• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN CAFE ROCKETZ SOLO TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN CAFE ROCKETZ SOLO TAHUN 2011"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH

TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

CAFE ROCKETZ SOLO

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

Agung Joko Sulaksono K7407038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGARUH

PHYSICAL EVIDENCE

TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

CAFE ROCKETZ SOLO

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

Agung Joko Sulaksono K7407038

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

Agung Joko Sulaksono. K7407038. PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN CAFE ROCKETZ SOLO TAHUN 2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk diketahui (1) Ada tidaknya pengaruh

physical evidence secara simultan terhadap loyalitas konsumen cafe Rocketz

Solo, (2) Ada tidaknya pengaruh physical evidence secara parsial terhadap

loyalitas konsumen cafe Rocketz Solo.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif

kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Populasi penelitian

ini adalah seluruh pelanggan cafe Rocketz Solo pada tahun 2011. Pada penelitian

ini besarnya jumlah sampel ditentukan sebanyak 60 responden. Try out yang

dilakukan terhadap 30 responden di dalam populasi, dengan hasil valid dan

reliabel. Adapun teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi

linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) adanya

pengaruh physical evidence terhadap loyalitas konsumen. Hal ini tercermin dari

hasil uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas

(0,000) lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel physical evidence yang terdiri dari : fasilitas eksterior, fasilitas interior,

dan komunikasi fisik berpengaruh secara bersama-sama terhadap loyalitas

konsumen. (2) hasil perhitungan data untuk variabel fasilitas eksterior memiliki

tingkat signifikansi 0,000, variabel fasilitas interior memiliki tingkat signifikansi

0,000, variabel komunikasi fisik memiliki tingkat signifikansi 0,018. Oleh karena

probabilitas (fasilitas eksterior, fasilitas interior, dan komunikasi fisik) lebih kecil

dari 0,05 maka dapat dikemukakan bahwa variabel (fasilitas eksterior, fasilitas

interior, dan komunikasi fisik) berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas

(4)

commit to user ABSTRACT

Agung Joko Sulaksono. K7407038. INFLUENCE OF PHYSICAL EVIDENCE ON CUSTOMER LOYALTY AT ROCKETZ LIVE COFFE SOLO IN 2011, Thesis. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, July. 2011.

The purpose of this study was to determined (1) the presence or absence

of simultaneous influence of physical evidence on customer loyalty at Rocketz

Live Coffe Solo, (2) there are at least partially the influence of physical evidence

on customer loyalty at Rocketz Live Coffe Solo

This type of research conducted by the authors is quantitative descriptive

study with data collection techniques in the form of questionnaires.The population

of this study are all customer Rocketz Live Coffe Solo in 2011. In this study, the

large number of samples were determined by 60 respondents. Try outs are

conducted on 30 respondents in the population, with valid and reliable results. The

technical analysis of the data used is the technique of multiple linear regression

analysis.

Based on the results of this study concluded that (1) the influence of

physical evidence on customer loyalty. This is reflected in the acyl h obtained F

test probability value of 0.000. Because the probability value (0.000) is smaller

than 0.05, then Ho is rejected, so it can be concluded that physical evidence

variable consists of: facility exterior, facility interior, and other tangible jointly

influential on purchasing decisions. (2) the calculation of data to facility exterior

the variable has a significance level of 0,000. facility exterior variable have a

significance level of 0,000, other tangible the variable has a significance level of

0,018. Therefore, the probability (facility exterior, facility interior, and other

tangible) is smaller than 0.05, it can be argued that the variables (facility exterior,

(5)

commit to user

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan industri jasa di negara-negara maju berkembang dengan

pesat, begitu pula halnya di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, maka konsumsi barang-barang selain kebutuhan dasar

seperti makanan pokok, pakaian dan perumahan juga makin meningkat. Begitu

juga dengan kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari

kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan. Konsumsi

jasa, terutama travel, penginapan, restoran, hiburan, cafe, komunikasi, kesehatan

dan keuangan adalah sektor jasa yang banyak dikonsumsi dan memiliki pengaruh

yang besar atas perkembangan perekonomian.

Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan

yang diinginkan dari pasar sasaran yang telah ditentukan. Alat-alat itu membentuk

suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat

alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran. Menurut Payne (1993) bauran pemasaran jasa

dapat dikembangkan dalam tujuh variabel, yaitu products, people, physical

evidence atau packaging, process, place, promotion, dan pricing. Menurut Palmer

(1998), salah satu faktor dalam marketing mix yang perlu diperhatikan dalam

industri jasa adalah physical evidence, diantaranya adalah brosur, gedung dan

penampilan karyawan.

Bukti fisik (physical evidence) dari suatu perusahaan memegang peranan

yang besar pada penyajian service (Hoffman & Bateson, 1997). Berdasarkan

karakteristik pelayanan yang tidak berwujud, konsumen mengalami kesulitan

untuk menilai kualitas dari pelayanan tersebut. Sebagai akibatnya, konsumen

seringkali menyandarkan bukti-bukti nyata yang mengelilingi pelayanan untuk

membantu konsumen dalam menilai kualitas pelayanan tersebut. Penyediaan bukti

fisik yang menarik akan memberikan peluang yang positif terhadap kemungkinan

(6)

commit to user

2

& Bateson (1997), bukti fisik (physical evidence) dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu fasilitas eksterior, fasilitas interior, dan komunikasi fisik.

Menurut Hoffman & Bateson (1997), kegunaan dari physical evidence

adalah untuk memudahkan alur dari aktifitas yang menghasilkan pelayanan.

Physical evidence dapat memberikan informasi kepada konsumen bagaimana

terjadinya proses dari pelayanan tersebut, contohnya adalah buku menu dan brosur

yang menjelaskan tentang penawaran suatu perusahaan dan mempermudah proses

pemesanan pada konsumen. Selain itu yang termasuk dalam physical evidence

adalah desain interior, area parkir, tata ruangan, kartu bisnis, nota, seragam dan

penampilan karyawan.

Fandy Tjiptono (2002: 68) menyatakan bahwa :

Bauran pemasaran dan keputusan konsumen berkaitan sangat erat. Bauran pemasaran memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan keputusan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan konsumen dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan.

Saat ini, keberadaan cafe di Kota Bengawan laksana jamur di musim

penghujan. Hal tersebut membuktikan bahwa cafe saat ini menjadi alternatif

tempat sebagian orang untuk nongkrong, meeting maupun menikmati sensasi

menu-menu spesial yang disediakan. Perkembangan bisnis cafe di kota Solo

mengalami pertumbuhan pesat. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah cafe

yang hadir di kota ini. Berikut nama-nama cafe yang terletak di kota Solo hingga

tahun 2010:

Tabel 1. Daftar Cafe yang Berada di Kota Solo

Nama Alamat

* Kafe Bola Komplek Ruko Beteng Bl.C.12.A.

Pasar Kliwon

(7)

commit to user

* Lumba – Lumba Kafé Jl. Slamet Riyadi No.275. Laweyan * Café Arsenal Jl. Mangunsarkoro No.100. Komplang.

Banjarsari

* Café Y & F Jl. RM. Said No.220. Mangkubumen.

Banjarsari

* Warung Jawi Kafé Jl. Yosudarso No.225. Gajahan. Pasar Kliwon

* Kafe Sari Jl. RE. Martadinata No.224. Gandekan. Jebres

* Atria Cafe Jl. RA. Kartini 33 Banjarsari, Solo Kota

* Bizztro Coffee Lounge Solo Square Lt. 1 Laweyan, Solo Kota

* Cafe Priyadi Jl. Bhayangkara 78

* Coolest Coffee Corner Jl. Gatot Subroto 257 Sraten

* D’ Caffino Jl. Adi Sucipto 86 Jajar, Solo Barat * Diamond Cafe Jl. Slamet Riyadi 392-296 Laweyan, Solo

* Excelso Café Solo Square Lt. Dasar Laweyan, Solo Kota

* Intro Lounge and Resto Solo Grand Mall Lantai 3 Laweyan, Solo

* Priyayi Keprabon Jl. KH. Ahmad Dahlan 7 Keprabon. Banjarsari

* Ramayana Coffee Shop Jl. Dr. Wahidin 22 Laweyan, Solo Kota

* Rocketz Live Coffee Jl. Dr. Rajiman 368 Laweyan, Solo Kota

* Solo Mio Italian food & Café Jl. Brigjen Slamet Riyadi 253 Laweyan, Solo

* Solopuccino Coffee & Tea Jl. Sam Ratulangi Gremet Banjarsari, Solo

* Tentrem de Cafe Solo Grand Mall Lt. Dasar GF-A9 Laweyan

* Vervetto Coffe Shop Jl. Adi Sucipto 4 Banjarsari, Solo Kota

* D’Uno Karaoke Coffee Jl. Honggowongso No. 68 Surakarta (sumber: www.lintas-solo.blogspot.com)

Perubahan gaya hidup masyrakat Solo dapat dilihat dari kegemaran

anak-anak mudanya nongkrong di sejumlah coffee shop yang ada di berbagai sudut kota

Solo. Semakin hari, bisnis cafe cukup menjanjikan, mengingat kebutuhan untuk

(8)

commit to user

4

persaingan antarcafe tak bisa dihindarkan. Masing-masing cafe memiliki strategi

sendiri untuk mencari pangsa pasar (sumber: www.joglosemar.blogspot.com).

Jika kita biasanya ngopi bersama keluarga, kita bisa mengajak seluruh

anggota keluarga kita berkunjung ke cafe Vervetto, karena memang segmentasi

Vervetto adalah keluarga. Semua menu di Vervetto bebas alkohol. Menu andalan

dari cafe yang terletak di wilayah Manahan ini adalah kopi dan nasi goreng.

Olahan dari kopi tersebut antara lain frapuccino, rose talk coffee, capuccino

caramel, coffee punch, dan masih banyak lagi. Vervetto lay out ruangnya kurang

bagus, karena ada satu spot ruangan yang tidak bisa melihat ke arah teve yg

menempel di dinding cafe. Dapur kotornya juga kelihatan dari ruang pengunjung

sehingga pengunjung merasa terganggu.

Ramayana Coffe merupakan salah satu cafe di kota Solo yang memiliki

konsep jawa. Konsep tersebut terlihat dari desain interior ruangan yang lebih

berkesan resto dan banyak terdapat perabotan khas jawa. Nama menu-menu yang

ditawarkanpun memiliki nama menu yang jawa banget. Harga yang

ditawarkanpun relatif terjangkau dengan kualitas rasa makanan yang standar.

Sementara itu, cafe Rocketz yang terletak di Jalan Dr. Radjiman No. 368

Baron, Solo juga menawarkan lokasi nyaman untuk digunakan nongkrong atau

sekadar menikmati minuman maupun makanan. Cafe Rocketz memberikan

nuansa yang berbeda dibanding cafe-cafe lainnya. Dari mulai pelayanan yang

diberikan hingga inovasi baik itu food and beverage serta drinks yang dilakukan

setiap bulannya. Hal tersebut dilakukan agar konsumen memiliki banyak pilihan.

Dibandingkan dengan cafe-cafe yang lain di cafe Rocketz semuanya disusun

secara homy mulai dari lay out indoor juga dilengkapi dengan fasilitas tv kabel,

free hotspot, VIP room karaoke, LCD proyektor, accoustic everyday, dan outdoor

yang mengesankan asri dengan garden venue yang tertata rapi. Dengan harapan

ketika customer datang mereka seperti sedang pulang ke rumah mereka.

Konsumen yang berkunjung di cafe Rocketz bisa memilih tempat di sisi

indoor maupun outdoor. Di sisi indoor, konsumen akan dihadapkan pada suasana

remang tapi artistik. Lampu bolam terpasang pada langit-langit. Warna cahayanya

(9)

commit to user

terletak di tengah. Sangat nyaman ketika diduduki untuk bersantai, atau sembari

browsing memanfaatkan hotspot yang ada. Nuansa musik tetap disajikan. Sebuah

televisi plasma menempel di dinding dengan tayangan video klip musik dari menu

stasiun teve berbayar. Pada berbagai sisi tembok dipajang pigura yang berisi foto

aneka grup band luar negeri, seperti The Beatles. Secara keseluruhan

mencerminkan ruangan yang cocok bagi penggemar musik. Masih di sisi indoor,

konsumen bisa berkaraoke ria di ruang VIP.

Pada sisi outdoor, konsumen akan menempati sebuah tenda kecil dengan

meja kayu bundar. Angin sepoi malam bisa dinikmati sembari berinternet.

Asyiknya, pertunjukkan band berada di sisi outdoor ini. Konsumen bisa melihat

langsung band yang tampil tanpa mengalami halangan pandangan mata. Tampilan

fisik luar dari cafe Rocketz terlihat sangat asri, dengan banyaknya tanaman yang

tumbuh dapat menambah rasa sejuk di luar ruangan cafe.

Meskipun saingan usaha cafe sejenis semakin banyak bertebaran di kota

Solo, konsumen cafe Rocketz tetap loyal dalam melakukan keputusan pembelian

di cafe tersebut. Sejak kehadirannya di dunia bisnis beberapa tahun silam, cafe

Rocketz menyadari persaingan di lini bisnis yang dirasakan semakin berat. Namun

manajemen masih tetap memberikan keoptimisannya. Untuk mempertahankan

loyalitas konsumen, Rocketz berkomitmen pada peningkatan layanan dan kualitas

produk. Selain itu setiap tiga bulan sekali dilakukan penyegaran tata letak meja

sampai ke urusan interior.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis

bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan bauran pemasaran

jasa. Penelitian tersebut tertuang dalam judul: “Pengaruh Physical Evidence Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe Rocketz Solo Pada Tahun 2011”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

(10)

commit to user

6

1. Apakah ada pengaruh physical evidence secara simultan terhadap loyalitas

konsumen cafe Rocketz Solo?

2. Apakah ada pengaruh physical evidence secara parsial terhadap loyalitas

konsumen cafe Rocketz Solo?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh physical evidence secara simultan terhadap

loyalitas konsumen cafe Rocketz Solo.

2. Untuk mengetahui pengaruh physical evidence secara parsial terhadap loyalitas

konsumen cafe Rocketz Solo.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran pengetahuan tentang Konsep

Physical Evidence berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Pemasaran.

b. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang ada serta sebagai landasan untuk pengadaan penelitian lebih

lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan, sebagai masukan bagi perusahaan tentang physical evidence

yang dapat menciptakan suasana nyaman yang nantinya akan berpengaruh

pada loyalitas konsumennya.

b. Bagi Universitas, memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai bahan

studi lebih lanjut bagi yang ingin mengadakan penelitian yang berkaitan

dengan topik ini serta memberikan sumbangan bagi perbendaharaan karya tulis

ilmiah di perpustakaan.

c. Bagi peneliti, menerapkan teori-teori yang pernah dipelajari selama mengikuti

perkuliahan yang berhubungan dengan masalah pemasaran jasa sehingga dapat

(11)

commit to user

7

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang

relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan

pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang

konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan

permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah

sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan dalam

rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan dalam upaya

memperoleh keuntungan. Pemasaran adalah kreasi dan realisasi sebuah standar

hidup yang mencakup kegiatan menyelidiki dan mengetahui apa yang

diinginkan oleh konsumen, kemudian merencanakan dan mengembangkan

sebuah produk atau jasa yang akan memenuhi kegiatan konsumen tersebut dan

kemudian memutuskan yang terbaik untuk menentukan harga,

mempromosikan, dan selanjutnya mendistribusikan produk atau jasa tersebut.

Menurut Kotler dalam buku Harini (2008) definisi pemasaran adalah

kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

melalui proses pertukaran. Sedangkan menurut William J. Staton dalam buku

Harini (2008) definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang dan jasa yang

dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial.

Maka dari beberapa pengertian di atas dapat diambil beberapa

(12)

commit to user

8

1) Pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pertukaran.

2) Pemasaran adalah kegiatan perusahaan dalam membuat perencanaan dalam

menentukan harga, promosi, serta mendistribusikan barang dan jasa.

3) Pemasaran berorientasikan pada konsumen yang ada dan potensional.

4) Pemasaran tidak hanya bertujuan memuaskan konsumen, tetapi juga semua

pihak yang terkait dengan perusahaan.

b. Pengertian Konsep Pemasaran

Untuk mencapai tujuan pemasaran, maka kegiatan dan proses

pertukaran harus dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dapat

menghasilkan pendapatan bagi perusahaan dan memberikan kepuasan kepada

konsumen. Untuk mendapatkan proses pertukaran yang efektif, maka

perusahaan membutuhkan manajemen untuk mengelola proses pertukaran

tersebut. Manajemen sebagai alat bantu untuk mempengaruhi tingkat

permintaan, pemilihan waktu, dan sifat permintaan sehingga dapat membantu

perusahaan dalam mencapai tujuan.

Menurut Philip Kotler (2008), konsep pemasaran merupakan kunci

untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara

lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing. Sedangkan, menurut

Harini (2008: 12) mendefinisikan bahwa “Konsep pemasaran adalah suatu

falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.”

Dari definisi di atas dijelaskan bahwa konsep pemasaran menekankan

pada kepuasan konsumen sebagai tujuan yang harus dicapai. Untuk itu pemasar

harus mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalam

memilih suatu produk atau jasa sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginannya. Pemasaran merupakan penghubung antara organisasi

dengan konsumen. Peran penghubung ini akan berhasil bila semua upaya

(13)

commit to user

manajemen puncak hingga karyawan non-manajerial, dalam merumuskan

maupun mendukung pelaksanaan pemasaran yang berorientasi kepada

konsumen tersebut, merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

c. Fungsi Pemasaran

Menurut Hendri Ma’ruf (2005: 3), “Pemasaran mempunyai fungsi

untuk mewujudkan sasaran perusahaan”. Adapun cara-caranya yaitu sebagai

berikut:

1) Menetapkan basis pelanggan (customer base) secara strategis, rasional, dan lengkap dengan informasinya.

2) Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang sekarang dan yang akan datang.

3) Menciptakan produk yang akan dapat memenuhi kebutuhan palanggan dengan pas dan menguntungkan dan yang mampu membedakan perusahaan dari pesaingnya.

4) Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar sasaran (target market).

5) Memimpin seluruh personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang disiplin, profesional, dan berpengetahuan serta punya dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pemasaran

adalah terlaksananya tujuan atau sasaran perusahaan melalui beberapa cara.

Cara-cara tersebut di atas dilakukan oleh perusahaan secara simultan.

2. Tinjauan Tentang Bauran Pemasaran

a. Konsep Bauran Pemasaran

Untuk meraih sukses, suatu produk akan tergantung kepada sejumlah

faktor, diantaranya produk itu sendiri, harga, distribusi, dan promosi yang

dilakukan. Faktor-faktor ini biasa dikenal dengan nama marketing mix yang

merupakan controllable marketing variables, artinya faktor-faktor tersebut

dapat dikendalikan sepenuhnya oleh perusahaan. Sedangkan uncontrollable

marketing variables tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan secara individu,

seperti perubahan-perubahan faktor kependudukan, kondisi perekonomian,

sosial, undang-undang, kebijaksanaan pemerintah, dan faktor alam.

Menurut Kotler (2000) bauran pemasaran adalah perangkat alat

(14)

commit to user

10

pemasarannya di pasar sasaran. Menurut Harini (2008) bauran pemasaran

adalah perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang perusahaan

gabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar

sasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah suatu

perangkat yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan

terhadap produknya dan perangkat-perangkat tersebut akan menentukan tingkat

keberhasilan pemasaran bagi perusahaan serta semua ini ditujukan untuk

memberikan kepuasan kepada konsumennya.

b. Konsep Bauran Pemasaran Jasa

Valerie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner (1996) mendefinisikan jasa

sebagai semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam

bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama

dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya

keamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah

yang dihadapi konsumen.

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama,

pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya

tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat

konsumen berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya

dilakukan dengan segera. Hal ini lebih sulit daripada pengawasan produk fisik.

Ketiga, interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat

mewujudkan produk yang dibentuk. Karakteristik jasa menurut Fandy Tjiptono

(2006) adalah sebagai berikut:

1) Intangibility

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat atau

benda; maka jasa adalah perbuatan , tindakan, pengalaman, proses, kinerja

atau usaha. Hal tersebut yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa,

(15)

commit to user 2) Inseparability

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan

jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan

dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3) Variability/ heterogeneity/ inconsistency

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output,

artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa,

kapan, dan di mana jasa tersebut di produksi.

4) Perishability

Yaitu jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.

5) Lack of ownership

Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang,

konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang

dibelinya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya

memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas

(misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan). Jasa

tidak dapat disimpan untuk dijual atau dipakai di kemudian hari.

Menurut Payne (1993) bauran pemasaran jasa dapat dikembangkan

dalam tujuh variabel, yaitu products, people, physical evidence atau packaging,

process, place, promotion, dan pricing. Menurut Philip Kotler (2000) bauran

pemasaran jasa terdiri dari:

1) Produk (Product)

Adalah suatu penawaran berwujud dan tidak berwujud yang dilakukan

perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan bentuk, merek,

dan pemasaran produk yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan

keinginan dan kebutuhannya.

2) Harga (Price)

Adalah sejumlah uang yang dibayar pelanggan untuk suatu produk tertentu.

Penetapan harga merupakan suatu masalah yang sangat peka bagi

(16)

commit to user

12

merupakan satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang dapat

berubah dengan cepat.

3) Tempat (Place)

Adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat

diperoleh dan dapat tersedia bagi pelanggan sasaran.

4) Promosi (Promotion)

Adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk

dapat diperoleh dan dapat tersedia bagi pelanggan sasaran. Promosi

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Meskipun suatu produk mempunyai kualitas yang baik, tetapi

apabila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa

produk tersebut akan berguna bagi mereka maka mereka tidak akan pernah

membelinya, maka promosi dibutuhkan disini.

5) Orang (People)

Dalam pemasaran orang terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Service Personal, yaitu: orang-orang yang menyelenggarakan produksi

dan operasional di perusahaan, yaitu penyalur, pemasok dan produsen.

b) Customer adalah mereka yang pernah menggunakan jasa suatu

perusahaan, dapat membentuk dan mempengaruhi persepsi pelanggan

lainnya mengenai perusahaan tersebut karena itu perusahaan perlu

memperhatikan kualitas pelayanan terhadap pelanggan dan menjaga

hubungan baik dengan mereka.

6) Sarana Fisik (Physical Evidence)

Sarana fisik menyangkut segi fisik yang dapat menciptakan suatu

environment dan atmosphere yang mendukung terjadinya pembelian dan

juga membangun terjadinya image tentang jasa yang ditawarakan

perusahaan dalam benak konsumen.

7) Proses (Process)

Proses penjualan dan penyediaan jasa merupakan peranan penting karena

(17)

commit to user

Bila proses ini dilakukan secara tepat, maka pelanggan akan merasa puas

dan mempunyai penilaian yang baik terhadap perusahaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran

jasa sangat mempengaruhi sistem pemasaran yang digunakan dalam

perusahaan. Hal ini berkaitan dengan jasa pelayanan yang diberikan terhadap

kepuasaan pelanggan. Untuk mempertahankannya maka diperlukan jasa

pelayanan yang baik pada pelanggan.

3. Tinjauan Tentang Physical Evidence

a. Pengertian Physical Evidence ( Bukti Fisik )

Menurut Palmer (1998), salah satu faktor dalam marketing mix yang

perlu diperhatikan dalam industri jasa adalah physical evidence. Bukti fisik

(physical evidence) adalah sarana fisik, lingkungan terjadinya penyampaian

jasa, antara penyedia jasa dan konsumen berinteraksi dan setiap komponen

lainnya yang memfasilitasi penampilan yang ditawarkan (Zeithaml & Bitner,

1996). Bukti fisik (physical evidence) adalah lingkungan fisik perusahaan

tempat jasa diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi,

ditambah elemen tangible apa saja yang diinginkan untuk mengkomunikasikan

atau mendukung peranan jasa itu (Lupiyoadi, 2001). Berdasarkan penjabaran

tersebut dapat di simpulkan bahwa bukti fisik (physical evidence) adalah

struktur fisik dari sebuah perusahaan yang merupakan komponen utama dalam

membentuk kesan sebuah perusahaan. Bukti fisik (physical evidence) memiliki

peranan penting untuk menarik minat konsumen agar datang ke suatu

perusahaan dan melakukan pembelian.

Menurut Hoffman & Bateson (1997), bukti fisik (physical evidence)

dari suatu perusahaan memegang peranan yang besar pada penyajian service

(pelayanan). Berdasarkan karakteristik pelayanan yang tidak berwujud,

konsumen mengalami kesulitan untuk menilai kualitas dari pelayanan tersebut.

Sebagai akibatnya, konsumen seringkali menyandarkan bukti-bukti nyata yang

(18)

commit to user

14

pelayanan tersebut. Menurut Lovelock & Wright (2002) para pemasar

menggunakan physical evidence dalam 3 cara, yaitu:

1) Sebagai perhatian

Membuat media, menciptakan pelayanan yang berbeda dengan para pesaing

dan menarik pengunjung dari segmen sasaran.

2) Sebagai pesan

Menggunakan bahasa isyarat yang simbolis untuk berkomunikasi dengan

konsumen mengenai sifat khusus dan kualitas pengalaman pelayanan.

3) Sebagai efek

Menggunakan warna, bentuk, suara, bau, dan desain tempat untuk menarik

minat untuk barang tertentu, pelayanan ataupun pengalaman.

Menurut Hoffman & Bateson (1997), kegunaan dari physical evidence

adalah untuk memudahkan alur dari aktifitas yang menghasilkan pelayanan.

Physical evidence dapat memberikan informasi kepada konsumen bagaimana

terjadinya proses dari pelayanan tersebut. Contohnya adalah menu dan brosur

yang menjelaskan tentang penawaran suatu perusahaan dan mempermudah

proses pemesanan pada konsumen.

Bukti fisik (physical evidence) memberikan kesempatan istimewa

kepada perusahaan dalam mengirimkan pesan-pesan yang kuat dan konsisten

berkenaan dengan apa yang ingin dicapai, diberikan perusahaan kepada

segmen pasar yang dituju, serta pesanpesan berkenaan dengan karakteristik

jasa yang dimiliki. Selain itu bukti fisik juga sangat penting dalam membentuk

image atau persepsi karena melalui bukti fisik ini konsumen siap untuk

mengidentifikasikan dan membandingkan suatu perusahaan jasa dengan

perusahaan jasa lainnya. Menurut Lupiyoadi (2001) terdapat dua tipe bukti

fisik (physical evidence) , yaitu:

1) Essential evidence, merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh

(19)

commit to user

2) Peripheral evidence, merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak

akan berarti apa-apa. Jadi hanya berfungsi sebagai pelengkap saja, namun

perannya penting dalam proses produksi jasa. Contoh: tiket pesawat.

b. Elemen-elemen Dalam Physical Evidence

Elemen-elemen dalam physical evidence ini sangat diperlukan dalam

memajukan perusahaan, karena hal ini dapat mempengaruhi penilaian

pelanggan terhadap jasa perusahaan. Menurut Hoffman & Bateson (1997),

bukti fisik (physical evidence) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu fasilitas

eksterior, fasilitas interior, dan komunikasi fisik. Sedangkan Tjiptono (2006)

mengelompokkan bukti fisik (physical evidence) sebagai berikut:

1) Fasilitas eksterior, meliputi:

a) Desain eksterior

b) Signage

c) Tempat parkir

d) Lingkungan sekitar

2) Fasilitas interior, meliputi:

a) Desain interior

b) Peralatan

c) Layout

d) Kualitas Udara

3) Komunikasi fisik, meliputi:

a) Kartu nama (business card)

b) Seragam karyawan

c) Brosur

d) Situs internet

e) Kartu anggota (member card)

Secara umum elemen-elemen dalam physical evidence dibagi menjadi

(20)

commit to user

16

1) Fasilitas eksterior

Menurut Fandy Tjiptono (2006) fasilitas eksterior merupakan lingkungan

atau penampilan luar dari sebuah perusahaan yang dapat menarik perhatian

konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu dalam mendesain

bagian luar perusahaan harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a) Desain eksterior

Menurut tjiptono (2006) desain eksterior merupakan kerangka bentuk

atau rancangan pada bagian luar ruangan. Eksterior selalu dikaitkan

dengan seni atau keindahan, dimana eksterior adalah cerminan awal dari

pengunjung dalam beraktivitas pada sebuah cafe. Eksterior memiliki

peran yang sangat penting untuk menimbulkan kesan nyaman bagi

pengunjung dalam beraktivitas.

b) Signage

Menurut Tjiptono (2006) signage merupakan setiap jenis grafik visual

yang dibuat untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Ini

biasanya diwujudkan dalam bentuk informasi jalan yang dicari

ditempat-tempat seperti jalan-jalan atau di dalam/ di luar bangunan. Tanda-tanda

ini ditampilkan pada eksterior dan interior yang digunakan sebagai label

(nama perusahaan, departemen, dll) untuk penunjuk arah.

c) Tempat parkir

Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman

parkir dan atau gedung parkir. Penetapan lokasi dan pembangunan

fasilitas parkir untuk umum, dilakukan dengan memperhatikan rencana

umum tata ruang daerah, keselamatan dan kelancaran lalu lintas,

kelestarian lingkungan, dan kemudahan bagi pengguna jasa.

Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh pemerintah,

badan hukum negara atau warga negara. Penyelenggara fasilitas parkir

untuk umum dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang

(21)

commit to user d) Lingkungan sekitar

Lingkungan sekitar merupakan keadaan daerah sekeliling atau kawasan

yang terletak mengelilingi tempat pelayanan jasa tersebut.

2) Fasilitas interior

Menurut Fandy Tjiptono (2006) fasilitas interior merupakan penampilan di

dalam sebuah perusahaan. Dalam merancang lingkungan interior harus

dapat menampilkan suasana yang nyaman dan aman bagi pelanggan.

Fasilitas yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan fisik yang

berasal dari dalam, meliputi:

a) Desain interior

Dalam masalah perancangan tata ruang, digunakan istilah desain interior

dikarenakan oleh sistem dan sifat kerjanya. Desain adalah suatu sistem

yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimana titik

beratnya adalah melihat suatu persoalan tidak secara terpisah atau

tersendiri, melainkan sebagai satu kesatuan. Pengertian desain interior

adalah karya arsitek atau desainer yang khusus menyangkut bagian dalam

dari suatu bangunan, bentuk-bentuknya sejalan perkembangan ilmu dan

teknologi yang dalam proses perancangan selalu dipengaruhi aspek-aspek

geografi setempat dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang diwujudkan

dalam gaya-gaya kontemporer.

Lawson (1993) menjelaskan tujuan dari desain interior sebuah restoran

adalah untuk menciptakan suasana yang mendukung makanan atau jasa

yang ditawarkan dan membuat suasana makan lebih mengesankan,

sehingga dapat membuat konsumen akan datang kembali dan

merekomendasikan restoran tersebut kepada orang lain.

b) Peralatan

Peralatan adalah segala keperluaan yang digunakan manusia untuk

mengubah lingkungan sekitar, termasuk dirinya dan orang lain, dengan

menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu,

(22)

commit to user

18

membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang dan

mempermudah kebutuhan hidup manusia tersebut.

Ruang yang kosong tanpa ada benda satu pun di dalamnya tentu tidak

akan memuaskan kebutuhan manusia, apabila ruang telah dilengkapi

dengan peralatan dan perabotan barulah ruang tersebut berfungsi.

Perabotan merupakan aspek unik, karena perabotan itu sendiri adalah

dekorasi yang kehadirannya di dalam ruang terbawa oleh fungsi.

Penyusunan perabot harus disesuaikan dengan kebutuhan guna

kenyamanan si pemakai sedang fungsi perabot tidak dapat dipisahkan

dengan faktor estetika. Penyusunan perabot akan menimbulkan berbagai

aspek yang berhubungan dengan aktifitas, fungsi maupun segi-segi

visual. Semua ini mempunyai kaitan antara aspek yang satu dengan aspek

yang lain. Desain perabot dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

(1) Furniture yang berbentuk kotak misalnya meja tulis , meja lemari

buku, dan kursi yang tidak mempunyai pelapis. Tipe furniture

semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun

bahan-bahan lainnya makin bertambah populer.

(2) Furniture yang dilapisi, misalnya sofa dan kursi-kursi yang

seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk

perlengkapanperlengkapan tidur.

Desain perabot terikat oleh berbagai macam aspek antara lain :

(1) Siapa yang akan menggunakan perabot dalam ruangan tersebut.

(2) Bagaimana bentuk yang diinginkan atau suasana yang ingin dicapai.

(3) Cost atau biaya yang diperlukan.

c) Layout

Layout merupakan susunan dari suatu ruangan. Tata ruang mengacu pada

cara-cara penyusunan mesin-mesin, peralatan, dan perabotan sesuai

ukuran, bentuk dan fungsinya untuk memfasilitasi tercapainya tujuan

(23)

commit to user d) Kualitas Udara

Kualitas udara merupakan tingkat baik buruknya campuran dari berbagai

gas yang tidak berwarna dan tidak berbau (seperti oksigen dan nitrogen)

yang memenuhi ruangan.

3) Komunikasi fisik

Menurut Fandy Tjiptono (2006) komunikasi fisik adalah jenis fisik lain

yang merupakan bagian dari bukti fisik suatu usaha, yang meliputi:

a) Kartu nama (business card)

Kartu bisnis adalah sebuah keharusan bagi seorang profesional. Dengan

kartu nama, seseorang membuka diri bahwa dirinya siap mengeksplorasi

peluang. Karena itu, kartu nama vital untuk memperluas jaringan. Kartu

nama adalah strategi marketing kita kepada semua orang. Seorang

profesional wajib memiliki kartu nama. Kartu nama hendaknya diberikan

kepada siapa pun yang berhasil kita jumpai dan memiliki kepentingan

dengan kita.

b) Seragam karyawan

Seragam karyawan adalah seperangkat pakaian standar yang dikenakan

oleh anggota suatu organisasi sewaktu berpartisipasi dalam aktivitas

organisasi Menurut Lillicarp & Cousins (1994) karyawan harus

memperhatikan penampilannya pada saat bekerja. Penampilan karyawan

sangatlah penting dalam suatu restoran, karena hal tersebut dapat

memberikan kesan yang baik ataupun buruk terhadap para tamu. Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam penampilan karyawan:

(1) Seragam

(2) Kebersihan badan

(3) Sikap badan

(4) Kulit

(5) Tangan dan kuku

(6) Rambut

(7) Gigi

(8) Kaki dan sepatu

(9) Kaos kaki

(24)

commit to user

10

c) Brosur

Brosur merupakan selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat,

tetapi lengkap mengenai perusahaan atau organisasi demi mempertinggi

prestisnya. Selain brosur, dalam memperkenalkan menu hidangan, cafe

juga membuat suatu daftar nama makanan dan minuman yang disediakan

perusahaan yang biasa disebut dengan buku menu. Menurut Lillicarp &

Cousins (1994) menu bagi tamu adalah lebih dari sekedar daftar makanan

dan minuman. Menu dapat membangun sebuah ketertarikan konsumen

yang akhirnya mempengaruhi pengalaman makan secara keseluruhan.

Menurut Gordon-Davis & Van Rensburg (2002), desain menu harus

merefleksikan atmosphere suatu restoran. Pencetakan dan pemakaian

warna dalam menu harus sesuai dengan logo restoran. Menu sebagai

penunjang harus mempunyai efek visual yang menarik dan menyediakan

informasi yang cukup tentang produk yang dijualnya.

Lillicarp & Cousins (1994) menjelaskan bahwa cara penyampaian menu

sangat penting dalam mempengaruhi pilihan konsumen. Pemakaian

bahasa pada menu harus mudah dimengerti oleh konsumen. Selain itu

penulisan pada menu harus menggunakan ejaan yang benar, bahasa yang

sesuai dan urutan yang benar antara hidangan pembuka sampai penutup.

Pada penulisan menu selain dituliskan nama makanan, hendaknya juga

dituliskan penjelasan menunya. Misalnya: bahan utama, metode

pembuatan beserta hiasannya.

d) Situs internet

Situs internet merupakan suatu program komputer yang berisi keterangan

atau informasi mengenai perusahaan atau organisasi secara luas dan

dapat diakses melalui web browser dan ditampilkan di layar komputer.

e) Kartu anggota (member card)

Kartu anggota merupakan kartu keanggotaan yang diberikan oleh suatu

perusahaan sebagai simbol bagian masuk dalam suatu golongan atau

kelompok dimana kartu ini akan memberikan keuntungan bagi

(25)

commit to user

4. Tinjauan Tentang Perilaku Konsumen

a. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Niti Semito (1996: 119) “Perilaku konsumen adalah ilmu

yang mencoba mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti

tindakan-tindakannya untuk membeli suatu barang atau jasa”. Sedangkan Ristiyanti

Prasetijo dan J.O.I. Ihalauw (2005: 9) menyatakan bahwa “Perilaku konsumen

merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik

individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli

atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya”.

Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu,

kelompok maupun organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan

keputusan dimulai dari mendapatkan, sampai menggunakan barang-barang atau

jasa-jasa tersebut.

Para pembeli memiliki motif -motif pembelian yang mendorong

mereka untuk melakukan pembelian. Menurut Alma (1999) ada tiga macam

motif pembelian:

1) Primary buying motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya.

2) Selective buying motive, yaitu pemilihan terhadap barang, pembelian ini

dapat berdasarkan rasio (rational buying motive), berdasarkan emosi

(emotional buying motive), atau karena dorongan seketika (impulse buying

motive).

3) Patronage buying motive, merupakan pembelian yang ditujukan kepada

tempat atau toko tertentu. Pemilihan tersebut bisa timbul karena

pelayanannya yang memuaskan, lokasi yang strategis, persediaan barang

yang cukup, tersedianya halaman parkir, orang-orang suka berbelanja di

sana.

b. Model Perilaku Konsumen

Untuk memudahkan pemahaman tentang faktor-faktor yang

(26)

commit to user

12

hubungannya, diper lukan sebuah model yang menggambarkan faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumen dalam mencapai suatu keputusan pembelian.

Kotler & Armstrong (2004) mengemukakan model perilaku konsumen seperti

terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar tersebut memperlihatkan pemasaran dan lingkungan sebagai

suatu rangsangan yang mempengaruhi konsumen, yang pada akhirnya

menghasilkan jawaban tertentu. Konsumen membeli suatu produk karena

adanya penjualan yaitu produk, harga, tempat dan promosi, juga karena adanya

perangsang lainnya yang berasal dari aspek ekonomi, teknologi, politik, dan

budaya. Kedua perangsang tersebut berhubungan dengan karakteristik dari

pembeli yang dipengaruhi oleh budaya, sosial, karakteristik pribadi dan

psikologis.

Selanjutnya konsumen akan melangkah pada proses keputusan

pembelian yang berupa serangkaian aktivitas yang meliputi pengenalan

masalah, pencarian informasi tentang produk yang akan dibeli, evaluasi,

keputusan dan perilaku setelah pembelian. Akhirnya konsumen mengambil

keputusan pembelian, pengambilan keputusan pembelian yang meliputi

pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan penjual, penentuan saat

pembelian dan jumlah pembelian.

Rangsangan dari luar Kotak Hitam Pembeli

Keputusan

(27)

commit to user

Menurut Kotler & Armstrong (2004) perilaku pembeli dipengaruhi

oleh empat faktor utama yaitu:

1) Kebudayaan

Hampir seluruh perilaku manusia dibiasakan dengan belajar. Kebudayaan

ini sifatnya sangat luas dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia

seperti pengatahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat

istiadat. Suatu sub budaya cenderung untuk kehilangan homogenitas bila

orang tidak dapat lagi berhubungan secara pribadi dengan seluruh anggota

masyarakatnya, mungkin karena jumlah penduduk bertambah.

2) Sosial

Kelompok yang relatif homogen dan bertahan dalam suatu masyarakat, yang

tersusun secara hirarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat,

dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ini mempunyai beberapa ciri. Salah

satunya adalah orang yang berada dalam perilaku serupa daripada orang

yang berasal dari dua kelas sosial yang berbeda. Kebanyakan perilaku

individu dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil, kelompok dimana

konsumen memiliki pengaruh langsung, dinamakan membership group,

kelompok ini meliputi keluarga, taman, tetangga, rekan kerja, siapa saja

yang sering berinteraksi tetapi secara tidak resmi adalah kelompok utama.

Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang berinteraksi secara

resmi seperti grup-grup religius, asosiasi pekerjaan. Selain dipengaruhi oleh

kelompok tersebut konsumen juga dapat dipengaruhi oleh kelompok lainnya

seperti reference group, aspirational group adalah kelompok dimana

konsumen tidak termasuk di dalamnya, tetapi ingin menjadi bagian dari

kelompok tersebut. Dalam suatu kelompok biasanya memiliki opinion

leader, yang karena pengetahuan dan keahlian atau karakteristik lain yang

dimilikinya menjadikannya orang yang mempunyai kekuatan untuk

mempengaruhi orang lain.

3) Kepribadian

Konsumen memiliki kepribadian yang berbeda akan mempengaruhi

(28)

commit to user

14

berbeda pada tiap orang. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

a) Umur dan siklus hidup, jenis barang yang dikonsumsi oleh konsumen

akan berubah seiring bertambahnya umur mereka.

b) Pekerjaan, pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pembelian barang

dan jasa.

c) Keadaan ekonomi, keadaan ekonomi seseorang mempunyai pengaruh

yang sangat besar pada keputusannya dan pilihannya untuk

mengkonsumsi suatu barang atau jasa.

d) Gaya hidup, konsumen dari kelas sosial yang berbeda mempunyai gaya

hidup yang berbeda pula.

e) Kepribadian dan konsep diri.

4) Psikologis

Pilihan seseorang dalam membeli juga akan dipengaruhi oleh factor

psikologis seperti:

a) Motivasi

b) Persepsi

c) Pengetahuan

d) Kepercayaan dan sikap

5. Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian

a. Proses Keputusan Pembelian

Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai

faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam

pembelian dan keputusan untuk membeli (Simamora, 2002). Ada lima peranan

yang terjadi dalam keputusan pembelian yaitu:

1) Pemrakarsa (initiator), orang yang pertama kali menyarankan membeli

suatu produk atau jasa tertentu.

2) Pemberi pengaruh (influencer), orang yang pandangan atau nasihatnya

memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3) Pengambil keputusan (decider), orang yang sangat menentukan sebagian

(29)

commit to user

kapan hendak membeli, dengan bagaima cara membeli, dan dimana akan

membeli.

4) Pembeli (buyer), adalah orang yang melakukan pembelian nyata.

5) Pemakai (user), adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau jasa.

Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua

peranan mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan

dan mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program

pemasaran yang sesuai dengan pembeli.

Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariasi. Ada yang

sederhana dan ada pula yang kompleks. Sebuah proses pengambilan keputusan

pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan

tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli. Dalam tahap ini konsumen

merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan

mempengaruhi perilaku berikutnya. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen:

Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengenalan masalah (problem recognition)

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan.

Konsumen menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan

keadaan yang diinginkannya.

2) Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau tidak

mencari informasi lebih banyak lagi mengenai produk yang akan dibeli.

(30)

commit to user

16

Konsumen mengevaluasi berbagai alternatif produk yang akan dibeli

berdasarkan informasi yang telah didapat.

4) Keputusan membeli

Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan

mereka di antara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan.

5) Perilaku purnabeli

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami berbagai tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan. Apabila konsumen mengalami kepuasan maka

konsumen akan cenderung untuk mengulangi perilaku membeli. Sebaliknya

apabila konsumen tidak mengalami kepuasan dalam menggunakan suatu

produk, Ia akan mencari alternatif lain dan cenderung tidak mengulangi

perilaku pembelian terhadap produk sebelumnya.

b. Jenis Perilaku Pembelian

Jenis perilaku pembelian dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1) Perilaku pembelian kompleks

Para konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika mereka

terlibat dalam pembelian produk yang mahal, jarang dibeli, berisiko,

mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi dan menyadari adanya perbedaan

nyata antara berbagai merek. Pemasar perlu mengembangkan

strategi-strategi yang membantu pembeli dalam mempelajari atribut produk,

kedudukan merek perusahaan yang tinggi, menjelaskan manfaat merek

tersebut, keistimewaan produk dan memotivasi personil penjual serta

kenalan pembeli untuk mempengaruhi pilihan mereka.

2) Perilaku pembelian untuk kebiasaan

Disini keterlibatan konsumen rendah dan tidak ada perbedaan merek yang

signifikan.

3) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidaksesuaian

Konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi tidak melihat banyak

perbedaan dalam merek.

(31)

commit to user

Keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata.

Konsumen banyak melakukan peralihan merek dengan alasan variasi dan

bukan karena ketidakpuasan.

6. Tinjauan Tentang Kepuasan Konsumen

a. Pengertian Kepuasan Konsumen

Menurut Fandy Tjiptono (2000: 146) menyatakan bahwa “Sebenarnya

konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak”. Untuk mengetahui tingkat

kepuasan pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahami pula sebab-sebab

kepuasan. Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan

pelanggan. Tse & Wilson dalam Tjiptono (2000) menyatakan bahwa kepuasan

atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual

produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Sedangkan menurut Kotler

dalam Tjiptono (2000) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (atau hasil)

yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen

yaitu hasil membandingkan harapan dan kenyataan (hasil) dari suatu produk

barang atau jasa. Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan

pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Sedangkan kinerja merupakan

persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi suatu

produk. Menurut Kotler (2000) konsep harapan pelanggan dan kinerja

perusahaan yaitu jika kinerja dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Dan jika

kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan,

pelanggan amat puas atau senang.

b. Elemen-elemen Kepuasan Pelanggan atau Konsumen

Menurut Tjiptono (2006) elemen-elemen dari kepuasan pelanggan

dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Dari sudut pandang produsen

(32)

commit to user

18

Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus

memiliki kualitas produk yang baik dan layanan yang prima. Paling

tidak, standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industri.

b) Relationship marketing

Kunci pokok dalam setiap program loyalitas adalah upaya menjalin relasi

jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah bahwa relasi

yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan

pelanggan dapat membangun bisnis ulangan dan menciptakan loyalitas

pelanggan.

c) Program promosi loyalitas

Program ini banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara perusahaan

dan pelanggan. Biasanya, program ini memberikan semacam

penghargaan khusus (seperti bonus, diskon, voucher) kepada pelanggan

rutin agar tetap loyal terhadap produk dari perusahaan bersangkutan.

d) Fokus pada pelanggan terbaik (Best customers)

Pelanggan terbaik bukan sekedar pelanggan yang termasuk pelanggan

rutin. Tentu saja para pelanggan tersebut berbelanja banyak, namun

kriteria lainnya menyangkut pembayaran yang lancar dan tepat waktu,

tidak terlalu banyak membutuhkan layanan tambahan dan relatif tidak

sensitif terhadap harga.

e) Sistem penanganan keluhan secara efektif

Penanganan keluhan terkait erat dengan kualitas produk. Perusahaan

harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan berfungsi

sebagaimana mestinya sejak awal. Baru setelah itu, jika ada masalah,

perusahaan segera memperbaikinya lewat sistem penanganan keluhan.

Jadi, jaminan kualitas harus mendahului penanganan keluhan.

f) Unconditional guarantees

Dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan

pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada

para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan

(33)

commit to user

oleh pelanggan, memberikan sinyal mengenai kualitas produk, dan secara

tegas mengatakan bahwa perusahaan bertanggungjawab atas produk atau

jasa yang diberikannya.

g) Program pay-for-performance

Program kepuasan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya

dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak

perusahaan yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan

berkewajiban memuaskan pelanggannya, karyawan juga harus dipuaskan

kebutuhannya. Dengan kata lain, total customer satisfaction harus

didukung pula dengan total quality reward yang mengaitkan sistem

penilaian kinerja dan kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan

dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan.

2) Dari sudut pandang konsumen

a) Kepuasan pelanggan keseluruhan

Kepuasaan yang didapat oleh konsumen bukan sekedar kepuasan secara

umum, tetapi haruslah kepuasan secara keseluruhan yang maksudnya

adalah apakah konsumen telah benar-benar mendapatkan kepuasan

maksimal seperti yang diinginkan atau bahkan melebihi dari yang

diinginkan atas semua produk dan jasa yang dikonsumsi.

b) Konfirmasi harapan

Konsumen akan dikatakan puas jika ada kesesuaian harapan dengan

kinerja aktual perusahaan. Sebaliknya konsumen akan dikatakan tidak

puas jika ada ketidaksesuaian harapan dengan kinerja aktual perusahaan.

c) Minat pembelian ulang

Konsumen dapat dikatakan puas jika setelah diukur secara behavioral,

memiliki keinginan atau minat untuk berbelanja atau menggunakan jasa

perusahaan lagi.

d) Kesediaan untuk merekomendasi

Setelah diketahui bahwa konsumen mendapatkan kepuasan maksimal dan

(34)

commit to user

20

merekomendasikan jasa perusahaan kepada rekan-rekannya dimana hal

ini akan menguntungkan perusahaan.

7. Tinjauan Tentang Loyalitas Konsumen

a. Pengertian Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen atau pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan

konsumen atau pelanggan. Menurut Tjiptono (2000: 110) “Loyalitas

merupakan komitmen palanggan terhadap toko, merk ataupun pemasok yang

didasarkan atas sikap positif yang tercermin dalam bentuk pembelian berulang

secara konsisten”. Konsep loyalitas konsumen dalam konteks pemasaran jasa

didefinisikan oleh Bendapudi & Berry (dalam Tjiptono, 2006), sebagai

kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin dalam pembelian berkelanjutan dari

penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi maupun kendala pragmatis.

Schanaars (dalam Tjiptono, 1997) menyatakan pada dasarnya tujuan dari bisnis

adalah menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya beberapa

hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut.

Loyalitas konsumen tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi

melalui suatu proses belajar dan berdasarkan pengalaman masa lalu dari

konsumen itu sendiri dalam melakukan penggunaan layanan yang konsisten

sepanjang waktu. Bila dari pengalaman tersebut konsumen tidak mendapatkan

layanan yang memuaskan maka konsumen tidak akan berhenti untuk mencoba

jasa-jasa layanan lainnya sampai mendapatkan layanan yang memenuhi

kriteria. Perusahaan yang berhasil menjaga agar konsumennya selalu puas akan

lebih mudah untuk mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya karena

konsumennya lebih setia, sehingga konsumen tersebut kerapkali melakukan

pembelian ulang dan rela membayar lebih.

Griffin (2002: 113), menyatakan pengertian loyalitas: “When a

customer is loyal, he or she exhibits purchase behavior defined as non-random

(35)

commit to user

pentingnya untuk meningkatkan first-time customer menjadi lifetime buyer

menurut Griffin (2002) adalah:

1) Penjualan akan meningkat karena konsumen akan membeli lebih dari Anda.

2) Akan menguatkan posisi Anda di pasar jika konsumen membeli dari Anda

dan bukan dari kompetitor.

3) Biaya pemasaran akan turun karena Anda tidak harus menggunakan uang

lebih banyak untuk menarik konsumen karena Anda telah mengenalnya.

Demikian juga konsumen yang puas akan menceritakan ke temannya

sehingga akan mengurangi biaya iklan.

4) Anda akan dapat mengisolasi dari kompetensi harga karena konsumen yang

loyal tidak gampang terpengaruh oleh discount dari pesaing.

5) Akhirnya konsumen yang puas akan senang untuk mencoba produk anda

yang lainnya, sehingga membantu Anda untuk memperoleh pangsa pasar

yang lebih luas.

Loyalitas konsumen pada suatu toko didasari oleh motif langganan

(patronage motive). Dalam hal ini konsumen lebih mengutamakan untuk

membeli pada penjual tertentu. Menurut Swastha dan Irawan (2002) adapun

faktor-faktor yang menentukan adanya motif langganan adalah:

1) Harga.

2) Penggolongan dan keragaman barang.

3) Lokasi penjual yang strategis dan mudah dijangkau.

4) Desain fisik toko.

5) Service yang ditawarkan pada pelanggan.

6) Kemampuan tenaga penjual.

7) Pengiklanan dan sales promosi di toko

Griffin (2002) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain:

1) Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelangan baru

lebih mahal).

2) Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan

(36)

commit to user

22

3) Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang

lebih sedikit).

4) Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar

perusahaan.

5) Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang

loyal juga berarti mereka yang merasa puas.

6) Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll).

Konsumen yang loyal merupakan kunci sukses suatu bisnis atau

usaha. Mempertahankan konsumen yang loyal memang harus mendapatkan

prioritas yang paling utama dari pada mendapatkan pelanggan baru. Hal ini

disebabkan bahwa untuk merekut atau mendapatkan pelanggan baru bukanlah

hal yang mudah dan memerlukan biaya yang banyak, maka sangatlah rugi bila

perusahaan melepas konsumen yang loyal atau pelanggan secara begitu saja.

Menurut Tjiptono (2000) menjelaskan bahwa loyalitas mencakup dua

komponen yang penting, yaitu berupa loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas

sebagai sikap. Kombinasi dari dua komponen tersebut akan menghasilkan

empat situasi kemungkinan loyalitas, yaitu : no loyalty, spurious loyalty, latent

loyalty, dan loyalty.

1) No Loyalty

Hal ini dapat terjadi bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan

sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Menanggapi akan hal ini

maka pemasar harus tanggap dalam meningkatkan kesadaran dan preferensi

konsumen melalui berbagai strategi bauran promosi, seperti menyediakan

kesempatan kepada konsumen untuk mencoba produk, program diskon,

kampanye promosi dan iklan.

2) Spurious Loyalty

Keadaan seperti ini ditandai dengan pengaruh non sikap terhadap perilaku,

seperti norma subjektif dan faktor situasional. Situasi semacam ini dapat

dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merk

dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Sehingga

(37)

commit to user

familiarity (dikarenakan penempatan produk yang strategis pada rak

pajangan, lokasi outlet di pusat perbelanjaan).

3) Latent Loyalty

Situsi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian

ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini

disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan

cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian

ulang.

4) Loyalty

Situasi ini merupakan situasi yang ideal yang paling di harapkan para

pemasar. Di mana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen

dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) konsumen yang loyal akan

menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Repeat : Apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa akan membeli

produk tersebut pada perusahaan tersebut.

2) Retention : Konsumen tidak terpengaruh kepada pelayanan yang ditawarkan

oleh pihak lain

3) Refferal : Jika produk atau jasa baik, konsumen akan mempromosikan

kepada orang lain, dan jika buruk konsumen diam dan memberitahukannya

pada pihak perusahaan.

b. Strategi Membangun Loyalitas Menurut Tahapan Konsumen

Grifin (2002) menjelaskan strategi untuk membangun loyalitas

menurut tahapan konsumen sebagai berikut:

1) Tersangka dan Prospek

Tersangka adalah orang yang mungkin membeli jasa atau produk. Disebut

tersangka karena penjual percaya, atau “menyangka”, mereka akan

membeli, tapi penjual belum cukup yakin. Prospek adalah orang yang

membutuhkan produk dan jasa, dan memiliki kemampuan untuk membeli.

Penyedia jasa atau produk harus dapat mengatasi rasa takut Suspect/

(38)

commit to user

24

a) Memproyeksikan citra kepemimpinan.

b) Dengarlah atau mencari ketakutan pembeli.

c) Mengatasi rasa takut pembeli baru dengan: empati atau dorongan, “kisah

keberhasilan” klien, tawaran konsultasi gratis dan garansi produk atau

jasa.

2) Konsumen pertama kali

Konsumen pertama kali adalah orang yang telah membeli satu kali. Orang

tersebut bisa jadi merupakan konsumen sendiri dan sekaligus konsumen

pesaing untuk itulah fokus utama pada konsumen pertama kali dengan

memenuhi atau melampaui harapan konsumen. Dengan langkahlangkah

tindakan yaitu:

a) Melampaui harapan konsumen baru.

b) Membangun visi untuk kunjungan ulang.

c) Mengucapkan terima kasih atas bisnis dari konsumen.

d) Mengundang konsumen untuk kembali.

3) Konsumen berulang

Konsumen berulang adalah orang yang telah membeli dua kali atau lebih.

Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli

produk dan jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih. Fokus utama

pada konsumen ini yaitu dengan memberikan manfaat bernilai tambah atas

masing-masing pembelian ulang. Dengan langkah-langkah tindakan yaitu:

a) Menemukan atau memenuhi kebutuhan konsumen, dengan menggunakan

kunjungan bernilai tambah perangkat cross-selling.

b) Menjual produk dan jasa pembentuk loyalitas.

c) Menganalisis pembelian kepada pesaing atas peralihan tetap atau

perpindahan sementara.

d) Mintalah umpan balik dari konsumen secara teratur.

4) Klien

Klien yaitu konsumen yang membeli apapun yang di jual dan yang dapat ia

gunakan serta membelinya secara teratur, memiliki hubungan yang kuat dan

Gambar

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen (Kotler & Armstrong, 2004)
Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Deskripsi Data Statistik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan Ho diterima, berarti tidak ada pengaruh secara bersama-sama yang signifikan kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru

(Sentra dan Lingkaran) dalam meningkatkan kemandirian anak pada pendidikan nilai-nilai agama dan moral di RA Muslimat NU Hidayatul Athfal Jati Wetan Jati Kudus

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Saintifik dengan

“ Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk, jasa,

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) peran guru sebagai pendidik dalam meningkatkan keaktifan siswa melalui media pembelajaran IPA adalah dengan memberikan sikap

Variabel dukungan top manajemen, keterlibatan pengguna dalam proses pengembangan sistem, kapabilitas teknik personal sistem informasi, pendidikan dan pelatihan, dan

Penerbit Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Unirsitas

Berikut adalah rata-rata persentase kesembuhan penyakit busuk batang diplodia pada tanaman jeruk dengan frekuensi aplikasi pestisida nabati Phymar C 711 yang