• Tidak ada hasil yang ditemukan

MPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X MAN YOGYAKARTA III :Studi Evaluasi Kualitatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X MAN YOGYAKARTA III :Studi Evaluasi Kualitatif."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

i ii iii vii viii xi xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Pertanyaan Penelitian ………. D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ...

1 10 11 11 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kurikulum ………..………..…. 1. Pengertian Kurikulum ………..……. 2. Pengembangan Kurikulum ……….... 3. Prinsip Pengembangan Kurikulum ………... 4. Model Pengembangan Kurikulum ………....

(2)

B. Konsep KTSP ……….………... 1. Pengertian KTSP ………..…………. 2. Landasan KTSP ………..…………... 3. Acuan Operasional Penyusunan KTSP ………... 4. Pengembangan Dokumen KTSP ………..………. 5. SKL SMA/ MA dan Struktur Kurikulum Mata Pelajaran

Matematika Kelas X SMA/ MA ……….…….. C. Konsep Evaluasi Kurikulum ………..……… D. Konsep Evaluasi KTSP ………..……… E. Model Evaluasi Kualitatif ………..

31 31 33 37 39 67 72 84 94 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode ..………...……….. B. Lokasi dan Subyek Penelitian ………..……….. C. Instrumen Penelitian ……….. D. Teknik Pengumpulan Data ……… E. Teknik Analisis Data ……….

98 99 100 100 105 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ………. 2. Gambaran Umum Kurikulum Mayoga ………. 3. Proses Pengembangan Silabus dan RPP ………... 4. Proses Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ………. 5. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dan Siswa Dalam

(3)

Implementasi KTSP ……….. 6. Proses Penilaian yang Dilakukan Guru Terhadap Hasil

Belajar Siswa ………. 7. Keterlibatan Kepala Madrasah dan Wakil Kepala

Madrasah Bidang Kurikulum Dalam Implementasi KTSP B. Interpretasi Hasil Penelitian ………... C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 1. Proses Pengembangan Silabus dan RPP ………... 2. Proses Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ………. 3. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dan Siswa Dalam

Implementasi KTSP ……….. 4. Proses Penilaian yang Dilakukan Guru Terhadap Hasil

Belajar Siswa ……….

179

182

183 188 194 194 208

213

216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… B. Rekomendasi ………..

219 221 DAFTAR PUSTAKA ……….... LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ... 45

Tabel 2. Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X ... 71

Tabel 3. Beban Belajar ... 72

Tabel 4. Definisi Evaluasi oleh Ahli Evaluasi ... 74

Tabel 5. Pandangan Ahli Evaluasi Terhadap Tujuan Evaluasi ... 81

Tabel 6. Struktur Kurikulum Mayoga Kelas X ... 130

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Kurikulum pendidikan di negara kita mengalami beberapa kali perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 sampai dengan tahun 2006. Adanya perubahan kurikulum pada dasarnya merupakan upaya untuk memperbaiki kurikulum terdahulu. Dalam kurikulum yang baru tentunya terdapat hal-hal yang baru pula dan merupakan suatu inovasi dalam pendidikan. Inovasi muncul karena ada yang menggerakkannya. Halfman, Macvicar, Martin, Taylor dan Zacharias (Zais:1976) mengemukakan bahwa inovasi-inovasi pendidikan sering muncul akibat prakarsa dari seseorang atau kelompok orang. Hal ini mengandung arti bahwa selama seseorang atau kelompok orang itu aktif bekerja maka inovasi akan hidup, dan ketika berhenti bekerja maka inovasi akan mati. Upaya yang dapat dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk berinovasi guna memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum adalah berpikir lalu bertindak.

(7)

Dasar (SK dan KD). Di dalam KTSP juga terdapat prinsip dalam pengelolaan kurikulum yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS). SK dan KD merupakan penjabaran dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). SK dan KD diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk selanjutnya, SI dan SKL harus dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan diberi kewenangan untuk menterjemahkan SK dan KD dengan mempertimbangkan karakteristik dari masing-masing satuan pendidikan dan mengembangkan muatan lokal yang ada di daerah masing-masing.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan agar KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada BSNP.

(8)

merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (Rusman, 2008).

KTSP lahir dari semangat otonomi daerah dimana urusan pendidikan tidak semuanya menjadi tanggung jawab pusat akan tetapi sebagian menjadi tanggung jawab daerah (Sanjaya, 2008:128). KTSP memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi KTSP sesuai dengan SI dan SKL yang disusun oleh BSNP. Secara teoretik, KTSP direncanakan sedemikian baik oleh para pengembang kurikulum di tingkat Pusat, namun secara faktual KTSP belum dapat diimplementasikan dengan baik oleh para pengembang kurikulum di tingkat daerah ataupun di tingkat satuan pendidikan. Hal ini melihat kenyataan bahwa banyak Guru dan Kepala Sekolah/ Kepala Madrasah belum bisa menyusun KTSP secara benar. Ini diduga para pengembang kurikulum tersebut belum bisa menterjemahkan SI dan SKL dengan baik. Kalau benar demikian, tentunya dalam mengimplementasi KTSP juga tidak akan maksimal.

(9)

suatu hal yang ironi dalam dunia pendidikan mengingat guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.

Kamarga (1994:1) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan diantara faktor pendidik, peserta didik, kurikulum dan faktor lingkungan. Pendapat ini senada dengan Sanjaya (2008) yang mengutarakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya adalah faktor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

Para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan sebagai pelaksana kurikulum sudah semestinya memahami hal-hal yang esensiil dalam mengimplementasikan kurikulum baru. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam implementasi kurikulum karena banyak pelaksana kurikulum (Kepala Sekolah/ Kepala Madrasah, Guru, dan Pengawas) tidak memahami apa yang diinginkan oleh kurikulum baru (Hasan, 2007).

(10)

Melihat kenyataan tersebut peneliti merasa resah dan berkeinginan untuk mengadakan penelitian terhadap implementasi kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Adapun mata pelajaran yang menjadi perhatian peneliti adalah mata pelajaran Matematika.

Kurikulum SMA/ MA kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Sedangkan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi dan/atau di bimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan.

Kelas X merupakan kelas terendah pada SMA/ MA. Di kelas X ini, siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan hasil belajarnya secara optimal karena nantinya di kelas yang lebih tinggi, siswa akan dikelompokkan dalam program penjurusan. Selain memperhatikan kemampuan hasil belajar siswa, dalam penjurusan ini guru juga memperhatikan minat dan bakat siswa.

(11)

substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan SKL dan SK mata pelajaran.

Berdasarkan panduan dari BSNP, di semua kelas yang ada di SMA/ MA maupun di SMK/ MAK kecuali untuk kelas XI dan XII program Bahasa SMA/MA, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dengan jumlah jam pelajaran (JPL) terbesar diantara mata pelajaran yang lainnya, yakni berjumlah empat JPL/ Semester. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat JPL/ minggu secara keseluruhan. Sebenarnya cukup bagi siswa untuk mendalami mata pelajaran Matematika dengan JPL seperti tersebut diatas. Namun ada indikasi bahwa guru tidak bisa menterjemahkan konsep dari SK dan KD sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini memungkinkan siswa tidak bisa memahami materi pelajaran dengan baik sehingga berakibat rendahnya hasil belajar siswa.

(12)

Association for Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang

diumumkan secara internasional pada 14 Desember 2004 menunjukkan bahwa kemampuan Matematika siswa kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) Indonesia masih cukup memprihatinkan, yaitu berada di peringkat ke-35 dari 46 negara. Tes yang diselenggarakan TIMSS empat tahun sekali tersebut menempatkan negara tetangga, Singapura menduduki peringkat tertinggi dalam rata-rata pencapaian nilai TIMSS bidang Matematika, dan Malaysia berada di peringkat ke-10. Kemampuan siswa kelas dua SMP Indonesia sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis) namun relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur.

Dalam sebuah papernya yang berjudul Essential Mathematics for the 21st Century (Posamentier & Stepelmen, 1990), National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) menempatkan pemecahan masalah sebagai urutan

(13)

Kontribusi pendidikan Matematika menurut Suryadi (2007) dapat ditinjau dari tiga hal yaitu kebutuhan perkembangan anak, masyarakat dan dunia kerja. Agar materi Matematika yang diberikan dapat menunjang kebutuhan perkembangan anak, maka dalam pengembangan kurikulumnya perlu memperhatikan perkembangan kognitif anak dan kemampuan berpikirnya serta tuntutan kemampuan dasar Matematika (conceptual understanding, procedural fluency, productive disposition, strategic

competence, dan adaptive reasoning) yang diperlukan untuk melanjutkan studi

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu kemampuan berpikir Matematika yang relevan untuk menunjang kehidupan di masyarakat dan dunia kerja serta memungkinkan dikembangkan melalui kegiatan bermatematika (doing mathematics) perlu juga menjadi perhatian yang serius.

(14)

Implementasi memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengembangan kurikulum karena implementasi digunakan oleh guru untuk mengaktualisasikan dokumen kurikulum yang telah dibuatnya guna membelajarkan siswa dan mencapai hasil belajar yang diharapkan. Dokumen kurikulum meskipun telah dibuat sedemikian bagus namun bila susah diimplementasikan maka tidak ada artinya. Demikian pula sebaliknya, proses implementasi tidak akan dapat berjalan dengan bagus bila dokumen kurikulum dibuat tanpa perencanaan yang matang. Penelitian ini juga dapat untuk melihat apakah hasil penelitian-penelitian terdahulu masih terjadi atau tidak.

Dari hasil penelitian nantinya juga akan terlihat seberapa penting peranan guru dalam proses pengembangan kurikulum. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa guru adalah salah satu faktor tercapainya pendidikan yang berkualitas; guru adalah salah satu faktor yang berpegaruh dalam kegiatan sistem pembelajaran; namun guru menjadi salah satu kelemahan dalam implementasi. Sedangkan bila melihat posisi mata pelajaran Matematika, tercatat bahwa jumlah JPL mata pelajaran Matematika termasuk yang terbanyak diantara mata pelajaran yang lain namun hasil belajar siswa-siswi Indonesia tergolong masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

(15)

penelitian dapat memberi solusi untuk memperbaiki dan menyempurnakan praktek implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

B.RUMUSAN MASALAH

MAN Yogyakarta III adalah Madrasah Aliyah milik Departemen Agama Republik Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Sleman sehingga masuk ke dalam naungan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Madrasah ini tergolong favorit untuk dijadikan tempat pendidikan formal bagi lulusan SMP/ MTs. Banyak prestasi di tingkat lokal sampai nasional telah diukir oleh siswa-siswi Madrasah ini.

Namun dari tahun ke tahun, prestasi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Matematika masih tetap rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain di Madrasah ini. Bahkan dibandingkan dengan SMAN favorit di Yogyakarta, prestasi hasil belajar mata pelajaran Matematika belum bisa diandalkan. Padahal MAN Yogyakarta III mempunyai guru Matematika yang berpengalaman, siswa yang relatif pandai serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

(16)

Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka rumusan masalah yang menjadi inti kajian penelitian adalah “Bagaimana Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika di Kelas X MAN

Yogyakarta III”.

C.PERTANYAAN PENELITIAN

Agar penelitian ini lebih terarah, efektif dan efisien maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan Silabus dan RPP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III?

2. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III?

3. Apa kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi KTSP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? 4. Bagaimana proses penilaian yang dilakukan guru terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III? D.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap hal-hal yang terjadi dalam proses pengembangan kurikulum yang meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan praktek implementasi KTSP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

(17)

KTSP mata pelajaran Matematika sesuai dengan Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar, memperbaiki prestasi hasil belajar serta menciptakan kompetensi siswa.

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi terhadap implementasi KTSP mata pelajaran Matematika, dengan rincian sebagai berikut :

1. Untuk mengevaluasi pengembangan Silabus dan RPP pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

2. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

3. Untuk mengevaluasi kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

4. Untuk mengevaluasi penilaian yang dilakukan guru terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III. E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan studi evaluasi kualitatif terhadap implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III. Sumbangan/ manfaat penelitian ini terhadap penelitian kualitatif adalah : 1. Untuk dapat dimanfaatkan oleh peneliti kualitatif yang menggunakan

(18)

kesesuaian antara teori dan observasi, adanya ketepatan dan ketelitian, serta dapat dibuktikan. Kreatifitas peneliti kualitatif memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan data dan melakukan pembandingan antara pandangan yang baru tentang fenomena dengan rumusan teori yang baru pula. Dari fenomena-fenomena baru yang muncul maka akan diperoleh teori baru yang grounded. Data penelitian ini dikumpulkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan tanpa interpretasi peneliti sehingga subyek penelitian sebagai informan bisa mengungkapkan data secara spontan, menyeluruh, mendalam dan penuh makna.

2. Untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak pengembang KTSP SMA/ MA terutama dalam dua hal yaitu (a) perbaikan dan penyempurnaan komponen pembelajaran, dan (b) penyempurnaan pola program pembelajaran.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, lokasi penelitian dan subyek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A.PENDEKATAN DAN METODE

Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran (Moleong, 2008:49). Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan nama paradigma. Berkenaan dengan paradigma penelitian, Bogdan dan Biklen (1982:30) menerangkan bahwa “a research paradigm as a loose collection of logically held together assumptions, concepts and

propositions that orientate thinking and research”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana menurut Moleong (2008:50-51), penelitian kualitatif memiliki paradigma naturalistik (paradigma alamiah) yang bersumber pada pandangan fenomonologis. Oleh karena itu, penelitian bersumber dari data riil, alamiah dan tidak dibuat-buat (natural setting). Penelitian ini tidak menggunakan pengontrolan variabel dan

(20)

naturalistik. Untuk mencegah subyektifitas, penelitian membandingkan informasi dengan berbagai sumber data terhadap hal-hal yang sama-sama diteliti (triangulasi).

Miles dan Hubberman (1994) mengungkapkan enam karakteristik penelitian kualitatif yaitu :

1. Lebih merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka; 2. Menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial tertentu;

3. Merupakan sumber deskripsi yang luas dan kuat;

4. Memuat penjelasan tentang proses yang terjadi dalam lingkup setempat. 5. Dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai

sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat.

6. Lebih cenderung membimbing kita untuk menemukan penemuan-penemuan yang tak terduga sebelumnya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi kualitatif. Dengan demikian penelitian ini nantinya mendiskripsikan secara rinci tentang implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III dan menganalisis proses yang berjalan, juga mengamati perubahan-perubahan dari fenomena yang diamati. Akar filosofi dari metode evaluasi kualitatif ini yaitu menekankan pentingnya pemahaman makna dari pelaku manusia dan konteks sosio-budaya suatu interaksi sosial.

B.LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN

(21)

Adapun lokasi penelitian yaitu di kelas X. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

Guru adalah faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap implementasi kurikulum. Untuk itu subyek utama penelitian ini adalah guru dengan seluruh aktivitasnya dalam proses pengembangan kurikulum (merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi). Ada dua orang guru mata pelajaran Matematika kelas X yang menjadi subyek penelitian, dimana peneliti memberi nama guru IW dan guru SR. Sedangkan subyek pelengkap adalah pihak-pihak yang terkait dalam proses pengembangan KTSP mata pelajaran Matematika di MAN ini, diantaranya adalah Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum yang masing-masing peneliti beri nama MI dan TA.

C.INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti, catatan-catatan peneliti dan alat rekam audio visual. Peran peneliti adalah sebagai pengamat partisipatif yang mengamati kegiatan dari subyek penelitian. Peneliti juga sebagai pewawancara terhadap subyek penelitian.

D.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(22)

lapangan yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi (Nasution, 1988: 56-89).

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi, observasi dan wawancara. Pertama-tama peneliti membangun relasi dengan cara berkenalan dengan subyek penelitian dan civitas akademika madrasah lainnya seperti guru-guru dan pegawai tata usaha. Cara berkenalan yaitu dengan memberi salam lalu peneliti memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan tujuan peneliti berada di lingkungan kerja mereka. Peneliti mengatakan ingin mempelajari implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III. Dengan tujuan yang sederhana ini, diharapkan subyek penelitian dan civitas akademika madrasah menerima kehadiran peneliti sehingga pada saatnya nanti timbul suatu keakraban yang diindikasikan dengan sudah dianggapnya peneliti seperti teman kerja (bukan lagi dianggap sebagai peneliti atau tamu). Selanjutnya peneliti memasuki lokasi penelitian dengan tujuan mencari data-data riil yang dibutuhkan peneliti berkenaan dengan implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III. Peneliti memulai pengumpulan data dengan teknik studi dokumentasi.

Sukmadinata (2007:221) mengemukakan bahwa “studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.

(23)

tersebut tentunya adalah dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini seperti kurikulum madrasah, data siswa dan guru, dan desain pembelajaran. Peneliti mengkaji dokumen kurikulum guru berkaitan dengan proses pengembangan silabus dan RPP mata pelajaran Matematika, latar belakang guru, sarana pendukung proses belajar mengajar serta hasil belajar siswa.

Selain studi dokumentasi, peneliti mengumpulkan data melalui observasi. Nasution (1998:59-60) mengemukakan beberapa manfaat yang dihasilkan dari kegiatan observasi. Dikatakan olehnya bahwa peneliti akan lebih mampu dalam memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. Lalu peneliti juga bisa menemukan hal-hal yang tidak terungkap dalam kegiatan wawancara dan memperoleh kesan pribadi dari apa yang peneliti amati.

Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X seperti proses belajar mengajar yang terjadi, kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi, serta proses penilaian hasil belajar siswa oleh guru. Peneliti mengamati secara langsung peristiwa-peristiwa tersebut lalu peneliti membuat catatan-catatan lapangan dan berpikir terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.

(24)

Menurut Kerlinger (Hasan, 2000), ada tiga hal yang menjadi kekuatan metode wawancara, yaitu :

1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subyek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

2. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. 3. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah

tidak dapat dilakukan.

Sedangkan kelemahan dari metode wawancara, diungkap oleh Yin (2003) sebagaimana hal-hal berikut ini :

1. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunannya kurang baik.

2. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

3. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.

4. Ada kemungkinan subyek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.

(25)

dimulai dengan pertanyaan yang mudah misalnya tentang informasi fakta. Peneliti akan memberikan pertanyaan yang mana subyek penelitian belum mengetahui isi pertanyaan. Dari serangkaian wawancara yang telah dilaksanakan, suatu saat peneliti akan dapat merasakan seberapa jauh tingkat pengertian atau pemahaman subyek penelitian terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti. Kegiatan wawancara bisa peneliti lakukan terus meskipun kegiatan observasi dan studi dokumentasi telah peneliti akhiri.

Peneliti melakukan wawancara melalui percakapan secara tatap muka antara peneliti dengan subyek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari subyek penelitian terhadap data-data yang belum terungkap dari hasil observasi atau pun studi dokumentasi. Wawancara ini dilakukan secara mendalam (in-depth interview) terhadap subyek penelitian sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan terungkap secara komprehensif. Untuk itu peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi hal-hal pokok yang akan ditanyakan kepada subyek penelitian. Pedoman wawancara ini digunakan peneliti untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang semestinya dibahas atau sebagai daftar pengecekan (check list) sehingga tidak ada hal-hal pokok yang terlewatkan.

(26)

konstruksi pertanyaan yang kurang baik. Dari jawaban-jawaban yang diberikan subyek penelitian kepada peneliti, pada awalnya peneliti membiarkan subyek penelitian menjawab pertanyaan yang oleh peneliti dirasa tidak menjawab pertanyaan. Dari hal ini peneliti memberikan pertanyaan lagi yang masih berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya atau dengan variasi pertanyaan yang esensinya sama dengan pertanyaan sebelumnya. Harapan peneliti agar tidak terjadi bias akibat dari respon yang kurang sesuai. Kemudian dalam peneliti mengelola wawancara ini dengan memberikan respon yang baik terhadap jawaban dari subyek penelitian sehingga nantinya tidak ada masalah bagi peneliti untuk memperoleh data penelitian yang akurat dari subyek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan ulangan sebagai langkah klarifikasi terhadap subyek penelitian, disamping untuk memperkuat data temuan juga untuk langkah antisipasi bila subyek penelitan hanya memberikan jawaban yang ingin didengar peneliti.

Dalam pelaksanaannya nanti, peneliti terlebih dahulu menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentasi, lalu observasi dan kemudian wawancara. Setelah wawancara, peneliti melakukan studi dokumentasi atau observasi lagi (tergantung situasi di lapangan) lalu wawancara kembali, begitu seterusnya sehingga peneliti memperoleh data yang sesungguhnya dan komprehensif.

E.TEKNIK ANALISA DATA

(27)

katagori. Tanpa katagorisasi atau klasifikasi data akan terjadi chaos (kekacauan). Lebih lanjut Nasution (2003) mengatakan bahwa data yang didapat di lapangan dapat dianalisi menjadi tiga langkah analisis data yang meliputi pertama, reduksi data; kedua, display data; dan ketiga, pengambilan kesimpulan serta verifikasi.

Ketiga langkah tersebut saling berhubungan dan berlangsung selama proses penelitian. Peneliti menggunakan teknik analisa data diatas untuk menganalisis implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di Kelas X MAN Yogyakarta III.

1. Reduksi data

Ketika peneliti terjun ke lapangan, peneliti memperoleh catatan-catatan penelitian dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang sangat banyak dan belum tersusun dengan baik. Dari catatan tersebut lalu peneliti meringkasnya dan merangkum kembali catatan tersebut dengan cara mengklasifikasikan dan mengelompokkan data. Data tersebut oleh peneliti untuk kemudian diolah dengan cara dipilih yang penting-penting. Kriteria penting disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian yaitu implementasi KTSP mata pelajaran Matematika. Hal yang penting bisa untuk menajamkan data temuan. Sedangkan kriteria tidak penting yakni hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan fokus masalah penelitian.

(28)

peneliti, maka peneliti mencari data yang hilang tersebut ke subyek penelitian melalui teknik pengumpulan data.

Data temuan penelitian dianalisis dan diinterpretasikan selama proses penelitian. Penghentian sementara penelitian harus didasarkan atas kematangan atau kelengkapan data yang telah diperoleh. Sehingga dalam hal ini peneliti harus sabar, jeli dan paham apakah data yang terkumpul sudah lengkap atau belum.

2. Display data

Data hasil penelitian oleh peneliti diklasifikasikan dengan dibuat keterangan-keterangan yang lengkap terhadap temuan yang ada. Tujuannya adalah agar data dapat dengan mudah dibaca dan diolah lebih lanjut. Selain itu juga ditujukan agar peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data temuan. Kegiatan ini dinamakan display data. Tanpa display data, peneliti akan kebingungan ketika menempatkan data temuan ke dalam posisi yang sebenarnya.

3. Pengambilan kesimpulan serta verifikasi

Pada dua langkah, masing-masing langkah peneliti ambil kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya tentatif/ sementara. Sedangkan pada langkah ketiga ini, kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih bersifat permanen.

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka implementasi KTSP mata pelajaran Matematika di kelas X MAN Yogyakarta III dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Kegiatan sosialisasi KTSP yang diselenggarakan oleh instansi terkait secara aktif diikuti oleh guru-guru MAN Yogyakarta III, dan mendapat dukungan penuh dari Kepala Madrasah. Sosialisasi KTSP yang diselenggarakan oleh intern Madrasah dikemas dalam bentuk Lokakarya KTSP. Dan secara rutin dan berkesinambungan sosialisasi KTSP dijalankan melalui wadah MGMP. Tujuan dari sosialisasi KTSP ini adalah untuk lebih memperkenalkan KTSP dalam diri guru-guru sehingga konsep KTSP semakin bisa diterima. Pemahaman yang baik dan pengetahuan yang cukup dari guru tentang KTSP mempermudah guru dalam mengimplementasikan KTSP. Dengan demikian langkah Madrasah menjadikan sosialisasi KTSP sebagai strategi implementasi untuk memudahkan para pengembang kurikulum di satuan pendidikan menuangkan ide-ide dalam konsep KTSP adalah sudah tepat. 2. Pada dasarnya guru mata pelajaran Matematika sudah memperhatikan

(30)

Ini sudah menunjukkan sesuatu hal yang baik meskipun masih ditemukan beberapa kendala dalam proses implementasi. Dikatakan baik karena guru telah bisa memahami konsep KTSP sebagai kurikulum operasional yang dikembangkan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan, lalu guru telah bisa menterjemahkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan baik ke dalam rencana pembelajaran melalui Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang untuk selanjutnya diimplementasikan dan dilakukan evaluasi pembelajaran. Meskipun semua materi pembelajaran bisa disampaikan, namun perencanaan waktu pembelajaran perlu di tinjau ulang karena masih belum sesuai dengan harapan.

(31)

4. Pada proses penilaian hasil belajar, guru menggunakan tes tertulis sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa secara kognitif. Namun karena rata-rata hasil belajar siswa berada pada ambang Kriteria Ketuntasan Minimal, maka guru melakukan kegiatan remedial dan mempertimbangkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa mencapai kompetensi. Akan tetapi guru tidak mempergunakan penilaian porto folio karena bentuk penilaian ini dirasakan sulit dalam hal pengadministrasian dan memerlukan waktu yang banyak untuk melakukannya.

5. Fasilitas pendukung proses belajar mengajar di Madrasah sudah baik karena Madrasah memiliki perpustakaan yang representatif (Juara I Lomba Perpustakaan antar SMA/ MA/ SMK Tingkat Nasional Tahun 2007) dan tersedia fasilitas internet gratis. Namun fasilitas pendukung tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk mendongkrak motivasi dan kemampuan berpikir Matematika siswa. Ini menjadi sesuatu hal yang patut disayangkan dan mesti dibenahi.

B.REKOMENDASI

Dari hasil kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada :

1. Guru mata pelajaran Matematika kelas X

(32)

guru untuk melakukan trial and error dalam menemukan kombinasi terbaik diantara strategi, metode, media pembelajaran dengan materi pembelajaran dan kondisi intelektual siswa tersebut diatas tentu memerlukan kerja keras guru. Namun peneliti yakin bahwa kerja keras ini bisa meningkatkan kualitas mengajar dan kompetensi profesionalitas guru sehingga kemampuan berfikir Matematika siswa dapat ditingkatkan.

2. Kepala MAN Yogyakarta III

Perlunya bagi Kepala Madrasah untuk senantiasa meluangkan waktunya guna melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap guru secara rutin dan berkesinambungan. Pembinaan terhadap guru bisa dilakukan secara klasikal atau pun secara individual. Pembinaan terhadap guru ini difungsikan juga sebagai langkah pengawasan Kepala Madrasah terhadap kinerja guru. Dari hasil pembinaan dan pengawasan tersebut, Kepala Madrasah memiliki catatan-catatan yang untuk kemudian bisa ditindaklanjuti dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas guru dalam implementasi KTSP.

3. Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi DIY

(33)

Kebijakan di atas merupakan kebijakan yang yang tepat dalam upaya mengembangkan KTSP di wilayah kerjanya, dan sejalan dengan harapan dari para pengembang kurikulum di tingkat Pusat agar ide-ide KTSP dari Pusat bisa direncanakan dan diimplementasikan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

4. Peneliti selanjutnya

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Asyar, M. dan Nurtain, H. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Asy’ari, L. (1998). Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Ekonomi Dalam Model Program Pendidikan Terpadu. Tesis Magister pada PPS PK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Bappeda. (2009). Rencana Peningkatan Kualifikasi Akademis dan Kompetensi Tenaga Pendidik Kabupaten Sleman Tahun 2008–2013. Tersedia: http://bappeda.slemankab.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=141&Itemid=1%E2%8C%A9=. [2 Mei 2009]

Bogdan dan Biklen. (1992). Qualitative Research fo Education : an Introduction Theory and Method. Boston: Allyn and Bacon.

Brady, L. (1990). Curriculum development. (fourth ed.) New York: Prentice-Hall.

Dikpora. (2009). Rekap Data Jumlah Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.pendidikan-diy.go.id/. [2 Mei 2009].

Djohar, A. (1995). Pengembangan dan Implementasi Program Magang pada Pendidikan Apprentis. Tesis Magister pada PPS PK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(35)

Fathurrohman, P dan Sutikno, M.S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refita Aditama.

Hamalik, O. (2007a). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. (2007b). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. (2007c). Implementasi Kurikulum. Bandung: Yayasan Al Madani.

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Hasan, S.H. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., Rasjidi, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 477-494).

Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia kerjasama dengan PT Remaja Rosdakaraya.

Hasbullah, A. (2007). Desain dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Komparatif Kelas VIII SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, dan SMPN 4 Garut. Tesis Magister pada PPS PK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ibrahim, R dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

(36)

Kosasih, E. (2009). Tantangan KTSP, Belajar dari Negeri Kanguru. [Online]. Tersedia:http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com content&task= view& id =163& Itemid=435. [11 Juni 2009].

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M.B. dan Hubberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis. (second ed). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Miller, J.P and Seller, W. (1985). Curriculum Persfective and Practice. London: Longman.

Mudyahardjo, R. (2001). Pengantar Pendidikan. Bandung: PT Radja Grafindo Persada.

Mullis, I.V.S., et al. (2003). TIMSS 2003 International Mathematics Report. [Online]. Lynch School of Education. Boston College. Tersedia: http://timss.bc.edu/PDF/t03_download/T03INTLMATRPT.pdf. [6 Maret 2008]

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2007). KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan); Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution, S. dan Thomas, M. (1999). Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

(37)

NCTM (National Council of Teachers of Mathematics). (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Oliva, P. F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publisher.

Oliva, P.F. (1997). Developing the Curriculum (fourth ed). New York: Longman.

Patton, M.Q. (1991). Metode Evaluasi Kualitatif. judul asli: How to Use Qualitative Methods in Evaluation, alihbahasa: Priyadi, B.P. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. Sydney: Allen & Unwin Pty, Ltd.

Pemkab Sleman. (2009). Letak dan Luas Wilayah. [Online]. Tersedia: http://www.slemankab.go.id/?tpl=tpl&hal=letak.php. [2 Mei 2009].

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puskur.net/download/prod2007/39_NASKAH%20AKADEMIK %20KTSP%20rev%20191107.pdf. Jakarta: Depdiknas.

Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan. (2005). Laporan Hasil Ujian Nasional SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK Tahun Pelajaran 2004/2005. Jakarta: Depdiknas.

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum; Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: Rajawali Pers. PT. Raja Grapindo Persada.

(38)

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sudjana, N. dan Rivai, A. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, N.S. (2002). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryadi, D (2007). Pendidikan Matematika. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., Rasjidi, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 713-752).

Susilana, R. (Koord, 2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Stufflebeam, D.L. et al. (1971). Educational Evaluation and Decision Making. Itasca, IL: Peacock.

(39)

Tanner, D dan Tanner, L. (1980). Curriculum Development: Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing House

Tayler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: University of Chicago Press.

Titus, et al. (1984). Persoalan-persoalan Filsafat, judul asli: Living Issues in Philosophy, alihbahasa: Rasjidi, H.M. Jakarta: Bulan Bintang.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahyudin. (2003). “Peranan Problem Solving”. Makalah pada Seminar Technical Cooperation Project for Development of Mathematics and Science for Primary and Secondary Education in Indonesia Tanggal 25 Agustus 2003.

Yin, R.K. (1984). Case Study Research; Design and Methods. London: Sage Publications.

Zais, R.S. (1976). Curriculum; Principals and Foundation. New York: Harper and Row, Publisher. Inc.

Gambar

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran .................................................
Gambar 1. Ruang Lingkup Pengembangan Kurikulum  ..................................

Referensi

Dokumen terkait

Ketika hidup mengecewakanmu dengan harapan yang tak tercapai, mungkin itulah setitik jawaban yang mampu menyadarkan bahwa hidup itu seperti roda yang akan membawa kita

The objectives of the study are to describe Yozo as the main character and analyze the influence of society in Yozo’s perception about the existence of human being.. 1.4 Benefit

Mengacu kepada formula ini, write conflict pada CRCW diselesaikan dengan prosedur berikut: Jika terdapat lebih dari satu prosesor (ditandai dengan indeks s yang berbeda)

 Setelah melihat video, siswa mampu mengidentifikasi kegiatan manusia yang sesuai dengan kondisi cuaca dengan tepat.  Setelah melihat video, siswa mampu mendeskripsikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian urea berpengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, nilai pH kompos, C-organik, N-total, P-tersedia, dan nilai C/N,

Dengan mempertimbangkan jadwal yudisium per bulan dan wisuda UGM per 3 bulan, mahasiswa dapat menyusun jadwal mengenai pelaksanaan Tugas Akhir (TGA) bersama-sama

Pertama , Kebangkitan Islam ( Islamic Resurgence ) merupakan suatu gerakan yang mengacu pada pandangan dari umat Islam bahwa Islam menjadi penting kembali, karena Islam

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi