• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi promosi Batik Brotoseno Kliwonan Sragen melalui media komunikasi visual ARIYANI C0706012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi promosi Batik Brotoseno Kliwonan Sragen melalui media komunikasi visual ARIYANI C0706012"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KARYA TUGAS AKHIR

STRATEGI PROMOSI

BATIK BROTOSENO KLIWONAN SRAGEN

MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan

dalam Mencapai Gelar Sarjana Seni Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh :

ARIYANI

NIM. C0706012

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan pada : Kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya memanjatkan

(5)

commit to user

HALAMAN MOTTO

Berpijak dari yang lalu, kemudian terhenti dan diam sesaat saja (hanya sesaat untuk berfikir) jangan terlalu lama! Dan terus melangkah dari apa yang kamu fikir untuk nanti

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan melimpahkan himahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Konsep Pengantar Karya

Tugas Akhir ini, dengan judul STRATEGI PROMOSI BATIK BROTOSENO

KLIWONAN SRAGEN MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL, sebagaimana

yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar kesarjanaan Seni Rupa Jurusan Desain Komunikas Visual Fakultas Sastra Seni Rupa.

Laporan ini dibuat berdasarkan atas penelitian dan wawancara langsung denganpihak-pihak yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan batik Brotoseno.

Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sangat mendalam kepada semua piha yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materiil maupun secara spiritual. Oleh karea sudah selayaknya bila dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan

seluruh jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

2. Drs. Mohamad Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual

Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

3. Andreas Slamet Widodo, S.Sn, selaku Ketua Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan

Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

4. Esty Wulandari, S.Sos, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Desain Komunikasi Visual

Fakultas dan Sastra Seni Rupa;

5. Arief Iman Santoso, S.sn, selaku Koordinator Tugas Akhir, Pembimbing Akademik

serta Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;

6. Ercilia Rini Octavia S.Sn selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingannya;

7. Bambang Purwadi, S.IP selaku staf bidang akademik Jurusan Desain Komunikasi

(7)

commit to user

8. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS yang telah bersedia

memberikan bekal ilmu dan bimbingan kuliah;

9. Seluruh Staff Administrasi Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS atas segala

bantuan administrasinya.

10.H. Eko Suprihono, SE pemilik perusahaan Batik Brotoseno yang telah memberikan

izin untuk melakukan observasi di Batik Brotoseno;

11.Supriyanti selaku sekretaris Batik Brotoseno yang telah memberikan izin dan

informasi untuk melakukan observasi di Batik Brotoseno;

12.Semua pihak yang telah membantu terselesainya Tugas Akhir ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Semoga Pengantar Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

(8)

commit to user

D. Target Visual/ Target Karya………..…………..5

E. Target Market dan Target Audience………..…...7

F. Pengumpulan Data………..……….9

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian dan Riwayat Singkat Batik………..….…11

1. Pengertian Batik………..……….11

2. Sejarah Keberadaaan Batik………..…………13

B. Perancangan Promosi………..………...……18

1. Strategi………..………..………….18

(9)

commit to user

C. Media……….27

BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan………...………..………29

1. Perusahaan Batik Brotoseno……….……..………….29

2. Keberadaan Batik Brotoseno……….……..…………30 3. Lokasi Perusahaan……….………..………32

5. Makna dan Filosofi Logo Batik Brotoseno……….……….44

C. Data Pemasaran………..………45

I. Unique Selling Preposition(USP)……….……54

J. Tabel Analisis Swot………..……….58

(10)

commit to user

B. Konsep Kreatif ………...……….60

1. Strategi visual verbal………...……….61

2. Strategi visual non verbal………...…..62

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 3.1 Shoorom Batik Brotoseno……….29

GAMBAR 3.2 Workshop Batik Brotoseno……….…..……33

GAMBAR 3.3 Workshop Batik Brotoseno………...………..…..33

GAMBAR 3.4Lokasi Pabrik Batik Brotoseno………..……..…….34

GAMBAR 3.5 Proses Pencantingan pada kain primisma……….39

GAMBAR 3.6Proses Pewarnaan Batik……….……..…….40

GAMBAR 37 Proses pembuatan batik sablon di Pabrik Batik Brotoseno…….40

GAMBAR 3.8 Kegiatan nglorod batik di perusahaan Batik Brotoseno…...…..41

GAMBAR 3.9Proses pengeringan hasil produksi……….…..….41

GAMBAR 3.10Karya Batik Brotoseno………..….…..….42

GAMBAR 3.11Logo Batik Brotoseno………..………..…….47

GAMBAR 3.12Logo Batik Brotoseno………..………..…….47

GAMBAR 3.13 Label baju Batik Brotoseno………...………..….………..47

GAMBAR 3.14Label harga Batik Brotoseno……….…….………47

GAMBAR 3.15Kartu Nama………..………….…….….47

GAMBAR 3.16Nota……….……..………. 48

GAMBAR 3.17Pin………..……….48

GAMBAR 3.18Tas………..……….48

(12)

commit to user

GAMBAR 3. 20Nameboard………...……..49

GAMBAR 3.21Directioboard……./………50

GAMBAR 3.22Batik karya usaha Batik Sadewa………..…..……….53

GAMBAR 3.23 Batik karya usaha Batik Sadewa……….…..………..53

GAMBAR 3.24 Batik karya usaha Batik Punokawan……….……….55

(13)

commit to user

DAFTAR BAGAN

1. Proses persepsi dalam periklanan……….…….………25

(14)

commit to user

ABSTRAK

Ariyani. 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Strategi Promosi

Batik Brotoseno Kliwonan Sragen Melalui Media Komunikasi Visual. Adapun permaslahan yang dikaji adalah bagaimana merancang media promosi pada Batik Brotoseno agar dapat memberikan identitas perusahaan yang kuat dan media komunikasi apa saja yang diplih sehingga dapat tepar sasaran dan juga menarik masyarakat untuk

berkunjung ke showroom dan workshop Batik Brotoseno. Walaupun Batik Brotoseno

merupakan batik yang terkenal di Sragen, namun sebagian masyarakat banyak yang belum mengetahui keberadaannya, hal tersebut dikarenakan informasi dan promosi yang kurang efektif serta kurang tepat sasaran. Alasan inilah yang membuat pentingnya Strategi Promosi dan Media Promosi pada Batik Brotoseno. Sehingga Batik Brotoseno memiliki karakter yang kuat seperti logo dan juga memberikan strategi yang tepat dan

terarah, sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi Workshop dan Showroom Batik

Brotoseno. Strategi promosi yang dilakukan dalam kegiatan promosi Batik Brotoseno adalah dengan merancang desain yang menarik dan pesan yang komunikatif, memilih

media komunikasi yang tept baik melalui media lini atas (above the line), media lini

bawah (below the line), serta mengatur strategi penempatan media yang tepat guna

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batik merupakan warisan luhur nenek moyang yang memilki nilai seni

tinggi, sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dewasa ini, batik telah

menjadi identitas bagi negara Indonesia, yaitu dengan dijadikannya batik sebagai

pakaian nasional. Selain juga batik telah dijadikan sebagai benda warisan pusaka

dunia (world heritage), yang diakui fakta bendawinya (tangible) maupun makna

filosofisnya (intangible) oleh UNESCO pada tanggal 1 Oktober 2009. Terlebih

dengan maraknya kreasi batik yang menjadikan batik semakin populer di

kalangan masyarakat. Sehingga dalam realitas kehidupan, makin berkembangnya

motif dan corak batik serta bentuk busana batik baik pria maupun wanita, dewasa

dan anak-anak. Keberadaan batik dalam kehidupan masyarakat pun tidak hanya

sebagai busana, namun juga sebagai hiasan interior, tas, sepatu dan pernak-pernik

yang lain.

Bagi kalangan tertentu, batik digunakan sebagai salah satu ciri khas atau

penanda peristiwa yang telah membudaya bertahun-tahun lamanya dengan

difungsikannya batik dalam berbusana. Adanya berbagai macam bentuk dan asal

batik, membuat masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk menikmati berbagai

macam jenis batik. Tiap daerah pun memiliki karakter atau corak khusus pada

jenis batiknya, baik dari segi motif, pewarnaan, cara pembuatan, dan lain

sebagainya. Terdapat pembedaan batik dilihat dari segi wilayah, batik pesisir yang

biasanya digunakan untuk menyebut batik kawasan pantai utara Jawa, dan batik

(16)

commit to user

pedalaman untuk menyebut batik di wilayah selatan Jawa. Kiblat wilayah batik

untuk batik pesisiran adalah Pekalongan, Cirebon, Lasem, dan sebagainya.

Sedangkan dua pecahan dinasti Mataram Islam yaitu Yogyakarta dan Surakarta

(Solo), merupakan kiblat untuk batik pedalaman.

Surakarta merupakan salah satu lokasi berkembangnya batik di antara

pusat kegiatan pembatikan di Pulau Jawa. Tradisi membatik di Surakarta

menyebar ke daerah-daerah sekitar, yakni Klaten (Batik Bayat), Sukoharjo (Batik

Pajang), Solo (Batik Kauman dan Batik Laweyan), Karanganyar (Batik Matesih),

Wonogiri (Batik Wonogiren) dan Sragen (Batik Kliwonan). Setiap daerah

pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas, baik dalam ragam hias maupun

tata warna. Persamaan dan perbedaan terletak pada proses serta teknik

pembatikan, yang umumnya menggunakan canting dan malam, serta bentuk pola,

motif, pemilihan warna, dan fungsi kain batik. Hal tersebut menyesuaikan tata

kehidupan sosial dan lingkungan alam.

Demikian halnya dengan Batik Brotoseno yang merupakan salah satu

merk dagang dari Sragen (Batik Kliwonan), juga mempunyai ciri khas tersendiri.

Batik Kliwonan umumnya menerapkan kombinasi motif baku dengan motif baru.

Selain itu warna-warna Batik Kliwonan juga lebih bervariasi. Tidak hanya warna

gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti hijau, merah, pink, biru, ungu.

Batik Kliwonan juga dikenal dari batik gaya lawasannya, maksudnya membuat

batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau ratusan tahun, terkesan

kuno dan antik. Sedang jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun

dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Perajin di Sragen umumnya

(17)

commit to user

sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma.

Inilah yang menjadi keunikan dari Batik Brotoseno (Batik Kliwonan) yang hingga

sampai saat ini masih mempertahankan keasliannya.

Dapat dikatakan dengan adanya industri batik di desa Kliwonan, sentra

perdagangan yang sekarang, lebih aktif dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Perubahan dan perkembangan batik terus mengikuti zaman, baik untuk desain dan

warnanya. Batik sekarang telah berkembang menjadi suatu industri yang sangat

menguntungkan, tidak hanya menjual dari segi tradisionalitas dalam berseni,

namun juga kreatifitas dalam menuangkan desain yang semakin berkembang dan

bersaing. Banyak pemilik modal, seniman/seniwati baru mencoba

keberuntungannya dalam industri batik, tapi tidak semuanya memperoleh

keberhasilan. Apalagi dengan adanya berbagai jenis batik yang beredar di pasaran.

Banyaknya jenis batik menimbulkan persaingan yang ketat, karena pada

kenyataannya industri batik dihadapkan pada persaingan untuk menarik perhatian

masyarakat sebagai konsumen atau pasar. Biasanya pembatik kesulitan untuk

menembus pasar, terutama industri kecil. Akhirnya, mereka bergabung dengan

industri lain atau menawarkan jasa sebagai pembatik atau pengrajin pada industri

besar. Berharap mendapatkan celah kecil dari pengalamannya sebagai pembatik,

yang kemudian tahu akan putaran perdagangannya di dalam pasar industri batik.

Selain persaingan tersebut juga masih kecilnya permintaan pasar terhadap batik,

terutama Batik Brotoseno. Salah satu penyebab, kurangnya kepercayaan terhadap

produk “pinggiran” dibandingkan dengan produk-produk yang telah mapan di

kota Surakarta. Promosi merupakan hal yang sangat perlu dilakukan oleh

(18)

commit to user

Apalagi jika produk tersebut merupakan produk keluaran baru, tentunya akan

mempunyai tugas ganda dalam perencanaan promosinya, yaitu memperkenalkan

jenis batik sekaligus memasarkannya. Beruntung batik yang akan penulis

promosikan merupakan batik yang sudah populer hanya saja masih ada

kekurangan dalam hal mempromosikan. Meski begitu, dalam melakukan promosi

tetap memerlukan perencanaan dan strategi yang baik untuk mencapai target yang

diharapkan.

Pernyataan di atas adalah garis besar perencanaan promosi yang akan

diterapkan untuk melancarkan komunikasi mengenai produk dari Batik Brotoseno

di mata dan hati masyarakat. Promosi tersebut disampaikan melalui media

komunikasi visual yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan tercapainya

proses penjualan produk batik batik Brotoseno.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana menciptakan media komunikasi visual dalam upaya

mempromosikan Batik Brotoseno sehingga dapat bersaing sehat dan lebih

meningkat?

2. Bagaimana menyajikan materi promosi yang menarik, guna menarik hati

konsumen Batik Brotoseno sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah

penjualan produk Batik Brotoseno dan meningkatkan perekonomian

(19)

commit to user

3. Bagaimana membangun image pada masyarakat agar semakin bangga

terhadap budaya batik sebagai busana trend saat ini, yang akhirnya

mengarah pada Batik Brotoseno?

C. Tujuan

Adapun tujuan perancangan yang hendak dicapai dengan dilakukan

perencanaan promosi dan periklanan ini adalah :

1. Menciptakan media komunikasi visual dengan strategi promosi Batik

Brotoseno yang kreatif, terarah dan inovatif, sehingga mampu bersaing

dengan sehat.

2. Menyajikan promosi yang menarik, agar jumlah konsumen bertambah, dan

penjualan Batik Brotoseno ikut meningkat serta meningkatkan

perekonomian masyarakat.

3. Membangun image dan mempengaruhi masyarakat untuk semakin bangga

dengan adanya budaya batik sebagai busana trend saat ini, khususnya Batik

Brotoseno.

D. Target Visual/Target Karya

Banyak media komunikasi visual dalam menunjang kegiatan pelaksanaan

promosi ini, maka target visual lebih ditekankan melalui :

1. Media cetak yang dipilih adalah :

(20)

commit to user

Merupakan media pendukung biasanya berupa hadiah atau souvenir

yang dipersiapkan pihak perusahaan saat mengadakan suatu kegiatan. Penulis

memilih merchandising yang memilki jenjang waktu yang cukup lama untuk

dilihat sehingga efektif digunakan sebagai media promosi dan memilki

(21)

commit to user

a. Stiker

4. Interaktif Media

Periklanan interaktif didefinisikan sebagai semua media yang memungkinkan untuk mengendalikan atau tingkat informasi yang ingin diprolehnya dari suatu pesan iklan. Media interaktif yang digunakan adalah web.

5. Souvenir a. Pin

b. Gantungan Kunci

c. Kamper (pengharum baju)

E. Target Market dan Target Audience

Target Market (pasar sasaran) adalah sasaran pasar yang dituju. Dalam

konsep pemasaran, pasar sasaran adalah sasaran yang ditentukan, dan diplih oleh

produsen sesuai dengan konsep segmentasi pasar.

a. Target Primer

Yaitu masyarakat dewasa yang mencintai produk lokal dan mempunyai

katertarikan dengan budaya batik. Disini target primer yang dipilih adalah

dengan kriteria sebagai berikut :

1) Segmentasi Geografi : Sragen

2) Segmentasi Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

Usia : 17 tahun s/d 60 tahun

Status ekonomi : Menengah ke atas

(22)

commit to user

3) Segmentasi Psikografis : Seluruh masyarakat yang tertarik dengan

keberadaan batik, maupun yang masih awam terhadap batik agar semakin melestarikan batik khususnya batik “pinggiran” yang terletak didesa

Kliwonan dengan trademark Batik Brotoseno.

b. Target Sekunder

Yaitu pengusaha, pedagang-pedagang atau butik yang membutuhkan

produk batik. Segmentasi pembagiannya berdasarkan :

1) Segmentasi Geografi : Karisidenan Surakarta

2) Segmentasi Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

Usia : 25 tahun keatas

Status ekonomi : Menengah

pendidikan : Umum

3) Segmentasi Psikografis : Pengusaha yang membutuhkan produksi

batik untuk dapat mempromosikan produk batik kepada masyarakat luas

yang menjadi sasaran marketnya.

Sedang target Audience yaitu faktor yang mempengaruhi, diantaranya

seperti orang tua yang masih sangat tertarik dengan keberadaan batik, serta

masyarakat sekitar yang merupakan pihak yang dapat menjadi sumber dana atau

pembiaya, orang yang dapat mempengaruhi target primer. Segmentasi

pembagiannya berdasarkan :

1. Segmentasi Geografi : Karisidenan Surakarta

2. Segmentasi Demografis

(23)

commit to user

Usia : 25 tahun s/d 60 tahun

Status ekonomi : Menengah keatas

pendidikan : Umum

3. Segmentasi Psikografis : Orang-orang yang dapat mempengaruhi

atau membiayai target primer serta orang-orang yang menyukai dan selalu

mengikuti budaya batik sebagai bagian dari fashion.

F. Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis sumber data yang akan digali, maka metode

pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah :

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung berbagai realitas

yang ada di lapangan. Data observasi didapatkan melalui pengamatan terhadap

perilaku, baik perilaku pasar terhadap batik Brotoseno maupun perilaku pelaku

yang berkait dengan batik Brotoseno, peristiwa atau proses pembatikan, tempat

dan lokasi pembatikan, benda-benda terkait dengan promosi batik Brotoseno.

Selain pengamatan tersebut juga dilakukan dokumentasi data visual yaitu melalui

bahasa gambar dengan fotografi.

2. Wawancara mendalam (in depth interview)

Penulis mencari data dengan wawancara dari narasumber yang kompeten

terhadap informasi yang penulis perlukan. Baik pada pelaku yaitu pemilik,

pengrajin, dan yang berkait dengan perusahaan batik Brotoseno. Serta khalayak

(24)

commit to user

memahami tentang keberadaan batik di desa Kliwonan khususnya batik

Brotoseno.

3. Studi pustaka

Penulis juga mendapatkan informasi dari dokumen-dokumen maupun

arsip yang memuat informasi yang penulis butuhkan. Informasi dan referensi dari

sumber pustaka tersebut berupa buku, majalah, artikel, literatur, serta laporan

penelitian berkait dengan batik Brotoseno berupa media cetak maupun media

(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Riwayat Singkat Batik

1. Pengertian Batik

Secara terminologi, kata batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa “amba”

yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak

yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan di atas kain untuk

menahan masuknya bahan pewarna.

Oleh para penulis terdahulu, batik diartikan menurut “jarwododok” yaitu

ngembat titik” atau “rambataning titik”.1

Di mana dari pengertian tersebut

dimaksudkan bahwa batik merupakan rangkaian dari titik-titik. Secara etimologis batik terdiri dari dua suku kata yaitu “ba” dan “tik”. Mengenai suku

kata “ba”, hingga kini belum diketahui artinya, sedangkan suku kata “tik

sering dihubungkan dengan pengertian menetes atau menitik. Pendapat yang

menyatakan hal tersebut adalah:

Perkataan batik berasal dari suku kata “tik” yang mempunyai

pengertian menitik atau menetes. Sebaliknya, perkataan batik dalam

bahasa Jawa kromo berarti serat dan dalam bahasa Jawa ngoko berarti

tulis. Jelasnya menulis dengan lilin.2

Kamus Bahasa Indonesia menerangkan bahwa perkataan yang

mengandung suku kata tik, seperti detik, bintik, rintik, ketik, putik,

bintik-bintik, atau perkataan dalam bahasa jawa seperti jentik, entik, tritik, titik,

1

K.R.T. Kalinggo Honggodipuro, Batik sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan, Yayasan Peduli Karaton Surakarta Hadiningrat, 2002, hal. 2.

2Kertcher,1954, hal. 4, dalam Drs. Imam Madi, Drs. Achmad Sjafi‟i, Drs. Subandi, dkk. Laporan Penelitian Kelompok, “Studi Holistik Batik Tradisi Kedunggudel Kabubaten Sukoharjo”, Surakarta, 1995, hal. 10.

(26)

commit to user

mempunyai pengertian yang mengandung maksud kecil, lembut, dan halus.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta,

diterangkan arti kata batik adalah kain dan sebagainya yang bergambar

(bercorak) yang pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis dengan

lilin atau malam lalu diwarnai).3 Secara terminologis, pengertian batik dapat

dijelaskan pula dengan "Batik is a method of executing color design on fabrics

is cold dye by coating the parts not be dyed with wax”, terjemahan bebasnya

kurang lebih, batik adalah suatu cara penggambaran desain warna di atas mori

melalui pencelupan dingin pada bagian-bagian tertentu mori yang tidak

tertembus lilin.4 Sejalan dengan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa batik

adalah gambaran di atas mori dengan menggunakan canting atau cap dan

memakai bahan pembantu lilin (malam) pada kedua bagian, kemudian diberi

warna.

Pada mulanya yang disebut batik berarti batik tulis, yaitu batik yang

dikerjakan dengan cara menuliskan garis atau membubuhkan titik dengan alat

canting yang dikerjakan dengan tangan. Dalam bahasa Jawa sering dijumpai kata “anulis” atau “anyerat” yang berarti menggambar. Masih dalam masalah

yang sama dijumpai pula kata “tulisan”, yang berarti gambar(an). Dengan

demikian pekerjaan membatik erat sekali dengan kegiatan membuat gambar.

Dalam budaya Jawa batik tidak dapat diartikan hanya dengan satu dua kata

ataupun padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut. Karena batik merupakan

suatu hasil proses yang panjang mulai dari menggambar motif hingga tahap

3

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976. 4

(27)

commit to user

akhir proses “babaran”. Ciri utama batik adalah di dalam proses tersebut

dipergunakan bahan utama berupa mori, malam (lilin), dan pewarna.

Dapat disimpulkan bahwa perkataan batik berarti seratan atau tulisan

dalam bentuk coretan atau gambar yang berasal dari titik-titik yang mempunyai

arti tertentu. Titik-titik itu merupakan hasil penitikan cairan lilin atau malam

yang keluar dari alat yang disebut canting. Setelah titik-titik itu dihubungkan,

maka terlihatlah garis sebagai hasil coretan canting tersebut.

2. Sejarah Keberadaan Batik

Sejarah kehadiran batik di Indonesia tidak begitu jelas, meskipun banyak

tulisan yang mengukas tentang asal-usul batik. Kebanyakan dari tulisan-tulisan

tersebut menyebutkan bahwa batik Indonesia berasal dari daratan India

khususnya sekitar pantai Koromandel dan Mattura, karena pada waktu itu di

sana telah dikenal teknik tutup celup sejak beberapa abad sebelum Masehi yang

dahulu dibawa oleh pedagang Hindu sewaktu mengadakan dagang dengan

Indonesia.5 Pendapat tersebut masih menjadi pertentangan karena kain batik

tidak tahan oleh waktu dan mudah rusak, sehingga menyebabkan kesulitan

dalam mencari kebenaran-kebenaran data tentang kapan munculnya batik di

lndonesia. Pendapat seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai berikut :

Asal mula batik di Jawa adalah dari luar, dibawa oleh orang Kalingga dan

Koromandel, keduanya berasal dari India, dimana permulaannya sebagai

(28)

commit to user

pedagang, kemudian sebagai imigran Kolonisator, sejak kurang lebih 400 AD

mulai mempengaruhi di Jawa.6

Hal yang membuktikan bahwa ragam hias batik Indonesia terdapat

pengaruh dari India, dapat dilihat dari motiftya. Patung-patung Hindu yang

terdapat di candi menggunakan motif kawung, yang sekarang motif tersebut

sering kita jumpai sebagai motif batik, begitu juga dengan motif tumpal. Suatu

pendapat mengatakan :

Dalam arsitektur Hindu di Jawa kita dapat menemukan hiasan tumpal, yang mana sangat manis dan rumit. Sebuah temuan sebagai contoh yang dapat dilihat adalah bentuk naga dan ular pada candi Panataran di dekat Blitar Jawa Timur. Tetapi hiasan tumpal yang paling terkenal terdapat pada tenun dan seni batik. Di sarung tenunan ataupun di kain batik kita menemukan sebuah lajur yang lebar berbentuk menyilang pada kain. Lajur ini disebut kepala dan dihiasi dengan dua baris tumpal yang ujungnya dipertemukan dengan cara mendekatkan dengan

yang lain. Tumpal-tumpal itu sendiri dihiasi dengan motif bunga.7

Pendapat di atas menunjukan bahwa motif Hindu mempengaruhi dan

berperan dalam perkembangan serta asal mula batik di Indonesia. Dari

berbagai penjelasan di atas, dapat diperkirakan bahwa kehadiran batik dimulai

sejak zaman prasejarah dalam bentuk selain batik, dan mencapai

perkembangannya pada jaman Hindu.

Para ahli arkeologi juga mencatat bahwa asal mula batik dari Mesir dan

Persia. Pada 2000 tahun yang lalu masyarakat Mesir dan Persia telah memakai

pakaian batik juga penduduk Tiongkok dan Jepang.

Pendapat senada lainnya yang menganggap batik Indonesia berasal dari

luar adalah:

6 G. P. Rouffaer, dalam Anggraita, “Studi tentang Batik Tenun Ulang dengan Proses Tenun ATBM Karya A. Kadir Ridaka”, Skripsi, UNS Surakarta, 1987. hal. 32.

(29)

commit to user

Batik berasal dari daratan Cina. Kesaksian itu diperkuat dengan ditemukannya jenis batik dengan teknik tutup celup kira-kira 2000 tahun sebelum masehi yang lalu. Batik yang ditemukan tersebut menggunakan warna biru dan putih saja dan sudah menunjukan teknik

yang mantap.8

Pendapat yang menyatakan bahwa batik Indonesia adalah hasil penyebaran

dari Cina perlu dipertanyakan karena proses pembuatan batik di Cina tidak

sama dengan proses yang dikerjakan di Jawa.9 Pendapat yang menyatakan

bahwa batik Indonesia berasal dari India juga patut diragukan, karena

daerah-daerah lain di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pengaruh kebudayaan India

seperti Toraja dan Irian terdapat kerajinan rakyat yang dibuat dengan teknik

semacam batik, di daerah Flores dan Halmahera juga dikenal teknik tutup celup

seperti yang digunakan dalam membatik. Sutjipto Widosuparto menyatakan

bahwa bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India, telah

mengenal aturan untuk menyusun syair, mengenal membuat kain batik,

mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan pengairan

dan suatu pemerintahan yang teratur.10

Selanjutnya adalah perkembangan pada masa Islam masuk ke Indonesia.

Pada masa ini pendapat yang ada menjelaskan bahwa batik masuk ke Indonesia

dengan jalur perdagangan yaitu melewati pesisir, oleh karena itu batik pesisir

digunakan sebagai sebutan kain batik tersebut.

Motif-motif pada zaman Islam merupakan karya seni budaya istana yang

sarat dengan makna spiritual. Perkembangan motif-motif pada zaman Islam

8 Soedarsono, Retna Astuti, dan I.W. Pantja Sunjata, Aspek Ritual dan Kreatifitas dalam Pekembangan Seni di Jawa, dalam Kristanti Putri

Laksmi. “Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbolis Motif Kain Batik Sidomukti Gaya Surakarta”. Tesis Pogram Studi Pengkajian Seni

Pertinjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.

9 Si Tjai Fei dan Tjeng Peng, Gambar-gambar Kain cap Biru Tiongkok, 1958, hal. 13.

10 Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto, dalam Sewan Susanto, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan,

(30)

commit to user

mencapai puncaknya dengan ditemukannya ragam hias baru yang bersifat

Islami. Umumnya ragam hias pada zaman ini bermotif kaligrafi Arab, motif

masjid, dan motif permadani. Penggunaan motif ini biasanya terdapat pada

kain panji, hiasan dinding, dan bendera. Sehingga penggunaannya bukan pada

motif hias pakaian.11

perbatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan

Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Pengembangan batik

banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram, kemudian pada masa

kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta. Kesenian ini mulai meluas di

kalangan rakyat Indonesia, khususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-18.

Batik tulis adalah yang pertama kali dikenal, kemudian diikuti oleh batik cap

yang mulai dikenal pada akhir Perang Dunia I, sekitar tahun 1920-an.

Batik pada zaman dahulu awalnya hanya berkembang di lingkungan

keraton, namun pada akhirnya batik dikenal luas di luar lingkungan keraton.

Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat di lingkungan keraton yang

11 Wiyoso Yudoseputro, Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia, Angkasa, Bandung, 1986, hal 103.

(31)

commit to user

semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi keraton, khususnya

Keraton Surakata. Sehingga bermunculan sentra-sentra pembuatan kain batik di

Surakarta. Sentra batik di Surakarta tumbuh di sekitar aliran sungai yang pada

waktu itu dijadikan sebagai jalur transportasi bersama. Daerah sentra industri

tersebut antara lain desa yang terletak di pinggiran Sungai Kabanaran, Desa

Kedhunggudel terletak di Sukoharjo di hulu Bengawan Solo, Desa Serenan

Juwiring yang terletak di pinggiran Bengawan Solo, Desa Bekonang yang

berada di sebelah Timur Sungai Sangkrah, Desa Kliwonan Sragen yang berada

di pinggir Bengawan Solo, Desa Plupuh, dan Desa Tirtomoyo.13

Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas, baik

dalam ragam hias maupun tata warna. Persamaan dan perbedaan terletak pada

proses serta teknik pembatikan, yang umumnya menggunakan canting dan

malam, serta bentuk pola, motif, pemilihan warna, dan fungsi kain batik. Hal

tersebut menyesuaikan tata kehidupan sosial dan lingkungan alam. Batik

daerah Yogyakarta dan Surakarta, mayoritas memiliki pola simetris, motif

besar, mengangkat tema kehidupan masyarakat darat (hutan, hasil bumi, dan

agraria) serta simbol-simbol kerajaan. Pemilihan warnanya adalah nuansa

alam, seperti coklat (sogan) yang menggambarkan kebersahajaan dan

membumi. Hal tersebut selaras dengan kehidupan sosial, budaya, lingkungan

Yogyakarta dan Surakarta sebagai lingkup kraton dengan karakter halus dan

pelan.

Khusus pada Batik Sragen (Batik Kliwonan), juga mempunyai ciri khas

tersendiri yang membedakan dengan Solo dan Yogyakarta. Semula identik

13

(32)

commit to user

dengan gaya Solo, namun pada perkembangan selanjutnya motif-motif baku

semisal parang, sidoluhur, sidomukti, kawung, sekarjagad, babon angrem,

srikaton, wahyu tumurun dan lain sebagainya dipadukan dengan corak flora

dan fauna. Selain itu warna-warna Batik Sragen juga lebih bervariasi, tidak

hanya warna gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti hijau, merah,

pink, biru, ungu. Sragen juga dikenal dari batik gaya lawasannya, maksudnya

membuat batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau ratusan tahun,

terkesan kuno dan antik. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik

dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Sedang jenis kain yang

digunakan perajin, sebagian besar masih mempertahankan teknik tulis di atas

kain primisma.

B. Perancangan Promosi

1. Strategi

Arti kata „strategi‟ menurut kamus lengkap bahasa Indonesia yang

ditulis oleh Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja adalah taktik, ilmu yang

menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijaksanaan

tertentu, rencana dan langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis.14

Sebuah perusahaan membutuhkan suatu strategi atau perencanaan media dalam

setiap promosi yang dilakukan. Perencanaan media tersebut melipputi proses

penyusunan rencana penjadwalan yang menujukkan bagaimanawaktu dan

ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Dalam perencanaan media

14

(33)

commit to user

terdapat koordinasi 3 (tiga) tingkat perumusan strategi, yaitu strategi

pemasaran, strategi periklanan, dan strategi media.

Strategi pemasaran dilakukan secara menyeluruh, terdiri dari identifikasi

pasar sasaran dan seleksi bauran pemasaran, memberi tekanan dan arah pilihan

pemasaran iklan dan strategi media. Strategi periklanan (advertising strategy)

adalah apa yang dikatakan pengiklan tentang suatu merek yang diiklankan.

Strategi ini adalah formulasi suatu pesan periklanan yang mengkomunikasikan

keuntungan utama dari suatu merek tersebut dapat memecahkan masalah

konsumen. Formulasi suatu strategi periklanan mensyaratkan pengiklan untuk

mengupayakan langkah-langkah formal berikut ini, seperti :

a. Menspeksifikasikan fakta kunci

b. Menyatakan masalah pemasaran utama

c. Menyatakan tujuan komunikasi

d. Mengimplementasikan strategi pesan yang kreatif

e. Membangun persyaratan arus perintah korporat/divisional.15

Stategi media secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan

strategi pemasaran. Strategi media terdiri dari 4 (empat) kegiatan yang saling

berkaitan satu sama lain, yaitu memilih audince sasaran, menspeksifikasikan

tujuan media, memilih kategori media dan sarana, membeli media. Selain itu,

terdapat suatu istilah strategi promosi. Dalam strategi promosi yang menjadi

sasaran utama desainnya adalah menyebarkan dan menggiatkan kebutuhan

akan desain, disamping itu memperluas lingkup aktivitas desain di masyarakat

luas. Pengaruh promosinya dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu peningkatan

15

(34)

commit to user

jumlah permintaan dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap desain yang

dihasilkan.16

2. Tinjauan Promosi

Promosi merupakan salah satu unsur 4P yang ada dalam bauran

pemasaran (product, place, price, promotion) yang diterapkan oleh para

akademisi dengan mengacu pada semua bentuk komunikasi pemasaran

(periklanan, promosi penjualan, public relation, personal selling, dsb) dan

bukan promosi penjualan saja.

Secara luas, promosi dapat didefinisikan sebagai bentuk persuasi

langsung melalui penggunaan berbagai usaha intensif, umumnya berjangka

pendek. Yang dapat diarahkan untuk merangsang pembelian atas produk

tersebut dengan promosi yang lebih baik. Akhirnya tercapai peningkatkan

jumlah produk sekaligus mutu barang dengan image konsumen yang lebih

responsif untuk dibeli konsumen atau pedagang. Promosi penjualan dapat

digunakan, seperti produsen, distributor,pedagang, lembaga profit oriented,

dan non profit. Pada beberapa tahun belakangan ini promosi penjualan

prosentasenya semakin meningkat.

Faktor yang mempengaruhi akan peningkatan tersebut, antara lain:

a. Jumlah merek yang beredar semakin bertambah dengan cepat.

b. Konsumen semakin kritis terhadap harga.

c. Promosi penjualan semakin diaakui oleh managemen puncak sebagai alat

penjualanyang efektif. 16

(35)

commit to user

Tujuan promosi penjualan dapat didefinisikan berdasarkan alat atau

kegiatan promosi yang dilakukan:

a. Meningkatkan promosi dengan sehat, merangsang coba-coba, membalas

iklan pesaing.

b. Merangsang permintaan konsumen.

c. Mendorong pembelian, membentuk bussines inventory.

d. Mendorong pembelian ulang.

e. Menghentikan penurunan ulang.

f. Memberikan kesan image yang baik.

Secara garis besar promosi penjualan lebih cenderung merangsang

pembelian di tempat. Karena kebanyakan pembeli mempunyai sifat tak

terencana ( keinginan sesaat ). Setiap produsen dalam menjalankan putaran

roda bisnisnya akan berusaha semampu mungkin untuk membuat konsumen

menyukai produk ataupun jasa yang ditawarkan. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara mengkomunikasikan produk atau jasa tersebut kepada calon

konsumen, dan untuk menyampaikan keberadaan produk atau jasa tersebut.

Unttuk itu dalam penyampaiannya diperlukan diperlukan adanya tindakan

yaitu promosi.

Suatu kegiatan mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan suatu

produk atau jasa kepada konsumen , agar dapat mengubah atau mempengaruhi

sikap maupun mendorong konsumen untuk bertindak dinamakan promosi.

Promosi adalah komunikasi yang persuasif, mendesak, membujuk dan

meyakinkan. Promosi bersifat menyampaikan banyak hal yang dimiliki produk

(36)

commit to user

komunikan dan meningkatkan penjualan, sasaran promosi adalah pembelian

ditempat.

Dalam penggunaannya, “promosi” merupakan hal yang dilakukan guna

membantu penjualan suatu produk atau jasa di tiap tempat jaringan penjualan

dengan berbagai cara memikat konsumen. Agar memperoleh kesan yang

menyenangkan terhadap apa yang diiklankan.

Promosi menurut Edward L. Brink dan William T. Kelly terdiri dari “upaya-upaya yang diinisiasi oleh penjuak secara terkoordinasi guna

membentuk saluran-saluran informasi dan persuasi guna memajukan barang

atau jasa tertentu, atau penerimaan ide atau pandangan-pandangan tertentu”.

Ada 6 macam jenis promosi yang tergolong komunikasi pemasaran yaitu:

a. Iklan (Advertising)

Kegiatan periklanan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang

meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian

iklan. Sedangkan iklan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk pesan tentang

suatu produk yang disampaikan melalui media dan ditujukan kepada sebagian

atau seluruh masyarakat.17 Bentuk iklan yang dibiayai oleh sponsor tertentu (si

pengiklan), dikategorikan sebagai komunikasi massa (nonpersonal) karena

perusahaan sponsor tersebut secara simultan berkomunikasi dengan penerima

pesan yang beranekaragam.

Beberapa alasan pokok digunakannya iklan dikarenakan dapat

menjangkau daerah yang secara fisik sulit dijangkau oleh produsen, misalnya

melalui media televisi atau radio, iklan tersebut dapat disampaikan tanpa

17

(37)

commit to user

kendala transportasi, cuaca, dan lain sebagainya.18 Iklan yang menggunakan

media massa memang memerlukan biaya yang besar, namun dapat menjadi

murah apabila media yang digunakan tersebut dapat menjangkau khalayak

secara luas. Nilai ekonomis suatu iklan sangat tergantung pada daya jangkau

media yang digunakan serta kharakteristik khalayak sasaran.

Periklanan digunakan sebagai kekuatan untuk mencapai tujuan

pemasaran barang atau jasa, baik tujuan jangka panjang maupun jangka

pendek. Iklan bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk atau

membangkitkan kesadaran akan merk (brand awarness), citra merk (brand

image), citra perusahaan (coorporate image), membujuk khalayak untuk

membeli produk yang ditawarkan, memberikan informasi, dan lain-lain.

b. Promosi penjualan (Sales Promotion)

Terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang

terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian

dalam waktu yang singkat. Beberapa alasan pokok digunakannya promosi

penjualan antara lain:

Hasrat pemasangan iklan yang sering dirisaukan oleh mahalnya media

iklan (misalnya televisi dan majalah), sehingga promosi penjualan

diperlukan karena biaya lebih murah.

Berkembangnya jaringan supermarket dan toko besar di berbagai

daerah mendorong penggunaan promosi yang lebih agresif dan mampu

bersaing dengan produk sejenis.

18

(38)

commit to user

Berkembangnya berbagai keahlian yang semakin canggih dalam

menciptakan kegiatan-kegiatan promosi penjualan.

Promosi penjualan dapat lebih merangsang seseorang untuk membeli

atau sekedar mencoba suatu produk.19

Promosi penjualan dapat meningkatkan citra produk.

Semakin memperkenalkan produk kepada konsumen.20

Teknik promosi penjualan banyak sekali ragamnya, baik yang

diadakan di supermarket, hotel, perusahaan perumahan, ataupun kios kecil.

Kegiatan tersebut dilakukan dikarenakan tidak banyak orang yang menolak

hadiah scara gratis, misalnya potongan harga, pemberian souvenir, voucher,

hadiah dalam kemasan, ataupun bentuk-bentuk promosi penjualan yang lain.

Pada hakikatnya bentuk pemikat tersebut disodorkan kepada konsumen,

sehingga merangsang terjadinya pembelian produk.

c. Penjualan perorangan (Personal Selling)

Bentuk komunikasi antar individu dimana tenaga penjual atau

wiraniaga menginformasikan, mendidik dan melakukan persuasi kepada calon

pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan. Komunikasi yang

dilakukan adalah proses komunikasi langsung (direct coomunication),

sehingga efek komunikasinya dapat terlihat langsung saat itu juga. Bentuknya

berupa aba-aba, bahasa, imitasi tindakan seseorang, dan sugesti sosial.21

19

Frank Jefkins, Periklanan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996. Hlm. 152. 20

Sean Brierley, op.cit. 21

(39)

commit to user

d. Publisitas/Humas (Purel, Public Relation)

Seperti iklan, publisitas menggambarkan komunikasi massa namun

juga tidak sama seperti iklan, pihak sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk

waktu dan ruang beriklan. Biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau

komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Proses

komunikasi yang dilakukan adalah indirect communication (proses komunikasi

tidak langsung), sehingga efek komunikasinya tidak dapat terlihat langsung

saat itu juga. 22 Seperti dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:

Proses

Gambar 1. Proses Persepsi dalam periklanan

Gambar tersebut dapat dijelaskan tentang proses persepsi sebagai berikut:

1) Sumber

Sumber (pengiklan) adalah pemasang iklan, terutama perusahaan atau merk yang

berkentingan tertentu kepada khalayak.

2) Pesan

Pesan merujuk kepada isi maupun penggarapannya sebagai suatu totalitas yang

akan mengalami proses persepsi pemirsanya.

3) Jalur

22

(40)

commit to user

Suatu sistem periklanan, meliputi media seperti radio, televisi, majalah, surat

kabar, dan lain-lain. Serta komunikasi dari mulut ke mulut yang juga mempunyai

peran dalam periklanan.

4) Penerima

Dalam komunikasi periklanan, pemirsa atau penerima merupakan khalayak.

Sehingga dapat digambarkan dalam pengertian-pengertian atau beberapa variabel

berkenaan dengan lapisan masyarakat, gaya hidup, kegemaran, dan berbagai

aspek demografis lainnya

5) Sasaran

Model komunikasi di atas tidak hanya berhenti kepada penerima saja, akan tetapi

terbuka kemungkinan bahwa penerima terlibat dalam promosi melalui informasi

atau apapun lewat mulut kepada sasaran.

e. Pemasaran Sponsorship (sponsorship marketing)

Merupakan aplikasi dalam mempromosikan perusahaan atau merek

mereka dengan mengasosiasikan perusahaan atau salah satu dari merek dengan

kegiatan tertentu.

f. Komunikasi di Tempat Pembelian (Point-Of-Purchase Communication)

Melibatkan peraga, poster, tanda dan berbagai materi lain yang didesain

untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli dalam tempat pembelian. 23

23

(41)

commit to user

C. Media

Media menurut istilah periklanan yang ditulis oleh Frank Jefkins

merupakan kata jamak dari medium, yaitu wahana untuk menyampaikan

pesan-pesan periklanan. Bentuknya sangat bervariasi, ada media pers (koran, majalah),

radio, televisi, media luar ruangan, penawaran lewat pos, dan sebagainya.

Kesemuannya disebut media, dan masing-masing misalnya pers, disebut

medium. Dalam periklanan terdapat beberapa jenis media, diantaranya :

a. Media Lini Atas ( Above the Line Media )

Yaitu jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi kepada biro

iklan, contohnya tayangan iklan di media cetak (televisi, radio, bioskop,

billboard)

b. Media Lini Bawah ( Below the Line Media )

Yaitu jenis-jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya komisi seperti

iklan pada pameran, brosur, lembar informasi, dan sebagainya.

Saat semakin menyusutnya media iklan, kebutuhan produk untuk tampil

tidak lagi cukup hanya sekedar beriklan di televisi, radio, atau koran.

Banyaknya iklan yang diputar di setiap acara ber-rating tinggi malah

membuat iklan tersebut tidak mau dilihat penonton. Dengan gampang,

penonton tinggal berganti saluran, menunggu beberapa saat, lalu menekan

kembali saluran sebelumnya dan berharap iklan sudah berlalu. Beberapa cara

dilakukan dengan menggunakan media rung luar dengan cara seunik mungkin

sehingga setiap orang yang melewatinyabisa tersenyum, tertawa, dan ingat

(42)

commit to user

Tapi, semakin banyaknya billboard dan penempatannya yang tidak teratur

juga akan membuat tidak sedap dipandang mata. Padahal media ruang luar

tidak sesempit itu. Apapun yang kita lihat disekitar kita, dipandu oleh

kreativitas kita dalam mengolahnya, pasti bisa menjadi media iklan. Maka

perlunya adanya media unik untuk lebih menarik perhatian target, yaitu

dengan adanya ambient media.Ambient media menurut Wikipedia Indonesia

mulai muncul di Inggris jargon sekitar tahun 1999, namun sekarang

ditetapkan sebagai standar istilah dalam industri periklanan. Ada beberapa

alasan terjadinya pertumbuhan ambient media, diantaranya :

1) Penurunan kekuatan media konvensional.

2) Permintaan yang lebih besar untuk titik penjualan komunikasi.

3) Kemampuan untuk menawarkan pemirsa tepat sasaran.

4) Umum yang beraneka ragam.

Ambient media menyampaikan pesan sebuah merek kepada konsumen

dengan cara yang tidak biasa sehingga akan lebih mengenang di ingatan

target. Hal ini memberi peluang untuk pengiklan dapat menjaga brand

awareness. Ambient media massa dapat menghasilkan perhatian terpusat di

lokasi, atau langsung berinteraksi dengan konsumen biasa setiap hari selama

kegiatan, contohnya adalah pesan pada punggung penerimaan dari parkir,

(43)

commit to user

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Data Perusahaan

Batik Brotoseno merupakan salah satu perusahaan batik yang ada di desa

Kliwonan, Sragen. Perusahaan Batik Brotoseno didirikan pada tahun 1974 yang

beralamat di Kuyang, Kliwonan, Masaran, Sragen dengan nomor Telp.

0271-7070772. Selain itu, Batik Brotoseno juga memiliki gerai atau ruang galeri

penjualan dengan nama Griya Batik Brotoseno, yang berada di Jl. Raya

Solo-Sragen Km 18, Masaran, Solo-Sragen. Batik Brotoseno telah memiliki ijin resmi

dengan Nomor Tanda Daftar Perusahaan, 11.14.552.00928 dan Nomor Pokok

Wajib Pajak, 14.108.3147.526.000. Perusahaan Batik Brotoseno kini dipimpin

oleh Bp. H. Eko Soeprihono, SE yang merupakan putra dari Bp. Soeparjan,

pemimpin pertama Batik Brotoseno. Untuk penjualan via on line, Batik Brotoseno

menyediakan situs Website dengan alamat http://www.batik-brotoseno.com.

Perusahaan Batik Brotoseno tidak hanya terdapat di wilayah Sragen namun juga

mempunyai cabang di Pusat Grosir Solo dengan nama Bimoseno, dan di Jakarta

dengan nama Brotoseno1.

Gambar 3.1 Showroom Batik Brotoseno

1 Wawancara, dengan Supriyanti 23 Desember 2009. Supriyanti adalah sekretaris perusahaan Batik Brotoseno.

(44)

commit to user

1. Perusahaan Batik Brotoseno

Perusahaan Batik Brotoseno berawal dari usaha rumahan yang dijalankan

oleh Bapak Soeparjan beberapa dasawarsa yang lalu, tepatnya tahun 1974.

Dengan usaha keras dan tidak kenal menyerah walaupun pernah dilanda krisis

ekonomi, Batik Brotoseno bisa tetap survive dan tidak terhempas badai krisis

ekonomi. Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997 oleh Bapak Soeparjan

diserahkan kepada putranya yaitu Bapak H. Eko Suprihono, SE yang selanjutnya

dibawah pemimpin baru ini Batik Brotoseno lebih agresif dalam pemasaran dan

penjualan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pameran-pameran yang diikuti,

baik pameran skala daerah, nasional maupun pameran dengan skala internasional.

Hal ini menyebabkan nama Batik Brotoseno kini menjadi semakin berkibar dan

menjadikan perusahaan rumahan ini menjadi sebuah perusahaan batik yang

diperhitungkan dalam kancah perbatikan.

Dalam menjalankan usahanya, Batik Brotoseno senantiasa menganggap

pengusaha sejenis adalah kawan bukan lawan, dengan demikian tidak akan terjadi

persaingan dengan cara yang kurang sehat. Batik Brotoseno juga melakukakan

pelatihan-pelatihan membatik untuk instansi pemerintah maupun swasta yang

memiliki tujuan membuka lapangan kerja di daerahnya, hal ini disambut dengan

positif oleh para kepala daerah yang selanjutnya mengirimkan wakil dari

departemennya untuk mengikuti pelatihan.

2. Keberadaan Batik Brotoseno

Batik merupakan salah satu hasil kebudayaan Indonesia dengan latar

belakang sejarah serta akar budaya yang kuat. Pemalaman dilakukan dengan

(45)

commit to user

masuknya warna.2 Sehingga batik dapat dikatakan sebagai tulisan berupa

gambaran atau hiasan motif pada kain atau media lain yang dihasilkan melalui

proses tutup celup dengan lilin yang kemudian diproses dengan cara tertentu.

Surakarta merupakan salah satu lokasi berkembangnya batik di antara

pusat kegiatan pembatikan di Jawa Tengah. Surakarta terdiri dari dua istana yakni

Kraton Surakarta Hadiningrat dan Istana Mangkunegaran yang berukuran lebih

kecil yang secara struktur pemerintahan setara dengan kadipaten. Dua tempat

tersebut membawa pengaruh budaya, termasuk tradisi membatik, pada

masing-masing wilayah kekuasaan yang kini dinamakan Eks-Karesidenan Surakarta.

Tradisi membatik di Surakarta menyebar ke daerah-daerah sekitar, yakni Klaten

(Batik Bayat), Sukoharjo (Batik Pajang), Solo (Batik Kauman dan Batik

Laweyan), Wonogiri (Batik Wonogiren), Karanganyar (Batik Matesih), dan

Sragen (Batik Kliwonan).

Sebagai akibat kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan kegemaran

masyarakat terhadap penggunaan batik, maka batik dari masa ke masa juga

mengalami perkembangan dan perubahan yang berarti. Dari yang semula untuk

kepentingan busana tradisional, kemudian berkembang menjadi komoditas

perdagangan yang luas. Hal ini pun berdampak pada batik di wilayah Surakarta,

khususnya Batik Kliwonan di Sragen dengan trademark Batik Brotoseno.

Pengembangan motif serta warna yang mengikuti perkembangan zaman serta

bentuk trend busana, menyebabkan mereka harus keluar pakem. Warna-warna

tidah hanya warna sogan atau juga warna tanah yang telah menjadi kekhasan batik

Surakarta, namun berkembang dengan warna cerah khas Batik Pesisiran.

2

(46)

commit to user

Motifnya pun juga lebih variatif, bahkan ada yang menggabungkan motif batik

larangan dengan motif kreasi baru. Teknik serta kainnya pun berkembang pula

menjadi lebih variatif, sebab Batik Brotoseno lebih diarahkan pada industri.

3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan memiliki arti sebagai tempat dimana perusahaan

menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Perusahaan batik Brotoseno terletak di sebuah

desa yang sedang gencar mempromosikan diri sebagai desa wisata, dengan

mengunggulkan potensi wisata sebagai desa wisata batik Kliwonan. Desa

Kliwonan terletak di daerah Masaran, Sragen yang terletak di perbatasan antara

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Tepatnya di dusun Kuyang, desa

Kliwonan, kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Batik Kliwonan berjarak sekitar 13 km dari pusat kota kabupaten Sragen

yang dapat ditempuh selama 20 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju

komunitas Batik Kliwonan sudah beraspal dan dapat dilalui berbagai macam jenis

kendaraan. Dari jalan raya Solo-Sragen sekitar 4 km. Aksesibilitas menuju areal

batik Kliwonan dapat dicapai dengan cara:

a. Pintu masuk di Gronong (perbatasan Sragen-Karanganyar), yaitu melalui jalan

Negara Solo-Sragen masuk ke Utara hingga desa Sidodadi-Kliwonan,

b. Pintu masuk Masaran, dari kota kecamatan Masaran melalui jalan kabupaten

menuju desa Pilang-Kliwonan,

c. Dari Obyek wisata Sangiran, melalui jalan kabupaten menuju kota kecamatan

Plupuh - desa Gedongan, menyeberangi sungai dengan jembatan gantung

(47)

commit to user

d. Dari kota kecamatan Gemolong/nKedung Ombo, melalui jalan kabupaten

menuju ke kecamatan Plupuh-desa Gedongan, menyeberangi sungai dengan

jembatan gantung menuju desa Kliwonan.3

Gambar 3.2 Halaman Workshop Batik Brotoseno

(Foto : Ariyani)

Gambar 3.3 Workshop Batik Brotoseno

( Foto : Ariyani )

3 Rencana Pengembangan Desa Wisata dan Klaster Batik di Kabupaten Sragen, 2000,

(48)

commit to user

Gambar 3.4 Lokasi Pabrik Batik Brotoseno ( Foto : Ariyani )

Meskipun Batik Brotoseno terletak jauh dari jalan raya Solo-Sragen,

Namun, pemasaran Batik Brotoseno melalui outlet ataupun galeri batik telah

dibuka hingga ke Jakarta. Untuk daerah Sragen terdapat Showroom di pinggir

jalan raya Solo-Sragen km 18 Masaran, Sragen. Sedang pemasaran di kota Solo

dilakukan dengan membuka outlet di Pusat Grosir Solo (PGS) lantai 2.

Perusahaan batik Brotoseno di desa Kliwonan terdiri dari tiga bangunan

utama. Bangunan I merupakan rumah juragan batik yang juga dijadikan sebagai

kantor pusat dan Showroom batik sekaligus untuk bagian administrasi, sekretariat

dan umum. Bangunan II yang terletak di sebelah bangunan I dijadikan sebagai

tempat kegiatan produksi batik tulis, area parkir, gudang bahan, dan bagian

personalia. Bangunan III terletak sekitar 200 meter dari bangunan I dan II yang

dijadikan area produksi batik sablon malam, tempat nglorot, area menjemur batik,

(49)

commit to user

batik. Produksi batik yang dilakukan di bangunan III ini merupakan skala besar

dengan panjang kain hingga puluhan meter dalam sekali produksi, dengan cara

disablon dan tarik motif menggunakan obat malam khusus.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan baik negeri ataupun swasta

merupakan unsur yeng penting untuk pembagian wewenang serta tanggung jawab

setiap anggota organisasi. Sebagai perusahaan batik yang cukup dikenal, struktur

organisasi perusahaan batik Brotoseno telah tertata secara lengkap dan terstruktur.

Seperti digambarkan dalam bagan segabagai berikut:

(50)

commit to user Keterangan gambar :

1. Juragan batik : pemilik modal sekaligus yang memimpin

perusahaan Batik Brotoseno, dan mempunyai hak kuasa

atas perusahaan ini.

2. Sekretaris : mengurus bagian kesekretariatan dan masalah

birokrasi perusahaan.

3. Bag. Keuangan : bertanggung jawab dalam bidang keuangan dan

bertugas mencatat sekaligus melaporkan pemasukan serta

pengeluaran perusahaan.

4. Bag. Produksi : bertanggung jawab atas bagian produksi serta

mengatur kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan

perusahaan.

5. Bag. Personalia : bertanggung jawab atas karyawan baik tetap

ataupun karyawan lepas (pekerja borongan)

6. Bag. Pemasaran : bertanggung jawab dalam pemasaran produk baik

dengan konsumen langsung dan menjalin kerja sama

dengan outlet-outlet pedagang batik.

7. Bag. Desain : mengerjakan ranangan busana batik dan

menciptakan desain motif baru.

8. Bag. Jahit : mengerjakan masalah jahit setelah proses batik selesai

dan rancangan busana yang telah dibuat

9. Bag. Pembatikan : mengerjakan/menggarap batik sesuai dengan motif dan

(51)

commit to user

10. Bag. Pemotongan: bertanggung jawab masalah pemotongan kain batik

sesuai prosedur atasan.

11. Bag. Pengemasan : bertanggung jawab dalam bidang pengemasan barang

yang akan dikirim.

12. Finishing : bertanggung jawab penuh dalam semua hal yang

menyangkut masalah batik, baik dalam seleksi produk layak pakai, jual dan

kirim.

13. Pekerja : melaksanakan semua perintah atasan sesuai kapasitasnya

sebagai pekerja dan prosedur yang ada.

5. Jumlah Karyawan

Jumlah keseluruhan karyawan perusahaan Batik Brotoseno, yaitu :

a. 100 orang karyawan tetap

b. 250 orang karyawan borongan

c. 30 orang mitra

6. Kapasitas Produksi

a. Batik Handprinting : 13.000 meter/bulan

b. Batik Kombinasi : 5000 potong/bulan

(52)

commit to user

B. Data Produk

1. Keadaan Produk

Produk batik dengan trademark Brotoseno merupakan pioneer merk batik

di desa Kliwonan, sehingga nama batik Brotoseno di desa Kliwonan sudah sangat

dikenal masyarakat sekitar. Hanya karena dianggap batik pinggiran, maka nama

batik Brotoseno kurang dikenal jika dibandingkan dengan Batik Semar, Batik

Keris atau Batik Danar Hadi di kota Solo sebagai sebuah merk dagang batik di

wilayah Surakarta. Namun di desa Kliwonan, trademark batik Brotoseno telah

menjadi identitas batik Kliwonan. Sehingga dapat dikatakan bahwa batik

Kliwonan adalah batik Brotoseno.

2. Proses Produksi

Proses produksi merupakan proses pengolahan melalui tahapan-tahapan,

dari bahan baku (kain) menjadi barang jadi, yaitu kain batik hingga beragam jenis

pakaian batik. Dalam memproses bahan baku menjadi barang jadi terbagi menjadi

tiga tahap utama, yaitu persiapan produksi, proses produksi, dan penyelesaian

produksi. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Persiapan Produksi

Yang termasuk dalam tahap persiapan produksi antara lain:

1) Pembuatan pola motif batik pada kain dengan menggunakan canting dan

lilin malam yang telah dipanasi sehingga menjadi cair untuk proses batik

(53)

commit to user

Gambar 3.5 Proses pencantingan pada kain primisma di Batik Brotoseno

(Foto : Ariyani)

2) Untuk batik sablon, pembuatan motif dilakukan dengan menggunakan

klise film dengan teknik hand sparasi hal ini dilakukan agar motif yang

dibuat mirip dengan hasil cantingan tangan

b. Proses Produksi

Dalam tahap ini dilakukan antara lain:

1) Proses pemalaman batik untuk batik tulis dengan menggunakan canting

dan plat dari tembaga untuk canting cap untuk membuat pola batik.

Kemudian diberikan isen-isen pada tempat yang belum terisi

(nglowong), lalu diwarna hingga kemudian dilorot dan diulang lagi

prosesnya untuk warna yang berbeda. Setelah selesai dilanjutkan proses

penjemuran namun tidak boleh terkena langsung panas matahari,

(54)

commit to user

Gambar 3.6 Proses pewarnaan batik (Foto : Ariyani)

2) Pada teknik sablon batik terlebih dahulu kain diblok dengan warna

pekat, kemudian dilakukan sablon motif dari lilin malam sablon yang

diberi bahan kimia sebagai peluntur warna. Setelah dilorod kemudian

dijemur.

(55)

commit to user

Gambar 3.8 Kegiatan nglorot menggunakan mesin di Batik Brotoseno

(Foto : Ariyani)

3) Setelah kering, kain dikemplong dengan cara direndam dengan tepung

kanji kemudian dijemur kembali dan dilipat sambil dipukul-pukul

dengan menggunakan palu kayu agar kain menjadi padat. Untuk kain

batik yang berupa jarit proses produksi berhenti di sini.

(56)

commit to user

4) Untuk batik yang dijahit menjadi pakaian dilakukan pemotongan bahan

sesuai model. Kemudian dilakukan pengobrasan pada tepi kain agar

kuat dan rapi lalu dilanjutkan proses penjahitan, termasuk pemasangan

kancing, zipper dan penempelan label perusahaan.

c. Tahap penyelesaian

Proses terakhir yaitu tahap penyelesaian berupa:

1) Membersihkan benang-benang yang menjadikan pakaian tidak rapi,

kemudian disetrika agar pakaian tidak kusut.

2) Untuk batik tulis yang telah jadi kemudian dikemas dengan ditempel

stiker merk perusahaan. Sedang pakaian dikemas dalam plastik yang

telah diberi label perusahaan.

3) Untuk yang dijual pada gerai atau Griya Brotoseno, dilakukan

penempelan label harga.

Gambar 3.10 Pola Boket Sriti, Karya Usaha Batik Brotoseno

(57)

commit to user

3. Bahan Baku

Bahan baku kain yang digunakan dalam proses produksi batik Brotoseno

adalah kain mori dari jenis primisma serta prima. Jenis primisima digunakan pada

batik dengan kualitas tinggi karena kerekatan pori-pori kain yang halus.

Sedangkan kain prima digunakan untuk produksi kain dengan harga yang relatif

murah. Hal ini dilakukan karena pasar tidak lagi melihat dari segi kualitas, tetapi

harga. Namun demikian jenis kain primisma tetap digunakan demi menjaga

kualitas dan nama perusahaan, selain juga digunakan sebagai komoditi ekspor.

Sedangkan bahan baku pendukung meliputi berbagai jenis canting, lilin malam,

screen sablon, malam sablon, berbagai benang, kancing, label atau etiket, zipper,

dll.

4. Harga

Tujuan perusahaan menentukan harga guna memberikan harga yang

layak pada hasil produksinya agar laku di pasaran dan memperoleh keuntungan

sekaligus agar dapat bersaing dengan produk perusahaan lain. Dalam menentukan

harga, perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan dan daya beli

masyarakat.

Dalam menentukan harga produk, perusahaan batik Brotoseno

menggunakan metode cost plus pricing, yaitu metode yang berdasarkan pada

harga pokok produksi ditambah dengan besaran tingkat keuntungan yang

diharapkan. Hasil produksi ada bermacam-macam dilihat dari bentuk dan jenisnya

seperti, printing, cap, sablon dan tulis. Untuk batik printing harga jual termurah

(58)

75.000-commit to user

keatas, batik sablon dimulai dari harga Rp 100.000-keatas, dan batik tulis

dipasang dengan harga mulai dari Rp 300.000-keatas. Harga tersebut untuk harga

pakaian jadi, sedangkan batik tulis asli jarit bisa mencapai harga jutaan tergantung

warna dan motifnya.

5. Makna dan Filosofi Logo Batik Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara

Gambar 3.11 Logo Batik Brotoseno

Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara merupakan sebuah nama yang diambil

dari pewayangan. Ia adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah

pewayangan Jawa dan termasuk Pandawa kedua, putra dari Prabu Pandu.

Brotoseno disebut juga Bimoseno dan Bajusuta, sebagai putra angkat Betara Baju.

Setelah dewasa ia bernama Wrekodara, bertahta di Djodipati sebagai ksatria besar,

jalah ksatria sebagai raja. Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara memiliki senjata

ampuh yaitu kuku, yang terkenal dengan sebutan Kuku Ponconoko. Tajamnya

Kuku Ponconoko setara dengan tajamnya 7 kali tajam pisau cukur baru. Dari

seluruh Pandawa, Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara yang paling dibenci oleh

Kurawa, karena memiliki tubuh yang paling kuat diantara Pandawa dan Kurawa.

Gambar

Tabel Analisis SWOT…………………………………………...…………58
Gambar 1. Proses Persepsi dalam periklanan
Gambar 3.1 Showroom Batik Brotoseno
Gambar 3.2  Halaman Workshop  Batik Brotoseno
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merancang promosi debut album “First” band Popradio melalui media.

mempromosikan “Red Batik Community ” melalui media komunikasi visual.. Merancang media video profil untuk memperkenalkan tentang

Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana menciptakan promosi yang tepat bagi Pasar Wisata Tawangmangu sebagai pasar wisata yang memiliki produk hasil bumi, serta memilih

2010.Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan desain komunikasi visual sebagai media promosi MD Dekorasi. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana menyampaikan pesan

Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan merancang media promosi dengan desain yang menarik dan pesan yang komunikatif, serta memilih media komunikasi yang tepat

Penulis ingin merancang sebuah media promosi dan informasi sebagai penunjang penyelenggaraan kegiatan kampus pada Perguruan Tinggi Raharja dalam bentuk media komunikasi visual

Rudy W. Pengantar tugas akhir ini berjudul perancangan promosi wisata alam Trenggalek melalui media fotografi. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana caranya merancang

promosi Desain Komunikasi Visual adalah media yang sesuai sebagai perangkat. promosi dimana media ini berperan merancang dan mewujudkan ide