediaan Krim

Formula krim minyak argan pada penelitian ini merupakan modifikasi formulasi Ekayanti dkk (2019) sebagai berikut:

R/ Minyak argan 3

Asam stearat 6 Setil alkohol 6 Parafin cair 6,6

Gliserin 3

Metil paraben 0,02 Propilen glikol 30 Air suling ad 100

(38)

3.5 Prosedur Pembuatan Sediaan Nanokrim dan Krim 3.5.1 Prosedur Pembuatan Nanokrim Minyak Argan

1. Fase minyak: setil alkohol (0,8%), asam stearat (4,5%) dicampur dengan minyak argan (1%, 3%, 5%). Fase minyak diaduk dengan menggunakan hotplate stirrer pada kecepatan 350 rpm, suhu 55oC selama 30 menit.

2. Fase air: metil paraben (0,1%) dan propil paraben (0,05%) dilarutkan dalam air suling, lalu dipanaskan diatas hotplate hingga larut sempurna, kemudian larutan didinginkan. Selanjutnya, tween 80 (36%), propilen glikol (6%), gliserin (5%), parafin cair (5%) dicampurkan ke dalam larutan metil paraben dan propil paraben. Selanjutnya diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan 350 rpm selama 30 menit.

3. Fase air dituang sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak dengan menggunakan spatula. Setelah beberapa saat, campuran diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan 2000-3000 rpm selama 6 jam sampai terbentuk emulsi yang kental. Lalu dihomogenkan dengan menggunakan mixer selama 30 menit sampai terbentuk massa krim yang homogen. Dilakukan cara pembuatan yang sama pada semua formula nanokrim dengan konsentrasi minyak argan yang berbeda (Meyliana, 2019).

3.5.2 Prosedur Pembuatan Krim Minyak Argan

1. Fase minyak: asam stearat dan setil alkohol dilebur diatas penangas air dan dituang ke dalam lumpang panas. Lalu dicampur dengan minyak argan di dalam lumpang panas, dan diaduk homogen.

2. Fase air: metil paraben, gliserin, parafin cair dan propilen glikol dilarutkan dalam air suling. Lalu dipanaskan diatas penangas air hingga larut sempurna,

(39)

3. Fase air dituang sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak dalam lumpang.

Dicampur dan digerus sampai terbentuk massa krim yang homogen. (Ekayanti, 2019).

3.6 Evaluasi Mutu Fisik Terhadap Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis penampilan, warna dan bau yang dilakukan secara visual pada sediaan. Spesifikasi krim yang harus dipenuhi adalah memiliki konsistensi lembut, warna sediaan homogen, dan baunya khas (Suhery dkk., 2016). Pemeriksaan organoleptis dilakukan tiap minggu selama empat minggu pada climatic chamber dan 12 minggu pada suhu kamar.

3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Meyliana, 2019).

3.6.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Dengan cara Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut.

Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Penentuan pH dilakukan setelah pembuatan dan tiap minggu selama 4 minggu penyimpanan pada suhu kamar (Zuhriah dan Retno, 2021).

(40)

3.6.4 Uji Daya Sebar

Sebanyak 1 g sediaan diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi kaca transparan. Sediaan dibiarkan (15 detik), dihitung luas daerah yang diberikan oleh sediaan, kemudian ditutup lagi dengan lempengan kaca diberi beban tertentu sampai 125 gram dan dibiarkan selama 60 detik. Kemudian dihitung luas yang diberikan oleh sediaan (Suhery dkk., 2016).

3.6.5 Pemeriksaan Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield. Penentuan viskositas sediaan nanokrim minyak argan dilakukan sebelum penyimpanan dan tiap minggu selama 4 minggu penyimpanan pada suhu kamar (Meyliana, 2019).

3.6.6 Penentuan Ukuran Partikel

Krim nanopartikel yang telah dibuat selanjutnya akan ditentukan ukuran partikelnya dengan menggunakan particle size analyzer (PSA) yang berdasarkan pada intensitasnya. Konsentrasi larutan krim yang digunakan untuk pengujian dengan paticle size analyzer (PSA) adalah 10.000 ppm berdasarkan hasil pengukuran. Air demineral digunakan sebagai medium pendispersi krim (Suprobo dan Rahmi, 2015).

3.6.7 Pengamatan Stabilitas Sediaan

Pengamatan stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan pengamatan organoleptis visual. Masing-masing sediaan nanokrim dan krim minyak argan diletakkan dalam wadah kaca dan disimpan dalam 2 temperatur yang berbeda secara terpisah. Yakni dalam climatic chamber pada suhu 40°C ± 2°C dan RH

(41)

Masing-masing formula dilakukan pengamatan secara visual terhadap warna, bau, bentuk, dan pemisahan fase dengan pengamatan setiap satu minggu sekali (Meyliana, 2019

).

3.6.8 Cycling Test

Pada cycling test sediaan nanokrim dan krim dimasukkan dalam wadah kaca, masing-masing sediaan disimpan pada suhu 40C selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven bersuhu 400C ± 20C selama 24 jam, perlakuan ini disebut 1 siklus. Uji dilakukan sebanyak 6 siklus, lalu diamati perubahan fisik yang terjadi (apakah ada pemisahan), kemudian dilakukan pengamatan organoleptis (Dewi dkk., 2014).

3.6.9 Uji Stabilitas Fisik dengan Metode Sentrifugasi

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Pengujian dilakukan pada awal sediaan dibuat sebanyak 1 kali pengukuran (Hamsinah, 2016). Sediaan yang di uji yaitu sediaan nanokrim minyak argan dan sediaan krim minyak argan 3%.

3.6.10 Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi pada sediaan nanokrim dan krim dilakukan dengan metode dispersi larutan zat warna yaitu sediaan ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera terdispersi keseluruh emulsi maka tipe emulsinya M/A sebaliknya jika warna biru tidak terdispersi seluruhnya maka tipe emulsinya A/M (Pratasik., dkk, 2019).

Penentuan tipe emulsi pada sediaan nanokrim dan sediaan krim minyak argan menunjukkan bahwa masing-masing sediaan mempunyai tipe emulsi M/A.

Hal ini disebabkan karena volume fase terdispersi (fase minyak) yang digunakan

(42)

dalam krim lebih kecil dari fase pendispersi (fase air), sehingga globul-globul minyak akan terdispersi ke dalam fase air sehingga membentuk emulsi tipe M/A (Pratasik dkk, 2019).

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Sebanyak 0,1 g krim ditimbang, dioleskan pada kulit lengan bagian dalam dengan ukuran 2x2 cm. Setelah itu dilihat gejala yang ditimbulkan setelah 24 jam pemakaian (Suhery dkk., 2016).

Salah satu uji iritasi yang bisa digunakan terhadap sukarelawan yaitu dengan metode Human 4 hourds patch test, uji iritasi dilakukan secara tertutup dengan menggunakan bahan penutup yang terdiri dari kertas saring berbentuk bulat dengan diameter 2,5 cm, alumunium foil, dan plester. Bahan uji diambil dengan syringe sebanyak 0,2 mL dan diletakan pada bahan penutup. Bahan uji ditempelkan pada lengan kanan bagian atas dari 6 sukarelawan selama 4 jam.

Kulit tempat aplikasi diamati pada 0, 24, 48, dan 72 jam. Selama penilaian sukarelawan diperbolehkan membasuh kulit tempat aplikasi dengan menggunakan air tanpa sabun, deterjen atau produk kosmetik. Penilaian derajat iritasi dilakukan dengan cara memberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat keparahan reaksi eritema dan edema pada kulit yang terlihat (Priani dkk., 2020) namun, metode ini membutuhkan waktu dan biaya yang lebih.

3.8 Pengujian Aktivitas Anti-Aging Sediaan

Pengujian aktivitas anti-aging sediaan nanokrim minyak argan 3%, krim minyak argan 3% dan krim komersial minyak argan menggunakan sukarelawan sebanyak 9 orang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

-Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk nanokrim minyak argan 3%

(43)

-Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim yang mengandung minyak argan di pasaran (krim komersial minyak argan).

Kondisi kulit awal seluruh sukarelawan diukur yaitu meliputi: kadar air (moisture), besar pori (pore), noda (spot) dan kerutan (wrinkle) dengan menggunakan alat skin analyzer sesuai parameter pengukuran. Setelah itu, perawatan mulai dilakukan dengan pemberian nanokrim minyak argan, krim minyak argan dan krim komersial minyak argan dengan cara pengolesan sediaan secara merata pada wajah. Nanokrim minyak argan, krim minyak argan dan krim komersial minyak argan dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan sediaan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu di pagi dan malam hari. Perubahan yang terjadi pada kulit sukarelawan diukur berdasarkan parameter yang dilakukan setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 20. Langkah pertama, data diuji normalitasnya. Lalu dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel (minyak argan) dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak argan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Minyak argan memiliki kandungan asam lemak yang terdiri dari asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam arachidat, asam eicosenoate, dan Trans-9-elaidic methyl ester. Hasil analisis sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 67.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan

4.2.1 Hasil Formulasi Sediaan Nanokrim Minyak Argan

Sediaan nanokrim minyak argan dibuat dengan metode energi tinggi yaitu high-shear stirring. Metode ini pada prosesnya menggunakan alat rotor atau stator

dengan tujuan untuk memecah droplet yang lebih besar menjadi droplet yang lebih kecil (Herbianto, 2018).

Formulasi sediaan nanokrim terdiri dari air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Beerdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada pembuatan nanokrim minyak argan, diperoleh konsentrasi optimum surfaktan (Tween 80) 36% dan kosurfaktan (propilen glikol) 6% sehingga menghasilkan sediaan yang lebih stabil dan lebih lunak. Dalam formulasi ini minyak argan digunakan sebagai pembawa minyak dan sebagai anti-aging dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Semakin kecil konsentrasi minyak argan yang digunakan maka semakin berkurang intensitas warna sediaan nanokrim yang dihasilkan. Ukuran globul merupakan faktor penting dalam tampilan krim (Dewi dkk., 2014). Hasil

(45)

formulasi sediaan nanokrim dengan variasi konsentrasi minyak argan dapat dilihat pada Gambar 4.1

(a) (b) (c)

Gambar 4.1 Hasil Formulasi sediaan nanokrim (a) minyak argan 1% (F1), (b) minyak argan 3% (F2), (c) minyak argan 5% (F3)

4.2.2 Hasil Formulasi Sediaan Krim Minyak Argan

Sediaan krim anti aging mengandung 3% minyak argan dibuatkan berdasarkan formula acuan jurnal dan dilakukan modifikasi konsentrasi bahan dasar formula krim serta penambahan 3% minyak argan. Sehingga dihasilkan sediaan krim agak padat, berwarna putih, dan berbau khas. Sediaan krim dengan konsentrasi minyak argan 3% dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Hasil formulasi sediaan krim konsentrasi minyak argan 3%

(46)

4.3 Hasil Evaluasi Mutu Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan

4.3.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan

Pada pengujian stabilitas fisik sediaan nanokrim yang mengandung minyak argan 1%, 3%, dan 5% serta krim dengan konsentrasi minyak argan 3%. Sediaan diberikan 2 perlakuan masing-masing yaitu menggunakan climatic chamber pada suhu 40oC ± 2oC dengan RH 75% ± 5% yang diamati selama 4 minggu dan penyimpanan pada suhu kamar yang diamati selama 12 minggu. Suatu sediaan menjadi tidak stabil dikarenakan perubahan ukuran droplet, viskositas, dan pH selama masa penyimpanan (Widyansari, 2015).

Data pengamatan dan gambar masing-masing sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, serta Gambar 4.3 dan Gambar 4.4

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Mutu Sediaan Nanokrim dan Krim Minyak Argan yang Disimpan dalam Climatic Chamber Selama 4 Minggu

Lama Penyimpanan

(Minggu)

Data Pengamatan Nanokrim

Warna Bau Bentuk Pemisahan

Fase F1 F2 F3 Kr F1 F2 F3 Kr F1 F2 F3 Kr F1 F2 F3 Kr 0 Kn Kn Kn P Kh Kh Kh Kh K K K Sm - - - - 1 Kn Kn Kn P Kh Kh Kh Kh K K K Sm - - - - 2 Kn Kn Kn P Kh Kh Kh Kh K K K Sm - - - - 3 Kn Kn Kn P Kh Kh Kh Kh K K K Sm - - - - 4 Kn Kn Kn P Kh Kh Kh Kh K K K Sm - - - + Keterangan :

F1 : Nanokrim minyak argan 1% Kn : Kuning

F2 : Nanokrim minyak argan 3% Kt : Kuning transparan F3 : Nanokrim minyak argan 5% P : Putih

Kr : Krim minyak argan 3% Sm : Semi padat

K : Kental + : Terdapat

Kh : Khas - : Tidak terdapat

Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pengamatan mutu fisik sediaan nanokrim dengan konsentrasi minyak argan 1%, 3%, dan 5% serta krim dengan konsentrasi

(47)

menunjukkan bahwa pada sediaan nanokrim tidak terdapat perubahan warna, bau, bentuk maupun pemisahan fase. Namun, pada sediaan krim terjadi pemisahan fase pada minggu ke 4.

Pemisahan pada sediaan krim dikarenakan suhu pada proses pembuatan krim baru menyentuh titik didih pada emulsi dan pada saat pengadukan tidak mendapatkan cukup waktu. Hal ini menyebabkan partikel tidak dapat untuk menstabilkan emulsi sehingga mengakibatkan sediaan krim terpisah (Baskara dkk., 2020).

Sediaan nanokrim dikatakan stabil karena tidak mengalami perubahan selama 4 minggu penyimpanan. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin tidak terjadinya pemisahan fase. Ukuran partikel yang semakin kecil akan mempertahankan emulsi agar tetap stabil (Baskara dkk., 2020).

Karakteristik emulsi terus berubah sejak awal pembentukan emulsi, perubahan yang terjadi dapat bervariasi berdasarkan suhu, tekanan, tingkat agitasi dan waktu pembentukan. Dari sudut pandang termodinamika murni emulsi dianggap sistem yang tidak stabil karena cenderung mengalami pemisahan fase, namun sebagian besar emulsi stabil untuk jangka waktu tertentu karena memiliki ukuran yang lebih kecil dan adanya pengaruh surfaktan untuk mengemulsikan kedua fase yang tidak saling bercampur (Raouf, 2012). Hasil uji stabilitas sediaan pada climatic chamber selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.3.

(48)

(a)

(b)

Gambar 4.3 (a) sediaan nanokrim minyak argan 1%, 3% dan 5%, krim argan minyak 3% sebelum penyimpanan pada climatic chamber (b) sediaan nanokrim minyak argan 1%, 3% dan 5%, krim minyak argan 3% setelah penyimpanan pada climatic chamber selama 4 minggu.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Efek anti- aging terhadap sukarelawan menggunakan skin analyxer Stabilitas sediaan Konsentrasi minyak argan dalam formulasi sediaan nanokrim (1%, 3% dan 5%) Mutu sediaan  -  Kadar air  (Moisture) -  Pori (pore)  -  Noda
Gambar 2.1 Struktur Kulit
Tabel  3.1  Komposisi  Bahan  dalam  Formulasi  Nanokrim  pada  Penelitian  Abdulkarim (2010)  Bahan (%b/b)  Formula I  POEs  25  Tween 80  30,4  Span 20  7,6  Aquadest  37
Tabel 3.2 Komposisi Bahan dalam Nanokrim yang Mengandung Minyak Argan  Komposisi (%b/b)  F1  F2  F3  Minyak argan  1  3  5  Tween 80  36  36  36  Propilen glikol  6  6  6  Asam stearat  4,5  4,5  4,5  Parafin Cair  5  5  5  Gliserin  5  5  5  Setil alkohol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak rumput laut merah dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH yang diperoleh 5,5-5,9, tidak menimbulkan

Hasil uji efek anti- aging menunjukkan bahwa sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yaitu mampu memulihkan kulit

Hasil uji efek anti- aging menunjukkan bahwa sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yaitu mampu memulihkan kulit

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa saya akan melakukan uji krim minyak alpukat terhadap kulit sebagai sediaan krim anti- aging.. Setelah mendapat penjelasan

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak campur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam.. Jika

Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memformulasi provitamin B5 dalam bentuk sediaan masker sheet , serta menguji efektivitas anti-aging terhadap kulit wajah sukarelawan..

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging dan pemulihan kulit terjadi pada

Data penentuan tipe emulsi sediaan lotion Kelarutan Biru Metil pada Lotion Formula Ya Tidak F0 F1 F2 F3 Hasil Uji pH Sediaan Pengujiaan pH sediaan tabir surya EEDS bertujuan