PORANAKHIR
PERAKITAN TEKNOLOGI LADA BERBUAH CEPAT (<1 TH) DGN POPULASI TINGGI (2.500 PHN/HA) DG PRODUKTMT AS >1 KG/ PHNITH & INPUT RENDAH (25%)
(PERAKITAN TEKNOLOGI LADA BERBUAH CEPAT (< 1 THN) DGN PRODUKTIVITAS > 5 TON/HAfT AHUN & HEMAT INPUT (>30%))
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang prioritas Kode Produk Target Kode Kegiatan Peneliti Utama ; Ketahanan Pangan 1.02. 1.02.02. Dr. lr. Agus Wahyudi, MS.
~
D R N
KEMENTERIAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN ANEKA TANAMAN INDUSTRI Jl. Raya Pakuwon - Parungkudan km. 2 Sukabumi 43357
Tip. 0266 7070941 Fax. 0266 6542087 E-mail. balittri@gmail.com
Judul Penelitian
Fokus bidang prioritas
Kode produk target
Kode kegiatan Lokasi penelitian Penelitian tahun ke A. Lemba Unit Organisasi Ala mat Telepon/Faksimile/e-mail ~barPengesahan
Perakitan Teknologi Lada Berbuah Cepat (<1 th) dgn populasi tinggi (2.500 phnlha) dg produktivitas >1 kg/ phn/th & input rendah (25%) (Perakitan Teknologi Lada Berbuah Cepat (< 1 thn) dgn produktivitas > 5 tonlha/tahun & hemat input (>30%))
Ketahanan pangan 1.02.
1.02.02.
Jawa Barat dan lampung 2 (dua)
Diusulkan:
dusulkan
elola Penelitian
Or. lr. Aaus Wahvudi, MS.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kernenterian Pertanian
1 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman lndustri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 1 Jl. Raya Pakuwon - Parungkuda km.
2
Sukabumi - Jawa Barat(0266)7070941/(0266)6542087/ balittri@amail. com
3
(tiga) tahun Rp. 249.910.000,-Rp. 123.000.000,-Lanjutan Jumlah CR .... 68.000.000,- 28.000.000,- 22.000.000,- 6.000.000,- 123.000.000,-Setuju diusulkan: Kepala ~~~ia!'\_dan Kepala -salai P. enelitianPengem~
>tt~
<
~e~nan
TanamariRemp~h
dan Aneka"'-... .J
pus~T
_ • ., )- .1
~
.r.J Tanaman 1ntJustri Koordinator/Peneliti Utama 1. "'. Pf ~~ ~ A;tAI~
-~~
t:ll:~~
Dr~ Muh;mm~
Syakir 1 Dr. Jr. AgUSVVafwudi. MS. NIP. 195811171984031 0013f. NIP. ~t96001211985031 002~-pl_
Dr. Jr. Agus Wahyudi, MS. NIP. 196001211985031 002
RJNGKASAN
Lada (Piper nigrum) dapat dibudidayakan secara vegetatif dari sulur buah berbentuk perdu. AJtematif budidaya ini merupakan salah satu bentuk efisiensi usahatani Jada karena biayanya lebih murah dan cepat menghasilkan. Namun kendala yang ditemukan dengan metode ini adalah serangan penyakit busuk pangkal batang dan rendahnya produktivitas karena cabang produksi yang lebih sedikit Oleh karena itu, serangkaian kegiatan penelitian dilakukan dalam upaya perbaikan teknologi yang sudah ada seperti mencari varietas yang mampu berproduksi lebih tinggi untuk budidaya sebagai lada perdu, teknologi untuk mengurangi kelembaban tanaman sehingga dapat meminimalisasi serangan penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB), teknologi pemupukan K untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit BPB. Kegiatan penelitian dilaksanakan menggunakan metode percobaan rumah kaca, dan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan 4 varietas lada. Demikian juga dengan penggunaan teknik penyanggaan belum berpengaruh nyata terhadap tingkat serangan serangan penyakit BPB untuk varietas lada Natar -1. Sedangkan penggunaan arang sekam memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi lada Natar-1.
;
DAFTARISI
Halaman Ringkasan ... .
Daftar lsi . . . .. . . .. . . .. . . .. . .. .. . .. .. . . .. ii
Daftar Tabel ... iii
Daftar Lampi ran .. . ... .. .. .. .. . . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . iii
I. Pendahuluan ... 1
II. Tinjauan Pustaka .. .. .... . .. . .. . . .. . . .. . . .. .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . .. . .. . . .. .. .. .. .. . . .. . .. . .. .. .. . 2
Ill. Tujuan dan Manfaat . ... .. . ... ... . . . . ... . . . .. . . .. . . .. . . .. ... ... .... .. .. ... .. ... .... . 4
3.1. Tujuan . .. . .. .. . . . .. . .. . . . .. .. . .. . . . .. .. . .. .. . . .. . . .. . .. . . .. .. .. .. .. .. ... .. . . .. . . .. .. . . . 4
3.2. Manfaat .. .. . .. . .. . . .. .. .. ... .. . .. . .. . . . ... . .. ... .. .. . . ... 4
IV. Metodologi . . .. .. .. . . .. .. ... .. . .. . . .. . .. . . .. . .. .. . .. . .. ... . .. .. . . .. ... . . .. . . . .. . . .. . . .. ... . .. . . 4
4.1. Rancangan Lingkungan dan Perlakuan ... 4
4.2. Rancangan Respon dan Anafisis Data ... 6
V. HasH dan Pembahasan ... 7
5.1. Seleksi dan evaluasi bahan tanaman lada respon terhadap input rendah . .. . . .. . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . . . 7
5.2. Penggunaan teknik Soil dan Stone ridge untuk menekan serangan penyakit BPS .. .. .. .. . .. . . . .. . . .. .. .. . . .. .. .. . . .. . . .. . . .. .. .. . .. . . .. .. . .. .. . 8
5.3. Manajemen kalium untuk mendukung peningkatan produktivitas I ada perdu . .. . .. .. . . .. .. .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. .. . . .. . .. .. .. .. . .. .. . 9
/ VI. Kesimpulan dan Saran . . . .... . . .. . . ... ... .. . . .. . . .. . . 9
6. 1. Kesimpulan . . . .. . .. .... . . .. .. . .. . . . .. . . .. .. . .... ... ... ... .. . 1 0 6.2. Saran . . . ... .. . . .. .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . 10
Daftar Pustaka . . .. . .. .. . .. .. . . .. .. .. .. .. . . .. . . .. . .. .. .. . . .. . .. . .. . . . .. .. . .. .. .. .. .. .. . . . .. .. .. . .. . 11
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Rataan tinggi tanaman, jumtah cabang, jumlah daun, jumlah ruas, dan diameter kanopy 4 vatietas lad a pad a berbagai perlakuan takaran pupukNPK... 7 2. Rataan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah ruas, dan
diameter kanopy 4 varietas I ada .. .. .. . .. .. .. . .. . .. .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . . .. .. .. . 8 3. Komponen lingkungan hubungannya dengan serangan penyakit ... 9 4. Rataan tinggi tanaman, panjang cabang primer dan sekunder dan
diameter tajuk lada perdu varietas Natar-1 berbagai jenis bahan organik 9 5. Rataan Rataan tinggi tanaman, panjang cabang primer dan
sekunder, dan diameter tajuk lada perdu varietas Natar-1
berbagai jenis pupuk hayati ... ,... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Nom or
1. Sifat kimia Podsolik Merah Kuning, Lampung Utara yang digunakan dafam percobaan Manajemen kalium untuk
Halaman
mendukung peningkatan produktivitas lada perdu. . . 13 2. Kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg tiga jenis bahan organik
yang digunakan dalam percobaan Manajemen kalium
I. PENDAHULUAN
Lada (Piper nigrum) umumnya dibudidayakan dan dikembangkan secara vegetatif dari tanaman yang berasal dari sulur panjat (lada panjat), sehingga penanamannya harus menggunakan tiang penegak atau tiang panjat baik dengan penegak hidup (gleresideae atau dadap) maupun penegak mati {tiang beton, kayu dll.) Penggunaan tiang penegak hidup membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk siap digunakan sebagai tiang penegak. Penanaman tiang penegak hidup untuk dapat digunakan sebagai tiang penegak membutuhkan waktu sekitar 12-18 bulan sebelum dilakukan penanaman lada. Penggunaan tiang panjat hidup ditujukan pula sebagai tanaman naungan, karena tanaman lada membutuhkan naungan untuk pertumbuhan dan produksinya. Penggunaan tiang panjat mati relatif lebih mudah tetapi membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibanding tiang panjat hidup. Disamping itu, harus pula didukung oleh tanaman lain yang berfungi sebagai naungan, sehingga membutuhl<an biaya tambahan.
Budidaya lada dapat pula dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman yang berasal dari sulur buah. Sumber bahan tanaman yang berasal dari sulur buah (cabang primer atau sekunder) memiliki percabangan "sympodial", sehingga akan tumbuh mendatar berbentuk perdu sehingga disebut sebagai "lada Perdu", Budidaya lada perdu tidak memerlukan tiang penegak, namun tetap memerlukan tanaman lainnya yang berfungsi sebagai naungan sehingga biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk membudidayakan lada perdu relatif lebih rendah dibanding budidaya lada panjat.
Habitus lada perdu dengan rentangan tajuk yang relatif sempit dan rendah dapat dibudidayakan dengan populasi yang lebih tinggi dibanding lada panjat dan dapat ditanam
,.
sebagai tanaman sela diantara tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, cengkeh, pala dll. Penanaman lada perdu sebagai tanaman sela memerlukan biaya yang lebih murah karena tidak perlu lagi menanam tanaman lain sebagai naungan. Disamping itu pemeliharaan dan panennya lebih mudah karena tajuk tanaman yang relatif pendek.
Keuntungan lain adalah populasi persatuan luas lebih banyak dan berproduksi lebih awal (mulai berbuah pada umur 3-4 bulan setelah tanam) sedang lada panjat baru berbuah pada umur 3 tahun (Syakir dan Zaubin, 1994). Berkaitan dengan hal tersebut, lada perdu dapat menjadi altematif peningkatan produksi dan produktivitas Jada yang saat ini masih rendah.
Permasalahan dalam budidaya lada perdu adalah produksinya yang relatif rendah dibanding lada panjat. Rendahnya produksi lada perdu karena bidang panen yang jauh lebih rendah dibanding lada panjat, sehingga untuk mengatasinya dilakukan penanaman dengan jarak yang lebih rapat agar populasi per satuan Juas Jebih tinggi. Kondisi seperti ini merangsang timbulnya hama dan penyakit tanaman yang lebih intens karena perubahan
ikJjm mikro yang kondusif untuk perkembangbiakan sejumlah hama dan penyakit mematikan 1
seperti penyakit busuk pangkal batang (BPS) yang disebabkan oleh Phythopthora capsici dan serangan nematoda yang permasalahannya sampai saat ini belum dapat diatasi. Untuk mengatasi kendala-kendala seperti tersebut di atas, maka dilakukan serangkaian penelitian sehingga diharapkan dapat melengkapi teknologi yang sudah dihasilkan agar pengembangan lada perdu dapat menjadi altematif peningkatan produktivitas lada secara nasional.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lada perdu mempunyai keunggulan yaitu dapat diperbanyak secara vegetatif dari sulur buah (cabang primer, sekunder), tidak membutuhkan tiang panjat, berproduksi lebih
cepat dan dapat ditanam sebagai tanaman seta. Meskipun demikian perakaran lada perdu masih kurang yang menyebabkan tanaman mudah tercabut dan kurang respons terhadap pemupukan. lni terlihat dari lada perdu yang ditanam dalam pot, dipupuk tahun pertama dengan dosis 100 g NPKMg 12-12-17 -2/tanaman/tahun dan tahun kedua sebanyak 200 g NPKMg 12-12-17-2/tanamanJtahun, produksi lada kering yang dapat dicapai pada umur 2 tahun baru sebanyak 85,5 g/tanaman dan pada umur 3 tahun sebanyak 171,2 g/tanaman.
Tujuh varietas lada panjat yang telah dilepas yaitu Petaling-1 (P-1 ), Petaling-2 (P-2), Natar-1 (N-1), Natar-2 (N-2), Lampung Daun Kecil (LDK), Chunuk, dan Bengkayang dapat dibudidayakan secara perdu. Ketujuh varietas tersebut memiliki variasi umur panen (periode bunga sampai panen) berbeda dan tidak ada satupun yang tahan terhadap penyakit BPS. Namun. beberapa varietas menunjukan sifat··yang toleran seperti LDK.dan Chunuk. Varietas P-2 dan N-1 tergolong medium-toleran, sedangkan P-1, N-2, dan Bengkayang rentan (Sitepu dan Prayitno, 1979; Kasim dan Prayitno, 1980; Nuryani dan Manohara, 1990). Untuk memperoleh lada perdu yang memiliki potensi produksi yang tinggi, memiliki sistem perakaran yang dalam dan banyak serta tahan terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan maupun kelembaban yang berlebihan, dilakukan pengujian terhadap varietas-varietas yang telah ada.
Pertumbuhan lada perdu yang rimbun, cabangnya cenderung sampai ke permukaan tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban udara yang cukup tinggi dan lingkungan yang kurang kondusif sehingga peka terhadap serangan penyakit terutama jamur Phythopthora capsici penyebab penyakit Busuk Pangkal Satang (BPB). Manipulasi lingkungan melalui penggunaan teknik soil and stone ridge diharapkan dapat mengurangi tingkat kelembaban udara akibat rimbunnya percabangan sehingga dapat mengurangi serangan penyakit seperti busuk pangkal batang.
Modifikasi lingkungan pada budidaya lada panjat dilakukan dengan pengaturan pemangkasan tajar untuk mengupayakan sinar masuk (intensitas cahaya) mencapai 50-75%
dan pemangkasan cabang-cabang yang menutupi tanah pada pangkal batang yang menghalangi sinar matahari dan sirkulasi udara. Tujuannya adalah untuk mengurangi kelembaban pada pangkal batang yang dapat memicu be~angkitnya penyakit busuk pangkal batang. Sitepu, Kasim, dan Manohara (1986) menyatakan bahwa berkurangnya kelembaban di sekitar tanaman akan menghambat pertumbuhan jamur penyebab busuk pangkal batang lada. Evaluasi yang telah dilakukan belum ditemukan varietas lada yang tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang (Nuryani eta/., 1996).
Lada perdu cenderung membentuk percabangan yang terpusat di permukaan tanah. Hal ini akan menyebabkan kelembaban udara yang cukup tinggi di dalam tajuk sehingga berakibat buruk terhadap tanaman (tumbuhnya jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang). Untuk mencegah jangan sampai tajuk tanaman lada perdu sampai ke permukaan tanah dapat dibuat penyangga berupa para-para yang terbuat dari bilahan bambu atau kayu, namun kurang dapat bertahan lama karena kurang tahan terhsdap perubahan lingkungan sehingga harus sering dilakukan penggantian para-para (Wahid dan Nuryani, 1994). Hal ini sangat menggangu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga akan berdampak terhadap penurunan produksi. Oleh karena itu dipertukan pengujian cara-cara lainnya yang dapat menjamin tingkat kelembaban di dalam tajuk tanaman yang tidak membahayakan dan mampu bertahan lebih lama. Salahsatu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan teknik guludan batu (stone ridge) sebagai antisipasi berkembangnya penyakit busuk pangkal batang !ada.
Ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan memberikan nutrisi yang cukup sesuai dengan tingkat kebutuhannya sehingga tanaman dapat tumbuh d~n berkembang secara optimal. Unsur-unsur makro seperti N, P, K, Ca, dan Mg sangat dipertukan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman yang kuat dan sehat. Fungsi Kalium dalam hubungannya terhadap resistensi tanaman terhadap penyakit BPB pada lada karena unsur berfungsi antara lain untuk memperkuat jaringan tanaman. Karena itu perlu dicari manajemen pemupukan K pada lada yang diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan K bagi tanaman dan mencegah pencucian K sehingga pupuk K yang diberikan efektif dan efisien diserap oleh tanaman. Diharapkan dengan kecukupan hara K pada tanaman lada akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap Busuk Pangkal Satang (BPS). Salah satu upaya manajemen K adalah dengan memanfaatkan mikrobia pelarut K dan penggunaan bahan organik sebagai sumber K. Mikroba tanah yang berperan dalam penyediaan unsur hara diantaranya adalah mikroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium (K). Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K Mikroba yang mampu melarutkan P, antara Jain: AspergiUus sp,
Ill. TUJUAN DAN MANFAAT 3.1. Tujuan
Tujuan jangka Panjang
Mendapatkan teknologi pada lada berbuah cepat dengan produktivitas > 1 kg/pohon/tahun dan input rendah.
Tujuan Tahun 2010
1. Mendapatkan respon varietas lada berproduksi tinggi dengan input rendah. 2. Mendapatkan teknik penyanggaan pada budidaya lada perdu.
3. Mendapatkan paket teknologi pemupukan K untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara K lada perdu varietas Natar-1.
3.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah petani memiliki altematif untuk membudidayakan lada dengan menggunakan lada perdu dengan produktivitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan kembali produktivitas lada nasional dapat dicapai. Penelitian ini juga dapat mengatasi permasalahan dan hambatan yang dialami dalam budidaya lada perdu. Hal ini dapat meningkatkan kembali produksi lada nasional yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, komoditas lada sebagai salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia dapat diangkat kembali.
>
IV.
METODOLOGIPenelitian ini merupakan percobaan laboratorium, rumah kaca, dan lapangan (on farm research). Percobaan laboratorium dan rumah kaca dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka tanaman lndustri di Sukabumi, Jawa Barat. Percobaan
lapangan dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman lndustri. Cahaya Negeri di lampung utara, jenis tanah Podsolik Merah Kuning, ketinggian tempat 150 m di atas permukaan laut, denga11 tipe iklim C2 (Oideman). Penelitian
ini dilaksanakan mulai Februari sampai Nopember 2010.
4.1. Rancangan Lingkungan dan Perlakuan
1. Seleksi dan evaluasi bahan tanaman lada respon terhadap input rendah.
Penelitian menggunakan metode percobaan lapang melalui Rancangan Petak Terbagi (Spli-plot Design) dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah 4 varietas lada perdu yaitu: (1). PetaJing-1, (2). Natar-1, (3). LOK, dan (4). Bengkayang. Sebagai anak
petak adalah 4 tarat perlakuan pemberian input (pupuk} terdiri atas: (1}. 25% rekomendasi, (2} 50% rekomendasi, (3). 75% rekomendasi, dan (4) 100% sesuai rekomendasi. Setiap unit percobaan menggunakan 20 tanaman contoh. Bahan yang diperlukan meliputi benih 4 varietas lada perdu, pupuk organik dan anorganik, pestisida, dan bahan pembantu lainya.
2. Penggunaan teknik Soil dan Stone ridge untuk menekan serangan penyakit BPB Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK} faktorial dengan ulangan 3 (tiga} kali, jumlah tanam per plot 25 tanaman, sehingga menjadi 1.125 pohon. Faktor pertama adalah 5 taraf tipe penyangga yaitu: (1). Batu kali, (2}. Batu bata merah, (3). Batu bata semen, (4). Batu bata tanah, (5). Para-para bambu. Faktor kedua adalah tinggi penyangga terdiri ata 3 tarat yaitu: (1}. 10 em dari permukaan tanah, (2). 20 em dari permukaan tanah, (3). 40 em dari permukaan tanah.
Batu kali disusun melingkar tanaman, sedangkan untuk bata merah, bata semen dan bata tanah disusun bujur sangkar melingkarlkeliling t~nam~n dengan jarak awal 10 em dari tanaman secara bertahap sesuai panjang percabangan tanaman, tinggi disesuaikan dengan perfakuan, sedangkan para-para bambu sebagai kontrol dipasang bujur sangkar 10 em dari tanaman secara bertahap sesuai panjang percabangan tanaman, tinggi 20 em dari permukaan tanah.
Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah ajir, pupuk kandang, naungan, bibit fada perdu, pupuk kandang, batu kali, batu bata merah, batu bata semen, batu bata tanah, bambu, bibit Arachis pintoi, pupuk NPK, pupuk Kiserit, pestisida, alat tulis dan alat pembantu penelitian seperti termometer, psikrometer, solari meter, ember, gayung, gunting setek dan cangkul selama penelitian berjalan. _.
3. Manajemen kalium untuk mendukung peningkatan produktivitas lada perdu.
Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama terdiri atas 4 tarat macam bahan organik sumber Kalium yaitu: (1) kompos lim bah glirisidia, {2) arang sekam, (3) pupuk kandang kambing, dan (4) kontrol. Faktor kedua adalah 4 tarat macam pupuk hayati yaitu: (1) mikroba betari, (2) humic Acid, (3) dekomposer limbah pertanian EM-4 dengan takaran 10 cclliter, dan (4) kontrol (tanpa pupuk hayati). Aplikasi dilakukan pada media tanah dalam pot di Rumah Kaca dengan indikator tanaman Lada perdu varietas Natar-1. Media tanah yang digunakan Podzolik Merah Kuning. Setiap perfakuan menggunakan 5 tanaman contoh. Bahan yang diperlukan meliputi benih lada perdu varietas Natar-1, pupuk kompos, arang sekam, pupuk kandang ayam, pupuk biofertilizer dan bahan pembantu lapangan lainnya.
4.2. Rancangan Respon dan Analisis Data
1. Seleksi dan evaluasi bahan tanaman lada respon terhadap input rendah.
Parameter yang diamati meliputi analisis sifat fisik dan kimia tanah dan tanaman, pertumbuhan vegetatif yang meliputi panjang cabang primer, panjang cabang sekunder, tinggi rumpun, diameter tajuk, jumlah daun, lingkar batang primer, luas daun; dan perkembangan generatif meliputi jumlah cabang produksi, jumlah ruas per cabang produksi, jumlah malai, jumlah buah per malai. Pengamatan dilakukan setiap bulan terhadap parameter pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, input dan output usahatani. Analisis data menggunakan sidik ragam dan uji beda rata-rata dan perhitungan analisis efisiensi ekonomi dan efisiensi teknis.
2. Penggunaan teknik Soil dan Stone ridge untuk menekan serangan penyakit BPB Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan tumbuh (suhu tanah, suhu udara, kelembaban udara, intensims cah~ya matahari). Analisa lingl<.ungan tumbuh ditekankan pada pengaruhnya terhadap tingkat serangan (perkembangan) penyakit busuk pangkal
batang (BPB) lada perdu. Tingkat serangan (perkembangan penyakit) ; 0%
=
sehat, 20%=
serangan ringan, 40% serangan sedang, 60%
=
serangan berat, 80%=
serangan berat sekali dan 100%=
tanaman sudah mati.Pertumbuhan tanaman (index pertumbuhan) yaitu tinggi tanaman (bagian tertinggi dari tanamanlsalah satu cabang utama), jumlah cabang sekunder pada cabang utama, panjang cabang sampel, jumlah ruas cabang sampel, jumlah daun cabang sampel, vigourity
(tingkat kesuburan tanaman); 100%
=
subur sekali, 80%=
subur, 60%=
kurang subur, 40%=
kerdil, 20%=
sulaman dan 0%=
tanaman mati.Produksi secara kualitas dan kuantitas ; Jumlah bungalbuah cabang sampel, jumlah bulir per tandan (3 tandan dari cabang sampel), berat basah dan kering buah per pohon sam pel, berat basah dan kering buah per plot, berat 1.000 bulir basah dan kering produksi.
Analisa data menggunakan analisa sidik ragam (analysis of variance) yang dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan metode Duncan's Multiple Range Test (DMRT) dan Analisis Korelasi.
3. Manajemen kalium untuk mendukung peningkatan produktivitas lada perdu.
Pengamatan meliputi pertumbuhan vegetatif yang meliputi panjang cabang primer, panjang cabang sekunder, tinggi rumpun, diameter tajuk, jumlah daun, lingkar batang primer, tuas daun; dan perkembangan generatif meliputi jumlah cabang produksi, jumlah
ruas per cabang produksi, jumlah malai, jumlah buah per malai dan analisa hara K dalam
sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dan analisis korelasi. Sebagai data dukung dilakukan analisa tanah sebelum perlakuan dan akhir perlakuan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Seleksl dan evaluasi bahan tanaman lada respon terhadap input rendah.
Hasil pengamatan data vegetative yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah ruas dan diameter canopy tanaman lada perdu sesua! dengan varietas dan takaran NPK yang diuji di KP. Cahaya Negeri, Lampung disajikan pada Tabel 1, dan 2.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah ruas, dan diameter kanopy 4 varietas lada pada berbagai perlakuan takaran pupuk NPK
Takaran NPK Tinggi Jumlah Jumlah Jumlah ruas Diameter
{%rekomendasi) Tanaman Cabang Daun Canopy
em
Petaling-1 25 44.620 4.n1 7.760 8.469 67.206 50 37.224 4.333 7.469 7.990 56.247 75 38.536 4.458 7.531 8.448 58.935 100 41.203 4.521 7.906 8.094 61.529 Natar-1 25 45.599 4.208 6.615 7.656 59.039 50 38.203 3.n1 6.323 1.1n 48.081 75 / 39.516 3.896 6.385 7.635 50.768 100 42.182 3.958 6.760 7.281 53.362 LDK 25 34.661 3.458 6.385 6.990 46.581 50 27.266 3.021 6.094 6.510 35.622 75 28.578 3.146 6.156 6.969 38.310 100 31.245 3.208 6.531 6.615 40.904Bengkayang
25 41.036 4.729 6.490 7.635 59.174 50 33.641 4.292 6.198 7.156 48.216 75 34.953 4.417 6.260 7.615 50.904 100 37.620 4.479 6.635 7.260 53.497Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan takaran NPK yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap keempat varietas lada yang diuji setelah perlakuan pada tarat 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa variasi takaran NPK yang diberikan memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lada yang diuji. Untuk melihat pengaruh berbagai perlakuan terhadap pertumbuhan generative, maka pengamatan terhadap pertumbuhan generatif tanaman masih sangat diperlukan.
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah ruas, dan diameter kanopy 4 varietas Jada
Varietas Tinggi Jumlah Jumlah Jumlah Diameter
Tanaman Cabang Daun ruas Canopy
Petaling 1 40.396 b 4.521 b 7.667 b 8.250 6 60.979 b Natar 1 41.375 b 3.958 a 6.521 a 7.438 a 52.813 b LDK 30.438 a 3.208 a 6.292 a 6.n1 a 40.354 a Bengkayang 36.813 b 4.479 D 6.396 a 7.417 a 52.948 b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Pada tabel 2 dapat dilihat rataan pertumbuhan 4 varietas tanaman lada. Jika tidak memperhatikan inteaksi dengan takaran pupuk, dapat dilihat bahwa Petaling 1 memiliki pertumbuhan yang relative lebih baik dibandingkan dengan 3 varietas lainnya.
5.2. Penggunaan teknik Soil dan Stone ridge untuk menekan serangan penyakit BPB Hasil peneliticm menunjukan bahwa perlakuan tipe penyangga tidak berpengaruh nyata terhadap vigoritas tanaman lada perdu varietas Natar-1. Begitu pula terhadap
>
intensitas serangan penyakit BPB (Tabel 1). Namun demikian susunan batu kali, batu merah, dan batako hingga 4-5 susun mampu menekan serangan penyakit BPB terhadap varietas lada Natar-1. Hal ini diduga karena iklim mikro, terlihat disini semakin tinggi penyangga (batu kali, bata merah, batako) intensitas sinar yang masuk semakin tinggi, suhu semakin tinggi, kelembaban semakin rendah di bawah kanopi tanaman lada, serangan penyakit BPS semakinrendah.
Tabel 3. Komponen liklim mikro hubungannya dengan pertumbuhan dan serangan penyakit suhu lntensitas Vigourity Serangan Perlakuan Suhumax Suhumin tanah sinar penyakit Para-para bambu 33.67 28.33 28.47 23.40 75.56 2.22 Batu kali 3 susun 33.33 29.00 26.13 11.27 82.22 6.67 Batu kali 4 susun 32.67 28.00 30.03 19.10 75.56 2.22 Batu kali
5
susun 33.00 29.00 28.27 20.93 68.89 0.00Bata merah 3 susun 33.00 27.00 29.43 20.67 77.78 6.67 Bata merah 4 susun 33.00 28.67 29.67 23.97 73.33 0.00
Bata merah
5
susun 32.33 28.33 27.87 19.67 66.67 4.44Batako 3 susun 31.67 28.00 27.97 16.13 80.00 2.22 Batako 4 susun 32.33 29.33 28.53 20.47 73.34 0.00
Batako
5
susun 32.33 29.00 28.60 20.43 64.44 2.22Secara statistic tidak ada perbedaan yang nyata antar pertakuan, tetapi
ada
ecendrungan semakin rendah penyangga, semakin meningkat serangan penyakit
5.3. Manajemen kalium untuk mendukung peningkatin pr@dtaktivitas lada perdu. Hasil penelitian menunjukan bahwa per1akuan jenis bahan organik berpengaruh nyata
erhadap tinggi tanaman, panjang cabang sekunder, panjang cabang primer, dan diameter
taiuk lada perdu varietas Natar-1 pada umur 8 bulan setelah tanam (Tabel3). Jenis mikroba berpengaruh nyata terhadap parameter vegetatif yang diamati (Tabel 4), begitu pula ada pengaruh interaksi yang nyata antara jenis bahan organik dengan jenis mikroba
terhadap parameter vegetatif yang diamati.
Tabet 4. Rataan tinggi tanaman, panjang cabang primer dan sekunder, dan diameter tajuk
lada perdu varietas Natar-1 berbagai jenis bahan organik
Jenis Bahan Tinggi Jumlah Cabang Jumlah Cabang Diameter
Organik Tanarnan Primer Sekunder Tajuk
1 51.857 a 34.808 a 18.985 a 40.300 2 56.242
•
36.458 b 21.042•
43.100 3 44.560 D 27.998•
17.012 a 32.362 4 44.357 D 30.075•
16.860•
33.267 Keteranaan:1. Umbah gleresida; 2. Arang sekam, 3. Pupuk kandang kambing, 4. Kontrol (tanpa
bahan organik; Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
Arang sekam memiliki peranan dominan dalam pertumbuhan tanaman lada perdu
dibanding bahan organik asal pupuk kandang kambing. Menurut hasil analisis fisik dan kimia
tanah setelah pertak:uan memperlihatkan bahwa media tanah dengan arang sekam memiliki
b c a a
kadar hara dan pH yang lebih rendah dibanding dengan media yang dicampur bahan organik dari limbah gleresida dan pupuk kandang kambing.
Pertumbuhan lada perdu yang lebih tinggi pada media dengan campuran arang sekam dan limbah gliresida. Demikian juga dengan parameter jumlah cabang primer dan diameter tajuk, penggunaan arang sekam menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik disbanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan oleh proses perombakan bahan organik yang dilakukan oleh mikrobia pada media dengan kedua bahan organik lain yang diben"kan masih berjalan sehingga energi yang yang tersedia terkuras untuk merombak bahan organik. Peranan unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik maupun arang sekam
nampaknya belum memegang peranan yang signifikan terhadap pertumbuhan lada perdu varietas Natar-1.
Tabel 5. Rataan tinggi tanaman, panjang cabang primer dan sskunder, dan diameter tajuk lada perdu varietas Natar-1 berbagai jenis pupuk hayati
Jenis Pupuk Hayati Tinggi Jumlah Jumlah Cabang Diameter
Tanaman Cabang Primer Sekunder Tajuk
1 48.307 31.783 18.542 36.167
2 50.393 33.170 18.567 37.717
3 49.190 32.742 18.087 36.662
4 49.125 31.645 18.703 38.483
eteranoan:
(1) mikroba betari, (2) humic Acid, (3) dekomposer limbah pertanian EM-4 dengan takaran 10 cc/liter, dan (4) kontrol (tanpa pupuk hayati)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
'
6.1.
Kesimpulan. Empat tarat takaran pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan 4 ,areitas lada perdu. Namun, Petaling -1 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan 3 varietas lainnya.
2. T eknik penyanggaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap indeks pertumbuhan dan produksi lada perdu Natar-1.
3. Arang sekam memiHki peranan dominan dalam pertumbuhan tanaman Jada perdu natar-1.
Namun, interaksinya dengan penggunaan pupuk hayati belum menunjukkan perbedaan
yang nyata untuk pertumbuhan vegetative.
6.2. Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan sehingga diperoleh informasi pertumbuhan generatif
DAFTAR
PUSTAKA
Hallmann J. 2001. Plant interaction with endophytic bacteria. Di dalam: Jeger MJ. and Spence NJ, editor. Biotic Interaction In Plant-Pathogen Associations. CAB
International.
Kasim, R. dan Prayitno, 1980. Reaksi Enam varietas Lada Asal Biji terhadap cendawan Phytopthora capsici. Pembr. LPTI. 36: 29-33.
Kloepper JW, Rodriguez-Kabana R, Mcinroy JA, Young RW. 1992. Rhizosphere bacteria antagonistis to soybean cyst (Heterodera g/ycines) and root knot (Meloidogyne incognita) nematodes: Identification by fatty acid analysis and foliar diseases. Australasian Plant Pathol. 28(1):21-26.
Nuryani, Y. D. Manohara, D. Rukmana, 1996. Laboran Tahunan. Seleksi beberapa varietas lada terhadap patogen busuk pangkaf batang 6 hal.
Rosmeilisa, P., E. Surmaini, dan M. Syakir, 2007. Rentabilitas Budidaya lada Perdu Dan Lada Tiang Panjat mati. Jumal Penelitian Tanaman lndustri Vol. 5 (1) 1999: 18-24. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Syakir, M. dan R. Zaubin. 1994. Pengadaan Bahan Tanaman Lada Perdu. Makalah pada Simposium II Penelitian dan pengembangan Tanaman lndustri, 21-22 Nopember 1994, Bogor. (In Press). 11h.
Sitepu, D. dan Prayitno S., 1979. Uji Karakterisasi Varietas Lada terhadap P. Palmivora in vitro. Pemberitaan Tanaman lndustri. 6(35): 15-21.
Sitepu, D., R. Kasim dan D. Manohara, 1986. Penanggulangan Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada. Edisi Khusus Littro Vol. II No. 1 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Wahid, P. dan U. Suparman, 1986. Teknik Budidaya untuk Meningkatkan Produktivitas
Tanaman Lada. Edisi Khusus Littro Vol. II No. 1 Balai Penelitian Tanaman Rernpah dan Obat. '
'ahid, P. dan Y. Nuryani, 1994. Tanggap Beberapa Varietas dalam Bentuk Lada Perdu
terhadap Berbagai Teknik Pemeliharaan. Laporan Tahunan 1993/1994 Balittro. Hal 60-61.
Tabel Lampiran
1.
Sifat kimia Poclsolik Merah Kuning, Lampung Utara yang
digunakan
dalam
percobaan
Manajemen
kalium
untuk
mendukung peningkatan procluktivitas Jada perdu.
Parameter
Kadar
N-total,
0/o
0,39
P205,
ppm
32,46
K,
me/100 g
1,44
ca,
me/100 g
19,12
Mg.,
me/100 g
4,24
T
abel Lampiran 2. Kadar hara N, P, K,
ca,
dan Mg tiga jenis bahan organik yang
digunakan
dalam
percobaan
Manajemen
kalium
untuk
---
dukuno oeninokatan orocluktivitas lada oercl
-II
No.
I
Bahan Organik
Kadar unsur
(Ofo)
N
p
K
ca
Mg
:
1.
;
Kompos Gleresidia
2,95
0,25
4,28
0
,50
0,02
2
.
ilArang Sekam
0,55
0,07
0,88
0,03
0,06
3.
Pu
puk Kandang Kambing
1,48
0,
2
0
1,64
0,38
0,13
I
