• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BERD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BERD"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOMBANA

(2)

ii

RINGKASAN

Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bombana memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bombana dengan menggunakan data tahun 2011 sampai tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pemerintah Daerah setempat dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quetiont, dan Analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bombana yaitu (1) Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian dan (3) Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor periode 2011-2015. Sub Sektor unggulan sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi adalah Sub Sektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sub Sektor unggulan sektor pertambangan dan galian adalah Sub Sektor pertambangan biji logam dan pertambangan dan penggalian lainnya. Dan Sub Sektor unggulan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor adalah perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor.

(3)

iii

SUMMARY

Bombana regency is one of the districts in Southeast Sulawesi that gives the greatest influence to the development of Southeast Sulawesi. This is because Bombana District has diverse natural resources such as water resources, land and human resources covering the availability of abundant and quality labor.

This study was conducted in Bombana District using data from 2011 to 2015. The purpose of this study was to identify the sektor that became the leading sektor in Bombana District, to analyze the impact of income multiplier from the activities of the sektor of economy that became the leading sektor in Bombana Regency, to analyze the economic performance of the region based on Identification of economic sektors in Bombana District and to analyze the linkages and implications that will be generated from the development of the basic economic sektor on regional development.

The research method used is descriptive quantitative research method, using indicators that describe all economic activities that have been implemented through indicators of GRDP (Gross Regional Product) described through the growth of GRDP. The study used secondary data obtained from the local government and other relevant agencies, then analyzed using Location Quetiont, Revenue Multiplier and Shift Share analysis methods.

The result of Location Quotient (LQ) analysis shows that the sectors that are the basic or superior sectors in Bombana Regency are (1) Agricultural, Forestry and Fishery Sector, (2) Mining and Quarrying Sector and (3) Large and Retail Trade Sector, Car Repair and Motorcycles period 2011-2015. The leading sub-sectors of agriculture, forestry and fishery sector which contributed are food crops, horticulture, plantation and livestock. The leading subsector of the mining and quarrying sector is the mining subsector of metal ore and mining and other excavations. And the flagship subsector of the big and retail trade sector, car and motorcycle repair is the big and retail trade not the cars and motorcycles.

(4)

iv

PRAKATA

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penyusunan “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana” dapat diselesaikan. Kajian strategis ini dapat terwujud atas kerjasama Bada Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Bombana dengan Lemabga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo (LPPM) Kendari.

Kegiatan penyusunan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Regional Brutio (PDRB) Kabupaten Bombana disusun dengan maksud untuk menganalisis pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB dan langkah-langkah yang tepat oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana.

Dengan selesainya kajian Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana dapat menjadi pedomana dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bombana. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita dalam menunaikan tugas dan pengabdian kita masing-masing Amiin.

Wabilahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rumbia, April 2017

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,

HUSRIFNAH RAHIM, ST. M.Si. PEMBINA Tk. I. IV/b

(5)

v

KATA PENGANTAR

Patut kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan Ridho-Nya jugalah sehingga penyusunan laporan penelitian tentang analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Bombana dapat diselesaikan dengan baik.

Publikasi ini menyajikan tinjauan perkembangan perekonomian Bombana secara deskriptif. Dalam buku ini juga ditampilkan tabel-tabel dan gambar tentang analisis sektor-sektor ekonomi PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan persentase. Hasil paparan pertumbuhan ekonomi menurut sektor-sektor dalam PDRB, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui sektor unggulan atau basis dan sejauh mana perkembangan dari sektor unggulan tersebut.

Dengan tersusunnya laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, untuk menjadi informasi dan bahan dalam perumusan program dan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.

Meskipun dalam penyusunan analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor PDRB ini, telah dipersiapkan sebaik-baiknya, namun disadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk perbaikannya, tanggapan dan saran dari pembaca sangat diharapkan.

Rumbia, April 2017 KETUA TIM PENELITI

(6)

vi

2.2. Gambaran Umum Kesejahtraan Masyarakat……….…. 8

2.2.1. Kependudukan dan ketenagakerjaan……… 8

2.2.2. Pendidikan dan Keesehatan……… 9

2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah………. 10

2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)……… 12

2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah……….……… 13

2.2.6. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)………….. 14

2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat……… 16

2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan……….. 17

2.3. LandasanTeori……… 18

2.3.1. Teori Pembanguanan Ekonomi……….. 18

2.3.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah………….. 20

2.3.3. Teori pertumbuhan ekonomi……… 20

2.3.4. Teori pertumbuhan ekonomi wilayah………. 22

2.3.5. Produk domestic regional bruto (PDRB)………… 30

(7)

vii

3.4.2. Analisis Shift Share……….. 35

BAB IV ANALISIS DATA……….. 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana………. 39 5.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor PDRB

ADH 2010……… 63

5.3. Analisis PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi Tenggara 2011- 2015……… 82 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi

Tenggara 2011-215……… 84 5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten

Bombana 2011-2015 86

5.6. Pergeseran Bersih Dan Profil Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian Di Kabupaten Bombana……….. 89 5.7. Analisis Sektor Basis/Unggulan Kabupaten Bombana

2011-2015……… 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………. 100

6.2. Saran……… 100

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan

Kabupaten Bombana 7

Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan

Lingkungan 7

Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015 9 Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan RiilPDRB Menurut Lapangan Usaha

(persen), 2011─2015 65

Tabel 5.2. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Listrik

dan Gas Kabupaten Bombana 2011-2015 71 Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten

Bombana 2011-2015 74

Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Transportasi dan

Pergudangan Kabupaten Bombana 2011- 2015 75 Tabel 5.4. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 76 Tabel 5.5. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 78 Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan EkonomiKabupaten Bombana Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 82

Tabel 5.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 83 Tabel 5.8. Rasio PDRB Kabupaten Bombana dan PDRB Propinsi

Sulawesi Tenggara (Nilai Ra, Ri, dan ri) 85 Tabel 5.9. Perhitungan National Share (Ns) Kabupaten Bombana

tahun 2011-2015 86

Tabel 5.10. Analisis Propotional Share Kabupaten Bombana ADH 2010

Tahun 2011-2015 88

Tabel 5.11. Analisis Differential Share Kabupaten Bombana ADH 2010

Tahun 2011-2015 89

Tabel 5.12. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten

BombanaTahun 2011- 2015 90

Tabel 5.13. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 93

Tabel 5.14. PDRB Sulawesi Tenggara ADH 2010 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 94

Tabel 5.15 Hasil Analisis Location Quation (LQ) Kabupaten Bombana

Tahun 2011-2015 94

Tabel 5.16 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 97 Tabel 5.17 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 98

(9)

ix

Tahun 2011-2015 99

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bombana……… 7 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Bombana……….. 8 Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana

2013-2015……… 11

Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjadan Pengangguran

Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015……….. 15 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pertumbuhan

Ekonomi……… 33

Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bombana 2011-2015… 64 Gambar 5.2. Kontribusi Sub sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015……… 67 Gambar 5.3. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertanian Terhadap PDRB

Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 67 Gambar 5.4. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertambangan dan

Penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana

2011-2015……… 68

Gambar 5.5. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan…….

Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 69 Gambar 5.6. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan

Lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan perlatan Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015………… 70 Gambar5.7. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang Terhadap PDRB

Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 72 Gambar 5.8. Kontribusi Komponen Sub Sektor Konstruksi Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 73 Gambar 5.9. Kontribusi Komponen Sub Sektor Informasi dan Komunikasi

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010

Tahun 2011-2015……….. 111 Lampiran 2. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010

(11)

Halaman 1 of 122 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang. Di setiap periode suatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk memproduksikan barang dan jasa. Ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi yang berlaku. Dalam setiap periode jumlah tenaga kerja bertambah karena ada golongan penduduk yang akan memasuki angkatan kerja. Investasi masa lalu akan menambah barang-barang modal dan kapasitas memproduksi dimasa kini (Sukirno, 2000:13). Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

(12)

Halaman 2 of 122 Krisis ini menyebabkan terjadinya perubahan dari nilai tambah sektor-sektor yang ada di wilayah nasional juga di wilayah daerah. Sehingga Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk Undang-Undang, yaitu Undang-Undang. No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menimbang : a). bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah; b). bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah yang menimbang : a). bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b). bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti. Lahirnya tersebut dapat merangsang adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal.

(13)

Halaman 3 of 122 integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara terus-menerus untuk menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan menuntut pihak Pemerintah Daerah untuk lebih mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi daerah.

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil. Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis.

(14)

Halaman 4 of 122 dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dilihat dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah dan Dilihat dari sisi produksi PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

Kabupaten bombana sebagai salah satu daerah baru yang merupakan daerah pemekaran juga mengharapkan mampu memiliki pertumbuhan ekonomi yang optimal. Hal ini menjadi suatu hal yang harus diperhatikan bagi Pemerintah Daerah. Sejalan dengan pembahasan diatas bahwa indikator yang menjadi acuan dalam pertumbuhan ekonomi ialah mengenai produk domestik regional bruto. Untuk itu dalam hal ini pemerintah bombana memerlukan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan produk domestik regional bruto.

1.2 . Rumusan Masalah

(15)

Halaman 5 of 122 Kabupatenbombana. Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi berdasrkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana ?.

2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana.

2. Menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana.

1.4. Ruang Lingkup

(16)

Halaman 6 of 122 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Geografis dan Iklim

Kabupaten Bombana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengara letaknya di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Letak astronomisnya

antara 4°22'59,4” dan 5°28'26,7” Lintang Selatan dan antara 121°27'46,7” dan 122°10'9,4” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 8,01 persen dari total luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bombana

(17)

Halaman 7 of 122

Uraian 2014 2015

Luas (km2) 3316.16 3316.16

Pulau (buah) 27 27

Rata-Rata Curah Hujan (mm) 924,8 797.72

Rata-Rata Hari Hujan (hari) 109 75

Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana

Curah hujan tertinggi tercatat 1.232,30 mm dan hari hujan sebanyak 104 hari. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Kecamatan Kabaena Utara dan sekitarnya, serta di Kecamatan Poleang dengan catatan curah hujan sebesar 1.014,00 mm. Daerah dengan curah hujan rendah dan terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Kecamatan Kabaena Timur dan sekitarnya serta di Kecamatan Poleang Timur Sebagian besar desa di Kabupaten Bombana merupakan desa bukan pesisir yang jumlahnya mencapai 76 desa dengan topografi wilayah sebagian besar merupakan desa yang terletak di dataran, sedangkan lainnya merupakan desa pesisir yakni 68 desa.

Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan

Sampai dengan tahun 2015, wilayah Pemerintahan Kabupaten Bombana telah secara resmi menjadi 22 Kecamatan dari sebelumnya 6 Kecamatan pada tahun 2003. Sejak resmi berdiri sebagai Daerah Otonom yang terpisah dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton di tahun 2003, di Kabupaten Bombana telah terbentuk 121 desa, 2 UPT, dan 22 Kelurahan. Pada Satuan Lingkungan dibawah Desa/Kelurahan terdapat peningkatan dari tahun 2013 yang hanya terdapat 413 dusun dan 87 lingkungan, menjadi 430 dusun dan 89 lingkungan tahun 2015.

Wilayah Administrasi 2013 2014 2015

Kecamatan 22 22 22

Desa 116 116 121

UPT 2 2 2

Kelurahan 22 22 22

Dusun 413 428 430

(18)

Halaman 8 of 122 2.2. Gambaran Umum Kesejateraan Masyarakat

2.2.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Komposisi penduduk Kabupaten Bombana didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya, maka seharusnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia 5-9 tahun. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang kependudukan ke depan.

Gambar 2.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bombana

(19)

Halaman 9 of 122 Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015

Pertumbuhan yang signifikan ini dikarenakan tingginya angka kelahiran bayi, untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 3.257 kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, sedangkan tahun 2014 tercatat sebanyak 3.255 kelahiran.

2.2.2. Pendidikan dan Kesehatan

Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan diharapkan akan mampu menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, yang UU No 20 tahun 2003 tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan.

Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah harus

mengusahakan segala yang terkait dengan pendidikan. Baik dari sisi penyelenggaraan, sarana, ketersediaan pengajar. UUD 1945 juga telah mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Republik Indonesia (sekaligus Pemerintah Daerah) wajib mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiapn warga Negara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan.

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Pemerintah Pusat dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang

Indikator Kependudukan 2013 2014 2015

Jumlah Penduduk (jiwa) 150,186 159,718 164,809 Pertumbuhan Penduduk (%) 2.82 6.35 3.19 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 45.00 48.16 49.70 Rasio Jenis Kelamin 102.00 101.91 101.93 Jumlah Rumah Tangga (Ruta) 33,634 36,128 37,286 Rata-Rata ART (jiwa/Ruta) 4 4 4 % Penduduk Menuruta Kelompok Umur

0-14 34.38 34.38 34.38

15-64 61.37 61.37 61.87

(20)

Halaman 10 of 122 harus ditanggung pemerintah, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan pemerintah.

Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan akan dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan di dalam publikasi ini, diantaranya Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Melek Huruf (AMH) serta Rata-rata Lama Sekolah. Indikatorindikator tersebut diolah dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS.

2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur partipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan dan kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah yang dapat diukur diantaranya yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partsipasi Murni (APM).

Pemerintah berharap agar ketiga indikator tersebut selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan berkesetaraan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengukur proporsi anak yang masih bersekolah pada suatu kelompok umur sekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang diikuti. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Bombana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini.

(21)

Halaman 11 of 122 Gambar 2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015

Pada periode 2013-2015 cenderung berfluktuatif untuk angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun. Tahun 2014 sempat mengalami penurunan dari 97,88 persen menjadi 97,67 persen, namun tahun 2015 angka partisipasi sekolah naik menjadi 99,21 persen. Tingginya angka partisipasi sekolah pada kelompok umur ini diduga dipengaruhi oleh perluasan kesempatan sekolah melalui program pendidikan gratis.

Pada kelompok umur 13-15 tahun, APS-nya meningkat dari 85,5 persen (2013) menjadi 91,86 persen (2015). Artinya setiap 100 anak usia 12-15 tahun, rata-rata 91 orang diantaranya sedang sekolah. Berarti pula pada tahun 2015, sekitar 8,14 persen penduduk usia tersebut tidak bersekolah. Diharapkan APS terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun dan anak usia sekolah dapat memperoleh hak pendidikannya.

(22)

Halaman 12 of 122 sebesar 6,25 persen, kemudian meningkat menjadi 10,16 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka.

2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)

Seseorang dikatakan melek huruf apabila paling tidak orang tersebut dapat menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam kegiatannya yang memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat. Melek huruf sangat berkaitan erat dengan buta huruf. Semakin meningkatnya angka melek huruf menunjukkan semakin menurunnya angka buta huruf. Baik angka melek huruf maupun angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat

pencapaian keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf. Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum

yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju hidup sejahtera. Kemampuan baca tulis tercermin dari Angka Melek Huruf (AMH), dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dari aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi pula mutu sumber daya manusia suatu masyarakat.,Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Bombana dalam periode dua tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini.

(23)

Halaman 13 of 122 Angka melek huruf penduduk Bombana pada tahun 2015 sebesar 90,98 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang, rata-rata 90 orang diantaranya sudah mampu membaca dan menulis. Terjadi penurunan AMH jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 4,31 persen. Walaupun program pemberantasan buta aksara secara nasional telah menunjukkan adanya keberhasilan, program ini harus terus dilakukan sehingga angka buta aksara masyarakat dapat terus ditekan dan semakin menurun tiap tahunnya.

Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka persentase penduduk melek huruf laki-laki pada tahun 2015 lebih besar dibandingkan perempuan. Persentase melek huruf penduduk laki-laki mencapai 93,32 persen sedangkan perempuan hanya sebesar 88,66 persen. Atau dengan kata lain penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf dibandingkan penduduk laki-laki.

2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah

Secara umum tingkat pendidikan penduduk dewasa dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah (tahun). Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk dewasa. Indikator ini lebih memadai untuk digunakan dalam berbagai analisis karena merupakan data rasio. Oleh karena itu, indikator ini dapat pula digunakan dalam menilai keberhasilan pembangunan sektor pendidikan antar daerah. Angka rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Bombana terlihat pada Grafik di bawah ini.

(24)

Halaman 14 of 122 Rata-rata lama sekolah penduduk Bombana terus menunjukkan peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah sebesar 6,98 tahun sedangkan tahun 2013 dan 2014 rata-rata lama sekolah penduduk Bombana meningkat menjadi 7,21 tahun dan 7,5 tahun. Artinya rata-rata penduduk telah sekolah sampai kelas 2 SMP. Peningkatan ini bias memberikan sinyal positif bagi perbaikan kesempatan sekolah bagi masyarakat. Peningkatan rata-rata lama sekolah tidak menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Namun demikian, peningkatannya yang berkelanjutan menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, serta selain keberhasilan program pemerintah bidang pendidikan.

2.2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenagakerjaan yang penting yang digunakan untuk menganalisa dan mengukur capaian hasil pembangunan. TPAK digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja,indikator ini merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (usia produktif 15 tahun ke atas). Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja juga dikenal indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

(25)

Halaman 15 of 122 Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka

Kabupaten Bombana 2013-2015

Jumlah angkatan kerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 70.747 orang, bertambah 2.486 orang dibanding Agustus 2014. Jumlah penduduk yang bekerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 69.409 orang, bertambah 2.400 orang dibanding keadaan Agustus 2014. Dari jumlah angkatan kerja tersebut TPAK bergerak naik dari tahun 2013 hingga tahun 2015. TPAK tahun 2013 sebesar 63,52 persen terus mengalami kenaikan hingga 63,89 persen pada tahun 2015. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka TPAK laki-laki lebih besar disbanding perempuan, yaitu 83,87 persen berbanding 43,68 persen pada tahun 2015.

Sementara itu TPT mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan TPAK yang tidak diiringi dengan perluasan lapangan kerja meningakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 2014 TPT mencapai 1,83 persen dan pada tahun 2015 naik menjadi 1,89 persen. Peningkatan TPT berarti jumlah penduduk yang enganggur semakin bertambah.

2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat

(26)

Halaman 16 of 122 menerus. Sulitnya memenuhi kebutuhan seharihari dapat menyebabkan terjadi pergeseran pola makan yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan terlihat dari keluhan kesehatan dan tenggang waktu penduduk mengalami keluhan kesehatan.

Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan seperti panas, pilek, diare, sakit kepala, maupun penyakit kronis atau keluhan lainnya adalah sebesar 20,62 persen. Jika ditinjau dari daerah tempat tinggal, ternyata penduduk perkotaan sering mengalami keluhan kesehatan yaitu sebesar 39,21 persen penduduk pernah mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir. Sementara penduduk perdesaan hanya sebesar 18 persen yang mengalami keluhan kesehatan. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan tidak jauh berbeda yaitu 20,98 persen penduduk laki-laki dan 20,27 persen penduduk perempuan.

Selain mengalami keluhan kesehatan ada pula penduduk yang sakit selama sebulan terakhir sebanyak 11,09 persen yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Rata-rata lama sakit berlangsung selama 7 sampai 8 hari. Dari hasil pencacahan Susenas Maret 2015 diketahui bahwa penduduk perkotaan lebih banyak penduduk yang sakit dibandingkan penduduk perdesaan. Penduduk perkotaan yang sakit sebanyak 15,79 persen sementara penduduk perdesaan hanya 10,43 persen yang sakit. Sehingga diperlukan kebijakan yang berbeda dalam menangani masalah kesehatan.

2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan

(27)

Halaman 17 of 122 Pada umumnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk sangat erat terkait dengan kondisi sosial ekonomi penduduk dan kondisi wilayah tempat tinggal mereka berada. Tampak perbedaan kualitas kesehatan yang nyata antara penduduk di perdesaan dengan penduduk perkotaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan dan jarak menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, ditambah lagi perilaku penduduk itu sendiri. Tingginya persentase penduduk di daerah perkotaan yang memanfaatkan berobat ke rumah sakit (22,89 persen) dan praktek dokter/klinik (54,98 persen) disebabkan karena akses yang lebih mudah, di samping itu kualitas pelayanannya jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Sebagai dampaknya, akan terlihat berbagai keluhan dan masalah kesehatan segera tertangani lebih cepat dan lebih baik.

Berdasarkan hasil Susenas 2015, jumlah penduduk yang sakit yang melakukan berobat jalan hanya sebesar 30,35 persen. Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah praktek dokter/bidan yaitu sebesar 39,31 persen, kemudian puskesmas/pustu sebesar 37,11 persen dan rumah sakit pemerintah sebesar 10,10 persen. Jadi bisa disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berobat di fasilitas kesehatan semakin membaik. Namun di lain pihak masih ada penduduk sakit yang tidak berobat jalan yaitu sebesar 69,65 persen.

Adapun alasan penduduk yang tidak berobat jalan sebagian besar karena cenderung untuk mengobati sendiri dalam upaya pemulihan kesehatannya yaitu sebesar 73,6 persen. Mengobati sendiri ini bisa berupa pembelian obat sendiri tanpa resep dari tenaga kesehatan ataupun menggunakan obat-obatan tradisional. Selain itu alasan tidak berobat jalan disebabkan karena tidak punya biaya berobat (14,69 persen), merasa tidak perlu untuk berobat (10,88 persen) dan tidak ada biaya transport (0,82 persen).

2.3. Landasan Teori

(28)

Halaman 18 of 122 menganalisis secara kritikal dengan melihat kesesuaiannya dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun perbincangan mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan pembangunan dalam sebuah negara. Pembangunan berwawasan lingkungan melihat kepada aspek kebajikan generasi akan datang melalui kehendak masa kini.

2.3.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000). b. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang

harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000).

c. Sadono Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

(29)

Halaman 19 of 122 ilmu ekonomi pembangunan dapat menjelaskan daerah maju dengan daerah terbelakang atau hubungan antar kota dengan daerah belakangnya. Akan tetapi, sifat analisisnya bersifat general, artinya berlaku umum tidak seluruh hubungan, tidak peduli di mana tempat (negara) hubungan itu terjadi (Tarigan, 2005).

Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per Kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan Nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan Nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu Daerah. Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan Pendapatan per Kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

2.3.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)

2.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

(30)

Halaman 20 of 122 persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Beberapa pakar ekonomi membedakan pengertian antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :

1. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk,

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang terjadi dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (transformasi struktural). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1) Laju Pertumbuhan Ekonomi = x 100% Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting sebagai berikut (Arsyad, 1999): a) Akumulasi Modal

(31)

Halaman 21 of 122 b) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif.

c) Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.

Profesor Kuznets (dalam Todaro, 2000) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a) Tingkat pertambahan Output per Kapita dan pertambahan penduduk yang tinggi.

b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas tenaga kerja.

c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi. d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku.

f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia.

2.3.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut :

1). Teori Pertumbuhan Klasik

(32)

Halaman 22 of 122 yang seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary state). Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optiml dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. John Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung. Adam Smith dan John Maynard Keyneys tetap mengandalkan mekanisme pasar. Perbedaanya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin.

2). Teori Harrod-Domar dalam sistem regional

(33)

Halaman 23 of 122 angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = k= n, Dimana : g = growth (tingkat pertumbuhan output) k = capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja Dalam Model ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk. Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang (Robinson Tarigan, 2004). 3). Teori 3. Pertumbuhan Neo-Klasik

3) Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia.

Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. Dalam ekonomi model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakannya terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik (Tarigan, 2005).

4). Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan

(34)

Halaman 24 of 122 alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

5). Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout.

Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Daerah itu sendiri.

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis (Richardson, 1991). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

(35)

Halaman 25 of 122 kekayaan Daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu Daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila Daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan Daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

6) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)

Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor hanya membahas Daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari Daerah tetangga. Model ini memasukkan dampak dari Daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini di asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan Daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa Daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2004). Dalam penelitian ini digunakan teori basis ekonomi karena teori ini adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur Daerah yang bersangkutan, teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005).

Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:

(a). Analisis Shift Share

(36)

Halaman 26 of 122 data tentang kinerja perkonomian. Dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu : (1). Pertumbuhan ekonomi Daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. (2). Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan pada Daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat mengetahui apakah perekonomian Daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. (3). Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing industri Daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

(b). Location Quotients

Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu Daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : (1). Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di Daerah itu sendiri maupun di luar Daerah yang bersangkutan. (2). Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di Daerah itu sendiri. Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasikan komoditas unggulan diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quostient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah. Eksport itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono,2001).

(37)

Halaman 27 of 122 kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan ,holtikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian ( area tanam atau area panen ), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor). Setiap Metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya dengan menggunakan metode LQ (Rachmat Hendayana, 2003) : a).Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasikan komoditas unggulan antara lain penerapannya sederhana tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spreed sheet dari Excel atau program lotus serta alat perhtungan lainnya. b). Keterbatasannya adalah karena demikian sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidakakan banyak memanfaatkannya jika data yang digunakannnya tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan alat analisis ini maka validitas data sangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan bila rata-rata kurang dari 5 tahun. Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami hambatan.

Keterbatasan lainnya dalam mendefinisikan wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dalam ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulan disektor non pangan, yang muncul malah pangan dan sebalikya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan perlu diklarifikasikan terlebih dahulu dengan sumber data lainnya., sehingga mendapat gambaran tingkat konsistensi data yag mantap dan akurat.

(38)

Halaman 28 of 122 untuk pasar di Daerah maupun diluar Daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar Daerah akan menghasilkan pendapatan bagi Daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar Daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di Daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.

(c) Angka Pengganda

Pengerjaan Angka penggandaan pengerjaan dimaksudkan untuk mengukur pengaruh suatu kegiatan ekonomi baru terhadap penciptaan jumlah pekerjaan. Rumus untuk menghitung angka pengganda pengerjaan ini adalah sebagai berikut (Prasetyo Soepono, 1993) : Pengerjaan Total

Angka Pengganda Pengerjaan = Pengerjaan Sektor Ekspor (d). Analisis Input-Output

Analisis input-output adalah suatu teknik pengukuran ekonomi Daerah. Analisis ini digunakan dalam upaya untuk melihat keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memehami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Dalam penelitian ini digunakan Analisis Location Quotient karena memiliki kebaikan berupa alat analisis yang sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu Daerah dan industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis Location Quotient merupakan suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat. Karena kesederhanaannya, teknik Location

Quotient dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai

(39)

Halaman 29 of 122 Selain itu juga menggunakan Analisis Shift-Share, karena analisis ini. memiliki beberapa keunggulan antara lain (Prasetyo Soepono, 1993).: 1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi walau analisis Shift Share tergolong sederhana. 2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

(e). Analisis Tipologi Klassen

Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap Daerah (Bank Indonesia, 2006). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagi Daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi Daerah dan pendapatan per kapita Daerah. Pendekatan ini akan menghasilkan empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), 2. Daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth), 3. Daerah berkembang cepat (high growth but low income), 4. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income).

2.3.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi). 1. Metode Langsung Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2008). Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut : a). PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)

(40)

Halaman 30 of 122 (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005).

Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian , industri , Pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, angkutan , lembaga keuangan ; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana, 2000). b). PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

(41)

Halaman 31 of 122 suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini. digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/Sub Sektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan Sub Sektor . Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :

a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu Daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

2.4. Kerangka Pemikiran

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Daerah merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah di dalam region, yang lebih menguntungkan didukung dengan strategi peningkatan sumber daya manusia Kabupaten bombana.

(42)

Halaman 32 of 122 berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam dua sektor yang terpisah, yaitu sektor basis dan sektor non basis.

(43)

Halaman 33 of 122 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diKabupaten Bombana dan waktu Pelaksanaan penelitian selama 3 (Tiga) Bulan dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1. skedul Pelaksanaan Penelitian

.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil.

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi, yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan (Arikunto 1998). Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder melalui metode dokumentasi berupa data PDRB Kabupaten bombana dan PDRB

1 Pembahasan Proposal

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Data

4 Analisis Data

5 Penyusunan Laporan Penelitian

6 Seminar Akhir

7 Penggandaan Laporan No Jenis Kegiatan

1 2 3

(44)

-Halaman 34 of 122 Propinsi sulawesi tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan yang bersumber dari dokumentasi BPS.

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku literatur, bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data Instansi-instansi pemerintahan seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten bombana, Badan Perencanaan Pembangunan Derah (BAPPEDA) Kabupaten bombana serta instansi-instansi lain yang terkait.

3.3. Metode Analisis Data 3.3.1 Analisis LQ

Teknik ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu Daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki Daerah tersebut yaitu sektor basis dan yang merupakan sektor basis (non basis). Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut (Warpani, 1984) :

Q =

Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : PDRB Sektor i di Kabupaten bombana S : PDRB total di Kabupaten bombana

Ni : PDRB Sektor i di Provinsi sulawesi tenggara N : PDRB total di Provinsi sulawesi tenggara

3.3.2 Analisis Shift Share

(45)

Halaman 35 of 122 sektor unggul Daerah dengan membandingkannya dengan Daerah yang lebih besar (Regional atau Nasional), menurut Prasetyo soepono (1993) analisis ini dapat juga digunakan untuk menunjukan sektor yang berkembang disuatu wilayah jika dibanding dengan perekonomian nasional, selain itu alat ini juga digunakan pula untuk melihat pertumbuhan PDRB dari sektor-sektor yang dimiliki baik pengaruh dari internal (faktor lokasisonal) maupun pengaruh eksternal (struktur industri) dan alat analisis ini juga digunakan untuk melengkapi analisis LQ yang telah dilakukan. Rumus yang digunakan (Tarigan Robinson, 2005) :

ΔE r = E r,t – E r, t-n

Ns r,i,t = E r,i,t-n (E N,t / E N,t-n) – E r,i,t-n (P+D) r,i,t = E r,t - ( E N,t / E N,t-n ) E r,t-n

= (ΔE-N)r

P r,i,t = {(E N,i,t / E N,i,t-n)-( E N,t / E N,t-n) E r,i,t-n} D r,i,t = {( E r,i,t -( E N,i,t / E N,i,t-n ) E r,i,t-n } Dimana :

ΔEr = Komponen Pertumbuhan PDRB Kabupaten bombana Nr = Komponen national share di Kabupaten bombana (P+D)r,i,t = Komponen net Shift di Kabupaten bombana Pr = Komponen proportional shift di Kabupaten bombana Dr = Komponen differential Shift di Kabupaten bombana r = PDRB total Kabupaten bombana

N = PDRB total Provinsi Sulawesi tenggara i = Sektor

Gambar

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bombana
Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan
Gambar 2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015
Gambar 2.3. Angka Melek Huruf Kabupaten Bombana 2014-2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang merata, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada

Dengan adanya payung hukum baru yaitu peraturan Dirjen Pajak Nomor 11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut mengenai pelaksanaan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2016

1 = isi laporan kurang lengkap (pendahuluan, isi, kesimpulan) dan tidak ditulis dengan sistematika yang tepat. 0 = tidak

Pelatihan-pelatihan bagi aparat diperlukan untuk menunjang dan meningkat. Temuan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa acuan penyelenggaraan pelayanan sertifikat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Perlindungan hukum

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh/ hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama. Penyebab tersering eritroderma adalah akibat

Untuk menghindari konflik tersebut maka diperlukan suatu aturan yang jelas, maka dalam kaitannya dengan peran komite sekolah sebagaimana yang dirumuskan dalam UU No 20 Tahun

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran fisika multimedia interaktif relativitas khusus dengan yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?” Penelitian