i
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 2 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2477-3476
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan
Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun.
Penanggung Jawab : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si
Pemimpin Redaksi : Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM
Editor :
Sunang Kori, SE, MM
Mitra Bestari :
Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM
Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE Dr. Azis Muslim, ST, MSE Dudi Adi Firmansyah, Ph.d
Dr. Sukoco, S.Tp, MSE
Design Grafis : Nasrudin
Fotografer : Suaip Rizal, ST
Penerbit :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan
Alamat :
Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat
ii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 2 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2477-3476
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 2 No.1, Juli 2016 Jurnal Pusdiklat Perdagangan memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan.
Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Salam redaksi
iii
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 2 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2477-3476
PENGANTAR REDAKSI
ANALISIS KELEMBAGAAN PRIOR OPTIONS REVIEW (POR) DALAM
PELIMPAHAN WEWENANG UNTUK URUSAN KEMETROLOGIAN
BERKAITAN DENGAN UU No.23 TAHUN 2014 DAN OIML D-1 EDITION
2012
Noprizal Achmad
PENERAPAN MODEL PERHITUNGAN MANFAAT FINANSIAL SISTEM RESI GUDANG UNTUK KOMODITAS BAWANG MERAH
Rahayu Widyantini
DAMPAK TARIF DAN KUOTA IMPOR GULA TERHADAP PENAWARAN GULA DAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI INDONESIA
Vera Lisna dan Munawar Asikin
MARKET INFORMATION SYSTEM UNTUK MENDUKUNG ORGANIZED
PHYSICAL MARKET: TEROBOSAN UNTUK PASAR YANG EFISIEN
Nurlisa Arfani
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi Kasus di Kabupaten Cianjur)
Dwi Putri Destiani
ESTIMASI KETERSEDIAAN DAN FLUKTUASI HARGA BERAS DAN JAGUNG
Kumara Jati
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Gusnida dan Rahmedi Yonis
DINAMIKA PASAR PRODUK PANGAN SEGAR ANALISIS SKENARIO PERUBAHAN POLA KONSUMSI MASYARAKAT URBAN DI INDONESIA Ratnaningsih Hidayati
PERAN KAPAL TERNAK DALAM MEMPERLANCAR DISTRIBUSI DAN MENEKAN BIAYA LOGISTIK DAGING SAPI DARI SENTRA PRODUSEN KE SENTRA KONSUMEN DI INDONESIA
Avif Haryana danYati Nuryati
1-9
10-21
22-30
31-38
39-47
48-56
57-66
67-77
iv
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 2 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2477-3476
REKAYASA ULANG MANAJEMEN PELAYANAN KEPADA ORIENTASI PELANGGAN SEBAGAI BAGIAN REVOLUSI MENTAL DALAM
RANGKA MENDUKUNG MODERNISASI INFRASTRUKTUR
PERDAGANGAN MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING Rizal Himawan
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN DALAM MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS: PRAJABATAN GOLONGAN III KABUPATEN MAMUJU TENGAH)
Anita
MEKANISME PENGAWASAN PERDAGANGAN MINYAK GORENG
DENGAN TEKNIK TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY
SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) Yusup Akbar HIkmatuloh
MEKANISME PRODUKSI MINYAK GORENG KEMASAN DENGAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN MULTI EXPERT MULTI CRITERIA DECISION MAKING (ME-MCDM)
Wahyu Widji Pamungkas
HAK KONSUMEN UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI YANG BENAR, JELAS, DAN JUJUR SEBAGAI DASAR PRINSIP-PRINSIPHUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Adi Wicaksono
86-95
96 -104
105 - 116
117 - 130
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85
78
PERAN KAPAL TERNAK DALAM MEMPERLANCAR DISTRIBUSI DAN MENEKAN BIAYA LOGISTIK DAGING SAPI DARI SENTRA PRODUSEN KE SENTRA
KONSUMEN DI INDONESIA
The Role of Livestock Vessel in Expediting The Distribution Flow And Reducing The Logistic Cost of Beef from Producer’s Center to Consumer’s Center
Avif Haryana, Yati Nuryati
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan
Jl. M.I Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat
vifhary@gmail.com, y_nuryati@yahoo.com
ABSTRACT:
In November 2015 the government has inaugurated a special ship transporting livestock. The ship is expected to reduce the rising prices of beef that exceeds the normal price. The study analyzes the performance of special ships transporting livestock and analyze the potential of cows trade between provinces / islands by mapping producer’s centers and consumer’s centers of beff in Indonesia. The analysis finds that although the performance of the supply chain livestock ship proved able to decrease the price of meat up to Rp85000,00 per kgs, but to decrease the market price of beef, it needs the continuity of delivery and the increased frequency of shipping cows trough live stock vessels to consumer’s center.
Keywords:livestock vessel, live cattle, beef, price, supply, demand, logistic cost.
PENDAHULUAN
Harga daging sapi di tingkat eceran masih stabil dengan tingkat harga yang cukup tinggi. Menurut teori keseimbangan pasar (market equilibrium), harga suatu komoditi dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan pasar dari komoditi yang bersangkutan dengan asumsi kondisi lainnya tetap (ceteris paribus). Harga yang tinggi merupakan salah satu indikasi bahwa adanya ketidakseimbangan antara pasokan dengan permintaan. Pada kasus daging sapi, harga daging yang tetap tinggi menunjukkan bahwa ada indikasi masalah dalam hal pasokan (supply) terutama dari pasokan dalam negeri/ lokal. Hal ini juga ditunjukkan dengan masih tingginya impor sapi siap potong untuk menopang kekurangan pasokan yang bersumber dari lokal. Permintaan daging sapi tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga tetapi juga untuk kebutuhan industri, hotel, restoran dan katering.
Secara teori, untuk mengetahui kapan terjadi kelangkaan penawaran dapat dihitung dengan pendekatan selisih antara permintaan dan
penawaran. Namun hal itu tidak mudah dilakukan karena perkiraan ketersediaan sapi siap potong di peternak tidak identik dengan ketersediaan daging di pasar. Hal ini dikarenakan oleh karakteristik usaha peternak sapi di Indonesia belum memiliki orientasi komersil (bisnis). Motif peternak memelihara sapi masih banyak untuk tabungan sehingga tidak responsif terhadap permintaan pasar. Demikian juga dari sisi konsumsi, perkiraan tingkat konsumsi secara agregat nasional merupakan angka yang masih sangat kasar. Oleh karena itu, pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mengindikasikan kelangkaan pasokan adalah harga (BP2KP, 2014).
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
79
Gambar 1 Rute Kapal Ternak KM Camara Nusantara I
ketidakseimbangan antara pasokan dengan permintaan (BP2KP, 2013).Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Ditjen PDN, 2016), rata-rata harga daging sapi secara nasional pada Bulan Februari 2016 Rp112.689,00 per kg, sementara harga daging sapi di DKI Jakarta Rp116.727,00 per kg.
Harga yang terus naik tersebut juga mengindikasikan bahwa masih ada kendala dalam pendistribusian barang. Untuk mengalirkan barang dari daerah produsen ke daerah konsumen secara efisien, diperlukan sarana dan sistem logistik yang baik. Sebagaimana diketahui bahwa biaya logistik di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu mencapai 27 persen dari PDB (World Bank, 2013).Biaya logistik Indonesia masih kalah dengan biaya logistik Singapura yang hanya mencapai 8% dari PDB, atau dengan biaya logistik Jepang yang mencapai 10,6% dari PDB, atau bahkan dengan biaya logistik Vietnam yang mencapai 25% dari PDB(World Bank, 2013). Namun demikian pemerintah Indonesia terus berusaha untuk menekan biaya logistik dengan melakukan terobosan-terobosan baru baik dari sisi regulasi, infrastruktur, maupun teknologi informasi dan komunikasi.
Saat ini Indonesia sudah mempunyai satu kapal ternak KM Camara Nusantarai I dengan kapasitas angkut 500 ekor sapi yang merupakan bagian dari program tol laut. Kapal ini diresmikan langsung oleh Presiden RI pada 10 November 2015 di Galangan Kapal PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, Bangkalan, Jawa Timur. Tujuan pelayaran kapal ternak adalah untuk menekan biaya transportasi pengadaan sapi dari pusat-pusat peternakan agar dapat dibawa ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya-Bandung-Medan.
Kapal ternak KM Camara Nusantara I ditempatkan di Pelabuhan Tenau, Kupang sebagai pangkalan dengan rute trayek RT-1 untuk melayani pengangkutan sapi dari NTT ke Jakarta dengan rute Kupang(1) – Waingapu(2) - Bima(3) -Tanjung Perak(4) - Tanjung
Emas(5)-Cirebon(6) - Tanjung Priok(7) sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1. Dari Pelabuhan Tanjung Priok, KM Camara Nusantra I selanjutnya akan kembali menuju Pelabuhan Tenau di Kupang tanpa muatan. Fasilitas angkut ternak itu akan mirip kandang sapi berlayar karena dilengkapi tempat pakan ternak yang luas. Desain kapal ternak dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat mengurangi kematian dan penyusutan bobot sapi (Media Indonesia, 2016a). Harga sapi yang disepakati oleh pengusaha adalah Rp 33.000-34.000 per kilogram timbang hidup di karantina dan Rp 40.000-Rp 41.000 per kilogram timbang hidup sampai di Jakarta. Hal ini mempertimbangkan harga sapi di tingkat peternak sudah mencapai Rp30.000 per kilogram timbang hidup.
Sampai dengan Bulan April 2016, kapal ternak yang dioperasikan oleh PT Pelni (Persero) tersebut sudah mengangkut 2.979 ekor sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Kupang dan Nusa Tenggara Barat (NTB), Bima sejak pertama kali membawa sapi pada 11 Desember 2015. Total pelayaran kapal ternak sebanyak 7 kali(Detik Finance, 2016).
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85
80 kapal ternak yang merupakan salah satu bagian program tol laut pemerintah Republik Indonesia.
METODOLOGI
Sebagaimana telah diungkapkan dimuka bahwa telah terjadi indikasi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan sapi yang ditunjukkan dengan kenaikan harga daging sapi sejak pertengahan 2012 sampai dengan sekarang dimana harga daging sapi secara nasional tahun 2012-2016 mengalami kenaikan dari Rp 81.200/kg menjadi Rp 105.217/kg.Tulisan ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dimulai dengan (i) menganalisis rantai pasok daging sapi, (ii) menganalisis potensi perdagangan sapi, (iii) memetakan daerah surplus dan daerah defisit dalam perdagangan sapi antar provinsi/pulau. Selanjutnya tulisan ini (iv) menganalisis potensi dan kinerja kapal angkutan khusus ternak,biaya transportasi yang digunakan untuk mengangkut sapi dari NTT ke Jakarta, dan membandingkan antara biaya distribusi pengangkutan secara kovensional dan pengangkutan menggunakan kapal ternak.Kapal ternak yang dimaksud adalah kapal yang menjadi program pemerintah melalui Tol Laut.
Data yang digunakan dalam penulisan ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur sebelumnya, data dari Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian dan berbagai media massa baik cetak maupun elektronik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rantai Pasok Daging Sapi
Berdasarkan penelitian Hadi (2009), rantai pasok daging sapi ditunjukkan pada Gambar 1. Peternak pada umumnya menjual sapinya kepada pengumpul atau biasa disebut “blantik”.Dalam hal ini, pihak pedagang mendatangi rumah petani, dan biasanya seluruh biaya yang terkait dengan jual-beli sapi (angkutan, restribusi) ditanggung oleh pedagang tersebut atau
rumah potong hewan (RPH). Pihak yang menanggung biaya angkutan tergantung kesepakatan di antara kedua belah pihak.
Apabila ternak sapi dijual keluar provinsi/pulau lain, maka sebelum sapi sampai ke tangan jagal, perlu melewati pedagang sapi antar kabupaten dan/atau pedagang sapi antar provinsi/pulau. Misalnya sapi yang berasal dari NTT, NTB atau Bali harus melewati pedagang antar provinsi/pulau yang membawa sapi ke provinsi/pulau lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan lain lain.
Sapi yang sudah berada di tangan suplier/jagal kemudian dipotong di RPH yang ada di daerah dimana suplier/jagal itu berada. Sebagian besar daging dijual ke pasar modern, restoran dan hotel di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Pedagang pengecer di pasar tradisional kemudian menjual daging ke konsumen akhir dan industri pengolahan berskala rumah tangga (pembuat bakso, warung makan dan katering) (Hadi, 2009).
Potensi Perdagangan Sapi Antar Wilayah Barat dan Timur Indonesia
Setelah mengetahui alur rantai pasok daging sapi yang ditujukan ke pasar provinsi/pulau lain dengan melibatkan pedagang antar pulau, selanjutnya kita akan menganalisis potensi perdagangan antar pulau terutama perdagangan antar wilayah sentra produksi di bagian timur Indonesia (NTT, NTB dan Sulawesi Selatan) dengan wilayah sentra konsumsi di bagian barat Indonesia (Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta).
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
81 Daerah sentra konsumsi diidentifikasi sebagai daerah defisit dalam kegiatan perdagangan sapi antar provinsi, sedangkan daerah produksi diidentifikasikan sebagai daerah surplus dalam kegiatan perdagangan sapi antar provinsi. Berdasarkan data dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, sentra konsumsi utama daging sapi di Indonesia sebagian besar terletak di wilayah barat Indonesia yaitu di provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Ketiga provinsi ini pada
periode 2011-2015 mencatat pemasukan sapi sebanyak 3,3 juta ekor atau sebesar 55,6% dari total pemasukan sapi seluruh provinsi di Indonesia. Perhitungan pemasukan sapi di sentra konsumsi ini dihitung berdasarkan data yang ada pada Tabel 1.Selama tahun 2015 jumlah pemasukan sapi lokal ke Jawa Barat sebesar 350.216 ekor, Banten sebanyak 278.825 ekor dan DKI Jakarta sebanyak 97.894 ekor.
Sumber: (Hadi, 2009) Gambar 2 Rantai Pasok Daging Sapi
Tabel 1 Pemasukan dan Pengeluaran Sapi di Provinsi Sentra Konsumsi (daerah defisit)
Sumber:Kementan (2015), diolah
No. Provinsi Sentra Konsumsi Pengeluaran Sapi 2011-2015 (ekor) 2011-2015 (ekor)Pemasukan Sapi Defisit (ekor) 1 Jawa Barat 444,232 1,729,242 -1,285,010
2 Banten 320,201 1,178,025 -857,824
3 DKI Jakarta 0 396,571 -396,571
4 Kalimantan Timur 210 330,944 -330,734 5 Sumatra Utara 37,479 228,871 -191,392
6 Aceh 88,848 264,644 -175,796
7 Riau 5,446 148,669 -143,223
8 Sumatra Selatan 206,456 320,069 -113,613
9 Kalimantan Barat 5 79,513 -79,508
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85
Tabel 2 Pengeluaran dan Pemasukan Sapi di Provinsi Sentra Produsen (daerah surplus)
Sumber: Kementan (2015), diolah
Adapun sentra produksi utama daging sapi di Indonesia terletak di provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), D.I Yogyakarta, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Dalam penelitian ini sentra produksi yang akan dianalisis adalah provinsi NTT dan NTB dimana provinsi ini termasuk dalam rute kapal ternak KM Camara Nusantara I.
Pada kurun waktu 2011-2015 NTT dan NTB menyumbang 8,69 persen dari total pengeluaran sapi ke provinsi lain Perhitungan pengeluaran sapi di NTT dan NTB dihitung berdasarkan data pada Tabel 2. Jumlah total pengeluaran sapi yang berasal dari kedua wilayah tersebut sebanyak 438.483 ekor sapi hidup atau setara dengan 7.883 ton daging. Namun pasokan sapi yang berasal dari NTB dan NTT untuk mencukupi kebutuhan daging sapi di DKI jakarta, Banten dan Jawa Barat masih kurang. Kebutuhan nasional selama tahun 2016 diperkirakan sebesar 2,61 kg/tahun atau sebanyak 674.690 ton, dimana kebutuhan daging sapi di DKI Jakarta, Banten dan JawaBarat sekitar 900.000 ekor sapi hidup/tahun atau setara dengan 179.100 ton/tahun1.
1Kebutuhan daging sapi nasional tahun 2016 menurut paparan yang disampaikan pada Rapat koordinasi terbatas (Rakortas) 14 Januari 2016 dan Kebutuhan di DKI Jakarta, Banten dan JawaBarat hasil diskusi dengan Asosiasi.
Kekurangan ini harus dipenuhi dari impor. Tingginya kebutuhan daging sapi di ketiga Propinsi tersebut dikarenakan untuk mencukupi kebutuhan industri, hotel, restoran dan katering.Perhitungan pengeluaran sapi tersebut dihitung berdasarkan data pada Tabel 2.
Tabel 3 Jumlah Ternak Sapi 2015
Sumber: (BPS, 2016)
No Provinsi Sentra Produksi Pengeluaran Sapi 2011-2015 (ekor) 2011-2015 (ekor)Pemasukan Sapi Surplus (ekor)
1 Jawa Timur 884,725 2,372 882,353
2 Bali 319,378 0 319,378
3 Nusa Tenggara Timur 288,305 119 288,186
4 Nusa Tenggara Barat 150,178 0 150,178
5 DI Yogyakarta 231,435 99,705 131,730
6 Lampung 843,346 731,829 111,517
7 Sulawesi Selatan 74,562 3,908 70,654
8 Gorontalo 74,307 63,742 10,565
9 Sulawesi Barat 12,397 6,808 5,589
10 Maluku 670 0 670
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
83 Jumlah populasi ternak sapi di setiap provinsi sentra produksi pada umumnya relatif lebih banyak dari pada jumlah populasi ternak sapi di tiap provinsi sentra konsumsi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.
Selain dari NTT dan NTB, kedepannya, Pemerintah merencanakan pengiriman sapi dari provinsi lain yaitu Lampung, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai dengan potensi produksi dan pengeluaran sapi di provinsi-provinsi tersebut. Pemerintah berharap pengusaha ternak di kelima provinsi tersebut mampu mengirimkan sapi minimal dua kali dalam sebulan ke DKI Jakarta dan sekitarnya. Demi menjaga populasi di sentra produksi, sapi betina produktif dilarang diangkut ke kapal khusus ternak. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah sapi betina dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) (Kompas, 2016).
Kinerja Kapal Khusus Pengangkut Ternak
Pengiriman ternak dari NTT dan NTB tidak diperkenankan diangkut melalui jalan darat melintasi Bali sehingga harus diangkut terlebih dahulu menggunakan kapal laut yang bukan didesain khusus untuk mengangkut ternak menuju pelabuhan laut Surabaya (Media Indonesia, 2016a). Setelah kapal sampai di Surabaya selanjutnya sapi diturunkan dari kapal dan dinaikkan ke truk untuk dikirim ke DKI Jakarta dan sekitarnya melalui jalan darat.
Dalam mendatangkan sapi dari NTT, saat ini ada beberapa perusahaan yang terlibat dengan memanfaatkan angkutan khusus kapal ternak. Perusahaan tersebut diantaranya PT Berdikari (persero), PD Dharmajaya, PT Sarjana Membangun Desa (SMD), PT HD Dinamis Sejahtera dan PT Great Glory Farms. PT Berdikari merupakan BUMN yang lebih fokus dalam pengadaan sapi dari dalam negeri dibanding dari impor. Pada dua bulan pertama tahun 2016 PT Berdikari telah membeli 350 ekor sapi dari peternak di NTT dan NTB dengan harga Rp32000,00 per kg – Rp33000,00 per kg
dalam kondisi hidup di tempat karantina(Kontan, 2016a).
Selama 4,5 bulan beroperasi sejak di launching November 2015, Kapal Ternak KM Camara Nusantara I sudah melakukan tujuh kali pemberangkatan dengan rute NTT-Jakarta dengan jumlah total angkutan sapi sebanyak 2.979 ekor sapi yang dikirim sebagian besar dikirim ke Jakarta dan Cirebon dan sebagian lagi dikirim ke Surabaya.
Tabel 4 Kinerja Angkut Kapal KM Camara Nusantara I Tahun 2016
Sumber: Media Indonesia (2016b); (FLPI,2016)
Pemerintah mewajibkan bagi perusahaan pengguna kapal ternak untuk menjual paket daging sapi pada kisaran paling mahal Rp 90.000,00 per kg. Harga ini lebih rendah dari harga di pasaran yang mencapai Rp120.000,00 per kg. Harga sapi hidup di pelabuhan kupang sekitar Rp 34.000,00 per kg, dan estimasi harga sapi di pelabuhan Tanjung Priok Rp 40.000,00 per kg. Selanjutnya dipasarkan ke konsumen dengan harga Rp85.000-Rp90.000 per kg (Harian Terbit, 2016). PT Berdikari selaku pengguna kapal ternak pada bulan Februari melakukan penjualan daging kepada masyarakat dengan harga Rp 85.000 per kg yang diselenggarakan di acara car free day (CFD) di Jakarta dan Bogor.
Berdasarkan informasi dari kementerian Pertanian, kapal pengangkutan sapi dengan kapal ternak ternak lebih efisien dibandingkan dengan pengangkutan konvensional dari sisi waktu, biaya, susut berat sapi, dan banyaknya rantai yang dilalui sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5. Sebelum ada kapal ternak, dari NTT sapi diangkut menggunakan kapal kargo atau kapal penumpang ke Surabaya, lalu
Jakarta Cirebon Surabaya
1 02/02/2016 NTT-JKT 500 300 167 33
2 16/02/2016 NTT-JKT 500 400 100 0
3 01/03/2016 NTT-JKT 500 450 50 0
4 15/03/2016 NTT-JKT 480 413 67 0
No. Tanggal Rute Jumlah angkut
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
84 dilanjutkan dengan menggunakan truk dari Surabaya ke Jakarta. Pengangkutan sapi konvensional tersebut membutuhkan waktu dua bulan, sedangkan dengan kapal ternak waktu pengiriman dari NTT ke Jakarta bisa dipangkas sangat signifikan menjadi 1 minggu saja. Waktu yang lebih singkat membuat susut bobot sapi berkurang secara signifikan dari 8-11 persen bobot hidup menjadi hanya susut 2-5 persen bobot hidup, dengan kisaran bobot sapi dari NTT adalah 200 kg – 500 kg. Selain itu desain kapal angkutan sapi yang memenuhi standar internasional membuat sapi yang diangkut ketika sampai di lokasi pengiriman lebih sehat dan tidak stres sebagaimana jika diangkut dengan truk.
Dari segi biaya pengangkutan, kapal ternak bisa menghemat biaya sekitar 25%. Dengan kapal ternak, sapi langsung diangkut ke Jakarta, tidak perlu diturunkan di Surabaya dan diangkut dengan truk ke Jakarta. Dengan jalur konvensional biaya yang dikeluarkan adalah 1,5 juta/ ekor, sedangkan bila menggunakan kapal ternak biayanya 1,1 juta/ ekor. Tarif kapal ternak per ekor sapiRp320.000/ekor ditambah dengan biaya angkut dari lokasi peternakan ke pelabuhan menggunakan truk, biaya karantina dan biaya perizinan, maka totalnya menjadi 1,1 juta per ekor sapi. Biaya dan waktu pengiriman juga semakin turun seiring berkurangnya pos periksaan dari 8-13 titik menjadi hanya 4 titik.
Tabel 5 Perbandingan Pengangkutan Kapal Ternak vs Konvensional
Sumber:Kompas (2015b); Detik Finance (2015); Detik Finance (2016b); (Trobos, 2016)
Kementerian Perhubungan telah menandatangani kontrak pembuatan lima unit kapal ternak dengan PT Adiluhung SI dan PT Bahtera Bahari Shipyard. Nilai Kontrak untuk kelima unit kapal itu sekitar Rp294,9 miliar untuk periode 2015-2017.
Pemerintah mengharapkan dengan adanya pengangkutan sapi dengan kapal ternak lambat laun akan membuat harga membawa efek apapun terhadap harga daging sapi di Jakarta. Berdasarkan survei harga komoditas yang dirilis Kementerian Perdagangan per 11 April 2016, harga daging sapi di Jakarta Masih stabil tinggi pada tingkat Rp 112.273 per kg.Hal ini terjadi karena kebutuhan sapi di Jabodetabek mencapai rata-rata 500 ekor perhari. Jika kapal ternak hanya bisa mengangkut 1000 ekor dalam sebulan, maka jumlah tersebut hanya setara kebutuhan dua hari saja (Kontan, 2016b) SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, mekanisme pengangkutan sapi hidup dengan menggunakan kapal ternak cukup efektif bila dibandingkan dengan sistem pengangkutan secara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari biaya, waktu pengiriman dan susut bobot sapi di tempat tujuan pengiriman serta jumlah titik biaya dan pemeriksaan.
Pasokan sapi hidup yang berasal dari NTT dan NTB dengan menggunakan kapal ternak dapat memperpendek rantai pasok distribusi sapi hidup, namun belum efektif dapat menekan harga di tingkat konsumen akhir (dikonsumsi dalam bentuk daging segar), khususnya di pasar tradisional.
Pemanfaatan kapal ternak akan menjadi lebih efektif dalam menekan harga daging sapi di pasaran perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kontinuitas pengangkutan sapi hidup, frekuensi keberangkatan kapal yang lebih banyak, serta penambahan daerah sumber pasokan sapi yang potensial Pos pemeriksaan 8-13 titik 4 titk
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
85 DAFTAR PUSTAKA
Bisnis Indonesia. 2015. “Pemerintah Diminta Awasi Kapal Ternak.” Agribisnis, 17 Desember.
BP2KP. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi harga Eceran Daging Sapi. Kementerian Perdagangan. BP2KP. 2014. "Outlook Komoditi Daging
Sapi."
BPS. 2016. "Badan Pusat Statistik." Populasi Sapi Potong menurut Provinsi, 2009-2015. Diakses Juni 17, 2016.
http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id /1016.
Detik Finance. 2016b. Ekonomi Bisnis. Januari 5. Diakses Mei 22, 2016. http://finance.detik.com/read/2016/01/05 /134002/3111007/4/.
Detik Finance. 2015. Ekonomi BIsnis. Desember 1. Diakses Juni 20, 2016. http://finance.detik.com/read/2015/12/01 /185524/3085363/4/biaya-lebih-murah- kapal-khusus-sapi-pangkas-distribusi-hingga-50.
Detik Finance. 2016a. Ekonomi Bisnis. April. Diakses Mei 20, 2016.
http://finance.detik.com/read/2016/04/17 /103502/3189726/4/45-bulan-berlayar-kapal-ternak-telah-angkut-2979-sapi. FLPI. 2016. “Forum Logistik Peternakan
Indonesia.” 24 Maret. Diakses Mei 22, 2016.
http://flpi-alin.net/sites/default/files/bahan%20pe manfaatan%20kapal%20ternak_sistem %20logistis%20peternakan_IPB.pdf Hadi, Prajogo U. 2009. “Dinamika Pemasaran
Sapi Bali di Indonesia Timur: Tinjauan
Makro.” Seminar Nasional Pengembangan Sapi Bali Berkelanjutan Dalam Sistem Peternakan Rakyat. Harian Terbit. 2016. “Mentan: Harga Daging
Rp 85 Ribu per Kg.” Bisnis, 22 Februari. Ilham, Nyak, dan Yusmichad Yusdja. 2004.
“Sistem Transportasi Perdagangan Ternak Sapi dan Implikasi Kebijakan di Indonesia.” Analisis Kebijakan
Pertanian 37-53.
Kementan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Kompas. 2016. "Efektivitas Kapal Ternak Beri
Harapan Baru." Ekonomi, Februari 10. Kompas. 2015a. “Harga Sapi Lebih Rendah.”
Ekonomi, 12 Desember.
Kompas. 2015b. “Menata Struktur Pasar.” Rubrik Ekonomi, 8 Desember. Kontan. 2016a. "Berdikari Siap Memborong
250 Ekor Sapi asal NTT dan NTB." Industri, Februari 11.
Kontan. 2016b. “Sapi NTT Tak Mampu Tekan Harga Daging.” Rubrik Peternakan, 12 April.
Media Indonesia. 2016a. “Pengiriman Sapi Belum Berjalan.” Pangan, 25 Januari. Media Indonesia. 2016b. “Distribusi Pangan
akan Diubah.” Rubrik Ekonomi, 10 Februari.
Trobos. 2016. Agri Ternak. Januari 1. Diakses Mei 22, 2016.
http://www.trobos.com/detail- berita/2016/01/01/8/6965/pelayaran-perdana-kapal-khususternak.
World Bank. 2013. State of Logistics