• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taman Nasional Bukit Duabelas difungsikan sebagai cagar budaya serta ruang hidup bagi komunitas Suku Anak Dalam (SAD) yang telah tinggal di kawasan tersebut (Mulyani dan Parapat, 2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Taman Nasional Bukit Duabelas difungsikan sebagai cagar budaya serta ruang hidup bagi komunitas Suku Anak Dalam (SAD) yang telah tinggal di kawasan tersebut (Mulyani dan Parapat, 2018)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jambi adalah salah satu Provinsi yang memiliki hutan lindung dan cagar alam biosfer Taman Nasional Bukit Duabelas dengan luas 54.780,41 hektar yang berada di wilayah Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari. Taman Nasional Bukit Duabelas difungsikan sebagai cagar budaya serta ruang hidup bagi komunitas Suku Anak Dalam (SAD) yang telah tinggal di kawasan tersebut (Mulyani dan Parapat, 2018).

SAD merupakan sekelompok perkumpulan orang yang tinggal dan hidup di Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dengan memanfaatkan hasil hutan sebagai sumber penghidupannya. Kehidupan yang sederhana dan tradisional bahkan dikatakan primitif masih sangat melekat pada SAD. Pola hidup dengan cara berburu, mengumpul dan meramu.

Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi daerah persebaran SAD yang cukup besar dengan daerah persebaran yang terbagi menjadi tiga kelompok besar yakni Kelompok Air Hitam, Kelompok Makekal dan Kelompok Kejasung. Pembagian kelompok besar berdasarkan wilayah pemukiman dan ruang hidup kelompok yang selalu bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dan aliran anak-anak sungai (Sub-DAS). Kelompok yang memiliki perkumpulan terbesar yakni kelompok Air Hitam dengan tiga daerah persebaran yang berada di Desa Lubuk Jering, Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban.

Berikut ini adalah populasi SAD di Desa Lubuk Jering, Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban yang dapat dilihat pada Tabel 1.

(2)

Table 1. Populasi SAD di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

No Tumenggung Jumlah KK Jumlah Keluarga

1. Afrizal 20 78

2. Bebayang 19 80

3. Bepayung 20 87

4. Celitai 45 235

5. Girang 35 164

6. Jelitai 142 553

7. Meladang 46 172

8. Nangkus 83 378

9. Ngadap 101 428

10. Ngrip 95 434

11. Nyenong 29 113

12. Nyurau 62 161

13. Ngamal 21 77

Jumlah 718 2960

Sumber : Demografi Orang Rimba Taman Nasional Bukit Duabelas 2018.

Berdasarkan Tabel 1 jumlah kepala keluarga SAD yang tergabung dalam desa Lubuk Jering adalah bagian dari tumenggung bebayang yang berjumlah 19 kepala keluarga. Untuk wilayah Desa Pematang Kabau antara lain afrizal dengan jumlah kepala keluarga 20, nangkus terdapat 83 kepala keluarga dan bepayung sebanyak 20 kepala keluarga. Sedangkan untuk wilayah Bukit Suban terdapat kelompok nggrip yang memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 95 kepala keluarga.

SAD dikenal dengan pola hidup berpindah dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara subsisten yaitu berburu dan meramu sumber daya alam di kawasan Hutan Bukit Duabelas. Salah satu budaya yang menjadi ciri khas dari komunitas ini adalah tradisi “melangun” yaitu berpindahnya SAD disebabkan adanya musibah yang dialami oleh anggota rombong seperti meninggal dunia. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan kesedihan dan kenangan akan almarhum.

Perpindahan SAD juga merupakan upaya untuk mencari lokasi baru yang kondisi

(3)

sumberdaya alamnya relatif masih bagus sehingga dapat menunjang pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Berdasarkan Demografi Orang Rimba atau Suku Anak Dalam Taman Nasional Bukit Duabelas 2018, pola hidup SAD saat ini telah mengalami pergeseran ke arah pertanian menetap yaitu dengan memiliki kebun karet maupun sawit. Hal ini pula yang menjadi salah satu penyebab periode melangun atau berpindah menjadi lebih pendek, yaitu ladang yang dibudidayakan tidak lagi hanya berupa tanaman semusim sehingga timbul kekhawatiran jika ditinggalkan lebih lama maka ladang-ladang tersebut rusak. Bagi SAD yang tinggal di dalam kawasan, aktivitas berburu dan meramu saat ini tidak menjadi sumber penghasilan utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Pergeseran ke arah pertanian menetap kemudian berakibat pada kondisi ketersediaan sumberdaya alam di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas yang semakin menipis. Faktor utamanya disebabkan karena pola perladangan SAD saat ini lebih berorientasi pada jenis karet dan sawit serta mulai ditinggalkannya kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Hal tersebut diperburuk dengan praktek-praktek pembukaan lahan di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, terutama yang dilakukan oleh SAD transisi bekerjasama dengan masyarakat desa.

Adapun pola hidup SAD yang telah berdiam/menetap seperti layaknya masyarakat desa, mereka bermukim dan memiliki berbagai jenis pekerjaan yang beragam. Sebagian besar mata pencaharian SAD yang telah menetap adalah berkebun sesuai kebiasaan mereka, namun ada juga yang bekerja sebagai tenaga pengamanan di perusahaan-perusahaan sekitar kawasan Taman Nasional Bukit

(4)

Duabelas. Beberapa diantara mereka terdapat SAD yang cukup sukses Namun tidak sedikit juga hidup sangat terbatas.

Pergeseran pola hidup SAD kearah pertanian menetap dengan memiliki kebun karet maupun sawit mengakibatkan makanan pokok sehari-hari mereka sama dengan masyarakat luar pada umumnya. Makanan tersebut diperoleh dengan cara dibeli dari uang hasil penjualan getah karet dan buah kelapa sawit.

Sebagian besar masyarakat SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas memiliki penghasilan dibawah Rp. 1.000.000. Bahkan ada yang tidak berpenghasilan karena faktor umur yang sudah lanjut usia, menumpang dengan anak, dan lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Rata-rata Penghasilan SAD /Bulan

No Kelompok Temenggung

Rata-Rata Penghasilan

<Rp.

499.000

Rp.

500.00- 999.000

>Rp.

1.000.00 0

Tidak berpenghasilan

Jumlah KK

1. Afrizal 11 - 8 1 20

2. Bebayang 4 1 13 1 19

3. Bepayung 11 5 4 - 20

4. Celitai 4 28 13 - 45

5. Girang 14 13 5 3 35

6. Jelitai - 79 52 11 142

7. Meladang 14 32 - - 46

8. Nangkus 7 40 36 - 83

9. Ngadap 87 14 - - 101

10. Ngrip 5 3 84 3 95

11. Nyenong - - 25 4 29

12. Nyurau 54 4 1 3 62

13. Ngamal - - 20 1 21

Jumlah 211 219 261 27 718

Sumber : Demografi Orang Rimba Taman Nasional Bukit Duabelas 2018.

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh data bahwa 29,39% atau sekitar 211 kepala keluarga memiliki penghasilan <Rp. 499.000,-, dan 30,50% atau sekitar 219 kepala keluarga berpenghasilan Rp. 500.00-999.000,-, dan berpenghasilan >Rp.

(5)

1.000.000,-, dengan persentase 36,35% berkisar 261 kepala keluarga. Persentase untuk kepala keluarga yang tidak berpenghasilan sekitar 3,76% karena faktor umur yang telah lanjut usia serta menumpang dengan anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat SAD memiliki penghasilan dibawah Rp 1.000.000,- dengan rata-rata penghasilan yang diperoleh dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kurun waktu satu bulan.

Pada dasarnya masyarakat SAD tergolong ke dalam masyarakat yang kurang mampu karena memiliki penghasilan dibawah Rp 1.000.000,- dengan rata-rata penghasilan yang diperoleh dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kurun waktu satu bulan. Oleh sebab itu masyarakat SAD berhak mendapatkan haknya untuk mengakses program pembangunan dari pemerintah.

Salah satu syarat untuk mengakses program pembangunan adalah memiliki Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Fokus dari segala persoalan pembangunan ialah kependudukan. Penduduk merupakan objek hasil pembangunan dan sekaligus subjek dalam pembangunan (Hardati, 2013). Penduduk adalah objek sekaligus subjek pembangunan dalam kegiatan pembangunan yang berbentuk sektoral ataupun lintas sektoral terarah dan terkait penduduk. Penduduk yang berjumlah besar sangat berarti jika sebagian besar dari mereka dapat berpartisipasi ataupun berkarya dalam pembangunan. Namun sebaliknya dengan jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban bila tidak diberdayakan dengan baik bagi pembangunan dan perekonomian (Sary, 2016).

Kartu keluarga yang biasa disingkat KK merupakan kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga. Kartu Keluarga di dalamnya memuat keterangan

(6)

mengenai kolom nomor Kartu Keluarga, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, Nomor Induk Kependudukan, jenis kelamin, alamat tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua (Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 1 Tahun 2010).

KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah NKRI”. Kewajiban untuk memiliki KTP bagi setiap penduduk warga Negara Indonesia dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang telah berumur 17 tahun atau telah kawin atau pernah kawin dimuat dalam Pasal 63 ayat (1) Undang Undang No. 23 Tahun 2006.

Disebutkan pula dalam ayat (2) dari Pasal tersebut mengenai ketentuan bahwa orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki izin tinggal tetap dan sudah berumur 17 tahun juga diwajibkan untuk memiliki KTP (UU No 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan)

Fungsi dari identitas kependudukan (KTP dan KK) salah satunya adalah agar terciptanya perencanaan pembangunan nasional yang tepat berdasarkan pasal 58 ayat (4 huruf b) Yang dimaksud dengan “pemanfaatan perencanaan pembangunan”, antara lain untuk perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pendidikan, perencanaan kesehatan, perencanaan tenaga kerja, atau pengentasan masyarakat dari kemiskinan (Bintang, 2015).

Salah satu program dari pembangunan nasional tersebut adalah bantuan sosial yang mencakup berbagai aspek yaitu aspek pendidikan, aspek kesehatan, dan aspek ekonomi. Bantuan sosial menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara atau

(7)

Lembaga adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah ke masyarakat miskin atau tidak mampu guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa jenis bantuan sosial yang diterima masyarakat SAD di Taman Nasional Bukit Dua Belas diantaranya ada bantuan sembako dari PT.SAL, BLT, PKH, BPJS Kesehatan, dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Dari berbagai bantuan sosial yang diterima, masyarakat SAD diharuskan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) untuk memenuhi syarat sebagai penerimanya. Oleh sebab itu masyarakat SAD yang ingin mengakses bantuan sosial harus memiliki Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) terlebih dahulu.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Kajian Fungsi Identitas Kependudukan Dalam Mengakses Program Pembangunan (Studi Kasus Pada Komunitas Suku Anak Dalam Di Desa Bukit Suban Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun)”.

1.2 Perumusan Masalah

Identitas kependudukan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan atau mengakses program pembangunan oleh sebab itu SAD sangat membutuhkan identitas kependudukan. Untuk mendapatkan identitas kependudukan tersebut SAD harus melalui beberapa tahapan seperti pendataan, perekaman, dan pencetakan dimana hal tersebut biasanya di fasilitasi oleh pemerintahan desa maupun kecamatan.

SAD di Desa Bukit Suban sebagian besar memeiliki penghasilan dibawah Rp.

1.000.000/bulan dimana itu tergolong ke dalam masyarakat yang kurang mampu,

(8)

oleh karena itu mereka berhak untuk dapat mengakses program pembangunan karena didalam program pembangunan tersebut ada berbagai macam program- program yang dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Ada banyak tahapan maupun proses yang dilakukan SAD untuk mendapatkan identitas kependudukan dan dapat mengakses program pembangunan. Dalam tahapan dan proses tersebut pasti selalu ada kendala maupun hal-hal yang menghambat baik dari sisi pelaksana program tersebut maupun dari sisi SAD itu sendiri yang dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi dan efektivitas dari program tersebut.

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran kepemilikan identitas kependudukan bagi SAD?

2. Bagaimana fungsi identitas kependudukan bagi SAD dalam mengakses program pembangunan?

3. Apa saja hambatan dalam proses kepemilikan identitas kependudukan bagi SAD dan dalam mengakses program pembangunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana gambaran kepemilikan identitas kependudukan bagi SAD.

2. Mengetahui Bagaimana fungsi identitas kependudukan bagi SAD dalam mengakses program pembangunan.

(9)

3. Mengetahui apa saja hambatan dalam proses kepemilikan identitas kependudukan bagi SAD dan dalam mengakses program pembangunan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak berkepentingan dalam menyusun kebijakan.

2. Sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian sejalan.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan jumlah guru yang cukup banyak di institusi pendidikan maka sulit untuk proses penilaian dan mengajukan kandidat guru berprestasi pada sistem dengan manual dan

Data-data yang terkait dengan perilaku konsumen ini diperoleh dengan metode survey dengan memakai skala linkert 1-5 pada setiap pertanyaan pada masing-masing dimensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat dalam Humanistic dan Altruistic adalah 91,7%, memberikan kepercayaan 82,3%, menumbuhkan kepekaan terhadap diri

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang komunikasi word of mouth, serta peran word of mouth

Analisis Pengaruh Risiko Kredit, Perputaran Kas, Likuiditas, Tingkat Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang

( ) ”Isu aktual” yang sedang terjadi dalam masyarakat tidak dapat digunakan sebagai salah satu kriteria perumusan isu strategis

Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Dan Kecamatan Cibatu Kabupaten

ICBP  berencana  menaikkan  harga  jual  produk  sekitar  10%  ‐  15%.  Kenaikan  harga  jual  tersebut  seiring  dengan  meningkatnya  biaya  produksi