• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA SOSIAL ANAK PUNK DALAM FILM ”PUNK IN LOVE”: Pendekatan Sosiologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROBLEMATIKA SOSIAL ANAK PUNK DALAM FILM ”PUNK IN LOVE”: Pendekatan Sosiologi Sastra"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PROBLEMATIKA SOSIAL ANAK PUNK

DALAM FILM ”

PUNK IN LOVE”

:

Pendekatan Sosiologi Sastra

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

MUHAMMAD AFIN ALGHIFARI

C0206032

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : MUHAMMAD AFIN ALGHIFARI NIM : C0206032

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi Sastra adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 30 Juli 2012 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO

Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam; kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan

(Kahlil Gibran)

Ya Allah… Jadikanlah hambaMu ini menjadi manusia yang mampu mensyukuri

nikmatMu. Karena sungguh, hidup ini luar biasa (Penulis dan Yasinta Adhiguna)

Lebih baik mencoba meskipun gagal, daripada hanya sekedar membayangkan (Mas Yusuf)

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

1. Abah dan Ibu Maksum, yang telah mengajari tentang arti kehidupan. Selalu membimbing Afin sejak kecil hingga dewasa ini. Merawat Afin di saat sakit dan memberi nasihat di saat Afin melakukan kesalahan. Maafkan Afin karena masih sering mengecewakan Abah dan Ibu. Afin belum bisa membahagiakan Abah dan Ibu. Afin menyadari bahwa tidak akan bisa membalas semua pemberian Abah dan Ibu. Semoga dengan ini, Abah dan Ibu menjadi sedikit bahagia dan bangga. Afin sayang sama Abah dan Ibu.

2. Noviana Choirun Nisa’ kakakku tercinta beserta Mas Rahmad, terima kasih

atas semua perhatian dan nasihat-nasihatnya, maaf kalau saja Afin selama ini sering merepotkan. Terimakasih telah memberikan keponakan yang lucu Hafidza Rayyan Karima, Adekku tersayang Ulin Nuha, yang sudah lulus lebih dulu, Kakakmu ini merasa termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu Yamto, terima kasih atas doa dan segala nasihat yang telah

diberikan. Afin bahagia sudah dianggap sebagai putra sendiri.

4. Bapak dan Ibu Gunadi, Afin sudah menganggap Bapak dan Ibu sebagai orang tua sendiri. Terima kasih atas segala doa dan nasihat yang telah diberikan. Mohon maaf jika selama ini Afin sering merepotkan.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang Khalik, di tangan-Nya segala kebaikan dan Dialah Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan bumi. Limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia dari Allah SWT senantiasa menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi sastra. Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D. Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

commit to user

viii

4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan untuk penulis. Penulis sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan dibimbing skripsi oleh Ibu Murtini.

5. Dwi Susanto, S.S, M.Hum., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung.

7. Abah dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang tiada pernah usai.

8. Yasinta Adhiguna. Terima kasih atas doa, bimbingan, nasihat, dan semangat yang tak henti-hentinya dialirkan kepada penulis.

9. Keluargaku, Kak Ana, Mas Rahmad, Ulin Nuha, Dek Ayya, Mbah Kakung dan Mbah Putri, Pakde Adib sekeluarga, Om Badrun sekeluarga, Om Tamam sekeluarga, Lek Tawab, Lek Haris, Lek Afif sekeluarga, Lek Zaky dan Rizka, Bapak Ibu Gunadi, Bapak Ibu Yamto, yang selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materiil.

(9)

commit to user

ix

segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

11.Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih atas segala doa, dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman yang pernah dekat dengan penulis, Uli’, Umi Dwi Lestari, Inas Adila, Choiriah Mustika Asri, Ratna, Ita, Atul, Nurul, Saraswati, Lia, Tuti, Umi, dan Neng Icha. Terima kasih untuk semua doa dan dukungan kalian.

13.Teman-teman anggota dan pengurus Hadrah Fattahillah Kartosuro. Terima kasih untuk bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 14.Kepala sekolah, teman-teman pengajar, dan staf SD Top School. Terima

kasih untuk seluruh bantuan, pengalaman mengajar, dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 30 Juli 2012

(10)

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu ... 12

B. Landasan Teori ... 14

1. Film ... 14

2. Problem-problem Sosial ... 17

(11)

commit to user

3. Disharmonisasi Keluarga ... 68

(12)

commit to user

xii

3. Sejarah ... 98

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(13)

commit to user

xiii

ABSTRAK

Muhammad Afin alghifari. C0206032. 2012. Problematika Sosial Anak Punk Dalam Film ”Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love? (2) Bagaimana bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan dan menemukan problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love. (2) Mendeskripsikan dan menemukan bentuk-bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam film Punk In Love.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah film Punk In Love, sutradara Ody C. Harahap. Adapun objek formalnya meliputi problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love. Sumber data penelitian ini adalah Film Punk In Love. Data dalam penelitian ini adalah gambar, suara, dan bentuk tulisan yang dianggap sebagai problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

(14)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah kenyataan sosial yang telah mengalami proses pengolahan oleh pengarangnya. Dalam melahirkan karya-karyanya, pengarang mendasarkan keinginannya untuk menunjukkan kepincangan-kepincangan sosial, kesalahan-kesalahan masyarakat, karena memprotes masyarakat-masyarakatnya, karena sekedar ingin menggambarkan apa yang terjadi dalam masyarakat dan sebagainya (Jakob Sumardjo, 1982:30).

Sapardi Djoko Damono (1984:1) mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambar kehidupan. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang sering menjadi bahan-bahan sastra, merupakan gambaran hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat. Jadi, jelas bahwa karya sastra merupakan media yang mencakup representatif untuk menggambarkan kehidupan, baik kehidupan antarmanusia maupun kehidupan batin seseorang.

Karya sastra bukan objek yang sederhana, melainkan objek yang kompleks dan rumit. Setiap karya sastra merupakan hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri merupakan objek kultur yang rumit (Wellek dan Werren, 1990:22).

(15)

commit to user

mempunyai acuan yang khas pula. Acuan nilai yang sering dipakai dalam kriteria penilaian realita objektif, memerlukan penyesuaian tersendiri ketika diterapkan dalam menilai karya sastra.

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.

Karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.

Genre sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Drama mempunyai persamaan dengan film. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

(16)

commit to user

orang, dengan bidang keahlian yang berbeda, melakukan suatu peran yang penting (2005:128). Film merupakan medium audio-visual sehingga hal yang penting dalam sebuah film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk satu keutuhan cerita.

Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi itulah yang menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks (Pamusuk Eneste, 1991:18). Definisi lain diberikan oleh Marselli Sumarno yang mengartikan film sebagai karya seni yang lahir dari suatu kreativitas orang-orang yang terlibat dalam proses penciptaan film (1996:28).

Mengingat film merupakan salah satu bentuk karya seni, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa di dalam film tentunya terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh para pekerja seni. Film dibangun berdasarkan cerita, gambar-gambar, unsur suara atau bahasa, musik, dan juga unsur fotografi yang dikemas sebagus mungkin untuk mendapatkan film dengan hasil maksimal dan berkualitas.

Di tengah maraknya film-film horor dan percintaan, Ody C. Harahap atau yang biasa dipanggil Ochay, sutradara yang pernah mengerjakan film Selamanya

(2007), Alexandria (2005), dan Bangsal 13 (2004) hadir kembali dengan membawa film komedi garapannya. Sebuah film komedi berjudul Punk In Love.

(17)

commit to user

berterima kasih, Ochay terpacu membuat cerita Punk In Love menjadi cerita yang asyik dan enjoy seperti keseharian almarhum Yogi.

Film Punk In Love merupakan film komedi namun tema besar film ini justru bercerita tentang persahabatan empat orang anak punk yang melakukan perjalanan demi mengejar cinta. Empat orang tersebut adalah Arok (Vino G. Bastian), Yoji ( Andhika Pratama ), Almira (Aulia Sarah), dan juga Mojo (Yogi Firnanda). Perjalanan penuh liku pun mereka lakukan, mulai dari tersesat sampai Bromo, ziarah ke Blitar, kebanjiran di Semarang, dan berbagai kisah lainnya. Pada akhirnya mereka bisa mencapai tujuan yaitu menemui Maya di Jakarta.

Beberapa problematika menarik yang menjadi dasar film ini dikaji adalah sebagai berikut. Problematika yang pertama berupa persahabatan yang erat antara empat anak punk yang digambarkan dengan sikap dan ucapan walaupun sedikit disisipi cerita percintaan. Dalam film Punk In Love, pengarang lebih menonjolkan cerita persahabatan dari pada cerita percintaan, selain itu pengarang juga melihat bagaimana sebuah persahabatan tanpa melihat jenis kelamin. Problematika yang

kedua adalah kritik sosial antara lain tentang banyaknya partai-partai politik di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat yang kurang mampu, penataan kota, kesemrawutan lalu lintas yang semakin hari semakin macet, dan sebagainya.

(18)

commit to user

menyampaikan kritikan. Mereka hidup bebas dan bertanggung jawab pada setiap pemikiran dan tindakannya (G.Widya, 2010:12).

Ketertarikan penulis untuk meneliti film Punk In Love dikarenakan film ini merupakan film unik dan belum banyak di Indonesia, mungkin baru Riri Riza yang pernah memakainya di Film 3 Hari Untuk Selamanya. Unik artinya film ini hadir dengan gaya yang berbeda dari film-film Indonesia sekarang. Film Indonesia sekarang kebanyakan mengadopsi cerita percintaan (Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta), horor (Suster Keramas, Pocong keliling, Selimut Berdarah), dan juga komedi yang berbau pornografi (Arisan Berondong, Nakalnya Anak Muda, Istri Boongan).

Problematika sosial adalah suatu keadaan dimana cita-cita masyarakat tidak terpenuhi karena keadaan sosial dalam masyarakat. Jadi, pada dasarnya problem-problem sosial mencakup nilai-nilai sosial dan moral, problem-problem-problem-problem tersebut merupakan persoalan. Oleh karena, mencakup tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak, oleh sebab itu problem-problem sosial tidak akan ditelaah tanpa pertimbangan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak.

(19)

commit to user

Majas Sarkasme dan Campur Kode pada film „Punk In Love‟ yang disutradarai

oleh Ody C. Harahap, dan Nina Tri Dewiyanti, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang 2010, dengan judul Representasi Komunitas Punk dalam film (Analisis Semiotik pada film Punk In Love Karya Ody C. Harahap). Dari penelitian terdahulu tersebut belum ditemukan penelitian film Punk In Love dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

Sebagai salah satu pendekatan dalam kritik sastra, sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.

Genre sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Drama mempunyai persamaan dengan film. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

(20)

segi-commit to user

segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.

Menurut Hamidy (1984:15), ada beberapa pendapat yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:

1. Pendekatan dari segi fungsi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan peranan yang dapat dimainkan oleh drama dalam masyarakat.

2. Pendekatan derajat peristiwa. Pembahasan ini berhubungan dengan alur, yaitu dalam bentuk bagaimana derajat peristiwa seperti eksposisi, komplikasi, krisis, sampai kepada penyelesaian.

3. Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan. 4. Pendekatan terhadap drama yang berkaitan dengan segi aliran karya sastra,

misalnya realisme, naturalisme, dan ekspresionisme.

5. Pendekatan dari sudut gaya. Pembahasan ini menyangkut bagaimana perkembangan sistematika bangun drama itu dengan kaitannya terhadap pantulan gaya yang hendak diperlihatkan kepada pembaca.

(21)

commit to user

problematika sosial, serta mengungkap respon pengarang terhadap masalah-masalah sosial dalam film tersebut. Penelitian ini diberi judul Problematika Sosial Anak Punk dalam Film “Punk In Love” : Pendekatan Sosiologi Sastra

B. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love, mencakup persahabatan antara empat anak punk dan kritik sosial terhadap bangsa Indonesia.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love? 2. Bagaimana bentuk kritik sosial pengarang terhadap pemerintah dalam

film Punk In Love?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan agar dapat menjangkau hasil yang diharapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan menemukan problematika sosial yang terdapat pada film Punk in Love.

(22)

commit to user E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan pada teori sosiologi sastra dalam mengungkap film Punk In Love. Selain itu, dapat pula digunakan sebagai pijakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami problematika sosial anak-anak punk di masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

(23)

commit to user

diteliti, yang meliputi problematika sosial serta pesan yang terdapat dalam film

Punk In Love. Rumusan masalah menguraikan rumusan masalah yang akan diteliti. Tujuan penelitian menguraikan hal yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian menguraikan manfaat teoretis dan praktis yang dapat diambil dari penelitian ini. Sistematika penulisan diperlukan untuk memudahkan dalam proses analisis permasalahan sehingga bersifat lebih sistematis.

Bab kedua adalah kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian terdahulu berisi daftar beberapa penelitian film Punk In Love yang menggunakan teori apapun. Kajian pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini, dalam penelitian ini akan digunakan teori sosiologi sastra dan meminjam teori sosiologi drama

yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “(Hamidy, 1984:15). Penulis meminjam teori drama karena penulis beranggapan bahwa antara drama dan film mempunyai kesamaan (amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan acting). Kerangka pikir berisi penggambaran mengenai cara pikir yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang diteliti.

(24)

commit to user

Bab keempat adalah analisis film Punk In Love dengan pendekatan sosiologi sastra. Analisis ini membahas tentang problematika sosial serta pesan yang terdapat dalam film Punk In Love.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran. Bab ini berisi simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis terhadap film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

(25)

commit to user

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis di Universitas Sebelas Maret Surakarta, penelitian dengan objek berupa sosiologi sastra untuk film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap ini belum pernah dilakukan. Di internet ditemukan beberapa penelitian mengenai film Punk In Love yaitu.

1. Representasi kekerasan dalam film “Punk In Love”: Studi Analisis Semiotik. Diteliti oleh Claudita Sastris Paskanonka, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Surabaya 2010.

Penelitian ini membahas tentang beberapa kekerasan yang terjadi di dalam film Punk In Love. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan film yang diteliti ternyata dijumpai perilaku kekerasan spiritual, kekerasan fungsional, kekerasan psikologis, dan kekerasan finansial.

2. Analisis Majas Sarkasme dan Campur Kode pada film “Punk In Love

yang disutrasai oleh Ody C. Harahap. Diteliti oleh Bambang Aprianto. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiayah Surakarta 2011.

(26)

commit to user

3. Representasi Komunitas Punk dalam film (Analisis Semiotik pada film

Punk In Love Karya Ody C. Harahap). Nina Tri Dewiyanti, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang 2010.

Penelitian ini membahas tentang beberapa komunitas dan sifat anak-anak punk dalam film Punk In Love.

Di Universitas Sebelas Maret Surakarta tidak ditemukan penelitian film

Punk In Love dengan kajian sosiologi drama namun ditemukan penelitian dengan objek yang lain dan menggunakan kajian sosiologi drama sebagai berikut.

1. Budaya Perkawinan pada Masyarakat Minangkabau dalam Kumpulan Cerpen Jodoh Karya A.A. Navis: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi dengan judul tersebut telah ditulis oleh Sri Sehati, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2002.

Membahas tentang unsur-unsur struktural, pengaruh budaya perkawinan Minangkabau dan peran seorang laki-laki (dalam kumpulan cerpen jodoh). 2. Problem-problem Sosial dalam Novel Sang Pramuria Karya Sutiman Eka

Ardhana: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi dengan judul tersebut telah ditulis oleh Pradityo Dwi Santoso, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2009.

(27)

commit to user

Dari pencarian di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penelitian film

Punk In Love belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong penulis untuk mencoba meneliti film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

Posisi penulis dalam hal ini adalah mencoba meneliti dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan meminjam teori sosiologi drama

yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan “(Hamidy, 1984:15). Penulis meminjam teori drama dikarenakan, penulis beranggapan bahwa antara drama dan film mempunyai kesamaan (amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan acting).

B. Landasan Teori

1. Film

a. Unsur-unsur Pembentuk Film

(28)

commit to user

Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif (Himawan Pratista, 2008:2). Unsur naratif memiliki lima elemen pokok, yaitu: ruang, waktu, pelaku cerita, konflik, tujuan.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok, yakni mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara (Himawan Pratista, 2008:1-2).

Mise-en-scene adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film (Himawan Pratista, 2008:61). Mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yaitu: setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), para pemain dan pergerakannya (akting).

a) Setting (latar)

(29)

commit to user

Terdapat tiga jenis setting yaitu i) Set studio

b) Kostum dan tata rias wajah (make-up)

Kostum dan tata rias wajah (make-up) merupakan unsur yang cukup penting dalam sebuah film. Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh asesorisnya. Dalam sebuah film, busana tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh semata, namun juga memiliki beberapa fungsi sesuai dengan konteks naratifnya. Fungsi kostum adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu, penunjuk status sosial, penunjuk kepribadian pelaku cerita, sebagai motif penggerak cerita, sebagai pembentuk image (citra), dan warna kostum juga merupakan simbol tertentu. Tata rias wajah secara umum memiliki dua fungsi, yaitu untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. (Himawan Pratista, 2008:71-74).

b. Klasifikasi Film

(30)

commit to user

sebagainya. Berdasarkan genre induk primer, film dibagi atas film aksi, drama, epik sejarah, fantasi, fiksi ilmiah, horor, komedi, kriminal, musikal, petualangan, perang, dan western. Adapun berdasarkan genre induk sekunder, film dibagi atas film bencana, biografi, detektif, film noir, melodrama, olahraga, perjalanan, roman, superhero, supernatural, spionase, dan thriller (Himawan Pratista, 2008:13).

2. Problem-problem Sosial

Problem-problem sosial adalah gejala abnormal, yaitu gejala yang tidak wajar dalam masyarakat dan tidak dikehendaki masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi masyarakat tersebut (Soerjono Soekanto, 1999:395).

Problem-problem sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kultural. Soerjono Soekanto (1999: 401-402) mengklasifikasikan sumber dari problem sosial secara umum menjadi empat golongan.

1. Faktor ekonomis, antara lain termasuk kemiskinan, pengangguran, pelacuran, dan kejahatan.

2. Faktor biologis antara lain meliputi penyakit-penyakit jasmaniah, dan cacat.

3. Faktor psikologis, seperti penyakit sakit syaraf, jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan diri, bunuh diri, dan sebagainya.

(31)

commit to user

Problem-problem sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah problem-problem sosial yang bersumber dari faktor ekonomis, psikologis, dan faktor kebudayaan. Problem sosial yang bersumber dari faktor ekonomis yaitu problem kemiskinan. Problem sosial yang bersumber dari faktor psikologis yaitu bunuh diri. Sedangkan problem sosial yang bersumber dari faktor kebudayaan yaitu kenakalan remaja.

3. Sosiologi Drama

Semi (1984: 2) berpendapat, "Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya". Menyikapi pendapat-pendapat pakar sastra tersebut, patut kiranya bila masalah kehidupan yang telah tertuang dalam karya sastra itu selalu kita telaah dan kita jadikan kajian yang seharusnya tidak membosankan.

Drama sebagai karya sastra tidak terlepas dari pembicaraan di atas. Dalam drama, masalah kehidupan dan kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidaklah terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya. Drama juga menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya masalah perasaan sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain-lain.

(32)

commit to user

perbandingan, atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik. Hal ini merupakan salah satu fungsi dan peranan drama, di samping ada juga masyarakat tertentu yang menganggap drama sebagai milik sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya sastra. Sebenarnya tidaklah demikian. Karya sastra dalam bentuk apapun hendaknya dirasakan sebagai milik masyarakat. Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada didalamnya dapat dipahami dan dipedomani.

Pendekatan sosiologi drama dapat mulai digunakan sebagai sarana penelitian, karena ia memiliki afinitas yang mendalam dengan masyarakat, apakah orang yang bersangkutan dengan masyarakat dalam hal struktur sosial, atau dengan kelompok tertentu yang merupakan bagian integral. Sehingga dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.

Menurut Hamidy (1984:15), ada beberapa pendapat yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:

1. Pendekatan dari segi fungsi. Hal ini biasanya dihubungkan dengan peranan yang dapat dimainkan oleh drama dalam masyarakat.

(33)

commit to user

3. Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan. 4. Pendekatan terhadap drama yang berkaitan dengan segi aliran karya sastra,

misalnya realisme, naturalisme, dan ekspresionisme.

5. Pendekatan dari sudut gaya. Pembahasan ini menyangkut bagaimana perkembangan sistematika bangun drama itu dengan kaitannya terhadap pantulan gaya yang hendak diperlihatkan kepada pembaca.

Berkaitan dengan pendekatan tersebut, penulis mengacu pada pendekatan sosiologi drama yaitu “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan

“(Hamidy, 1984:15). Hal ini sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Yaitu bahwa persoalan-persoalan sosial yang digambarkan dalam film Punk In Love merupakan sebuah dokumen sosial dan juga potret kenyataan sosial yang ingin disampaikan oleh sutradara.

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian terhadap film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap ini digunakan pendekatan sosiologi drama. Teori yang digunakan dalam pendekatan sosiologi drama Hamidy. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis film Punk In Love adalah sebagai berikut.

(34)

sungguh-commit to user

sungguh terhadap film tersebut sehingga menemukan maksud yang terdapat di dalamnya.

2. Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia yang terdapat di dalam film Punk In Love karya sutradara Ody C. Harahap.

3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan teori unsur-unsur pembentuk film dan sosiologi drama. Problematika sosial dalam film Punk In Love dipisahkan terlebih dahulu, kemudian diklasifikasikan terlebuh dahulu dalam unsur-unsur pembentuk film. Pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh unsur naratif yang sesuai dengan unsur-unsur pembentuk film. Analisis selanjutnya adalah dengan memanfaatkan teori sosiologi drama (Hamidy, 1984:15),

“Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan“. Penggunaan teori tersebut dimaksudkan untuk memperoleh dan mengungkap problematika sosial serta kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love secara lebih jelas lagi.

(35)

commit to user

Bagan Penelitian Problematika Sosial Anak Punk dalam Film“Punk In Love”

Pendekatan Sosiologi Sastra

Film Punk In Love

Problematika Sosial

Problematika Anak Punk Kritik Sosial

Unsur Pembentuk Film

Simpulan Sosiologi Drama

(36)

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal (Sangidu, 2004: 62). Objek material dari penelitian ini adalah film

Punk In Love, sutradara Ody C. Harahap. Adapun objek formalnya meliputi problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia dalam film Punk In Love. Problematika dan kritik sosial yang dimaksudkan adalah berupa gambar, suara, dan bentuk tulisan dalam film Punk In Love, serta semua hal yang memungkinkan dianggap sebagai problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia.

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah film Punk In Love. Film berdurasi 98 menit ini disutradarai oleh Ody C. Harahap. Ide kreatifnya dibuat oleh Ody C. Harahap. Film Punk In Love diproduseri Raam Punjabi. Punk In Love diproduksi oleh MVP pictures 2009.

2. Data

(37)

commit to user

tulisan dalam film Punk In Love yang dianggap sebagai problematika sosial dan kritik sosial bangsa Indonesia.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2001: 3).

D. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra yang meminjam teori sosiologi drama Hamidy (1984:15), “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan“.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi

pustaka), yaitu “serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

(38)

commit to user

problematika sosial yang berhubungan dengan teori sosiologi drama Hamidy (1984:15), “Pendekatan terhadap tema. Dalam hal ini kita dihadapkan kepada perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa sehingga sampai kepada suatu logika (kesimpulan) bagaimana citra atau ide yang hendak disampaikan“.

F. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (1992: 16-20), analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu.

1. Reduksi data

Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditemukan kesimpulan akhir.

2. Penyajian data

Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan telah pula dilakukan reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

(39)

commit to user

Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

(40)

commit to user

27

BAB IV

ANALISIS

A. Poblematika Punk dalam film Punk In Love

1. Kehidupan anak punk

Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya ( sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas (Widya G, 2010:12). Punkers adalah sebuah komunitas yang tergabung karena memiliki kesamaan dalam hobi yaitu mendengarkan dan memainkan aliran atau jenis musik punk (www.suaramerdeka.com, Azka, M, 27/03/2012, 12.07).

(41)

commit to user

Gambar 1

Seseorang jika ingin melakukan perjalanan jauh semestinya membutuhkan bekal, paling tidak adalah bekal uang untuk keperluan selama perjalanan. Kegigihan Arok dan kawan-kawannya terlihat di sini. Mereka mengumpulkan semua uang yang dipunyai, dan membeli beberapa keperluan yang sekiranya mereka butuhkan selama perjalanan (rokok dan air mineral) seperti pada gambar 1.

Untuk ukuran manusia normal, modal itu terlalu sedikit bahkan bisa dibilang sangat kurang sekali, untuk melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta. Kegigihan anak punk untuk memecahkan mitos bahwa uang bukan segalanya diwujudkan dengan melakukan perjalanan ke Jakarta tanpa banyak uang. Walaupun dengan susah payah, seperti menumpang truk pasir, mobil mogok yang di tarik dengan mobil derek, kereta, bahkan ambulan. namun akhirnya tujuan mereka ke Jakarta bisa tercapai .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 2002:599),

(42)

commit to user

mencapai tujuan hidup. Anak punk sebenarnya mempunyai jiwa yang kreatif, mereka bisa bertahan hidup tanpa mempunyai penghasilan yang tetap. Tetapi dalam cerita film ini bentuk kreatif yang ditonjolkan adalah kreatif dalam hal yang negatif. Dalam film Punk In Love, diceritakan empat anak punk (Arok, Yoji, Almira, dan Mojo) banyak melakukan hal-hal yang kreatif (nakal) untuk memenuhi kebutuhan misalnya untuk makan.

Gambar 2

Usaha untuk mendapatkan sate, termasuk suatu hal yang “nakal” yaitu

(43)

commit to user

Gambar 3a

Gambar 3b

“Jatuh Bangun aku mengejarmu” “Namun dirimu tak mau mengerti”

“Ku bawakan segelas air” “Namun kau meminta lautan” “Tak sanggup diriku”

“Sungguh tak sanggup”

Di dalam film Punk In Love ini, sutradara hanya mengambil sebagian dari

(44)

commit to user

teman-temannya berjuang demi Maia dengan berbagai rintangan yang selalu menimpa mereka. Berbagai rintangan itu diibaratkan dengan jatuh bangun.

Mengamen adalah bentuk kreativitas anak punk untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk mendapatkan uang. Dengan berpenampilan ala punk, masyarakat merasa takut dan was-was, apalagi untuk memberikan suatu pekerjaan. Arok, Yoji, Almira, dan Mojo sadar akan keberadaan mereka dimata masyarakat, sehingga mereka menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk mencari uang yaitu dengan mengamen.

Untuk kalangan punk, mengamen dan menyanyikan lagu dangdut adalah hal yang memalukan. Menurut Widya. G aliran musik punk dibagi menjadi beberapa jenis musik diantaranya: Classic Punk Rock, New Wave, Hardcore School, Melodic, Emo, dan Gothik Punk (2010:60). Semua aliran musik ini berasal dari luar negeri. Anggota punk yang fanatik dengan aliran-aliran musik tersebut kemudian mengharamkan semua jenis musik yang berbeda dengan aliran tersebut, tak terkecuali dengan musik dangdut.

(45)

commit to user

suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan dut.

(www.forum.vivanews.com, sejarah-musik-dangdut, 9/3/2012, 13.30)

Yoji mematahkan prinsip itu, dia mengajak Almira untuk berjoget saat mengamen, dan hasilnya bagus, tanggapan masyarakat bahwa punk beraliran musik keras, terpatahkan dengan nyanyian dangdut ala Yoji. Yoji sendiri merupakan salah seorang penggemar musik dangdut, pada awal-awal cerita film

Punk In Love ini, Yoji diceritakan menyanyikan lagu dangdut “Anggur Merah”

yang dipopulerkan oleh almarhum Meggy Z. Namun, dengan menyanyikan musik dangdut, respon masyarakat terhadap anak punk sedikit berubah. Masyarakat mulai tidak takut dengan anak punk. Terbukti, banyak masyarakat yang memberi uang lebih banyak dan juga mau berjoget bersama, sehingga hasil mengamen bisa digunakan untuk membeli makanan yang bisa dikatakan sangat cukup.

(46)

commit to user

Gambar 4a

Gambar 4b

Merokok adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang tingkatannya bisa dikatakan paling ringan sekarang ini seperti gambar 4a. Anak-anak usia belasan tahun sudah mulai mengenal rokok, banyak faktor yang mempengaruhi hal itu. Antara lain disebabkan karena iklan rokok semakin banyak sedangkan penjualan rokok di Indonesia terbilang bebas tanpa mengenal batasan umur, keingintahuan dan rasa ingin mencoba sehingga menimbulkan rasa kecanduan.

(47)

commit to user

berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut (1999:16). Dari pernyataan tersebut bukan tidak mungkin remaja yang sebenarnya hanya ikut-ikutan teman dan mencoba merokok, bisa menjadi pecandu rokok. Hal ini juga menjadi faktor penyebab meningkatnya remaja atau anak-anak di Indonesia yang merokok .

Setiap masyarakat cenderung menempatkan pemabuk sebagai pihak yang menyimpang/melanggar aturan masyarakat. Dalam film ini Arok, Mojo, Almira dan Yoji minum minuman beralkohol di Bromo seperti gambar 4b. Bromo merupakan daerah pegunungan di Indonesia yang udaranya sangat dingin. Mungkin sudah menjadi tradisi masyarakat Bromo, menghangatkan tubuh dengan mengkonsumsi minuman beralkohol seperti yang dilakukan Arok dan teman-temannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 2002:755) disebutkan moral adalah ajaran tentang baik atau buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila. Adanya arti

(48)

commit to user

Gambar 5

(49)

commit to user

Gambar 6

Dalam film Punk In Love juga diceritakan bagaimana anak punk mempunyai moral yang baik. Seperti nampak pada gambar 6, Arok, Yoji, Almira, dan Mojo sedang membantu seorang pemulung yang sedang kesulitan membawa barang bawaannya. Cerita ini bisa digunakan untuk menepis anggapan masyarakat, bahwa anak punk tak bermoral. Jadi, hendaknya kita menilai seseorang bukan dari penampilan dan tingkah lakunya saja tetapi melihat hatinya juga. Seseorang melakukan tindakan yang tidak bermoral bukan karena kemauannya sendiri, bisa saja karena terpaksa.

(50)

commit to user

gelandangan dan anak punk yaitu tidur di mana saja, berkeliaran di mana-mana tanpa tujuan, dan terkadang suka meminta-minta.

Penampilan dan gaya hidup anak punk yang seperti gelandangan membuat masyarakat lebih takut dengan anak punk daripada gelandangan. Gelandangan, bila meminta sesuatu dan tidak diberi biasannya langsung pergi dan masyarakat tidak merasa takut atau was-was. Anak punk jika meminta dan tidak diberi biasanya mengamuk, hal ini yang menyebabkan masyarakat takut terhadap anak punk.

Solo (Solopos.com)--Sejumlah pedagang yang berjualan di kawasan Jl dr Soeharso, Jajar, Laweyan, mengaku resah dengan perilaku anak punk yang sering meminta barang dagangan mereka. Pedagang berharap otoritas terkait segera menertibkan anak punk di kawasan tersebut.

Salah seorang pedagang, Mulyati, 47, mengakui warungnya sering didatangi gerombolan anak punk. Biasanya, imbuh dia, anak punk tersebut meminta makanan serta minuman. Dijelaskan Mulyati, aktivitas tersebut hampir terjadi setiap hari. ”Anak punk-nya berganti-ganti. Saya juga tidak tahu dari mana asal mereka. Yang jelas, mereka turun dari truk-truk barang pada siang hari.

Jumlahnya bisa mencapai puluhan,” ujarnya kepada Espos

(http://www.solopos.com/2011/solo/ 5/3/2012, 13.38).

(51)

commit to user

Gambar 7

Dalam film Punk In Love juga digambarkan bagaimana masyarakat takut dengan keberadaan anak punk. Terlihat dalam gambar 7, pedagang makanan keliling terpaksa berputar jalan karena melihat gerombolan anak punk di sebuah gang. Pedagang itu takut jika dagangannya dijarah, diminta secara paksa, bahkan dihajar oleh anak-anak punk. Hal ini merupakan gambaran bagaimana masyarakat yang merasa takut dan resah terhadap anak punk, sehingga anak punk dianggap sebagai sampah masyarakat.

(52)

commit to user

Gambar 8

Anggapan anak punk sebagai biang keonaran, nampak pada film Punk In Love. Arok, Mojo, Almira dan Yoji berkelahi dengan preman karena Arok secara tidak sengaja mendorong seorang pelayan dan mengenai salah seorang preman dan berakhir dengan perkelahian. Preman adalah orang yang pekerjaannya memeras, menodong, merampok bahkan mengancam orang lain.

(53)

commit to user

diterima dengan jalur yang sudah ditetapkan setelah memenuhi persyaratan dan bisa mengerjakan ujian dengan baik.

Gambar 9

Dalam film Punk In Love ini terjadi dua kali perkelahian. Perkelahian

pertama disebabkan karena ketidaksengajaan Arok dan teman-temannya. Perkelahian kedua terjadi karena Arok ingin mengambil cincin yang diambil preman pada saat perkelahian pertama. Di perkelahian kedua ini, kegigihan Arok terlihat sekali, untuk mendapatkan kembali cincin yang telah disiapkan untuk Maia, Arok berani menghampiri para preman yang sedang makan di sebuah warung. Perjuangan untuk mendapatkan cincin itu kembali, diselesaikan dengan pertarungan satu lawan satu.

(54)

commit to user

Anak punk identik dengan “semau gue” atau terserah dengan kemauannya sendiri. Melakukan apa saja tanpa peduli dengan orang lain. Sekiranya anak punk ingin melakukan sesuatu pasti langsung dilakukan dengan caranya sendiri. Seperti untuk urusan tidur, anak punk tidur di mana saja, entah di emper toko, gang, taman kota, dan lain sebagainya.

Gambar 10a

Gambar 10b

(55)

commit to user

diceritakan Arok, Mojo, Yoji, dan Almira tidur di mana saja seperti di emper toko, gang, gerbong kereta, dan sebagainya. Penilaian masyarakat terhadap anak punk mengganggu pemandangan terbukti. Dalam film ini, Arok, Yoji, Almira, dan Mojo tidur di emper toko dan sebuah gang di kota Semarang.

Untuk melakukan perjalalan jauh paling tidak seseorang memerlukan ongkos untuk makan dan penginapan, untuk Arok dan kawan-kawannya, mereka bepergian jauh dan hanya membawa sedikit uang. Istilahnya, untuk makan saja tidak cukup, apalagi untuk menyewa sebuah kamar penginapan. Anak punk sudah siap dengan konsekuensi yang akan mereka peroleh, seperti tidur di emper toko dan di mana saja.

(56)

commit to user

Gambar 11

Almira : konwes tuwo masih mabok? Aku sih gak, tapi masih punk, masih anti kemapanan

Arok : Nah,anti kemapanan iku sing gawe aku bingung maksute al..?

Yoji : gimana kita mau anti kemapanan al? kalau ngrasain mapan aja belum pernah

Almira : makane moco..maksute anti kemapanan iku untuk aturan yang dibuat masyarakat, bukan duit, teorine kita gak perlu aturan seng baku buat menjalani hidup, kita bebas milih untuk mengatur hidup kita sendiri. Mojo : iyoo,, suasembada

Arok : suasembada opo sih kie?

Mojo : mencukupi kebutuhan sendiri, pakai cara sendiri, ho’o po ra?

(durasi 24’.41” - 25’.17”)

Keterangan gambar 11 menunjukkan bahwa tidak semua anak punk mengetahui maksud anti Kemapanan. Arok dan Yoji salah satunya, mereka tidak mengetahui maksud dari anti kemapanan, sedangkan Almira dan Mojo lebih mengetahui dan mendalami arti kemapanan terlihat dari penjelasan potongan cuplikan gambar.

(57)

commit to user

memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk mencapai tujuan hidup. Kedua, punk yang berpenafsiran salah. Yaitu golongan anak punk yang ikut-ikutan gaya pakaian, gaya rambut, gaya hidup tanpa mengetahui makna punk.

Berdasarkan penelitian Choiriah Mustika Asri (2010 : XVII) alasan remaja mengikuti komunitas punk karena rasa penasaran atau keingintahuan dari diri remaja tentang punk yang dilihat dan didengar dari teman, serta ajakan teman. Selain itu pola asuh orang tua yang otoriter, kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak perhatiaan juga memberikan pengaruh terhadap keikutsertaan remaja dalam komunitas punk.

Keempat tokoh dalam film Punk In Love yaitu Arok, Mojo, Almira, dan Yoji, dapat diklasifikasikan menurut karakternya. Arok, anak punk yang gigih, rela melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta untuk menemui Maia dan mengatakan cinta. Kegigihannya juga terlihat ketika Arok berusaha mengambil cicin yang diambil oleh preman demi Maia.

Mojo, anak punk yang kreatif selalu berorientasi pada sastra, bisa disebut sastrawan tetapi punk. Jiwa sastra Mojo terlihat saat Mojo sakit tetanus parah, kemudian dia berpesan kepada teman-temannya dan membaca sebuah kutipan puisi.

Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang”

Kutipan puisi tersebut adalah karya Chairi Anwar yang berjudul “AKU”.

(58)

commit to user

binatang jalang, sebuah simbol anti kemapanan yang menggambarkan anak punk adalah anak yang ingin mencari kebebasan. Mojo berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun sangat hormat dan sangat menyayangi ibunya

Almira, anak punk yang kreatif dan gigih, bisa mengatur keuangan selama perjalanan hingga sampai tujuan yaitu Jakarja, berasal dari keluarga yang berekonomi kuat, menjadi punk karena masalah perjodohan. Tokoh Almira dalam film Punk In Love, ikut menjadi anggota punk karena sikap otoriter orang tua (ibu) yang ingin menjodohkan laki-laki pilihan ibunya. Ada nilai positif dan negatif dalam perjodohan, nilai positifnya orang tua akan tenang melihat anaknya bersama pilihan orang tua. Nilai negatifnya, anak merasa terkekang, ingin mencari kebebasan dan mencari pilihan sendiri.

Yoji, anak punk yang kreatif, mampu memperoleh banyak uang dengan mengamen dan menyanyikan lagu dangdut, berasal dari keluarga yang berekonimi kuat, dan mantan model.

(59)

commit to user

Yoji sebelum menjadi anak punk berprofesi sebagai model, seperti dalam gambar 12. Awal mula Yoji menjadi model karena ajakan Tante Rosa, namun karena Yoji merasa dijebak oleh tante Rosa, akhirnya Yoji keluar dan memutuskan menjadi anak punk.

2. Kemiskinan

Secara umum kemiskinan seringkali dipahami sebagai suatu kondisi di mana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat primer (sandang, pangan, papan) secara wajar sesuai dengan kondisi kebutuhan tersebut. Kemiskinan membuat masyarakat sering melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya hidup.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 1991:749), kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan serba kekurangan serta berpenghasilan rendah atau keadaan tidak mempunyai harta.

Menurut Soerjono Soekanto, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (1990:365).

Berdasarkan pengertian tersebut, kemiskinan bisa dibagi menjadi dua yaitu kemiskinan fisik dan mental, kemiskinan fisik yaitu kemiskinan yang berhubungan dengan sandang, pangan dan papan. Kemiskinan mental yaitu kemiskinan yang ada dalam hati masing-masing orang. Dalam film Punk In Love

(60)

commit to user

a. Kemiskinan fisik

Kemiskinan fisik adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan/7/3/2012/19.12).

Menurut Paul Spicker (2002, Poverty and the Welfare State : Dispelling the Myths, A Catalyst Working Paper, London: Catalyst.) penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat:

o Individual explanation, diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri:

malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan, belum siap memiliki anak dan sebagainya.

o Familial explanation, akibat faktor keturunan, dimana antar generasi terjadi

ketidakberuntungan yang berulang, terutama akibat pendidikan.

o Subcultural explanation, akibat karakteristik perilaku suatu lingkungan yang

berakibat pada moral dari masyarakat.

o Structural explanations, menganggap kemiskinan sebagai produk dari

masyarakat yang menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status atau hak (http://adisatria.blogspot.com/6/3/2012/13.25).

(61)

commit to user

Gaya berpakaian anak punk sering menjadi penghambat bagi anak punk untuk mendapat kepercayaan masyarakat. Pakaian mencerminkan penampilan. Seorang tokoh agama (Kyai), menggunakan baju muslim lengkap dengan peci dan sarung, masyarakat melihat seorang Kyai akan merasa aman, nyaman dan tentram, tanpa ada pandangan buruk terhadap Kyai tersebut.

Lain halnya dengan penampilan anak punk, kebanyakan anak punk menggunakan pakaian serba hitam, menggunakan anting, menggunakan celana ketat, menggunakan sepatu boots, dan pakaian yang digunakan hanya itu-itu saja. Masyarakat melihat keberadaan anak punk menjadi takut, resah, gelisah, dan selalu berpandangan buruk, hal itu menandakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap anak punk sejak dahulu memang tidak ada.

Gambar 13

(62)

commit to user

rumah makan, perabot makan (gelas, piring, dll) akan pecah, karena anak punk identik dengan persepsi kebebasan yaitu melakukan sesuatu dengan semaunya sendiri, tidak mempunyai pengalaman kerja.

Masyarakat memandang anak punk sebagai orang yang malas, tidak mau berusaha sesuai dengan pandangan Paul Spicker yaitu Individual explanation. Dengan kondisi fisik yang masih kuat, seharusnya anak punk masih bisa mencari pekerjaan yang layak, tidak hanya berkeliaran di jalan tanpa arah dan tujuan yang jelas seperti gelandangan. Masyarakat memandang gelandangan sebagai sampah masyarakat, namun masyarakat masih mempunyai rasa iba, karena banyak gelandangan yang sudah berusia lanjut atau bahkan masih anak-anak. Seorang gelandangan yang sudah berusia lanjut masih mau bekerja walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul rosok, seorang anak gelandangan bekerja sebagai penyemir sepatu.

(63)

commit to user

Gambar 14

Gaya berpakaian anak punk yang berbeda dengan kebanyakan orang, membuat masyarakat cenderung menjadi takut untuk bergaul, berkomunikasi, bahkan berpapasan, seperti pada gambar 14. Seorang pedagang keliling takut jika dagangannya dijarah, diminta secara paksa, bahkan dihajar oleh anak-anak punk. Hal ini merupakan gambaran bagaimana masyarakat yang merasa takut dan resah terhadap anak punk. Anak punk sering disebut biang keonaran. Anggapan masyarakat ini bertumpu pada tingkah laku anak punk yang mudah sekali marah jika tidak diberi apa yang diminta (makanan,tumpangan,dll). Gaya berpakaian anak punk yang berbeda, secara tidak langsung membuat jarak pemisah antara anak punk dengan orang lain.

(64)

commit to user

mampu, Mojo dari keluarga yang benar-benar tidak mampu, sedangkan Arok tidak diceritakan secara jelas.

Gambar 15a

Gambar 15b

(65)

commit to user

mampu, namun untuk melakukan perjalanan ke Jakarta, Almira tidak membawa bekal uang yang lebih, karena Almira belum bekerja dan masih tergantung dengan orang tua.

Yoji sebelum menjadi anak punk berprofesi sebagai model, seperti dalam gambar 15b. Seorang model bisa dikatakan sebagai orang yang mampu. Karena penghasilan sebagai model bisa dibilang lebih dari cukup, Untuk menjadi seorang model seharusnya melalui beberapa ajang seleksi, namun karena bantuan tante Rosa, Yoji bisa menjadi model. Tidak mungkin orang biasa bisa langsung membawa sanak saudarannya menjadi seorang model, terkecuali orang tersebut sudah terlebih dahulu berkecimpung terjun di dunia permodelan.

Keluarga Yoji bisa disebut sebagai orang kaya, hal ini tampak dari tante Rosa. Tante Rosa bisa dikatakan sebagai orang kaya, karena bisa membawa Yoji menjadi seorang model, dan tante Rosa juga bisa menjamin kebebasan Yoji, Arok, Almira, dan Mojo dari penjara. Untuk menjamin sesorang keluar dari penjara tidak murah, apalagi empat orang sekaligus. Pasti memerlukan banyak uang. Kalau bukan orang kaya tidak mungkin empat orang sekaligus bisa dikeluarkan secara bersamaan. Merujuk pada keterangan tersebut, bisa dipastikan Yoji berasal dari keluarga yang mampu, namun saat menjadi seorang punk, Yoji harus meninggalkan kehidupan rumah dan berperilaku seperti anak punk yang lain.

(66)

commit to user

akibat faktor keturunan. Mojo bisa dikatakan sebagai orang yang tidak mampu, karena Mojo berasal dari keluarga juru kunci. Untuk menjadi seorang juru kunci makam harus mengenal kondisi letak dan keadaan makam. Tidak menutup kemungkinan bahwa kakek Mojo dulu juga seorang juru kunci, sehingga pekerjaan juru kunci diturunkan kepada orang tua Mojo.

Gambar 16a

Gambar 16b

(67)

commit to user

Almira, Mojo, dan Yoji berniat melakukan perjalanan ke Jakarta, hanya Mojo yang meminta izin orang tua, seperti pada gambar 16b. Almira, Arok dan Yoji tidak berani meminta izin orang tua mereka karena takut tidak diperbolehkan.

Kedekatan antara orang tua dan anak sangatlah penting. Menurut Syaikh M. Jamaluddin Mahfzuh (2005: 79), Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, “sebagai orang tua, harus menghormati pendapat anak yang sudah remaja, sebagai individu yang utuh lahir batin, dalam memberi pengarahan, orang

tua harus bersikap demokratis, tidak otoriter sedikit pun”. Dengan demikian,

seorang anak akan merasa sudah dianggap dewasa oleh orang tua, mereka akan nyaman saat berada di rumah. Dalam film Punk In Love, diceritakan melalui tokoh Mojo. Mojo mendapat kepercayaan dari Ibunya menjadi anak punk. Hasilnya, Mojo menjadi seorang anak yang patuh dan taat kepada orang tua. Berbeda dengan Almira dan Mojo.

Pola kehidupan Almira berasal dari orang tua yang otoriter. Syaikh M. Jamaluddin Mahfzuh (2005: 77) berpendapat, “rumah tangga yang

otoriter/diktator disebut sebagai rumah tangga yang tidak ada adaptasi”. Disebut

tidak ada adaptasi karena hak berpendapat anak tidak didengarkan oleh orang tua, apa yang menjadi keputusan orang tua arus dipatuhi anak. Seperti untuk perjodohan, Almira merasa tidak suka dengan pilihan Ibunya, namun Ibunya tetap memaksakan, sehingga hubungan anak dengan orang tua menjadi renggang dan akhirnya Almira memutuskan untuk keluar dari rumah.

Yoji berasal dari keluarga yang kaya dan selalu dimanjakan. Menurut

(68)

commit to user

mendapat perhatian berlebihan di rumah, perilaku mereka akan seperti perilaku anak-anak”. Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang remaja yang terlalu mendapat perhatian berlebih akan menjadi seorang remaja yang manja. Namun jika seorang remaja tersebut sudah menemukan teman bermainnya di luar rumah, remaja tersebut akan merasa malu dengan kehidupannya di dalam rumah, remaja tersebut cenderung menyembunyikan kemanjaannya kepada temannya dan berusaha menjadi seorang yang mandiri. Kemanjaan yang didapat Yoji membuatnya merasa malu dengan teman-temannya, akhirnya Yoji memutuskan untuk keluar dari rumah dan berusaha menjadi seorang anak punk yang gigih di jalanan.

Bimo Walgito (1999:124) berpendapat, “Dengan membentuk kelompok

yang baru, akan dapat pula mengubah atau membentuk sikap yang baru pula”.

Pengertian tersebut menyebutkan bahwa, saat mulai memasuki kelompok/komunitas yang baru, sikap atau perilaku seseorang juga akan berubah menjadi baru. Seorang remaja rumahan yang baru menjadi anggota punk, pasti akan mengalami perubahan gaya hidup. Kebiasaan remaja rumahan dalam satu hari paling tidak harus mandi dua kali, namun untuk ukuran anak punk, tidak mandi satu bulan sudah merupakan hal yang biasa. Remaja rumahan tersebut lama kelamaan akan mencoba tidak mandi satu hari, dua hari, dan seterusnya.

(69)

commit to user

Gambar 17

Gambar 17 merupakan gambaran yang terjadi di dalam film Punk In Love, saat Mojo mengais-ngais tempat sampah untuk mencari makanan. Kebiasaan memakan makanan sisa, bagi masyarakat umum dipandang sebagai kebiasaan yang menjijikkan. Namun, seorang remaja yang berasal dari keluarga kaya yang sudah masuk dalam dunia punk pasti juga akan melakukan hal yang sama. Contoh dalam film Punk In Love yaitu Yoji. Yoji mantan model, berasal dari keluarga yang kaya, namun saat bersama teman-teman punk, Yoji juga memakan makanan sisa. Sebuah kelompok yang sudah terikat rasa kekeluargaan dan kebersamaan, melakukan apa saja akan merasa nikmat, walaupun untuk makan makanan sisa secara bersama-sama. Selain makan dengan mengais sampah, anak punk juga sering mencari makan dengan berbekal ide yang

(70)

commit to user

Gambar 18

Gambar 18 diceritakan untuk mendapatkan sate, Arok dan

teman-temannya menggunakan hal yang “nakal” yaitu dengan berpura-pura mabuk dan mencoba membeli sate dengan harga murah. Seseorang pada saat terdesak, tidak menutup kemungkinan akan berani melanggar aturan.seperti pada gambar di atas, karena keterbatasan uang, Arok dan teman-temannya berani memeras pedagang sate.

Menurut Himawan Pratista (2008:61). Unsur sinematik termasuk aspek teknis dalam produksi film. Salah satu pendukung unsur sinematik adalah mise-en-scene. Mise-en-scane terdiri dari empat aspek utama, yaitu: setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), para pemain dan pergerakannya (akting). Dalam adegan gambar 18, keempat anak punk berakting layaknya orang mabuk, karena ingin meminta atau membeli sate dengan murah.

Solo (Solopos.com)--Sejumlah pedagang yang berjualan di kawasan Jl dr Soeharso, Jajar, Laweyan, mengaku resah dengan perilaku anak punk yang sering meminta barang dagangan mereka.

(71)

commit to user

Salah seorang pedagang, Mulyati, 47, mengakui warungnya sering didatangi gerombolan anak punk. Biasanya, imbuh dia, anak punk tersebut meminta makanan serta minuman. Dijelaskan Mulyati, aktivitas tersebut hampir terjadi setiap hari.

”Anak punk-nya berganti-ganti. Saya juga tidak tahu dari mana asal mereka. Yang jelas, mereka turun dari truk-truk barang pada siang hari.

Jumlahnya bisa mencapai puluhan,” ujarnya kepada Espos.

(http://www.solopos.com/2011/solo/anak-punk-bikin-resah-pedagang2012/11.20)

Berita dari koran Solo Pos tersebut merupakan bukti, bahwa anak-anak punk sekarang ini lebih mengedepankan penampilan mereka yang menakutkan untuk memeras para pedagang. Maka tak pelak lagi bila tanggapan masyarakat terhadap anak punk semakin buruk. Selain sebagai sampah masyarakat, juga sebagai preman.

Gambar

Gambar 2 Usaha untuk mendapatkan sate, termasuk suatu hal yang “nakal” yaitu
Gambar 3a
Gambar 4a
 Gambar 5  Orang tua mengajarkan agar kita bisa menempatkan sesuatu pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV ANALISIS 4.1 Kehidupan sosial Tokunaga ketika hidup bersama ibunya di

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL ELIANA SERIAL ANAK-ANAK MAMAK KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASI SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA Miswatun Roekah, A 310 080 284,

Melalui analisis struktur sosial dalam karya terungkap bahwa alur cerita ini merupakan alur lurus, latar terdiri dari fakta sosial yang bersumber dari rumah dan di luar

karya sastra yaitu puisi anak sebagai potret sosial yang terjadi di Indonesia pada.. tahun

Berdasarkan hasil analisis dari tindak tutur lokusi pada kegiatan aksi Cabut UU Cipta Kerja Omnibus Law di Samarinda dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi bentuk

Lima cerita pendek itu: “Malam Kelambu,” “Leontin Dewangga,” “Ode Untuk Selembar KTP,” “Dendang Perempuan Pendendam,” dan “Mangku Mencari Doa di Daratan