PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE,
INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) BERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN APLIKASI PADA MATA PELAJARAN TIK SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh :
Nita Tursina Handayani
0905581
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE,
RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION)
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN APLIKASI PADA MATA PELAJARAN TIK SMA
Oleh :
Nita Tursina Handayani 0905581
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nita Tursina Handayani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
NITA TURSINA HANDAYANI NIM. 0905581
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE,
RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION)
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN APLIKASI PADA MATA PELAJARAN TIK SMA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Dr. Dedi Rohendi. M.T NIP. 196705241993021001
Pembimbing II,
Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd. NIP. 195803011980021002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE,
RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION)
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN APLIKASI PADA MATA PELAJARAN TIK SMA
Nita Tursina Handayani, 0905581, nitatursina@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui bagaimana tahapan pengembangan multimedia interaktif yang dipakai sebagai alat bantu pada pembelajaran, 2) memperoleh informasi apakah peningkatan kemampuan aplikasi siswa pada mata pelajaran TIK yang menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK SMA, 3) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran TIK menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan Non-equivalent Control Group Design dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 di SMAN 1 Sukaresmi Cianjur. Penelitian ini dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan non-tes. Tes yang dilakukan berupa pretes dan postes. Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan aplikasi siswa daripada pembelajaran konvensional. Dari hasil pengujian data postes yang dilakukan dengan menggunakan uji t dua sampel independen pada taraf signifikansi α = 5% diperoleh nilai signifikansi sig. = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu, untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan aplikasi siswa dilakukan analisis indeks gain ternormalisasi. Peningkatan kemampuan aplikasi siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan gain ternormalisasi sebesar 0,71 untuk siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS berbatuan multimedia interaktif dan 0,42 untuk siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan aplikasi siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif berada pada kriteria tinggi, sedangkan siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional berada pada kriteria sedang.
THE IMPLEMENTATION OF ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) LEARNING MODEL
SUPPORTED BY INTERACTIVE MULTIMEDIA TO INCREASE
STUDENT’S APPLICATION ABILITIES IN ICT LESSON IN HIGH SCHOOL
Nita Tursina Handayani, 0905581, nitatursina@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research are 1) investigate the progress of interactive multimedia used in the learning process, 2) get information whether or not the student’s application abilities in ICT lesson by implementing ARIAS supported by interactive multimedia increased better than those who use conventional learning model, 3) know how the student’s attitude toward ARIAS learning model supported by interactive multimedia in ICT lesson.The method used in this research was quasi-experimental research with non-equivalent Control Group Design and the research samples are the students of SMAN 1 Sukaresmi Cianjur in the eleven grade of Science 1 and Science 2. This research was implemented in the 2nd Semester of 2012/2013. The research instrument used in this research was test and non-test. The test consists of pre-test and post-test. Based on the research, ARIAS learning model supported by interactive multimedia is able to increase student’s application abilities than the conventional learning model. Through the post-test which was analyzed by Independent Samples t Test of significant degree α = 5% obtained significant score sig. = 0,000 less than α = 0,05. Besides, to analyze how significant ARIAS learning model in increasing student’s application abilities, analysis normalization gain was conducted. The increasing of student’s application abilities after the ARIAS learning model applied is better than the students who use the conventional learning model in ICT lesson. It can be seen by N-gain score 0,71 for students who use ARIAS learning model supported by interactive multimedia and 0,42 for students who use conventional learning model. It shows how ARIAS learning model supported by interactive multimedia gives a high effect to the student’s learning achievement, while the students who use the conventional learning model achieve a middle effect.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
B. Model Pembelajaran ARIAS ... Error! Bookmark not defined.
C. Kemampuan Aplikasi... Error! Bookmark not defined.
D. Multimedia Interaktif ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
G. Teknik Analisis Data... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.
A. Pengembangan Multimedia Interaktif yang Dipakai sebagai Alat Bantu pada Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
B. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen .. Error! Bookmark not defined.
C. Analisis Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Pembahasan... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran ARIAS .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1 Proses perancangan multimedia ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.2 Kriteria koefisien validitas butir soal .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3 Klasifikasi reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.4 Kriteria taraf kesukaran ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Kriteria daya pembeda ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.6 Kriteria indeks gain ternormalisasi ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.7 Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase angket ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen Soal Pilihan Ganda Pretes Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2 Hasil uji coba instrumen soal pilihan ganda postes ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3 Hasil uji coba instrumen soal essay ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4 Output Statistik Deskriptif Nilai Pretes Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.5 Output Tests of Normality ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.6 Output Ranks ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7 Output Uji Mann-Whitney ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.8 Output Statistik Deskriptif Nilai Postes Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9 Output Tests of Normality ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.10 Output Group Statistics ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.11 Output Independent Samples Test ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.12 Output Statistik Deskriptif Indeks Gain ternormalisasi ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.13 Interpretasi indeks gain ternormalisasi Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2 Tahapan pengembangan pembelajaran multimedia interaktif .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Grafik nilai rata-rata pretes kelompok eksperimen dan kontrol Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Grafik normal probability plot nilai pretes kelompok eksperimen ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Grafik normal probability plot nilai pretes kelompok kontrol .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.5 Grafik nilai rata-rata postes kelompok eksperimen dan kontrol Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.6 Grafik normal probability plot nilai postes kelompok eksperimen ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.7 Grafik normal probability plot nilai postes kelompok kontrol . Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 76
Lampiran A.1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 77
Lampiran A.2: Lembar Evaluasi... 83
Lampiran A.3: Multimedia Interaktif ... 91
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN... 106
Lampiran B.1 : Kisi-kisi Instrumen Pretes dan Postes ... 107
Lampiran B.2 : Rubrik Skoring Soal Essay ... 117
Lampiran B.3 : Judgement Instrumen Pretes dan Postes ... 118
Lampiran B.4 : Judgement Instrumen Angket ... 130
Lampiran B.5 : Judgement Instrumen Multimedia Interaktif ... 134
LAMPIRAN C ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN TES ... 142
Lampiran C.1 : Analisis Uji Instrumen Pilihan Ganda Pretes ... 143
Lampiran C.2 : Analisis Uji Instrumen Pilihan Ganda Postes... 147
Lampiran C.3 : Analisis Uji Instrumen Essay ... 151
LAMPIRAN D ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN... 154
Lampiran D.1 : Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol... 155
Lampiran D.2 : Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 157
Lampiran D.3 : Statistik Deskriptif Pretes dan Postes ... 159
Lampiran D.4 : Data Indeks Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 160
Lampiran D.5 : Data Pengolahan Hasil Angket ... 162
Lampiran D.6 : Data Lembar Observasi ... 163
Lampiran E.1 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ... 167
LAMPIRAN F DOKUMEN PENELITIAN ... 169
Lampiran F.1 : Surat Keterangan Uji Instrumen ... 170
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga abad ke-21, bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi berkembang begitu pesat. Sejak awal kemunculan teknologi hingga kini terdapat perubahan-perubahan yang signifikan. Perubahan ini dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Untuk menghadapi perubahan teknologi di masa depan pembaharuan pendidikan di Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, berbagai upaya telah ditempuh antara lain pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran, perubahan sistem penilaian dan lain sebagainya. Menurut kurikulum KTSP yang telah ditentukan Depdiknas, Mata Pelajaran TIK di SMA/MA mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu, salah satu tujuan dari pembelajaran TIK di SMA berdasarkan standar isi yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
2
“Yang penting dalam interaksi belajar-mengajar adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar.“
Maka dari itu jelas terlihat bahwa salah satu unsur yang sering dikaji dalam upaya peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa adalah model yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Namun, pada kegiatan pengamatan pendahuluan di salah satu SMA di Cianjur yakni pada mata pelajaran TIK masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan yang berkaitan dengan minat, motivasi, mengemukakan ide atau gagasan serta kemampuan aplikasi yang dicapai siswa. Hal ini terbukti dengan melihat interaksi belajar-mengajar di kelas yang berjalan secara searah. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru menjadi amat dominan yakni guru menjadi sangat aktif tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif sehingga potensi serta kemampuan siswa tidak dapat berkembang. Untuk itu proses pembelajaran harus diimbangi dengan strategi dalam mengajar yang diterapkan. Strategi yang diterapkan oleh guru harus mampu mengarahkan siswa supaya dalam kegiatan belajar-mengajar tidak hanya menerima materi (pasif) tetapi harus dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yakni kemampuan mengaplikasikan konsep siswa, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2007:55) bahwa “mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal”. Mengajar juga mengangkut transfer of knowledge dan mendidik yang transfer of values.
3
kepala sekolah bidang kurikulum menyatakan bahwa “sering terjadi terhadap guru pada saat kegiatan pembelajaran, guru tersebut sangat menguasai materi pelajaran namun pada saat pelaksanaan kegiatan mengajarnya tidak optimal.” Suatu proses belajar-mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan pembelajaran yang efektif.
Hasil belajar merupakan syarat utama dalam pengukuran suksesnya pengajaran. Dalam menilai atau menerjemahkan hasil itu dapat dilakukan dengan cermat dan tepat yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya, yakni kegiatan pembelajaran yang dilakukan. “Dengan proses yang tidak baik/benar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik”. (Sardiman, 2007:49)
Sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik yang dapat digunakan oleh para guru, perlu suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik dan bermakna sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi dan kemampuan aplikasi siswa. Untuk mengaplikasikannya, salah satu strategi atau model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan sebagai alternatif yang mampu membuat siswa aktif dalam mengaplikasikan pengetahuan konsep dan keterampilan dengan inovatif, serta meningkatkan motivasi dan kemampuan aplikasi siswa adalah model pembelajaran yang mengandung lima komponen, yaitu assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (minat), assessment (penilaian), dan satisfaction (kepuasan) kemudian disingkat dengan mengambil huruf pertama dari masing-masing komponen menjadi ARIAS.
4
mengembangkan kemampuan penalarannya dan siswa lebih dihargai dalam mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya. Selain itu, model pembelajaran ARIAS ini mempunyai dampak instruksional yaitu perolehan dan penguasaan materi baru, siswa mempunyai rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat yang dimilikinya, tumbuhnya minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran serta memotivasi siswa untuk belajar semakin besar.
Untuk mengoptimalkan model pembelajaran ARIAS ini, diperlukan bantuan multimedia interaktif. “Multimedia production can be an exciting and highly satisfying activity” (Green dan Brown, 2002:11). Siswa merasa senang dan puas jika dalam kegiatan belajar-mengajar menggunakan multimedia karena multimedia ini dapat mengombinasikan teks, gambar, suara, animasi dan video. Agar siswa tidak jenuh karena multimedia tersebut hanya berjalan searah, maka diperlukan multimedia yang bersifat saling aktif yakni terdapat timbal balik antara pengguna dan multimedia tersebut yakni multimedia interaktif. Dengan model pembelajaran ARIAS yang dikombinasikan dengan multimedia interaktif diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menulis penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (assurance, relevance,
interest, assessment, dan satisfaction) Berbantuan Multimedia Interaktif terhadap Peningkatan Kemampuan Aplikasi Konsep pada Mata Pelajaran TIK SMA”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan pengembangan multimedia interaktif yang dipakai sebagai alat bantu pada pembelajaran?
5
interaktif lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK SMA?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran TIK menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada format sajian tutorial dan digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Pada multimedia interaktif ini terdapat teks, gambar (diam dan bergerak), suara (pengisi suara dan suara latar), video yang berisi tutorial mengenai materi pelajaran yakni program aplikasi pengolah angka serta soal latihan sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke materi selanjutnya.
2. Peningkatan kemampuan aplikasi siswa yang diukur pada penelitian ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan atau menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah atau persoalan yang berkaitan dengan materi yakni program aplikasi pengolah angka.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan pengembangan multimedia interaktif yang dipakai sebagai alat bantu pada pembelajaran.
6
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran TIK menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Memberikan inovasi serta motivasi bagi peneliti lain agar dapat mengembangkan multimedia interaktif yang dapat dipakai dengan model pembelajaran ARIAS secara lebih menarik dan kaya akan informasi yang dibutuhkan karena salah satu sifat yang dimiliki oleh multimedia interaktif adalah fleksibel sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan multimedia interaktif pada pembelajaran TIK di sekolah.
b. Mendapatkan hasil mengenai fakta di lapangan yang berkaitan dengan efektivitas Model Pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) terhadap peningkatan kemampuan mengaplikasikan konsep pada mata pelajaran TIK SMA.
c. Memberikan motivasi bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian lebih luas dan terperinci sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran TIK di sekolah.
2. Bagi Guru
a. Kreativitas guru akan lebih meningkat karena kegiatan memilih dan merancang model pembelajaran serta media pembelajaran dilakukan dengan tepat dan inovatif.
b. Guru akan lebih tertantang untuk bisa berkreasi dan berinovasi dengan baik dalam membuat media-media pembelajaran yang inovatif.
3. Bagi Siswa
7
b. Siswa menjadi termotivasi dan semangat dalam mengikuti pembelajaran secara aktif sehingga kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.
c. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dalam mengaplikasikan pelajaran dan mengeluarkan pendapat, serta munculnya jiwa kompetisi yang sehat.
d. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai serta setiap siswa menjadi siap semua dalam artian semua siswa dapat bersungguh-sungguh dalam berdiskusi.
4. Bagi Lembaga Pendidikan
Memberikan kontribusi pemikiran yang berarti untuk usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan pembelajaran.
F. Definisi Operasional
Di dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang umum digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran ARIAS merupakan model pembelajaran yang berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Pengunaan model pembelajaran ARIAS dilakukan sejak awal yakni sejak guru atau perancang merencanakan pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran yang di dalamnya telah mengandung komponen-komponen yang terdapat pada model pembelajaran ARIAS.
8
aplikasi pengolah angka. Peningkatan kemampuan aplikasi siswa diukur melalui hasil belajar dengan menggunakan Indeks Gain dan Uji T Dua Sampel Independen.
3. Multimedia interaktif adalah sarana penyedia informasi yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki, selanjutnya sistem memberikan aksi (timbal balik) sesuai dengan aksi yang diberikan pengguna. Multimedia interaktif ini digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran agar dapat mengoptimalkan model pembelajaran ARIAS. Multimedia interaktif ini digunakan pada salah satu komponen pada model pembelajaran ARIAS yakni Interest. Dengan model pembelajaran ARIAS yang dikombinasikan dengan multimedia interaktif diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar belajar siswa.
G. Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen atau eksperimen semu. “Tujuannya adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan” (Arifin, 2011:74). Penelitian yang dilakukan yaitu mengenai penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan aplikasi pada mata pelajaran TIK SMA. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan aplikasi siswa pada mata pelajaran TIK SMA dan apakah model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif lebih baik dalam meningkatkan kemampuan aplikasi siswa daripada pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK SMA.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Adapun secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 X O2 O1 - O2
(Sugiyono, 2012:116) Keterangan :
O1 : Pretest (tes awal) O2 : Post-test (tes akhir)
X : Perlakuan (Treatment) terhadap kelompok eksperimen berupa pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif.
27
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini mengambil populasi siswa kelas XI SMA. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil dari berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan terkait dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk dalam kelas reguler. Pemilihan sampel ini tidak lepas dari informasi dan rekomendasi dari guru TIK di sekolah yang bersangkutan. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 2 kelas, kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif dan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok kontrol yang akan diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penetapan jadwal penelitian, mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian antara lain :
a. Memilih masalah. b. Studi pendahuluan.
c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.
28
e. Judgement instrumen. f. Uji coba instrumen.
g. Analisis uji coba instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan pada proses pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain :
a. Melakukan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b. Memberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional (model pembelajaran langsung dan praktik berbantuan multimedia interaktif).
c. Melakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
3. Tahap analisis data
a. Mengolah hasil data. b. Menganalisis hasil data
c. Membandingkan hasil tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d. Menarik kesimpulan.
29
Memilih Masalah
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah dan Tujuan Penelitian
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Judgement Instrumen
Uji Coba Instrumen
Analisis Uji Coba Instrumen
Tes Awal (Pretest)
Perlakuan/Treatment (Model Pembelajaran ARIAS)
Perlakuan/Treatment (Pembelajaran Konvensional)
Tes Akhir (Posttest)
Pengolahan dan Analisis Data
Menarik Kesimpulan
Tes Awal (Pretest)
Tes Akhir (Posttest)
Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian
E. Instrumen Penelitian
30
objektif (objective) dan tes essay. Tes kemampuan ini dipergunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam kemampuan aplikasi.
Instrumen penelitian non-tes yang dilakukan pada penelitian ini berupa angket (questioner). Menurut Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.” Angket yang akan diberikan kepada responden tersebut mengenai penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia dan untuk mengetahui respon responden terhadap model pembelajaran tersebut.
Selain tes dan non-tes, instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah penguasaan bahan ajar dan penguasaan metode serta strategi pembelajaran. Indikator penguasaan bahan ajar yaitu membuat silabus mata pelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan materi pelajaran atau bahan ajar. Indikator penguasaan metode serta strategi pembelajaran meliputi melakukan penilaian kemampuan awal, mengembangkan model pembelajaran, dan mengembangkan media untuk belajar yakni multimedia interaktif.
Suatu multimedia interaktif yang dikembangkan harus memenuhi beberapa kriteria. Thorn dalam Munir (2009:219-220) mengajukan enam kriteria untuk menilai miltimedia interaktif, yaitu :
1. Kriteria penilaian pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah CD interaktif harus dirancang sesederhana mungkin sehingga mahasiswa dapat memperlajarinya tanpa harus dengan pengetahuan yang kompleks tentang media.
2. Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. Dalam arti adanya kandungan pengetahuan yang jelas.
31
4. Kriteria keempat adalah integrasi media, dimana media harus mengintegrasikan aspek pengetahuan dan keterampilan.
5. Kriteria kelima adalah artistik dan estetika. Untuk menarik minat belajar, maka program harus mempunyai tampilan yang menarik dan estetika yang baik.
6. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan, dengan kata lain program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta belajar.
Newby dalam Munir (2009:220), menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam empat tahapan dasar, yaitu :
1. Planning, berkaitan dengan perencanaan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan (instructional).
2. Instructional design, perencanaan direalisasikan dalam bentuk rancangan.
3. Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa.
4. test, purwarupa yang dihasilkan kemudian diujicoba, ujicoba dilakukan untuk menguji reliabilitas, validitas dan objektifitas media.
Planning
Instructional Design
Prototype
32
Gambar 3.2
Tahapan pengembangan pembelajaran multimedia interaktif Tahapan perencanaan terdiri atas:
Penentuan tujuan pembelajaran
Membuat profil pengguna
Menentukan data
Menentukan biaya dan waktu
Tahapan desain instruksional, terdiri atas:
Perencanaan pembelajaran
Desain peta pembelajaran
Pengumpulan isi (content)
Storyboard dan penulis
Tahapan prototype, terdiri atas:
Antarmuka pengguna (user interface)
Navigasi
Pertemuan 1,2,3 dan seterusnya
Langkah-langkah yang digambarkan oleh Newbi di atas, kemudian dikembangkan oleh Tropin dalam Munir (2009:221-222) bentuk proses perancangan multimedia, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Proses perancangan multimedia PROSES PERANCANGAN MULTIMEDIA
Stage (Issues and Decisions) Instructional Design Role
1. Analysis: Context vs. Content
a. Curriculum
b. Content
c. Performance objectives
d. Learning objectives
e. Environment
Diagnostic
(team resource)
33
3. Development Strategy and
Process
Strategic
(active team role)
34
1. Analisis
Dalam tahapan ini, pemilihan kurikulum, menjadi gerak awal dari serangkaian proses berikutnya. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia. Teknologi multimedia ini akan memberikan dampak bagi kurikulum. Oleh karena itu seorang instructional designer harus melakukan diagnosa pada bagian dari isi kurikulum yang sebaiknya disentuh oleh multimedia, tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai dan bagaimana perbandingannya dengan format konvensional.
2. Pemilihan Teknologi
Pada tahapan ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk merelasasikan analisis kurikulum yang telah dilakukan. Pemilihan produk ini, khususnya dilakukan untuk menentukan :
a. Antarmuka pengguna (the user interface) b. Kapabilitas sistem (system capabilities)
b. Bagaimana pengguna (learners) menggunakan dan belajar melakukan navigasi system
a. Bagaimana elemen-elemen program dan interaktivitas umum diintegrasikan, dengan link-link yang baik.
b. Aturan-atruran fasilitator, latihan, dukungan teknis dan adminitratornya
c. Penggunaan grafik
d. Penggunaan audio dan video
Disamping itu, pemilihan teknologi hardware dan software akan menentukan strategi belajar apa yang bisa dan tidak bisa digunakan. Oleh karena itu seorang instructional designer harus menetukan semuanya itu berdasarkan isi dan target audien yang akan menggunakannya.
3. Strategi Pengembangan dan Proses
35
ini tidak hanya berhubungan dengan bagian teknologi mana yang akan diuji, tetapi juga berhubungan dengan bagianperancangan yang akan diuji sebelum pengembangan utuh dilakukan.
4. Design/build/test
Pada bagian ini, merupakan bagian proses yang sebagain besarnya dilakukan di laboratoriumm. Dalam proses ini project leader harus mengetahui bagaimana hubungan kontribusi masing-masing anggota dalam memproduksi suatu program jadi. Umumnya instructional designer merupakan suatu tim, yang menjamin integritas isi media dan keteraksesan program oleh pengguna (learner).
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila tes tersebut memenuhi beberapa persyaratan dengan melalui beberapa tahap pengujian. Adapun tahap pengujian tersebut adalah validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
a. Validitas
Menurut Sugiyono (2012:182), “untuk validitas yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan”. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar, yakni:
rXY =
NXY− X (Y)
{NX2− X)2 {NY2− Y)2 ( 3.1)
(Arikunto, 2012:87) Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variebel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
36
37
Tabel 3.2
Kriteria koefisien validitas butir soal
Nilai Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012:89) b. Reliabilitas
Reliabel atau biasa disebut reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap” (Arikunto, 2012:100). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, digunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson (K-R.20) untuk soal pilihan ganda atau soal objektif dan korelasi Alfa Cronbach untuk soal essay atau uraian. Hal ini dikemukakan oleh Sugiyono (2012:360) bahwa “jika skor yang digunakan dalam instrumen pilihan ganda atau soal objektif menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0) , maka reliabilitas instrumen dapat dianalisis dengan rumus K-R.20”. Untuk jenis data interval atau essay pengujian reliabilitas instrumen dapat dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach.
Rumus K-R.20 untuk pengujian reliabilitas instrumen soal pilihan ganda atau soal objektif adalah sebagai berikut :
= −
1 2−
2 (3.2)
(Sugiyono, 2012:359) Keterangan :
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada item 1 qi = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
38
k = jumlah item dalam instrumen 2 = varians total
dimana, varians total :
2= 2 (3.3)
2 = 2− 2 (3.4)
(Sugiyono, 2012:361) Keterangan :
= jumlah nilai benar tiap responden n = jumlah responden
Rumus korelasi Alfa Cronbach untuk pengujian reliabilitas instrumen soal essay atau uraian adalah sebagai berikut :
=
( −1) 1− 2
2 (3.5)
(Sugiyono, 2012:365) Keterangan :
k = banyaknya item soal
2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 2 = varians total
dimana, rumus untuk varians total dan varians item: 2= 2− 2
2 (3.6)
2= −
2 (3.7)
(Sugiyono, 2012:365) Keterangan :
= jumlah nilai benar tiap responden n = jumlah responden
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = jumlah kuadrat subjek
39
Tabel 3.3 Klasifikasi reliabilitas
Nilai Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012:89)
c. Taraf Kesukaran
Salah satu analisis soal yang dapat membuktikan bahwa sebuah soal dapat dikatakan baik atau tidak adalah dengan menggunakan taraf kesukaran. Menurut Arikunto (2012 : 222), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikan sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kriteria taraf kesukaran
Taraf Kesukaran (P) Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
40
Adapun rumus untuk mencari taraf kesukaran soal pilihan ganda yaitu :
�= (3.8)
(Arikunto,2012:223) Keterangan :
P = indeks kesukaran butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Sedangkan rumus untuk mencari taraf kesukaran soal essay atau uraian yaitu (Arifin, 2012:135) :
= − (3.9)
Dimana,
− = (3.10)
d. Daya pembeda
Salah satu analisis soal lain yang dapat membuktikan bahwa sebuah soal dapat dikatakan baik atau tidak adalah dengan menggunakan daya pembeda. “Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh atau berkemampuan rendah” (Arikunto,2012:226).
Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Namun, pada indeks diskriminasi terdapat tanda negatif (-).
Dalam menghitung daya pembeda ini, siswa dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group).
Adapun rumus untuk mencari indeks daya pembeda soal pilihan ganda yaitu :
= − = � − � (3.11)
41
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sedangkan rumus untuk mencari indeks daya pembeda soal essay atau uraian yaitu :
� = − (3.12)
(Arifin, 2012:133) Keterangan :
DP = daya pembeda
= rata-rata kelompok atas = rata-rata kelompok bawah Skor Maks = skor maksimum
[image:37.595.119.516.117.641.2]Nilai daya pembeda ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria daya pembeda
Daya Pembeda (D) Kriteria
0,00 – 0,20 Buruk (poor)
0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto,2012:232)
G. Teknik Analisis Data
42
data yang benar dan tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yakni dengan menggunakan statistik. Data yang diolah merupakan data hasil pretest dan posttest. Adapun prosedur analisis dari setiap data adalah sebagai berikut:
1. Penskoran
Pemberian skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu (1), jawaban salah diberi skor nol (0), dan satu butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol (0). Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar, berikut rumus yang digunakan untuk menghitung pemberian skor:
S = R (3.13)
(Arikunto, 2012:188) dimana :
S = skor siswa
R = jawaban siswa yang benar
Adapun pemberian skor untuk soal essay yaitu setiap soal diberi skor maksimal empat (4). Proses penskoran ini dilakukan baik terhadap pretest maupun posttest.
2. Pengolahan data skor hasil pretest dan posttest a. Menghitung rata-rata hitung
Setelah data skor pretest dan posttest diperoleh, kemudian dihitung rata-rata masing-masing data skor pretest dan posttest tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
= (3.14)
(Sudjana, 1996:67) Ketarangan :
= rata-rata
∑xi = jumlah total nilai data n = jumlah sampel
b. Menentukan varians dengan menggunakan rumus berikut : 2 = ( − )2
43
(Sudjana, 1996:93) Sedangkan untuk mencari simpangan baku (s), dari (s2) diambil harga akarnya yang positif.
Keterangan :
s2 = varians
s = simpangan baku
n = jumlah sampel
( − )2 = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan pada skor pretest dan posttest. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan selanjutnya. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Cara yang digunakan untuk mengeksplorasi uji normalitas pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Menurut Nugroho (2005:107), “uji normalitas Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk membantu peneliti dalam menentukan distribusi normal dengan jumlah data penelitian
yang sangat sedikit (kurang dati 30)”. Adapun rumus uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah :
= − �( ) ,−∞ ≤ ≤ ∞ (3.16) dimana, ( ) adalah fungsi distribusi empiris, yakni =
( ) ≤ / untuk setiap z, sedangkan �( ) adalah fungsi distribusi komulatif normal baku dan ( ) = ( )− / , s = simpangan baku sampel.
(Uyanto, 2009:54) d. Uji-t Dua Sampel Independen
44
yang dikemukakan oleh Uyanto (2009:161) “Uji Lavene (Lavenes’s
test) atau lengkapnya Uji Lavene Untuk Kesamaan Ragam (Lavene Test for Equality of Variances) digunakan untuk menguji apakah sampel sebanyak k memiliki variance yang sama”. Dalam pengujian hipotesis, kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak
Jika P-value α = 0.05 maka H0 diterima Adapun rumus uji Lavene yaitu :
= − −
2 =1
−1 =1 =1 − 2 (3.17)
(Uyanto, 2009:161-162) Keterangan :
Zij = −
= purata (mean) group ke-i = purata (mean) keseluruhan data
N = besar sampel k = jumlah subgroup H0 ditolak bila W > Fα,k-1,N-k
Terdapat dua rumus untuk uji-t dua sampel independen :
Jika asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed), maka rumus uji-t dua sampel independen adalah :
= 1−
+1
(3.18)
dengan derajat kebebasan : + −2 = −1
2+ −1 2
+ −2 (3.19)
(Uyanto, 2009:160-161) Keterangan :
45
46
Jika asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variance not assumed), maka rumus uji-t dua sampel independen adalah:
= −
2 +
2 (3.20)
dengan derajat kebebasan (degree of freedom):
� = 2 + 2 2 2 2
−1 + 2
2
−1
(3.21)
(Uyanto, 2009:161) Berikut kriteria pengambilan keputusan untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value :
Jika P-value > α = 0.05, maka H0 diterima. Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak. e. Uji Mann-Whitney
Jika data dari kedua atau salah satu kelompok tersebut tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji non parametrik yakni uji statistik Mann-Whitney atau sering disebut dengan nama U-test (Rank Sums). Penggunaan uji statistik Mann-Whitney disebabkan dua sampel tidak berhubungan (independent), seperti yang dikemukakan oleh Reksoatmodjo (2007:153) bahwa “Jika analisis perbedaan hendak dilakukan atas suatu data yang diperoleh dari dua kelompok sampel yang berbeda, maka pengujian haruslah menggunakan Mann-Whitney test”.
47
� = −( ) (3.22) dengan :
= 1 2+ 1( 1+1)
2 − 1 (3.23)
= 1 1+ 2 +1
2 (3.24)
= 1 2( 1+ 2−1)
12 (3.25)
(Uyanto, 2009:328-329) Keterangan :
1= jumlah peringkat sampel pertama 1= jumlah sampel 1
2= jumlah sampel 2
Berikut kriteria pengambilan keputusan untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value :
Jika P-value > α = 0.05, maka H0 diterima. Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak. 3. Analisis data indeks gain ternormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan aplikasi siswa melalui hasil belajar, maka digunakan gain ternormalisasi yaitu menghitung selisih antara skor posttest dan skor pretest kemudian dibagi dengan skor maksimum yang dikurangi skor pretest, atau dengan rumus berikut (Wiyanto dalam Khanafiyah,2010) :
= −
100%− (3.26)
48
[image:44.595.118.512.144.715.2]Adapun kriteria indeks gain ternormalisasi yaitu: Tabel 3.6
Kriteria indeks gain ternormalisasi
Nilai g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
4. Analisis data angket
Skala yang digunakan pada angket adalah skala sikap. Setiap jawaban diberi bobot tertentu sesuai jawaban. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk menghitung presentase jawaban menggunakan rumus berikut :
� = × 100% (3.26) Keterangan :
P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyaknya responden
Hasil dari perhitungan presentase jawaban, kemudian ditafsirkan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.7
Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase angket
Besar Presentase Interpretasi
0 % Tidak ada
1 % - 25 % Sebagian kecil
26 % - 49 % Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 75 % Sebagian besar
76 % - 99 % Pada umunya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian yang dilakukan di kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMAN 1 Sukaresmi Cianjur tahun ajaran 2012/2013, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan aplikasi siswa pada mata pelajaran TIK SMA yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan pengembangan multimedia interaktif yang dipakai sebagai alat bantu pada pembelajaran meliputi tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi dan penilaian. Multimedia interaktif digunakan sebagai alat bantu dalam proses penyampaian materi pada pembelajaran yang sebelumnya telah di-judgment oleh ahli materi dengan beberapa saran untuk perbaikan.
2. Peningkatan kemampuan aplikasi siswa kelompok eksperimen (menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif) lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol (menggunakan pembelajaran konvensional). Hal ini terlihat dari rata-rata nilai gain ternormalisasi <g> yang diperoleh kelas eksperimen berada pada kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai gain ternormalisasi <g> yang diperoleh kelas kontrol berada pada kategori sedang.
3. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif yang telah dilakukan.
B. Saran
73
TIK di kelas karena dapat membantu siswa memahami materi TIK serta dapat meningkatkan minat dan motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Selama proses pembelajaran TIK dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia memiliki beberapa kendala, diantaranya yaitu alokasi waktu yang dirasa kurang mencukupi dalam kegiatan diskusi dan dalam hal pembentukan kelompok yang heterogen serta kondisi alat penunjang seperti infocus serta sound system dan sebagainya. Untuk itu, disarankan untuk mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya sehingga terencana dengan baik dan tidak mengurangi jam pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran cetakan keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Green, Timothy D. dan Brown, Abbie. (2002). Multimedia Project in the Classroom. California: Corwin Press,Inc.
Khanafiyah, Siti. (2010). "Penerapan Pendekatan Modified Free Inquiry sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Calon Guru dalam Mengembangkan Jenis Eksperimen dan Pemahaman terhadap Materi Fisika". Undip E-Journal System Portal.13.(2).E7-E14.
Lestari, Lies Puji. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus Penelitian Siswa Kelas VIII di SMPN 3 Lembang). Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Ningsih, Kurnis. (2010). ”Efektivitas Model Pembelajaran ARIAS Berbasis Contextual Teaching and Learning dalam Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar Sains pada Siswa SMP Kota Pontianak". Jurnal Guru Membangun.24.(2).252-255.
Nugroho, Bhuono Agung. (2005). Strategi Jitu Memilih Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi
74
dan Manipulasi Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Reksoatmodjo, Tedjo N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soepeno, Bambang. (2002). Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sopah, D. (2007). Model Pembelajaran ARIAS. Disertasi. PPS-IKIP Jakarta. http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Uyanto, Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.