• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPATUHAN PELAKSANAAN KEGIATAN HAND HYGIENE PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA COMPLIANCE IMPLEMENTATION HAND HYGIENE TO HEALTH CARE WORKERS IN X HOSPITAL SURABAYA Dwi Bagus Susilo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPATUHAN PELAKSANAAN KEGIATAN HAND HYGIENE PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA COMPLIANCE IMPLEMENTATION HAND HYGIENE TO HEALTH CARE WORKERS IN X HOSPITAL SURABAYA Dwi Bagus Susilo"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN 2355 – 6498 |E-ISSN 2442-6555

KEPATUHAN PELAKSANAAN KEGIATAN

HAND HYGIENE

PADA

TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA

COMPLIANCE IMPLEMENTATION HAND HYGIENE

TO HEALTH CARE WORKERS IN X HOSPITAL SURABAYA

Dwi Bagus Susilo

Info Artikel Abstrak

Latar belakang: Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Perilaku hand hygine merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi nosokomial (INOS) di rumah sakit. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan pelaksanaan kegiatan hand hygiene terhadap petugas tenaga kesehatan di Rumah Sakit X Surabaya. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian evaluasi (evaluation study). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik sampling jenuh yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Hasil: Hasil dari penelitian ini adalah petugas kesehatan di Rumah Sakit X Surabaya belum tepat dan patuh melakukan kegiatan Hand Hygiene. Simpulan dan saran: Tenaga kesehatan belum mematuhi pelaksanaan kegiatan hand hygiene. Sebaiknya dilakukan edukasi kepada tenaga kesehatan terkait pentingnya kegiatan hand hygiene.

Sejarah Artikel : Diterima 16 November 2015

Disetujui 30 November 2015

Dipublikasikan 16 Desember 2015

Kata Kunci:

Kepatuhan, hand hygiene, tenaga kesehatan

Keywords :

compliance, hand hygiene, health workers

Abstract

(2)

PENDAHULUAN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamtan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan rumah sakit terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan1.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien, terdapat 6 sasaran keselamatan pasien salah satunya adalah pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan2. Pencegahan dan pengendalian

infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial (INOS). Infeksi ini menyebabkan 5000 kematian dan menjadi beban nasional jutaan dolar. Infeksi ini menyebabkan pasien harus dirawat 2.5 kali

lebih lama dari yang seharusnya3.

Pencegahan dan pengendalian INOS merupakan pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh rumah sakit. Saat ini, angka INOS telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Angka kejadian INOS tidak boleh lebih dari 1,5%. Ijin operasional rumah sakit di negara maju dapat dicabut karena tingginya angka INOS bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat INOS sehingga pihak penderita sangat dirugikan1.

INOS terjadi karena transmisi mikroba patogen. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial diartikan sebagai upaya mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat. Upaya tersebut dilakukan dengan menerapkan kewaspadaan standar yang mampu melindungi petugas kesehatan dari infeksi.

Perilaku hand hygiene merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya INOS di rumah sakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hand hygiene bisa menurunkan kejadian INOS. Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan

hand hygiene dapat menurunkan angka INOS sebanyak 40%4. Beberapa studi juga

menunjukkan adanya hubungan antara hand hygiene dengan berkurangnya infeksi. Pada penelitian metaanalisis dari beberapa penelitian disimpulkan bahwa hand hygiene

mampu menurunkan angka INOS .

(3)

keperawatan di Rumah Sakit “X” di Surabaya terhadap kegiatan hand hygiene.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan sample jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel5. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 21 responden.

HASIL PENELITIAN

Kegiatan hand hygiene terdiri atas 12 langkah6. Ketepatan langkah-langkah hand hygiene disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Ketepatan langkah-langkah kegiatan hand hygiene

Observasi % Basuh tangan dengan air 100 Tuangkan sabun secukupnya 100 Ratakan dengan telapak tangan 100 Gosok punggung dan sela-sela jari 100 Gosok telapak tangan dan

sela-sela jari

100

Jari-jari dalam saling mengunci 95 Gosok ibu jari memutar 61 Gosok ujung jari memutar dalam telapak tangan

27

Bilas tangan dengan air 100 Keringkan dengan handuk sekali pakai

100

Gunakan handuk untuk menutup kran air

0

Lakukan prosedur dalam 40-60 detik

0

Tabel 1 menunjukkan petugas kesehatan belum melakukan semua langkah

hand hygiene. Langkah yang tidak pernah dilakukan adalah menggunakan handuk untuk menutup kran air dan melakukan semua prosedur dalam 40-60 detik. Selain dilakukan observasi terhadap langkah-langkah hand

hygiene, dilakukan pula penilaian kepatuhan petugas kesehatan melakukan kegiatan hand hygiene di setiap momen. Momen yang dinilai dalam penelitian ini terdiri atas sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, sesuah terkena cairan tubuh pasien, sesudah kontak dengan area sekitar pasien, dan sesudah kontak dengan pasien. Kepatuhan petugas kesehatan melakukan

hand hygiene pada setiap momen disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kepatuhan petugas kesehatan terhadap kegiatan hand hygiene

pada setiap momen

Momen %

Sebelum kontak dengan pasien 9,5 Sesudah kontak dengan pasien 100 Sebelum tindakan asepsis 0 Sesudah terkena cairan tubuh pasien 23 Sesudah kontak dengan area sekitar pasien

9,5

Kepatuhan 0

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas kesehatan pada setiap momen masih rendah. Semua responden (100%) melakukan kegiatan hand hygiene

hanya pada momen sesudah kontak dengan pasien. Kegiatan hand hygiene tidak pernah dilakukan saat momen sebelum tindakan aseptis.

PEMBAHASAN

(4)

ketepatan langkah-langkah kegiatan hand hygiene mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petugas kesehatan terkait langkah-langkah kegiatan hand hygiene

Rendahnya tingkat kepatuhan petugas kesehatan terkait kegiatan hand hygiene dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang lain. Observasi pada salah satu rumah sakit di Thailand menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas kesehatan terkait kegiatan hand hygiene masih di bawah 50%7.

Hal yang sama ditunjukkan oleh observasi di salah satu rumah sakit di Kota Bandung, yaitu tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan hand hygiene hanya 48.3%8.

Hal ini didasari dengan berbagai alasan salah satunya adalah karena terlalu sibuk dan cuci tangan sangat menghabiskan banyak waktu. Penanganan cepat terhadap pasien adalah hal yang terpenting, maka hampir semua responden melakukan cuci tangan setelah menangani beberapa pasien dengan alasan untuk mempersingkat waktu. Beban kerja tenaga kesehatan seperi kondisi yang perlu segera ditangani (urgent care) merupakan salah satu alasan utama ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan hand hygiene9. Faktor

banyaknya pasien dalam waktu yang bersamaan dan aktivitas yang banyak merupakan faktor yang mempengaruhi masih rendahnya tingkat kepatuhan pelaksanaan

hand hygiene10.

Faktor sarana juga dapat mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan hand hygiene7. IGD Rumah

Sakit “X” di Surabaya memiliki dua cara mencuci tangan yaitu dengan handwash

(dengan menggunakan sabun dan air mengalir) dan handrub (dengan menggunakan gel berbasis alkohol). Tetapi yang sering digunakan adalah handwash

karena letaknya yang berdekatan dengan meja

petugas, sedangkan handrub letaknya ada di depan pintu IGD, sehingga petugas di sana lebih sering menggunakan handwash. Penambahan sarana baik sarana handwash

maupun handrub penting dilakukan untuk meningkatkan motivasi petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan hand hygiene10.

Momen-momen pelaksanaan cuci tangan dalam penelitian ini kurang diperhatikan. Petugas kesehatan kurang memperhatikan momen cuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan lebih sering mencuci tangan setalah menangani pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Malang yang menunjukkan bahwa kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan hand hygiene yang paling jarang dilakukan adalah saat sebelum kontak dengan pasien11. Penelitian lainnya

juga menyatakan bahwa kepatuhan petugas kesehatan tampak rendah saat momen sebelum kontak pasien dan sesudak kontak dengan lingkungan sekitar pasien12.

Alasan tidak pernah dilakukanya momen sebelum kontak dengan pasien adalah karena akan menghambat penanganan pasien. Pasien yang datang harus segera ditangani dan apabila tidak langsung ditangani terlebih dahulu tetapi harus melakukan cuci tangan dengan standart waktu yang ditentukan itu akan membahayakan nyawa pasien, sehingga petugas tenaga kesehatan di IGD Rumah Sakit

“X” sangat jarang melakukan momen sebelum kontak dengan pasien. Pelaksanaan kegiatan

hand hygiene sebelum kontak dengan pasien sangat penting karena dapat mencegah cross colonization antara pasien dengan lingkungan luar13.

SIMPULAN

(5)

a. Tingkat ketepatan langkah-langkah kegiatan hand hygiene petugas kesehatan belum dapat dikatakan tepat karena masih banyak langkah-langkah yang belum dilaksanakan dengan benar.

b. Petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan hand hygiene masih belum dapat dikatakan patuh karena hanya satu momen yang dilakukan dengan tepat dengan persentase 100% yaitu momen sesudah kontak dengan pasien.

SARAN

Pemberian edukasi media audio visual kepada petugas tenaga kesehatan di Rumah Sakit X Surabaya perlu dilakukan untuk memberikan roleplay tentang kegiatan

hand hygiene serta langkah-langkah yang benar.

REFERENSI

1. Departemen Kesehatan RI. 2007.

Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Departemen Kesehatan. Jakarta. 2. Kementerian Kesehatan RI. 2011.

Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 3. Inweregbu K.., J. Dave, dan A. Pittard.

2005. Nosocomial Infections. Continuing Education in Anesthesia, Critical Care & Pain 5(1).

4. Kampf, G., H. Loffler, dan P. Gastmeier. 2009. Hand Hygiene for the Prevention of Nosocomial Infections. Dtsch Arztebl Int 106(40).

5. Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta.

6. World Health Organization. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: A Summary. WHO. Geneva.

7. Patarakul, K., A. Tan-Khum, S. Kanha, D. Padungpean, dan O.O. Jaichaiyapum. 2005. Cross-sectional Survey of Hand-Hygiene Compliance and Attitudes of Health Care Workers and Visitors in The Intensive Care Units at King Chulalongkorn Memorial Hospital. J Med Assoc Thai 88 Suppl 4.

8. Damanik, S.M. 2012. Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Universitas Padjajaran

1(1).

9. Jang, J.H., S. Wu, D. Kirzner, C. Moore, G. Youssef, dan A. Tong. 2010. Focus Group Study of Hand Hygiene Practice among Healthcare Workers in A Teaching Hospital in Toronto, Canada.

Infect Control Hosp Epidemiol 31 (2). 10. Widyanita, A., dan E. Listiowati. 2014.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Hand Hygiene dengan Kepatuhan Pelaksanaan

Hand Hygiene pada Peserta Program Pendidikan Profesi Dokter. Biomedika

6(1).

11. Ernawati, E., A. Tri, dan S. Wiyanto. 2014. Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.

Jurnal Kedokteran Brawijaya 28.

12. Randle, J., A. Arthur, dan N. Vaughan. 2010. Twenty Four Hour Observational Study of Hospital Hand Hygiene Compliance. J Hosp Infect 76(3).

13. Sax, H., B. Allergranzi, I. Uckay, E.

Larson, J. Boyce, dan D. Pittet. ‘My Five Moments for Hand Hygiene’: A User –

Centred Design Approach to Understand, Train, Monitor, and Report Hand Hygiene. Journal of Hospital 67.

14. Jones, E., A. Mabota, dan D. W. Larson.

2008. Farmers’ knowledge of health risks

and protective gear associated with pesticide use on cotton in Mozambique.

Gambar

Tabel 1.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa setelah membaca Akta Permohonan banding Nomor 36/akta.Pid/2016/PN.Tbt, tanggal 26 Oktober 2016, yang dibuat dan ditanda tangani oleh Panitera Pengadilan

WIDI PRASETYO Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) SMK (SMEA) 17 AGUSTUS 1945 GENTENGPPG 3 Penginapan Graha Bina Insani 1188 11052522411733 AHMAD AMIN UDIN

Mewujudkan rencana atau mengalansir menjadi sebuah karya musik jadi (eksperimenting atau mencoba) tentang Memahami dan menyanyikan teknik dan gaya

Hasil aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II di kelas berdasarkan pada tabel 5 yaitu mulai dari siswa mengikuti kegiatan

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Efektivitias

Pengukuran laju erosi dengan menggunakan metode tongkat dilakukan di jalan sarad dan dibawah tegakan pada RKT 2007 dan 2008 TPTI, kemudian pada jalur tanam dan jalur antara pada

Pajak hiburan pada tahun 2015 ini mengalami kenaikan realisasi pendapatan dari Tahun 2014 yaitu sekitar 9,7 Milyar, walaupun demikian hasil tersebut tidak dapat

Selain Mahkamah Agung, kewenangan judicial review juga dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi yang berwenang menguji Undang-Undang terhadap UUD. Bila dikaitkan dengan