• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI BAHASA INDONESIA KELAS II MIS DARUL FALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI BAHASA INDONESIA KELAS II MIS DARUL FALAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

BAHASA INDONESIA KELAS II MIS DARUL FALAH

Kartiwi

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : kartiwidf@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model Explicit Instruction untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi Bahasa Indonesia kelas II MIS Darul Falah. Submasalah dalam penelitian ini meliputi pendeskripsian pelaksanaan keterampilan menulis deskripsi model Explicit Instruction dan pendeskripsian hasil belajar siswa melalui keterampilan menulis deskripsi model Explicit Instruction. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di MIS Darul Falah dengan subjek adalah guru dan siswa kelas II yang berjumlah 30 orang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan. Prosedur dan desain penelitian yang digunakan yakni:

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar observasi, tes dan lembar wawancara.

Selanjutnya data tersebut dianalisis dan diolah secara kualitatif. Pembahasan dari penelitian setiap siklus adalah merefleksikan segala temuan yang belum tercapai dalam proses pembelajaran baik yang ditemukan di lembar observasi siswa maupun observasi guru. Hasil penelitian menunjukkan pada Prasiklus yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75 terdapat 10 dari 30 siswa (33%) yang mengalami ketuntasan, sedangkan 20 dari 30 siswa tidak tuntas (67%). Setelah diberikan perbaikan pembelajaran pada siklus I ada 17 siswa (56,6%) yang tuntas dan 13 siswa (43,3%) yang tidak tuntas.

Sedangkan, pada siklus II ada 26 siswa (86,7%) yang tuntas dan 4 siswa (13,3%) yang tidak tuntas. Dengan demikian penerapan model Explicit Instruction dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas II MIS Darul Falah.

Kata Kunci : Menulis, Deskripsi dan Explicit Instruction

PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup untuk menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam

(2)

menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang lebih baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa Sekolah Dasar (Akhadiah, 1991:1). Terdapat empat keterampilan berbahasa, di antaranya keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan (2018:3), menulis merupakan salah satu dari aspek berbahasa dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Keterampilan menulis diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Salah satu keterampilan menulis yang harus dimiliki siswa sekolah dasar adalah menulis deskripsi. Menurut Tompkins (Zainurrahman 2011:45) yang menyebutkan tulisan deskripsi adalah tulisan yang seolah-olah menggambarkan atau melukiskan sebuah gambar dengan menggunakan kata-kata. Dengan kata lain, tulisan deskripsi digunakan oleh penulis untuk melukiskan atau menggambarkan sebuah keadaan atau situasi, karakter objek secara komprehensif, dengan mengandalkan kosakata.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran siswa kelas II MIS Darul Falah hasilnya belum mencapai ketuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah untuk kelas II yaitu 75 yang terdiri dari 30 siswa. Proses pembelajaran menunjukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat 10 dari 30 siswa (33%) yang mengalami ketuntasan sedangkan yang tidak tuntas 20 dari 40 siswa (67%). Kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran menulis deskripsi, sebagian besar siswa mengalami kesulitan karena dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran. Selain itu siswa kesulitan dalam menentukan atau memilih kosakata yang digunakan dalam menulis. Tidak hanya itu, kemampuan siswa dalam menulis masih rendah karena belum mampu mengolah kata-kata menjadi sebuah kalimat. Selain itu motivasi belajar siswa rendah khususnya dalam pembelajaran menulis. Dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang mengeluh saat pembelajaran ini berlangsung dan siswa terlihat malas mengerjakan serta hasil tulisan siswa ada yang tidak dapat dibaca. Selain itu siswa kurang terlatih dalam pembelajaran menulis sehingga membuat siswa merasa kebingungan dalam merancang sebuah kalimat dengan benar, dan penggunaan kata yang kurang efektif. Dengan demikian proses pembelajaran menulis yang dilaksanakan sebelumnya belum memberikan arahan atau tahapan-tahapan menulis yang baik dan benar kepada siswa.

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi yaitu menerapkan model Explicit Instruction. Model Explicit Instruction adalah teknik mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa. Model ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

(3)

prosedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap yaitu selangkah demi selangkah. Explicit Instruction sering dikenal model pembelajaran langsung (Huda, 2013:186). Menurut Huda (2013:187) langkah- langkah model Explicit Instruction (Pengajaran Langsung) sebagai berikut:

Tabel 1

Langkah-Langkah Model Explicit Instruction

Tahapan Peran Guru

Tahap 1 Orientasi

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang, pentingnya pelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar.

Tahap 2 Presentasi

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Tahap 3 Latihan Terstruktur Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal kepada siswa.

Tahap 4 Latihan Terbimbing

Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak.

Tahap 5 Latihan Mandiri

Guru merencanakan kesempatan untuk melakukan instruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, peneliti memilih model pembelajaran berbasis pengalaman Explicit Instruction dalam penerapan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas II MIS Darul Falah. Penggunaan metode pembelajaran berbasis pengalaman Explicit Instruction diharapkan dapat mengenalkan atau menunjukkan, memotivasi, dan menarik minat siswa dalam menulis deskripsi. Model pembelajaran berbasis pengalaman Explicit Instruction diharapkan efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dengan guru kelas II MIS Darul Falah. Pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas II MIS Darul Falah. Adapun jumlah siswa kelas II yaitu 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Objek

(4)

dari penelitian ini yaitu tema 4 Hidup Bersih dan Sehat dengan subtema 2 Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok materi menulis deskripsi. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2017:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan teman sejawat. Sedangkan data dalam penelitian adalah aktifitas guru dan siswa melalui model Explicit Instruction pada siswa kelas II MIS Darul Falah dan hasil pembelajaran model Explicit Instruction dalam keterampilan menulis deskripsi kelas II MIS Darul Falah.

Teknik alat pengumpul data merupakan bagian penting dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman mengenai bagaimana peneliti menggumpulkan data serta alat yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu (1) Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2014:93).

Observasi dilakukan dengan dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan APKG 1 serta APKG 2 pada kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. (2) Lembar wawancara untuk mengetahui pendapat guru tentang pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction. (3) Instrumen digunakan berupa tes untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian prestasi siswa.

Dalam kegiatan ini penulis menggunakan tes pilihan ganda dan uraian yang dilakukan setiap akhir tindakan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskritif. Berikut ini dijelaskan mengenai langkah-langkah perhitungan untuk membandingkan hasil antara siklus I dan siklus II yaitu (1) Merekap skor yang diperoleh siswa. (2) Menghitung skor kumulatif dari seluruh aspek dan (3) Menghitung skor rata-rata.

HASIL PENELITIAN Deskripsi Persiklus

Pelaksanaan penelitian di MIS Darul Falah dilaksanakan dalam 2 siklus.

Guru dan peneliti bekerjasama kolaboratif mempersiapkan, melaksanakan dan memecahkan masalah selama proses pelaksanaan penelitian.

Tindakan Prasiklus

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran siswa kelas II MIS Darul Falah hasilnya belum mencapai ketuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah untuk kelas II yaitu 75 yang terdiri dari 30 siswa. Proses pembelajaran menunjukan pada mata pelajaran

(5)

Bahasa Indonesia, terdapat 10 dari 30 siswa (33%) yang mengalami ketuntasan sedangkan yang tidak tuntas 20 dari 40 siswa (67%). Penyebab tingginya persentase siswa yang tidak tuntas ini menunjukan rendahnya hasil belajar siswa sebagai akibat dari kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Proses penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai tersebut, sangat berpengaruh terhadap proses keterampilan menulis siswa terutama keterampilan menulis deskripsi. Dalam hal ini tidak adanya tahapan-tahapan menulis yang baik dan benar dalam proses pembelajaran menulis tersebut, mengakibatkan proses pembelajaran menulis paragraf eksposisi kurang maksimal dan mengalami beberapa kendala.

Tindakan Siklus 1

Hasil dari observasi berupa data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari reflleksi adalah untuk mengetahui kendala dan solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar keterampilan menulis deskripsi model Explicit Instruction. Berikut adalah uraian refleksi pada siklus I pada aktivitas siswa:

1. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui model Explicit Instruction belum sepenuhnya tampak, karena masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memperhatikan penjelasan dari guru.

2. Kegiatan dalam proses pembelajaran ditemukan siswa yang belum mengerti atau belum memahami materi mengenai menulis deksripsi melalui model Explicit Instruction.

3. Ketidaktuntasan dalam proses pembelajaran ditemukan 13 siswa yang belum mampu menulis deskripsi sesuai dengan aturan dan penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda titik yang benar. Hal ini mengakibatkan siswa belum sepenuhnya dapat menulis deskripsi melalui model Explicit Instruction sehingga nilai yang diperoleh siswa pada tindakan siklus I belum menunjukkan perubahan yang berarti.

Berikut adalah uraian refleksi pada siklus I pada aktivitas guru:

1. Merancang pengolahan kelas dalam melakukan perbaikan belum terlihat karena penataan kursi yang kurang rapi dalam proses pembelajaran.

2. Mengelola interaksi kelas dalam hal ini guru belum terlihat memberikan penguatan, karena masih ada beberapa siswa yang pasif dalam proses pembelajar.

Nilai rata-rata kelas mencapai 70 siswa yang memperoleh dibawah 75 (KKM) ada 13 siswa atau 43,3% dan siswa yang memperoleh di atas 75 (KKM) ada 17 siswa atau 56,6%. Pembelajaran pada siklus I dikatakan berhasil apabila

(6)

kemampuan menulis karangan deskripsi siswa memperoleh 75 (KKM) mencapai 76%. Dari data yang diperoleh sebanyak 13 siswa atau 43,3% dari 30 siswa memperoleh nilai di bawah 75 (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Explicit Instruction belum berhasil. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi yang siswa peroleh nilai 75 (KKM) belum mencapai 76%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II mengenai keterampilan menulis deskripsi dengan model Explicit Instruction.

Tindakan Siklus 2

Hasil dari observasi pada siklus II data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan siklus II sudah menujukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemapuan menulis diskripsi model Explicit Intruction.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction sudah sepenuhnya menunjukkan perubahan dari siklus sebelumnya. Siswa mampu menerapkan model Explicit Instruction yang digunakan untuk menulis deskripsi dan siswa memahami tentang penggunaan huruf kapital dan tanda titik yang tepat, siswa mampu menyusun kalimat berdasarkan gambar yang ditampilkan. Kemudian siswa dapat menuangkan pikiran-pikirannya kedalam bentuk kalimat deskripsi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah sepenuhnya dapat membuat kalimat deskripsi dengan menggunakan model Explicit Instruction. Siswa juga sudah mampu menuliskan karangan dengan aturan penulisan yang benar serta penggunaa huruf kapital dan tanda titik yang tepat.

Selain itu aktivitas yang dilakukan guru juga sudah ada perubahan dimana penataan kelas sudah rapi, dan guru sudah memberikan penguatan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, serta media dan model yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus II telah menunjukkan perubahan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata kelas mecapai 80. Siswa yang memperoleh nilai 75 dibawah (KKM) ada 4 siswa atau 13,3% dan siswa memperoleh 75 di atas (KKM) ada 26 atau 86,7% dari 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction sudah berhasil. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar menulis deskripsi siswa yang memperoleh nilai 75% sudah menunjukkan peningkatan dan peningkatan rata-rata kelas, sehingga pembelajaran pada siklus II mengenai menulis deskripsi model Explicit Instruction telah berhasil.

Pembahasan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Deskripsi Model Explicit Instruction

(7)

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, dapat ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis deskripsi melalui penerapan model Explicit Instruction pada kegiatan siswa. Peningkatan kegiatan siswa kelas II MIS Darul Falah dalam proses pembelajaran menulis deskripsi melalui model Explicit Instruction antara lain:

a. Kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran lebih tinggi dari pembelajran sebelum tindakan dilaksanakan.

b. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

c. Siswa dapat mengembangkan isi pikiran atau gagasannya dengan media gambar.

d. Siswa secara jelas mengungkapkan isi pikirannya dalam bentuk tulisan deskripsi dengan model Explicit Instruction.

e. Siswa lebih aktif dan semangat mengerjakan tugas dari guru.

f. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes menulis lebih meningkat

Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran berdasarkan dengan keterampilan menulis deskripsi yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tompkins (Zainurrahman 2011:45) yang menyebutkan tulisan deskripsi adalah tulisan yang seolah-olah menggambarkan atau melukiskan sebuah gambar dengan menggunakan kata-kata. Dengan kata lain, tulisan deskripsi digunakan oleh penulis untuk melukiskan atau menggambarkan sebuah keadaan atau situasi, karakter objek secara komprehensif, dengan mengandalkan kosakata. Dalam hal ini keterampilan dalam menulis deskripsi yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat karena siswa sudah bisa mengolah kata-kata menjadi sebuah kalimat yang baik.

2. Hasil Belajar Menulis Deskripsi Model Explicit Instruction

Meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembalajaran dengan model Explicit Instruction maka hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas II MIS Darul Falah juga meningkat. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil kemampuan menulis deskripsi yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II.

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Ketuntasan

Belajar

Prasiklus Siklus I Siklus II Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Tuntas 10 33% 17 56,6 % 26 86,7%

2 Tidak Tuntas

20 67% 13 43,3 % 4 13,3%

Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

(8)

Berdasarkan lembar penilaian hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis deskripsi menggunakan model Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebelumnya dilakukan tindakan kelas (Pra Siklus) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75 terdapat 10 dari 30 siswa (33%) yang mengalami ketuntasan, sedangkan 20 dari 30 siswa tidak tuntas (67%). Setelah diberikan perbaikan pembelajaran pada siklus I ada 17 siswa (56,6%) yang tuntas dan 13 siswa (43,3%) yang tidak tuntas. Sedangkan, pada siklus II ada 26 siswa (86,7%) yang tuntas dan 4 siswa (13,3%) yang tidak tuntas.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian relevan (Christaningtyas, 2018) karena berdasarkan nilai di atas, jelas bahwa proses pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis deskripsi menggunakan model Explicit Instruction memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang tidak menggunakan model pembelajaran.

Menurut Tarigan (2018:22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka dapat memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Selain itu model pembelajaran yang diterapkan mempunyai pengaruh besar dalam peningatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Model Explicit Instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Huda, 2013:186). Dalam hal ini keterampilan menulis yang dilakukan siswa sudah mengalami peningkatan yang dilihat dari tindakan yang telah diberikan. Maka untuk lebih jelasnya disajikan grafik hasil belajar sebagai berikut.

Gambar 1

Grafik Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

(9)

Berdasarkan data grafik hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis deskripsi kelas II MIS Darul Falah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction dapat meningkatkan:

1. Penerapan pembelajaran menulis deskripsi melalui model Explicit Instruction meningkatkan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Selain itu siswa dapat mengembangkan isi pikiran atau gagasannya dengan media gambar serta mengungkapkan isi pikirannya dalam bentuk tulisan deskripsi dengan model Explicit Instruction. Aktivitas guru dalam memberikan proses pembelajaran juga meningkat dengan memberikan instruksi terbimbing dan memberikan penguatan kepada siswa untuk lebih aktif dan semangat dalam proses pembelajaran. Selain melaksanakan perbaikan proses pembelajaran dengan terstruktur berdasarkan siklus 1 dan siklus 2 yang telah diterapkan menggunakan model Explicit Instruction.

2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu tindakan kelas (Pra Siklus) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75 terdapat 10 dari 30 siswa (33%) yang mengalami ketuntasan, sedangkan 20 dari 30 siswa tidak tuntas (67%). Setelah diberikan perbaikan pembelajaran pada siklus I ada 17 siswa (56,6%) yang tuntas dan 13 siswa (43,3%) yang tidak tuntas. Sedangkan, pada siklus II ada 26 siswa (86,7%) yang tuntas dan 4 siswa (13,3%) yang tidak tuntas.

Dengan demikian penerapan model Explicit Instruction dalam keterampilan menulis deskripsi pelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan khususnya pada siswa kelas II MIS Darul Falah.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Christaningtyas, Windi. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMPN I Wongsorejo Banyuwangi. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.

Dalman, 2018. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Devi, Rosa Anjar. Penerapan Model Expilicit Instruction untuk Meningkatkan Keterampilan Pemahaman Materi Kelas III SDN Calep I. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Flores-NTT: Nusa Indah.

(10)

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Moleong, L.J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: BPFE.

Rifai’i, Achmad. dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Semi, M Atar, 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2018. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa Bandung.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Zainurrahman. (2011). Menulis : dari Teori Hingga Praktik. Bandung : Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

In order to pursue the idea of bringing the region closer to the people, the summit also signed the ASEAN Declaration on the Role of the Civil.. Service as a Catalyst for

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI PANEL LANTAI BAJA TIPE 500 MMMODEL MAT 200 STCL PADA PT.ACCESS MATSUSHITA DENKO MITRAINDONESIA.. ANDRY SETIADY, HOTNIAR

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu yaitu pekerjaan (p=0,046), penghasilan (p=0,018), dan pendidikan (p=0,040) memiliki hubungan yang signifikan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu yaitu pekerjaan (p=0,046), penghasilan (p=0,018), dan pendidikan (p=0,040) memiliki hubungan yang signifikan dengan

[r]

[r]

PERBANDINGAN PENGARUH OLAHRAGA PERMAINAN BOLA BESAR DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA SISWA SMP NEGERI 1 CIMAHI.. Universitas Pendidikan Indonesia |