PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Rufina Ni Luh Wiwik Handayani NIM: 081414008
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
i
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Rufina Ni Luh Wiwik Handayani NIM: 081414008
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“D ari semula telah K au tetapkan hidupku dalam tanganM u dalam rencanaM u T uhan. R encana indah
telah K au siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan. Semua baik, s' mua baik apa yang telah K au perbuat di dalam hidupku, semua baik sungguh teramat
baik K au jadikan hidupku berarti.
“T ommy W idodo & B udi”
“Siapa pun yang berhenti belajar berarti sudah tua, entah usia dua puluh atau delapan puluh. Siapa pun yang terus belajar akan tetap muda. Hal
paling menyenangkan dalam hidup adalah membuat pikiranmu tetap muda”
(Henry Ford)
Dengan penuh rasa syukur,
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku tersayang
Semua orang yang aku sayangi
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 November 2012
Penulis,
vi
ABSTRAK
Rufina Ni Luh Wiwik Handayani, 081414008. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari: (1) Lembar observasi / pengamatan motivasi belajar siswa, (2) Angket motivasi belajar siswa, (3) Lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) Tes hasil belajar siswa yang terdiri dari pre test, kuis dan post test. (5) Alat dokumentasi. Data hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa. Data tes hasil belajar yaitu hasil
pre test dan post test yang dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa yang secara keseluruhan dalam kriteria tinggi. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis skor
pre test dan post test dengan perhitungan uji t diperoleh thitung = 8,642 ttabel =
2,064 dan thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
hasil belajar siswa yang signifikan. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
vii
ABSTRACT
Rufina Ni Luh Wiwik Handayani. 2012. The Influence of Using Cooperative Learning (STAD) to the Students’ Motivation and Learning Result in Addition and Reduction of Integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to know the influence of STAD in enhancing students’ motivation and learning results in addition and reduction of integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013.
The subjects of this research were class A, seventh grade students of SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, 2012-2013. This research used descriptive qualitative and quantitative and used (1) observation sheet, (2) the questionnaire, (3) the interview, (4) students’ score on pre-test, quiz, and post-test, and (5) documentation tool as the instruments of the research. The data from the observation and the questionnaire were analyzed by determining the students’ total scores and percentage. Based on the percentage, the results of students’ motivation criteria were obtained. The interview was done to strengthen the data obtained both from the observation and the questionnaire and were analyzed qualitatively. The data of students’ learning results were obtained from the pre-test and post-pre-test and were analyzed using experiment t to know the improvement of students’ learning result.
The results of the research showed that (1) the using of cooperative learning, in this case STAD, enhances students motivation in the learning process. It was shown by the observation and the questionnaire results, (2) the using of STAD increase students’ score. It could be seen from the students’ score on the pre-test and post-test with experiment t, obtained t hitung = 8,642 t table=2,064 and t hitung> t table, it could be concluded that the students’ scores were increased. Based on the results, it could be concluded that the using of cooperative learning, type STAD, enhances students’ motivation in learning and improved students’ scores.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Rufina Ni Luh Wiwik Handayani
Nomor Induk Mahasiswa : 081414008
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas
dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 November 2012
Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapa atas berkat melimpah yang telah
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Adanya bantuan, dukungan, bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai
pihak sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.
Terimakasih atas semua kritik, saran, bimbingan, semangat dan
motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Yusup Indrianto P.,S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
7. Ibu Agustina Kurnia P.,S.Pd. dan Bapak Drs.ST.Budisusanto selaku
guru mata pelajaran matematika di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
yang dengan tulus dan sabar membantu, membimbing penulis dalam
x
8. Siswa-siswi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, khususnya kelas VII A
atas kesediaannya terlibat dalam penelitian ini.
9. Bapak, Ibu, Adik, Sr. Laurentia, Kakek, Nenek yang selalu memberikan
semangat, motivasi dan doa yang tulus.
10.Heribertus Pendy Santoso yang selalu memberikan semangat, motivasi
dan doa yang luar biasa.
11.Dita, Sinta, Yoshy, Ayuk, Angel, Dewi, Anes, Lina, Ana, Paulina,
Yulia, Stefani dan Sambu yang telah bersedia menjadi observer dan
membantu dokumentasi dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih
atas dorongan dan semangat yang telah kalian berikan.
12.Teman-teman kos eldiva tercinta, Desy, Maya, Yesy, Agesty, Salma,
Ula, Kristin, Nora, Yuni, Sinta, Lupe, Mengty beserta temen-temen
Gigost, Sinta, Dita, Yoshy, Linda, Ambar yang memberikan
penghiburan disela-sela kepenatan yang dialami penulis serta
memberikan semangat dalam hari-hari penulis.
13.Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya angkatan
2008 yang telah bersedia menjadi teman berbagi ilmu dan teman yang
selalu ada dalam suka maupun duka.
14.Teman-teman dan kakak-kakak PSM “ Cantus Firmus” yang selalu
hadir dalam setiap waktu memberikan motivasi, doa , kegembiraan dan
keceriaan di sela-sela kepenatan, dengan bernyanyi bersama.
15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu demi penyempurnaan penelitian ini dengan
senang hati peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 27 November 2012
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Batasan Istilah ... 8
G. Manfaat Hasil Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
xii
B. Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) ... 20
D. Motivasi ... 26
E. Hasil Belajar ... 36
F. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ... 39
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Jenis Penelitian ... 59
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 60
C. Variabel Penelitian ... 60
D. Waktu dan Tempat Penelitian... 61
E. Bentuk Data Penelitian ... 61
F. Metode Pengumpulan Data ... 63
G. Instrumen Penelitian ... 64
H. Metode Analisis Data ... 77
I. Rencana Tahap - tahap Penelitian ... 93
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN ... 96
A. Pelaksanaan Penelitian ... 96
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 137
C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian ... 164
BAB V PENUTUP ... 166
A. Kesimpulan ... 166
B. Saran ... 167
DAFTAR PUSTAKA ... 168
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 20
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ... 23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 24
Tabel 3.1 Kisi-kisi Materi dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 65
Tabel 3.2 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 67
Tabel 3.3 Karakteristik Item Angket Motivasi Belajar Siswa... 70
Tabel 3.4 Kesesuaian Indikator dengan Tes Hasil Belajar ... 71
Tabel 3.5 Kriteria Pemberian Skor Pre Test dan Post Test ... 71
Tabel 3.6 Kisi - kisi Soal Pre Test ... 73
Tabel 3.7 Kisi - kisi Kuis I ... 75
Tabel 3.8 Kisi - kisi Kuis II ... 75
Tabel 3.9 Kisi - kisi Kuis III... 75
Tabel 3.10 Kisi - kisi Soal Post Test ... 76
Tabel 3.11 Lembar Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 78
Tabel 3.12 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 79
Tabel 3.13 Kriteria Motivasi Siswa Secara Keseluruhan ... 80
xiv
Tabel 3.15 Skor Butir Pernyataan Favorabel ... 84
Tabel 3.16 Skor Butir Pernyataan Unfavorabel ... 85
Tabel 3.17 Interpretasi Tingkat Validitas... 88
Tabel 3.18 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 89
Tabel 3.19 Uji Normalitas ... 90
Tabel 3.20 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ... 92
Tabel 4.1 Tingkat Kualifikasi Validitas Item Soal Pre Test ... 98
Tabel 4.2 Tingkat Kualifikasi Validitas Item Soal Post Test ... 98
Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Pre Test ... 99
Tabel 4.4 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Post Test ... 100
Tabel 4.5 Penghargaan Kelompok ... 137
Tabel 4.6 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 137
Tabel 4.7 Persentase Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 138
Tabel 4.8 Karakteristik yang Menonjol pada Setiap Pertemuan ... 140
Tabel 4.9 Karakteristik yang Menonjol Secara Keseluruhan ... 145
Tabel 4.10 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 146
Tabel 4.11 Persentase Motivasi Belajar Siswa ... 146
Tabel 4.12 Hasil Kuis I ... 160
Tabel 4.13 Hasil Kuis II ... 161
Tabel 4.14 Hasil Kuis III ... 161
xv
Tabel 4.16 Hasil Analisis Penghargaan dari Hasil Tiap Kuis ... 161
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Garis Bilangan ... 40
Gambar 2.2 Penjumlahan -3+6 Menggunakan Garis Bilangan ... 41
Gambar 2.3 Penjumlahan -3+6 Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 42
Gambar 2.4 Penjumlahan 5+(-4) Menggunakan Garis Bilangan ... 42
Gambar 2.5 Penjumlahan 5+(-4) Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 43
Gambar 2.6 Penjumlahan -4+(-2) Menggunakan Garis Bilangan ... 43
Gambar 2.7 Penjumlahan -4+(-2) Menggunakan Mistar Hitung Geser . 44 Gambar 2.8 Invers Jumlah ... 44
Gambar 2.9 Pengurangan 5-3 Menggunakan Garis Bilangan ... 45
Gambar 2.10 Pengurangan 5-3 Menggunakan Mistar Hitung Geser... 45
Gambar 2.11 Penjumlahan 5+(-3) Menggunakan Garis Bilangan ... 46
Gambar 2.12 Penjumlahan 5+(-3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 46 Gambar 2.13 Pengurangan -5 - 3 Menggunakan Garis Bilangan ... 47
Gambar 2.14 Pengurangan -5 - 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser .. 47
Gambar 2.15 Penjumlahan -5+(- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 47
Gambar 2.16 Penjumlahan -5+(- 3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 48 Gambar 2.17 Pengurangan 5 - (- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 48
xvii
Gambar 2.20 Penjumlahan 5+ 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 49
Gambar 2.21 Pengurangan -5 - (- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 50
Gambar 2.22 Pengurangan -5 - (- 3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 50 Gambar 2.23 Penjumlahan -5+ 3 Menggunakan Garis Bilangan ... 51
Gambar 2.24 Penjumlahan -5+ 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser . 51 Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Pre Test ... 103
Gambar 4.2 Peneliti Menjelaskan Pertanyaan Siswa Tentang Sistem Penilaian ... 104
Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi Kelompok III... 114
Gambar 4.4 Kegiatan Diskusi Kelompok III... 114
Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan Kuis I Secara Individu ... 116
Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Kuis II Secara Individu ... 122
Gambar 4.7 Guru Menjelaslan Penggunaan Mistar Hitung Geser ... 124
Gambar 4.8 Siswa Mencoba dalam Kelompok ... 124
Gambar 4.9 Diskusi Kelompok Empat ... 124
Gambar 4.10 Diskusi Kelompok Lima ... 124
Gambar 4.11 Diskusi Kelompok Tiga ... 125
Gambar 4.12 Presentasi Kelompok Satu ... 125
Gambar 4.13 Presentasi Kelompok Dua ... 125
Gambar 4.14 Presentasi Kelompok Tiga ... 125
xviii
Gambar 4.16 Presentasi Kelompok Lima ... 126
Gambar 4.17 Alan Membantu Henoch Saat Menyelesaikan
Soal Dengan Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 127
Gambar 4.18 Siswa Mengerjakan Kuis III Secara Individu... 134
Gambar 4.19 Siswa Mengerjakan Post Test Secara Individu ... 135
Gambar 4.20 Grafik Karakteristik yang Menonjol
dari Setiap Pertemuan ... 140
Gambar 4.21 Grafik Karakteristik yang Menonjol
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
Lampiran A. 1 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Pre Test ... 170
Lampiran A. 2 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Post Test ... 171
Lampiran A. 3 : Daftar Nama Siswa Kelas VII A ... 172
Lampiran A. 4 : Daftar Anggota Kelompok Kelas VII A ... 173
Lampiran A. 5 : Silabus Pembelajaran ... 174
Lampiran A. 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 179
Lampiran A. 7 : Lembar Kerja Siswa 1 ... 210
Lampiran A. 8 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 216
Lampiran A. 9 : Lembar Kerja Siswa 2 ... 221
Lampiran A. 10 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 226
Lampiran A. 11 : Lembar Kerja Siswa 3 ... 229
Lampiran A. 12 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 231
Lampiran A. 13 : Lembar Kerja Siswa 4 ... 234
Lampiran A. 14 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ... 236
Lampiran A. 15 : Lembar Kerja Siswa 5 ... 237
Lampiran A. 16 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 5 ... 238
Lampiran A. 17 : Soal Pre Test ... 240
Lampiran A. 18 : Jawaban Soal Pre Test ... 243
xx
Lampiran A. 20 : Jawaban Soal Post Test... 248
Lampiran A. 21 : Soal Kuis I, Kuis II, Kuis III ... 251
Lampiran A. 22 : Jawaban Soal Kuis I, Kuis II, Kuis III... 254
LAMPIRAN B Lampiran B. 1 : Tabulasi Data ... 257
Lampiran B. 2 : Analisis Data ... 278
Lampiran B. 3 : Lembar Observasi ... 351
Lampiran B. 4 : Angket Motivasi Belajar ... 354
Lampiran B. 5 : Lembar Wawancara Motivasi Belajar ... 356
LAMPIRAN C Lampiran C. 1 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 1... 359
Lampiran C. 2 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 2... 365
Lampiran C. 3 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 3... 372
Lampiran C. 4 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 4... 374
Lampiran C. 5 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 5... 376
Lampiran C. 6 : Contoh Hasil Pre Test Siswa ... 377
Lampiran C. 7 : Contoh Hasil Post Test Siswa ... 381
Lampiran C. 8 : Contoh Hasil Kuis Siswa ... 388
Lampiran C. 9 : Contoh Hasil Lembar Observasi ... 397
Lampiran C. 10 : Contoh Hasil Lembar Angket ... 412
xxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu karakteristik matematika adalah bersifat abstrak dan tidak
sedikit siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dan rumit sehingga
sudah menjadi gejala yang umum bahwa matematika kurang disukai oleh
kebanyakan siswa. Menurut Soedjadi (dalam Trianto, 2010:18) menyatakan
bahwa dalam kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran
eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri
kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran antara lain; diajarkan
teori/teorema/definisi, diberikan contoh-contoh dan latihan soal.
Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan menggunakan metode ceramah
sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Selain itu
metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, sehingga akibatnya
motivasi dan keaktifan siswa sulit dikembangkan. Pembelajaran matematika
masih dilakukan secara satu arah yaitu guru lebih mendominasi pelajaran
(Sardiman, 2008: 3). Dimana siswa hanya menyimak dan mendengarkan
informasi dari guru. Hal ini yang menjadikan kondisi yang tidak proporsional
antara guru yang aktif dan siswa yang pasif. Pendekatan pembelajaran
matematika dengan metode ceramah sampai saat ini masih banyak
diterapkanoleh para guru, termasuk guru matematika kelas VII di SMP
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh guru matematika di
SMP Kanisius Kalasan, materi bilangan bulat, khususnya penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, merupakan salah satu materi yang sulit dipahami
siswa kelas VII SMP Kanisius Kalasan. Siswa belum memahami dan
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat.. Dalam menyampaikan materi pelajaran
matematika, guru bidang studi matematika kelas VII SMP Kanisius Kalasan
lebih memilih metode ceramah karena dianggap paling mudah dilaksanakan.
Namun sebagian besar masih terdapat siswa yang cenderung mengalami
kesulitan dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat. Ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi
tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat juga akan membuat
siswa menjadi kurang aktif dan kurang termotivasi dalam pembelajaran
sehingga mengakibatkan hasil belajar kurang memuaskan.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat melaksanakan observasi
kegiatan pembelajaran di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta,
pada saat pembelajaran matematika berlangsung terlihat masih ada beberapa
siswa yang menunjukkan gejala kurang termotivasi dalam belajar, dimana
konsentrasi siswa ketika guru menyampaikan materi pembelajaran tidaklah
fokus ketika mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru.
Siswa hanya terlihat antusias di 15 menit pertama ketika guru menjelaskan
dan menyampaikan materi setelah itu siswa sibuk kembali mengobrol dengan
siswa kelas VII, mereka menyatakan merasa sedikit bosan, siswa hanya
mencatat dan cenderung mengantuk saat mendengarkan penjelasan dari guru.
Berangkat dari kondisi tersebut peneliti ingin menumbuhkan motivasi belajar
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan berharap dengan
bertumbuhnya motivasi belajar yang besar dalam diri dapat pula
meningkatkan hasil belajar siswa yang tentunya dengan pemilihan metode
pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar. Menurut Aswan dan Syaiful (2010:73) metode
pembelajaran berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan semangat belajar siswa. Metode pembelajaran yang
diharapkan bukan hanya metode yang melibatkan siswa secara individu tetapi
dapat juga melibatkan siswa dalam kelompok sosial yang akan membuahkan
interaksi dalam kelompok dan saling bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan tanpa menggantungkan pada salah satu siswa yang dianggap pintar.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa, dimana anggota-anggota kelompok
dibentuk secara heterogen (jenis kelamin, tingkat intelegensi yang berbeda).
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. (Trianto, 2007:52).
dan membantu memahami suatu bahan pelajaran. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang mampu memacu
keberhasilan individu dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu
peningkatan kemampuan akademik, penerimaan perbedaan individu, dan
pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran matematika dengan metode
STAD (student teams achievement division) diharapkan mampu memberikan motivasi lebih dalam belajar. Siswa dapat belajar mengemukakan pendapat
dalam kelompok-kelompok kecil. Selain itu metode STAD (student teams achievement division) juga memberikan kesempatan bagi siswa - siswi dalam mengembangkan interaksi sosial serta meningkatkan sikap saling membantu
dalam kerja sama untuk membantu anggota kelompok yang masih mengalami
kesulitan dalam proses belajar/memahami materi ajar. Dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi karena bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, dimana yang memiliki kemampuan lebih dapat
membantu yang kurang serta akan memunculkan rasa bersaing / kompetisi
baik kompetisi antar individu dalam kelompok dengan tetap saling menjaga
rasa kerja sama dan solidaritas antar anggota kelompok maupun kompetisi
antar kelompok yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa yang
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari materi ajar yang
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dikemukakan
permasalahan yang lebih spesifik sebagai berikut:
1. Dari hasil observasi terlihat bahwa motivasi belajar siswa yang masih
terlihat kurang termotivasi dalam belajar sehingga dapat berpengaruh
kurang baik terhadap hasil belajar siswa.
2. Pembelajaran matematika masih dilakukan secara satu arah yaitu berpusat
pada aktivitas guru pada proses pembelajaran di kelas.
3. Metode pembelajaran matematika di kelas VII A SMP Kanisisus Kalasan
masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu
didomonasi dengan metode ceramah dari pada model pembelajaran
kooperatif sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar yang
mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
4. Adanya kemungkinan keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Kanisius
KalasanYogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.
2. Masalah yang dibahas dibatasi lingkupnya pada pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif STAD (student teams achievement division) terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP
Kanisius Kalasan.
3. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division)
terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat berdasarkan nilai
ujian kompetensi awal (Pre test) dan di akhir pembelajaran (Post test)
pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas
VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
4. Materi yang dibahas adalah materi matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 1.Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan
dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (student teams achievement division) dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (student teams achievement division) dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (student teams achievement division) ditinjau dari peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta.
F. Batasan Istilah
1. Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap atau bertahan sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya (Sardiman
A.M, 1986:23).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran (Trianto, 2007: 41-42).
3. Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD adalah salah satu variasi dari
pembelajaran dengan strategi belajar menempatkan siswa dalam bentuk
kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau
jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Tiap kelompok terdapat
siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Di dalam
kelompok tersebut ada tanggung jawab bersama, jadi setiap anggota saling
membantu untuk menutupi kekurangannya. Ada proses diskusi, saling
bertukar pendapat, menghargai pendapat, pembelajaran teman sebaya,
kepemimpinan dalam mengatur pembelajaran dikelompoknya sehingga
yang terjalin adalah hubungan yang positif. Model pembelajaran
kooperatif STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu penyajian kelas,
belajar kelompok, kuis, skor perkembangan dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2007:52).
4. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong
atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai
suatu tujuan (Sukmadinata, 2005:61).
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal
karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai
peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan
guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa
terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas
belajar dengan senang karena didorong oleh adanya motivasi (Sardiman
A.M, 2008:75).
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dari hasil yang dicapai siswa
setelah melaksanakan usaha atau kegiatan belajar serta peningkatan
kemampuan siswa ke arah yang lebih baik (Nana Sudjana, 1989: 49-50).
Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil yang
dicapai siswa setelah melaksanakan usaha atau kegiatan belajar yang
berupa skor peningkatan kemampuan siswa dalam bidang matematika,
khususnya pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
G. Manfaat Hasil Penelitian Ini
Dengan diketahuinya pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013, diharapkan dapat
bermanfaat bagi para guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode
diajarkan sehingga mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar,
dan meningkatkan hasil belajar atau tujuan yang ingin dicapai.
2. Bagi siswa
Dari pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru, misalnya
STAD siswa diharapkan mampu menumbuhkan motivasi dan semangat
mereka dalam belajar sehingga pemahaman mereka terhadap materi yang
diajarkan oleh guru juga dapat meningkat.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi
penulis dalam mengelola pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division saat penulis telah memasuki dunia kerja nanti. Selain itu, penulis
dapat memperoleh kejelasan mengenai pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa,
serta dapat menerapkan cara mengajar atau metode pembelajaran yang
bervariasi, menyenangkan bagi siswa serta membangkitkan semangat
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut (Slameto, 2003:2) belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam belajar tidak hanya terlihat pada perubahan ilmu pengetahuan, tetapi
juga bentuk kecakapan keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian atau adaptasi diri.
Belajar merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap
dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (menurut Morgan dalam
Djaali, 2007:115).
Dari kedua definisi belajar diatas, definisi belajar secara umum
dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap atau bertahan sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Menurut Muhibbin (2005:144), faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yakni kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor dalam diri siswa meliputi dua aspek
yaitu:
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa-siswi dalam mengikuti pelajaran. Terutama indra
pendengaran dan indra pengelihatan, sebab belajar pada umumnya
menggunakan kedua indra tersebut.
2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Faktor tersebut antara lain tingkat intelegensi, sikap siswa,
minat siswa dan motivasi siswa.
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yakni kondisi
lingkungan sekitar siswa. Faktor dari luar siswa terdiri dari 2 macam,
yaitu:
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah seperti: para guru, para staf
administrasi dan teman sekelas.
b) Lingkungan sosial sekitar seperti: masyarakat, tetangga,
siswa dan juga teman bermain.
2) Lingkungan nonsosial
Seperti: gedung sekolah dan letaknya, rumah siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa.
c. Faktor Pendekatan (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk
mengajar.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Dr. Rusman (2011: 202) pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotannya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu
bahan pembelajaran. Menurut Trianto (2007:41-42) pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran dengan siswa belajar bersama dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tapi
heterogen, kemampuan jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling
membantu. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah
antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar
belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum
menguasai materi pelajaran. Nurulhayati (dalam Dr. Rusman, 2011:203)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran
yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja
sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar. Menurut Slavin (1995:2-3)
pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah strategi pembelajaran
dimana siswa belajar di dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lain, berdiskusi dan berdebat satu dengan yang lain
untuk saling mengisi kesenjangan dalam pemahaman. Kesuksesan
kelompok tergantung dari kemampuan kelompok untuk saling membantu
anggota kelompok dalam memahami materi hingga benar-benar paham.
Menurut Muslim Ibrahim (dalam Rusman, 2011:208) Pembelajaran
Kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola
belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah. Sedangkan
menurut Wina Sanjaya (2011:242) Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dalam kegiatan kelompok siswa diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus, seperti bekerja sama dengan baik dalam
kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompok, menghargai
pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang sudah memahami
materi membantu siswa yang belum memahami materi dan sebagainya.
Dalam pembelajaran kooperatif, gurulah yang membentuk
kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan memilih sendiri kelomponya,
maka siswa cenderung akan memilih teman-teman yang disukai, misalnya
karena sama kemampuannya, sama jenisnya atau sama asal-usul
daerahnya. Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khususnya
bila pengelelompokan yang terjadi untuk kelas baru atau guru yang baru
mulai mengajar yang masih mempunyai sedikit informasi tentang
siswanya.
2. Prinsip -prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat prinsip-prinsip yang saling terkait. Menurut Wina Sanjaya
(2011:246) terdapat empat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif,
a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu penyelesaian
tugas tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota
kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan
oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota
dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota
kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan
kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala
ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini
memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota
kelompok. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.
Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai
dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian
individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
Dalam hal ini, setiap anggota kelompok harus ikut aktif dalam
menyumbangkan gagasan dan bertanggung jawab terhadap penguasaan
materi pembelajaran secara maksimal karena hasil belajar kelompok
didasarkan atas rata-rata nilai anggota kelompok.
c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang
luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka
akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi
kekurangan masing-masing. Dalam hal ini, setiap anggota kelompok
saling berinteraksi menjalin hubungan kerja sama seperti melaksanakan
aktifitas bertanya, menjawab pertanyaan, meminta bantuan atau
memberi penjelasan.
d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Comunication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan masyarakat kelak. Oleh sebab
itu, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi,
menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan,
cara menyampaikan ide-ide yang dianggap baik dan berguna. Karena
tidak semua siswa dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, padahal
keberhasilan kelompok terletak pada kemampuan untuk berpartisipasi
dan keberanian untuk berkomunikasi.
Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, memberi tanggapan terhadap
ide teman lain, berani mempertahankan pendapat, mau menerima saran
dan sanggahan dari teman, tidak mendominasi orang lain dan berbagai
sifat lain yang bermanfaat secara sengaja diajarkan oleh guru, sehingga
siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha berpartisipasi dan mulai
untuk berkomunikasi (mengutarakan pendapat).
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2011: 208), ciri-ciri pada kebanyakan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Dalam Trianto (2007: 48-49) terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar. 4 Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana. Selain itu,
pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat digunakan untuk
memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana
materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau
Menurut Slavin (dalam Dr. Rusman 2011:213) model STAD
(Students Team Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris,
Teknik dan banyak subjek lainnya dan pada tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
2. Tahap-tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Tahap-tahap pelaksanaan model kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap dimana guru mempersiapkan
semua keperluan dalam mengajar (mempersiapkan materi, perangkat
mengajar, LKS, soal kuis), menentukan metode pembelajaran dan
menyajikan materi awal pembelajaran. Guru membagi kelompok yang
masing-masing kelompok beranggotakan 4-6 orang dengan tingkat
prestasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Pembagian kelompok
diatur berdasarkan skor awal. Skor awal diperoleh dari tes yang
diberikan kepada setiap siswa secara individu.
b. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap penyampaian materi, guru menyampaikan materi
sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Penyajian materi
terbimbing). Dalam penyampaian materi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajarai oleh peserta didik dalam kelompok
2) Menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami
makna dari materi yang dipelajari bukan menghafal materi
3) Mengontrol pemahaman peserta didik sesering mungkin
4) Memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari
setiap pertanyaan
5) Beralih pada materi lain, jika siswa sudah memahami
permasalahan yang dihadapi
6) Dalam pemberian tugas kelas, sebaiknya siswa mengerjakan satu
atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik, agar
tidak terlalu menyita waktu
c. Tahap Kegiatan Kelompok
Pada tahap kegiatan kelompok, peserta didik mempelajari materi
dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan
kelompok, setiap anggota kelompok harus saling membantu dan
bertanggung jawab atas kelompoknya. Guru mempersiapkan bahan
tugas kelompok sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
Peran guru dalam kegiatan kelompok adalah sebagai fasilitator,
konsep, menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan kepada
siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan
d. Tahap Pelaksanaan Tes Individu
Jika materi sudah dipelajari dan dibahas dalam kelompok,
peserta didik diberi tes/kuis secara individu. Tes/kuis individu ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai oleh peserta didik dan untuk menunjukkan apa saja yang
diperoleh peserta didik selama belajar dalam kelompok. Hasil tes
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan
dalam nilai perkembangan kelompok.
e. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih skor
awal dengan perolehan tes akhir. Setiap anggota kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal
untuk nilai perkembangan kelompoknya berdasarkan perolehan nilai
tes. Penghitungan skor perkembangan menurut Slavin (Trianto,
2007:55) didapat melalui kriteria berikut:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Nilai Tes Skor
Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0 poin
10 poin sampai dengan 1 poin dibawah skor awal 10 poin Skor awal sampai dengan 10 poin datas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin
f. Tahap Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan
belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, skor
perkembangan,sertifikat kecil, ucapan selamat atau barang yang dapat
berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak,
dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi
kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kriteria
untuk status kelompok, skor kelompok dihitung dengan membuat
rata-rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlah
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Ratumanan (Trianto, 2007:56)
yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang diperoleh tiap
anggota kelompok, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
0 ≤ − ≤5 -
5 ≤ − ≤15 Tim Baik (good team)
15 ≤ − ≤25 Tim Hebat (great team)
25 ≤ − ≤30 Tim Super (super team)
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1) Menumbuhkan interaksi positif antara siswa melalui diskusi dalam
2) Melatih dan mengembangkan bakat kepemimpinan serta
mengajarkan keterampilan untuk betutur kata di depan umum
(kelas).
3) Siswa yang pandai maupun yang lemah sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
4) Meningkatkan semangat kebersamaan, bekerja sama,
mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai antar
anggota kelompok serta menghargai pendapat orang lain.
5) Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi yang
diberikan karena setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama
untuk memppertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tidak ada pendekatan atau model pembelajaran kooperatif yang
sempurna, demikian halnya dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, dimana masih terdapat kelemahan-kelemahan sebagai
berikut:
1) Kontribusi dari siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang.
2) Siswa berprestasi rendah akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
3) Kemungkinan adanya ketergantungan dalam kelompok, siswa yang
berprestasi rendah bisa bergantung pada siswa yang pandai.
4) Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran banyak, sehingga
5) Adanya kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.
Dalam hal ini, mungkin guru dan siswa belum berpengalaman
dalam pembelajaran kooperatif, sehingga peneliti mencoba mengusulkan
pendekatan kooperatif yang dirasa paling mudah dan sederhana
dilaksanakan yaitu tipe STAD. Untuk melaksanakan pembelajaran tipe ini,
peneliti bekerja sama dengan guru mengenai bagaimana ketentuan
pembelajaran kooperatif tipe STAD serta rancangan dan pelaksanaan
pembelajarannya.
D.Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi,
bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi
mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat
diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.
Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar
sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa
melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong oleh adanya
Menurut (Muhhibin, 2005:151) motivasi dapat dibedakan menjadi
2 macam , yaitu:
a. Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar.
Contoh: seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin untuk mencari
buku-buku untuk dibaca. Atau dengan kata lain, seseorang siswa itu
melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan,
nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar.
Contoh: seseorang belajar karena tahu besok pagi akan diadakan ujian
dengan harapan hasil ujian mendapatkan hasil yang baik, sehingga
akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.
Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang
mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan
Menurut MC Donald dalam (Sardiman, 2008:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar
dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan (hasil belajar).
2. Ciri-Ciri Motivasi pada Diri Setiap Orang
Sardiman (2008:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang
memiliki ciri-ciri:
a. Tekun menghadapi tugas
Dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah ”untuk
orang dewasa” (misalnya masalah pembangunan agama, politik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap
setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya)
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Menurut Made Wena (2009:33), motivasi pada diri siswa dilihat
dari karakteristik tingkah laku siswa, yaitu keantusiasan dalam belajar,
minat atau perhatian dalam pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan
belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar,
selalu berusaha mencoba serta aktif mengatasi tantangan yang ada di
dalam pembelajaran.
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Sardiman (2008: 85) fungsi motivasi dalam belajar antara lain:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Contoh: seseorang siswa yang akan menghadapi ujian
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Artinya, usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang menunjukkan
karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi,antara lain:
1) Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2008:
151). Kecenderungan ini berasal dari rasa tertarik dan perasaan yang
senang yang menetap sehingga mendorong seseorang untuk
berperilaku tertentu teradap suatu obyek.
2) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu
obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya
3) Ketekunan
Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam belajar.
Menurut Sardiman (2008:83) ciri-ciri siswa yang termotivasi yaitu
tekun dan ulet dalam menyelesaikan tugas, dalam hal ini bekerja
terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai.
4) Keantusiasan
Dalam (KBBI, 1988:44), antusias berarti adanya gairah dan semangat
pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Keantusiasan siswa
dalam belajar dapat dilihat dari semangat yang dimiliki siswa dalam
mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan terhadap pertanyaan
baik dari guru maupun dari teman, serta aktif menanggapi hasil
diskusi yang disajikan.
5) Perasaan
Dalam (KBBI, 1988:932) perasaan merupakan rasa atau keadaan batin
seseorang ketika menghadapi sesuatu. Dalam hal ini perasaan
merupakan keadaan batin siswa ketika belajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti siswa terlihat
senang dan bersemangat seta tumbuh keceriaan dalam diri siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
6) Keterlibatan
Dalam (KBBI, 1988:668) keterlibatan berarti dalam keadaan terlibat,
adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap ataupun emosi
berdiskusi , bekerja sama dalam memecahkan masalah, keterlibatan
dalam mempresentasikan jawaban, mengungkapkan ide dan
menjelaskannnya serta terlibat dalam menggunakan alat peraga untuk
memecahkan masalah.
7) Keingintahuan
Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk belajar
yaitu sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
(Arden dalam Sardiman, 2008: 46). Dalam hal ini siswa memiliki
keingintahuan yang tinggi untuk menyelidiki materi dan penyelesaian
soal-soal yang belum dipahami oleh siswa.
4. Cara atau Upaya Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di
Sekolah
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
a. Memberi angka
Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat . Namun ada pula siswa yang belajar hanya
sekedar ingin naik kelas. Motivasi yang dimiliki oleh siswa-siswi
yang seperti ini kurang berbobot dibandingkan dengan siswa yang
ingin mendapatkan nilai yang baik. Hal inilah yang perlu menjadi
perhatian guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum
selanjutnya yaitu bagaimana guru memberikan angka-angka yang
dikaitkan dengan value yang terkandung di dalam setiap pengetahuan
yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak hanya sekedar
kognitif saja akan tetapi keterampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai suatu motivasi tetapi tidak selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan
segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga
harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik merupakan simbol
kebanggan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa