PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV
SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rizky Ardi Mabruri NIM 09108244043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)Nya”
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini kupersembahkan untuk:
1. Orang tua tercinta yang selalu memberi doa, semangat dan kesabaran dalam
menyelesaikan skripsi.
PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV
SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
Rizky Ardi Mabruri NIM. 09108244043
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan pengaruh reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis quasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan B SD Muhammadiyah Piyaman yang berjumlah 40 siswa dengan rincian kelas IV A dengan jumlah murid 20 anak sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B degan murid jumlah murid 20 anak sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data diambil melalui metode pengamatan (observation) dan angket (questionnaire). Instumen yang digunakan meliputi lembar observasi dan skala sikap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk, dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Pengujian hipotesis menggunakan analisis deskriptif yakni dengan membandingkan mean antara pretest dan posttest. Pretest ataupun posttest dalam penelitian ini bukan seperti halnya test mengerjakan soal, melainkan pengukuran. Pengukuran kondisi awal sebelum pemberian tindakan (treatment) untuk pretest, dan pengukuran kondisi akhir setelah treatment untuk posttest.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh reward terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor motivasi kelas kontrol untuk pretest sebesar 73,2 dan posttest sebesar 76,4. Sedangkan perolehan rata-rata skor motivasi pada kelas eksperimen untuk pretest sebesar 73,85 dan posttest sebesar 96,15. Dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata pretest-posttest pada kelas kontrol sebesar 3,2 dan pada kelas eksperimen sebesar 22,3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari
Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu berikut ini.
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
4. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk skripsi.
5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho M.Pd., sebagai pembimbing yang dengan
penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai
penyusunan tugas akhir skripsi ini selesai.
6. Ibu Eni Budiyati, S. Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah
Piyaman Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin kepada peneliti
7. Bapak Dedi Kurniawan, S. Pd., selaku guru kelas IV A SD Muhammadiyah
Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan bantuannya
selama proses penelitian.
8. Ibu Fitria Agustina Nurbaningtyas, S. Pd., selaku guru kelas IV B SD
Muhammadiyah Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin
dan bantuannya selama proses penelitian.
9. Seluruh warga S1 PGSD 2009 kelas C yang telah memberikan semangat, doa
dan bantuan dalam penyeleseian Tugas Akhir Skripsi ini.
10. Warga kost Suryaputra no. 377B Mantrijeron yang telah memberikan
semangat, doa dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir akripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 24 Agustus 2016
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Reward (Penghargaan) ... 10
1. Pengertian Penghargaan ... 10
2. Fungsi Penghargaan ... 11
3. Macam-Macam Penghargaan ... 12
4. Syarat-Syarat Penghargaan ... 15
2. Macam-Macam Motivasi ... 18
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20
4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21
C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA ... 30
1. Haikat IPA ... 30
2. Hakikat Pembelajaran IPA ... 33
D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 36
E. Penelitian yang Relevan ... 38
F. Kerangka Pikir ... 39
G. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41
B. Desain Penelitian ... 41
C. Subjek Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 44
E. Definisi Operasional Variabel ... 44
F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
G. Prosedur Eksperimen ... 45
H. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46
1. Metode Pengumpulan Data ... 46
2. Instrumen Penelitian ... 47
I. Teknik Analisis Data ... 54
1. Hasil Observasi Reward yang Dilakukan oleh Guru ... 54
2. Hasil Skala Motivasi Belajar terhadap Siswa ... 55
J. Uji Hipotesis ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57
B. Hasil Penelitian ... 57
1. Pretest ... 58
2. Treatment ... 66
4. Perbandingan Frekwensi Pemberian Reward Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ... 81
5. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 82
6. Uji Hipotesis ... 85
C. Pembahasan ... 86
D. Keterbatasan Penelitian ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Reward oleh Guru ... 48
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 49
Tabel 3. Pemetaan Butir Instrumen Skala Sikap Motivasi Belajar Siswa ... 52
Tabel 4. Skala Penilaian Motivasi Belajar Siswa ... 56
Tabel 5. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 59
Tabel 6. Data Motivasi Belajar IPA Siswa saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 61
Tabel 7. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 62
Tabel 8. Data Motivasi Belajar IPA siswa pada Pretest pada Kelas Eksperimen ... 65
Tabel 9. Treatment I Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen... 66
Tabel 10. Frekwensi Pemberian Reward Treatment I di Kelas Eksperimen ... 69
Tabel 11. Treatment II Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 71
Tabel 12. Treatment II Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 73
Tabel 13. Treatment III Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 75
Tabel 14. Pemberian Reward Treatment III oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 15. Data Motivasi Belajar Siswa saat Posttest pada Kelas Kontrol ... 79
Tabel 16. Data Motivasi Belajar Siswa pada Postest di Kelas Eksperimen ... 80
Tabel 17. Perbandingan Frekwensi dan Persentase Munculnya Reward ... 81
Tabel 18. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 83
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Desain Penelitian ... 42
Gambar 2. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 60
Gambar 3. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Eksperimen ... 64
Gambar 4. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada Kelas Kontrol ... 67
Gambar 5. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada kelas Eksperimen .... 70
Gambar 6. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada kelas Kontrol ... 72
Gambar 7. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada Kelas Eksperimen .. 74
Gambar 8. Persentase Pemberian Reward saat Treatment III pada kelas Kontrol ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 97
Lampiran 2. Skala Motivasi Belajar sebelum Validitas ... 141
Lampiran 3. Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 150
Lampiran 4. Reliability ... 151
Lampiran 5. Lembar Observasi terhadap Pemberian Reward oleh Guru ... 153
Lampiran 6. Skala Sikap Motivasi Belajar Setelah Validitas ... 155
Lampiran 7. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen ... 163
Lampiran 8. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol ... 164
Lampiran 9. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen pada Saat Postest ... 165
Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol pada Saat Postest ... 166
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas
menghantarkan siswa dalam mengembangkan berbagai potensi yang
dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia
pada zaman sekarang dapat hidup di masa yang akan datang. Keberhasilan
pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Inti pokok dari pendidikan adalah siswa yang belajar. Menurut
Sugihartono (2007: 74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar juga diungkapkan oleh Reber dalam
Slameto (2003: 74) yang menyebutkan bahwa belajar mempunyai dua
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidaklah sederhana.
Peserta didik tidak sekedar menyerap informasi dari pendidik, tetapi
melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan.
Pembelajaran di sekolah mempunyai banyak unsur yang saling berkaitan dan
menentukan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Salah satu unsur
tersebut adalah pendidik/guru.
Wina Sanjaya (2010 : 15) menjelaskan bahwa keberhasilan suatu
sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini
disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan
siswa. Sedangkan Arif Rohman (2009 : 154) mengatakan bahwa pendidik
merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi
pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling
menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan
pembelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kedudukan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting.
Moh.Uzer Usman (1992: 66) mengungkapakan bahwa terdapat
kompetensi dasar yang harus dikuasai guru. Ketampilan tersebut adalah
keterampilan bertanya (questioning skills), keterampilan memberikan
penguatan (reinforcement skills), keterampilan mengadakan variasi (variation
skills), keterampilan menjelaskan (explanning skills), keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil keterampilan mengelola kelas, serta
keterampilan mengajar perseorangan.
Keterampilan pemberian penguatan (reinforcement) merupakan hal
yang penting dilakukan oleh guru sebagai langkah untuk memodifikasi
perilaku siswa dalam belajar. Guru dapat mengarahkan dan mendorong siswa
untuk tertarik dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Ketika siswa memiliki
dorongan/motivasi untuk belajar maka dapat dimungkinkan kualitas serta
prestasinya akan meningkat.
Wahid Murni, dkk (2010: 116) mengatakan bahwa pada umumnya
penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia, yakni
dapat mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah lakunya dan
meningkatkan usahanya. Penghargaan (reward) merupakan bagian dari
penguatan, yaitu penguatan positif. Salah satu tugas pendidik adalah
menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa, memberi
dorongan kepada siswa sehingga siswa senantiasa belajar dengan baik dan
bersemangat di dalam lingkungan belajarnya. Dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu disebut motivasi. Motivasi adalah daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu tercapai (A.M. Sardiman, 2001:73).
Dalam proses pembelajaran motivasi sangat besar peranannya
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi
yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Masalah tersebut menyebabkan siswa yang memiliki
intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi,
sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Oleh
karena itu, apabila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini
bukanlah semata-mata kesalahan siswa. Kemungkinan ketidakberhasilan
tersebut dikarenakan guru tidak dapat memberi semangat dan motivasi siswa.
Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar dan hasil aktivitas belajar itu sendiri.Oleh
karena itu, motivasi belajar dalam diri siswa perlu diperkuat secara terus
menerus. A.M. Sardiman (2001: 73) mengemukakan bahwa siswa yang
mempunyai intelegensi cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena
kekurangan motivasi.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu
mata pelajaran diujikan secara nasional. Dengan demikian pelajaran menjadi
mata pelajaran wajib. Pada dasarnya IPA merupakan integritas dari ilmu alam
(sains) dimana bertujuan untuk menyiapkan siswa guna membekali
keterampilan dalam melakukan kegiatan di kehidupan sehari hari. Agar siswa
lebih tertarik dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka tugas guru
adalah menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Salah
satu cara menumbuhkan motivasi adalah dengan memberikan reward
Reward diberikan oleh guru kepada siswa dengan memberikan hadiah
atas hal positif yang dilakukan oleh siswa. Dengan reward guru bermaksud
membuat anak lebih giat lagi usahanya untuk bekerja dan berbuat lebih baik
lagi. Sejalan dengan pendapat Keat (Maria J. Wantah, 2007: 167) yang
mengatakan bahwa “untuk anak kecil, penghargaan dapat diberikan secara
nyata yaitu dalam bentuk hadiah. Dengan demikian nilai dari perilaku yang
baik akan lebih besar”.
Kurangnya guru dalam memberikan reward pada siswa akan
menimbulkan kejenuhan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan
kegiatan belajar di lingkungan belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Buchari Alma (2008: 30) yang mengatakan bahwa hanya satu kebiasaan pada
guru-guru kita, pujian itu sangat mahal. Siswa telah menjawab dengan benar,
tetapi berat sekali lidah guru memberikan pujian dengan mengucapkan
“bagus:, apa lagi dengan mengangkat jempolnya. Mungkinkah ini karena
bukan kebiasaan/adat kita?”. Ataukah karena pengaruh feodalisme yang
menganggap bahwa guru selalu benar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut harus
diubah, agar terdapat komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Apabila siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat, keaktifan
siswa dalam pembelajaran akan kurang. Pengamatan dan perhatian siswa
terhadap materi yang disampaikan guru akan hilang. Siswa akan mengamati
dan memerhatikan hal atau kegiatan lain yang lebih menarik perhatiannya,
memberi rasa senang atau kepuasan seperti melamun, menggambar di buku
kelas. Sebagai akibatnya, siswa kurang memahami materi pelajaran yang
diajarkan guru. Sebaliknya, pemberian reward yang tepat dan bervariasi dapat
menciptakan semangat, ketertarikan dan rasa senang siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan data awal yang didapatkan dari
guru wali kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul pada hari Senin, 18 Juli 2016, ditemukan bahwa
masih banyak kendala dan persoalan yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan data
prestasi belajar siswa kelas IV tersebut, diketahui bahwa untuk mata pelajaran
IPA nilainya kurang memuaskan, apabila dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata
pelajaran IPA ini tampak dari kurangnya semangat dan antusiasme dari
beberapa siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, rendahnya
aktivitas/keterlibatan siswa dalam memperoleh pengetahuan, serta kurangnya
motivasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Kejenuhan dan kurangnya ketertarikan siswa pada kegiatan
pembelajaran IPA ditandai dengan kondisi kelas yang gaduh saat pelajaran
akan dimulai. Siswa masih asyik bercanda dengan teman sebangku. Guru
masih harus menyuruh siswa untuk tenang sebelum memulai kegiatan
pelajaran. Mayoritas siswa di kelas belum akan mengeluarkan buku dan alat
tulis jika belum diminta oleh guru. Bahkan hanya sedikit siswa yang
dipelajari. Saat kegiatan inti pembelajaran, walaupun ada yang dapat
memperhatikan materi pelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang
bercanda dengan teman sebangku, melempar kertas pada siswa lain,
menggambar di buku catatan atau malah memerhatikan benda di luar kelas.
SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari merupakan sekolah dengan
kelas paralel, yaitu kelas A dan B. Kelas IV A dan B memiliki jumlah siswa
yang sama yaitu 20 anak, sehingga kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman
Wonosari termasuk kelas yang sesuai untuk melakukan penelitian mengenai
reward dan motivasi.
Berangkat dari permasalahan rendahnya motivasi siswa dalam
pembelajaran IPA yang sudah disebutkan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah
Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran
2016/2017.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar dari latar belakang masalah, dapat teridentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan wawancara, motivasi sebagian besar siswa kelas IV
SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari pada mata pelajaran IPA
rendah.
2. Berdasarkan observasi, pemberian reward oleh guru kelas IV SD
3. Belum diketahuinya tingkat pengaruh antara pemberian reward
terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah
Piyaman Wonosari.
C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan motivasi dan
prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari
masih rendah, maka penulis membatasi permasalahan pada pengaruh
pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa
kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “adakah
pengaruh reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa
kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan pengaruh
pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa
kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai besarnya
pengaruh reward, terutama motivasi belajar bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam.
b. Membimbing siswa agar dapat meningkatkan semangat dan
motivasi belajar.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis
Bagi penulis untuk menemukan cara pemecahan dari permasalahan
yang sedang diteliti dan manambah wawasan serta pengetahuan
bagi penulis.
b. Bagi guru
Menambah wawasan, dan pengetahuan tentang hubungan
pemberian reward dan motivasi belajar siswa.
c. Bagi siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai masukan agar
siswa selalu mempertahankan dan meningkatkan motivasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Reward (Penghargaan)
1. Pengertian Penghargaan
Maslow (Maria J. Wantah, 2005: 164) mengatakan bahwa
penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong
seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan Amir Daien
Indrakusuma (1973: 147) menyatakan penghargaan merupakan hadiah
terhadap hasil-hasil yang baik dari anak dalam proses pendidikan.
Penghargaan merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat
menjadi pendorong/motivator bagi belajarnya. Dengan diberikannya
penghargaan atas prestasinya di sekolah, anak akan termotivasi untuk
belajar demi meningkatkan prestasi di sekolah.
M. Ngalim Purwanto (2006: 182) menjelaskan penghargaan
adalah alat untuk mendidik anak–anak supaya anak dapat merasa senang
karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Penghargaan
harus memiliki nilai mendidik. Mendidik disini tidak hanya dalam bidang
akademik tetapi juga mendidik siswa dalam bertingkah laku yang baik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
penghargaan adalah suatu hal positif yang diperoleh anak karena anak
telah menunjukkan suatu perbuatan atau prestasi yang baik. Pemberian
penghargaan kepada anak akan meningkatkan perilaku ke arah yang lebih
2. Fungsi Penghargaan
Maria J. Wantah (2005: 165) menjelaskan fungsi dari pemberian
penghargaan adalah sebagai berikut.
1. Penghargaan mempunyai nilai mendidik. Penghargaan yang
diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan
oleh anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Apabila
anak mendapatkan suatu penghargaan, maka anak akan memperoleh
kepuasan, dan kepuasan itu akan mempertahankan, memperkuat, dan
mengembangkan tingkah laku yang baik.
2. Penghargaan berfungsi sebagai motivasi pada anak untuk
mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara
sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan yang
menyenangkan akan memperkuat motivasi anak untuk bertingkah
laku baik. Dengan adanya penghargaan anak akan berusaha
sedemikian rupa untuk berperilaku lebih baik agar mendapatkan
penghargaan.
3. Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara
sosial. Apabila anak bertingkah laku sesuai yang diharapkan secara
berkesinambungan dan konsisten, ketika perilaku itu dihargai, anak
akan merasa bangga. Kebanggan itu akan menjamin anak untuk terus
Menurut Wahid Murni (2010: 117) menjelaskan beberpa tujuan
reward (penguatan positif) dalam pembelajaran. Adapun tujuan
penggunaan reward adalah :
a. meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar,
b. membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
belajar siswa,
c. mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah berfikir
divergen,
d. mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses
belajar,
e. mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang
kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang
produkif.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini fungsi
penghargaan adalah agar siswa dapat termotivasi untuk berperilaku lebih
baik sesuai norma dan aturan yang berlaku, karena jika siswa berperilaku
baik akan mendapatkan suatu penghargaan yang membuat siswa senang.
Siswa akan menjadi lebih keras kemauannya untuk berbuat yang lebih
baik lagi.
3. Macam-Macam Penghargaan
Amir Daien Indrakusuma (1973: 159-160) menjelaskan
macam-macam bentuk penghargaan antara lain (1) Pujian, (2) Penghormatan, (3)
1. Pujian
Pujian adalah salah satu bentuk penghargaan yang paling
mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti : baik,
bagus, bagus sekali, dan sebagainya. Disamping berupa kata-kata,
pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda.
Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk
bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.
2. Penghormatan
Penghargaan yang berbentuk penghormatan berbentuk dua
macam. Pertama, berbentuk penobatan, yaitu anak mendapat
penghormatan di hadapan teman-temannya. Seperti di hadapan
teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga di
hadapan teman dan orang tua siswa. Misalnya pada acara pembagian
rapot diumumkan dan ditampilkan siswa yang meraih ranking tinggi.
Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil menyelesaikan
suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk
dicontoh teman-temannya.
3. Hadiah
Yang dimaksud hadiah adalah penghargaan yang berbentuk
barang. Penghargaan yang berbentuk barang ini disebut penghargaan
materiil. Hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari keperluan
Selain itu juga dapat berupa barang lain seperti kaos, permainan, dan
juga bisa berupa uang.
4. Tanda penghargaan
Jika hadiah adalah penghargaan yang berupa barang, tanda
penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan
barang-barang tersebut. Tanda penghargaan dinilai dari segi kesan dan nilai
kenangannya. Penghargaan ini disebut juga penghargaan simbolis.
Penghargaan simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda
penghargaan, surat-surat tanda jasa, sertifikat, piala, dan sebagainya.
Sedangkan M. Ngalim Purwanto (2006: 183) memberikan
pendapat macam-macam penghargaan antara lain:
1. Guru mengangguk-angguk sebagai suatu tanda senang dan
membenarkan jawaban yang diberikan oleh siswa.
2. Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian).
3. Penghargaan dapat berupa pekerjaan. Misalnya siswa diberikan soal
yang sulit untuk dikerjakan karena soal yang mudah berhasil
dikerjakan.
4. Penghargaan yang ditujukan kepada seluruh kelas. Ganjaran ini
contohnya bernyanyi atau pergi berwisata bersama.
5. Penghargaan dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi anak. Misalnya pensil, buku tulis, atau bahkan dengan
Perlu digaris bawahi, untuk pemberian reward yang berupa
hadiah perlu dibatasi frekwensinya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Wahid Murni (2010: 152) yang mengatakan bahwa penggunaan reward
yang berupa benda hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut
sebagai tujuan belajar anak. Oleh karena itu perlu dibatasi
penggunaannya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini menggunakan
penghargaan yang berbentuk pujian, penghormatan, hadiah, serta tanda
penghargaan. Penghargaan tersebut akan membuat siswa senang dan
mendorong siswa untuk memperbaiki prestasinya.
4. Syarat-Syarat Penghargaan
Memberikan penghargaan bukanlah hal yang mudah. Perlu
adanya syarat yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan
penghargaan. M. Ngalim Purwanto (2006: 184) menyebutkan
syarat-syarat penghargaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan penghargaan yang pedagogis guru harus mengenal betul-betul siswanya.
2. Penghargaan yang diberikan kepada siswa janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain.
3. Penghargaan diberikan dengan hemat, artinya tidak terus menerus atau terlalu sering.
4. Jangan memberi penghargaan dengan menjajikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya.
5. Guru harus berhati-hati dalam memberikan penghargaan, jangan sampai penghargaan yang diberikan dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, agar pemberian penghargaan
pemberian penghargaan dengan baik. Dengan demikian kebermaknaan
dari pemberian penghargaan akan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut A.M. Sardiman (2007:73) mengatakan bahwa motivasi
adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau mendesak. Sedangkan, Mc. Donald (A.M.
Sardiman 2001: 71-73) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ada tiga elemen
penting yaitu sebagai berikut:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada
organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia),
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan energi yang dapat menentukan
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur
lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
M. Ngalim Purwanto (2007: 71) mengemukakan definisi
motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil dan tujuan tertentu. Sedangkan, W.S.Winkel (2004: 169)
mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak di dalam diri orang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan
tertentu.
A.M. Sardiman (2007:75) mengatakan dalam kegiatan
pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai. Jadi motivasi adalah usaha atau daya yang disadari
untuk mendorong keinginan individu dalam melakukan sesuatu demi
tercapainya tujuan tertentu. Motivasi merupakan daya penggerak dari
kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian
motivasi dengan berbagai sudut pandang para ahli masing-masing. Dari
berbagai pendapat tersebut memiliki inti yang sama yaitu motivasi
merupakan pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam setiap
individu maupun di luar individu untuk melakukan sesuatu demi
mencapai tujuan.
Ada tiga fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2003: 16)
yaitu sebagai berikut :
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan
perbuatan kearah pencapaian tujuan yang diinginkannya.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai
mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambannya pekerjaan.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut Elida Prayitno (1989:10), dikenal dua motivasi, yaitu
a. Motivasi Intrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2007: 89-90) motivasi intrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki
motivasi intrinsik pasti akan rajin dalam belajar, karena tidak
memerlukan dorongan dari luar. Siswa melakukan belajar karena
ingin mencapai tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, nilai dan
keterampilan.
Dalam proses belajar, siswa yang mempunyai motivasi
intrisnsik dapat terlihat dari belajarnya. Aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang ada di dalam dirinya
dan akan terkait dengan belajarnya. Seorang siswa merasa butuh dan
mempunyai keinginan untuk belajar sehingga dapat mencapai tujuan
belajar, bukan karena hanya ingin suatu pujian atau ganjaran.
Menurut A.M. Sardiman (2007: 90) ”Siswa yang memiliki
motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,
yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Siswa yang
benar-benar ingin mencapai tujuan maka harus belajar, karena tanpa
pengetahuan maka tujuan belajar tidak akan tercapai”. Jadi,
dorongan itu muncul dari dalam dirinya sendiri yang bersumber dari
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2007: 90-91) adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik apabila dilihat dari segi tujuannya, tidak secara
langsung bergayut pada esensi yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi di dalam aktivitas
belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar.
Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik, menurut Pintner Ryan,
dkk (Elida Prayitno 1989:13) ”Motivasi belajar ekstrinsik adalah
motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari
luar”. Jadi tujuan seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk
mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar.
Menurut Elida Prayitno (1989: 17) ada beberapa dorongan
ekstrinsik yang digunakan guru agar dapat merangsang motivasi
siswa dalam belajar, seperti memberikan penghargaan dan celaan,
persaingan atau kompetisi, hadiah dan hukuman, serta
pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa.
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Menurut A.M. Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi dalam belajar
sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai tujuannya.
c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang harus
dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan.
Selain itu, ada fungsi lain dari motivasi belajar menurut M.
Ngalim Purwanto (2007: 72) yaitu menggerakan, mengarahkan, dan
menopang tingkah laku manusia.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
motivasi dalam belajar adalah sebagai tenaga penggerak untuk
mendorong, mengarahkan, dan menentukan seseorang. Dalam hal ini
adalah siswa, yaitu untuk melakukan suatu tugas atau perbuatan untuk
mencapai tujuan belajar.
4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Mengingat pentingnya motivasi sebagai pendorong kegiatan
belajar anak, maka banyak upaya untuk menimbulkan dan
membangkitkan motivasi belajar pada anak. Guru mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk memotivasi anak agar anak dapat maksimal
dalam kegiatan belajar. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan
oleh guru dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti metode yang
digunakan guru, media dan alat peraga, mengulang materi dengan cara
A.M. Sardiman (2007: 92-95) mengemukakan beberapa bentuk
dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah, seperti berikut:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini adalah nilai. Banyak siswa yang
beranggapan, belajar untuk mendapatkan angka atau nilai yang baik.
Oleh karena itu, langkah yang perlu dilakukan seorang guru adalah
bagaimana memberikan angka yang terkait dengan values yang
terkandung dalam setiap pengetahuan siswa sehingga tidak hanya
nilai kognitif saja tetapi juga keterampilan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/ kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan antar individual maupun
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvent
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri bagi siswa.
e. Memberi ulangan
Memberi ulangan merupakan salah satu sarana motivasi.
Tetapi dalam memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena
siswa akan merasa bosan dan bersifat rutinitas.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya
terus meningkat.
g. Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat
akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, yaitu ada unsur kesengajaan. Hal ini
maksud. Berarti dalam diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Motivasi
Proses belajar akan lancar apabila disertai dengan motivasi.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga motivasi
sehingga tepatlah kalau motivasi merupakan alat motivasi yang
pokok.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
merupakan alat motivasi yang sangat tepat. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Ada juga cara lain untuk motivasi siswa. Menurut Oemar
Hamalik (2010: 156-161), cara memotivasi siswa belajar adalah sebagai
berikut:
a. Kebermaknaan
Siswa akan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari
mengandung makna tertentu baginya. Maka untuk menjadikan
pelajaran bermakna bagi siswa, caranya adalah dengan mengaitkan
pelajaran dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-tujuan
b. Modelling
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh
siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model,
bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya secara lisan.
Dengan model tingkah laku ini siswa dapat mengamati dan
menirukan apa yang diinginkan oleh guru.
c. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka dapat dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan tujuan-tujuan yang
diinginkan, bahan pelajaran yang hendak dipelajari, dan
kegiatan-kegiatan apa yang ingin dilakukan. Kesempatan itu berarti
menyalurkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik. Jika hal itu
dapat dilakukan, maka berarti siswa akan menjadi lebih termotivasi
belajar.
d. Hubungan Pengajaran dengan Masa Depan Siswa
Pelajaran akan dirasakan bermakna bagi diri siswa apabila
pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupannya
sehari-hari di luar kelas pada masa mendatang. Untuk itu, hendaknya
guru menyajikan tentang macam-macam gagasan dan tentang
macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu
mendatang. Bila siswa telah menyadari kemungkinan aplikasi
pelajaran tersebut maka sudah tentu motivasi belajar akan tergugah
e. Prasyarat
Guru hendaknya berusaha mengetahui/mengenali
prasyarat-prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa sebelum memberikan materi
pelajaran yang baru. Siswa yang berada pada kelompok yang
berprasyarat akan mudah memahami hubungan antara pengetahuan
yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang
kompleks yang akan dipelajari. Berbeda halnya dengan siswa yang
belum berprasyarat. Bertitik tolak dari keadaan siswa tersebut, guru
akan lebih mudah menyesuaikan pelajarannya sehingga
membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan siswa.
f. Novelty
Siswa lebih senang belajar bila perhatianya ditarik oleh
penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Guru
dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi,
berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegiatan yang mungkin
asing bagi siswa.
g. Latihan dan Praktik yang Aktif dan Bermanfaat
Siswa lebih senang belajar apabila mengambil bagian yang
aktif dalam latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk
mengaktifkan siswa mempraktikkan hal-hal yang sedang
dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-macam metode,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi, melakukan simulasi, dan
melaksanakan metode tutorial.
h. Latihan Terbagi
Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi
sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan secara demikian
akan lebih meningkatkan motivasi siswa belajar dibandingkan
dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang.
i. Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar
Pada saat mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau
pemompa. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai
pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya lambat laun siswa dapat belajar sendiri.
j. Kondisi yang Menyenangkan
Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi
pengajaran menyenangkan. Maka guru dapat melakukan cara-cara
berikut: usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka
ketahui karena akan menyebabkan kejenuhan, suasana fisik kelas
jangan sampai membosankan, hindari terjadinya frustasi dikarenakan
situasi kelas yang tidak menentu atau mengajukan permintaan yang
tidak masuk akal, serta hindarkan suasana kelas yang bersifat
emosional. Selain itu, guru dapat menyiapkan tugas-tugas yang
memberikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang telah
dilakukan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97-100), ada beberapa
unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti berikut:
a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa pasti memiliki harapan. Harapan dapat
dikatakan sebagai cita-cita yang dimiliki oleh seorang siswa. Untuk
mencapai cita-cita, siswa pasti akan berusaha untuk mencapainya.
Dalam mencapai cita-cita itu banyak usaha yang dilakukan oleh
siswa, salah satu contohnya adalah dengan giat belajar. Jadi cita-cita
dapat memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan
atau kecakapan untuk mencapainya. Salah satu contohnya adalah
seorang anak yang mempunyai keinginan untuk membaca. Maka
harus diimbangi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan
bunyi huruf-huruf. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan akan
memperkuat motivasi.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Sebagai contohnya yaitu apabila
seorang anak dalam keadaan sakit, maka dia tidak mau belajar.
belajarnya. Apabila seorang anak dalam kondisi marah-marah, maka
dia akan susah dalam menerima pelajaran. Jadi kondisi jasmani dan
rohani siswa mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Siswa berada di lingkungan sekitar yang berbeda-beda.
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan
lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Dengan dibangunnya lingkungan yang bertambah baik, maka
dapat menciptakan kondisi dinamis bagi pebelajar yang sedang
berkembang jiwa raganya. Jadi guru profesional diharapkan mampu
memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan
sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar seorang
siswa.
f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa.
Upaya guru untuk memotivasi siswa ada bermacam-macam.
Motivasi dapat dilakukan seorang guru pada saat pelajaran
berlangsung ataupun sedang di luar pelajaran. Oleh karena itu peran
guru cukup banyak untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
a. Hasrat untuk belajar
b. Minat
c. Cita-cita dan harapan
d. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar
e. Kegiatan belajar yang menarik
f. Kondisi yang kondusif
g. Adanya sebuah hadiah
Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Elida Prayitno, 1989: 10),
mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari
karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut motivasi, ketajaman
perhatian, konsentrasi dan ketekunan.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh A.M. Sardiman, Oemar
Hamalik, Dimyati dan Mudjiono, indikator yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari beberapa pendapat di atas, yang dirangkum
dalam ketujuh indikator tersebut. Jadi penulis mengambil beberapa
pendapat yang sudah ada sehingga penulis menggunakannya untuk
membuat indikator dalam membuat angket motivasi belajar.
C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA
1. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut dengan singkat sebagai
sains (science) berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti: (a)
pengetahuan tentang atau tahu tentang, dan (b) pengetahuan, pengertian,
Usman Samatowa (2010: 3) mengemukakan bahwa secara bahasa, IPA
dapat diartikan sesuai arti asalnya yaitu dari bahasa Inggris natural
science. Tim IAD UI (2001: 68) mengemukakan bahwa IPA adalah ilmu
yang mempelajari tentang pengungkapan rahasia dan gejala alam,
meliputi asal-usul alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,
mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yag terjadi. Dengan demikian,
IPA dipandang sebagai ilmu tentang alam, atau ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
H.W Fowler mengemukakan pengertian lain dari IPA, yaitu suatu
ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi
(Abdullah Alvy dan Eny Rahma, 2011: 18). Trianto (2010: 36—37) juga
menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,
jujur, dsb.
Patta Bundu (2006: 10) mengemukakan bahwa pengertian IPA
didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam
raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak
semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu,
misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Abdullah Alvy dan
diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan
observasi eksperimental, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu
dengan cara yang lain. Cara-cara inilah yang disebut dengan metode
ilmiah. Dengan demikian, IPA merupakan suatu sistem yang saling
berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan
untuk menyelidiki, memahami, menjelaskan alam semesta dan bukan
hanya sekedar pengetahuan.
Sains atau IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang
terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori
yang merupakan produk dari proses ilmiah (Usman Samatowa, 2010:
19). Namun demikian, sains bukanlah hanya sebuah produk, melainkan
juga sebagai proses yang menghubungkan sistem, metode, atau proses
pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam. Untuk lebih
jelasnya Carin dan Sund dalam Usman Samatowa (2010: 20)
mengemukakan bahwa sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk
dan sikap.
a. Proses atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses
pemahaman kealaman lainnya.
b. Produk meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori,
c. Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima
dan sebagainya.
Harlen mengemukakan bahwa terdapat tiga karakteristik utama
sains atau IPA yakni:
a. Setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas
(kesahihan) prinsip dan teori ilmiah.
b. Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang
diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum
sampai pada kesimpulan.
c. Memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir
tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut
(Patta Bundu, 2006: 10).
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Dasim Budimansyah (2003: 2) mengemukakan bahwa
pembelajaran IPA harus menekankan pada pengalaman langsung. Karena
itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami dengan
seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan
secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja,
mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan
mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan
Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Patta
Bundu (2006: 18) adalah:
a. Pencapaian sains dari segi produk, proses dan keilmuwan.
b. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep
Sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
c. Dari proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep
yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk
mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu,
tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab dapat bekerja sama dan
mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam
sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Usman Samatowa (2010: 2) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk
rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran
IPA dapat membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan
mencari jawaban atas dasar bukti serta mengembangkan cara berpikir
ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Vessel mengenai pengertian sains
atau IPA dalam Patta Bundu (2006: 9) science is what scientists do.
Science is an intellectual search involving inquiry, rational though, and
berarti bagi peserta didik terutama untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya. Cullingford mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini tentunya penting,
agar siswa tidak hanya dijejali dengan teori saja tanpa mengetahui proses
dari teori tersebut dapat terbentuk sehingga siswa bukan hanya
menghafal teori tetapi memahami.
Lebih lanjut, Calxton mengemukakan pendapatnya bahwa
pembelajaran sains dapat ditingkatkan, bila anak dapat berkelakuan
seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka
diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu. Mereka dapat
memahami materi lebih mudah dan menyenangkan melalui
pengalaman-pengalaman mereka menjadi ilmuwan (Usman Samatowa, 2010: 9).
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari
keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk
menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Sudjoko (1983: 65) mengemukakan bahwa menggunakan IPA
sebagai alat belajar siswa, mempunyai makna bahwa harus menganut
filosofis “Science as a process” yang dituangkan ke dalam cara-cara
bagaimana memberi bantuan kepada siswa untuk memecahkan
persoalan-persoalan IPA yang dihadapi dalam belajar. Oleh karena itu,
belajar. Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam
memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah (Usman
Samatowa, 2010: 10): (1) Pentingnya memahami bahwa pada saat
memulai kegiatan pembelajarannya, anak memiliki banyak konsepsi,
pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) Aktivitas
anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama
dalam pembelajaran IPA, (3) Kegiatan bertanya merupakan bagian yang
penting, dan (4) Memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu
masalah.
D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa sekolah dasar merupakan individu yang unik. Keunikan
tersebut dikarenakan pada masa usianya yang masih pada masa
perkembangan, baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotor.
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (Dwi Siswoyo, dkk. (2008: 88)
menyebutkan ciri khas siswa Sekolah Dasar sebagai berikut :
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik. Maksudnya ia sejak lahir telah memiliki
potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan.
2. Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri
peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri
3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Maksudnya adalah maupun ia adalah makhluk yang
berkembang punya potensi fisik dan psikhis untuk bisa mandiri, namun
karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari
pihak lain sesuai kodrat kemanusiaanya.
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan
bahwa di dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri,
sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi
setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik
mengundurkan diri.
Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk, (2008: 116-117)
menyebutkan ciri-ciri khas siswa kelas tinggi sebagai berikut:
a. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis setiap hari,
b. ingin tahu, ingin belajar dan realistis,
c. timbul motivasi kepada pelajaran-pelajaran khusus,
d. anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah,
e. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam
kelompoknya.
Penjabaran di atas merupakan suatu ciri-ciri yang melekat pada diri
siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memahami kekurangan dan
mereka berfikir, bagaimana mereka memandang suatu konsep, serta apa yang
mereka butuhkan pada tahap perkembangannya sekarang. Pengetahuan ini
dapat menjadi “senjata” bagi guru dalam menyiapkan dirinya sebelum ia
terjun dalam proses belajar mengajar, seperti mempelajari keterampilan dasar
seorang guru. Guru juga dapat mengembangkan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswanya.
Dengan demikian akan menciptakan proses belajar mengajar yang
berkualitas.
Dari penjabaran di atas, maka kita dapat mengetahui apa yang mereka
butuhkan, mengetahui bagaimana mereka berfikir, dan mengetahui
bagaimana mereka bertindak (tingkah lakunya). Dengan demikian akan
memberikan gambaran peneliti mengenai subjek penelitian ini. Sehingga
diharapkan akan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penelitian.
E. Penelitian yang Relevan
Skripsi oleh Erma Masruroh dengan judul “Penerapan Metode Reward
and Punishment sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII C MTs Negeri Ngemplak Sleman”.
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif
yang menerapkan reward dan punishment untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
angket terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus
III, yaitu siklus I 73,75%, siklus II 76,15&, dan siklus III 80,12%.
F. Kerangka Pikir
Peran guru dalam pembelajaran sangat penting demi tercapainya
tujuan pembelajaran. Guru merupakan unsur pembelajaran yang mempunyai
kontak langsung dengan siswa. Keterampilan guru sangat berpengaruh
terhadap kegiatan pembelajaran sehingga harus menjadi keterampilan dasar
yang melekat pada diri seorang pendidik. Salah satu keterampilan itu adalah
keterampilan memberikan reward (penguatan positif).
Motivasi belajar dianggap sangat berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Mengingat Ilmu Pengetahuan Alam yang mencakup materi yang
banyak/padat, membuat Ilmu Pengetahuan Alam tidak disukai oleh siswa dan
siswa menjadi malas belajar. Motivasi yang lemah membuat siwa kurang
bersemangat dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Berbeda dengan siswa yang mempunyai motivasi tinggi, mereka akan senang
dan lebih bersemangat lagi dalam belajar. Salah satu cara meningkatkan
motivasi adalah dengan memberikan penghargaan/reward.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembuktian secara ilmiah
keberadaan teori di atas melalui suatu penelitian sangat diperlukan. Untuk
maksud tersebut, maka penulis melakukan sebuah penelitan tentang pengaruh
reward terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, diperoleh suatu hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Hipotesis kerja (Ha)
Terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman
Wonosari Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Hipotesis nol (Ho)
Tidak terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
pendekatan kuantitatif ditinjau dari wujud data dan teknik analisisnya.
Pendekatan ini termasuk pendekatan eksperimental jika ditinjau dari
timbulnya variabel, dan penelitian ini termasuk penelitian eksperimen .
Menurut Sugiyono (2010: 14) metode penelitian kuantitatif diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
acak, pengumpulan data bersifat kuantitatif (statistik) dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Desain Penelitian
Terkait rumusan masalah yang mengujikan hubungan kausal
(pengaruh) maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimental. Sugiyono (2012: 34) mengatakan bahwa bila ingin mengetahui
pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain, untuk
kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Desain eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sugiyono
(2007:114), menyatakan quasi eksperimen adalah metode yang mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol