• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidik Anak Us

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidik Anak Us"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pendidik Anak Usia Dini

Guru merupakan salah satu tokoh yang bermakna dalam kehidupan anak. Ditangan guru yang cerdas dan kreatif, anak-anak dapat tumbuh menjadi manusia-manusia berkualitas dan berkarya besar. Guru atau pendidik anak usia dini diidentifikasi sebagai orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak (Sujiono, 2007:7). Maka sudah seharusnya guru menyadari akan tugas utamanya yaitu memberikan stimulasi atau rangsangan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangan yang dilalui anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

Guru memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak selama memberikan stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Motivasi, dukungan serta stimulasi yang diberikan guru sedikit banyak memiliki dampak bagi perkembangan kreativitas anak, seperti yang dikemukakan oleh Masnipal (2013:238) yang mengatakan bahwa semua anak pada dasarnya kreatif, tergantung usaha yang dilakukan orang dewasa sekitar anak dalam menciptakan lingkungan yang membuat kreativitas anak tumbuh subur. Sebagaimana pendapat tersebut bahwa selain faktor genetik, guru menjadi salah satu faktor penting dalam usaha menumbuh-kembangkan kreativitas anak usia dini.

Berikut ini bentuk interaksi guru dan anak di kelas yang mendukung kreativitas anak menurut Torrance (Susanto, 2011:123) yaitu:

1. Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa. 2. Menghormati gagasan-gagasan yang tidak biasa.

3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar atas prakarsanya sendiri.

4. Memberi penghargaan kepada anak.

(2)

9 Anak usia dini kaya akan imajinasi, dengan imajinasinya tersebut anak sering mengungkapkan pertanyaan dan ide-ide yang tidak biasa. Ungkapan seperti “seandainya aku bisa menghilang,” atau “apakah sikat gigi bisa digunakan untuk mewarnai?” merupakan contoh dari pertanyaan dan ide yang tidak biasa. Sebagai guru seharusnya selalu menghargai pertanyaan, ide, dan imajinasi anak. Apabila anak merasa dihargai ia akan merasa percaya diri sehingga mereka dapat mewujudkan idenya untuk menghasilkan sebuah kreativitas. Selain itu, untuk merangsang kreativitas anak sebaiknya guru memberikan kesempatan pada anak untuk belajar atas prakarsanya sendiri terutama dalam hal berkreativitas. Biarkan anak membuat suatu karya sesuai ide dan imajinasinya sendiri, kebebasan akan membuat anak menghasilkan karya yang unik dan beragam. Contohnya, guru memberikan anak selembar kertas kosong, pensil, dan cat air/krayon kemudian biarkan anak untuk membuat suatu gambar dan mewarnainya sesuai dengan imajinasinya sendiri tanpa contoh dari guru. Selain itu, berikan juga media seperti playdough, melalui media tersebut anak dapat membuat sendiri berbagai bentuk

berdasarkan imajinasinya. Anak juga bisa bermain dengan mencampurkan warna satu dengan warna lainnya, dengan adanya kebebasan ini akan melatih anak untuk berpikir devergen sehingga mereka dapat menghasilkan karya-karya kreatifyang unik dan beragam. Penghargaan juga perlu diberikan pada anak, bukan hanya hadiah tetapi dapat berupa pujian, sentuhan, tepuk tangan, dan lainnya. Penghargaan akan membuat anak merasa dihargai sehingga membuat anak menjadi lebih percaya diri untuk berhasil. Selain itu, tidak memberikan penilaian atau menunda penilaian pada saat anak sedang berkreativitas merupakan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas.

Adapun beberapa faktor guru yang dapat menghambat kreativitas anak menurut Copley (Susanto, 2011:125) sebagai berikut:

1. Penekanan bahwa guru selalu benar 2. Penekanan berlebihan pada hafalan

3. Penekanan pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah 4. Penekanan pada evaluasi eksternal

(3)

10 6. Perbedaan secara khusus antara bekerja dan bermain dengan menekankan makna dan manfaat bekerja sedangkan bermain adalah sekedar untuk rekreasi.

Kesimpulannya yaitu guru menjadi salah satu faktor memiliki peran besar dalam upaya mengembangkan potensi dan kreativitas anak. Kreatif dan tidak kreatifnya seorang anak tergantung pada usaha yang dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu, sebagai guru hendaknya dapat menyuguhkan pembelajaran yang baru, bervariasi serta menyenangkan sehingga dapat memberika peluang pada anak untuk melakukan eksplorasi tanpa batas terhadap berbagai kegiatan yang dilakukannya sehingga dapat merangsang kreativitas anak untuk berkembang. 2.2 Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan sosok individu kecil yang tengah tumbuh dan berkembang pesat baik secara fisik maupun psikologisnya. Dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Montessori mengatakan bahwa masa usia dini merupakan fase absorbmind yaitu masa menyerap pikiran (Rachmawati dan Kurniati, 2010:41). Pada masa ini anak dengan mudah menyerap segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya seperti sebuah spon yang menyerap air. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden age atau masa keemasan, dimana kemampuan otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diperoleh anak akan berpengaruh terhadap perkembangannya dikemudian hari. Jika pada masa ini anak diberikan stimulasi yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangan yang dilalui anak, maka anak akan menjadi lebih matang baik secara fisik maupun psikologis dan siap menghadapi masa sekolahnya.

(4)

11 Anak usia dini selalu ingin tahu, hal ini dapat dilihat dari sukanya anak bertanya, mengamati sesuatu, dan suka mencoba-coba. Rasa ingin tahu sangat penting dimiliki anak karena merupakan dasar memperoleh pengetahuan. Anak usia dini suka meniru, anak akan meniru terhadap segala sesuatu yang tampak disekitarnya, peniruan ini tidak hanya pada perilaku tetapi terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Selanjutnya, anak usia dini kaya akan fantasi dan imajinasi. Hal ini sangat penting bagi pengembangan kreativitasnya. Anak usia dini juga senang melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan cara melakukan trial and eror. Anak usia dini bagian dari makhluk sosial, hal tersebut ditandai dengan sukanya anak bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak dapat belajar bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa usia dini merupakan masa yang paling potensial bagi anak untuk belajar dan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga perlu diberikan stimulasi untuk mengoptimalisasi seluruh aspek perkembangan anak. Mengingat bahwa anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan orang dewasa, maka pemberian stimulasi harus disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan anak sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.3 Kreativitas

2.3.1 Devinisi Kreativitas

(5)

12 Sementara itu, “Angelou menjelaskan bahwa kreativitas ditandai dengankemampuan seseorang untuk menciptakan, mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan atau menghasilkan sesuatu melalui keterampilan imajinatif” (Sujiono, 2010:38). Artinya bahwa, kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru melalui imajinasinya. Imajinasi yang dihasilkan oleh pemikiran seseorang dapat membuahkan kreativitas. Kreativitas pada setiap orang akan berkembang secara optimal jika distimulasi dengan melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan kreatif.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan ide-ide dan imajinasinya untuk menciptakan sesuatu baik berupa gagasan maupun suatu karya. Jika dikaitkan dengan anak usia dini, kreativitas merupakankemampuan anak menciptakan suatu karya melalui imajinasinya dengan mengeksplorasi berbagai media. Kreativitas anak usia dini dapat dilihat pada saat anak mengeksplorasi berbagai media melalui aktivitas atau kegiatan kreatif seperti menggambar, mewarnai, dan membentuk playdough. Melalui kegiatan seperti ini memberikan wadah dan kesempatan pada anak untuk mewujudkan ide dan imajinasi yang ada di pikirannya sehingga dapat menghasilkan sebuah kreativitas.

2.3.2 Ciri-Ciri Anak Kreatif

Anak kreatif memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan anak lainnya. Karakteristik anak yang kreatif biasanya dapat dilihat pada saat mereka sedang melakukan aktivitas atau kegiatan bermain.

Menurut Supriadi (Rachmawati dan Kurniati 2010:15) ciri-ciri anak kreatif yaitu:

(a) mempunyai rasa ingin tahu yang besar (b) kaya akan inisiatif

(c) tertarik pada kegiatan kreatif (d) kaya akan imajinasi

(6)

13 Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan, bahwa seorang anak dapat disebut kreatif jika anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, contohnya ketika ia menemukan benda-benda dan alat permainan yang menarik perhatiannya, anak akan memperhatikan, mengamati, mencium, merabanya, dan jika perlu anak akan memainkan dan membuat sesuatu melalui benda atau alat permainan tersebut, dengan rasa keingintahuannya itu, terkadang anak tidak perduli apakah ia akan menjadi kotor, basah, panas, ataupun sakit. Rasa ingin tahu yang besar selalu melekat pada diri anak yang kreatif, dengan besarnya rasa keingintahuan tersebut dapat mendorong anak mewujudkan kreativitasnya. Sebelum anak menciptakan suatu karya, diawali oleh rasa keingintahuan terhadap suatu objek atau suatu media, setelah media itu dieksplorasi secara berulang-ulang barulah ia dapat menciptakan karya kreatif dari media tersebut. Anak kreatif kaya akan inisiatif, inistiatif tersebut kelak dapat membuahkan kreativitas. Begitu anak melihat suatu benda ia langsung terpikir untuk melakukan sesuatu. Contohnya, begitu anak melihat lem, krayon, pensil, kertas, dan gunting ia langsung mempunyai ide untuk membuat gambar kupu-kupu yang kemudian gambar tersebut ditempelkan di pintu kamarnya. Demikianlah anak kreatif menunjukkan inisitifnya, tidak jarang cetusan inisiatif anak membuat orang tua kagum dengan inisiatif yang dimilikinya.

(7)

14 2.3.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini

Perkembangan kreativitas merupakan salah satu bagian dari aspek perkembangan kognitif. Oleh sebab itu, tahap-tahap perkembangan kreativitas anak usia dini dapat ditinjau melalui tahap-tahap perkembangan kognitif berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Jean Peaget (Sujiono, 2007:155) yang menjelaskan perkembangan kognitif secara khusus pada dua tahap perkembangan sesuai dengan cakupan anak usia dini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini anak belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya melalui panca inderanya yang dimulai darigerakan reflek seperti menghisap, menggenggam, melihat, melempar hingga pada akhir usia 2 tahun anak sudah dapat menggunakan suatu benda dengan tujuan berbeda.

1. Tahap Praoprasional (usia 2-7 tahun)

Tahap ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, caraberpikir anak belum stabil dan belum terorganisir secara baik.

Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase berpikir:

a. Berpikir secara simbolik yaitu kemampuan berpikir tentang objek atau peristiwa secara abstrak. Anak sudah dapat menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya. Kemampuan berpikir simbolik, ditambah dengan kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi baru dalam bermain.

b. Berpikir secara egosentris, anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri, menilai benar atau tidak berdasarkan sudut pandang mereka sendiri.

c. Berpikir secara intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu (menggambar atau menyusun balok) tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut.

(8)

15 simbol untuk mewakili objek atau peristiwa yang tidak hadir secara nyata dihadapannya.

2.4 Hakekat Permainan

Permainan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menyebutkan kata benda dari kegiatan bermain. Kegiatan bermain dan permainan yang beragam bagi anak usia dini turut pula mengembangkan karakteristik yang menandakan perbedaan permainan bagi anak dengan permainan bagi remaja.

Hurlock (1978: 323) menyebutkan karakteristik permainan anak terdiri dari:

a. Permainan yang dipengaruhi tradisi

b. Bermain mengikuti pola perkembangan anak yang dapat diramalkan c. Ragam permainan menurun seiring bertambahnya usia

d. Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia e. Jumlah teman bermain berkurang seiring bertambahnya usia

Permainan bagi anak memliki karakteristik dipengaruhi oleh tradisi karena pada dasarnya anak memperoleh ide permainan tersebut dari orang dewasa di sekitarnya yang disebarkan secara turun temurun. Disebarkan secara lisan dalam masyarakat yang biasanya memiliki kesamaan suku dan wilayah tempat tinggal. Di wilayah-wilayah tertentu pengaruh tradisi ini akan semakin terlihat seiring dengan bergantinya musim. Misalnya di musim kemarau permainan layang-layang terlihat lebih sering dimainkan dibandingkan di musim hujan. Kegiatan bermain yang dipilih anak mengikuti perkembangan minat dan kebutuhannya yang dapat diramalkan berdasarkan pola perkembangan anak yang telah ada. Misalnya pada pola perkembangan awal anak cenderung membutuhkan kegiatan bermain yang bisa menyalurkan energinya maka anak akan cenderung memilih kegiatan bermain yang lebih aktif. Ragam permainan yang dipilih akan semakin sedikit seiring dengan bertambahnya usia anak karena dengan bertambahnya usia anak memiliki waktu yang semaikn sempit untuk bermain.

(9)

16 bermain yang potensial namun seiring usia yang bertambah, jumlah anak dalam permainan pun akan semakin terbatas karena dengan bertambahnya usia anak akan menemukan kelompok teman sebaya (peer group), kelompok tersebut akan memberikan kenyamanan pada anak sehingga anak cenderung tidak memiliki ketertarikan untuk bermain dengan kelompok lain.

Berpijak dari berbagai uraian di atas, maka permainan bagi anak sangat berbeda dengan permainan yang pada umumnya dilakukan oleh remaja, permainan dalam penelitian ini dipandang sebagi suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh tradisi. Karena melalui permainan itu pula orang-orang dahulu menyampaikan nilai-nilai kebudayaan didalamnya secara turun temurun dimana dalam kebudayaan itu tersimpan tradisi yang memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan anak. Seperti nilai moral dan sosial yang dikemas melalui interaksi dan komunikasi aktif para pemainnya. Atas dasar hal tersebut maka permainan dengan karakteristik yang dipengaruhi oleh tradisi dipercaya dapat menstimulasi perkembangan anak khususnya perkembangan bahasa.

2.5 Alat Permainan Edukatif (APE) 2.5.1 Pengertian Alat Permainan edukatif

Permainan Edukatif merupakan permainan yang memiliki unsur mendidik yang didapatkan dari sesuatu yang ada dan melekat serta menjadi bagian dari permainan itu sendiri. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan dan dapat merangsang pertumbuhan otak anak mengembangkan seluruh aspek kemampuan (potensi) anak. Sedangkan menurut Shofyatun (2010: 17) alat permainan edukatif adalah “alat permainan yang dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan khususnya untuk anak prasekolah dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan semua potensi anak”.

(10)

17 Alat permainan edukatif (APE) untuk anak PAUD selalu dirancang dengan pemikiran yang mendalam tentang karakteristik anak dan disesuaikan dengan rentang usia anak PAUD. APE untuk tiap kelompok usia dirancang secara berbeda. Untuk anak pada rentang usia 2 - 4 tahun tentunya berbeda dengan APE untuk anak pada rentang usia 4 - 6 tahun. Sebagai contoh dalam pembuatan Puzzle. Puzzle merupakan salah satu jenis APE yang menarik untuk diperkenalkan kepada anak PAUD.Puzzle untuk anak usia 2 - 4 tahun memiliki bentuk sederhana dengan potongan atau keping puzzle yang sederhana pula dan jumlahnya pun tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 4 - 6 tahun jumlah kepingannya lebih banyak lagi. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa anak pada rentang usia 5 – 6 tahun telah memiliki kemampuan dan kematangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada rentang usia dibawahnya. Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa APE dirancang dan ditujukan untuk anak dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangannya termasuk masalah perbedaan usia. Perbedaan rentang usia anak menjadi hal yang sangat fondasional untuk diperhatikan karena perbedaan usia berpengaruh terhadap tahap perkembangan dan kemampuan yang dimiliki anak.

(11)

18 belajar selain guru, karena melalui alat pemainan edukatif (APE) ini anak dapat mengenal berbagai ukuran.

2.5.2 Fungsi Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif (APE) yang dibuat ataupun yang dimanfaatkan seharusnya mempunyai fungsi dalam mendukung proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi anak demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Menurut Badru Zaman (2010) dalam Nelva Rolina (2012: 8) fungsi dari alat permainan edukatif (APE) adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak. b. Menumbuhakn rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif. c. Memberikan stimulasi dalam pembentukan prilaku dan pengembangan

kemampuan dasar.

d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa fungsi alat permainan edukatif (APE) mengembangkan semua aspek perkembangan yang tidak hanya sebagai media pembelajaran tetapi juga dapat memberikan rangsangan pada anak untuk besosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya.

2.5.3 Jenis-Jenis Alat Permainan Edukatif (APE)

Hasnida (2015:167) mengemukakan “Jenis-jenis alat permainan edukatif (APE) untuk anak beraneka ragam, diantaranya berdasarkan alat permainan yang diciptakan oleh para ahli, yaitu : a. alat permainan edukatif (APE) untuk kemampuan berbahasa Peabody, b. alat permainan edukatif (APE) ciptaan Montessori, c. balok crussenaire, d. alat permainan edukatif ciptaan Frobel”.

(12)

19 a. Balok

Balok adalah salah satu alat permainan edukatif yang dapat merangsangperkembangan kognitifnya. Ketika bermain balok banyak anak dapat memperoleh pengetahuannya. Konsep matematika anak akan mereka temukan sendiri, seperti ukuran. Alat permaiann edukatif (APE) balok memberi kesempatan kepada anak untuk dapat menyesuaikan ukuran. Balok digunakan anak untuk belajar mempelajari bangunan ruang (geometri), matematika, berhitung, konstruksi dan keterampilan lain. Melalui alat permaian edukatif (APE) balok anak mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, berfikir sistematis dan logis serta meningkatkan daya konsentrasi.

b. Lego

Lego adalah seperangkat mainan susun bangun yang terbuat dari plastik berbentuk persegi panjang dan bergerigi sehingga dapat disatukan. Dengan menggunakan alat permainan edukatif lego anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya terutama dalam mengembangkan kemampuan mengenal ukuran. Saat anak menggunakan lego untuk menyusun menjadi apa yang diinginkan itu merupakan suatu proses pembelajaran anak dalam mengembangkan pengetahuan kognitifnya.

c. Bola

Bola plastik adalah spesifikasi dari permainan bola plastik yang saat ini sangat digemari oleh anak-anak. bola plastik biasanya terbuat dari bahan-bahan yang sangat aman dan nyaman untuk digunakan anak sebagai sarana untuk bermain. Bola plastik juga memiliki bentuk warna yang dapat menarik perhatian anak.

Referensi

Dokumen terkait

Mengembangkan perangkat kegiatan Praktikum fisika Dasar yang dapat untuk mengembangkan keterampilan proses mahasiswa (berbasis inquiry) terdiri dari SAP, panduan

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainya (Nursalam, 2003).Dalam penlitian ini

Sasaran strategis untuk mencapai tujuan ketiga (tercapainya pelayanan prima yang memenuhi standar pelayanan minimum) adalah:.. 90% unit pelayanan di perpustakaan sudah

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan kombinasi gelatin dan CMC yang paling baik dalam pembuatan es krim, untuk mengetahui pengaruh kombinasi fat replacer

dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya perkawinan yang didahului kehamilan karena zina sebelumnya. Persoalan yang muncul adalah

antara ujung daun penetes (driptips) dan permukaan tanah (pada proses erosi di bawah tegakan vegetasi). Oleh karena itu, air lolos dari vegetasi dengan

ota dan Daerah to didomina besar 43,99% luas wilaya n Lamonga a penggunaa % dan huta n Bangkalan han pertania 55,48% da angkan untu ominan yait 34,01% da jalan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka