• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan proses dan produk. Proses artinya prosedur untuk menemukan produk fisika (fakta, konsep, prinsip, teori atau hukum) yang diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah (Indrawati, 2011 : 1). Dengan mengalami proses, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari peserta didik, bukan dalam bentuk potongan-potongan pengalaman yang disodorkan kepada peserta didik yang sebenarnya itu bukan miliknya sendiri (Musfiqon dan Nurdyansyah, 2015: 46).

Pemahaman konsep fisika adalah kemampuan siswa untuk mengetahui, mendefinisikan dan membahasakan sendiri konsep fisika yang telah dipelajari tanpa mengurangi makna. Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep fisika maka seharusnya pembelajaran yang dihadapkan kepada peserta didik adalah pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran lebih bermakna (Khaerul, 2013: 23).

Konsep-konsep fisika dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik apabila seorang guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif.

Konsep belajar mengajar yang efektif akan terjadi apabila peserta didik terlibat secara aktif dalam proses persepsi terhadap hal atau masalah yang menjadi stimulus pembelajaran. Dengan mengembangkan kreativitas pada diri peserta didik maka ia akan mampu untuk menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, dan pemecahan permasalahannya (Bajongga, 2014:67).

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif, dan model pembelajaran berkaitan erat dengan dengan gaya belajar peserta didik dan gaya

commit to user 8

(2)

mengajar guru (Hanafiah dan Suhana, 2009 : 41). Rusman (2010: 144-145) juga mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (sebagai rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut, yaitu :

a. Berdasar teori pendidikan dan teori belajar b. Mempunyai misi dn tujuan tertentu

c. Sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar-mengajar di kelas

d. Mempunyai bagian yang disebut langkah-langkah pembelajaran, prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai dampak sebagai terapan model pembelajaran.

f. Membuat persiapan mengajar (desain konstruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih.

3. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari Bahasa inggris “Inquiry”, secara harfiah artinya pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Sedangkan secara terminologi, inkuiri artinya proses berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah (Lahadisi, 2014 : 88). Menurut Harada dan Yoshina (2004) dalam Samuel Kai Wah Chu et al (2017 : 9) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan pedagogis yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses membangun pengetahuan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab secara berurutan. Dalam proses pembelajaran ini, siswa melakukan kegiatan pembelajaran secara mandiri, sebagian induktif dan sebagian deduktif dengan melakukan eksperimen sedikitnya satu set variabel untuk menyelidiki hubungan variabel bebas dan terikat (Wilhelm dan Beishuizen, 2003 : 381-402).

commit to user

(3)

Menurut Kindsvatter dalam Amanda dan Surya (2019:2-3) membedakan inkuiri menjadi dua macam, yaitu Guided Inquiry (Penyelidikan Terarah atau Inkuiri Terbimbing) dan Open Inquiry (Penyelidikan Bebas atau Inkuiri Bebas).

Perbedaannya terdapat pada besarnya keterlibatan guru dalam aktivitas pembelajaran. Guided Inquiry (Penyelidikan Terarah atau Inkuiri Terbimbing) adalah Inkuiri yang guru banyak terlibat dalam kegiatan pembelajarannya. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Open Inquiry berbeda dengan inkuiri terarah, di sini siswa diberikan kebebasan dan kesempatan untuk memikirkan inisiatifnya tentang cara memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkaikan peralatan dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator, tidak banyak memberikan arahan tetapi memberikan kepada siswa untuk menemukan sendiri.

4. Metode Pembelajaran

Menurut Sofan Amiri (2013) dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016 : 19), metode pembelajaran adalah cara mengajar yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Menurut Reigeluch (2015) dalam Dewi (2018:46) juga menjelaskan pengertian metode pembelajaran, yaitu mempelajari sebuah proses yang mudah diketahui, diaplikasikan dan diteorikan dalam membantu pencapaian belajar.

Berbagai metode dilakukan untuk menunjang pencapaian hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan. Jenis metode pembelajaran yang digunakan dalam belajar sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan, keinginan, harapan dan aktivitas belajar yang dapat dilakukan secara tutorial, ceramah, resistensi, diskusi, kegiatan laboratorium dan pekerjaan rumah. Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang diterapkan pada saat proses mengajar yang digunakan untuk membantu pencapaian tujuan belajar.

Ada banyak metode pembelajaran, tetapi metode-metode ini kemudian diklasifikasikan agar memudahkan pendidik dalam memilih metode sesuai commit to user

(4)

dengan strategi yang dipilih (Mukrimaa, 2014 : 50). Klasifikasi metode tersebut yaitu:

a. Strategi pembelajaran langsung yang sangat diarahkan oleh guru.

Metode yang cocok adalah : Ceramah, demonstrasi, latihan, drill.

b. Strategi pembelajaran tidak langsung atau inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Strategi ini berpusat pada peserta didik. Metode yang cocok digunakan antara lain: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah, peta konsep.

c. Stategi pembelajaran interaktif yang menekankan pada diskusi dan sharing antar peserta didik. Metode yang cocok antara lain : diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau projek, kerja berpasangan.

d. Strategi pembelajaran mandiri, merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri. Metode yang cocok digunakan adalah pekerjaan rumah, karya tulis, projek penelitian, e-learning.

e. Belajar melalui pengalaman, berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis aktivitas. Metode yang cocok adalah bermain peran, observasi/survey, simulasi.

5. Metode Pembelajaran Praktikum

Menurut Chiaverina dan Vollmer (2005 : 2) Fisika merupakan ilmu yang didasarkan pada pengalaman, pengamatan dan fakta yang dilakukan secara eksperimental. Percobaan memiliki peran penting dalam pembelajaran fisika.

Terdapat dua jenis percobaan yang dapat digunakan, yaitu percobaan yang berorientasi sains atau kuantitatif, dirancang kemungkinan untuk penelitian suatu fenomena, misalnya mengukur percepatan gravitasi benda yang jatuh bebas di medan gravitasu bumi, menggunakan bola logam dan penghalang cahaya.

Eksperimen ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam menguji hipotesis teoritis secara kuantitatif. Jenis percobaan yang kedua bersifat kualitatif dan dirancang untuk peserta didik agar mengetahui proses atau teknis suatu fenomena. commit to user

(5)

Tobin (1990) dalam Hofstein dan Lunitta (2003:29) mengatakan bahwa pembelajaran bermakna dimungkinkan terjadi di laboratorium yang memungkinkan siswa diberi kesempatan untuk menggunakan peralatan dan bahan di lingkungan yang cocok bagi mereka untuk membangun pengetahuan tentang suatu fenomena dan konsep ilmiah.

6. Modul

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara istilah, modul diartikan sebagai standar atau satuan pengukur, komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang program dari sistem tersebut. Modul dalam istilah pendidikan diartikan sebagai kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh murid sehingga meliputi komponen perencanaan pencapaian tujuan pembelajaran, materi-materi pembelajaran, media yang dibutuhkan, serta alat evaluasi untuk mengukur pencapaian siswa (Adnavi, 2019 :10). Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), Modul adalah bahan ajar yang disiapkan secara khusus dan dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu yang dikemas menjadi sebuah unit pembelajaran terkecil (Modular) yang dapat digunakan pembelajar secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan.

Bahan ajar disebut modul apabila mencakup ciri-ciri :

a. Modul merupakan unit atau paket pengajaran terkecil atau lengkap.

b. Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang terencana dan sistematis c. Memiliki tujuan belajar yang telah dirumuskan secara eksplisit dan

spesifik sesuai tujuan kompetensi yang akan dicapai.

d. Memungkinkan siswa belajar secara mandiri (self instruction) dari modul e. Peserta didik dapat mengukur pencapaiannya sendiri sehingga modul

dapat merealisasikan pengakuan perbedaan individual.

Adapun karakteristik modul yang baik (Ditjend PMTK, 2008) adalah sebagai berikut:

a. Self Instructional commit to user

(6)

Melalui modul tersebut seseorang mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

b. Self Contained

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul yang secara utuh.

c. Stand Alone

Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama media pembelajaran lain.

d. Adaptive

Memiliki daya adaptif tinggi terhadap perkembnagan ilmu dan teknologi.

e. User Friendly

Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahn pemakai dalam merespon, mengakses sesuai keinginan.

7. E-Modul

Menurut Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), e-modul merupakan sebuah bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format elektronik, setiap kegiatan pembelajaran di dalamnya dihubungkan dengan tautan (link) sebagai navigasi yang membuat peserta didik menjadi lebih interaktif dengan program, dilengkapi dengan penyajian video tutorial, animasi dan audio untuk memperkaya pengalaman belajar.

Adapun karakteristik E-modul adalah sebagai berikut : a. Self Instructional

Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

b. Self Contained

commit to user

(7)

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat dalam satu modul utuh.

c. Stand Alone

Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

d. Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

e. User Friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab/bersahabat dengan pemakainya.

f. Konsisten dalam penggunaan font spasi dan tata letak

g. Disampaikan dengan menggunakan suatu media elektronik berbasis computer.

h. Memanfaatkan berbagai fungsi media elektronik berbasis computer.

i. Memanfaatkan berbagai fitur yang ada diaplikasi software

j. Perlu didesain secara cermat (memperhatikan prinsip pembelajaran).

Adapun prinsip yang digunakan dalam pengembangan e-modul adalah sebegai berikut :

a. Diasumsikan menimbulkan minat bagi siswa.

b. Ditulis dan dirancang untuk digunakan oleh siswa.

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran (goals & objectives).

d. Disusun berdasarkan pola “belajar yang fleksibel.”

e. Disusun berdasarkan kebutuhan siswa yang belajar dan pencapaian tujuan pembelajaran.

f. Berfokus pada pemberian kesempatan bagi siswa untuk berlatih.

g. Mengakomodasi kesulitas belajar.

h. Memerlukan system navigasi yang cermat i. Selalu memberikan rangkuman

j. Gaya penulisan (bahasanya) komunikatif, interaktif dan semi formal.

k. Dikemas untuk digunakan dalam proses pembelajaran. commit to user

(8)

l. Memerlukan strategi pembelajaran (Pendahuluan, penyajian, penutup) m. Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpsn bslik

n. Menunjang self assessment.

o. Menjelaskan cara mempelajari buku ajar.

p. Perlu adanya petunjuk/pedoman sebelum sampai sesudah menggunakan e-modul

E-modul dan modul cetak memiliki beberapa perbedaan. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Modul Elektronik dan Modul Cetak

Modul Elektronik Modul Cetak

Format elektronik (dapat berupa file, doc, flash, exe, swf)

Format berbentuk cetak (kertas)

Ditampilkan menggunakan perngkat elektronik dan software khusus (laptop, PC, HP, Internet)

Tampilan berupa kumpulan kertas yang tercetak

Lebih praktis untuk dibawa Berbentuk fisik, untuk membawa dibutuhkan ruang untuk

meletakkan,

Biaya produksi lebih murah Biaya produksi lebih mahal Tahan lama dan tidak akan lapuk

dimakan waktu

Daya tahan kertas terbatas oleh waktu.

Menggunakan sumber daya tenaga listrik

Tidak perlu sumber dya khusus untuk menggunakannya

Dapat dilengkapi dengan audio atau video dalam penyajiannya

Tidak dilengkapi video dalam penyajiannya

( Sumber : Novrianti et al, 2018 : 62)

8. LMS (Learning Management System) Moodle

LMS adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dan resources multimedia secara online berbasis web, mengelola kegiatan pembelajaran serta hasilnya, memfasilitasi interaksi, komunikasi, kerjasama antar pengajar dan peserta didik. LMS mendukung berbagai aktivitas, antara lain : administrasi, penyampaian materi pembelajaran, commit to user

(9)

penilaian (tugas, quiz), pelacakan/tracking dan monitoring, kolaborasi, dan komunikasi/interaksi.

Melalui e-learning ini, pengajar dapat mengelola pembelajaran, yakni : menyusun silabus, mengunggah materi, memberikan tugas kepada peserta didik, menerima hasil pekerjaan peserta didik, membuat quiz/tes, memberikan nilai, memonitor keaktifan, mengolah nilai, berinteraksi dengan peserta didik dan sesame pengajar melalui forum diskusi dan chat, dll. Di sisi lain, peserta didik dapat mengakses infromasi dan materi pembelajaran, berinteraksi dengan sesame mereka dan pengajar, melakukan transaksaksi tugas, mengerjakan tes/quiz, melihat pencapaian hasil belajar dll. Salah satu perangkat LMS open source yang paling terkenal adalah Moodle. Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Enviroment) didesain menggunakan prinsip-prinsip pedagogis untuk membantu pendidik membuat sistem e-learning yang efektif.

Moodle merupakan salah satu LMS open source yang dapat diperoleh secara bebas melalui http://moodle.org. Moodle dapat dengan mudah dipakai untuk mengembangkan sistem e-learning. Dengan Moodle portal e-learning yang dapat dimodifikasikan sesuai kebutuhan (Suartama. 2014 : 23-25)

9. Sistem Pembelajaran Dalam Jaringan Universitas Sebelas Maret (SPADA UNS)

Sistem pembelajaran daring di Universitas Sebelas Maret Surakarta (SPADA UNS) merupakan salah satu produk LMS Moodle yang dapat diakses pada laman http://spada.uns.ac.id.

a. Pengguna Spada UNS

Spada UNS secara default menyediakan 7 lapisan user (pengguna), ke-7 lapisan tersebut memiliki peran masing-masing yaitu :

1) Administrator

Administrator bertugas mengatur situs moodle secara umum, misalnya mengatur tampilan situs, menampilkan menu-menu apa saja yang dapat ditambahkan pada situs model tersebut, mengatur user.

2) Course Creator.

commit to user

(10)

Seorang course creator dapat membuat course (pelatihan/mata kuliah/mata kuliah), dan mengajar course tersebut atau menunjuk teacher (pengajar) mana yang akan mengajarkan course tersebut dan melihat course yang tidak dipublish.

3) Teacher (Pengajar)

Seorang teacher (pengajar) dapat melakukan apapun terhadap course yang diajarkannya, seperti mengganti aktivitas yang terdapat pada course tersebut, memberi nilai kepada mahasiswa yang mengambil course tersebut, mengeluarkan mahasiswa yang terggabung dalam course tersebut, menunjuk non editing teacher (asisten dosen) untuk mengajar pada course terebut, dan lain-lain.

4) Non-editing Teacher

Non editing teacher dapat mengajar pada coursenya, seperti memberi nilai mahasiswa, namun tidak dapat mengubah aktivitas yang telah dibuat oleh teacher yang mengajar pada course tersebut. Pada dunia nyata, non editing teacher dapat dianggap sebagai asisten dosen.

5) Student

Student merupakan user yang belajar pada suatu course. Sebelum dapat mengikuti aktifitas pada suatu course, seorang student harus mendaftar terlebih dahulu pada course tersebut, selanjutnya pengajar yang mengajar pada course tersebut akan memberikan grade (nilai) terhadap pencapaian student tersebut.

6) Guest

Guest merupakan user yang selalu memiliki akses read-only. Setiap user yang belum terdaftar pada moodle merupakan guest. Guest dapat masuk ke course manapun yang memperbolehkan guest untuk masuk. User yang telah login dapat masuk ke course manapun yang memperbolehkan guest untuk masuk. Walupun diperbolehkan masuk, namun guest tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas apapun pada course tersebut.

7) Authenticated User

commit to user

(11)

Secara default seluruh user yang telah login merupakan Authenticated User.

Walupun suatu user berperan sebagai teacher pada suatu course, namun di course lain ia hanya berperan sebagi authenticated user yang memiliki kedudukan yang sama dengan guest. Perbedaan guest dengan authenticated user, bila belum terdaftar pada suatu course, maka authenticated user dapat langsung mendaftar pada course tersebut sedangkan guest tidak.

b. Jenis-jenis aktivitas pada SPADA UNS

Berikut ini bentuk-bentuk aktivitas mahasiswa pada Moodle, sebagai berikut:

1) Assignments

Dengan aktifitas ini, seorang dosen dapat memberikan tugas dalam bentuk soal-soal, penyusunan makalah, laporan dan sebagainya. Selanjutnya tugas tersebut dikumpul melalui cara upload yang sudah disediakan fasilitasnya pada bagian penyampaian tugas. Jenis file yang dapat dikirim misalnya word documents, spreadsheets, images, audio and video clips. Selanjutnya dosen dapat melihat dan menilai tugas yang telah dikirim oleh mahasiswa.

2) Chats

Dengan aktivitas ini, setiap peserta dapat berdiskusi secara real-time via web, diskusi secara langsung ini dapat berlangsung antara dosen dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa.

3) Database Activity

Dengan aktifitas ini, Dosen dan mahasiswa dapat membuat, melihat dan mencari bank data mengenai topik apapun. Format dan struktur data yang dimasukkan hampir tidak terbatas, termasuk gambar, file, URL, nomor, dan text.

4) External Tool

Modul alat eksternal aktivitas memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar dan kegiatan di situs web lain. Misalnya, alat eksternal.

commit to user

(12)

10. Listrik Magnet

(terlampir)

11. Model Penelitian Pengembangan (Research and Development)

a. Pengertian Metode Penelitian Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Utuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut dapat bermanfaat di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015 : 406). Menurut Borg dan Gall (1983) dalam Silalahi (2017: 9), Penelitian pengembangan merupakan desain penelitian yang memiliki tujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi pendidikan.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Penelitian Pengembangan

(Sumber : Sugiyono, 2015 : 409) b. Model-model Penelitian dan Pengembangan

Potensi dan

Pengumpu l-an data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Produk

Uji Coba Produk

Revisi Desain

Revisi

Produk Produksi Massal Uji Coba

Produk

commit to user

(13)

Suatu model dapat diartikan sebagai suatu representasi baik visual maupun verbal. Model menyajikan sesuatu atau informasi yang kompleks atau rumit menjadi lebih sederhana. Ada beberapa model penelitian dan pengembangan, misalnya model konseptual, prosedural sistematis dan sebagainya. Model konseptual memperlihatkan hubungan antarkonsep yang satu dengan yang lain. Urutan model konseptual bersifat terbuka,berulang dan felksibel. Model ini biasa dijumpai pada model rancangan R2D2 (Willis, 1995), contohnya hubungan antarkomponen kurikulum secara skematis. Model prosedural merupakan model deskriptif yang menggambrkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu. Model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah secara bertahap dari awal hingga akhir. Model- model itu antara lain model Kemp, IDI, ADDIE, Dick & Carey dan sebagainya (Setyosari, 2010 : 221-223).

c. Model Pengembangan ADDIE

Model pengembangan ADDIE merupakan singkatan dari langkah langkah pengembangan yaitu Analyze, Design, Develop, Implementation, dan Evaluation (Branch, R.M : 2009). Model pengembangan ADDIE memiliki tahapan yang sistematis, yakni setiap tahapan yang akan dilalui selalu mengacu pada langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki dan dievaluasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, sehingga diharapkan dapat diperoleh produk yang efektif.

commit to user

(14)

Gambar 2.2 Tahapan Model ADDIE (Sumber : Branch, 2009: 2)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan media dengan model ADDIE dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Analyze (Analisis)

Tahap analisis berupa kegiatan studi pendahuluan untuk mengumpulkan data terkait permasalahan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang dapat diperoleh melalui data hasil belajar, wawancara, atau menggunakan metode pengumpulan data lain seperti observasi, studi pustaka, angket, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan. Data dari studi pendahuluan, selanjutnya dianalisis untuk mendeskripsikan penyebab timbulnya kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kenyataan pada kegiatan pembelajaran. Prosedur yang lainnya pada tahapan analisis ini adalah memvalidasi kesenjangan yang terjadi, menentukan kompetensi pembelajaran, mengidentifikasi karateristik sasaran, mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan, serta menentukan sistem penyampaian pembelajaran (Branch, 2009:

24). commit to user

(15)

2) Design (Desain)

Tahap desain bertujuan untuk mendesain media pembelajaraan yang diharapkan dengan metode pengujian yang tepat. Beberapa kegiatan pada tahap desain diantaranya yaitu menentukan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator, memuat flowchart / alur penyajian, mengumpulkan materi dan gambar, serta memilih strategi pengujian dan menyusun tes (Branch, 2009: 60).

3) Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan meliputi mengembangkan dan memfasilitasi sumber-sumber belajar. Prosedur lainnya pada tahapan ini yaitu mengembangkan materi pembelajaran, memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang mendukung, mengembangkan panduan pembelajaran untuk peserta didik, menyusun evaluasi formatif dan mengembangkan alat tes (Branch, 2009: 84).

4) Implement (Implementasi)

Setelah melakukan tahap pengembangan, kemudian tahap berikutnya tahap implementasi dengan mempersiapkan lingkungan belajar dan melibatkan peserta didik. Tahap ini untuk menguji keefektifan media yang dikembangkan saat diterapkan dalam proses pembelajaran.

Terdapat dua prosedur umum dalam tahap implementasi yaitu : a) Mempersiapkan Pendidik

Pada tahap mempersiapkan pendidik, ditentukan pendidik yang akan dijadikan partner dalam pelaksanaan implementasi media yang telah dikembangkan. Sebelum melakukan implementasi, pendidik terlebih dahulu diberikan panduan dan arahan tentang pelaksanaan kegiatan.

b) Mempersiapkan Peserta Didik

Peserta didik diberikan pengarahan mengenai kegiatan pembelajaran, serta mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Branch, 2009: 113)

5) Evaluate (Evaluasi) commit to user

(16)

Tahap evaluasi bertujuan untuk menilai kualitas media yang dikembangkan terkait dengan proses dan hasil pembelajaran, baik sebelum maupun sesudah implementasi. Terdapat tiga prosedur pada tahap ini yaitu menentukan kriteria penilaian, memilih alat evaluasi dan melaksanakan evaluasi (Branch, 2009: 152)

B. Kerangka Berpikir

Meningkatnya penggunaan komputer dan jaringan internet dalam menunjang pembelajaran, membuat setiap lembaga pendidikan harus mampu mempersiapkan literasi berbasis teknologi dan data. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Trilling dan Fadel (2009) dalam Kai wah Cu et al (2017 : 8) yang mengatakan bahwa keterampilan informasi, media, TIK (teknologi, informasi dan komunikasi) ini masuk ke dalam tiga pengetahuan utama dari keahlian yang dibutuhkan pada abad kedua puluh satu, sekaligus menjadi titik perhatian lembaga pendidikan di dunia selain pemikiran inovatif serta keterampilan hidup dan karier.

Salah satu sarana belajar yang menerapkan TIK adalah e-learning. Dengan menggunakan e-learning ini diharapkan mampu meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) menuju 98% .

Salah satu mata kuliah wajib semester 2 di Program Studi di Pendidikan Fisika adalah Listrik Magnet. Pembelajaran mata kuliah ini salah satunya dengan menerapkan metode praktikum. Modul praktikum merupakan salah satu sarana untuk mendukung kegiatan praktikum. Modul ini digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan praktikum yang diharapkan dapat membantu mahasiswa praktikan melaksanakan kegiatan tugasnya secara mandiri.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara kepada dosen pengampu mata kuliah Listrik Magnet dan penyebaran angket analisis kebutuhan kepada 90 mahasiswa dari angkatan 2016, 2017 dan 2018, saat ini modul yang digunakan untuk kegiatan praktikum berisi tujuan praktikum, dasar teori, alat dan bahan, langkah kerja, serta tabel hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran. Konten pada modul ini sudah dapat memberikan arahan yang jelas kepada mahasiswa praktikan, tetapi dalam pendekatannya, modul ini belum menggunakan model commit to user

(17)

pembelajaran tertentu, sehingga modul ini belum dapat digunakan untuk membangun konsep pengetahuan dan mengembangkan keterampilan ilmiah yang dimiliki.

Modul yang dibuat oleh asisten praktikum ini belum tervalidasi oleh ahli, baik dari segi materi, bahasa maupun tampilannya. Spesifikasi modul yang digunakan saat ini belum memenuhi kriteria modul yang baik. Kriteria modul menurut Daryanto (2013: 9-11) meliputi kriteria self instruction, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly. Sementara itu, pada profil lulusan dan capaian pembelajaran yang tertuang dalam Dokumen Kurikulum Perguruan Tinggi Prodi Pendidikan Fisika tahun 2016, yaitu memanfaatkan berbagai sumber belajar berbasis ilmu pengetahuan, teknologi yang kontekstual dan lingkungan sekitar untuk pembelajaran fisika, sehingga diperlukan perbaikan dalam pembelajaran praktikum Listrik Magnet untuk memenuhi kriteria profil lulusan. berdasarkan hasil observasi, penggunaan modul cetak membuat pengeluaran mahasiswa bertambah karena dibutuhkan biaya untuk mencetak modul dan menambah penggunaan kertas.

Modul praktikum Listrik dapat diubah penyusunannya menjadi e-modul praktikum agar lebih menghemat pengeluaran serta penggunaan kertas dalam praktikum oleh mahasiswa, serta untuk menerapkan pembelajaran berbasis teknologi. E-modul merupakan salah satu jenis resources yang dapat diakses dan ditampilkan menggunakan media berbasis komputer, sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai salah satu alternatif sumber informasi pilihan, selain inormasi tekstual dari buku (Novrianti et al, 2018

: 61)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mendesain e-modul praktikum mata kuliah Listrik Magnet yang dibuat pada LMS Moodle. E-modul ini dibuat dengan menggunakan model inkuiri terbimbing di laman spada.uns.ac.id. E- modul juga dihubungkan dengan Google Sites agar pemakaian lebih mudah dan fleksibel.

Adanya e-modul ini merupakan salah satu pengembangan dari penggunaan LMS Moodle di laman spada.uns.ac.id.

commit to user

(18)

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Modul cetak

menambah pengeluaran mahasiswa untuk biaya cetak serta kurang efisien karena laporan praktikum memerlukan banyak kertas.

Modul praktikum Listrik Magnet saat ini seperti cooklab book, dibuat oleh asisten tanpa mengggunakan model pembelajaran tertentu dan belum divalidasi oleh ahli.

Pembelajaran Fisika seharusnya membelajarkan konsep secara utuh dan mampu meningkatkan keterampilan Ilmiah Setiap lembaga

pendidikan harus mampu

mempersiapkan literasi teknologi dan data, salah satu caranya dengan pembelajaran menggunakan e- learning.

Diperlukan produk modul elektronik untuk praktikum Listrik Magnet

Pengembangan e-modul praktikum Listrik Magnet pada LMS Moodle di laman Spada UNS melalui model inkuiri terbimbing

E-modul disusun menggunakan model inkuiri di laman LMS Moodle

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Sutarno (2006: 85) menjelaskan bahwa pengertian ketersediaan koleksi perpustakaan adalah adanya sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan

Nilai percepatan gravitasi yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara massa bumi dengan massa pada suatu titik observasi menunjukkan bahwa nilai percepatan

Pengalaman belajar dalam kegiatan discovery learning dilakukan melalui aktivitas penemuan dengan pemecahan masalah terkait materi pelajaran untuk menemukan konsep secara

Mencermati Pasal 88 ayat (1) yang disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasu serta pembinaan masyarakat

Efektivitas refugia terhadap populasi penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) pada sawah tadah hujan di Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu

Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, perlindungan dan karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Lingkungan

Gaya mengajar inklusimerupakan bentuk pembelajaran dengan merancang tugas pembelajaran dari yang mudah hingga yang sulit. Dari rancangan tugas pembelajaran yang

Selanjutnya permasalahan yang berkenaan dengan akibat hukum terhadap pembatalan perkawinan di muat dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang