• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AYYUBI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AYYUBI (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AYYUBIYAH

1. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AYYUBIYAH

Keruntuhan kekuasaan Bani Fatimiyah membawa pengaruh bagi lahirnya Dinasti baru. Setelah berkuasa kurang lebih 262 tahun di Mesir kekuatan Dinasti ini melemah. Kehancuran Dinasti ini dipicu oleh adanya konflik internal kerajaan yang timbul karena perebutan Jabatan Wazir di antara para Suku di dalam kerajaan. Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, kendali pemerintahan di Mesir dipegang oleh Salahudin Yusuf Al Ayyubi. Al Ayyubi memerintah di Mesir setelah di angkat perdana mentri oleh Khalifah Bani Fatimiyyah terahir, Al Adid pada tahun 1174 M. dalam pekembangannya, Salahudin Yusuf Al Ayyubi sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah, menyatakan kesetiaannya pada kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, Berarti secara langsung, Dinasti Ayyubiyah bertentangan dengan Dinasti Fatimiyah,. Pertentangan ini terletak pada perbedaan sikap politik antara Dinasti Fatimiyah dengan Dinasi Ayyubiyah, yaitu pengakuan terhadap posisi Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

Dinasti Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub , seorang keturunan Suku Kurdi dari Azerbeijan. Nama Ayyubiyah dikaitkan dengan nama ayah Salahuddin, yaitu Ayyub bin Syadzi. Sebenarnya Dinasti ini berbentuk Persatuan (Konfederasi). Beberapa yang tunduk pada satu Dinasti yang di pimpin oleh kepala keluarga, tiap - tiap Dinasti di pimpin oleh seorang anggota keluarga Ayyubiyah. Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al Ayyubi putera dari Najmuddin Bin Ayyub . Pada masa Nuruddin Zanki, Gubernur Syuria dari Dinasti Abbasiyah , Salahuddin Al Ayyubi diangkat sebagai Garnisun di Balbek.

Pada waktu masih muda, Salahuddin Al Ayyubi kurang begitu dikenal dikalangan masyarakat Syiria. Ia gemar melakukan diskosi tentang Ilmu Fikih, Ilmu Kalam, Al Qur’an, Dan Hadis, Kemudian oleh ayahnya, ia dikenalkan dengan Nuruddin Zanki Gubernur Syuria pada waktu itu.

(2)

pemimpin yang tamak , haus kekayaan , dan haus darah. Ia bukanlah orang yang ambisius. Perang hanya dilakukan hanya untuk mempertahankan dan membela agama. Selain itu, Salahuddin Al Ayyubi memiliki toleransi yang tinggi terhadap agama lain. Ketika menguasai Iskandariyah ia mangunjungi orang - orang Kristen, ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengizinkan untuk berziarah ke Baitulmakdis.

Keberhasilan Salahuddin al Ayyubi sebagai tentara mulia terlihat ketika mendampingi pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir pada tahun 1164 M. Perdana Menteri Syawar yang dikudeta oleh Dirgam menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir kepada Salahuddin al Ayyubi, jika ia barhasil mengalahkan Dirgam. Ternyata Salahuddin mangalahkan tentara Dirgam dan akhirnya Perdana Syawar bisa mendduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M. Tiga tahun kemudian, Salahuddin al Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini terjadi karena Syawar bersekutu dengan Amauri, seorang tentara perang salib yang dulu pernah membantu tentara Dirgam, keadaan ini sangat membahayakan posisi Nuruddin Zanki dan Umat Islam pada umumnya.

(3)

diketahui oleh Asaduddin Syirkuh dan Syawar berhasil ditangkap. Atas perintah Kholifah Al adid, akhirnya Syawar dihukum mati.

Sebagai imbalan atas jasa-jasanya, Khalifah al Adid dari Dinasti Fatimiyah mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai Perdana Mentri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan pertama kalinya keluarga al Ayyubiyah menjadi Perdana Mentri, tetapi tidak lama setelah dilantik yaitu dua bulan ia meninggal, kemudian posisinya di gantikan oleh Salahuddin al Ayyub yang di lantik oleh Khalifah al Adid pada tanggal 25 Jumadil Akhir 564 H/26 Maret 1169 M. Pada waktu itu Salahuddin al Ayubiah berusia 32 tahun, sebagai Perdana Menteri dia mendapatkan gelar Al Malik an Nasr.

Setelah Khalifah Al Adid wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Al Ayubi mengambil alih kekuasaan di Mesir. Salahuddin al Ayubi memploklamirkan dirinya sebagai Sultan Mesir dengan nama Al malik an Nasir As Sultan Salahuddin Yusuf. Sebelum Salahuddin berkuasa, di Mesir telah berdiri Dinasti Fatimiyah yang bermazhab Syiah. Namun Salahuddin mendukung Dinasti Abbasiyah karena sama-sama bermazhab Sunni. Ia juga berusaha mengambalikan kekuasaan spiritual dalam setiap Khutbah Jum’at sebagai pengganti penyebutan penguasa Dinasti Fatimiah Al Adid dengan Khalifah Abbasiyah. Hal ini ia lakukan pada tahun 1171 M, dan pada tahun ini pula Salahuddin al Ayyubi berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Sejak 1171 M, Dinasti Ayubiyah mulai berkuasa, hingga 75 tahun lamanya. Karena dianggap berhasil dalam menjalankan pemerintahanya, Khalifah al Mustadi (Khalifah bani Abbasiyah) memberikan gelar Al Mu’iz li amiru mukmin kepada Salahuddin al Ayyubi.

Pada tahun 1175 M, Khalifah al Mustadi memberikan wilayah Mesir,An Naubah, Yaman, Tripoli, Syiria dan Magrib (Maroko) sebagai kekuasaan.

2. MASA PEMERINTAHAN DINASTI AYYUBIYAH

(4)

saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa

3. Kesultanan Ayyubiyah di Aleppo dengan rajanya Al-Adil I 1183 – 1193 M

4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah Dengan rajanya Al-Muzaffar I 1178 – 1191 M

5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs dengan rajanya Al-Qahir 1178 – 1186 M 6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafariqin dengan rajanya Al-Adid I 1193 –

1200 M

7. Kesultanan Ayyubiiyah di Sinjar dengan rajanya Al-Asraf 1220 – 1229 M 8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa dengan rajanya As-Salih Ayyub

1232 – 1239 M

9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman dengan rajanya Al-Mu’azzam Turansyah 1173 – 1181 M

10. Kesultanan Ayyubiyah di Kerak dengan rajanya An- Nasir Dawud 1229 – 1249 M

3. KEMAJUAN – KEMAJUAN PADA MASA DINASTI AYYUBIYAH Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Ayyubiyah meliputi :

1. Kemajuan di Bidang Pendidikan

Meskipun Salahuddin Al-Ayyubi terlibat aktif dalam perang Salib, bukan berarti ia dan penerusnya mengabaikan bidang pendidikan. Mereka masih sempat dan memajukan pendidikan dinegerinya. Ia juga dikenal sebagai pelindung para ilmuwan. Melalui lembaga pendidikan Salahuddin berusaha mengganti paham Syiah dengan Paham Sunni.

(5)

As-Shalahiyyah di Kairo. Al-Azhar yang semula mengajarkan paham Syiah

Salah satu peninggalan yang menunjukkan kemajuan pada masa Dinasti Ayyubiyah adalah Benteng Kairo yang dibangun pada tahun 1183 M oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Bahan bangunan yang digunakan adalah serupa dengan batu balok yang dipakai bangunan Piramida.

4. Kemajuan di Bidang Pertanian dan Perdagangan

Kemajuan di Bidang ini dapat kita lihat pada masa Al-Kamil, ia membangun sarana irigasi. Disamping itu juga sudah ada penandatanganan perjanjian dagang dengan Negara-negara Eropa.

5. Al-Azhar Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan ilmu-ilmu Keislaman

Al-Azhar adalah nama sebuah lembaga pendidikan dan keagamaan di Kairo, Mesir yang sangat masyhur di dunia Islam. Al-Azhar mencakup sebuah masjid sebagai pusat kegiatan Islam dan sebuah lembaga Pendidikan pengemban misi dakwah. Mahasiswa yang studi di Al-Azhar tidak hanya dari Mesir saja, tetapi juga mahasiswa asing yang berasal dari Pakistan, Sudan, Indonesia, dan Negara lainnya. Saat ini diperkirakan jumlah mahasiswanya mencapai 50.000 orang.

(6)

Selain sebagai pusat dakwah ajaran Syiah, di Al-Azhar juga diajarkan berbagai macam ilmu, seperti yang terkait dengan bahasa yaitu Nahwu/Tata bahasa Arab, Balghah, mantic/Logika, dan sastra. Selain itu juga diajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu tauhid, fikih, hadits, tasawuf.

Akan tetapi pada tahun 378 H/988 M ketika Khalifah Al-Aziz berkuasa, masjid Al-Azhar dikembangkan fungsinya menjadi Universitas. Dengan perkembangan tersebut maka ilmu-ilmu yang dikembangkan didalamnya semakin banyak. Ilmu – ilmu itu sebagian menjadi nama fakultas seperti ; Syari’ah ushuluddin, bahasa, kedokteran, dan juga ilmu lain seperti matematika, filsafat, sejarah, dan pertanian.

Pada masa Dinasti Ayyubiyah Al-Azhar tidak banyak berperan, alasanya karena Dinasti Fatimiyah mempropagandakan madzhab syiah dan Al-Azhar sebagai media utama dakwahnya. Sedangkan Seluruh penguasa Dinasti Ayyubiyah bermadazhab Sunni.

Pada saat dinasti Ayyubiyah berkuasa atas Mesir, Masjid Al-Azhar sempat tidak dipakai untuk Shalat Jum’at hamper sati abad lamanya (1171 – 1267). Alasannya adalah tidak diperkenankanya dua shalat Jum’at di satu kota selagi masjid yang satu belum penuh jama’ahnya menurut madzhab syafi’iyyah. Selama kurun waktu tersebut shalat Jum’at dilaksanakan dimasjid Al-Hakim. Dakwah ajaran syiah dilarang dilakukan dimasjid Al-Azhar, sebaliknya yang diperbolehkan adalah dakwah ajaran Sunni. Masjid Al-Azhar dipakai kembali untuk shalat Jum’at pada masa pemerintahan Sultan Baybar dari Dinasti Mamluk.

Sebagai lembaga keagamaan Al-Azhar memiliki fungsi dan peran sebagai berikut :

a. Pusat kegiatan Al-Muhtasib, jabatan agama yang penting pada masa Dinasti Fatimiyah

b. Tempat Penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad Saw. Tiap tanggal 12 Robiul Awal dan peringatan hari ‘Asyura tiap tanggal 10 Muharram.

c. Tempat sidang Khalifah dan qadhi/mentrinya untuk membahas suatu masalah.

(7)

e. Tempat mencetak ulama’ yang beriman dan mempunyai keteguan mental serta mempunyai ilmu yang mendalam tentang akidah, syari’at, dan bahasa Al-Qur’an untuk disuplai keseluruh dunia.

4. RUNTUHNYA DINASTI AYYUBIYAH

Sebelum wafat Salahuddin Al-Ayyubi membagi kekuasaanya kepada pewarisnya, yaitu anak-anak dan saudaranya. Namun perselisihan dan pertikaian tak bisa dihindari diantara para pewarisnya.

Perselisihan terus terjadi, Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Damaskus selalu bersaing untuk memperebutkan wilayah Syiria. Akibat perselisihan ini, beberapa kota yang dulu dikuasai Salahuddin lepas ketangan pasukan salib. Dan yang kemudian berhasil mengembalikan Yerussalem ketangan umat Islam adalah Khawariz.

Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa Sultan as Salih. Pada waktu itu tentara dari kaum budak di Mesir/kaum Mamluk memegang kendali pemerintah, setelah as Salih wafat pada tahun 1249 M. kaum Mamluk mengangkat isteri As-Salih yaitu Syajarat ad Dur menjadi Sulthanah/Ratu. Ia adalah penguasa muslim perempuan yang memerintah selama 80 hari. Dialah peletak dasar Dinasti Mamluk di Mesir. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suria.

(8)

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AL-AZHAR

UNIVERSITAS AL-AZHAR DI CAIRO MESIR

A. Sejarah Berdirinya Universitas Al-Azhar

Dalam sejarah dunia keilmuan, Al-Azhar dikenal sebagai universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun juga di seluruh dunia. Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid Al-Azhar, pada tanggal 17 Ramadhan 359 Hijriyah (970 Masehi).Sebelumnya masjid ini bernama al-Qahiroh, sama dengan nama kota (Kairo) yang dibangun oleh Jauhar al-Sikilli. Penamaan ini dikaitkan dengan istilah al-qahirah al-zahirah, al-zahirah artinya cemerlang. Namun, yang dikehendaki oleh al-Sikilli adalah nisbat yang lebih dekat dengan istilah al-zahra, gelar ini nama Sayyidah Fatimah al-Zahra, putri Rasulullah SAW. Sesuai dengan penisbatan itu, ditetapkanlah nama al-Azhar sebagai nama masjid tersebut. Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Ahzar di ambil dari Al-Zahra, julukan Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW dan istri Ali Ibn Abi Thalib.

(9)

sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka namun kemudian berkembang menjadi universitas. Al-Azhar dan kota Kairo merupakan bukti fonumental sebagai produk peradaban islam di Mesir yang tetap eksis sampai saat ini

B. Pendidikan Universitas Al-Azhar

Al-Azhar tidak hanya dikenal sebagai universitas Islam tertua di dunia, tetapi Al-Azhar juga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan mesir selama 1.000 tahun. Al-Azhar telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar, filusuf-filusuf, sarjana-sarjana, tokoh-tokoh politik dan orang-orang terkenal. Pada abad ke-9 Hijriyah merupakan masa kejayaan bagi Azhar karena pada saat itu Al-Azhar menempati tempat tertinggi di antara madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang ada di kairo. Ketika itu, Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan tinggi terbesar yang tidak ada tandingannya.

Al-Azhar Dalam Kekuasaan Khalifah 1) Masa Dinasti Fatimiyyah

Al-Azhar pada masa dinasti Fatimiyyah dijadikan sebagai alat propaganda kekuasaan khalifah dan sebagai alat penyebaran doktrin faham Syi’ah. Pada masa ini pula sistem pengajaran terbagi menjadi empat kelas.

Pertama, kelas umum diperuntukkan bagi orang yang datang ke al-Azhar untuk mempelajari al-Qur’an dan penafsirannya. Kedua, kelas para mahasiswa universitas al-Azhar kuliah dengan para dosen yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya. Ketiga, kelas Darul hikam, kuliah formal ini diberikan oleh para mubalig seminggu sekali pada hari senin yang dibuka untuk umum dan pada hari kamis dibuka khusus untuk mahasiswa pilihan. Keempat, kelas nonformal, yaitu kelas untuk pelajar wanita.

Mahasiswa yang belajar di al-Azhar dilarang mempelajari mazhab selain Syi’ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang dipenjara karena menyimpan kitab Al-Muwattho’ karya monumental Imam Malik.

(10)

sistem pedidikan tinggi di al-Azhar. Karena hal inilah al-Azhar dijadikan sebagai Universitas Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu logika, dan ilmu umum lainnya. Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, al-Azhar dilengkapi dengan asrama untuk para fuqaha (dosen, tenaga pendidik) serta semua urusan dan kebutuhannya ditanggung oleh khalifah. Adapun ilmu agama yang diajarkan meliputi: ilmu tafsir, qiraat, hadits, fiqih, nahwu, sharaf, dan sastra. Sedangkan ilmu-ilmu umum yang dipelajari ialah: filsafat, ilmu falak, ilmu ukur, musik kedokteran, kimia, dan sejarah , serta ilmu bumi. Diantara para ulama yang turut belajar pada masa itu antara lain: Hasan ibn Ibrahim atau yang lebih dikenal Ibnu Zulaq, al-Amir al-Mukhtar ‘Izzul Mulk Muhammad bin Abdullah, Abu Abdillah al-Qudha’i, Abi Ali Muhammad bin al-Hasanbin al-Haitsam.

2) Masa Dinasti Ayyubi

Setelah Sholahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir dan menjatuhkan dinasti Fatimiyyah, kegiatan keilmuan di Azhar harus terhenti. Karena Sholahuddin al-Ayyubi adalah penganut faham Sunni, ia menutup al-Azhar baik untuk shalat jumat maupun sebagai universitas. Al-Azhar tidak lagi menjadi penyelenggara pendidikan islam yang membanggakan.

Kendati al-Azhar ditutup sebagai lembaga pendidikan, perkuliahan beralih ke madrasah-madrasah dan lembaga kuliah setingkat universitas, yang jumlahnya hinga mencapai 25 lembaga di Kairo. al-Azhar juga sering mendapat kunjungan ulama-ulama terkenal yang juga memberikan kuliah. Pada tahun 589 H Abd Latif al_baghdadi berkunjung ke Mesir, pada masa al-Malik al-Aziz Imad al-Din Utsman anak Sholah al-Din. Pada kunjungannya ini ia sempat mengajar mantiq dan al-Bayyan di al-Azhar.

(11)

b. Pembekuan kegiatan khutbah di al-Azhar selama hampir seratus tahun sampai masa Sultan al-Mamluki al-Dzahir pada tahun 665 H/1226 M. c. Melakukan renovasi pembangunan al-Azhar oleh Amir Edmir dan

Sultan Berbes atau Sultan al-Dzohir Berbes.

d. Al-Azhar menjadi pusat studi islam yang amat penting, terutama ketika Kairo menjadi kiblat para ulama, fuqaha, dan mahasiswa.

3) Masa Dinasti Mamalik

Pada masa ini terjadi serbuan besar-besaran dari bangsa Mongol ke timur dan jatuhnya islam di barat, sehingga banyak para ulama dan ilmuan yang mencari perlindungan ke al-Azhar. Hal ini menyebabkan posisi al-Azhar menjadi penting. Sejak saat itu banyak pelajar dan negara-negara islam yang tertarik menjadi mahasiswa dan belajar di al-Azhar.

Terhitung 98 tahun sejak Azhar ditutup, sejak masa Sholahuddin al-Ayyubi sampai 17 tahun dari pemerintahan dinasti Mamalik. Pada tahun 665 H seorang amir yang tinggal tidak jauh dari al-Azhar mengajukan usul kepada Sultan al-Zahir Baibars untuk membuka al-Azhar kembali sebagai tempat untuk shalat jumat.usulan itupun diterima dan sejak saat itu ia dan amir mengeluarkan uang sendiri untuk memperbaiki al-Azhar. Semenjak saat itu pula al-Azhar sering dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal dari berbagai daerah untuk belajar dan mengajar, seperti Ibn Khaldun, Abu al-‘Abbas Ahmad al-Qalqasyandi (w. 821 H/ 1418 M) dan Jalal al-Din al-Suyuthi (w.911 H/1505 M).

Sejak dibuka kembali sebagai tempat shalat jumat dan tempat kegiatan keilmuan, al-Azhar yang dulunya beraliran faham Syi’ah sekarang berubah menjadi Faham Sunni.

(12)

warga Mesur sendiri maupun warga negara asing, juga digunakan untuk membiayai pembangunan asrama pelajar dan mahasiswa.

Pada masa dinasti Mamalik, sistem pembelajaran di al-Azhar adalah para mahasiswa diberi kebebasan dalam memilih mata kuliah yang dipelajarinya, sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasai oleh masing-masing dosen. Setelah mahasiswa dapat menguasai disiplin ilmu yang diberikan oleh seorang dosen, maka ia dipersilahkan untuk memilih dosen yang lain untuk mempelajari mata kuliah yang berbeda. Setelah mahasiswa yang sudah meyelesaikan kuliahnya kepada seorang dosen, maka ia akan diberi Syahadah (ijazah).

Ketika Mesir hilang kedaulatannya tahun 922 H/1517 M, pendidikan dan pengajaran mengalami kemunduran di al-Azhar khususnya dan madrasah-madrasah lainnya. Pada masa itu ilmu yang diajarkan hanya bahasa arab dan ilmu-ilmu agama saja, sedangkan ilmu-ilmu aqliyah, seperti filsafat, ilmu-ilmu bumi, ilmu-ilmu pasti tidak ada dan dianggap haram hukumnya. Kendati demikian bukan berarti tidak ada seorangpun yang belajar dan mengajarkan ilmu aqliyah, tetapi dengan kemauan sendiri, seperti Syaikh Abdul Mun’im Damanhuri (w. 1192 H/1778 M) dalam ijazahnya disebutkan ilmu yang telah dipelajarinya meliputi al-Jabar, ilmu falak, ilmu kesehatan dan lain-lain.

C. Sistem dan Metode Pendidikan Al-Azhar

Pada mulanya pengajaran di Universitas al-Azhar sama dengan institusi pen-didikan yang lain, yaitu sistem halaqah (melingkar). Seorang pelajar bebas memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauannya. Umumnya guru atau syaikh yang mengajar itu duduk bersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Di samping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam proses pembelajaran antarpelajar. Seorang gu-ru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan penajaman dari materi yang didiskusikan

(13)

bahwasanya seorang mahasiswa itu harus lebih mengutamakan ilmu yang didapatkannya, bukan sekedar datang absen saja tanpa ilmu yang didapat. Dalam menyelesaikan administrasi pun Al-Azhar masih menggunakan sistem manual, dimana hal tersebut dapat melatih kesabaran mahasiswa.

Al-Azhar pun terkenal dengan sistem sanad (riwayat), di mana seorang mahasiswa mengambil sebuah ilmu langsung dari gurunya dengan bertatap muka dan tentunya para murid pun diuji seberapa jauh ia menguasi ilmu tersebut.Sistem ini ternyata sudah ada semenjak Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para Sahabat dan ulama sesudahnya. Sistem sanad ini pulalah yang menjadikan kelimuan Islam tetap terjaga dari masa ke masa.Selain dibangku kuliah, para mahasiswa Al-Azhar juga banyak menimba ilmu melalui halaqah-halaqah yang diadakan di masjid Al-Azhar.

Al-Azhar megajarkan mahasiswanya untuk bersifat sederhana, hal ini dpat dilihat dari ruang kuliahnya yang masih menggunakan meja dan bangku panjang yang diduduki 5-7 orang. Saat perkuliahan pun mahasiswa bebas bertanya apapun kepada dosen bahkan sampai keluar ruanganpun mereka masih dizinkan untuk bertama, hingga mereka paham betul dengan ilmu yang didapatnya

Al-Azhar menggunakan sistem paket, jadi nilai mata kuliah yang diujikan ketika semester ganjil dan genap disatukan. Bagi mereka yang membawa lebih dari dua mata kuliah, akan mengulang selama setahun di kelas yang sama dengan mata kuliah yang ia bawa. Sedangkan mereka yang membawa satu atau dua mata kuliah, ia tetap naik kelas dan hanya diuji ulang mata pelajaran tersebut tanpa mengulang satu tahun di kelas yang sama.

Di sinilah terlihat ketatnya sistem ujian dan penialan di al-Azhar. Hal ini tidak lain karena al-Azhar ingin mengajarkan kepada para mahasiwanya sebuah kesungguhan dalam belajar dan mencari ilmu.

D. Tujuan Universitas Al-Azhar Adapun tujuan Universitas al-Azhar adalah:

(14)

2. Memberikan perhatian penuh terhadap ke-bangkitan turas ilmu, pemikiran, dan keruhanian bangsa Arab Islam;

3. Menyuplai dunia Islam dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya terhadap diri sendiri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu yang mendalam tentang akidah, syariah, dan bahasa al-Quran;

4. Mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semua bentuk ke-giatan, karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik, serta mencetak ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam dakwah Islam yang di-pimpin dengan hikmat kebijaksanaan dan pelajaran yang baik di luar dan di dalam Republik Arab Mesir;

5. Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan lembaga ilmiah Islam di luar negeri.

E. Peranan Al-Azhar dalam mencetak Ulama

(15)

MASJID AL-AZHAR

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai seorang ilmuwan yang hidup pada masa dinasti Saljuk, Omar Khayyam telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan peradaban Islam, baik di bidang

Kehancuran kerajaan Islam terakhir, Dinasti Ahmar di Granada, Spanyol yang terjadi tahun 1492 M, disebabkan oleh penyerahan kekuasan Islam kepada kerajaan

Masa modern, menurut Harun Nasution dimulai dari tahun 1800 – sekarang. Masa ini disebut dengan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon Bonaparte di Mesir yang berakhir tahun 1801

Karena luasnya wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pada masa bani Umayah sejak khalifah Mu’awiyah telah dibentuk suatu badan atau lembaga yang pada

Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gamilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang

Adapun metode pembelajaran pendidikan Islam secara umum dibagi menjadi tiga macam. Pertama adalah metode lisan, yang berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi.. adalah

Pada masa Nabi, masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah, tapi juga sebagai tempat menyiarkan ilmu pengetahuan pada anak-anak dan orang- orang dewasa, disamping sebagai

Peradaban Islam pada Masa Khilafah Al-Rasyidah DOI: 10.35706/azzakiy.v1i01.9949 Umar ibn Khattab sangat mahir pada bidang penentuan hukum, dia sangat pintar dalam penataan lembaga