• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV

SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizky Ardi Mabruri NIM 09108244043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat

(balasan)Nya”

(7)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta yang selalu memberi doa, semangat dan kesabaran dalam

menyelesaikan skripsi.

(8)

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV

SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL

TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh

Rizky Ardi Mabruri NIM. 09108244043

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan pengaruh reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis quasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan B SD Muhammadiyah Piyaman yang berjumlah 40 siswa dengan rincian kelas IV A dengan jumlah murid 20 anak sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B degan murid jumlah murid 20 anak sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data diambil melalui metode pengamatan (observation) dan angket (questionnaire). Instumen yang digunakan meliputi lembar observasi dan skala sikap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk, dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Pengujian hipotesis menggunakan analisis deskriptif yakni dengan membandingkan mean antara pretest dan posttest. Pretest ataupun posttest dalam penelitian ini bukan seperti halnya test mengerjakan soal, melainkan pengukuran. Pengukuran kondisi awal sebelum pemberian tindakan (treatment) untuk pretest, dan pengukuran kondisi akhir setelah treatment untuk posttest.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh reward terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor motivasi kelas kontrol untuk pretest sebesar 73,2 dan posttest sebesar 76,4. Sedangkan perolehan rata-rata skor motivasi pada kelas eksperimen untuk pretest sebesar 73,85 dan posttest sebesar 96,15. Dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata pretest-posttest pada kelas kontrol sebesar 3,2 dan pada kelas eksperimen sebesar 22,3.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari

Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu berikut ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menuntut ilmu.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk skripsi.

5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho M.Pd., sebagai pembimbing yang dengan

penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai

penyusunan tugas akhir skripsi ini selesai.

6. Ibu Eni Budiyati, S. Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah

Piyaman Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin kepada peneliti

(10)

7. Bapak Dedi Kurniawan, S. Pd., selaku guru kelas IV A SD Muhammadiyah

Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan bantuannya

selama proses penelitian.

8. Ibu Fitria Agustina Nurbaningtyas, S. Pd., selaku guru kelas IV B SD

Muhammadiyah Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin

dan bantuannya selama proses penelitian.

9. Seluruh warga S1 PGSD 2009 kelas C yang telah memberikan semangat, doa

dan bantuan dalam penyeleseian Tugas Akhir Skripsi ini.

10. Warga kost Suryaputra no. 377B Mantrijeron yang telah memberikan

semangat, doa dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir akripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah

diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Reward (Penghargaan) ... 10

1. Pengertian Penghargaan ... 10

2. Fungsi Penghargaan ... 11

3. Macam-Macam Penghargaan ... 12

4. Syarat-Syarat Penghargaan ... 15

(12)

2. Macam-Macam Motivasi ... 18

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20

4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21

C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA ... 30

1. Haikat IPA ... 30

2. Hakikat Pembelajaran IPA ... 33

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 36

E. Penelitian yang Relevan ... 38

F. Kerangka Pikir ... 39

G. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Definisi Operasional Variabel ... 44

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

G. Prosedur Eksperimen ... 45

H. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

1. Metode Pengumpulan Data ... 46

2. Instrumen Penelitian ... 47

I. Teknik Analisis Data ... 54

1. Hasil Observasi Reward yang Dilakukan oleh Guru ... 54

2. Hasil Skala Motivasi Belajar terhadap Siswa ... 55

J. Uji Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Pretest ... 58

2. Treatment ... 66

(13)

4. Perbandingan Frekwensi Pemberian Reward Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 81

5. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 82

6. Uji Hipotesis ... 85

C. Pembahasan ... 86

D. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Reward oleh Guru ... 48

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3. Pemetaan Butir Instrumen Skala Sikap Motivasi Belajar Siswa ... 52

Tabel 4. Skala Penilaian Motivasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 5. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 59

Tabel 6. Data Motivasi Belajar IPA Siswa saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 61

Tabel 7. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 8. Data Motivasi Belajar IPA siswa pada Pretest pada Kelas Eksperimen ... 65

Tabel 9. Treatment I Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen... 66

Tabel 10. Frekwensi Pemberian Reward Treatment I di Kelas Eksperimen ... 69

Tabel 11. Treatment II Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 71

Tabel 12. Treatment II Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 13. Treatment III Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 75

Tabel 14. Pemberian Reward Treatment III oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 15. Data Motivasi Belajar Siswa saat Posttest pada Kelas Kontrol ... 79

Tabel 16. Data Motivasi Belajar Siswa pada Postest di Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 17. Perbandingan Frekwensi dan Persentase Munculnya Reward ... 81

Tabel 18. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 83

(15)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Desain Penelitian ... 42

Gambar 2. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 60

Gambar 3. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Eksperimen ... 64

Gambar 4. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada Kelas Kontrol ... 67

Gambar 5. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada kelas Eksperimen .... 70

Gambar 6. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada kelas Kontrol ... 72

Gambar 7. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada Kelas Eksperimen .. 74

Gambar 8. Persentase Pemberian Reward saat Treatment III pada kelas Kontrol ... 76

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 97

Lampiran 2. Skala Motivasi Belajar sebelum Validitas ... 141

Lampiran 3. Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 150

Lampiran 4. Reliability ... 151

Lampiran 5. Lembar Observasi terhadap Pemberian Reward oleh Guru ... 153

Lampiran 6. Skala Sikap Motivasi Belajar Setelah Validitas ... 155

Lampiran 7. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen ... 163

Lampiran 8. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol ... 164

Lampiran 9. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen pada Saat Postest ... 165

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol pada Saat Postest ... 166

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas

menghantarkan siswa dalam mengembangkan berbagai potensi yang

dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia

pada zaman sekarang dapat hidup di masa yang akan datang. Keberhasilan

pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Inti pokok dari pendidikan adalah siswa yang belajar. Menurut

Sugihartono (2007: 74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar juga diungkapkan oleh Reber dalam

Slameto (2003: 74) yang menyebutkan bahwa belajar mempunyai dua

(18)

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang

diperkuat.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidaklah sederhana.

Peserta didik tidak sekedar menyerap informasi dari pendidik, tetapi

melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan.

Pembelajaran di sekolah mempunyai banyak unsur yang saling berkaitan dan

menentukan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Salah satu unsur

tersebut adalah pendidik/guru.

Wina Sanjaya (2010 : 15) menjelaskan bahwa keberhasilan suatu

sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini

disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan

siswa. Sedangkan Arif Rohman (2009 : 154) mengatakan bahwa pendidik

merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi

pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling

menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan

pembelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kedudukan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting.

Moh.Uzer Usman (1992: 66) mengungkapakan bahwa terdapat

kompetensi dasar yang harus dikuasai guru. Ketampilan tersebut adalah

keterampilan bertanya (questioning skills), keterampilan memberikan

penguatan (reinforcement skills), keterampilan mengadakan variasi (variation

skills), keterampilan menjelaskan (explanning skills), keterampilan

(19)

membimbing diskusi kelompok kecil keterampilan mengelola kelas, serta

keterampilan mengajar perseorangan.

Keterampilan pemberian penguatan (reinforcement) merupakan hal

yang penting dilakukan oleh guru sebagai langkah untuk memodifikasi

perilaku siswa dalam belajar. Guru dapat mengarahkan dan mendorong siswa

untuk tertarik dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Ketika siswa memiliki

dorongan/motivasi untuk belajar maka dapat dimungkinkan kualitas serta

prestasinya akan meningkat.

Wahid Murni, dkk (2010: 116) mengatakan bahwa pada umumnya

penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia, yakni

dapat mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah lakunya dan

meningkatkan usahanya. Penghargaan (reward) merupakan bagian dari

penguatan, yaitu penguatan positif. Salah satu tugas pendidik adalah

menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa, memberi

dorongan kepada siswa sehingga siswa senantiasa belajar dengan baik dan

bersemangat di dalam lingkungan belajarnya. Dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu disebut motivasi. Motivasi adalah daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar

itu tercapai (A.M. Sardiman, 2001:73).

Dalam proses pembelajaran motivasi sangat besar peranannya

(20)

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi

yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Masalah tersebut menyebabkan siswa yang memiliki

intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi,

sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Oleh

karena itu, apabila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini

bukanlah semata-mata kesalahan siswa. Kemungkinan ketidakberhasilan

tersebut dikarenakan guru tidak dapat memberi semangat dan motivasi siswa.

Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar dan hasil aktivitas belajar itu sendiri.Oleh

karena itu, motivasi belajar dalam diri siswa perlu diperkuat secara terus

menerus. A.M. Sardiman (2001: 73) mengemukakan bahwa siswa yang

mempunyai intelegensi cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena

kekurangan motivasi.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu

mata pelajaran diujikan secara nasional. Dengan demikian pelajaran menjadi

mata pelajaran wajib. Pada dasarnya IPA merupakan integritas dari ilmu alam

(sains) dimana bertujuan untuk menyiapkan siswa guna membekali

keterampilan dalam melakukan kegiatan di kehidupan sehari hari. Agar siswa

lebih tertarik dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka tugas guru

adalah menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Salah

satu cara menumbuhkan motivasi adalah dengan memberikan reward

(21)

Reward diberikan oleh guru kepada siswa dengan memberikan hadiah

atas hal positif yang dilakukan oleh siswa. Dengan reward guru bermaksud

membuat anak lebih giat lagi usahanya untuk bekerja dan berbuat lebih baik

lagi. Sejalan dengan pendapat Keat (Maria J. Wantah, 2007: 167) yang

mengatakan bahwa “untuk anak kecil, penghargaan dapat diberikan secara

nyata yaitu dalam bentuk hadiah. Dengan demikian nilai dari perilaku yang

baik akan lebih besar”.

Kurangnya guru dalam memberikan reward pada siswa akan

menimbulkan kejenuhan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan

kegiatan belajar di lingkungan belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat

Buchari Alma (2008: 30) yang mengatakan bahwa hanya satu kebiasaan pada

guru-guru kita, pujian itu sangat mahal. Siswa telah menjawab dengan benar,

tetapi berat sekali lidah guru memberikan pujian dengan mengucapkan

“bagus:, apa lagi dengan mengangkat jempolnya. Mungkinkah ini karena

bukan kebiasaan/adat kita?”. Ataukah karena pengaruh feodalisme yang

menganggap bahwa guru selalu benar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut harus

diubah, agar terdapat komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

Apabila siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat, keaktifan

siswa dalam pembelajaran akan kurang. Pengamatan dan perhatian siswa

terhadap materi yang disampaikan guru akan hilang. Siswa akan mengamati

dan memerhatikan hal atau kegiatan lain yang lebih menarik perhatiannya,

memberi rasa senang atau kepuasan seperti melamun, menggambar di buku

(22)

kelas. Sebagai akibatnya, siswa kurang memahami materi pelajaran yang

diajarkan guru. Sebaliknya, pemberian reward yang tepat dan bervariasi dapat

menciptakan semangat, ketertarikan dan rasa senang siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan data awal yang didapatkan dari

guru wali kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Kecamatan Wonosari

Kabupaten Gunungkidul pada hari Senin, 18 Juli 2016, ditemukan bahwa

masih banyak kendala dan persoalan yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan data

prestasi belajar siswa kelas IV tersebut, diketahui bahwa untuk mata pelajaran

IPA nilainya kurang memuaskan, apabila dibandingkan dengan mata

pelajaran lain. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata

pelajaran IPA ini tampak dari kurangnya semangat dan antusiasme dari

beberapa siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, rendahnya

aktivitas/keterlibatan siswa dalam memperoleh pengetahuan, serta kurangnya

motivasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

Kejenuhan dan kurangnya ketertarikan siswa pada kegiatan

pembelajaran IPA ditandai dengan kondisi kelas yang gaduh saat pelajaran

akan dimulai. Siswa masih asyik bercanda dengan teman sebangku. Guru

masih harus menyuruh siswa untuk tenang sebelum memulai kegiatan

pelajaran. Mayoritas siswa di kelas belum akan mengeluarkan buku dan alat

tulis jika belum diminta oleh guru. Bahkan hanya sedikit siswa yang

(23)

dipelajari. Saat kegiatan inti pembelajaran, walaupun ada yang dapat

memperhatikan materi pelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang

bercanda dengan teman sebangku, melempar kertas pada siswa lain,

menggambar di buku catatan atau malah memerhatikan benda di luar kelas.

SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari merupakan sekolah dengan

kelas paralel, yaitu kelas A dan B. Kelas IV A dan B memiliki jumlah siswa

yang sama yaitu 20 anak, sehingga kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman

Wonosari termasuk kelas yang sesuai untuk melakukan penelitian mengenai

reward dan motivasi.

Berangkat dari permasalahan rendahnya motivasi siswa dalam

pembelajaran IPA yang sudah disebutkan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi

Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah

Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran

2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar dari latar belakang masalah, dapat teridentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan wawancara, motivasi sebagian besar siswa kelas IV

SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari pada mata pelajaran IPA

rendah.

2. Berdasarkan observasi, pemberian reward oleh guru kelas IV SD

(24)

3. Belum diketahuinya tingkat pengaruh antara pemberian reward

terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah

Piyaman Wonosari.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan motivasi dan

prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari

masih rendah, maka penulis membatasi permasalahan pada pengaruh

pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten

Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di

atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “adakah

pengaruh reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten

Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan pengaruh

pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten

Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

(25)

1. Secara teoritis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai besarnya

pengaruh reward, terutama motivasi belajar bidang studi Ilmu

Pengetahuan Alam.

b. Membimbing siswa agar dapat meningkatkan semangat dan

motivasi belajar.

2. Secara praktis

a. Bagi penulis

Bagi penulis untuk menemukan cara pemecahan dari permasalahan

yang sedang diteliti dan manambah wawasan serta pengetahuan

bagi penulis.

b. Bagi guru

Menambah wawasan, dan pengetahuan tentang hubungan

pemberian reward dan motivasi belajar siswa.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai masukan agar

siswa selalu mempertahankan dan meningkatkan motivasi

(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Reward (Penghargaan)

1. Pengertian Penghargaan

Maslow (Maria J. Wantah, 2005: 164) mengatakan bahwa

penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong

seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan Amir Daien

Indrakusuma (1973: 147) menyatakan penghargaan merupakan hadiah

terhadap hasil-hasil yang baik dari anak dalam proses pendidikan.

Penghargaan merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat

menjadi pendorong/motivator bagi belajarnya. Dengan diberikannya

penghargaan atas prestasinya di sekolah, anak akan termotivasi untuk

belajar demi meningkatkan prestasi di sekolah.

M. Ngalim Purwanto (2006: 182) menjelaskan penghargaan

adalah alat untuk mendidik anak–anak supaya anak dapat merasa senang

karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Penghargaan

harus memiliki nilai mendidik. Mendidik disini tidak hanya dalam bidang

akademik tetapi juga mendidik siswa dalam bertingkah laku yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

penghargaan adalah suatu hal positif yang diperoleh anak karena anak

telah menunjukkan suatu perbuatan atau prestasi yang baik. Pemberian

penghargaan kepada anak akan meningkatkan perilaku ke arah yang lebih

(27)

2. Fungsi Penghargaan

Maria J. Wantah (2005: 165) menjelaskan fungsi dari pemberian

penghargaan adalah sebagai berikut.

1. Penghargaan mempunyai nilai mendidik. Penghargaan yang

diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan

oleh anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Apabila

anak mendapatkan suatu penghargaan, maka anak akan memperoleh

kepuasan, dan kepuasan itu akan mempertahankan, memperkuat, dan

mengembangkan tingkah laku yang baik.

2. Penghargaan berfungsi sebagai motivasi pada anak untuk

mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara

sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan yang

menyenangkan akan memperkuat motivasi anak untuk bertingkah

laku baik. Dengan adanya penghargaan anak akan berusaha

sedemikian rupa untuk berperilaku lebih baik agar mendapatkan

penghargaan.

3. Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara

sosial. Apabila anak bertingkah laku sesuai yang diharapkan secara

berkesinambungan dan konsisten, ketika perilaku itu dihargai, anak

akan merasa bangga. Kebanggan itu akan menjamin anak untuk terus

(28)

Menurut Wahid Murni (2010: 117) menjelaskan beberpa tujuan

reward (penguatan positif) dalam pembelajaran. Adapun tujuan

penggunaan reward adalah :

a. meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar,

b. membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi

belajar siswa,

c. mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah berfikir

divergen,

d. mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses

belajar,

e. mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang

kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang

produkif.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini fungsi

penghargaan adalah agar siswa dapat termotivasi untuk berperilaku lebih

baik sesuai norma dan aturan yang berlaku, karena jika siswa berperilaku

baik akan mendapatkan suatu penghargaan yang membuat siswa senang.

Siswa akan menjadi lebih keras kemauannya untuk berbuat yang lebih

baik lagi.

3. Macam-Macam Penghargaan

Amir Daien Indrakusuma (1973: 159-160) menjelaskan

macam-macam bentuk penghargaan antara lain (1) Pujian, (2) Penghormatan, (3)

(29)

1. Pujian

Pujian adalah salah satu bentuk penghargaan yang paling

mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti : baik,

bagus, bagus sekali, dan sebagainya. Disamping berupa kata-kata,

pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda.

Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk

bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.

2. Penghormatan

Penghargaan yang berbentuk penghormatan berbentuk dua

macam. Pertama, berbentuk penobatan, yaitu anak mendapat

penghormatan di hadapan teman-temannya. Seperti di hadapan

teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga di

hadapan teman dan orang tua siswa. Misalnya pada acara pembagian

rapot diumumkan dan ditampilkan siswa yang meraih ranking tinggi.

Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk

melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil menyelesaikan

suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk

dicontoh teman-temannya.

3. Hadiah

Yang dimaksud hadiah adalah penghargaan yang berbentuk

barang. Penghargaan yang berbentuk barang ini disebut penghargaan

materiil. Hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari keperluan

(30)

Selain itu juga dapat berupa barang lain seperti kaos, permainan, dan

juga bisa berupa uang.

4. Tanda penghargaan

Jika hadiah adalah penghargaan yang berupa barang, tanda

penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan

barang-barang tersebut. Tanda penghargaan dinilai dari segi kesan dan nilai

kenangannya. Penghargaan ini disebut juga penghargaan simbolis.

Penghargaan simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda

penghargaan, surat-surat tanda jasa, sertifikat, piala, dan sebagainya.

Sedangkan M. Ngalim Purwanto (2006: 183) memberikan

pendapat macam-macam penghargaan antara lain:

1. Guru mengangguk-angguk sebagai suatu tanda senang dan

membenarkan jawaban yang diberikan oleh siswa.

2. Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian).

3. Penghargaan dapat berupa pekerjaan. Misalnya siswa diberikan soal

yang sulit untuk dikerjakan karena soal yang mudah berhasil

dikerjakan.

4. Penghargaan yang ditujukan kepada seluruh kelas. Ganjaran ini

contohnya bernyanyi atau pergi berwisata bersama.

5. Penghargaan dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan

berguna bagi anak. Misalnya pensil, buku tulis, atau bahkan dengan

(31)

Perlu digaris bawahi, untuk pemberian reward yang berupa

hadiah perlu dibatasi frekwensinya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Wahid Murni (2010: 152) yang mengatakan bahwa penggunaan reward

yang berupa benda hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut

sebagai tujuan belajar anak. Oleh karena itu perlu dibatasi

penggunaannya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini menggunakan

penghargaan yang berbentuk pujian, penghormatan, hadiah, serta tanda

penghargaan. Penghargaan tersebut akan membuat siswa senang dan

mendorong siswa untuk memperbaiki prestasinya.

4. Syarat-Syarat Penghargaan

Memberikan penghargaan bukanlah hal yang mudah. Perlu

adanya syarat yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan

penghargaan. M. Ngalim Purwanto (2006: 184) menyebutkan

syarat-syarat penghargaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan penghargaan yang pedagogis guru harus mengenal betul-betul siswanya.

2. Penghargaan yang diberikan kepada siswa janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain.

3. Penghargaan diberikan dengan hemat, artinya tidak terus menerus atau terlalu sering.

4. Jangan memberi penghargaan dengan menjajikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya.

5. Guru harus berhati-hati dalam memberikan penghargaan, jangan sampai penghargaan yang diberikan dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, agar pemberian penghargaan

(32)

pemberian penghargaan dengan baik. Dengan demikian kebermaknaan

dari pemberian penghargaan akan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut A.M. Sardiman (2007:73) mengatakan bahwa motivasi

adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif

pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan

sangat dirasakan atau mendesak. Sedangkan, Mc. Donald (A.M.

Sardiman 2001: 71-73) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ada tiga elemen

penting yaitu sebagai berikut:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia

(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia),

penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan

persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan energi yang dapat menentukan

(33)

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi

dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur

lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

M. Ngalim Purwanto (2007: 71) mengemukakan definisi

motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi

tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai

hasil dan tujuan tertentu. Sedangkan, W.S.Winkel (2004: 169)

mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak di dalam diri orang

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan

tertentu.

A.M. Sardiman (2007:75) mengatakan dalam kegiatan

pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar

itu dapat tercapai. Jadi motivasi adalah usaha atau daya yang disadari

untuk mendorong keinginan individu dalam melakukan sesuatu demi

tercapainya tujuan tertentu. Motivasi merupakan daya penggerak dari

(34)

kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian

motivasi dengan berbagai sudut pandang para ahli masing-masing. Dari

berbagai pendapat tersebut memiliki inti yang sama yaitu motivasi

merupakan pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dari

beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam setiap

individu maupun di luar individu untuk melakukan sesuatu demi

mencapai tujuan.

Ada tiga fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2003: 16)

yaitu sebagai berikut :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan

perbuatan kearah pencapaian tujuan yang diinginkannya.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai

mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau

lambannya pekerjaan.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut Elida Prayitno (1989:10), dikenal dua motivasi, yaitu

(35)

a. Motivasi Intrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2007: 89-90) motivasi intrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki

motivasi intrinsik pasti akan rajin dalam belajar, karena tidak

memerlukan dorongan dari luar. Siswa melakukan belajar karena

ingin mencapai tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, nilai dan

keterampilan.

Dalam proses belajar, siswa yang mempunyai motivasi

intrisnsik dapat terlihat dari belajarnya. Aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang ada di dalam dirinya

dan akan terkait dengan belajarnya. Seorang siswa merasa butuh dan

mempunyai keinginan untuk belajar sehingga dapat mencapai tujuan

belajar, bukan karena hanya ingin suatu pujian atau ganjaran.

Menurut A.M. Sardiman (2007: 90) ”Siswa yang memiliki

motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,

yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Siswa yang

benar-benar ingin mencapai tujuan maka harus belajar, karena tanpa

pengetahuan maka tujuan belajar tidak akan tercapai”. Jadi,

dorongan itu muncul dari dalam dirinya sendiri yang bersumber dari

(36)

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2007: 90-91) adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi ekstrinsik apabila dilihat dari segi tujuannya, tidak secara

langsung bergayut pada esensi yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik

dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi di dalam aktivitas

belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar.

Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik, menurut Pintner Ryan,

dkk (Elida Prayitno 1989:13) ”Motivasi belajar ekstrinsik adalah

motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari

luar”. Jadi tujuan seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk

mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar.

Menurut Elida Prayitno (1989: 17) ada beberapa dorongan

ekstrinsik yang digunakan guru agar dapat merangsang motivasi

siswa dalam belajar, seperti memberikan penghargaan dan celaan,

persaingan atau kompetisi, hadiah dan hukuman, serta

pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut A.M. Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi dalam belajar

sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari

(37)

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai tujuannya.

c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang harus

dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

Selain itu, ada fungsi lain dari motivasi belajar menurut M.

Ngalim Purwanto (2007: 72) yaitu menggerakan, mengarahkan, dan

menopang tingkah laku manusia.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

motivasi dalam belajar adalah sebagai tenaga penggerak untuk

mendorong, mengarahkan, dan menentukan seseorang. Dalam hal ini

adalah siswa, yaitu untuk melakukan suatu tugas atau perbuatan untuk

mencapai tujuan belajar.

4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Mengingat pentingnya motivasi sebagai pendorong kegiatan

belajar anak, maka banyak upaya untuk menimbulkan dan

membangkitkan motivasi belajar pada anak. Guru mempunyai tanggung

jawab yang besar untuk memotivasi anak agar anak dapat maksimal

dalam kegiatan belajar. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan

oleh guru dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti metode yang

digunakan guru, media dan alat peraga, mengulang materi dengan cara

(38)

A.M. Sardiman (2007: 92-95) mengemukakan beberapa bentuk

dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di

sekolah, seperti berikut:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini adalah nilai. Banyak siswa yang

beranggapan, belajar untuk mendapatkan angka atau nilai yang baik.

Oleh karena itu, langkah yang perlu dilakukan seorang guru adalah

bagaimana memberikan angka yang terkait dengan values yang

terkandung dalam setiap pengetahuan siswa sehingga tidak hanya

nilai kognitif saja tetapi juga keterampilan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah

selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin

tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak

berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan antar individual maupun

kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvent

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

(39)

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas

dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri bagi siswa.

e. Memberi ulangan

Memberi ulangan merupakan salah satu sarana motivasi.

Tetapi dalam memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena

siswa akan merasa bosan dan bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi

pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya

terus meningkat.

g. Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat

akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan mempertinggi

gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, yaitu ada unsur kesengajaan. Hal ini

(40)

maksud. Berarti dalam diri anak didik itu memang ada motivasi

untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Motivasi

Proses belajar akan lancar apabila disertai dengan motivasi.

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga motivasi

sehingga tepatlah kalau motivasi merupakan alat motivasi yang

pokok.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,

merupakan alat motivasi yang sangat tepat. Sebab dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna

dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Ada juga cara lain untuk motivasi siswa. Menurut Oemar

Hamalik (2010: 156-161), cara memotivasi siswa belajar adalah sebagai

berikut:

a. Kebermaknaan

Siswa akan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari

mengandung makna tertentu baginya. Maka untuk menjadikan

pelajaran bermakna bagi siswa, caranya adalah dengan mengaitkan

pelajaran dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-tujuan

(41)

b. Modelling

Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh

siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model,

bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya secara lisan.

Dengan model tingkah laku ini siswa dapat mengamati dan

menirukan apa yang diinginkan oleh guru.

c. Komunikasi Terbuka

Komunikasi terbuka dapat dilakukan dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan tujuan-tujuan yang

diinginkan, bahan pelajaran yang hendak dipelajari, dan

kegiatan-kegiatan apa yang ingin dilakukan. Kesempatan itu berarti

menyalurkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik. Jika hal itu

dapat dilakukan, maka berarti siswa akan menjadi lebih termotivasi

belajar.

d. Hubungan Pengajaran dengan Masa Depan Siswa

Pelajaran akan dirasakan bermakna bagi diri siswa apabila

pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupannya

sehari-hari di luar kelas pada masa mendatang. Untuk itu, hendaknya

guru menyajikan tentang macam-macam gagasan dan tentang

macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu

mendatang. Bila siswa telah menyadari kemungkinan aplikasi

pelajaran tersebut maka sudah tentu motivasi belajar akan tergugah

(42)

e. Prasyarat

Guru hendaknya berusaha mengetahui/mengenali

prasyarat-prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa sebelum memberikan materi

pelajaran yang baru. Siswa yang berada pada kelompok yang

berprasyarat akan mudah memahami hubungan antara pengetahuan

yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang

kompleks yang akan dipelajari. Berbeda halnya dengan siswa yang

belum berprasyarat. Bertitik tolak dari keadaan siswa tersebut, guru

akan lebih mudah menyesuaikan pelajarannya sehingga

membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan siswa.

f. Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatianya ditarik oleh

penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Guru

dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi,

berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegiatan yang mungkin

asing bagi siswa.

g. Latihan dan Praktik yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar apabila mengambil bagian yang

aktif dalam latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk

mengaktifkan siswa mempraktikkan hal-hal yang sedang

dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-macam metode,

(43)

kemudian dilanjutkan dengan diskusi, melakukan simulasi, dan

melaksanakan metode tutorial.

h. Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi

sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan secara demikian

akan lebih meningkatkan motivasi siswa belajar dibandingkan

dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang

panjang.

i. Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar

Pada saat mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau

pemompa. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai

pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan

akhirnya lambat laun siswa dapat belajar sendiri.

j. Kondisi yang Menyenangkan

Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi

pengajaran menyenangkan. Maka guru dapat melakukan cara-cara

berikut: usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka

ketahui karena akan menyebabkan kejenuhan, suasana fisik kelas

jangan sampai membosankan, hindari terjadinya frustasi dikarenakan

situasi kelas yang tidak menentu atau mengajukan permintaan yang

tidak masuk akal, serta hindarkan suasana kelas yang bersifat

emosional. Selain itu, guru dapat menyiapkan tugas-tugas yang

(44)

memberikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang telah

dilakukan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97-100), ada beberapa

unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti berikut:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Setiap siswa pasti memiliki harapan. Harapan dapat

dikatakan sebagai cita-cita yang dimiliki oleh seorang siswa. Untuk

mencapai cita-cita, siswa pasti akan berusaha untuk mencapainya.

Dalam mencapai cita-cita itu banyak usaha yang dilakukan oleh

siswa, salah satu contohnya adalah dengan giat belajar. Jadi cita-cita

dapat memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan

atau kecakapan untuk mencapainya. Salah satu contohnya adalah

seorang anak yang mempunyai keinginan untuk membaca. Maka

harus diimbangi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan

bunyi huruf-huruf. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan akan

memperkuat motivasi.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar. Sebagai contohnya yaitu apabila

seorang anak dalam keadaan sakit, maka dia tidak mau belajar.

(45)

belajarnya. Apabila seorang anak dalam kondisi marah-marah, maka

dia akan susah dalam menerima pelajaran. Jadi kondisi jasmani dan

rohani siswa mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Siswa berada di lingkungan sekitar yang berbeda-beda.

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan

lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah semangat dan

motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Dengan dibangunnya lingkungan yang bertambah baik, maka

dapat menciptakan kondisi dinamis bagi pebelajar yang sedang

berkembang jiwa raganya. Jadi guru profesional diharapkan mampu

memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan

sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar seorang

siswa.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa.

Upaya guru untuk memotivasi siswa ada bermacam-macam.

Motivasi dapat dilakukan seorang guru pada saat pelajaran

berlangsung ataupun sedang di luar pelajaran. Oleh karena itu peran

guru cukup banyak untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

(46)

a. Hasrat untuk belajar

b. Minat

c. Cita-cita dan harapan

d. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar

e. Kegiatan belajar yang menarik

f. Kondisi yang kondusif

g. Adanya sebuah hadiah

Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Elida Prayitno, 1989: 10),

mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari

karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut motivasi, ketajaman

perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh A.M. Sardiman, Oemar

Hamalik, Dimyati dan Mudjiono, indikator yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari beberapa pendapat di atas, yang dirangkum

dalam ketujuh indikator tersebut. Jadi penulis mengambil beberapa

pendapat yang sudah ada sehingga penulis menggunakannya untuk

membuat indikator dalam membuat angket motivasi belajar.

C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA

1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut dengan singkat sebagai

sains (science) berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti: (a)

pengetahuan tentang atau tahu tentang, dan (b) pengetahuan, pengertian,

(47)

Usman Samatowa (2010: 3) mengemukakan bahwa secara bahasa, IPA

dapat diartikan sesuai arti asalnya yaitu dari bahasa Inggris natural

science. Tim IAD UI (2001: 68) mengemukakan bahwa IPA adalah ilmu

yang mempelajari tentang pengungkapan rahasia dan gejala alam,

meliputi asal-usul alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,

mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yag terjadi. Dengan demikian,

IPA dipandang sebagai ilmu tentang alam, atau ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

H.W Fowler mengemukakan pengertian lain dari IPA, yaitu suatu

ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi

(Abdullah Alvy dan Eny Rahma, 2011: 18). Trianto (2010: 36—37) juga

menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,

jujur, dsb.

Patta Bundu (2006: 10) mengemukakan bahwa pengertian IPA

didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam

raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak

semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu,

misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Abdullah Alvy dan

(48)

diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan

observasi eksperimental, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,

observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu

dengan cara yang lain. Cara-cara inilah yang disebut dengan metode

ilmiah. Dengan demikian, IPA merupakan suatu sistem yang saling

berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan

untuk menyelidiki, memahami, menjelaskan alam semesta dan bukan

hanya sekedar pengetahuan.

Sains atau IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang

terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori

yang merupakan produk dari proses ilmiah (Usman Samatowa, 2010:

19). Namun demikian, sains bukanlah hanya sebuah produk, melainkan

juga sebagai proses yang menghubungkan sistem, metode, atau proses

pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam. Untuk lebih

jelasnya Carin dan Sund dalam Usman Samatowa (2010: 20)

mengemukakan bahwa sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk

dan sikap.

a. Proses atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,

merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses

pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori,

(49)

c. Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima

dan sebagainya.

Harlen mengemukakan bahwa terdapat tiga karakteristik utama

sains atau IPA yakni:

a. Setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas

(kesahihan) prinsip dan teori ilmiah.

b. Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang

diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum

sampai pada kesimpulan.

c. Memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir

tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut

(Patta Bundu, 2006: 10).

2. Hakikat Pembelajaran IPA

Dasim Budimansyah (2003: 2) mengemukakan bahwa

pembelajaran IPA harus menekankan pada pengalaman langsung. Karena

itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan

proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami dengan

seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan

secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja,

mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan

mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan

(50)

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Patta

Bundu (2006: 18) adalah:

a. Pencapaian sains dari segi produk, proses dan keilmuwan.

b. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep

Sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

c. Dari proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk

mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep

yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah

yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk

mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu,

tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab dapat bekerja sama dan

mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam

sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Usman Samatowa (2010: 2) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk

rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran

IPA dapat membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan

mencari jawaban atas dasar bukti serta mengembangkan cara berpikir

ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Vessel mengenai pengertian sains

atau IPA dalam Patta Bundu (2006: 9) science is what scientists do.

Science is an intellectual search involving inquiry, rational though, and

(51)

berarti bagi peserta didik terutama untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritisnya. Cullingford mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan

sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini tentunya penting,

agar siswa tidak hanya dijejali dengan teori saja tanpa mengetahui proses

dari teori tersebut dapat terbentuk sehingga siswa bukan hanya

menghafal teori tetapi memahami.

Lebih lanjut, Calxton mengemukakan pendapatnya bahwa

pembelajaran sains dapat ditingkatkan, bila anak dapat berkelakuan

seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka

diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu. Mereka dapat

memahami materi lebih mudah dan menyenangkan melalui

pengalaman-pengalaman mereka menjadi ilmuwan (Usman Samatowa, 2010: 9).

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari

keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk

menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Sudjoko (1983: 65) mengemukakan bahwa menggunakan IPA

sebagai alat belajar siswa, mempunyai makna bahwa harus menganut

filosofis “Science as a process” yang dituangkan ke dalam cara-cara

bagaimana memberi bantuan kepada siswa untuk memecahkan

persoalan-persoalan IPA yang dihadapi dalam belajar. Oleh karena itu,

(52)

belajar. Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam

memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah (Usman

Samatowa, 2010: 10): (1) Pentingnya memahami bahwa pada saat

memulai kegiatan pembelajarannya, anak memiliki banyak konsepsi,

pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) Aktivitas

anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama

dalam pembelajaran IPA, (3) Kegiatan bertanya merupakan bagian yang

penting, dan (4) Memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu

masalah.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar merupakan individu yang unik. Keunikan

tersebut dikarenakan pada masa usianya yang masih pada masa

perkembangan, baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotor.

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (Dwi Siswoyo, dkk. (2008: 88)

menyebutkan ciri khas siswa Sekolah Dasar sebagai berikut :

1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas, sehingga

merupakan insan yang unik. Maksudnya ia sejak lahir telah memiliki

potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin

dikembangkan dan diaktualisasikan.

2. Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri

peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri

(53)

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

manusiawi. Maksudnya adalah maupun ia adalah makhluk yang

berkembang punya potensi fisik dan psikhis untuk bisa mandiri, namun

karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari

pihak lain sesuai kodrat kemanusiaanya.

4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan

bahwa di dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri,

sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi

setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik

mengundurkan diri.

Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk, (2008: 116-117)

menyebutkan ciri-ciri khas siswa kelas tinggi sebagai berikut:

a. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis setiap hari,

b. ingin tahu, ingin belajar dan realistis,

c. timbul motivasi kepada pelajaran-pelajaran khusus,

d. anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah,

e. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk

bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam

kelompoknya.

Penjabaran di atas merupakan suatu ciri-ciri yang melekat pada diri

siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memahami kekurangan dan

(54)

mereka berfikir, bagaimana mereka memandang suatu konsep, serta apa yang

mereka butuhkan pada tahap perkembangannya sekarang. Pengetahuan ini

dapat menjadi “senjata” bagi guru dalam menyiapkan dirinya sebelum ia

terjun dalam proses belajar mengajar, seperti mempelajari keterampilan dasar

seorang guru. Guru juga dapat mengembangkan perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswanya.

Dengan demikian akan menciptakan proses belajar mengajar yang

berkualitas.

Dari penjabaran di atas, maka kita dapat mengetahui apa yang mereka

butuhkan, mengetahui bagaimana mereka berfikir, dan mengetahui

bagaimana mereka bertindak (tingkah lakunya). Dengan demikian akan

memberikan gambaran peneliti mengenai subjek penelitian ini. Sehingga

diharapkan akan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penelitian.

E. Penelitian yang Relevan

Skripsi oleh Erma Masruroh dengan judul “Penerapan Metode Reward

and Punishment sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII C MTs Negeri Ngemplak Sleman”.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif

yang menerapkan reward dan punishment untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa

(55)

angket terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus

III, yaitu siklus I 73,75%, siklus II 76,15&, dan siklus III 80,12%.

F. Kerangka Pikir

Peran guru dalam pembelajaran sangat penting demi tercapainya

tujuan pembelajaran. Guru merupakan unsur pembelajaran yang mempunyai

kontak langsung dengan siswa. Keterampilan guru sangat berpengaruh

terhadap kegiatan pembelajaran sehingga harus menjadi keterampilan dasar

yang melekat pada diri seorang pendidik. Salah satu keterampilan itu adalah

keterampilan memberikan reward (penguatan positif).

Motivasi belajar dianggap sangat berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Mengingat Ilmu Pengetahuan Alam yang mencakup materi yang

banyak/padat, membuat Ilmu Pengetahuan Alam tidak disukai oleh siswa dan

siswa menjadi malas belajar. Motivasi yang lemah membuat siwa kurang

bersemangat dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Berbeda dengan siswa yang mempunyai motivasi tinggi, mereka akan senang

dan lebih bersemangat lagi dalam belajar. Salah satu cara meningkatkan

motivasi adalah dengan memberikan penghargaan/reward.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembuktian secara ilmiah

keberadaan teori di atas melalui suatu penelitian sangat diperlukan. Untuk

maksud tersebut, maka penulis melakukan sebuah penelitan tentang pengaruh

reward terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu

(56)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, diperoleh suatu hipotesis

penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Hipotesis kerja (Ha)

Terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman

Wonosari Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

pendekatan kuantitatif ditinjau dari wujud data dan teknik analisisnya.

Pendekatan ini termasuk pendekatan eksperimental jika ditinjau dari

timbulnya variabel, dan penelitian ini termasuk penelitian eksperimen .

Menurut Sugiyono (2010: 14) metode penelitian kuantitatif diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara

acak, pengumpulan data bersifat kuantitatif (statistik) dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Desain Penelitian

Terkait rumusan masalah yang mengujikan hubungan kausal

(pengaruh) maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

eksperimental. Sugiyono (2012: 34) mengatakan bahwa bila ingin mengetahui

pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain, untuk

kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Desain eksperimen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sugiyono

(2007:114), menyatakan quasi eksperimen adalah metode yang mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian
Table 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Reward oleh Guru
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Siswa
Tabel 4.Skala Penilaian Motivasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh (Gambar 1) pemberian probiotik Bacillus NP5 dengan dosis 10 6 CFU/g pakan, 10 8 CFU/g pakan, dan 10 10 CFU/g pakan melalui pakan

Kota Cirebon, Kota Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kota Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kota Cimahi, Kota Banjar, Kabupaten Indramayu, dan

Renewable raw materials have several own advantages such as availability, and regeneration. The use of adhesives from renewable raw materials will replace the petroleum

Beberapa mekanisme tanaman obat dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah teridentifikasi diantaranya adalah merangsang sel pulau langerhans pankreas untuk melepaskan

Laporan tesis yang berjudul KADAR HEAT SHOCK PROTEIN 70 PADA PERSALINAN PRETERM yang merupakan hasil penelitian pada bulan September.. hingga Desember 2012 di

Penelitian analisis strategi pemasaran dalam promosi modem Huawei XL ini difokuskan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran modem Huawei perusahaan XL

Aldo Raine in Inglorious Basterds movie (2009) directed by Quentin Tarantino will be analyzed using psychoanalytic approach that has not been studied at least in UMS..

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengambil satu obyek tertantu untuk di analisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah, metode pengumpulan