Harian J awa Pos dengan Koran Harian Sur ya)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sar jana pada
FISIP UPN : “Veteran” J awa Timur
Oleh :
GUNTUR LAERY DARMAWAN
NPM. 05 43010 147
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul “Objektivitas Berita Satu Sekolah Nyontek Masal (Analisis Isi Objektivitas Berita Berita Satu Sekolah Nyontek Masal Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 3-10Juni 2011). Tujuan penulis meneliti objektivitas pemberitaan ini adalah untuk mengetahui objektif atau tidak pemberitaan ini.
Selama melakukan penulisan penelitian ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih pada Pembimbing Penulis Ibu Dra. Herlina Suksmawati, Msi. serta pihak-pihak yang telah membantu penulis selama melakukan Skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga penulis mendapatkan kemudahan selama proses penelitian dan penyusunan laporan.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Saifuddin Zuhri. Msi. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
b. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Apikal Fam “z dan juga Nyorngat Fam”z,
c. Seluruh teman-teman kampus
d. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 6 Juli 2011
HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 12
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi Massa ... 13
2.1.2. Berita ... 17
2.1.3. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik………. . 27
2.1.4. Pengertian Surat Kabar………. . 31
2.2. Objektivitas Berita ... 32
2.3. Kerangka Berfikir……….. 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 37
3.1.1. Satu Sekolah Ntontek Masal……….. 38
3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers ... 39
3.5. Teknik Analisis Data ... .. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 46
4.1.1 Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos... 46
4.1.2 Redaksional Surat Kabar Jawa Pos... 48
4.1.3 Jawa Pos edisi Surabaya... 49
4.1.4 Jawa Pos edisi luar Surabaya... 49
4.1.5 Kawasan Jawa Tengah dan DIY... 51
4.1.6 Gambaran Umum Surat PT. Antara Surya Jaya... 52
4.1.7 Visi dan Misi PT. Antar Surya Jaya... 53
4.1.8 Lokasi Perusahaan ... 54
4.2 Penyajian Data Dan Analisis Data ... ... 55
4.2.1 Obyektivitas Pemberitaan... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...103
5.2 Saran...104 DAFTAR PUSTAKA
Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk melihat objektif atau tidak pemberitaan
yang ditulis pada Surat Kabar Jawa Pos tentang pemberitaan Contek Masal di Surabaya dengan
periode yang telah ditentukan.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang bersifat kuantitatif, dengan
analisis tersebut digunakan untuk mengkaji isi objektivitas pemberitaan Satu Sekolah Nyontek
Masal.
Pemberitaan tentang berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Surabaya. Hasil yang didapat
dari 9 berita yang penulis teliti, ada 3 berita yang sudah termasuk kedalam kategori objektif, dan
6 berita tidak termasuk dalam kategori objektif, jadi kesimpulan dari berita Satu Sekolah
Nyontek Masal ini masih belum objektif.
Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting
dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak
ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber
berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Kata kunci, objektivitas,Contek Massal Di SDN Gadel 2 Di Surabaya
ABSTRACT
GUNTUR LAERY DARMAWAN, OBJECTIVITY NEWS IN MASS Contek SDNGADEL 2 S
URABAYA (Objectivity News Content Analysis in Mass Contek SDNGadel 2 Surabaya At Java
Post and Daily Newspapers Daily Newspapers Surya)
The purpose of this study was to look objectively or is not news that newspapers are
written in Java Post about news cheathing Mass in Surabaya with the given period.
The research method used is quantitative content analysis, the analysis used toassess
the objectivity of the news content of The School of Mass cheating.
One news reporting about mass cheating School in Surabaya. The results obtainedfrom
9 news that I researched, there are 3 news that has been included into thecategory
of objective, and 6 are not included in the category of news objectively, sothe conclusions from
news One School of Mass cheating is still not objective.Objectivity of news is very important in
the presentation of a story. Not an objectivepresentation of news can cause a lot of imbalance,
which means that news is onlybased on information presented in news sources that are less likely
to complete andunilateral.
1.1 Latar Belaka ng Masa lah
Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di dalam dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut diatas tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang mempunyai banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini negara yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi akan lebih memperoleh kesempatan memiliki sistem komunikasi yang dapat menunjang kepentingan nasionalnya, ideologinya, dan pandangan hidupnya.
Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26).
informasi saja, dengan kata lain jurnalistik adalah suatu berita yang dapat disebarluaskan pada masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat secara massal itu dipergunakan untuk melakukan social control, sehingga surat kabar tidak hanya bersifat informatif tetapi juga persuasive. Bukan hanya sekedar menyampaikan informasi saja tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. (Effendy;1993:93)
Masyarakat semakin membutuhkan informasi. Masyarakat mulai bergantung kepada media massa sebagai penyaji beragam informasi. Pengaruh media massa semakin besar bagi masyarakat. Oleh sebab itu, media massa pers harus tetap menjalankan fungsinya sebagai lembaga kemasyarakatan yang tetap mempertahankan idealism pers dalam menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak sasarannya.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap disukai.
Semakin banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di masyarakat saat ini dapat memberi dampak maupun pengaruh pada penerbit surat kabar maupun pembaca. Pengaruh akan banyaknya penerbit adalah konsumen / pembaca akan lebih selektif dalam pemilihan surat kabar, sedangkan untuk penerbit mereka harus selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan penyajian berita-beritanya. Penampilan bentuk surat kabar juga harus lebih menarik agar dapat mamikat konsumen.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan informasi kepada masyarakat.
Penerbitan pers dengan format koran mempunyai frekuensi penerbitan yang sangat tinggi, karena waktu penebitannya dilakukan setiap hari. Sehingga informasi-informasi yang yang disampaikan pada khalayak bersifat up to date, dari beberapa koran terbitan yang ada di Jawa Timur, Jawa Pos merupakan salah satu koran terbesar yang memiliki pembaca terbanyak di Jawa Timur. Karena berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar atau majalah. (Djuroto, 2002:7).
Sebuah berita yang dianggap penting dan aktual serta sesuai kebutuhan informasi khalayak pembacanya akan ditempatkan sebagai berita utama. Berita utama yang baik akan membuat pembaca tergerak untuk memberikan perhatiannya pada surat kabar tersebut, mengingat posisinya yang ditempatkan di halaman muka dari surat kabar.
Berita utama didefinisikan oleh junaedhie (1991:29) adalah berita yang dianggap sangat layak dipasang di halaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian menggunakan tipe huruf lebih besar, pendeknya berita istimewa. Berita utama adalah berita terpenting dari semua berita yang dimuat dalam suatu surat kabar, maka pemilihan berita utama dilakukan selektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya. Biasanya tema berita yang diangkat menjadi berita utama dipilih dan disepakati oleh redaksi sebagai tema yang paling pantas untuk diketahui masyarakat pada saat itu.
Aam mempraktekkan apa yang dilakukan pada saat simulasi. Dia pun mengerjakan semua soal. Setelah selesai mengerjakan soal, Aam menyalin jawaban kekertas buram yang sudah disiapkan. “ Saya salin jawaban, tapi tidak semua jawaban sama dengan yang saya tulis dilembar jawaban,” ucap Aam. Lembar kertas buran yang sudah terisi jawaban itu pun diberikan kepada teman dibelakangnya. Jawaban tersebut kemudian diteruskan keteman lainnya. Setelah semua siswa yang berada di satu ruangan dengan Aam selesai menyontek jawaban, ada seorang siswa ketoilet. Dia adalah yang ditugasi menyerahkan jawaban Aam kekelas lain. Total ada 60 siswa yang saat itu mengikuti ujian siswa-siswa tersebut dibagi kedalan tiga kelas semua siswa yang ada di tiga kelas tersebut mendapatkan sontekan dari Aam. “ Mungkin tidak sepenuhnya menyontek jawaban anak saya, “ Ucap SM saat mendampingi anaknya. Praktek n yo n t ek massal itu dilakukan sampai ujian selesai.
memprihatinkan,”ujarnya. Menurut dia, gejala-gejala seperti itu tidak bisa diabaikan. Kejadian itu harus menjadi sinyal keras bagi Dispendik surabaya untuk mengevaluasi proses pembelajaran.
Berita di atas merupakan kutipan dari koran Jawa Pos dan koran Surya. Dalam penulisan berita tersebut judul berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau istimewa. Berita utama dilakukan selektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat pada saat itu.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta, tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy, 1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas pers dari surat kabar yang menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih media Jawa pos dan Surya, media koran harian Jawa Pos dan Surya dipilih sebagai obyek penelitian karena Jawa pos merupakan salah satu media yang berada dan berkantor pusat di Surabaya dimana dilihat dari sisi news value dari berita yang diangkat oleh penulis kejadian perkara juga berada di Surabaya. Alasan kedua penulis memilih media koran Jawa Pos karena pemberitaan Satu Sekolah Nyontek Masal menjadi sebuah berita yang istimewa, dan menjadi headline dalam rubric Metropolis, berita ini menggunakan font dengan size besar pada judulnya.
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Objektivitas Berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran harian Jawa Pos dan Surya?.”
1.3. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran Jawa Pos dan Koran Surya.”
1.4. Kegunaan penelitian
1. Kegunaan Teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i 2.1.1. Komunikasi Massa
Didalam mengarungi kehidupan, manusia tidak lepas dari berkomunikasi baik dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan media massa. Komunikasi telah mencapai tingkat dimana orang berbicara secara serempak dan serentak dengan jutaan manusia, hal itu dilakukan melalui media massa atau disebut komunikasi massa. Komunikasi masa menurut Bittner (dalam Rakhmat, 2001 ).
“mass Communication is message communication through a mass medium to large number of people”
(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
banyaknya, ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pula umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinikasikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, tabloid, film, buku dan pita).
Lebih lanjut Efendy (2001) menegaskan tentang pengertian komunikasi massa yaitu :
“Mass communication is process by which a message is transmitted through one more of the mass media (Newspaper, Radio, television, movies, magazine, and books) to an audience that is relatively large an animous.”
Jadi komunikasi massa adalah proses menyebarkan pesan melalui salah satu media massa (Tabloidm radiom televise, bioskop, dan buku-buku) kepada khalayak luas yang tidak dikenal.
McQuail (2001) dalam bukunya Teori komunikasi Massa. Suatu pengantar, menjabarkan tentang ciri-ciri komunikasi massa yaitu “ sumber komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal, “sang pengirim”nya seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan (penerima) adalah bagian dari khalayak luas. Peasanya tidak unik beraneka ragam dapat diperkirakan. Seringkali diprosses, distadarisasikan dan selalu diperbanyak.
Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang serentak.
Senada dengan McQuail, Effendy (2001) memberikan cirri-ciri tentang komunikasi Massa yaitu :
1. Komunikator pada komunikasi massa
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga yaitu suatu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga (Institusionalized Communication / Organaized Communicator). Komunikator pada komunikasi massa misalnya warttawan tabloid, karena media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijakan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan pendapat (Freedom
of Expression atau Feredom of Opinion) merupakan kebebasan terbatas
(Restricted Freedom).
2. Komunikan pada komunikasi massa bersifat homogeny
Satu-satunya cara untuk mendekati keinginan selalu khalayak adalah dengan mengelompokan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan lain-lain. Hampir semua tabloid, surat kabar, radio, televise, menyajikan acara atau rubric tertentu yang diperuntukan bagi anak-anak, remaja, dewasa, wanita dewasa, remaja putrid, pedagang, petani, ABRI, AU, pemeluk agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lain-lainnya; para penggemar music, film, sastra; dan kelompok-kelompok lainya.
3. Pesan pada Komunikasi massa bersifat umum
Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Media massa akan menyiarkan berita seoarng menteri yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak menyiarkan berita seorang mentri yang menyelenggarakan khitanan putranya. Perkucualian bagi seorang kepala Negara, media massa kadang memberikan perihal beliau merayakan ulang tahunnya, menikahkan putra-putrinya, hobinya berburu, walaupun sebetulnya tidak ada hubungannya untuk kepentingan umum.
4. Komunikasi massa berlangsung satu arah
misalnya melalui rubrik “suara pembaca” atau “suara pendengar” yang biasanya terdapat di tabloid, surat kabar maupun radio. Tetapi semua itu terjadi setelah komunikasi dilancarkan oleh komunikator, sehingga komunikator tidak bisa memperbaiki gaya komunikasi seperti yang biasa terjadi pada komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut maka komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikasi haruslah komunikatif.
5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Hal ini merupakan ciri hakiki di music atau penyanyiingkan dengan media komunikasi yang lain. Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi tetapi bukan media komunikasi massa karena tidak mengandung cirri keserempakan. Pesan yang disampaikan tidak diterima oleh khalayak dengan melihat poster atau papan pengumuman secara serempak atau bersama-sama. Lain dengan radio, televise, tabloid, surat kabar, pesan yang disampaikan secara serempak bisa diterima oleh khalayak.
2.1.2. Ber ita
artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.
Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 : 52).
Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar.
Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.
2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.
Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang, Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat. Dan dalam mengangkat sebuah berita, wartawan menyerahkan laporan berita yang mereka liput kepada editor;
editor adalah orang yg mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan diterbitkan
oleh majalah, surat kabar, dsb.
Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan,
human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.
Sedangkan menurut Effendy (2010:67)
1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.
3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat terkenal,
4. Dampak, Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :
1. Elementary yaitu :
a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, when, why, where, who, dan how (5W+1H).
b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda
dengan Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu sendiri.
c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang
2. Intermediate yaitu :
a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada
sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.
b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang
menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
3. Adnance yaitu :
a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.
b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis
c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum
Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam kacamata jurnalistik, tidak semua fakta adalah berita.
Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah dasar-dasar jurnalistik).
Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.
2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.
3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.
a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran informasi.
b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.
d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi seseorang.
Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.
Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.
Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin pada isi beritanya.
1. Memberikan identitas pada berita
2. Mempermudah pembaca untuk memilih berita 3. Menarik perhatian pembaca
Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini sangat penting atas pertimbangan berikut :
1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari unsure berita yang disajikan.
2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.
Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas waktu dalam sebuah penyajian berita.
terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik (Inverted Pyramid), seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.1
Pir amida Ter balik 5W+ 1H
Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :
a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi c. When : Kapan peristiwa itu terjadi
d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi
e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi
Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau mendukung tulisan pada paragraf pertama.
J U D U L
LEAD (5W + 1H)
TUBUH
Rincian lead, latar belakangdan informasi lanjutan
Sangat
[image:31.612.184.511.187.369.2]Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah :
a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.
b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang bersifat heterogen.
c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat. d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release
walaupun mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa. e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu
mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations sebagai sumber informasi.
f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan kata yang berbelit-belit.
penelusuran, narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai pertanggungjawaban berita lainnya.
Nara sumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.
2.1.3. Per s Dalam Kaidah J ur nalistik
Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan. (Rivers, 2004:51)
Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)
ia berwujud, konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi aspek pers itu sendiri.
Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:
”Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya dilengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stencil atau alat-alat tehnik lainnya.”
Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.
Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu, menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Informatif
kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang peristiwa yang diduga akan terjadi.
2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )
Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan lain sebagainya.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif
Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian (biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.
4. Fungsi Menghibur
Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu penting.
5. Fungsi Regeneratif
sekarang, bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.
6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara
Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab dan menjami hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penenrangan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.
7. Fungsi Ekonomi
Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani sistem ekonomi melalui iklan
8. Fungsi Swadaya
Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. ( Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )
2.1.4. Penger tian Sur at Kabar
Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002: 11).
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku ”Ensiklopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karanga-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi: 1991:257).
Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama kali di Amerika Serikat, menurut sejarahnya surat kabar ditemukan dan dicetak pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin Harris (Djuroto, 2002:5)
2.2. Objektifitas Ber ita
Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada di benak khalayak –
the world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan
informasi media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.
Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.
Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally
detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994
: 635).
fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatakan “wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.
Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama (Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fainess dan validitas pemberitaan, berikut kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).
a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi:
1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita. 2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita.
b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi :
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan. 2) Ketidakberpihakan, dilihat dari ukuran fisik luas kolom. c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan pelaku langsung.
2.5. Ker angka Ber pikir
Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.
Demikian halnya dengan berita mengenai tentang Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran harian Jawa Pos dan Koran harian Surya yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita mengenai Satu Sekolah Nyontek Masal di media surat kabar Jawa Pos dipilih penulis sebagai subyek penelitian.
Gambar 2.3 Ker angka Ber fikir
Objektivitas Berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran Jawa Pos dan Koran Surya
Kategorisasi Obyektivitas : 1. Akurasi Pemberitaan :
1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita
2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa 3. Penggunaan Data Pendukung,
Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan 4. Faktualitas Berita
2. Fairness/Ketidakperpihakan pemberitaan :
1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan
2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan 3. Validitas Keabsahan:
1. Atribusi
2. Kompetensi Sumber Berita
[image:42.612.129.507.141.554.2]Definisi operasional merupakan suatu konsep pengukuran variabel-variabel
penelitian dapat dijelaskan dengan indikator-indikator variable penelitian dengan
mengkategorisasikan pemberitaan berdasarkan Teori yang ada.
Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan
peneliti bersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena riset ini
menggambarkan
suatu
masalah
yang
hasilnya dapat digeneralisasikan
(Kriyantono,2006 : 55).
Berdasarkan metodologi diatas, penelitian ini menggunakan metode analisis isi
yang digunakan untuk menganalisis isi pesan yang tampak, dengan cara sistematik
dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif yang
bertujuan membuat deskripsi secara sistimatik, faktual, akurat tentang fakta serta sifat
yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.
3.1.
Definisi Operasional
Dalam isi berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran Jawa Pos dan Koran
Surya tersebut khalayak dapat memberikan pendapatnya secara langsung kepada isi
pemberitaan tersebut sehingga masyarakat dapat menilai dengan pandangannya
Pemberitaan didalam rubrik Metropolis pada Koran Jawa Pos dan Koran
Surya tentang Satu Sekolah Nyontek Masal dapat mewakili keingintahuan
masyarakat serta menjadi bahan pembicaraan yang hangat di masyarakat serta
penerimaan kritik dan saran atau hujatan sekalipun dari masyarakat luas. Sehingga
dapat menimbulkan topik pembicaraan dalam kalangan masyarakat dengan
memberikan argumentasi secara objective journalism yang berbobot.
3.1.1. . Berita Satu Sekolah Nyontek Masal
Skandal nyontek masal terjadi di SDN Gadel 2 dalam pelaksanaan ujian
nasional (unas).sekolah dasar (SD) pada 10-12 Mei lalu. Siswa satu sekolah di salah
satu SD negeri (SDN) dikawasan Tandes ternyata terlibat nyontek masal. Salah
seorang siswa di sekolah itu yang berinisial Aam ditugasi membagikan jawaban
kepada teman-temannya,jawaban itu juga diberikan kepada siswa di kelas VI di dua
ruangan yang lain.
Terkuaknya skandal tersebut berawal dari laporan SM, ibu Aam kepada Dinas
Pendidikan (Dispendik) Surabaya Rabu lalu(1/6). SM melaporkam kejadian itu
karena merasa anaknya dieksploitasi dan dididik berlaku tidak jujur oleh para
gurunya sendiri. ’’Anak saya tidak hanya memberikan kunci jawaban untuk satu mata
pelajaran, namun tiga pelajaran yang diunaskan sekaligus,”ungkap SM saat di temui
SM mengatakan, kecurangan tersebut sudah di atur dengan rapi sebelum ujian
berlangsung. Jauh-jauh sebelum ujian, dia sudah di pesan oleh wali kelas untuk
membantu siswa lain. Bahkan, satu hari sebelum ujian berlangsung, ada simulasi
untuk melakukan nyontek masal. Simulasi itu dilakukan di ruang kelas, persis seperti
ujian sungguhan. “Aam, kamu harus membantu teman kamu, kapan lagi kamu
membalas budi guru-gurumu,“ ucap SM menirukan perkataan wali kelas kepada
anaknya.
Pada saat ujian berlangsung, Aan pun mempraktikkan apa yang dilakukan
pada saat simulasi. Siswa kelas VI SD yang sudah langganan juara kelas itu duduk di
bangku paling depan di pojok kiri. Dia pun mengerjakan semua soal, setelah
mengerjakan semua soal, dia pon menyalin semua jawaban ke kertas buram yang
sudah di sediakan. “saya salin jawaban, tapi tidak semua jawaban sama dengan yang
saya tulis di lembar jawaban,” ucap Aam saat ditemui kemarin.
3.2. Kategorisasi Obyektivitas Per s
Subjek dalam penelitian ini adalah Koran Jawa Pos pada Rubrik Metropolis dan
Koran Surya, dan objek penelitian Berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Surabaya
Pada Koran Harian Jawa Post dan Koran Surya.
Dari berita kasus Satu Sekolah Nyontek Masal di surat kabar harian pagi Jawa
Pos dan Koran Surya yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini, kemudian
disesuaikan agar diperoleh hasil yang akurat, karena validitas metode dan
hasil-hasilnya sangat bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian
menggunakan kategorisasi yang digunakan oleh Rachma Ida, PhD.
Kategorisasi Obyektivitas pemberitaan menurut Rachma Ida (Kriyantono,
2006: 244 dan juga dalam Bungin, 2003: 154-155):
Akurasi pemberitaan, meliputi :
1)
Kesesuaian judul berita dengan isi berita, konsep ini dibagi dalam dua
kategorisasi :
a)
Sesuai, bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi
berita atau kutipan yang jelas-jelas ada di dalam pemberitaan atau ada
dalam isi berita.
b)
Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang
sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas
ada.
2)
Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Kategori dalam konsep ini,
yaitu :
a)
Dicantumkan waktu, bila dalam tulisan mencamtumkan tanggal,
pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya,
yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.
b)
Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika dalam tulisan itu tidak
3)
Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian
yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistik, foto, ilustrasi
gambar dan lain-lain, konsep ini dibagi
a)
Ada data pendukung, bila tulisan dilengkapi dengan salah satu data
pendukung, seperti foto peristiwa, tabel, statistik (angka-angka) dan
data referensi (buku undang-undang, peraturan pemerintah, dan
lain-lain).
b)
Tidak ada data pendukung, bila tulisan itu sama sekali tidak dilengkapi
dengan data pendukung.
4)
Faktualitas berita, konsep ini dibagi atas kategori :
a)
Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita
itu terdapat kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, sepertinya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya,
diperkirakan, diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver,
sayangnya, dan lain-lain.
b)
Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel
tidak ada kata-kata opinionative.
B.
Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan, meliputi :
a)
Seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan diberi
porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber
beritanya.
b)
Tidak seimbang, yaitu jika masing-masing pihak yang diberitakan
tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita.
2)
Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters
kolom) yang dipakai yaitu :
a)
Seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.
b)
Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.
C.
Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :
1)
Atribusi sumber berita. Konsep ini dibagi menjadi :
a)
Sumber berita jelas, apabila dalam berita itu sumber beritayang
dipakai dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.
b)
Sumber berita tidak jelas, bila dalam berita tidak dicantumkan
identitas sumber berita.
2)
Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan
informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi
a)
Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
pengamatan wartawan secara langsung.
b)
Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa tersebut.
c)
Bukan pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan
hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami
langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses
informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru
bicara, kapuspen, atau juga pejabat yang berwenang tetapi tidak
berada di lokasi ketika peristiwa itu terjadi.
Berita dikatakan objektif bila sudah memenuhi ketiga kategorisasi diatas. Bila
dalam pemberitaan berita masih ada yang belum memenuhi syarat dari kategorisasi
maka berita dinyatakan tidak objektif.
3.3.
Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1. Populasi
Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi peneliti
untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
berita yang ada di surat kabar harian Jawa Pos dan Surya tentang Berita Satu Sekolah
Nyontek Masal di Surabaya Pada Koran Harian JawaPos dan Koran Harian Surya.
Populasi penelitian ini adalah pemberitaan yang dimuat di harian Jawa Pos dan Koran
3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah
besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah
representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan Henry Subiakto (Kriyantono
2006 : 151), menyatakan besaran sample tidak ada ketentuan pastinya, yang penting
adalah hasilnya yang representatif. Dalam makalah content analysis jika jumlah
populasi penelitian cukup besar, maka untuk mempermudah penelitian, dapat
mengambil sample dengan jumlah 50%, 25%, atau minimal 10% dari keseluruhan
populasi.
Teknik pengambilan sample menggunakan penulis total sampling, yaitu
sample diambil secara keselurahan dari jumlah populasi yang didasarkan pada
keseluruhan unit populasi, yakni berita Berita Satu Sekolah Nyontek Masal di
Surabaya Pada Koran Harian JawaPos dan Koran Harian Surya yang menjadi
populasi dalam penelitian ini. Dengan demikian harus dihindari adanya diskriminasi
unit populasi antara satu dengan yang lain karena semua memiliki kesempatan yang
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diambil secara langsung dari harian Jawa Pos dan harian Surya yang terlebih dahulu
telah didokumentasikan. Prosedur yang digunakan dalam penilitian ini adalah ;
pertama, dengan melakukan pencatatan setiap unit berita Berita Satu Sekolah
Nyontek Masal di Koran harian Jawa Pos Koran harian Surya. Kedua, setiap data
yang dikumpulkan dengan lembar koding untuk memasukkan data-data berdasarkan
kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan metode analisi data
yang selanjutnya akan dilakukan proses penghitungan dan analisis, diinterpretasikan
guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan, serta untuk
mengetahui tujuan penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan diuraikan
dengan menggunakan lembar koding. Selanjutnya teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas berita. Data dianalisis dengan
menggunakan tabel kategorisasi melalui tabel frekuensi. Dari tabel tersebut akan
dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness, validitas berita
yang diungkapkan dalam Berita Satu Sekolah Nyontek Masal di Koran harian Jawa
46 4.1 Gambar an Umum Per usahaan
4.1.1 Gambar an Umum Surat Kabar J awa Pos
Jawa Pos merupakan surat kabar yang menyajikan berita-berita umum. Berita-berita ini meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nasional maupun internasional yang diantaranya kegiatan ekonomi, politik, budaya, hukum, pemerintahan dan sebagainya. Disamping itu Jawa Pos juga menyajikan berita-berita lain yang didasarkan peristiwa daerah Jawa timur dan Indonesia timur.
PT. Jawa Pos didirikan oleh The Chung Sen atau lebih dikenal dengan Soeseno Tedjo pada tanggal 1 Juni 1949. surat kabar Jawa Pos pertama kali terbit bernama Java Pos. karena wawasannya yang luas dan berorientasi ke depan. The Chung Sen dikenal sebagai raja surat kabar dari Surabaya. Surat kabar yang pernah diterbitkannya adalah surat kabar berbahasa Indonesia yakni Jawa Pos, surat kabar berbahasa Tionghoa yakni Huan Chian Shir, dan surat kabar yang menggunakan bahasa Belanda yakni De Vrije Pers.
kian sulit diikuti, membuat oplah jawa pos semakin menurun sehingga pada tahun 1982 oplahnya tinggal 6700 ekslempar perhari. Dalam usianya yang semakin uzur Soeseno Tedjo memutuskan untuk menyerahkan pengelolaan Jawa Pos kepada mingguan berita Tempo, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dan dibawah kendali Dahlan Iskan pada tahun 1986 oplah Jawa Pos meningkat secara spektakuler mencapai 100.000 eksemplar perhari. Dengan adanya tekad besar manajemen Jawa Pos terus melakukan inovasi dan gebrakan-gebrakan baru, yakni salah satunya dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas berita.
Beberapa tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saati ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia.
Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos Grup mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, Parahiyangan TV di Bandung.
Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru : Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat.
Surat kabar Jawa Pos selain mempunyai misi bisnis juga sebagai pilar utama kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian informasi yang dihendaki dan diarahkan pada sesuatu yang lain yaitu menampilkan rubrik-rubrik tertenntu sebagai dominasi unggulan, termasuk juga iklan. Jawa pos menghasilkan surat kabar sebagai produk cetak yang tebrit setiap hari, sebelum menjadi wujud koran yang siap dibaca melalui proses redaksional sampai dengan proses produksi yakni dari penataan dan pendataan bahan baku sampai dengan barang jadi.
4.1.2 Redaksional Surat Kabar J awa Pos.
4.1.3. J awa Pos edisi Sur abaya.
Jawa Pos edisi Surabaya beredar di daerah Kota Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik), terbit dengan empat seksi utama:
1. Jawa Pos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis, Jawa Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.
2. Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik), Deteksi (halaman untuk remaja, salah satunya berisi polling harian), hiburan, kesehatan, teknologi, dan rubrik-rubrik "ringan" lainnya serta rubrik mingguan.
3. Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak bola dan balap (Formula 1, MotoGP). Seksi ini juga berisi iklan baris.
4. DetEksi berisi berita tentang kehidupan remaja, mulai dari otomotif, style, techno, hingga anime. terdiri dari 3 halaman yang disisipkan pada bagian Metropolis. Hingga kini detEksi Jawa Pos aktif mengadakan event seperti DetEksi Basketball League, Dan MAding Championship. Halaman ini kini telah menjadi bacaan wajib bagi remaja di Surabaya. Seksi ini semua crew-nya masih berstatus mahasiswa, mulai dari reporter, editor, hingga fotografer.
4.1.4 J awa Pos edisi luar Surabaya
seksi yang lebih regional, dengan sebutan "Radar". Seksi "Radar" berisi berita-berita banyak. Rubrik-rubrik Metropolis (seperti di Jawa Pos edisi Surabaya) sebagian masih dipertahankan. Seksi Jawa Pos utama dan Seksi Olahraga sama persis dengan edisi Surabaya.
Saat ini Jawa Pos memiliki 15 "Radar", yang masing-masing memiliki redaksi sendiri di kotanya yakni:
• Radar Banyuwangi (Banyuwangi), beredar di Banyuwangi dan
Situbondo.
• Radar Jember (Jember), beredar di Jember dan Lumajang.
• Radar Bromo (Kota Pasuruan), beredar di Pasuruan dan Probolinggo.
• Radar Malang (Kota Malang), beredar di Malang dan Batu.
• Radar Mojokerto (Kota Mojokerto), beredar di Mojokerto dan
Jombang.
• Radar Kediri (Kota Kediri), beredar di Kediri dan Nganjuk.
• Radar Tulungagung (Tulungagung), beredar di Tulungagung,
Trenggalek, dan Blitar.
• Radar Bojonegoro (Bojonegoro), beredar di Bojonegoro, Tuban,
Lamongan, dan Blora.
• Radar Madiun (Kota Madiun), beredar di Madiun, Ngawi, Magetan,
Ponorogo, dan Pacitan.
• Radar Madura (Bangkalan), beredar di Pulau Madura.
Redaksi "Radar"-"Radar" ini berada di sejumlah kota. Isi berita "Radar" bersifat lokal, dan memuat iklan yang juga bersifat lokal, serta seksi Olahraga lokal.
4.1.5 Kawasan J awa Tengah dan DIY
Jawa Pos edisi Jawa Tengah/DIY sedikit berbeda dengan edisi Jawa Timur. Meski berita utama (headline) dan sebagian besar isi beritanya adalah sama, Jawa Pos edisi Jawa Tengah/DIY berisi rubrik tambahan yang bersifat lokal (seperti rubrik Ekonomi Bisnis, Jawa Tengah), serta tidak termasuk iklan baris (yang mana hanya beredar di Jawa Timur).
Jawa Pos di Jawa Tengah dan DIY juga terdiri atas sejumlah "Radar", yakni:
• Radar Semarang (Kota Semarang), beredar di Semarang, Salatiga,
Demak, Kendal, Batang, dan Pekalongan.
• Radar Solo (Kota Surakarta), beredar di eks Karesidenan Surakarta
(Surakarta, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri).
• Radar Kudus (Kudus), beredar di Kudus, Pati, Jepara, Grobogan,
Rembang, dan Blora.
• Radar Jogja (Kota Yogyakarta), beredar di Provinsi DIY,
4.1.6 Sejar ah Ber dir inya PT. Antara Sur ya J aya
Surat kabar adalah sarana komunikasi dalam bentuk media cetak, dengan memiliki segmen pembaca dari berbagai kalangan, mulai dari pembaca dengan latar belakang SD (Sekolah Dasar) sampai dengan Perguruan Tinggi.
Dimasa sekarang surat kabar sangat diminati oleh masyarakat pada umumnya guna mendapatkan informasi secara obyektif tentunya dengan perjanjian ini berita itu harus aktual dan dapat menjadi sumber informasi masyarakat, untuk itulah agar dapat memenuhi kebutuhan minat baca masyarakat Jawa timur terhadap surat kabar, maka pada tahun 1983 berdirilah sebuah perusahaan PT. Antar Surya Jaya Surabaya dibawah pimpinan Ivan Harsono yang ditunjuk oleh Pos Kota Group yang berdomisili di Jakarta.
Perusahaan ini berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang dituangkan dalam akte pendirian perseroan No. 63 di depan kantor notaris Lukiti SH, di Surabaya. Akte ini kemudian disempurnakan dengan akte No. 57 tanggal 30 Oktober 1985 di depan notaris yang sama dan selanjutnya didaftarkan dalam lembaran negara dengan No. 02-1350-NT.0101 tanggal 18 Februari 1986
Tahun 1986 dengan surat izin penerbitan pers: SK Menpen No. 2027 SK/MENPEN/SIUUP/A.7/1986, tanggal 28 Juni 1986 PT. Antar Surya Jaya Surabaya menerbitkan surat kabar mingguan Surya.
Pada tahun1989 kelompok Kompas Gramedia (Jakarta) mengadakan kerjasama dengan Pos Kota Group dengan menerbitkan “Harian Surya” yang bertepatan pada tanggal 10 Mei 1989. pada saat itulah PT. Antar Surya Jaya memiliki dua divisi, yaitu :
1. Divisi Bisnis ( melayani cetak komersial) 2. Divisi Penerbitan (surat kabar)
3. Lokasi perusahaan pada saat itu masih berbentuk mingguan, kantor Harian Pagi Surya berlokasi sama dengan divisi percetakan di Jl. Kyai Abdul Karim 37-39 Kecamatan Rungkut Menanggal Surabaya.
4. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka kegiatan operasional Harian Pagi Surya khususnya divisi penerbitan dan divisi bisnis pindah ke jalan Basuki Rahmat 93-95 Surabaya.
5. Kemudian pada tanggal 24 Maret 1997, divisi penerbitan dan divisi bisnis pindah ke jalan Margorejo Indah D-108 Surabaya, karena lokasi kantor baru ini sangat luas dan lebih baik dari kantor sebelumnya. Disamping itu lebih dekat dengan lokasi percetakan sehingga dapat memudahkan dalam pengiriman plat koran yang siap cetak dan kemungkinan terlambat proses cetak koran dapat diperkecil.
4.1.7 Visi dan Misi PT. Antar Sur ya J aya
a. Visi
1. Konsultasi semua unsur di perusahaan secara efisien dan efektif 2. Menguatkan konsep penjualan yang ditentukan atau direncanakan
yang tentunya diiringi dengan proses produksi yang memadai 3. Menjaga kualitas hasil produksi
4. Berusaha mempertahankan dan meningkatkan reputasi-reputasi yang telah dicapai dalam pasar.
b. Misi
1. Meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dalam minat pembaca 2. Meningkatkan cara berpikir secara kritis terhadap konsumen 3. Meningkatkan perluasan usaha sejenis (surat kabar)
4. Membantu pemasukan devisa
5. Dari segi bisnis, berusaha menyelaraskan profit 6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
4.1.8 Lokasi Per usahaan
PT. Antar Surya Jaya memiliki tempat kedudukan usaha yang berbeda untuk setiap divisinya, yaitu:
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data
Berita 1 “Satu Sekolah Nyontek Massal” pada tanggal 03 Juni 2011. Akurasi pemberitaan yang ditampilkan tidak memenuhi syarat kategorisasi akurat. Ini ditarik dari hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya kesesuaian antara judul berita dengan isi berita. Kesesuaian judul berita “Satu Sekolah Nyontek Massal” tidak mengacu pada aspek relevansi, yakni kalimat judul yang ada merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau pada bagian isi terdapat penjelasan dari judul dengan inti yang sama.
Dalam berita 1 ini akurasi kategorisasi pencantuman waktu atau tanggal peristiwa kejadian dicantumkan dalam berita sesuai dengan kategori akurasi, sebagai contoh:
“Satu Sekolah Nyontek Massal”
Skandal memalukan terjadi dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UNAS)
sekolah dasar (SD) pada 10-12 mei lalu. Siswa satu sekolah di salah satu SD negeri
(SDN) di kawasan Tandes ternyata terlibat nyontek massal.
Dalam berita ini tidak ada pencampuran fakta dan opini, karena dalam berita tidak terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan,
terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirakan, diramalkan, mengejutkan,
kontroversi, maneuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.
Sumber data dalam berita ini seimbang, karena masing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya. Sumber berita bukan hanya dari satu sumber melainkan melibatkan dari pihak keluarga korban maupun saksi mata.
Dilihat dari ukuran fisik luas kolom, cara untuk mengukur luas kolom adalah panjang dikalikan lebar kolom, dan dalam pemberitaan memiliki jumlah sama. Dalam berita ini terdapat delapan kolom berita, diantara delapan kolom tersebut. Satu kolom memiliki panjang kolom 4.6 cm dan lebar 8.4 cm dalam mengukur luas kolom menggunakan rumus p x l, 4.6 x 8.4 = 38.64 cm. Sedangkan pada 4 kolom berikutnya memiliki panjang 19.3 cm dan lebar 4.2 cm, yakni 19.3 x 4.2 = 81.06 cm. Dan pada 3 kolom terakhir memiliki panjang 9.4 cm dan lebar 4.2 cm yang luasnya 9.4 x 4.2 = 39.48 cm. Penggunaan sisi luas kolom berita ini tidak seimbang, karena panjang dan lebar kolom yang terdapat dalam pemberitaan tidak memiliki j