LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PENGUKURAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PENGUKURAN
Dosen Pembimbing : Jumingin, S.Si Asisten : Rizky Putri Jannat
Disusun Oleh : Kelompok 2
Asia Astut (12 222 013)
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG 2012
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan pengukuran-pengukuran yang sangat telit agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tdak hanya mutlak bagi fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata lain, tdak ada teori, prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam yang dapat diterima kecuali jika disertai denganhasil-hasilpengukuranyangakurat. Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).
besaran. Besaran Fisika dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang
mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tdak mempunyai satuan.
1.2 Tujuan Praktkum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengukur Besaran Panjang
Dalam setap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, sepert mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur massa yaitu neraca Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitan 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
2.1.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter, dimensi luar suatu benda, dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap yang tdak dapat digerakkan letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digeser-geser letaknya untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur dengan ketelitan hingga 0,1 mm.
.
2.1.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tpis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer skrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tdak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputar-putar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan ketelitan hingga 0,01 mm.
2.1.3 Neraca Ohauss
Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau tmbangan yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan sebagainya. Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditmbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram.Batas ketelitan neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga ttk kesetmbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetmbangan , namun sebelumnya pastkan semua antng pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi Hamid,2009).
Neraca ohauss berlengan 3:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tap skala bernilai 1g. • Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tap skala sebesar 100 g. • Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tap skala 10 g.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium fisika Insttut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang
3.2 Alat
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktkum ini adalah : 1. Micrometer sekrup
2. Jangka sorong 3. Neraca lengan 4. Plat
5. Kelereng 6. Koin
7. Silinder pipa 8. Balok aluminium
3.3 Prosedur Kerja Praktkum
1. Baca bismillah sebelum eksperimen 2. Siapkan peralatan yang akan digunakan 3. Tentukan diameter luar kelereng 4. Tentukan diameter luar koin 5. Tentukan tebal plat
6. Tentukan diameter dalam dan diameter luar silinder pipa 7. Ukur massa balok aluminium dengan menggunakan neraca
8. Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan sementara akhiri dengan alhamdulillah
BAB IV
4.1 Hasil
Dari praktkum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lain sebagai berikut. 4.1.1 Pengukuran tebal plat menggunakan mikrometer sekrup
No.
Tebal (plat) X2
1
1.65 mm 2.7225 mm 2
1.65 mm 2.7225 mm 3
1.65 mm 2.7225 mm 4
1.65 mm 2.7225 mm 5
1.65 mm 2.7225 mm 6
7
1.65 mm 2.7225 mm 8
1.65 mm 2.7225 mm 9
1.65 mm 2.7225 mm 10
1.65 mm 2.7225 mm
=16.5 mm =27.225 mm
mm
... class=Secton2>
4.1.2 Pengukuran diameter kelereng No.
10 2.7 mm 7.29 mm
=27 mm =72.9 mm
4.1.3 Pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong No.
Diameter D2 1
15.69 cm 246.1761 cm 2
15.67 cm 245.5489 cm 3
15.79 cm 249.3241 cm 4
15.69 cm 246.1761 cm 5
256.6404 cm 6
15.57 cm 242.4249 cm 7
15.57 cm 242.4249 cm 8
16.45 cm 270.6025 cm 9
16.44 cm 270.2736 cm 10
15.55 cm 241.8025 cm
=158.44 cm =2511.394 cm ,11 cm
4.1.4 Pengukuran diameter luar pipa menggunakan jangka sorong No.
2.7 cm 7.29 cm 10 2.7 cm 7.29 cm
= 26.8 cm =71.84 cm
4.1.5 Pengukuran diameter dalam pipa menggunakan jangka sorong No.
diameter dalam D2
5 2.9 cm 8.41 cm 6 2.9 cm 8.41 cm 7 2.9 cm 8.41 cm 8 2.7 cm 7.29 cm 9 2.9 cm 8.41 cm 10 2.9 cm 8.41 cm
=28.4 cm =80.82 cm
4.1.6 Pengukuran massa menggunakan neraca Ohauss 4 lengan NO.
m2 1 49.64 g 2464.130 g 2
49.63 g 2463.137 g 3
49.62 g 2462.144 g 4
49.60 g 2460.160 g 5
49.60 g 2460.160 g
=248.09 g =12309.73 g g
Ketka melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan penggaris, meteran, miktometer sekrup, jangka sorong, dan neraca ohuass. Pada praktkum ini kita melakukan pengukuran menggunakan alat jangka sorng, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss. Alat pengukuran tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda serta meliki ketelitan yang berbeda juga. Pada alat jangka sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda, diameter suatu benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong memiliki ketelitan 0,1 mm. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Micrometer sekrup memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat telit. Micrometer sekrup memiliki ketelitan 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu benda. Neraca ohauss memiliki berbagai macam bentuk, yaitu neraca tga lengan dan neraca empat lengan. Prinsip kerja neraca atau tmbangan
menggunakan prinsip tuas.
Ketka pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketdakpastan, yaitu:
1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tdak tepat sehingga berakibat setap kali alat digunakan, suatu ketdakpastan melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya hampir tdak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan ttk nol. Titk nol skala alat tdak berimpit dengan ttk nol jarum petunjuk atau jarum tdak kembali tepat pada angka nol.
3. Kelelahan komponen alat. Misalnya dalam pegas; pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.
4. Gesekan-gesekan selalu tmbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap bagian alat yang lain
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam benda, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter luar suatu benda dengan ketelitan lebih tnggi di bandingkan jangka sorong. Mengukur ketebalan benda sepert plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil pengukuran lebih tepat dibandingkan mengukur benda yang berbentuk sepert kelereng.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Edisi Kedua.Penerbit Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Halliday & Resnick.2010.Fisika.Edisi 7 Jilid 1.Erlangga.Jakarta.
http://kbs.jogjakota.go.id/upload/CARA BACA MIKROMETER SEKRUP.pdf. diakses tgl. kamis, 29 Desember 2012.Pkl. 15.45 WIB