• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja di Kota Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja di Kota Surabaya)."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh

VANI AYU SORAYA 0943010223

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

ii

SIKAP REMAJ A SURABAYA

(Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja Surabaya)

Nama Mahasiswa : Vani Ayu Soraya

NPM : 0943010223

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Telah disetujui untuk mengikuti ujian / seminar skripsi

Pembimbing

Dra.Her lina Suksmawati, M.si NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui Ketua Program Studi

J uwito, S.Sos, M.Si N.P.T. 3.6704.95.0036.1

(3)

ii

(Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja di Kota Surabaya)

Disusun Oleh :

Vani Ayu Soraya 0943010223

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi.

Menyetujui, PEMBIMBING

Dra.Her lina Suksmawati, M.si NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui, DEKAN

(4)

Oleh :

VANI AYU SORAYA NPM. 0943010223

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2013

PEMBIMBING Tim Penguji :

1. Ketua

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si J uwito, S.Sos,M.Si NIP. 19641225 199309 2001 N.P.T. 3.6704.95.0036.1

2. Sekr etaris

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP. 19580801 198402 1001 3. Anggota

Dr a. Her lina Suksmawati, M,Si NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui, DEKAN

(5)

iv

menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Terhadap Sikap Remaja Surabaya)”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Herlina Suksmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan Skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya. Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos,, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

(6)

5. M. Indrio Nugroho a.k.a Kario kakak sekaligus teman yang selalu memberikan dukungan semangat, motivasi serta membantu proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

6. Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.

7. Keluarga biru AK UPN RADIO. Terima kasih atas kekompakan dan inspirasinya selama ini.

8. Terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis atas bantuannya yang diberikan selama menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Surabaya, 04 Juli 2013

(7)
(8)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 19

1.3. Tujuan Penelitian ... 19

(9)

vii

2.2.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa ... 26

2.3. Pengaruh Media Massa (Televisi) ... 29

2.4. Budaya ... 33

2.4.1 Pengertian Budaya ... 33

2.4.2 Unsur – Unsur Budaya ... 36

2.4.3 Wujud dan Komponen Budaya ... 37

2.5. Budaya Populer ... 41

2.5.1.Pengertian Budaya Populer ... 41

2.5.2.Ciri-ciri Budaya Populer ... 42

2.6. Budaya K-Pop ... 45

2.7. K-Pop ... 46

2.8. Sikap ... 47

2.9. Remaja Sebagai Khalayak ... 51

2.9.1.Pengertian Remaja ... 51

2.10.Teori S-O-R (S-O-R Theory) ... 53

2.11.Teori Kultivasi ... 56

2.12.Kerangka Berpikir ... 57

(10)

3.1.1. Definisi Operasional ... 59

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 65

3.2.Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 71

3.2.1. Populasi ... 71

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 72

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.4.Teknik Analisis Data ... 74

3.5.Uji Hipotesis ... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gamaran Umum Objek Penelitian ... 78

4.1.1. Gambaran Umum Remaja Surabaya ... 78

4.1.2. Gambaran Umum Budaya K-Pop ... 82

4.2.Penyajian Data dan Analisis Data ... 84

4.2.1. Identitas Responden ... 84

4.2.2. Pengaruh Budaya K-Pop ... 87

4.2.3 Sikap Remaja ... 100

(11)

ix

4.2.4.1 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 115

4.2.4.2 Uji t ... 118

4.3.Pembahasan ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 121

5.2.Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122

(12)

Surabaya.)

Dewasa ini K-Pop (Korean Pop Culture) menjadi fenomena besar di banyak negara termasuk Indonesia. K-Pop tidak hanya merupakan genre musik, tetapi juga merupakan fenomena budaya bagi banyak orang. Selain itu, K-Pop juga dapat mempengaruhi sikap dari para penggemarnya. Penelitian ini berusaha menganalisis sejauh mana K-Pop mempengaruhi sikap remaja di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teori Kultivasi sebagai landasan teori untuk penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 remaja dengan teknik penarikan accidental sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan diuji dengan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial budaya K-Pop berpengaruh terhadap sikap remaja di kota Surabaya, hal ini dibuktikan dengan thitung sebesar 16,970 > ttabel sebesar 1,984.

Kata kunci : K-Pop, budaya populer, pengaruh, sikap, remaja. ABSTRACT

VANI AYU SORAYA. THE INFLUENCE OF K-POP CULTURE ON ADOLESCENT ATTITUDES IN SURABAYA (Quantitative Descriptive Study on the Influence K-Pop Culture in television on Adolescent Attitudes in the city of Surabaya.)

Nowadays the K-Pop (Korean Pop Culture) become a huge adolescents with accidental sampling technique. Data were collected through questionnaires. The analytical method used is a simple regression analysis and t-test.

The results showed that partially K-Pop culture influence adolescent attitudes in the city of Surabaya, this is evidenced by tcount 16.970> 1.984 ttable.

(13)
(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini kemajuan teknologi dan informasi telah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Kemajuan teknologi komunikasi yang ditandai dengan makin luasnya jaringan televisi, radio, dan internet yang tersebar di berbagai negara dengan budaya yang berbeda membuat masyarakat di suatu negara dengan mudah mendapatkan berbagai informasi dari negara-negara di berbagai belahan dunia. Hal inilah yang, antara lain, mendorong terjadinya globalisasi.

Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan meningkatnya keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia, baik itu dalam aspek perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, serta bentuk-bentuk interaksi lainnya.

Akibatnya, batas-batas suatu negara menjadi

bias.(http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi). – diakses pada 21 Maret 2013

(15)

massa secara sadar atau tidak telah berperan membantu terjadinya aliran budaya populer. Hal ini dikarenakan melalui media massa lah orang-orang kreatif punya tempat yang tepat. Media massa dapat memperkaya masyarakat dengan menyebarkan karya kreatif dari manusia seperti karya sastra, musik, dan film. (Vivian, 2008: 505)

Di antara berbagai media yang ada, seperti surat kabar, radio dan internet, maka televisi merupakan media massa yang paling luas diterima banyak orang. Saat ini daya penetrasi televisi jauh lebih besar dibanding media massa lainnya

Pada era informasi dan globalisasi dewasa ini, televisi sebagai media penyimpanan informasi dan hiburan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Melalui tayangan yang disajikan, pemirsa televisi mendapat banyak manfaat diantaranya menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, serta sebagai hiburan sehari – hari.

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling diminati oleh masyarakat dan paling memberikan pengaruh besar tehadap pengetahuan, motivasi, dan sikap serta perilaku penontonnya. Tidak memandang usia, jenis kelamin, jabatan dan sebagainya.

(16)

merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.

Media televisi seringkali menyerap budaya populer untuk kepentingan isi dan bentuknya. Budaya tersebut tercermin dalam media dan kadang kala ditampilkan dalam bentuk yang telah disesuaikan oleh rakyat sendiri (Denis Mc Quail 1991: 38). Hal ini dikarenakan budaya populer mengandalkan unsur kesenangan dan hiburan, dan salah satu fungsi media massa adalah untuk menghibur khalayaknya (to entertain).

Pada awalnya kajian tentang budaya populer tidak terlepas dari peran Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan budaya populer. Negara itu telah menanamkan akar yang sangat kuat dalam industri budaya populer, antara lain melalui Music Television (MTV), McDonald, Hollywood, dan industri animasi mereka (Walt Disney, Looney Toones, dll). Namun, perkembangan selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil menjadi pusat budaya populer seperti Jepang, Hongkong, Taiwan, dan kini Korea Selatan,.

(17)

Budaya populer berkaitan dengan masalah sehari-hari seperti superstar, fashion, transportasi, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu. Menururt Ben Agger, Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Burhan Bungin, 2009: 100). Hal ini tidak lepas dari unsur komersialitas media massa, dimana hampir setiap media massa berlomba mendapatkan khalayak sebanyak-banyaknya.

Jika diperhatikan, budaya populer memiliki dua istilah yang dikombinasikankan menjadi satu yaitu budaya dan populer. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut (Koentjaraningrat, 1976:28). Sedangkan populer diambil dari kata pop yang berarti “rendah”, “dasar”, “vulgar”, dan “masyarakat kebanyakan” pop juga dapat berati “luas” dalam konotasi yang positif. Berdasarkan arti kata pop yaitu “masyarakat kebanyakan” dan “luas” maka populer dapat berarti diterima oleh banyak orang, disukai atau disetujui oleh masyarakat banyak.

(18)

budaya populer merupakan budaya yang lahir atas kehendak media. Hal ini dikarenakan media telah memproduksi segala macam jenis produk budaya populer yang hasilnya telah disebarluaskan melalui jaringan global media hingga masyarakat tanpa sadar telah menyerapnya.

Di Indonesia sendiri, kebudayaan merupakan salah satu aspek kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai budaya yang beragam, termasuk keseniannya. Dari kebudayaan jugalah gaya hidup tercipta. Gaya hidup saat ini tengah mengguncang kesadaran manusia menjadi komoditas. Masyarakat kini cenderung terserap dalam keperkasaan budaya populer dengan segala atributnya. Fenomena di atas secara jelas telah menggambarkan bagaimana budaya pop telah merasuk ke segala lini kehidupan. Penampilan dan gaya menjadi lebih penting dari pada moralitas sehingga nilai-nilai tentang baik atau buruk telah lebur dan dijungkirbalikan. Budaya populer merupakan suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat. Tanda-tanda pesatnya pengaruh budaya populer ini dapat di lihat pada masyarakat Indonesia yang konsumtif karena budaya populer menjadikan seseorang tidak sadar mengikuti apa yang sedang terjadi saat itu. Membeli barang bukan didasarkan kebutuhan melainkan lebih didasarkan pada image atau prestise.

(19)

belahan dunia saat ini. Produk Korean Wave diantaranya mulai dari drama korea, fashion korea dan Musik populer korea (K-Pop) sangat digandrungi oleh remaja bahkan ibu – ibu pada saat ini.

Gelombang Korea/ Demam Korea/ Korean Wave atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hallyu merupakan istilah buatan yang memiliki makna pengaruh budaya modern Korea di negara-negara lain di dunia termasuk salah satunya Indonesia. Istilah-istilah tersebut bukanlah hal yang asing lagi didengar saat ini. Karena berbagai media massa dan masyarakat di dunia tengah memperhatikan dan membicarakan fenomena ini yang tanpa sadar ikut mengkonsumsinya.

Merebaknya Korean Wave di negara-negara di dunia telah menunjukkan adanya aliran budaya populer dari Korea ke negara-negara tetangganya. Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, Korean Wave memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern. Dalam situasi dunia pada saat pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di seluruh dunia.

(20)

kemudian diikuti oleh stasiun televisi lainnya dengan ikut menampilkan drama dan program acara musik korea di stasiun televisinya.

Bukan hanya program acara televisi saja, iklan pun tak luput dari serangan Korean Wave ini. Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan merk-merk produk elektornik Korea yang bahkan menggunakan model Korea asli seperti Samsung yang dibintangi oleh Hyun Bin dan LG dibintangi oleh Super Junior, lalu berbagai macam merek transportasi Korea seperti salah satunya Hyundai, bahkan sampai peralatan rumah tangga seperti magic-jar bermerk Yong Ma, produk kecantikan contohnya Simis, alat olahraga Double Power yang tidak semua orang menyadari bahwa alat-alat tersebut bermerk Korea. Dimana karya-karya kreatif tersebut termasuk beberapa produk budaya populer. Bahkan, bisa dikatakan bahwa dengan media massa-lah budaya populer Korean Wave memasuki semua sudut negara-negara di dunia. Dengan kata lain, disadari atau tidak, sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan Korean Wave.

(21)

di dunia termasuk salah satunya Indonesia. Istilah tersebut bukanlah hal asing lagi didengar saat ini. Karena berbagai media massa dan masyarakat di dunia tengah memperhatikan dan membicarakan fenomena ini yang tanpa sadar ikut mengkonsumsinya.

Merebaknya K-Pop di negara-negara di dunia telah menunjukkan adanya aliran budaya populer dari Korea ke negara-negara tetangganya. Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, K-Pop memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern. Dalam situasi dunia pada saat pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di seluruh dunia. Penyebaran budaya populer ini tidak lepas dari peran media massa terutama media televisi. Televisi merupakan bagian dari salah satu media komunikasi massa.

K-Pop sangat popular di Indonesia, sejak tahun 2011 hingga saat ini banyak artis – artis Korea Selatan yang akan datang ke Indonesia untuk mengadalan konser. Di Indonesia hampir di setiap stasiun televisi menyuguhkan berbagai program acara hiburan bernuansa Korea seperti

program acara musik, drama dan film.

(http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/media-convergence/12-

(22)

Acara musik Korea K-Pop menjadi salah satu produk Korean Wave paling digemari masyarakat, ini ditunjukkan dengan diadakannya konser boyband dan girlband serta artis – artis asal Korea yang berkali – kali digelar di Indonesia. Musik pop Korea terdiri atas Hip Hop, pop, rock, R&B dan eletrik. Lagu yang menjadi soundtrack atau backsound dalam drama Korea yang easy listening dan ear-catching menjadi lebih gampang diterima oleh para pemirsa. K-Pop tidak hanya popular karena menjadi soundtrack drama Korea, namun K-Pop bisa menggema di seluruh dunia termasuk Indonesia karena dibawakan oleh Boyband dan Girlband. Korea yang memang menjadikan boyband dan girlband sebagai ikon K-Popnya telah berhasil memasarkan musik popnya. Boyband dan girlband Korea tidak hanya menyajikan lagu yang easy listening, namun juga mengiringinya dengan dance yang sesuai dengan irama lagunya. Para anggota boyband maupun girlband memang sudah di rekrut saat usia mereka masih sangat muda dan dikarantina selama bertahun-tahun sebelum debut. Jadi memang semua anggota sudah sangat terlatih. Tidak hanya itu, wajah para anggota boyband maupun girlband mampu memikat hati para penikmat musik K-Pop. menggunakan baju dan aksesoris yang memang fashionable. Berbagai alasan itu menjadikan musik K-Pop di tanah air Indonesia menjadi sangat digemari.

(23)

Indonesia, terutama di kalangan remaja. Penjualan tiket konser boyband dan girlband Korea yang tampil di Indonesia selalu sold out. 2PM yang menggelar konser tanggal 11 November 2011 di JITEC Mangga Dua Square mampu membuat penonton mengantre dari lantai 3 sampai lantai 8 tempat konser digelar, tiket yang berjumlah 5000 terjual habis dengan harga tiket mulai dari RP. 500.000 sampai RP. 2.000.000. Sementara itu, acara ’Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia’ (KIMCHI) yang mendatangkan Super Junior sebagai pengisi acara telah berhasil menjual

tiketnya walaupun dengan harga yang tidak

murah.(http://www.indosiar.com/gossip/korean-idols-music-concert-hosted-in-indonesia-2011-bagian-dua_90896.html) – diakses pada 06 Oktober 2012

Begitu besarnya antusiasme penggemar K-Pop di Indonesia, hingga pada tanggal 15 Juli 2012 lalu diadakan festival yang bertemakan tentang Negri Ginseng tersebut. Festival tersebut dimaksudkan agar bisa menjadi media yang mewadahi ekspresi kalangan muda Indonesia yang

sangat menggemariK-Pop.

(http://entertainment.kompas.com/read/2012/07/15/13071755/Nikmati.Mu sik.hingga.Hidangan.di.Koreaholic.Fest.2012.) – diakses pada 07 Oktober 2012

(24)

(kompetisi kreativitas komunitas penggemar boyband dan girlband Korea), Korean Star Look Alike Contest, Photo Hunting Competition. K-Pop yang hadir membawakan dance yang energik dan seirama dengan lagunya menjadi perhatian tersendiri di masyarkat. Hal ini menciptakan komunitas yang membawakan atau meng-cover dance dari boyband maupun girlband Korea. Para remaja yang gemar dance ramai-ramai menirukan dance ala boyband dan girlband. Pencinta K-Pop juga sering menggelar flash mob dengan lagu boyband dan girlband yang mereka gemari yang kemudian di upload ke situs jejaring sosial untuk menggambarkan besarnya cinta mereka untuk idolanya. Hal ini membuktikan betapa digandrunginya musik pop Korea ini.

(25)

#BigBangAliveTour2012. (http://komunikasi.us/index.php/mata- kuliah/media-convergence/12-response-paper-ptk-2012/1806-makalah-uas-media-sosial-dan-penyelenggaraan-konser-K-Pop-di-indonesia) – diakses pada 06 Oktober 2012

Pada tanggal 8 Mei 2011 Top K-Pop acara tentang K-Pop pertama dan satu – satunya di Indonesia telah ditayangkan di stasiun televisi local di Jakarta O Channel. Acara ini 100% membahas tentang hal – hal berbau K-Pop serta memutarkan MV dari artis – artis K-Pop. Acara ini tayang setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 16.30. Untuk yang tinggal didaerah Jakarta dan sekitarnya bisa langsung menonton ditelevisi masing – masing. Sedangkan untuk yang berada diluar Jakarta dan sekitarnya bisa streaming langsung di website resminya O Channel.

(26)

Go dari TVXQ, Wanna dari Kara, dan Perfection (Korean version) dari Super Junior.

Salah satu channel nasional di Indonesia yang sering menayangkan acara musik Korea adalah RCTI, pada tanggal 22 September 2012, RCTI menayangkan konser terbesar artis Korea bertajuk SMTown Live World Tour III tahun 2012 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta yang merupakan tur konser langsung dari semua artis Korea di bawah agensi SM Entertainment seperti Kangta, BoA, TVXQ, Super Junior, Girls Generation, SHINee, f(x) dan EXO yang berhasil menjaring hingga kurang lebih sekitar 50.000 penonton yang sangat antusias. (http://www.koreaindo.net/2012/08/konser-smtown-live-world-tour-iii-di.html) – diakses pada 06 Oktober 2012

RCTI sampai menyiarkan ulang acara konser tersebut pada tanggal 25 September 2012 demi memenuhi permintaan K-Pop Lovers (sebutan untuk para penggemar K-Pop) yang sangat membludak di Indonesia. Hal ini kemudian diikuti oleh stasiun televisi lainnya dengan ikut menampilkan drama dan program acara musik di stasiun televisinya.

(27)

menunjukkan kedekatan group Suju dengan para penggemarnya. Untuk di Indonesia para pecinta Suju menamakan diri mereka sujunesia yang berarti ELF yang berasal dari Indonesia. Sujunesia pada awalnya hanya sebuah forum tempat berkumpul para fans Super Junior di Indonesia, kemudian forum ini berkembang menjadi sebuah fans club. Alasan didirikannya fans club tersebut adalah untuk bersama – sama fans Super Junior di Indonesia memberikan dukungan Super Junior dalam setiap kegiatannya, dan sebagai tempat dimana para fans mendapatkan berita tentang Super Junior secara aktual dan nyata. Kebanyakan member sujunesia berasal dari kalangan mahasiswa yang tertarik dengan musik – musik Super Junior itu sendiri, selain menyukai musik – musik dari Super Junior mereka juga menyukai musik – musik dari artis K-Pop lainnya.

Belakangan ini muncul Istilah Gangnam Style. Gangnam style atau dalam bahasa indonesia artinya gaya gangnam adalah sebuah lagu single pop yang berasal dari korea yang dinyanyikan oleh salah seorang rapper Park jae Sang atau lebih populer dengan nama PSY. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gangnam_Style)-diakses pada 06 Oktober 2012

(28)

ke situs YouTube demi kegandrungannya akan lagu K-Pop ini. Sampai saat ini, lagu K-Pop Gangnam Style ini berhasil menduduki top playlist di beberapa negara Eropa dan Asia.

K-pop kini menempati tempat tersendiri dikalangan remaja. Hal ini dikarenakan musik K-Pop dapat membius penggemarnya mulai dari segi musiknya yang dinamis sampai pada mode – mode fashion yang sedsang populer di Korea. Contohnya : model rambut, pakaian, tas, sepatu, aksesoris yang dikenakan, dan masih banyak lagi.

(29)

Maka jelas sekali, para remaja menjadi pusat perhatian dari demam K-Pop ini.

(30)

Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Sarwono (2004: 71) Remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.

Umumnya, remaja mengidentifikasikan diri pada seseorang yang dianggap sebagai idola. Ketika remaja mengidolakan seorang tokoh, mereka akan mengidentifikasikan dirinya pada tokoh tersebut, lalu berusaha untuk mewujudkan dirinya seperti gambaran tokoh idolanya itu. Caranya dengan mengidentifikasi sifat-sifat, kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh tokoh idola itu.

Dan secara disadari atau tidak hal ini menciptakan sebuah perubahan gaya hidup pada remaja. Budaya musik pop, majalah, konser, festival, komik, wawancara dengan bintang pop, film, dan sebagainya, memperlihatkan sekaligus menjadi bukti bahwa hal ini akan memberi kesempatan lebih besar kepada remaja untuk lebih sering menyaksikannya, dan memberi peluang yang besar pula untuk melakukan sikap atau tingkah laku seperti yang disaksikan.

(31)

pemikiran dan sikap mereka hingga terus mengkonsumsi budaya populer ini.

Terpilihnya Surabaya sebagai lokasi penelitian ini adalah dikarenakan Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Masyarakat asli Surabaya juga mudah bergaul dengan gaya bicara yang terbuka. Hal ini memudahkan masuknya dan diterima adanya budaya baru di Surabaya. Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur dan hal tersebut lekat merupakan beberapa produk globalisasi. http://www.surabaya.go.id/ (Situs resmi pemerintah kota Surabaya).

Tidak hanya itu, Surabaya juga merupakan kota selain Jakarta yang sering dikunjungi oleh artis asal Korea Selatan. Seperti baru-baru ini ramai dibicarakan mengenai kedatangan Han geng artis asal China yang lebih dahulu terkenal sebagai artis Korea karena debut awalnya di Korea melalui boyband Super Junior pada 22-24 September 2012 lalu. Kedatangannya ke Surabaya disambut antusias oleh fans yang menyebabkan terjadi keributan. Fans sampai rela berdesak-desakan hanya untuk melihat idolanya tersebut. Bisa disimpulkan betapa besarnya animo masyarakat

Surabaya dalam menyambut Korean Wave

ini.(http://www.kapanlagi.com/showbiz/asian-star/fans-tak-terkendali-han-geng-batal-meet--greet.html)

(32)

Sebagai objek penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti remaja yang berada di kota Surabaya. Remaja yang dalam hal ini bertempat tinggal di kota Surabaya mempunyai kecenderungan untuk bersikap seperti yang disuguhkan oleh budaya musik populer K-Pop.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh Budaya K-Pop terhadap sikap remaja Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya K-Pop terhadap sikap remaja Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah Surabaya sebagai sumbangan pemikiran guna meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai budaya populer, peran dan manfaatnya.

(33)
(34)
(35)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

(36)

yang mereka lakukan mencerminkan demikian. Dimana mereka banyak mengikuti kebudayaan – kebudayaan dari Korea itu sendiri. Namun demikian, kedua responden ini tetap memilik batasan dan negosiasi dalam mengikuti tren K-Pop ini. NL misalnya, ia hanya mengikuti fashion-fashion Korea yang sesuai dengan dirinya. Sementara AD, meskipun ia sangat menyukai anggota-anggota Super Junior, ia mengaku tetap memilih pria berpenampilan “khas Indonesia” untuk menjadi pasangannya. Artinya, tetap ada bataasan dari nilai – nilai budaya aslinya meskipun ia menyukai nilai – nilai dari budaya lain.

(37)

dengan band yang mereka sukai kemudian dari sinilah konser music menjelma sebagai budaya populer dikalangan kawula muda dan mempengaruhi sikap kawula muda.

2.2Komunikasi Massa

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak tersebar, heterogen dan menimbulkan media alat-alat elektronik sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan sesaat. Maka komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan media elektronik khususnya televisi merupakan komunikasi massa (Rakhmat, 1991 : 189).

Menurut Bittner, “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. (Ardianto, 2004 : 3). Media massa dapat memperkaya masyarakat dengan menyebarkan karya kreatif dari manusia seperti karya sastra, musik, dan film. (Vivian, 2008: 505).

(38)

Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai, “komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan – pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran – saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi”. (Wiryanto, 2000 : 3). Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat – alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan – pesan komunikasi. (Wiryanto, 2000 : 1). Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. (Wiryanto, 2000 : 2)

(39)

Melalui defiisi-definisi tersebut diatas, setidaknya terdapat tujuh ciri komunikasi massa yang menurut Nurudin (2004: 19), yaitu:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4. Media massa menimbulkan keserempakan 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Menurut Wright dalam Severin - Tankard (2009: 4), komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri, yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

(40)

yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

2.2.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1335), televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan yaitu bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang menawarkan gambar dan suara sekaligus. Dari siaran televisi ini penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan antara unsur-unsur film sekaligus. Hal ini lah yang menyebabkan televisi menjadi salah satu media massa yang paling diminati di masyarakat.

(41)

beberapa faktor dan karakteristik yang menarik dari televisi sehingga pemirsa mempunyai minat yang sangat tinggi untuk menontonnya, yaitu: 1. Audio visual

Televisi dapat didengar sekaligus dapat dilihat atau biasa disebut dengan audiovisual.

2. Berfikir dalam gambar,

Pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar. Kedua, adalah penggambaran (picthurization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian

Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit serta harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih.

Menurut Dominick yang dikutip oleh Ardianto, dkk (2007: 15-17) menyebutkan bahwa televisi merupakan alat komunikasi massa yang memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pengawasan (Survillance)

(42)

dan pengawasan instrumental merupakan penyampaian dan penyebaran informasi memilki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penafsiran (Interpretation)

Televisi tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

3. Pertalian (Linkage)

Fungsi ini merupakan penyatuan anggota masyarakat yang beragam, membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama. 4. Penyebaran Nilai (Transmission of Values)

Dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok yang mereka tonton.

5. Hiburan (Entertainment)

Fungsi telivisi ini untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Kehadiran televisi begitu berarti bagi masyarakat. Televisi menjadi suatu kebutuhan dalam ruang publik. Tayangan program acara yang beraneka ragam, mendapat perhatian dari masyarakat. Tentunya televisi mampu menyampaikan pesan yang seolah-olah langsung anatara komunikator dengan komunikan.

(43)

hiburan serta media penghubung secara geografis yang akan berpengaruh sangat besar terhadap masyarakat. Secara sadar atau tidak sadar pola kehidupan masyarakat telah berubah dan dikendalaikan oleh televisi itu sendiri. Banyak jadwal kegiatan masyarakat berubah diseusaikan dengan jadwal program acara yang mereka senangi di televisi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media massa televisi berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. Isi pesan tayangan televisi bisa diinterpretasikan menurut visi pemirsa serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.

2.3 Pengaruh Media Massa (Televisi)

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khusunya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai–nilai sosial dan budaya manusia.

(44)

media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan akan “diinterpretasikan” secara berbeda–beda menurut visi pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Joseph Klapper dari beberapa penelitiannya mengemukakan suatu kesimpulan yaitu, “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience” (Nurudin, 2008:206). Menurutnya, faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa (Nurudin, 2008:208).

Pada tahun 1960 dalam buku “The Effect of Mass Communication”, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang “komprehensif” tentang efek media massa. Menurut Klapper, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum:

1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor – faktor seperti; predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok atau faktor personal.

2. Karena faktor–faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang– kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).

(45)

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial. 5. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah–masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh (Rakhmat, 2005:232).

Pengertian pengaruh atau efek itu sendiri adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Antara perubahan sikap dan perilaku juga terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, tetapi dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku (Cangara, 2005:147-149).

(46)

positif. Oleh karena itu, dalam memberi umpan balik kepada komunikator, penerima perlu mawas diri dengan penuh kebijakan sehingga bisa tetap menjadi mitra yang baik dalam hubungan antar manusia (Cangara, 2005:150-151).

Menurut Kuswandi (Kuswandi, 1996:100) ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu:

a. Dampak Kognitif (Kognitif)

Kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi akan melahirkan pengetahuan bagi pemirsa, contoh : acara kuis televisi.

b. Dampak Peniruan (Afektif)

Pemirsa dihadapkan trend actual yang ditayangkan televisi, contoh : model pakaian, model rambut dari bintang yang digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak Perilaku (Behavioral)

Proses tertanamnya nilai – nilai sosial budaya yang telah ditayangkan secara televisi yang telah diterapkan dalam kehidupan sehari – hari, contoh : pola - pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

(47)

2.4 Budaya

2.4.1 Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

(48)

perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

(49)

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

(50)

lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.4.2 Unsur - Unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

a. alat-alat teknologi b. sistem ekonomi c. keluarga

d. kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para

anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

b. organisasi ekonomi

c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

(51)

2.4.3 Wujud dan Komponen Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

(52)

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

a. Kebudayaan material

(53)

b. Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

c. Lembaga social

Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier

d. Sistem kepercayaan

(54)

e. Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

f. Bahasa

(55)

2.5 Budaya Populer

2.5.1 Pengertian Budaya Populer

Untuk memahami pengertian “budaya populer” ada baiknya pahami dulu tentang “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita kombinasikan kedua istilah tersebut yaitu ”budaya” dan ”populer”.

Menurut Koentjaraningrat (1976) budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut. (dalam Setiadi 2007:28).

Populer juga bisa berarti tentang orang pada umumnya, disukai orang pada umumnya. “Populer” sering sinonim dengan ‘bagus’ dalam percakapan biasa, tetapi ini merupakan pembalikan atas konotasi peyoratif sebelumnya. Dalam bentuk aslinya, populer digunakan untuk membedakan orang banyak/ kebanyakan (bukan ‘orang pada umumnya’) dari kelas terdidik, makmur, dan memiliki gelar. Populer memiliki sinonim: besar, dasar, buruk, tidak diinginkan, umum, rendah, vulgar, hina, dan murah. (Hartley, 2010: 35). Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.

(56)

konsumsi dan studi budaya pop terpusat pada bagaimana dia digunakan (Barker, 2004: 50).

Untuk mendefinisikan budaya pop adalah dengan mempertimbangkan budaya tertinggal (rendah). Budaya pop menurut definisi ini merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi, dengan kata lain didefinisikkan sebagai budaya ”substandar”. Yang diuji oleh budaya pop meliputi seperangkat pertimbangan nilai teks atau praktik budayanya. Misal, kita bisa berpegang pada kompleksitas formal sebuah budaya pop. Kita juga bisa mempertimbangkan kebermanfaatan moralnya sebagai metode untuk menerapkan pertimbangan nilai tersebut. Kritik budaya yang lain bisa juga menyatakan bahawa pada akhirnya semuanya akan dimasukkan ke dalam tinjauan kritis terhadap teks atau praktiknya. Namun untuk menentukan kebermanfaatan suatu cara budaya tidak semudah yang dipikirkan orang. Salah satu kesulitan besar yang dihadapi adalah bagaimana caranya menjaga ekslusivitas budaya tinggi. Secara harfiah, sangat sulit mengesampingkan ekslusivitas audiens suatu budaya tinggi (Storey, 2003: 11).

2.5.2 Ciri – Cir i Budaya Populer

(57)

beraneka ragam, misalnya dalam wujud bahasa, busana, musik, tata cara dan sebagainya (McQuail, 1994: 38)

Ciri-ciri budaya populer diantaranya sebagai berikut:

a. Tren, sebuah budaya yang menjadi tren dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya populer.

b. Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik lagunyasederhana dan mudah diingat. c. Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi

oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren.

d. Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun.

e. Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya. (

(58)

Menurut Ben Agger pemikiran mengenai budaya popular dapat dikelompokan menjadi:

1. Budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari.

2.Kebudayaan popular menghancurkan kebudayaan tradisional.

3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi kapitalis Marx.

4. Kebudayaan popular merupakan budaya yang menetes dari atas

Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dalam dunia hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Burhan Bungin, 2009: 100).

(59)

Blackberry, kita cenderung juga ingin memilikinya hanya untuk mendapatkan image dari orang-orang disekitar kita.

Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa budaya populer memiliki beberapa ciri khas yang membedakaannya dari budaya-budaya lainnya, antara lain budaya yang menjadi tren dan banyak disukai, memiliki keseragaman bentuk karena cenderung diikuti banyak orang, mudah diadaptasi dan dinikmati, memiliki durabilitas karena budaya populer mudah muncul dan tenggelam, berpotensi menghasilkan profit dan bersifat komersial bagi industri yang mendukungnya.

Selain itu budaya populer memiliki pemikiran bahwa budaya ini dibangun berdasarkan kesenangan, dapat menghancurkan budaya tradisional, masalah dalam pemikiran ekonomi kapitalis Marx, dan budaya populer merupakan budaya yang menetes dari atas.

2.6 Budaya K-Pop

(60)

K-Pop merupakan salah satu tren musik dunia yang saat ini digandrungi banyak orang , khususnya remaja. Para fans K-Pop berbondong – bondong meniru gaya tokoh – tokoh idolanya tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membuat video “cover dance” menyerupai tokoh K-Pop idola mereka yang kemudian diunggah ke Youtube. Fenomena tersebut bisa dikatakan sebagai fenomena kultural yang besar dimanapaa fans tersebut bukan hanya menggemari melainkan juga berpengaruh terhadap perubahan sikap mereka.

2.7 K-Pop

K-Pop, kepanjangannya Korean Pop ("Musik Pop Korea"), adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara.

(61)

Musik pop Korea pra-moderen pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre "oldies" yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang. (http://id.wikipedia.org/wiki/K-Pop) – diakses tanggal 20 Oktober 2012

2.8Sikap

Istilah sikap yang dalam Bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Hebert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. (Ahmadi,2007 : 148).

(62)

Attitude itu senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu objek. Tidak ada attitude tanpa ada objeknya. (Gerungan, 2002 : 149).

Dalam Psikologi Sosial oleh Abu Ahmadi (2007 : 150), terdapat beberapa definisi mengenai sikap, antara lain :

1. L.L. Thursione (1946) mendefinisikan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negative yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi : symbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favourable, sebaliknya orang yang memiliki sikap yang negative terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavourable terhadap objek psikologi. 2. Zimbardo dan Ebbesen mendefinisikan sikap adalah suatu predisposisi

(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, idea tau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.

3. D. Krech and RS. Crutchfield mendefinisikan sikap adalah oragisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

4. John H. Harvey dan William P. Smith mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

(63)

sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap yang mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Meskipun ada beberapa perbadaan pengertian tentang sikap, namun ada beberapa cirri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan hal itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut : Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. (Ahmadi 2007 : 150-151).

Menurut Travers, Gagne dan Cronbach (1977) berpendapat bahwa sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan, yaitu :

1. Komponen Cognitive (Kognitif). Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan objek. Berkenaan dengan penelitian ini adalah pengetahuan individu untuk bersikap sesuai berita atau informasi peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Pengetahuan yang didapat oleh remaja di kota Surabaya adalah tentang budaya Korea Selatan khususnya budaya K-Pop.

(64)

2. Komponen Affective (Afektif). Menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Berkenaan dengan penelitian ini adalah sikap remaja Surabaya yang telah menerima secara kognitif tentang budaya K-Pop dan tertarik maka akan mengatakan bahwa mereka senang terhadap budaya K-Pop ini.

3. Komponen Behaviour atau Conative (Konatif). Melibatkan salah satu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk bertindak terhadap objek. Berkenaan dengan penelitian ini adalah sikap remaja Surabaya yang telah menerima secara kognitif tentang budaya K-Pop dan tertarik maka akan mengatakan bahwa mereka senang terhadap budaya K-Pop ini kemudian akan melakukan sikap tingkah laku sesuai dengan informasi yang didapatkannya. (Ahmadi 2007: 151-152).

(65)

2.9 Remaja sebagai Khalayak 2.9.1 Pengertian Remaja

Menurut Sarwono (2004: 71) Remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.

Sedangkan menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991), Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja antara lain (a) puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubesence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.

Adolescentia berasal dari istilah Latin yang berarti masa muda yang terjadi atara usia 17-30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun (Dariyo, 2004: 13). Menurut Stanley Hall usia remaja adalah 12-23 tahun. Monks dkk menyatakan 12-21 tahun sebagai usia remaja (Sarwono, 2004:15).

(66)

remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity) dengan memiliki tokoh idola kemudian mengimitasi atau meniru apa yang dilakukan oleh idolanya tersebut.

Menurut Dariyo (2004: 70) Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong remaja untuk memiliki tokoh idola, antara lain:

1. Masa remaja sebagai masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa ditandai ingin mencari jati diri. Untuk mendapat gambaran identitas yang baik, maka mereka mengidolakan tokoh-tokoh yang ditemui ditengah masyarakat. Tokoh-tokoh-tokoh tersebut biasanya merupakan figur yang memiliki karakteristik seperti: tegas, disiplin, berani, terkenal, cerdas/ pandai, berbakat, berkharisma, berwibawa, rendah hati, ramah, dan menjadi panutan masyarakat bangsa atau dunia internasional. Sifat-sifat tersebut ditiru dan diinternalisasi dalam diri pribadinya.

2. Remaja ingin mengidentifikasi karakteristik tersebut dalam diri pribadinya. Ini berarti individu remaja akan memiliki motivasi tinggi sehingga ia berani untuk mencoba mewujudkan keinginan, aspirasi maupun cita-citanya dengan baik, walaupun harus mengalami kegagalan.

(67)

mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri diluar rumah.

Jadi, sebagai individu yang telah memasuki perkembangan kognitif masa operasi formal dan dalam masa transisi anak-anak menuju dewasa, maka remaja merasa tertantang untuk membuktikan kemampuan intelektualnya. Ketika remaja mengidolakan seorang tokoh, mereka umumnya mengidentifikasikan diri pada tokoh tersebut, lalu berusaha untuk mewujudkan dirinya seperti gambaran tokoh idolanya itu. Caranya dengan meniru sifat-sifat, kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh tokoh idola itu. Umumnya tokoh idola yang di identifikasi merupakan orang-orang terkenal, pandai dan ahli di bidangnya. Selain itu alasan pendorong mengapa remaja memiliki tokoh idola adalah sebagai pelarian dari kondisi keluarga yang kurang harmonis.

2.10 Teori S-O-R (S-O-R Theory)

(68)

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus, S) = Budaya K-Pop

b. Komunikan (Organism, O) = Remaja berumur 12-21 tahun di Surabaya c. Efek (Response, R) = Sikap remaja di kota Surabaya

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap dan perilaku adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

(69)

Gambar 1. Teori S-O-R

Sumber : Onong Uchjana Effendy.,M.A., Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,

(1993: 255)

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah adanya pengertian dari komunikan dan kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah respon dari komunikan.

Peneliti menggunakan teori komunikasi S-O-R (Stimulus, Organism, Response) dalam penelitian ini berkenaan dengan digunakannya teori ini dalam proses komunikasi yang berhubungan dengan perubahan sikap atau bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti pengaruh yang diberikan oleh budaya K-Pop terhadap sikap remaja sehingga merubah pemikiran dan perilaku mereka hingga terus mengkonsumsi budaya populer ini.

(70)

2.11 Teori Kultivasi

Teori kultivasi berasal dari kata “cultivation”, yang berarti penguatan, pengembangan, perkembangan, penamaan atau pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media khususnya televisi mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas social, atau dengan kata lain, televisi dengan segala pesan dan gambar yang disajikannya merupakan proses atau upaya untuk ‘menanamkan’ cara pandang yang sama terhadap realitas dunia kepada khalayak. Televisi dipercaya sebagai instrumen atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat homogen (homogenizing agent), dengan kata lain media mempengaruhi penonton dan masing – masing penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan memiliki kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. (Morissan, 2005:106).

(71)

2.12 Kerangka Berpikir

K-Pop hadir sebagai eksistensi masyarakat terhadap tanda zaman yang diwakili oleh tren gaya hidup sebagai dampak adanya budaya populer. Budaya populer sendiri merupakan efek dari globalisasi. Globalisasi merupakan fenomena khusus yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu sendiri. Globalisasi melalui peran teknologi dan media massa dapat meleburkan budaya barat dan budaya timur menjadi satu dan tidak akan pernah terpisah. Dengan globalisasi media massa terutama melalui audio visual media televisi yang menarik inilah yang memudahkan K-Pop sebagai budaya populer lebih cepat dan mudah menyebar ke seluruh dunia. Penulis tertarik untuk meneliti K-Pop sebagai bagian dari budaya populer yang saat ini sudah mempengaruhi sikap masyarakat terutama remaja. Budaya ini dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap perkembangan remaja sebagai generasi muda Indonesia dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia, mengingat remaja merupakan generasi penerus budaya bangsa. Populernya budaya Korea Selatan saat ini dapat menggeser kedudukan budaya asli Indonesia dari masyarakatnya sendiri.

(72)

perilaku komunikan.

Berkaitan dengan uraian diatas, maka sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan landasan teori dapat dibuat suatu kerangka berpikir dari penelitian Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Sur abaya, sebagai berikut :

Gambar 2

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Pengar uh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Sur abaya

2.13 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian pustaka, maka hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah, diduga terdapat pengaruh secara parsial antara budaya K-Pop terhadap sikap remaja di kota Surabaya.

Budaya populer K-Pop

(73)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator – indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. (Bungin, 2001 : 48).

Variabel – variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun penjelasan dari masing – masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas

(74)

yang kuat dan sering diulang-ulang membuat lagu pop korea ini mudah diingat, tarian yang ditampilkan merupakan selling point yang membuat musik K-Pop banyak digemari orang, kecantikan serta ketampanan penyanyi boyband dan girlband itu sendiri, kemudian gaya fashion yang unik juga menjadi karakteristik budaya K-Pop sehingga digandrungi oleh banyak orang. Budaya K-Pop ini dijabarkan melaui komponen sebagai berikut :

(75)

bermain di drama korea, celana pendek atau hotpants dengan warna yang menawan dan rok mini yang berbagai bentuk. Kemeja Syal atau sweater, sweater yang sering dipakai para artis korea terlihat lebih menarik,dan menawan ditambah dipadu dengan jeans atau celana pendek atau rok mini plus stoking. Blazer Korea dan Jaket/jaket kulit, saat para artis dan actor korea yang memakai blazer yang memberi kesan elegant namun tetap cute. Tidak dipungkiri bahwa gaya berpakaian dari para personil Boyband dan Girlband K-Pop sangat stylish dan selalu menjadi trend-center dikalangan remaja saat ini sehingga mendorong sikap remaja di Surabaya untuk mengadopsi bahkan menirunya. Indikatornya antara lain :

1. Membeli model pakaian yang sama dengan artis K-Pop idola. 2. Menerapkan model pakaian para artis K-Pop idola.

3. Mengkoleksi semua model pakaian Korea.

Gambar

Tabel 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi.
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4 Tanggapan responden tentang membeli model pakaian yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa sikap remaja di Surabaya terhadap iklan layanan

14 Melihat pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya Jawa dan pengaruh Islam dapat mempengaruhi keterbukaan diri remaja, karena di dalam

Ajaran- ajaran Konfusianisme pun dianut dengan kuat oleh masyarakat Korea Selatan sampai dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang sangat

dalam artian memberikan hasil yang sama saat diuji pada waktu yang berbeda.. 178) “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

Berdasarkan pada hasil pembahasan mengenai budaya populer Korea, selebriti endorser Korea terhadap gaya fashion remaja usia 18-21 tahun, dapat disimpulkan bahwa

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa sikap remaja di Surabaya terhadap iklan layanan

Perhatian penelitian ini adalah bagaimana persepsi remaja Surabaya terhadap tayangan Korean Wave sebagai budaya populer di Indosiar berdasarkan banyaknya tayangan

Hasil Penelitian makna simbolik remaja dalam mengekspresikan fanatisme sebagai penggemar k-pop: makna simbolik identitas diri, fanatisme remaja penggemar k-pop di komunitas EXO-L