• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Makalah Bukti Audit dan KKP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Makalah Bukti Audit dan KKP"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dangan melihat tujuan audit spesifik tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasi bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.

(2)

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tentang Bukti Audit? 1.1 Apa pengertian bukti audit?

1.2 Bagaimana kecukupan bukti audit? 1.3 Bagaimana kompetensi bukti audit? 1.4 Bagaimana sifat bukti audit?

1.5 Bagaimana prosedur untuk menghimpun bukti audit? 1.6 Bagaimana dalam evaluasi bukti audit?

1.7 Pendekatan apa saja yang ada dalam audit? 2. Bagaimana tentang Kertas Kerja Pemeriksaan?

2.1 Apa pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan?

2.2 Bagaimana sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.3 Apa tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan?

2.4 Apa saja klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.5 Apa saja jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.7 Bagaimana pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.7 Apa saja prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.8 Bagaimana ukuran (standar penyiapan kertas kerja)? 2.9 Bagaimana review atas Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.10 Apa saja pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan?

2.11 Bagaimana tentang pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan?

(3)

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Bukti Audit 1.1 Untuk mengetahui pengertian bukti audit 1.2 Untuk mengetahui kecukupan bukti audit 1.3 Untuk mengetahui kompetensi bukti audit 1.4 Untuk mengetahui sifat bukti audit

1.5 Untuk mengetahui prosedur untuk menghimpun bukti audit 1.6 Untuk mengetahui evaluasi bukti audit

1.7 Untuk mengetahui pendekatan dalam audit 2. Untuk mengetahui tentang Kertas Kerja Pemeriksaan

2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan 2.2 Untuk mengetahui sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.3 Untuk mengetahui tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan

2.4 Untuk mengetahui klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan 2.5 Untuk mengetahui jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan 2.7 Untuk mengetahui cara pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.7 Untuk mengetahui prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.8 Untuk mengetahui ukuran (standar penyiapan kertas kerja) 2.9 Untuk mengetahui review atas Kertas Kerja Pemeriksaan

2.10 Untuk mengetahui pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan 2.11 Untuk mengetahui pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

1. BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.

1.1 Pengertian Bukti Audit

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut.

Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.

Bukti audit dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga mengumpulkan bukti dengan melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.

 Data Akuntansi

(5)

sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.

Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan :

1) Menganalisis dan me-review,

2) Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan,

3) Mennghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.

 Informasi Penguat

Informasi penguat meliputi :

 Segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,  Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,

pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik,

 Informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan asersi dalam laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk diaudit.

Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu dinyatakan secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang menyatakan bahwa :

(6)

Dari kalimat tersebut di atas, diperoleh hal penting yang berkaitan dengan audit, yaitu:

1. Kecukupan bukti audit

2. Kompetensi bukti audit

3. Dasar yang memadai atau rasional

4. Sifat bukti

5. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti

1.2 Kecukupan Bukti Audit

Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah :

a. Materialitas

Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi.

(7)

saji dalam laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.

b. Risiko audit

Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya mungkin disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam asersi.

Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.

Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko bawaan, semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin banyak bukti yang diperlukan.

c. Faktor-faktor ekonomi

(8)

menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kualitas bukti yang dihimpun.

d. Ukuran dan karakteristik

Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling. Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya. Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin kecil jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi.

Karakteristik populasi berkaitan denga homogenitas atau variabelitas item individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel dan informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.

1.3 Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat.

 Kompetensi data akuntansi

Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern.

 Kompetensi Informasi Penguat

Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini:

a. Relevansi.

(9)

Bukti audit yan berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.

c. Ketepatan waktu.

Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.

d. Objektivitas.

Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan bukti yang bersifat subjektif.

Faktor Penentu Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi Rendah Faktor Kompetensi Kompetensi Tinggi Tidak relevan untuk

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit : a. Petimbangan profesional.

Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.

(10)

Manajemen bertanggungjawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan dan berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.

c. Kepemilikan publik versus terbatas.

Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan perusahaan publik dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan yang lebih luas, dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas keuangan laporan auditan.

d. Kondisi keuangan.

Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan akan menyalahkan auditor karena auditor dianggap gagal untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

1.4 Sifat Bukti Audit Bukti audit terdiri dari:

1. Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan

2. Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis auditor tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.

(11)

Contoh catatan akuntansi :

 Cek dan catatan dari transfer dana secara elektronik

 Faktur

 Kontrak

 Buku besar dan buku pembantu

 Jurnal dan penyesuaian lain dalam laporan keuangan yang tidak tergambarkan dalam jurnal formal

 Catatan seperti kertas kerja dan spread sheet yang mendukung alokasi kos, perhitungan, rekonsiliasi

 Pengungkapan

 Buku pedoman akuntansi

Manajemen menyiapkan laporan keuangan berdasaran catatan akuntansi entitas dan mendapatkan beberapa bukti dengan menguji catatan akuntansi. Akan tetapi, catatan akuntansi tidak menyediakan bukti yang cukup dalam memberikan opini audit laporan keuangan sehingga dibutuhkan informasi seperti :

 Notulen rapat

 Konfirmasi dari pihak ketiga

 Laporan analis

 Data yang dapat dibandingkan dengan competitor

 Pengendalian intern manual

(12)

 Informasi yang dikembangkan oleh auditor

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)

 Pengendalian Intern

Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti.

 Catatan Akuntansi.

Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Auditor akan melakukan penelusuran kembali jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan melalui catatan akuntansi.

b. Semua bukti atau informasi pendukung atau penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor

 Bukti fisik.

Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan, kas, surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang, dan aktiva berwujud.

(13)

Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan :

1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.

Bukti audit ini diperoleh melalui prosedur konfirmasi. Penggunaan konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya informasi yang andal dalam siruasi tertentu dan tersedianya bukti alternatif.

2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.

Contohnya : rekening koran bank (bank statement), faktur dari penjual, order pembelian dari customer, sertifikat saham.

3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.

 Perhitungan

Perhitungan dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah :

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.

2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.  Bukti Lisan

Permintaan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.

(14)

Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intesnif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Auditor juga mempelajadi hubungan persentase bergabai unsur dalam laporan keuangan. Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.

 Bukti dari spesialis

Spesialis adalah seorang atau erusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang sesuai dengan objek yang akan diaudit. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut.

Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi klien terdiri atas: a. Jurnal

b. Buku besar dan buku pemantu

c. Buku pedoman akuntansi

d. Memorandum dan catatan informal seperti work sheet (daftar lembar kerja/neraca lajur), perhitungan dan rekonsiliasi

Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan, bukti audit pendukung meliputi :

a. Bukti fisik

(15)

c. Bukti dokumenter

d. Bukti representasi atau pernyataan tertulis baik dari manajemen maupun dari spesialis

e. Perhitungan sebagai bukti matematis

f. Bukti lisan

g. Bukti analitis dan perbandingan

h. Struktur pengendalian intern

1.5 Prosedur untuk menghimpun bukti

Ada empat tindakan dalam menghimpun bukti audit seperti yang tercantum dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Keempat tindakan itu adalah:

1. Inspeksi

2. Pengamatan

3. Pengajuan pertanyaan

4. Konfirmasi

Ada beberapa hal lain yang perlu diketahui berkaitan dengan keputusan yang diambil auditor dalam proses pengumpulan bukti. Hal tersebut adalah:

1. Penentuan prosedur audit

2. Penentuan besarnya sampel

3. Penentuan elemen tertentu yang harus dipilih sebagai sampel

(16)

1.6 Evaluasi Bukti Audit

Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat. Evaluasi bukti audit dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit dilakukan bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapang dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang akan dinyatakan dalam laporan audit.

Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus memperhatikan tujuan audit. Tujuan audit dapat berkaitan dengan fakta. Evaluasi bukti ini harus harus lebih teliti lagi bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut:

 Pengawasan intern yang lemah

 Kondisi keuangan klien yang tidak sehat

 Manajemen yang tidak dapat dipercaya

 Penggantian kantor akuntan publik

 Perubahan peraturan perpajakan

 Usaha yang bersifat sekulatif

 Transaksi yang kompleks

1.7 Pendekatan dalam Audit

(17)

a. Bukti audit top-down(top-down audit evidence)

Berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas. Seringkali auditor membandingkan kinerja klien audit dengan klien audit lainnya pada industri yang sama maupun dengan perusahaan publik lainnya dalam industri tersebut. Asosiasi perdagangan dan industri biasanya merupakan sumber informasi yang baik tentang faktor persaingan dalam induustri. Auditor akan meletakkan informasi ini bersama-sama dengan pengetahuan tentang sasaran sasaran, tujuan serta pasar untuk mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan perusahaan. Proseur audit top-down juga membantu auditor dalam membuat diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan. Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya.

b. Bukti audit bottom-up (bottom-up audit evidence) berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukto bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

(18)

cara memeriksa dokumen pendukung transaksi (vouching), auditor juga mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam laporan keuangan.

Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung tentang penerbitan obligasi baru. Auditor tidak hanya memeriksa kebenaran pencatatan obligasi, diskon dan premi terkait, namun ia juga akan melanjutkan pemahamannya tentang bagaimana dana yang berhasil dihimpun melalui penjualan obligasi tersebut akan diinvestasikan kembali dalam bisnis agar dapat menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada umumnya prosedur audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan bottom-up.

(19)

2. KERTAS KERJA

Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Kertas kerja juga merupakan sentral pekerjaan akuntan. Dan pengumpulan kertas kerja akuntan sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern. Makin baik sistemnya maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja meliputi semua bukti-bukti yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan telah dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan dan kesimpulan (temuan) telah diberikan.

2.1 Pengertian Kertas Kerja

Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA no 15 kertas kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.

Kertas kerja terutama berfungsi untuk:

1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit

2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mnsupervisi audit.

3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.

2.2 Sifat Kerahasiaan Kertas Kerja

(20)

mengungkap informasi yang diperoleh selama pemeriksaan tanpa sepengetahuan klien. Tentunya reputasi akuntan perlu dijaga dalam kaitannya dengan kebocoran sifat kerahasiaan kertas kerja.

2.3 Tujuan Kertas Kerja

Kertas kerja mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Merefleksikan pelaksanaan norma pelaksanaan pemeriksaan akuntan.

Norma pemeriksaan akuntan menyebutkan bahwa:

a. Pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya bila menggunakan asisten harus dipimpin dan diawasi.

b. Sistem pengendalian intern harus dipelajari dan dinilai secukupnya guna menentukan dapat tidaknya sistem tersebut dipercaya. Sebagai dasar guna menetapkan luasnya pengujian yang harus dilakukan untuk menentukan prosedur pemeriksaan.

c. Bukti-bukti yang cukup dan kompetem harus didapat melalui penelitian, pengamatan, tanya jawab dan konfirmasi sebagai dasar yang layak guna menyatukan pendapat.

Berarti langkah-langkah dalam penentuan norma pemeriksaan akuntan dan yang di arsip dalam kertas kerja merupakan pelaksanaan norma tersebut.

2. Sebagai prosedur pemeriksaan yang ditetapkan.

Berhubung suatu pemeriksaan harus ada program pemeriksaan yang terdiri dari prosedur-prosedur pemeriksaan yang ada berarti bahwa apa yang dilakukan dan dicatat dalam arsip kertas kerja berfungsi sebagai dokumen atau bukti bahwa prosedur yang ditentukan telah dilaksanakan.

(21)

Akuntan dapat merasa puas atas pemeriksaan laporan keuangan tanpa membuat kertas kerja, tetapi di kemudian hari ia tak dapat mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut tanpa adanya bukti yang cukup, kertas kerjanya yang cukup.

4. Sebagai dasar penilaian hasil kerja para asisten.

Audit senior dapat melakukan penilaian atas dasar kertas kerja.

5. Sebagai pedoman pemeriksaan yang akan datang.

Karena kertas kerja berisi persoalan-persoalan yang ditemui dalam pemeriksaan tahun yang lalu maka dapat sebagai dasar penyusunan asudit program dan perencanaan pemeriksaan tahun yang akan datang.

6. Sebagai dasar koordinasi dan organisasi pekerjaan pemeriksaan.

Koordinasi semua fase pekerjaan pemeriksaan dapat dicapai melalui kertas kerja. Karena langkah verifikasi dan analisis yang dilakukan, fakta yang penting dan hubungannya merupakan perhatian akuntan. Dengan secara hati-hati perencanaan tugas pekerjaan asisten guna pembuatan kertas kerja, akuntan senior dapat bekerja secara koordinasi yang efisien.

7. Sebagai dasar pembuatan laporan kauntan.

Kertas kerja memudahkan panyusunan laporan akuntan karena kertas kerja adalah sumber dari mana laporan dibuat.

2.4 Klasifikasi Kertas Kerja

Perencanaan dan pelaksaan program pemeriksaan tidak sempurna tanpa persiapan suatu dokumentasi kertas kerja yang layak. Kertas kerja dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:

(22)

Arsip permanen meliputi kertas kerja yang manfaat terhadap klien yang sama lebih dari satu tahun. Kertas kerja ini terdiri dari:

a. Akta pendirian

b. Kode rekening, sistem dan prosedur akuntansi

c. Layout pabrik

d. Struktur organisasi

e. Salinan perjanjian hutang jangka panjang

f. Prinsip/kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan

g. Sejarah perusahaan, hasil produksi, pasarannya dan latar belakangnya.

2. Kertas kerja administratif

Yaitu catatan yang terdiri dari hasil langkah perencanaan awal dari penugasan pemeriksaan. Biasanya meliputi satu bersama dengan kertas/bukti pemeriksaan tahun sekarang. Kertas kerja ini terdiri dari:

a. Surat penugasan

b. Memo rapat pimpinan (manajemen)

c. Memo rapat komite pemeriksaan

d. Memo telaah catatan dan prosedur yang tak terselesaikan

e. Anggaran waktu pemeriksaan

f. Daftar pertanyaan sistem pengendalian intern

g. Daftar pertanyaan manajemen

h. Daftar pertanyaan EDP

(23)

j. Program pemeriksaan

k. Neraca percobaan untuk buku besar

l. Catatan kertas kerja.

m. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang pendahuluan.

3. Kertas kerja bukti pemeriksaan

Kertas kerja adalah bukti pemeriksaan tahun ini yang terdiri dari prosedur yang diikuti, pengujian yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh dan keputusan yang diambil selama pemeriksaan. Kertas kerja ini harus jelas, ringkas, lengkap, bersih, dengan indeks yang baik, dan informatife. Reference silang harus diberikan pada kertas kerja agar mempermudah meneliti dan melihat kertas kerja.

2.5 Jenis-jenis Kertas Kerja

Berbagai jenis kertas kerjadibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja tersebut terdiri dari:

1. Daftar saldo pemeriksaaan (Working Trial Balance)

Contoh daftar saldo pemeriksaan dapat dilihat di gambar 4.7 .dalam mempelajari gambar tersebut perhatikan kolom-kolom penting berikut :

a. Saldo audit tahun lalu

b. Saldo buku besar tahun berjalan (sebelum diaudt, artinya sebelum dikoreksi atau di klasifikasi berdasarkan hasil audit),

c. Penyesuaian

d. Saldo setelah disesuaikan

(24)

f. Saldo akhir auditan

Dicantumkannya saldo akhir audit tahun lalu diperlukan untuk pembuatan prosedur analitis.

Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat penting dalam suatu audit karena:

a. Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

b. Merupakan pengontrol atas kertas-kertas kerja yang lain

c. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap pos laporan keuangan.

2. Daftar dan analisis

Istilah kertas kerja dftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan untuk menunjukan kertas kertja individual yang berisi bukti-bukti yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau bisa disebut juga daftar utama). Selain menunjukan rekening-rekening buku besar yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing rekening yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan.Daftar atau analisis individual seringkali menunjukan komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tanggal tertentu.

3. Memo Audit dan Informasi Penguat

(25)

a. Ringkasan atau intisari notulen rapat dewa komisaris

b. Jawaban konfirmasi

c. Representasi tertulisdan manajemen dan ahli dari luar

d. Salinan kontrak-kontrak penting

4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi

Jurnal penyesuaian audit adalah koreksi atas kekeliruan. Penghilangan, atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien.Jurnal Penyesuaian ini dilakukan atas sesuatu yang berdampak material, baikm secara individu atau secara keseluruhan, yang seharusnya telah dilakukan oleh klien.

Jurnal reklasifikasi berkaitang dengan penyajian saldo-saldo yang benar dalam laporan keuangan secara baik.Seperti halnya jurnal penyesuaian, jurnal reklasifikasi juga hanya dilakuka n untuk hal-hal yang mempunyai dampak material.

Dalam kertas kerja, setiap usulan jurnal akan nampak dalam

 Kertas kerja daftar atau ananlisis dari setiap rekening yang terpengaruh

 Setiap kertas kerja daftra utama yang terpengaruh

 Ikhtisar terpisah yang berisi usuan jurnal penyesuaian dn jurnal reklasifikasi

 Daftar saldo pemeriksaan.

(26)

peneysuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas kerja. Apabila klien menolak untuk melaksanakan usulan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam laporannya.

2.6 Pembuatan Kertas Kerja

Dalam pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah teknik dan mekaanisme yang lazim digunakan oleh auditor. Berikut beberapa teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja:

a. Judul

Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukan isi kertas kerja yang bersangkutan., dan tanggal neraca atau periode yang dicakup oleh audit

b. Nomor index

Setiap krtas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-1, B-2 dsb, untuk keperluan pemberian identifikasi dan pengarsipan.

c. Referensi silang

Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindahkan atau dibawa di kertas kerja lain, harus diberi referensi silang dengan nomor index dari krtas-kertas kerja tersebut

d. Tanda pengerjaan (tickmarks)

(27)

pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi tentang sesuatu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunjukan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan.

e. Tandatangan dan Tanggal

Segera setelah menyelesaikan tugasnya, baik pembuat maupun orang yang meeview kertas kerja, harus menandatangani dan mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan.Hal ini diperlukan agar jelas siapa penanggungjawab dalam pembuatan kertas kerja maupun orang yang telah mereview kertas kerja.

2.7 Prinsip Penyusunan Kertas Kerja 1. Prinsip kehati-hatian (keseksamaan)

Semua kertas kerja harus dibuat dengan hati-hati. Kertas kerja harus didesign dan disusun untuk menjamin bahwa:

a. Program pemeriksaan telah dilakukan.

b. Pemeriksaan sesuai dengan PA.

c. Laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntan dan diterapkan secara konsisten.

2. Aspek fisik

Kertas kerja harus meliputi semua data yang dikumpulkan selama pemeriksaan, sehingga isi kertas kerja harus lengkap dan jelas, keutuhannya harus rapi dan tersusun yang merefleksikan keseluruhan dan ketepatan yang dilakukan akuntan.

3. Aspek pengawasan kertas kerja

(28)

pemeriksaan. Agar dapat meningkatkan arti operasi kertas kerja maka setiap kertas kerja harus diberi satu tanda atau indeks, misalnya : tanda S berarti skedul yang terpsiah, A untuk tanda analisis dan sebagainya.

4. Penjelasan dalam kertas kerja

Setiap kertas kerja harus ditandatangani dan diberi tanggal oleh pemeriksa yang melaksanakan dengan menunjukkan tanggung jawabnya pada bagian atas kertas kerja harus diberi nama klien, nama rekening atau pos, periode pemeriksaan, atau kode lainnya.

2.8 Ukuran (Standar Penyiapan Kertas Kerja)

Kertas kerja merupakan sumber data pemberian pendapat pada laporan akuntan. Kertas kerja harus disusun sebaik-baiknya. Baik dalam arti bentuk (layout), design, penjelasan sumber, verifikasi yang telah dilakukan secara jelas diutamakan, sehingga akan membantu dalam review-nya. Berikut ini daftar ukuran penyiapan kertas kerja yang sering dilakukan dalam praktek:

1. Setiap kertas kerja harus secara jelas teridentifikasi pada heading harus ada semacam nama perusahaan, penjelasan informasi, dan periode penggunaan.

2. Arsip kertas kerja harus digunakan untuk suatu masalah agar menandakan bekerja dan memberi informasi yang cukup maka setiap kertas kerja hanya untuk satu topik/maksudnya.

3. Setiap kertas kerja harus berisi nomor atau initial akuntan yang membuatnya, tanggal pembuatan, nama atau initial seniornya, manager atau partner yang mereviewnya. Bisa diberikan initial pada bawah/atas sebelah kanan.

(29)

5. Semua kertas kerja harus diberi indeks yang baik untuk neraca percobaan atau kelompoknya. Bilamana referensi diperlukan antara kertas kerja, maka harus ada indeks silang.

6. Sumber data yang disajikan dalam kertas kerja harus jelas, baik dari buku besar, laporan keuangan, faktor atau yang lain.

7. Sifat verifikasi yang dilakukan akuntan harus dicatat pada kertas kerja.

8. Luas dan skope pengujian harus jelas dinyatakan pada setiap pemeriksaan.

9. Tujuan masing-masing kertas kerja dan hubungannya dengan tujuan pemeriksaan harus jelas.

10. Suatu catatan terpisah atau daftar catatan bukti/pos diperiksa dan masih memerlukan pengembangan harus ada. Dalam hal permasalahan yang belum dapat terjawab cepat harus dimasukkan juga.

11. Kertas kerja harus mencakup pula komentar akuntan yang menunjukkan kesimpulan pada masing-masing aspek pekerjaan.

12. Kertas kerja harus disusun di dalam arsip penyelesaian pekerjaan bila telah selesai dibuat.

13. Dalam pembuatan kertas kerja harus dihindarkan pekerjaan menyalin, yang menunjukkan suatu pemborosan waktu.

2.9 Review atas Kertas Kerja

(30)

dilakukan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja.

2.10 Pengarsipan Kertas Kerja

Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori 1. Arsip permanen

Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa dating untuk klien yang bersangkutan. Hal-hal yang biasanya dimasukan dalam arsip permanen

a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan

b. Kode rekening dan buku pedoman prosedur

c. Bagan organisasi

d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama

e. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi

f. Salinan kontrak-kotrak jangka panjang, seperti sewa-guna, program pension, kesepakatan bagi hsil dan pemberian bonus.

g. Daftra rencarna depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang.

h. Ringkasan prinsip-prnsip akuntansi yang digunakan oleh klien

2. Arsip tahun berjalan

(31)

2.11 Pemilik dan Penyimpanan Kertas Kerja

Kertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini mendapat krndala dari organisasi profesi si auditor sendiri. Dalam kode etik ikatan akauntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan public yidak boleh mengngkapkan informasi rahasia yag diperolehnya selama ia melakukan tugas profesionalnya, tanpa persetujuan dari kliennya, kecuali untuk hal-hal tertentu yang dinyatakan dalam aturan tersebut.

(32)

3. Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

PT KAI Menerapkan proses GCG (Good Corporate Governance) dalam suatu perusahaan bukan suatu proses yang mudah. Diperlukan konsistensi, komitmen, dan pemahaman yang jelas dari seluruh stakeholders perusahaan mengenai bagaimana seharusnya proses tersebut dijalankan. Namun, dari kasus-kasus yang terjadi di BUMN ataupun Perusahaan Publik dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa penerapan proses GCG belum dipahami dan diterapkan sepenuhnya. Pembedahan kasus-kasus yang telah terjadi di perusahaan atas proses pengawasan yang efektif akan menjadi pembelajaran yang menarik dan kiranya dapat kita hindari apabila kita dihadapkan pada situasi yang sama. Salah satu contohnya adalah kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola yang dijalankan dalam suatu perusahaan dan bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah saji dan mampu menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya. Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI.

Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber pada perbedaan mengenai:

1. Masalah piutang PPN. Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp. 95,2 milyar, menurut Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi oleh auditor.

(33)

menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus pada tahun 2005 sebagai beban usaha.

3. Masalah persediaan dalam perjalanan. Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku cadang Rp. 1,4 milyar yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan PT. KAI yang belum selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005, menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun 2005.

4. Masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005.

5. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYDBS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN). BPYDBS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70 milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menurut Komite Audit harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca tahun buku 2005. Beberapa hal yang direfentifikasi turut berperan dalam masalah pada laporan keuangan PT. KAI Indonesia:

1. Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan hanya auditor Eksternal.

2. Komite audit tidak ikut serta dalam proses penunjukkan auditor sehingga tidak terlibat proses audit.

3. Manajemen (tidak termasuk auditor eksternal) tidak melaporkan kepada komite audit dan komite audit tidak menanyakannya.

(34)

Berikut ini beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan kepada PT KAI untuk memperbaiki kondisi yang telah terjadi:

1. Apabila Dewan Komisaris ini merasa direksi tidak capable (mampu) memimpin perusahaan, Dewan Komisaris dapat mengusulkan kepada pemegang saham untuk mengganti direksi.

2. Diperlukannya kebijaksanaan (wisdom) dari Anggota Dewan Komisaris untuk memilah-milah informasi apa saja yang merupakan private domain.

3. Komunikasi yang intens sangat diperlukan antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit.

4. Komite Audit sangat mengandalkan Internal Auditor dalam menjalankan tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi dalam operasional perusahaan.

5. Komite Audit tidak memberikan second judge atas opini Auditor Eksternal, karena opini sepenuhnya merupakan tanggung jawab Auditor Eksternal.

6. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.

7. Komite Audit tidak berbicara kepada publik karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit, tetapi Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada Laporan Komite Audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

8. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure.

(35)

Kaitan kasus dengan bukti audit

a. Bukti pada kasus PT. KAI dikaitkan dengan Pendekatan dalam audit: 1. Bukti audit top-down

Dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar.

2. Bukti audit bottom-up

Ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu, padahal ia tidak dapat dikelompokan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi disini.

Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

b. Berdasarkan kompetensi bukti audit

 Sumber Bahan Bukti dan Kualifikasi Orang yang Memberikan Informasi terhadap Bukti

(36)

Dalam hal ini, komisaris yang merangkap sebagai komite audit PT. KAI yaitu Hekinus Manao berbicara kepada publik dan menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik karena setelah diteliti dengan seksama mengenai ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik.

c. Data akuntansi yang mendasari Catatan akuntansi

Berupa catatan akuntansi tahun 2002 yang membebankan kerugian akibat penurunan persediaan berupa suku cadang sebesar Rp 24 M.

d. Bukti penguat 1) Bukti analitis

Bukti analitis salah satunya adalah dengan melihat data catatan kerugian penurunan persediaan berupa suku cadang tahun 2002 sebesar 24 miliar yang harus dibebankan bertahap selama 5 tahun. Pada tahun 2005, masih tersisa kerugian sejumlah Rp 6 Miliar, namun tidak dicatat.

2) Bukti dokumenter

Bukti documenter berupa surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 Catatan akuntansi

3) Bukti lisan

(37)

Kaitan Kasus dengan Kertas Kerja Pemeriksaan Susunan kertas kerja pemeriksaan terdiri dari 1. Draf laporan audit

2. Laporan keuangan auditan

3. Ringkasan informasi bagi penelaah 4. Program audit

5. Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien 6. Ringkasan jurnal penyesuaian

7. Working trial balance 8. Daftar Utama

9. Daftar pendukung

(38)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.

Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Pengumpulan kertas kerja akuntan sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern. Makin baik sistemnya maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja meliputi semua bukti-bukti yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan telah dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan dan kesimpulan (temuan) telah diberikan.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Jusup, Al. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Hartadi, Bambang. 1987. Auditing: Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pendahuluan. Yogyakarta: BPFE.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Boyton,dkk. 2002. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga. Kamis 5 November 2015, 10.30 WIB :

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dengan cara menguji berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji dalam laporan

Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten..

Bukti fisik merupakan bukti yang diperoleh auditor secara langsung melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit. Contohnya pemeriksaan fisik persediaan.. secara langsung

Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh auditor dari pihak lain (baik dari pihak. auditi maupun pihak ketiga) berdasarkan pertanyaan atau informasi tertentu

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit, hasil pemahaman

• Mengetahui prosedur manual yang digunakan Mengetahui prosedur manual yang digunakan oleh auditor internal dalam mengumpulkan oleh auditor internal dalam mengumpulkan  bukti

Setiap Auditor independen dalam pekerjaan memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan memerlukan informasi. Semua informasi yang digunakan auditor untuk

Namun, bukti audit dapat juga mencakup 15 informasi yang diperoleh melalui sumber lain, seperti dari 16 audit periode lalu (dengan syarat auditor telah menentukan 17 apakah