PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN
BAKU DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL
DI PT CLASSIC PRIMA CARPET SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
0732010169
HISYAM THALIB
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT atas taufik dan
hidayahnya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian
skripsi ini dengan baik dan lancar sampai tersusunnya laporan skripsi ini dengan
judul : “ Per enca naan Pengendalian Per sediaan Bahan Baku Untuk
Meminimumkan Total Biaya Per sediaan Dengan Menggunakan metode
Heuristik Silver Meal di PT. Classic Pr ima Car pet Sur abaya”
Penelitian skripsi ini di perlukan guna menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa serta menunjang teori yang di dapat selama masa kuliah
juga sebagai bahan referensi di perpustakaan UPN “ Veteran “ Jatim.
Semua ini tidak dapat terlaksana atau tercapai tanpa adanya bantuan dari
semua pihak ataupun instansi yang berhubungan dengan laporan ini oleh karena
itu tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini. Penulis banyak
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran“ Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN
“Veteran“ Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Tri Susilo, MM selaku Dosen Pembimbing I
4. Bapak Ir. Joumil Aidil SZS, MT selaku Dosen Pembimbing II
serta pemakaian kata yang kurang tepat dan belum di mengerti oleh sebab itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar untuk
masa-masa yang akan datang dalam penyusunan laporan bisa menjadi lebih
sempurna.
Akhirnya penyusun berharap agar laporan ini bisa bermanfaat bagi
regenerasi mahasiswa UPN “Veteran“ Jatim berikutnya. Untuk semua pihak yang
telah membantu penyusunan laporan ini penyusun mengucapkan banyak terima
kasih.
Surabaya, Maret 2012
Halaman judul ... i
Abtraksi ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar isi ... v
Daftar tabel ... viii
Daftar gambar ... x
Daftar lampiran ... xi
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi Penelitian ... 3
1.5 Tujuan Penelitian... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4.
1.7 Sistematika Penulisan ... 4
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan ... 6
2.1.1 Pengertian Pengendalian ... 6
2.1.2 Pengertian Persediaan ... 7
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan ... 10
2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan ... 13
2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 14
2.3.1 Perkiraan pemakaian bahan baku ... 15
2.3.2 Harga Bahan Baku ... 15
2.3.3 Biaya-biaya Persediaan ... 15
2.3.4 Kebijaksanaan Pembelanjaan ... 16
2.3.5 Pemakaian Bahan Baku ... 16
2.3.9 Pembelian Kembali ... 18
2.4 Komponen Biaya yang Terlibat dalam Persediaan ... 18
2.4.1 Biaya Pembelian (Purchase Cost) ... 19
2.4.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost) ... 19
2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost) ... 20
2.4.4 Biaya Kehabisan Stock (Stock Out Cost) ... 21
2.5 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 21
2.6 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Efisiensi Penggunaan Modal Perusahaan ... 23
2.7 Model Pengendalian Persediaan ... 23
2.7.1 Deterministik Statis ... 24
2.7.2 Model Heuristik Silver meal ... 24
2.7.3 Probabilistik Stasioner ... 28
2.7.4 Probabilistik Non Stasioner ... 28
2.8 Peramalan untuk perencanaan persediaan bahan baku ... 28
2.8.1 Pengertian Peramalan ... 28
2.8.2 Pola Permintaan ... 30
2.8.3 Metode Peramalan ... 34
2.8.4 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ... 40
2.8.5 Uji Verifikasi Peramalan ... 42
2.8.5 Peta Moving Range ... 43
2.9 Penelitian Terdahulu ... 45
Bab III Metode Penelitian 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
3.2 Identifikasi Variabel ... 49
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 51
3.6 Langkah – langkah Pemecahan Masalah ... 57
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data ... 65
4.1.1 Data Bahan Baku ... 65
4.1.2 Data Biaya ... 67
4.2 Pengolahan Data ... 67
4.2.1 Pengolahan Periode Bulan Mei 2010 samapi dengan April 2011 ... 67
4.2.1.1 Pengolahan Metode Riil ... 68
4.2.1.2 Pengolahan Metode Usulan ... 70
4.2.1.3 Perbandingan Metode Riil dengan Metode Usulan ... 93
4.2.2 Pengolahan Peramalan ... 94
4.2.3 Pengolahan Periode Bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012 ... 97
4.3 Pembahasan... 106
Bab V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 108
5.2 Saran ... 108
Persaingan kualitas produk di dunia industri semakin meningkat.
Perusahaan-perusahaan manufaktur pun berlomba-lomba untuk membuat produk
yang dapat diterima dipasaran dengan baik. Kualitas merupakan rangkaian
keseluruhan karakterstik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa dalam
memuaskan sebagian atau keseluruhan kebutuhan dari konsumen. Konsumen
sebagai pemakai produk semakin kritis dalam memilih atau memakai produk oleh
karena itu keadaan ini mengakibatkan peranan kualitas semakin penting.
PT. Classic Prima Carpet sebagai salah satu perusahaan manufaktur di
Indonesia yang memproduksi carpet menginginkan produk mereka dapat lebih
menguasai pasar dengan meminimalkan total biaya persediaan yang terdapat pada
produk mereka. Metode yang digunakan untuk meminimalkan total biaya
persediaan mereka adalah Heuristik Silver Meal.
Setelah dilakukan analisa hasil perhitungan data penelitian di PT. Classic
Prima Carpet Surabaya , Kesimpulan yang dapat dituliskan sehubungan dengan
masalah pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan tersebut adalah :
Pada periode bulan Mei 2010 – April 2011 diketahui total biaya
pengendalian persediaan dengan menggunakan metode heuristic silvermeal
didapatkan total sebesar Rp 1.846.275.200,-, sedangkan metode riil perusahaan
didapatkan total biaya persediaan sebesar Rp 1.877.930.716,- atau sekitar Rp
31.655.516,- lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya persediaan dengan
metode heuristic silvermeal atau 1,685%.
Perencanaan pengendalian persediaan bahan baku pada periode bulan Mei
2011 – April 2012, dengan menggunakan metode heuristic silvermeal
mendapatkan total biaya pengendalian persediaan bahan baku karpet sebesar Rp
1.870.821.600,-.
Competition quality products in the industrialized world is increasing.
Manufacturing firms were competing to create an acceptable product in the
market very well. Quality is a whole series of characteristics and features of a
product or service in whole or in part to satisfy the needs of consumers.
Consumers as users become more critical in selecting products or use the product
and therefore the state has resulted in increasingly important role of quality.
PT. Classic Prima Carpet as one of the manufacturing companies in
Indonesia that produce convection want products they can better control the
market by minimizing defects contained in their products. The method used to
analyze the quality of their products are bolt cycle of continuous improvement
DMAIC. By this method will be obtained and the level DPMO sigma levels of
quality products they make. The purpose of this study was to determine baseline
performance levels in terms of DPMO and sigma level, the factors that affect the
quality and determine corrective actions to improve product quality convection.
The results showed the performance of the product manufacturing process
convection have this level of DPMO 17.291 and sigma level of 3.61. Factors -
factors affecting these results is due to the machine, operators, materials, work
environment, and methods to improve it should be revamping the factors - these
factors.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belaka ng
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi
berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi
kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi,
sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan kerugian
yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan
untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang
sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.
Agar tetap dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang begitu
ketat, perusahaan perlu melakukan penekanan biaya persediaan serta
penghematan biaya untuk pembelian bahan baku. Dalam upaya mencapai target
yang diharapkan, diperlukan adanya persediaan bahan baku yang optimal
sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi yang berlangsung.
Adanya penanganan yang tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan
untuk mengantisipasi keadaan apabila permintaan pasar tiba-tiba naik pada suatu
periode tertentu. Dengan demikian persediaan produk dapat dioptimalkan serta
biaya-biaya yang terkait didalamnya dapat ditekan se-efisien mungkin.
PT. Classic Prima Carpet adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur. Produknya adalah karpet,dimana produk ini berbahan dasar Bijih
plastic, Poly, Latex. Dalam produksinya perusahaan menerapkan pola sesuai
jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga
menimbulkan biaya simpan. Dan kadang pula terjadi kekurangan persediaan
bahan baku pada saat dibutuhkan, yang mengakibatkan terhambatnya proses
produksi. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan, maka modal perusahaan yang
seharusnya dapat diinvestasikan pada bidang lain akan terserap dalam pengadaan
persediaan bahan baku saja. Perusahaan akan mengalami kerugian karena
kebijakan penataan persediaan yang kurang tepat. Untuk menjamin kelancaran
kegiatan produksi, maka perusahaan harus melakukan pengendalian bahan baku
sesuai perencanaan yang telah disusun.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan
Metode Heuristik Silver Meal sehingga dapat melakukan perencanaan
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat menjamin
kebutuhan dan kelancaran kegiatan produksi perusahaan dalam kuantitas dengan
total biaya persediaan minimum.Prinsip model Heuristik Silver Meal didasarkan
atas permintaan beberapa periode mendatang yang telah diramalkan
sebelumnya.Metode ini dengan EOQ tetapi dalam perhitunganya lebih didasarkan
pada variabel periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama
perencanaan bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal pwriode
sedangkan biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari
satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode
pertama,dimana pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapi
perusahaan saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus dilakukan oleh
perusahaan sehingga menghasilkan total biaya pengadaan bahan baku yang
minimum “.
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian
dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai
yang meliputi :
1. Persediaan bahan baku yang digunakan adalah persediaan bahan baku utama
dari biji Plastik.
2. Peramalan permintaan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Mei 2012.
3. Data yang digunakan yaitu Juni 2010 sampai dengan Mei 2011.
1.4. Asumsi - Asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Harga bahan baku tidak ada perubahan selama penelitian.
2. Biaya simpan tidak ada perubahan selama penelitian.
3. Bahan baku selalu tersedia setiap saat selama dibutuhkan (mudah didapat).
4. Permintaan sama dengan kebutuhan.
5. Lead time masing – masing supplier sama.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang sesuai dengan
kebutuhan.
2. Untuk menentukan total biaya persediaan bahan baku yang minimum.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan serta pertimbangan bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan.
b. Bagi Universitas
Sebagai masukan untuk perpustakaan institusi yang berguna sekali bagi
pihak – pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang
masalah pengendalian persediaan di masa yang akan datang.
c. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman serta dapat
menerapkan metode yang digunakan yaitu metode heuristik silver meal dan
ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dimaksudkan agar penulis dapat lebih teratur dan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, batasan masalah, asumsi – asumsi, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan
penelitian dan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang
mengacu pada beberapa literatur yang digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang urutan langkah – langkah yang digunakan
untuk mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang
diteliti dalam bentuk diagram alir (flowchart).
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang cara - cara pengumpulan data – data yang
berkaitan dengan penelitian, pengolahan data beserta hasil perhitungan
sehingga didapatkan suatu hasil kombinasi dengan jumlah yang tepat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil analisa data serta terdapat saran – saran yang dapat mendukung
dari aktivitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penger tianPengendalianPer sediaan
Pengendaliaan persediaan sangat penting bagi setiap perusahaan baik
perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar, perusahaan menengah ataupun
perusahaan kecil dan baik itu perusahaan penghasil produk maupun penghasil
jasa. Karena dengan adanya pengendaliaan persediaan yang terencana dengan
baik maka perusahaan akan mendapat keuntungan lebih besar.
Sebelum membahas mengenai pengendaliaan persediaan maka terlebih
dahulu akan diuraikan pengertiaan pengendaliaan persediaan secara terpisah,
karena pada dasarnya pengertiaan pengendaliaan persediaan akan terbagi menjadi
dua, yaitu pengendaliaan dan persediaan. Pengertian tersebut akan diuraikan
dalam pokok bahasan berikut :
2.1.1. Penger tian Pengendalian
Menurut Arman Hakim (2003) secara sederhana, pengendalian dapat
didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga upaya realisasi dari suatu
aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Komarudin (2001) pengendalian adalah suatu usaha untuk
mempertahankan suatu proses pengerjaan pada tingkat efisien yang tinggi. Titik
perhatian pengendalian adalah terhadap bahan dasar, bahan pembantu,
perlengkapan didalam proses produksi yang tampak maupun tidak tampak, serta
Menurut Sukanto (2004) mendefinisikan pengendalian adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mengatur atau menata segala sesuatu agar sesuai dengan
yang direncanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu cara atau usaha
untuk mendapatkan segala sesuatu yang telah direncanakan sesuai harapan dengan
jalan memberikan perhatian terhadap bahan-bahan dasar, bahan pembantu serta
metode proses produksi dan faktor-faktor lain yang mendukung terhadap
pencapaian tujuan.
2.1.2. Penger tiaan Per sediaan
Pengertian persediaan menurut Sofjan Assauri (2002) adalah suatu aktiva
yang meliputi barang–barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang
masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang
menunggu penggunannya dalam suatu proses produksi.
Sedangkan pengertian persediaan menurut Eddy Herjanto (2001) adalah
bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan
untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen,
material atau produk jadi yang tersedia ditangan, menunggu untuk digunakan atau
Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process),
barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 2003).
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
Freddy Rangkuti (2001) dan Sofjan Assauri (2002) menjelaskan alasan
diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan adalah :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya,yang
disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat
jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan
mentah sampai barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan - bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan berkualitas tidak baik
sehingga harus dikembalikan
3. Untuk mengantisipai bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi.
Arman Hakim (2003 : 103) Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri
dari 3 bentuk sebagai berikut :
a. Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi
menjadi produk jadi.
b. Barang Setengah Jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan
baku dengan produk setengah jadi.
c. Bahan Baku Jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang
siap dipasarkan kepada konsumen.
Gambar 2.1 Pr oses Tr ansfor masi Pr oduksi ( Arman Hakim, 2003 )
Teguh Baroto (2002) mengutarakan penyebab timbulnya persediaan
adalah sebagai berikut :
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan
Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang
tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan
waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan
hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidak pastiaan
Ketidakpastiaan terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti
dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung Bahan
Baku
Barang Jadi PROSES
(Lead Time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan.
3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan besar dari kenaikkan harga di masa mendatang.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan baik itu bahan baku, barang
setengah jadi, maupun barang jadi yang berfungsi untuk menjamin pemenuhan
permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen maupun kebutuhan
produksi sehingga persediaan yang dikelolah oleh suatu perusahaan dapat
mencapai mekanisme suatu kondisi yang optimal.
2.1.3. J enis-J enis Per sediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara :
a. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas : (Sofjan Assauri,
2002)
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan
- bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau
pembuatan yang dilakukan untuk jumlah yang besar, sedang penggunaan
atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena
pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang
2. Fluctuation Stock
Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,
apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan
atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih
dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persedian ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk
menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
3. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan
yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula
untuk menjaga kemungkinanan sukarnya diperoleh bahan-bahan, sehingga
tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
b. Menurut Teguh Baroto (2002) persediaan dapat dikelompokkan dalam lima
kategori yaitu sebgai berikut :
1. Bahan mentah (raw materials)
Yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah kiat atau
bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau
dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan
2. Komponen
Yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian - bagian (parts) yang
diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan
dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Barang setengah jadi (work in process)
Yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan
yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun
masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
4. Barang jadi (finished good)
Adalah barang - barang yang telah selesai diproses dan siap untuk
didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material)
Adalah barang - barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau
perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.
Termasuk bahan penolong adalah bahan baker, pelumas, listrik, dan
lain-lain.
Menurut Sofjan Assauri (2002) pengendalian persediaan merupakan salah
satu kegiatan dari urutan kegiatan–kegiatan yang bertautan erat satu sama lain
dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah
direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya.
Sebenarnya kegiatan pengendalian persediaan tidak terbatas pada penentuan atas
perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan
dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan bahan–bahan /barang–barang yang
yang serendah–rendahnya. Jadi kegiatan pengendalian persediaan meliputi
perencanaan persediaan, scheduling untuk pemesanan, pengaturan penyimpanan
dan lainnya.
Setelah diketahui pengertian tentang persediaan dan pengendalian, maka
dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi persediaan, baik itu berupa bahan baku, bahan
pembantu, maupun barang jadi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
proses produksinya maupun memenuhi permintaan konsumen serta kebutuhan
pembelanjaan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain suatu tindakan untuk
mempertahankan suatu sistem yang telah dikelola baik itu mengenai kebijakan
bahan dasar, bahan pembantu maupun proses produksi bahkan memberikan
koreksi agar senantiasa dengan apa yang direncanakan oleh perusahaan.
2.2. Tujuan Pengendalian Per sediaan
Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu ,
adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
a. Assauri (2002) Menyatakan tujuan pengendalian persediaan secara terinci
dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh persediaan tidak
terlalu besar atau berlebih–lebihan, sehingga biaya–biaya yang timbul dari
3. Menjaga agar pembelian secara kecil–kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
b. Freddy Rangkuti (2001) menyatakan tujuan tujuan pengendalian persediaan
sebagai berikut :
1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan.
2. Supaya pembentukan persediaan stabil.
3. Menghindari pembelian barang secara kecil – kecilan.
4. Pemesanan yang ekonomis.
Dari pendapat–pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas dari
bahan-bahan atau barang-barang agar bahan atau barang tersebut tersedia pada
waktu yang dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat seminimal
mungkin.
2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Per sediaan
Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kepentingan
pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan, maka terdapat beberapa
macam faktor yang memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling
terkait antara satu faktor dengan faktor yang lain.
Adapun beberapa faktor tersebut menurut Agus Ahyari (2005) adalah sebagai
2.3.1 Per kir aan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka
selayakknya manajemen perusahaan ini dapat mengadakan penyusunan perkiraan
pemakaian bahan baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan . Berapa banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk
kepentingan proses produksi dalam suatu periode (misalnya satu tahun),akan
dapat diperkirakan oleh manajemen perusahaan dengan mendasarkan diri kepada
perencanaan produksi maupun schedule produksi yang telah disusun perusahaan.
2.3.2. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi merupakan
salah satu faktor penentu terhadap persediaan yang akan digunakan dalam proses
produksi oleh perusahaan karena bahan baku akan mempengaruhi seberapa besar
dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan .
2.3.3 Biaya – Biaya Per sediaan
Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku tentunya tidak akan
dapat melepaskan diri dari adanya biaya – biaya persediaan yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Didalam hubungannya dengan biaya – biaya
persediaan tersebut maka ada 3 macam biaya persediaan, yaitu biaya
2.3.4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan dalam suatu perusahaan akan dapat
mempengaruhi seluruh kebijakan pembelian perusahaan. Demikian pula
sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan.
Apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas utama,
kedua atau bahkan terakhir. Disamping hal tersebut tentunya kemampuan
finansial di perusahaan yang bersangkutan secara keseluruhan juga akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiaya seluruh kebutuhan
perusahaan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku dalam perusahaan.
2.3.5. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku (penyerapan bahan baku) dari perusahaan dalam
periode–periode yang telah lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat
dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam menyusun atau
merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.
2.3.6. Waktu Tunggu
Yang dimaksud dengan waktu tunggu (lead time) adalah merupakan
tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut
dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu ini
sangat perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan, karena hal ini akan
berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku pada saat pemesanan
diperhatikan, maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku (walaupun sudah
dipesan kembali).
2.3.7. Model Pembelian Bahan
Pemilihan model pembelian yang akan dipergunakan oleh perusahaan
tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku
yang bersangkutan. Dapat juga terjadi didalam perusahaan dipergunakan model
pembelian yang berbeda–beda untuk beberapa jenis bahan baku. Karakteristik
dari masing-masing bahan baku akan dijadikan dasar untuk mengadakan
pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing–masing bahan baku yang
bersangkutan.
2.3.8. Per sediaan Pengaman (Safety Stock)
Pada umumnya untuk mengulangi adanya kehabisan persediaan bahan
baku dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan
pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini dipergunakan apabila terjadi
kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses
produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan
baku walaupun bahan baku yang dibeli/dipesan datangnya terlambat. Persediaan
ini dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam
2.3.9. Pembelian Kembali
Didalam pelaksanaan operasi perusahan, maka bahan baku yang
diperlukan untuk proses produksi tidak akan cukup apabila dilakukan hanya sekali
pembelian saja. Maka secara berkala perusahaan akan mengadakan pembelian
kembali terhadap bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi
didalam perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan pembelian kembali,
perusahaan akan memperimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan
dalam pembelian bahan baku, sehingga bahan baku tersebut datang tepat
waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan
datangnya bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada
gilirannya akan mengakibatkan biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan
bahan baku terlalu awal maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku.
Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan,
justru hal tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila dibiarkan.
2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Per sediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya
yang terlibat dalam system persediaan adalah biaya pembelian, biaya pemesanan,
biaya penyimpanan dan biaya kehabisan stock. Berikut ini akan diuraikan
2.4.1. Biaya Pembeliaan (Purchasing Cost)
Definisi biaya pembelian menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Teguh Baroto (2002) menyatakan bahwa biaya pembelian adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan
sediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model pengendalian
sistem persediaan, biaya tidak dimasukkan sebagai dasar untuk membuat
keputusan.
2. Arman Hakim (2003) biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang yang besarnya tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan
haega satuan barang.
2.4.2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Definisi biaya pemesanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Sofjan Assauri (2002) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah biaya–
biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang–barang atau
bahan–bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim
kepenjual, sampai barang–barang/bahan–bahan tersebut dikirim dan
diserahkan serta diinspeksi digudang atau daerah pengolahan (process area).
Yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya administrasi pembelian
dan penempatan order, biaya pengengkutan dan bongkar muat, biaya
penerimaan dan biaya pemeriksaan.
2. Teguh Baroto (2002) menyatakan bahwa biaya pemesanan adalah biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan pesanan ke pemasok, yang besarnya
biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya
dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya
lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3. Arman Hakim (2003) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul
untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk
menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan,
biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan lain–lain.
2.4.3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Definisi biaya penyimpanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Teguh Baroto (2002) menyatakan bahwa biaya penyimpanan adalah biaya
yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, semi finished
product, sub assembly ataupun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari
lama penyimpanan dan jumlah yang disimpan.
2. Eddy Herjanto (2001) biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini
adalah biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, biaya listrik,
biaya asuransi ataupun kerusakan.
3. Arman Hakim (2003) biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul
akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi biaya memiliki persediaan,
biaya gudang, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya kadaluwarsa, biaya
2.4.4. Biaya Kekur angan Per sediaan (Out of Stock Cost)
Definisi biaya kekurangan persediaan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut :
1. Sofjan Assauri (2002) menyatakan bahwa biaya kekurangan persediaan adalah
biaya–biaya yang timbul akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil
daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya–biaya tambahan
yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu
barang sedangkan bahan atau barang yang dibutuhkan tidak tersedia.
2. Eddy Herjanto (2001) biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul
sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya
kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan
berupa biaya kehilangan kesempatan.
2.5. Hubungan Pengendalian Per sediaan dengan Per encanaan dan
Pengendaliaan Pr oduksi
Adanya perencanan produksi yang lengkap dalam suatu perusahaan akan
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses produksi karena perencanaan
produksi yang lengkap akan menunjukkan pemakaian komponen produksi dalam
perusahaan. Berapa banyak jumlah dan jenis dari bahan baku yang diperlukan,
tenaga kerja yang dibutuhkan serta penggunaan mesin untuk keperluan
pelaksanaan produksi akan terlihat didalam perencanaan produksi tersebut. (Agus
Menurut Sofjan Assauri (2002) pengertian perencanaan dan pengendalian
produksi adalah penentuan dan penetapan kegiatan - kegiatan produksi yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan pabrik tersebut, dan mengawasi
kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah
direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Sofjan Assauri (2002) tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
adalah untuk dapat berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu kelancaran
operasi dan kelangsungan hidup serta dapat berkembangnya perusahan/pabrik.
Untuk mencapai tujuan perencanaan dan pengendalian produksi ini peranan
pengendalian persediaan adalah sangat penting. Oleh karena itu kegiatan
pengendalian persediaan yang dilakukan harus didasarkan atas perencanaan dan
pengendalian produksi yang telah ditetapkan dan dijalankan. Besarnya volume
produksi dan schedule produksi yang telah ditentukan akan menentukan besarnya
persediaan optimum, besarnya pesanan dan schedule pesanan yang akan
dilakukan.
Agar supaya perencanaan dan pengendalian produksi dan pengendalian
persediaan dapat berjalan dengan efektif, keduanya harus berjalan sama–sama.
Perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan agar proses produksi
dapat berjalan dengan lancar dan efisien serta sesuai dengan schedule yang
ditetapkan. Sedangkan pengendalian persediaan mengatur besarnya persediaan
bahan–bahan yang dapat dijamin lancarnya produksi serta kelangsungan produksi
dengan biaya yang sekecil–kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa pengendalian dan perencanaan produksi
dengan pengendalian persediaan tidaklah dapat dipisahkan, sebab untuk bisa
mencapai tujuan pokok dari perencanaan dan pengendalian produksi haruslah
disertai dengan langkah pengendalian persediaan, agar produksi dapat berjalan
dengan lancar dan dengan biaya seminimal mungkin.
2.6. Hubungan Pengendalian Per sediaa n Dengan Efisiensi Penggunaan
Modal Per usahaan
Antara pengendalian persediaan dengan efisiensi dalam penggunaan
modal kerja perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahwa setiap
perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan
persediaan, untuk mengadakan persediaan diperlukan sejumlah uang untuk
diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, baik
dalam jumlah mutu maupun kualitas yang tepat dengan biaya yang
serendah-rendahnya (Assauri, 2002).
Sehingga sedapat mungkin modal yang tertanam dalam persediaan bahan
baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga tujuan pengendalian
dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan ekonomis dapat tercapai.
2.7. Model Pengendalian Per sediaan
Ditinjau dari sifat permintaan bahan baku, maka dapat dikelompokkan
bersifat probabilistik (Taha, 2003). Dibawah ini diklasifikasikan permintaan
ditinjau dari sifat permintaannya.
Gambar 2.2 Klasifikasi Per mintaan ( Hamdi Taha, 2003 )
2.7.1. Model Pengendalian Per sediaan Deter ministik Statis
Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model
persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah
dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan (Masril, 2005 : ).
Dikatakan Model pengendalian persediaan deterministik statis yaitu apabila
tingkat konsumsi diketahui dan tetap konstan sepanjang waktu. (Taha, 2003 :
507).
2.7.2 Model Heuristik Silver Meal
Prinsip Model Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan
beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini
mirip dengan EOQ tetapi dalam perhitungannya lebih didasarkan pada variabel
periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama perencanaan. Permintaan
Deterministik Probabilistik
Metode ini ditentukan oleh Edward Silver dan Harlan meal yang menyatakan
bahwa pembelian bahan hanya dilakukan pada awal periode sedangkan biaya
simpan hanya dibebankan pada bahan yang simpan lebih dari satu periode.
Heuristik Silver Meal dimulai pada awal permulaan periode pertama, dimana
pembelian bahan dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol
(Arman Hakim,2003).
Tersine (2005) memberikan langkah-langkah penerapan dari heuristik
silver meal sebagai berikut :
1. Menghitung total relevan cost (TRC)
T T periode akhir pada simpan biaya Total C T T
TRC( ) + _ _ _ _ _ _
=
(
)
∑
= − + = T t Rk K ph C T T TRC 1 1 ) (Dimana : C = biaya simpan
H = friksi biaya simpan
P = biaya pengadaan
Ph = biaya simpan
TRC (T = total relevan cost tiap T periode
T = waktu pengadaan
Rk = permintaan rata-rata dalam periode Kj
Sedangkan menurut Arman Hakim ( 1995), penyelesaian Heuristik
memberikan cara penyelesaian lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan
heuristik, tetapi pendekatan silver meal lebih mudah digunakan dan
menghasilkan pola pembelian terbaik dibandingkan pendekatan heuristik
lainnya. Pendekatan Silver Meal mirip dengan pendekatan EOQ, tetapi
didasarkan total permintaan selama perencanaan. Bila t adalah jumlah satuan
waktu selama periode pembelian, maka :
Rata-rata = (biaya pesan) + (biaya simpan total pada akhir periode t)
biaya persediaan t
atau
{
( )
(
)
( )
( )
}
t
h D t D
D D
k TU
AC + 1−1 1+ 2−1 2+ 3−1 3+...+ −1 t
=
dimana : =
TU AC
Total Rata-rata biaya persediaan persatuaan waktu
AC = Average Cost/ rata-rata biaya
TU = Time Unit/ satuan waktu
K = Biaya perpesan
Dt = Permintaan selama periode ke-t
h = Biaya simpan perunit perperiode, dimana pada periode
pertama (t-1) tidak ada biaya simpan sehingga variabel D
pada persamaan diatas dapat diabaikan.
Aturan penyelesaiaan adalah menghitung
TU AC
untuk periode pembeliaan
berurutan sampai
TU AC
terendah yang merupakan periode pembeliaan dan
jumlah bahan baku yang dibeli sebagai kebutuhan selama periode tersebut.
Q1= D2 +D2 + D3 +……Dt
2. Membuat tabel pengadaan
Tabel 2.1 Pengadaan
periode t Kebutuhan
TU
AC Pembeliaan kembali
( Sumber : Tersine, 1994 )
Bila
1 ) 1 (
+ + T
T TRC
>
T T TRC( )
maka pada periode T+1 tersebut harus dilakukan
pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai
kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta
terjadi biaya pesan (c) kembali.
3. Membuat tabel pengendaliaan
Tabel 2.2 Pengendaliaan
Periode Kebutuhan Pembeliaan Simpan Total biaya
( Sumber : Tersine, 1994 )
4. Menghitung tingkat effisiensi biaya
Effisiensi = x100%
TC TC TC
A B A−
Dimana : TCA = total cost kebijaksanaan pengendaliaan persediaan
perusahaan
2.7.3 Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilistik Stasioner
Model pengendalian persediaan Probabilistik adalah suatu model
pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat
diketahui dengan pasti atau bervariasi (Pangestul, 2007).
Model pengendalian persediaan ini disebut sebagai model probabilistik
stasioner adalah karena fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak
berubah sepanjang waktu sehingga pada gilirannya pengaruh trend musiman
permintaan tidak dihubungkan dan dimasukkan kedalam model pengendalian
persediaan ( Arman Hakim,2003)
2.7.4. Model Pengendalian Per sediaan Pr obabilisik Non Stasioner
Model pengendalian persediaan probabilistik non stasioner merupakan
model probabilistik yang fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak
berubah sepanjang waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan.
Pada kebutuhan yang bersifat probabilitas ini, kebutuhan dimasa yang akan
datang hanya diketahui berdasarkan pada distribusi kemungkinan data kebutuhan
masa yang lalu ( Arman Hakim, 2003).
2.8. Per a malan Untuk Perenca naan Per sedian Bahan Baku
2.8.1. Penger tian Peramalan
Pengertian peramalan menurut Arman Hakim (2003 : 25) adalah proses
untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi
kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2003) prakiraan atau peramalan
adalah merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang mungkin
dihadapi pada masa yang akan datang.
Peramalan merupakan salah satu sarana yang penting dalam pengambilan
keputusan. Untuk mengetahui hasil dari peramalan dibutuhkan data–data masa
lampau yang relevan dan dikumpulkan secara teratur. Dan hasil ramalan tersebut
merupakan suatu taksiran yang bersifat ilmiah meskipun masih terdapat kesalahan
yang disebabkan oleh adanya keterbatasan metode yang digunakan.
Dalam hubungannya dengan waktu peramalan, maka peramalan dapat
diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu (Arman Hakim, 2003 : 26) :
1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya
digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan
anggaran.
3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dan lain – lain keputusan control jangka pendek.
Teguh Baroto (2002) Secara umum metode peramalan dibagi menjadi dua
kategori yaitu :
1. Metode Kualitatif
Metode ini biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu
dasar untuk menetapkan permintaan yang akan datang. Metode kualitatif yang
banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal
(nominal group technique).
2. Metode Kuntitatif
Pada metode ini, suatu set data historis (masa lalu) digunakan untuk
mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok
besar metode kuantitatif yaitu metode Time Series dan metode Nontime Series
(structural models).
2.8.2. Pola Per mintaan
Teguh Baroto (2002) Dalam peramalan time series terdapat empat jenis
pola permintaan, yaitu (1) trend, (2) musiman, (3) siklikal, (4) eratik/random. Pola
permintaan ini akan berhubungan dengan metode peramalan yang digunakan.
Pola – pola data tersebut akan diuraikan secara jelas, sebagai berikut :
1. Pola Trend
Pola trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan
gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya
berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat
ditarik suatu garis maya (garis putus–putus) yang disebut garis trend. Bila
data berpola trend, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode regresi
linier, eksponential smoothing atau double eksponential smoothing. Metode
Ga mbar 2.3 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Tr end ( Teguh Baroto, 2002 )
2. Pola Musiman
Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan
terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut
berpola musiman. Disebut pula musiman karena permintaan ini biasanya
dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini
adalah satu tahun. Contoh lain adalah permintaan baju hangat tentu sangat
dipengaruhioleh musim ( semi, panas, gugur, dingin ). Metode peramalan
yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau
moving average atau weight moving average.
Gambar 2.4 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Musiman (Teguh Baroto, 2002 )
3. Pola Siklikal
Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang
membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip
dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang,
bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun
(umumnya). Pola siklikat bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Untuk
menentukan data berpola siklis tidaklah mudah. Kaluau pola musiman rentang
waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan
siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila pola data siklikal adalah metode
moving average, weight moving average dan eksponential smoothing.
Gambar 2.5 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Siklis ( Teguh Baroto, 2002 )
4. Pola Eratik/Random
Pola eratik (random) adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka
panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi
permintaan bersifat acak atau tidak jelas. Tidak ada metode peramalan yang
direkomendasikan untuk pola ini. Hanya saja, tingkat kemampuan seorang
analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan
mengenai pola data. Seorang analis, untuk data yang sama mungkin
menyimpulkan berpola random dan analis lainnya menyimpulkan musiman.
Keterampilan dan imajinasi analis peramal memang merupakan faktor yang
paling menentukan dalam pelaksanaan peramalan. Bisa jadi, pola data
peramalan yang random ini ternyata mengikuti pola tertentu yang bukan
seperti ketiga pola lainnya, untuk ini diperlukan metode khusus (mungkin
subjektif untuk melakukan peramalan).
Gambar 2.6 Fluktuasi Per mintaan Ber pola Er atik/Random
( Teguh Baroto, 2002 )
2.8.3. Metode Peramalan
2.8.3.1. Metode Rata – Rata Ber ger ak (Moving Average)
Moving Average diperoleh dengan merata – rata permintaan berdasarkan
beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan teknik
Moving Average ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak
permintaan dalam hubungannya dengan waktu. (Arman Hakim, 2003)
Teguh Baroto (2002) Rumus metode Moving Average adalah :
m
f f
f f
f t t t t m
t
− −
−
− + + + +
= 1 2 3 ...
Dimana : m = jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m
ini minimal 2 dan maksimal tidak ada, ditentukan secara
subjekif)
ft = ramalan penjualan untuk periode t
ft = penjualan aktual pada periode t
2.8.3.2. Metode Pemulusan Eksponential (Eksponential Smoothing)
Ada beberapa metode yang dikelompokkan dalam metode Eksponential
Smoothing, yaitu (Makridakis, 2001) :
1. Single Eksponential Smoothing, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kasus yang paling sederhana dari pemulusan eksponential ini dapat
dikembangkan dari suatu variasi persamaan sebagai berikut :
− − + = + N N X N X F
F t t
t t 1
Misal observasi lama Xt – N tidak tersedia maka digantikan dengan suatu nilai
pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah ramalan
periode sebelumnya Ft, maka persamaan menjadi :
− + = + N F N X F
F t t
t t 1 t t t t F N X N F F − + + = + 1 1 1 1
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa ramalan (Ft+1) didasarkan atas
pembobotan ramalan yang terakhir dengan suatu nilai bobot (1/N) dan
pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya (Ft) dengan suatu bobot (1 –
(1/N)). Karena N merupakan suatu bilangan positif, 1/N akan suatu menjadi
konstan antara 0 (jika N tidak terhingga) dan 1 (jika N=1). Dengan mengganti
t t
t X F
F+1 =
α
. +(1−α
).Dimana : Ft+1 = perkiraan permintaan pada periode t
α = suatu nilai (0 < α < 1) yang ditentukan secara subjektif
Xt= penjualan aktual pada periode t
Ft = perkiraan penjualan pada periode t
Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung
ramalan dengan metode pemulusan smoothing. Metode ini banyak
mengurangi masalah penyimpangan data, karena tidak perlu lagi menyimpan
semua data historis.
2. Double Eksponential Smoothing
Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial dari Brown adalah serupa
dengan rata – rata bergerak linier. Dalam metode ini dilakukan 2 kali
pemulusan, langkah–langkahnya yaitu :
• Menghitung smoothing pertama
1 ' ) 1 ( .
't= Xt + − St−
S
α
α
• Menghitung smoothing kedua
1 " ) 1 ( ' .
"t= St+ − S t−
S α α
• Menghitung perbedaan smoothing
t t t
t t
t S S S S S
a = '+( ' − " )=2 '− "
• Menghitung dugaan trend
) " ' (
1 t t
t S S
b −
− =
• Menghitung ramalan pada periode m
m b A Ft+m = t + t.
Dimana : Xt = penjualan aktual pada periode t - 1
S 't = peramalan penjualan pertama
S't−1 = peramalan penjualan pertama pada periode t
α = factor smoothing dan β = 1 - α
S"t = peramalan penjualan kedua
S"t−1 = peramalan penjualan kedua pada periode t
At = perbedaan smoothing
b = pendugaan trend t
m = jumlah periode dalam peramalan
Double Eksponential Smoothing (Metode Hold), dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Metode pemulusan ekponential dari Hold dalam prinsipnya serupa dengan
Brown kecuali bahwa Hold tidak menggunakan rumus pemulusan secara
langsung. Sebagai gantinya Hold memuluskan nilai trend dengan parameter
yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Dalam
metode ini dilakukan 2 kali pemulusan dan menggunakan 2 konstanta (dengan
nilai antara 0 dan 1), langkah – langkahnya yaitu :
• Pemulusan keseluruhan
) )(
1 (
. + − −1+ −1
= t t t
t X S b
S α α
• Pemulusan trend
1
1) (1 )
.( − − + − −
= t t t
t S S b
• Ramalan
m b S Ft+m = t + t.
Dimana : Ft+m = ramalan untuk m periode ke depan
St = nilai smoothing
α = konstanta untuk smoothing (0 < α < 1)
b = dugaan trend t
Xt = nilai aktual
γ = konstanta untuk trend (0 < γ < 1)
m = periode pendugaan dalam peramalan
3. Triple Eksponential Smoothing (Metode Winter)
Metode Winter didasarkan atas 3 persatuan pemulusan, yaitu satu untuk unsur
stasioner, satu untuk unsur trend dan satu untuk unsur musiman. Hal ini serupa
dengan metode Hold dengan satu persamaan tambahan untuk mengatasi
musiman. Persamaan dasar untuk metode winter adalah sebagai berikut :
• Pemulusan keseluruhan
) )(
1
( − −1+ −1
+ −
= t t
t t
t S b
L I
X
S α α
• Pemulusan trend
1
1) (1 )
.( − − + − −
= t t t
t S S b
b γ γ
• Pemulusan musiman
L t t t t I S X
I = β +(1−β) −
• Ramalan m L t t t m
t S b m I
F+ =( + . ) − +
B = komponen trend
I = faktor penyesuaian musiman
Ft+m = ramalan untuk m periode ke depan
S = nilai smoothing t
α = konstanta untuk smoothing (0 < α < 1)
t
X = nilai aktual
γ = konstanta untuk trend (0 < γ < 1)
b = dugaan trend t
β = konstanta untuk musiman (0 < β < 1)
t/m = periode penduga
2.8.3.3. Regr esi Linier
Regresi Linear adalah suatu metode populer untuk berbagai macam
permasalahan. Untuk peramalan time series, formula regresi linier cocok
digunakan bila pola data adalah trend. Formulasi regresi linier bila digunakan
untuk pendugaan (peramalan) (Teguh Baroto, 2002) :
t
t a b
f = +
Dimana : ft = nilai fungsi permintaan pada periode t (variabel terikat)
a = intercept (nilai tetap y bila x = 0)
b = slope (derajat kemiringan persaman garis regresi) t
t = periode (variabel bebas)
Dengan :
( )
∑
∑
∑ ∑
∑ ∑
− − = 2 2 2 . ) ( . ) ( t t n t f t t t f t a( )
∑
∑
∑
∑ ∑
− − = 2 2 . ) ( ) ( . t t n t f t t f t n bDimana : n = jumlah periode dalam peramalan
bt = slope (derajat kemiringan persaman garis regresi)
∑
f(t) = jumlah dari variabel terikatnya
∑
t = jumlah dari variabel bebasnya
∑
t.f(t) = jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikatnya2.8.4. Uk ur an Akur asi Hasil Per amalan
Ukuran akurasi hasil peramalan yaitu criteria ketepatan peramalan
merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan
penjualan yang sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan yaitu :
(Arman Hakim, 2003) dan (Teguh Baroto, 2002)
1. Rata – Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan rata – rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai
berikut :
m f f MAD
m
t
t t
∑
=
− = 1
Dimana :
t
f = permintaan aktual pada periode t
f = peramalan permintaan (forecast) pada periode t t
2. Rata – Rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan
pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.
Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
m f f MSE m t t t
∑
= − = 1 23. Rata – Rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)
MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama
periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak
bisa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan
menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan
membaginya dengan jumlah periode peramalan.
Secara matematis, MFE dirumuskan sebagai berikut :
m f f MFE m t t t
∑
= − = 1 24. Rata – Rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Precentage Error
= MAPE)
MAPE merupakan ukuran kesalahan relative, MAPE biasanya lebih berarti
bila dibandingkan dengan MAD karena MAPE menyatakan persentase
kesalahan hail peramalan terhadap hasil permintaan actual selama periode
tertentu yang akan memberikan informasi presentase kesalahan terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
(
)
[
f f f x]
Dimana : ft = penjualan aktual pada periode t
f = peramalan penjualan (forecast) pada periode t t
m = jumlah periode peramalan yang terlibat
2.8.5. Uji Ver ifikasi Per amalan
Langkah terpenting setelah peramalan adalah melakukan verifikasi
peramalan sedemikian rupa sehingga hasil peramalan tersebut benar – benar
mencerminkan data masa lalu dan system sebab akibat yang mendasari penjualan
tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, maka hasil
peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan
keraguan validitas metode peramalan yang digunakan harus dicari metode lainnya
yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistik yang
sesuai.
Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan
mendeteksi perubahan system sebab akibat yang melatar belakangi perubahan
pola penjualan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta control peramalan yang
mirip dengan peta control kualitas. Peta control peramalan ini dapat dibuat dengan
kondisi data yang tersedia minim.
Adapun prosedur peramalan penjualan dengan metode Time Series adalah
sebagai berikut :
a. Membuat diagram scatter
b. Siapkan model peramalan yang sesuai dengan pola data pada diagram
c. Menghitung nilai MSE dari masing – masing metode peramalan yang telah
dicoba dan mengurutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
d. Melakukan uji verifikasi peramalan dengan Peta Moving Range (MRC)
diurut mulai dari metode yang menghasilkan MSE terkecil
e. Jika uji verifikasi tidak terpenuhi yaitu berada dalam kondisi out of control,
maka lakukan uji verifikasi kembali dengan memilih metode yang memiliki
nilai MSE terkecil berikutnya.
f. Jika uji verifikasi terpenui maka dapat dilakukan peramalan penjualan tahun
berikutnya dengan metode yang telah dipilih dan hasilnya akan digunakan
untuk menghitung target peramalan produksi.
2.8.6. Peta Moving Range
Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan
aktual dengan nilai peramalan. Dengan kata lain, kita melihat data permintaan
actual dan membandingkannya dengan nila