• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Individu dalam Belajar (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Individu dalam Belajar (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Individu dalam Belajar

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR

KELOMPOK 12

Anggelica Niviana 14075001

Anita Anggraini 14016028

Fitri Hidayatullah 14016008

Ozi Ramadhan 14067018

Dosen : Indah Sukmawati

Seksi: 201421270062

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

BAB II

PEMBAHASAN

1. Gaya Belajar

(2)

gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan proses belajar mengajar.

Untuk mempertinggi efektifitas proses belajar mengajar perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yaitu:

a) Gaya kognitif siswa

b) Gaya respon siswa terhadap stimulus

c) Model belajar

a) Gaya kognitif

Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal. Tidak semua rang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan perbedaan. Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya.

b) Tiga model gaya belajar.

Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H. Witkin atas 1600 mahasiswa sejak tahun 1954-1970, ia menemukan tes untuk membedakan tipe-tipe gaya belajar mahasiswa. Pertama secara field dependent artinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan ada pula yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan

1. Field dependent

Ciri-ciri tipe Field dependent

 Sangat dipengaruhi oleh lingkungan banyak bergantung pada pendidikan sewaktu kecil

 Di didik untuk selalu memperhatikan orang lain

 Mengingat hal-hal dalam konteks sosial

 Bicara lambat agar dapat dipahami oleh orang lain

 Mempunyai hubungan sosial yang luas

 Tidak senang pelajaran matematika lebih menyukai bidang humanitas dan ilmu-ilmu sosial

 Guru yang field dependent cenderung diskusi dan demokratis

 Memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu

 Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan.

2. field independent

Ciri-ciri field independent

(3)

 Di didik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya

 Tidak peduli akan norma-norma orang lain

 Berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain

 Kurang mementingkan hubungan sosial

 Dapat juga menghargai humanitas dan ilmu-ilmu sosial, walaupun lebih cenderung pada

matematika dan ilmu pengetahuan alam

 Guru yang field independent cenderung untuk memberikan kuliah, menyampaikan pelajaran

dengan memberitahukannya.

 Tidak memerlukan petunjuk yang terperinci

 Dapat menerima kritik demi perbaikan

3. Impulsive-reflektif

Orang yang implusif mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif mempertimbangkan segala alternative sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi seorang reflektif dan implusif bergantung pada kecendrungan untuk merefleksi atau memikirkan alternative-alternatif, kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah yang bertentangan dengan kecendrungan untuk mengambil keputusan yang implusif dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak pasti jawabannya.

4. Preseptif, reseptif, sistematis, intuitif

Ciri-ciri preseptif

 Memperhatikan aturan

 Memusatkan perhatian pada hubungan diantara informai atau data

 Melompat dari data yang satu kepada data yang lain untuk mendapatkan hubungannya

Ciri-ciri reseptif

 Memperhatikan dengan detail

 Menjauhi, membentuk konsep sebelum memperoleh seluruh keterangan

 Mendesak atau menuntut segala keterangan sebelum mengambil kesimpulan

Ciri-ciri sistematis

 Mula-mula mencari suatu metode pendekatan dan pemecahan

(4)

 Segera meniadakan alternative yang tidak sesuai

 Melakukan penelitian dengan teratur untuk mencari data yang lebih banyak

 Menyelesaikan setiap langkah sebelum meningkat kepada langkah berikutnya

Ciri-ciri intuitif

 Memperhatikan keseluruhan masalah

 Mempercayai petunjuk perasaan

 Melompat-lompat dlaam jalan pikirannya

 Sering merumuskan masalah itu kembali

 Mempertahankan jawaban atas dasar cocoknya jawaban itu dengan hal-hal lain, jadi tidak

berdasarkan metode yang digunakannya.

2. Kepribadian dan Tempramen

Kata kepribadian berasal dari bahasa inggris yaitu personality diambil dari bahasa Yunani yaitu proposan atau persona yang berarti topeng yang biasa dipakai dalam teather. Para pelaku theater bertingkah laku seperti topeng yang dipakainya, seolah topeng itu mewakili cirri kepribadiaannya. Jadi konsep awal pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang

ditampakkan di lingkungan sosial kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan (Suryabrata, 1998:28).

Santrock (2010:158) menyatakan, kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi cirri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Alfiani (dalam blogspot) mengutip pendapat Atkinson yang menyatakan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang menentukan penyesuaian diri seorang terhadap lingkungan. Kepribadian seseorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five dan model brigg-myers.

a. Model Big Five

Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg. Yang terdiri dari model kepribadian lima dimensi.

a) Extrovesion

Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi, serta mengalami emosi positive.

b) Agreeableness

(5)

c) Conscientiousness

Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih.

d) Neoriticism (stabilitas emosional)

Individu yang Neoriticism tinggi memiliki reaksi emosi negatif, sedangkan orang yang

Neoriticism rendah cenderung tidak mudah terganggu, kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi negative yang menetap.

e) Openness to ekperience

Individu ini cenderung terbuka secara intelektual, selalu ingin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni serta sensitive terhadap kecantikan.

b. Model Brigg-Myers

Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. model ini meliputi empat dimensi yaitu:

a) Extraversion (E) versus Introversion (I)

Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi. Mereka selalu ingin memahami dunia dan meupakan pemikir reflektif serta konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang dan benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan berorientasi pada tindakan.

b) Sensing (S) versus Intution (N)

Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta dan mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hbungan diantara fakta-fakta yang diperoleh.

c) Thingking (T) vercus Feeling (F)

Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan dengan

mempertimbangkan criteria objektif dan logika dari situasi. Individu yang Feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilaidan kebutuhan-kebtuham kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau penilaian.

d) Judging (J) dan Perceptive (P)

Orang yang judging cenderung tegas, penuh rencana, mengatur diri. Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan bertindak cepat. Orang-orang perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri, dan spontan.

3. Sosio-Ekonomi dan Budaya

(6)

anggota masing-masing masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya.Individu-individu yang status sosial ekonominya rendah, sering kali mempunyai tingkat pendidikan dan kekuatan yang rendah untuk mempengaruhi institusi masyarakat dan sumber ekonomi yang lebih sedikit. a. Dampak budaya terhadap pembelajaran

Setiap siswa berasal dari ruang lingkup budaya yang berbeda, hal ini jelas berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan. Banyak aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri pelajaran dan mempengaruhi nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa dan perilaku lain para pelajar. Hal ini mewajibkan lingkungan pendidikan agar mampu merangkum semua siswa dari berbagai budaya dan kebiasaan agar di didik secara efektif dan efisien.

b. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian siswa

Status sosio-ekonomi yang didasarkan pada penghasilan perkerjaan, pendidikan dan gengsi sosial sangat mempengaruhi sikap pelajar terhadap sekolah, pngetahuan, kesiapan beajar dan pencapaian akademis. Siswa yang berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah

mengalami tekanan yang mempunyai andil bagi praktik pengasuhan anak, pola komunikasi dan harapan yang rendah yang mungkin akan kurang menguntungkan anak-anak ketika mereka memasuko sekolah.

4. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Perbedaan Individu

Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa sehingga dengan penerapan pendekatan individual

memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini adanya perlakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuhan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.

Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa belajar. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antar guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.

(7)

1. Mendengarkan secara empati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat

hubungan saling percaya.

2. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan nonverbal.

3. Membantu anak didik tampa harus mendominasi/mengambil alih tugas

4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh

perhatian.

5. Menangani anak didik dengan member rasa aman, penuh pengertian, bantuan dan mungkin

member beberapa alternative pemecahan.

Berikut ini beberapa cara pendekatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar individu (Hamalik, 2008:187).

a. Gaya Visual

1) Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram dan peta

2) Gunakan warna untuk memperjelas hal-hal penting

3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi

4) Gunakan multimedia

5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

b. Gaya Auditori

1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi

2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3) Gunakan musik

4) Diskusikan ide dengan anak secara verbal

5) Biarkan anak merekam materi

c. Gaya Kinestik

1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam

2) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya

3) Izinkan anak untuk mengunyah permenkaret pada saat belajar

4) Gunakan warna terang untuk memperjelas hal-hal penting dalam bacaan

5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik

KEPUSTAKAAN

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara. Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran yang tepat akan sangat dibutuhkan, sehingga pendidik harus memahami setiap potensi dan kebutuhan potensi para anak didiknya.” Deswita, psikologi

Dari kutipan di atas, Anggraini memberikan kebutuhan psikis untuk anak-anaknya, yakni kebutuhan rasa aman. Dimana pada kutipan Pertama menjelaskan bahwa.. 14 Anggraini

Tokoh Aku tidak merasakan ketidak nyamanan tempat tinggal dan penghunian yang layak, Pekerjaan, rasa aman, hak sebagai seorang anak dan bahkan yang paling

Individu memiliki cara pandang/ penalaran yang berbeda dengan orang lain, objek yang sama akan mendapat penalaran dan cara pandang yang berbeda.. Afektif /

Perbedaan jenis-jenis kebutuhan individu siswa sekolah menengah yang paling menonjol adalah kebutuhan untuk membentuk kelompok yang terkadang menimbulkan masalah dengan

Pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang

Keadilan  Hak asasi orang dihargai  Menghargai pribadi orang  Adil pada orang kecil  Sikap adil dengan teman  Saling membantu  Kunjungan orang sakit

Teori Aktualisasi Diri oleh Carl Rogers digunakan pada penelitian ini untuk memahami 5 kebutuhan kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa