• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Konsep Asuhan Keperawatan Divent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Konsep Asuhan Keperawatan Divent"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“ KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIVERTICULAR DISEASE ”

Oleh Kelompok 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

MAKALAH

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIVERTICULAR DISEASE ”

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Bedah Dosen Pembimbing: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh

Ahclun Nisa Mubaros S.P.P 152310101002 Oktalia Rahmawati Rahayu 152310101003

Syahrul Abdul .Y. 152310101026

Yulia Aisyah Nuribu 152310101033 Fitria Maulidya 152310101343

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

2017

(3)

“Konsep Asuhan Keperawatan Diverticular Disease”

yang disusun oleh

Nama Ketua Kelompok : Syahrul Abdul Yazid

NIM : 152310101026

telah disetujui dan dikumpulkan pada: hari/tanggal:

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau reproduksi ulang makalah asuhan keperawatan yang telah ada.

Penyusun

Syahrul Abdul Yazid NIM 1523101010 26

Mengetahui,

Penanggung Jawab Dosen Pembimbing

Mata kuliah

Ns.Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB Ns.Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB

NIP 19810319 201404 1 002 NIP 19810319 201404 1 002

(4)

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Diverticular Disease ” dengan baik dan lancar. Atas suport dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada,

1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,S.Kep.MB selaku Penanggung Jawab Mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah,

2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,S.Kep.MB selaku Dosen Pembimbing penulisan makaalah ini, yang senantiasa memberikan informasi, masukan maupun dorongan kepada penulis terkait isi makalah tersebut, dan

3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, khusunya kelas A yang juga memberikan informasi terkait makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang asuhan keperawatan diventicular disease dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember, 26 Maret 2017

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Anatomi ... 4

2.2 Definisi... 5

2.3 Etiologi ... 6

2.3.1. Patofisiologi... 7

2.3.2. Pathway... 10

2.3.3. Epidemiologi... 11

2.4 Faktor Resiko... 11

2.5 Manifestasi Klinis... 13

2.6 Klasifikasi... 13

2.7 Pemeriksaan Diagnostik... 16

2.8 Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi... 17

(6)

BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...19

3.1 Pengkajian...19

3.1.1 Pengkajian Menurut NANDA...21

3.2 Diagnosa Keperawatan...24

3.3 Interverensi Keperawatan...25

3.3.1. Intervensi Menurut NIC-NOC...26

3.4 Implementasi Keperawatan...28

3.4.2 Implementasi Menurut NIC-NOC...28

3.5 Evaluasi Keperawatan ...30

BAB 4. PENUTUP...32

4.1 Kesimpulan ...32

(7)

1.1 Latar belakang

Diverticular disease atau penyakit divertikuler merupakan suatu kondisi umum yang mempengaruhi sistem pencernaan. Hal ini terjadi ketika tonjolan kecil atau kantong (biasanya disebut diverticula) terbentuk di dinding usus besar. Penyakit ini umumnya diderita oleh kebanyakan orang yang dialaminya tidak merasakan gejala apapun. Penyakit ini menyerang pada organ di bagian bawah usus besar. Diverticular disease dapat dibawa dari lahir tetapi ditemukan setelah lahir dan kebanyakan pada usus besar khususnya pada kolon sgmoid dan kolon desendens. Oleh karena penyakit muncul setelah terjadi kemajuan industri dan perubahan pola makan. Di Indonesia data pravelensi divertikel atau penyakit diverkular belum ada. Biasanya kelainan ditemukan secara kebutulan pada pemeriksaan radiologi atau endoskopi untuk mendeteksi suatu kelainan kolon

Penyakit diverticular disease jarang terjadi dan prevalensi sebagian besar usia tergantung, dengan tingkat kurang dari 5% pada orang di bawah 40 tahun, meningkat hingga 65% pada orang berusia 65 tahun atau lebih 80% dari pasien yang terkena divertikular disease pada usia 50 tahun atau lebih tua. Penerimaan pasien di rumah sakit dengan penyakit diverticular disease telah meningkat selama dua dekade terakhir. Di Inggris,Tingkat penerimaan meningkat 0,56-1,20 per100.000 orang / tahun antara tahun 1996 dan 2006.Tingkat kematian 30-hari adalah 5,1%. 1 tahun Tingkat kematian adalah 14,5% dan pendaftaran kembali 28-hari Tingkat adalah 9,6% (Jeyarajah et al. 2009 dalam sopena 2011).

(8)

dengan atau tanpa komplikasi. Selanjutnya, sekitar1-2% akan memerlukan rawat inap dan 0,5% akan memerlukan operasi [Stollman dan Raskin, 2004].

Banyak pasien dengan divertikuler mempunyai gejala yang minimal atau tidak ada gejala, dan tidak memerlukan perawatan spesifik yang mana saja. Diet berserat yang tinggi dan suplemen-suplemam serat dianjurkan untuk mencegah sembelit dan pembentukkan lebih banyak diverticula. Cairan atau makanan berserat dianjurkan selama gejala akut dari diverticular. Ini teoritis dapat memperburuk diverticular. Operasi diperlukam untuk mereka dengan halangan usus besar yang tidak merespon pada antibiotik. Asuhan keperawatan yang tepat diharapkan dapat meringankan gejala dari penyakit divertikular ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

2. Apa etiologi dan patofisiologi dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

3. Apa saja faktor resiko Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

4. Apa saja klasifikasi dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

5. Bagaimana manisfestasi klinis dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

7. Bagaimana penatalaksaan farmako dan non farmako dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler?

1.3 Tujuan Khusus

(9)

2. Dapat mengetahui dan memahami etiologi dan patofisiologi dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler

3. Dapat mengetahui dan memahami faktor resiko Diverticular disease atau penyakit divertikuler

4. Dapat mengetahui dan memahami klasifikasi Diverticular disease atau penyakit divertikuler

5. Dapat mengetahui dan memahami manisfestasi klinis dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler

6. Dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler

7. Dapat mengetahui dan memahami penatalaksaan farmako dan non farmako dari Diverticular disease atau penyakit divertikuler

1.4 Tujuan Umum

Untuk mempelajari dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Diverticular disease

1.5 Manfaat

1. Memahami dan mengetahui tentang konsep Diverticular disease atau penyakit divertikuler

(10)

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi usus besar

Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki pliciae circulares (lipatan-lipatan sirkuler), dan diameternyaa lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya rengangnya lebih besar dibandingkan usus halus. Serabut otot longitudinal falam muskularis eksterna membentuk tiga pita, taniae coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra

Gambar 2.1 Anatomi Usus Besar

(11)

adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi antara lain:

a. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatica.

b. Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya menular ke bawah pada fleksura spienik

c. Kolon desenden mendorong ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rectum.

Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air per hari dibandingkan dengan usus halus sekitar 8000 ml kapasitas absorpsi usus besar sekitar 2000 ml/hari jika jumlah ini terlampaui maka akan terjadi diare. Pada umumnya pergerakan usus besar adalah lambat. Dimana kegiatan yang khas dari usus besar adalah gerakan mengaduk haustra.

2.2 Definisi

Diverticular disease merupakan kepekaan kolon yang ditandai dengan herniasi mukosa mulai tunika muskularis, membentuk kantung seperti botol, bila satu kantong atau lebih mengalami peradangan maka keadaan ini dinamakan devertikulitis dimana ini dapat terjadi dimana saja sepanjang saluran gastrointestinal. Diverticular disease terjadi jika makanan dan bakteri tertahan lama di deventikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses (Jacobs, 2007 dalam sopena 2011)

(12)

Namun dalam persentase yang kecil pada pasien diverticula dapat menyebabkan masalah. Masalah yang paling umum adalah diverticulitis dimana yang terjadi ketika sepotong tinja kecil sulit keluar karena tinja terjebak dalam pembukaan diverticula tersebut (Priace 1995). Hal ini akan menyebabkan peradangan dan kematian segmen usus. Divertikular disease juga bisa menyebabkan perdarahan dan kehilangan darah yang signifikan dari saluran pencernaan.

Gambar 2.2 Usus Besar yang mengalami Pendarahan

2.3 Etiologi

Etiologi dari deventikular disease ditandai dengan kegiatan koordinasi pada kolon dengan gelombang frekuensi yang tinggi. Sebuah studi dari aktivitas listrik kolon pada penyakit divertikular menunjukkan tidak ada yang cacat dalam frekuensi gelombang jika dibandingkan dengan kontrol normal. Banyak peran mediator kimia yang ditemukan dari motilitas usus dimana ditemukan dalam tubuh sel saraf usus besar. Peran mediator kimia pada motilitas kolon juga telah dievaluasi. Banyak mediator kimia dari motilitas usus yang ditemukan dalam saraf dan badan sel usus besar (Habson 2004)

(13)

dibandingkan dengan normal, sedangkan tingkatan dalam lingkaran otot dan taeniae coli normal. Neuropeptide Y dan substansi P yang juga diukur dalam dinding kolon dan normal di pasien dengan diverticulosis (Sheth et al. 2008 dalam sopena 2011). Meskipun tingkat otot VIP tampak normal, namun meningkatnya konten dinding total dapat berkontribusi pada tekanan tinggi intracolonic (Painter dalam Hobson 2004). Area yang luas dalam mediator kimia dari motilitas usus ada yang belum dievaluasi dalam pengaturan penyakit divertikular.

Penyebab yang paling umum dari timbulnya divertikula pada usus besar adalah menegangnya usus besar akibat konstipasi. Tekanan yang tinggi pada usus akan memaksa mukosa untuk menembus muskularis dan akhirnya menyebabkan benjolan di serosa (lapisan luar usus). Diet rendah serat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen kolon, yang menyebabkan herniasi mukosa melewati lapisan otot dinding kolon, terjadi karena daerah yang lemah pada dinding kolon dimana arteri yang membawa nutrisi menembus submukosa dan mukosa.

Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikular adalah faktor usia di mana pada usia lanjut terjadi penurunan tekanan mekanik dinding kolon sebagai akibat perubahan struktur kolagen dinding usus. Beberapa faktor lingkungan yang diduga berpengaruh pada kejadian divertikel adalah konsumsi daging (red meat) berlebihan dan makanan tinggi lemak (Crowe 2013)

Diet rendah serat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen kolon sehingga menyebabkan herniasi mukosa melewati lapisan dinding otot kolon yang menebal dan memendek selain itu kelemahan otot dinding kolon adalah penyebab lain terjadinya devertikular disease yaitu divertikulosis dimana arteri yang membawa nutrisi menembus submukkosa dan mukosa. Biasanya pada usia tua karena proses penuaan yang dapat melemahkan dinding kolon.

(14)

2.3.1 Patofisiologi

Etiologi deventikular disease belum diketahui dengan jelas namun penyakit ini menyebabkan gangguan gerakan kolon, pada kolon yang mengalami devertikular cenderung akan timbul kontraksi kuat pada otot sirkular yang akan menimbulkan tekanan intraluminal yang tinggi tekanan yang tinggi ini akan mengakibatkan hernia pada mukosa melalui otot yang mengalami devertikular (Pearce 1995). Lokasi devertikular biasanya pada perlekatan kolon mesentrium dimana masuknya pembuluh darah yang akan melemahkan dinding sehingga menyebabkan penurunan kekuatan tekanan otot dalam dinding kolon (hipertrofi muskuler akibat feses yang mengeras) deventikulum tersumbat kemudian akan mengalami inflamasi jika obstruksi terus berlanjut. Perubahan tekanan ini sama dengan perubahan yang ditemukan pada sindrom spastik atau sindrom iritasi kolon (prace 1995) suatu faktor yang mempengaruhi deventikulum berkaitan dengan jumlah serat kasar dalam makanan karena kurangnya serat ini maka akan mengakibatkan tegang pada dinding organ tegang organ ini akan mengakibatkan salutan kolon menyempit maka timbulnya suatu tekanan yang akan menyebabkan beban yang lebih besar pada dindingnya yang bisa menyebabkan obstruksi (Preace 1995).

Komplikasi penyakit deventikular merupakan akibat dari deventikulitis akut atau kronik yang dapat bermanifestasi sebagai perdarahan, poriferasi, periotonitis, abses, dan pembentukan fistula atau obstruksi usus. Pada devertikulits akut, terdapat demam, leukositosis, nyeri dan nyeri kiri pada kuadran bawah abdomen karena devertikular mengalami peradangan akut pecah maka akan terjadi poriferasi dan poriferasi akan mengakibatkan abses dekat devertikulum yang menglami abses maka feses akan masuk dalam peritoneum dan menyebabkan peritonitis dan mortalitas yang tinggi gejala ini akan menyebabkan tukak.

(15)

akan menimbulkan gejala obstipasi, feses seperti pita, diare intermiten dan peregangan abdomen. Fistula dapat terjadi sebagai komplikasi abses perikolon. Ini sering terjadi adalah fistula vasiko kolon. Aliran selalu dari kolon ke kandung kemih yang menyebabkan pneumaturia karena infeksi berulang.

Gambar 2.3 Patogenesis penyakit divertikula

(16)

2.3.2 Patway

(17)

Post operasi

2.3.2 Epidemiologi

Prevalensi yang sebenarnya dari diverticulosis kolon sulit untuk menentukan karena sebagian besar individu dengan divertikular kolon tidak menunjukkan gejala. Studi epidemiologis melaporkan variasi dalam tingkat prevalensi dan lokasi dominan divertikular akan tergantung pada etnis. Selain itu, beberapa penyakit warisan dari jaringan ikat telah akan berhubungan dengan devertikular disease dan diverticulosis penyakit itu antara lain adalah sindrom Ehlers-Danlos (EDS) jenis IV, sindrom Williams-Beuren, penyakit ginjal polikistik, sindrom Coffin-Lowry, dan sindrom Marfan.(Crowe 2013)

Pria atau wanita 1:1,5,insiden tertinggi pada usia 40 tahun dan 50-an. Insiden tertinggi di Negara-negara Barat dimana terjadi pada 50% dari warga yang berusia lebih dari 60 tahun. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang memerlukan rawat inap kurang dari 1% dari semua data yang diterima oleh rumah sakit di Amerika Serikat. Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki mortalitas sekitar 10-20% pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi komorbiditas. Pada orang lansia dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah lebih sering terjadi apabila menderita penyakit diverticular disease dan penyakit vaskular lainnya.

Dan perdarahan saluran cerna bagian bawah juga lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan perempuan (Cagir, 2011 dalam sopena 2011). Penyakit divertikular di sebelah kanan jarang ditemukan di dunia belahan barat. Frekuensi penyakit ini dilaporkan kira-kira sebanyak 1-2% dari sampel di Eropa dan Amerika, tetapi di Asia dijumpai sebanyak 43-50%.

2.4 Faktor Resiko

(18)

diverticular disease, pertumbuhan bakteri yang berlebihan dapat hadir. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan ini terjadi karena stasis tinja di dalam divertikula yang bisa berkontribusi pada kasus peradangan tingkat rendah kronis yang peka baik eferen primer intrinsik dan ekstrinsik neuron aferen primer. Menurut Bhom 2015 faktor lain yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit diverticular antara lain:

a. Faktor Lingkungan

Konsumsi Serat dari Hipotesis bahwa devertikular disease adalah penyakit yang berhubungan dengan diet dimana pada masa peradaban diverticulosis umum di negara-negara urban dan langka di pedesaan Afrika. Karena fakta bahwa diet rendah serat mengurangi volume tinja, menurunkan diameter usus, meningkatkan tekanan intraluminal pada dinding kolon sesuai hukum laplace yang akan mengakibatkan devertikular. Diet vegetarian akan menyebabkan mikrobiota usus berubah maka perlindungan dari kanker usus besar berkurang, karena inilah asupan penting seperti makanan serat diperlukan untuk mengurangi risiko Devertikular Disease.

Konsumsi daging merah, daging merah merupakan faktor risiko lain untuk kanker usus dan obesitas yang dinilai dalam beberapa penelitian. Dalam Health Professionals Follow-up Study (HPFS) dan European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) kohort peningkatan asupan daging merah memberikan risiko lebih tinggi untuk devertikular disease. Faktor lingkungan lain seperti merokok, merokok merupakan stimulus proinflamasi dan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa ada peningkatan insiden devertikular disease akan terjadi pada wanita yang merokok.

(19)

Pada usia lanjut terjadi penurunan tekanan mekanik/ daya regang dinding kolon sebagai akibat perubahan struktur jaringan kolagen dinding usus

c. Konstipasi

Konstipasi menyebabkan otot-otot menjadi tegang karena tinja yang terdapat di dalam usus besar. Tekanan yang berlebihan menyebabkan titik-titik lemah pada usus besar menonjol dan membentuk divertikular

2.5 Manifestasi Klinis

Kebanyakan pasien yang menderita penyakit diverticular disease tidak menunjukkan gejala yang serius seperti penyakit lainnya. Penyakit diverticular disease merupakan penyakit yang biasanya terjadi karena penyakit usus lainnya seperti diare, konstipasi yang berlebihan pada usus besar khususnya colon. Bisa juga terjadi karena bakteri yang ada dalam usus menyebar luas yang mengakibatkan pendarahan bagian usus yang lain. Factor lain yang dapat menimbulkan yaitu diet yang rendah serat yang mengakibatkan beban keras usus dalam eleminasi tinja atau feses. Tanda dan gejala diverticular yaitu dengan pasien mengalami nyeri perut. Diverticular juga umum terjadi di daerah asia maupun Afrika karena factor umur yang sudah menopause. Tanda dan gejala lain yaitu: a. Rasa nyeri, sensitif, atau kram pada bagian perut, umumnya kiri bawah perut

dan lebih terasa bila tubuh digerakkan. Nyeri tekan pada fosa iliaka kiri b. Demam menggigil

c. Sensasi kembung atau perut terasa dipenuhi gas. d. Diare atau sembelit.

e. Mual dan kadang muntah. f. Kehilangan nafsu makan

g. Tanpa massa yang teraba dan distensi abdomen h. Perforasi

i. Obtruksi usus besar

j. Perdarahan saluran cerna bagian bawah

(20)

2.6 Klasifikasi

Penyakit diverticular disease terdapat banyak macamnya. Penyakit ini menyerang system gastrointestinal yang terjadi pada usia 40 ke atas dan kebanyakan menyerang wanita daripada laki-laki yaitu 1:1,5 (Bhom 2015) bhom 2015 mengatakan Klasifikasi atau macam-macam dari penyakit diverticular disease sebagai berikut:

a. Divertukulosis

Divertikulosis adalah kondisi di mana terbentuk kantong-kantong (divertikula) pada dinding usus besar. Kantong tersebut paling sering berlokasi di bagian usus besar sebelah kiri bawah. Ukuran kantong biasanya cukup kecil (5 sampai 10 milimeter), walaupun kadang-kadang ada juga yang lebih besar. Diverticulosis jarang terjadi pada bagian kanan, biasanya terjadi bagian kanan pada anak muda. Divertukulosis terjadi pada usus besar yaitu kolon sigmoid dan menurunnya frekuensi pada kolon proksimal. Divertikulosis kolon biasanya asimtomatik. Komplikasi dari diverticulosis adalah peradangan devertikulitis.

b. Divertukulitis

(21)

c. Divertikular

Merupakan kelainan umum yang ditandai oleh hipertrofi otot polos kolon yang menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai kantung di antara serat serat otot yang menebal. Terdapat herniasi pada mukosa dan submukosa pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus. Sigmoid merupakan daerah yang paling sering terkena (>90%) namun dapat terbetuk divertikular dari setiap bagian kolon.

d. Predivertikular

Adalah terjadi hemiasi mokosa, submukosa dan masih tetap berada pada dinding kolon dan belum seluruhnya herniasi melewati dinding kolon. Peridivertikulitis merupakan respons inflamasi yang melampaui divertikulum itu sendiri.

Klasifikasi stadium klinik divertikulitis akut menurut Hinchey adalah: a. Stadium I : Peridivertikular plegmon dengan mikoabses

b. Stadium II : Perikolik atau pelvik makro abses c. Stadium III : Peritonitis generalisata purulenta

d. Stadium IV: Peritonitis feculen generalisata dengan feses

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk diverticulitis rumit terapi standar dengan diet cair dan antimikroba yang dipakai biasanya ciprofloxacin dan metronidazol. Rawat inap, istirahat usus, dan agen antibakteri intravena

Pasien yang menderita penyakit Diventicularitis dapat dilakukan pemeriksaan dubur atau pemeriksaan menggunakan Colonskopi. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan cara:

(22)

carcinoma colon dan penyakit inflamasi colon medeteksi adanya polip dan pemeriksaan radiologi dengan kontraks barium.

d. Uji fungsi liver atau hati: untuk menguji apakah pasien memiliki gangguan fungsi hati

e. Sigmodoskopi atau Kolonoskopi

f. Uji Analisis Urine : untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih

Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan dalam menunjang bukti penyakit yang signifikan. Setelah melewati peradangan, dilakukan tes lainnya:

a. Sebuah enema barium – injeksi zat radiopak ke dalam rektum, yang membuat usus terlihat pada x-ray dan memungkinkan Anda untuk melihat tempat-tempat patologi;

b. Fleksibel sigmoidoscopy – kamera dalam tabung tipis ke dalam rektum vstavlyaetsyaa, dan untuk menyelidiki usus nya, kotak di bawah ini;

c. Colonoscopy – Kamera di tabung tipis dimasukkan melalui rektum ke dalam usus besar, menjelajahi permukaan.

(23)

Gambar 2.4 Barium Enema

Barium Enema dapat menunjukan adanya spasme segmental dan penebalan otot yang mempersempit lumen, namun pemeriksaan barium enema kontraindikasi delakukan pada fase infeksi. Selain itu USG pada Abdomen dapat memperlihatkan gambar penebalan dinding kolon dan massa

(24)

Gambar 2.6 Hasil kolonoskopi

CT-Scan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dengan evaluasi keadaan usus dan masentrium yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan lainya. Pada pemeriksaan CT-scan dapat ditemukan penebalan kolon

Gambar 2.7 Hasil CT-Scan

2.8 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi a. Farmakologi

Berbagai cara dilakukan untuk pengobatan penyakit Diverticularitis agar dapat membantu meredakan sakit yang di derita oleh pasien tersebut. Penatalaksanaan farmakologi sendiri yaitu dengan cara memberikan obat ke dalam daerah atau organ yang terkena penyakit diverticularitis. Terapi farmakologi yang dilakukan sebagai berikut

1) Antibiotik intravena, biasanya diberikan untuk menangani infeksi yang menyebabkan rasa nyeri.

(25)

3) Ada juga obat antibiotic yang biasanya digunakan oleh dokter-dokter dalam menyembuhkan atau meredakan penyakit diverticularitis seperti ciprofloxacin (Cipro), metronidazole (Flagyl), cephalexin (Keflex), dan doxycycline (Vibramycin).

b. Non Farmakologi

Pengobatan non farmakologi juga digunakan dalam menunjang kesembuhan pasien selain pengobatan farmakologi seperti :

1. Pembedahan

Biasanya untuk kasus dengan komplikasi /kambuh ,kasus yang telah terbukti ,serangan akut atau (jarang) kasus yang gagal dengan terapi medikamentosa. Pembedahan elektif kolon sebelah kiri tanpa periotinitis:reseksi segmen yang telibat dan sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis primer). Pembedahan darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis difus: reseksi segmen yang terlibat,tutup usus distal(yaitu rectum bagian atas) dan keluarkan usus proksimal sebagai ujung kolostomi ( prosedur Hartmann). Pembedahan darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis minimal atau tanpa peritonitis:reseksi segmen yang terlibat san sambungan ujung-ujungnya ( anastomosis primer) mungkin aman. Pembedahan rumit kolon sebelah kiri ( misalnya fistula kolovesika: reseksi,anastomosis primer(mungkin dapat menggantikan fungsi stoma proksimal).

2. Diet tinggi serat ( buah,sayuran,roti gandum,kulit padi )

(26)

2.9 Nutrisi dan Gizi

Penyakit divertikular yaitu dengan menambah asupan makanan berserat hingga tingkat yang disarankan untuk mengatasi gejala divertikulosis (pembentukan kantong kecil (divertikula) yang menekan keluar melalui titik lemah di usus besar) dan divertikulitis (infeksi divertikula). Pola makan rendah serat diyakini sebagai penyebab utama divertikulitis. Asupan serat harian yang disarankan adalah 20–35 gram, sedangkan rata-rata makanan orang Amerika hanya mengandung 12–18 gram serat. Pola makan vegetarian umumnya mengandung serat dua kali lebih tinggi dari non vegetarian. Serat dapat melembekkan feses dan mengurangi tekanan terhadap usus besar. Serat larut dan kasar akan melembut menjadil gel dalam saluran pencernaan dan memperlambat pencernaan, yang meningkatkan penyerapan nutrisi dan dapat memperbaiki tingkat gula darah serta insulin dengan memperlambat pelepasan glukosa. Serat yang kemungkinan besar akan menyebabkan gejala gastrointestinal termasuk psyllium, guar gum, inulin, oligofruktosa, polidekstrosa, dan pati resisten. Asupa serat lebih dari 50 gram per hari dapat menyebabkan masalah pencernaan akut dan penyumbatan.

Tabel Rekomendasi diet serat 25 sampai 35 Gram per hari menurut Nutritional assessment and care dalam Mormon

Makanan Anjuran per Kg/bb

Kacang-Kacangan

½ cangkir kacang utara besar, ginjal, lima, atau kacang merah

5 sampai 9 gram

½ cangkir kacang panggang, kacang polong, lentil, atau kacang garbanzo

3 sampai 5 gram

½ cangkir pinto, putih, atau hitam bermata kacang 3 sampai 5 gram Sereal dan biji-bijian

½ cangkir semua dedak, fier satu, atau gandum dedak 10 atau lebih gram

½ cangkir kismis dedak atau bekatul flkes 5 sampai 9 gram

½ cangkir gandum Chex 3 sampai 5 gram

(27)

1 gandum 3 sampai 5 gram Buah-buahan

1 apel, pir, pepaya, atau oranye 3 sampai 5 gram

½ cangkir blackberry atau raspberry 3 sampai 5 gram

10 tanggal dikeringkan 3 sampai 5 gram

½ cangkir saus apel 1 sampai 2 gram

10 plum kering 5-9 gram

Sayuran

½ cangkir jagung, brussell kecambah, atau kacang hijau 3 sampai 5 gram

1 cangkir bayam, labu musim dingin, lobak, paprika, kacang hijau,

cauliflwer atau wortel

1 sampai 2 gram

1 kentang dengan kulit 1 sampai 2 gram

10 zaitun 1 sampai 2 gram

(28)

Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara lengkap selama mendapatkan riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang untuk menentukan supan serat. Pasien haru ditanyakan tentang mengejan saat defekasi, adanya konstipasi dengan periode diare, tenesmus, (Spasme Sfinger anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi terus menerus), kembung abdomen, dan distensi.

Pengkajian objektif mencakup auskultasi adanya bising usus dan karakternya dan palpasi nyeri kuadran kiri bawah, nyeri tekan, atau massa padat. Feses diinspeksi untuk adanya pus, mucus, dan/atau darah. Suhu, nadi, dan tekanan darah dipantau untuk variasi abnormal.

I. Identitas Pasien tersebut suka sering tidak diatur pola makannya dan bisa jadi karena faktor usia.

Umur : (Terjadi pada usia 55 th tapi paling umum terjadi pada usia >60 th

Jenis Kelamin : Umumnya pada Laki-Laki (tetapi tidak dijumpai perbedaan yang signifikan angka keterjadian diverticular antara laki laki dan perempuan).

Pekerjaan : Kuli Bangunan (Karena pekerjaan seperti ini sangat berat dan butuh energy besar)

(29)

endemic dan bahaya yang dapat membawa kepada kematian juga mereka disana suka mengkonsumsi makanan yang berlemak tetapi jarang di daerah seperti (Asia atau Afrika) karena di Negara ini masih mempertahankan sayuran, buah (berserat) untuk di konsumsi.

II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Gangguan terpenting yang menjadi keluhan pasien sehingga membawa pasien datang ke Rumah Sakit. Pada pasien diverticulitis keluahan secara umumnya yaitu individu dengan diverticulitis mungkin hadir dengan sisi nyeri kanan perut. Hal ini mungkin karena diverticulum sisi kanan kurang lazim atau kolon sigmoid yang sangat berlebihan. Beberapa pasien melaporkan pendarahan dan sembelit.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kondisi dimana saat dilakukan pemeriksaan oleh perawat yang mendeskripsikan perkembangan gejala dari keluhan utama. hal yang muncul pada pasien dan mengatakan bahwa merasakan nyeri perut sangat hebat. Mengalami peningkatan suhu juka terjadi devertikulosis kronik.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada pasien yang mengalami diverticulum ini tanda dan gejala yang muncul adalah nyeri perut karena biasanya telah memiliki gangguan pada saluran pencernaan sebelum terkena devertikular disease.

d. Riwayat Keluarga

(30)

diverticulosis penyakit itu antara lain adalah sindrom Ehlers-Danlos (EDS) jenis IV, sindrom Williams-Beuren, penyakit ginjal polikistik, sindrom Coffin-Lowry, dan sindrom Marfan.

3.2.1 Pengkajian berdasarkan NANDA

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Pasien dengan DD (Devertikular disease) memiliki persepsi yang baik atau buruk, seperti Pasien berpendapat bahwa kesehatan sangat penting dan harus dipelihara. Sehingga Pasien akan melakukan hal agar penyakitnya dapat sembuh.

2. Pola nutrisi/metabolik (ABCD: Antropometri, Biomedical sign, Clinical sign, Diet Pattern)

Pasien dengan devetikular disease terjadi penurunan nafsu makan karena rasa sakit yang di timbulkan jika makanan masuk ke devertikulum. Pasien dengan devertikulum harus melakukan diet serat untuk memulihkan kondisinya.

3. Pola eliminasi

Karena terjadinya perdarahan di diverticulum sehingga BAB bercampur dengan darah. Selain itu penurunan tekanan intraluminal akan menyebabkan susah buang air besar dan feses akan keras.

4. Pola aktivitas dan latihan

Pasien dengan devertikular disease sebagian besar aktivitas pasien tetap bisa melakukan kegiatannya dengan mandiri.

5. Fungsi kardiovaskuler :

Pasien dengan Devertikular disease tidak memiliki keluhan terhadap fungsi kardiovaskulernya.

(31)

Pasien dengan Devertikular disease pola tidur dan istirahatnya terganggu karena pasien mengalami nyeri pada bagian perut kuadran kanan bawah.

7. Pola kognitif dan perceptual

Pola kognitif dan memori Pasien normal

8. Fungsi dan keadaan indera

Fungsi dan keadaan indra dalam rentang normal.

9. Pola persepsi diri

Pola persepsi setiap orang berbeda, Pasien dengan devertikular disease biasanya memiliki gangguan gambaran diri seperti malu karena perut akan membuncit akibat dari fases yang susah untuk di keluarkan.

10. Pola seksualitas dan reproduksi

Saat sakit pasien tidak mengalami gangguan pada pola seksualitas dan sistem reproduksi.

11. Pola peran dan hubungan

Devertikular disease dapat mempengaruhi pola peran Hubungan dan peran klien dalam keluarga mengalami perubahan karena adanya perubahan kenyamanan pada klien.

12. Pola manajemen koping-stress

Biasanya klien merasa cemas atau stress karena keadaan penyakitnya dimana terkadang akan keluar darah saat BAB

13. System nilai dan keyakinan

Pasien dengan Devertikular disease dapat melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

III. Pemeriksaan Fisik Tanda vital:

(32)

Nadi : Nadi akan mengalami takikardi terutama jika terjadi pada devertikulitis akut akibat proses infeksi

RR : Pada batas normal tidak begitu mempengaruhi Suhu : Suhu mengalami peningkatan terutama jika terjadi devertikulitis karena mekanisme dari proses infeksi.

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 1. Kepala

Inspeksi : Bentuk normal, simetris, distribusi rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada jejas.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

2. Mata

Inspeksi : Bentuk normal, simetris, konjungtiva anemis, sklera putih 3. Telinga

Inspeksi : Bentuk normal, tidak terlihat luka Palpasi: tidak ada nyeri tekan

4. Hidung

Inspeksi : Bentuk normal tidak ada sumbatan pada hidung Palpasi : tidak adanya nyeri tekan

5. Mulut

Tidak adanya bibir pecah-pecah pada rentang normal 6. Leher

Bentuk normal, simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening. 7. Dada

Paru-paru : normal

Inspeksi : bentuk normal, tidak ada jejas, simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Aukultasi : vesikuler Jantung: normal

(33)

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : tidak terdengar suara tambahan 8. Abdomen

Inspeksi : Bentuk agak sedikit buncit

Palpasi : ada nyeri tekan pada kuadran kanan bawah

Perkusi: Pekak karena adanya penumpukan massa dalam devertikulum

9. Urogenital

Dalam rentang normal. 10. Ekstremitas

Dalam rentang keadaan normal. 11. Kulit dan kuku

Kulit warna sawo matang dan kuku bersih. Dalam rentang normal. IV. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar X Dilakukan untuk mengesampingkan apendisitis

b. Enema barium Memberikan informasi diagnostic dengan menandai sisi dan luasnya penyakit

c. Pemindai temografi computer (CT) Scan Dapat menunjukkan abses

d. Kolonscopi Dilakukan untuk mengobservasi diverticula dan membedakannya untuk mendeteksi kemungkinan adnya penyakit lain

e. Test Laboratorium

3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :

(34)

a. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan proses infeksi.

b. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder akibat penebalan segmen otot dan struktur.

c. Gangguan eleminasi diare yang berhubungan dengan cairan tertahan di kolon akibat saluran kolon menyempit

d. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan penahanan pada saluran gastrointestinal. ditandai dengan nyeri

e. Ansietas yang berhubungan dengan stressor karena fistula

f. Infeksi pada peritoneum yang berhubungan dengan peritonis

Post Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi

b.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan (anorexia) sekunder terhadap nyeri

c.Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka insisi yang tidak steril aseptic ditandai dengan adanya tanda-tanda infeksi pada daerah insisi.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan dalam penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, rencana tindakan, dan tindakan perawatan diri preventif saat pulang.

3.3 Intervensi Keperawatan

Interverensi keperawatan menurut brunner and suddan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut Brunner and suddan:

(35)

dalam mengidentifikasi kebiasaan yang mungkin telah digunakan untuk menekan dorongan defekasi.

b. Masukan laksatif bulk harian seperti metamucil, yang membantu mendorong feses melewati kolon, dianjurkan. Pelunak feses diberikan sesuai resep untuk menurunkan mengejan saat defekasi yang pada waktunya menurunkan tekanan usus. Enema retensi-minyak dapat diberikan untuk melunakkan feses dan menurunkan inflamasi.

c. Menghilangkan Nyeri. Analgesik (misalnya Demerol) di berikan untuk nyeri. Preparat antispasmodik diberikan sesuai program untuk menurunkan spasme usus. Intensitas, durasi, dan lokasi nyeri dicatat untuk menentukan kapan proses inflamasi menjadi lebih berat atau berkurang.

d. Memperbaiki Perfusi Jaringan Gastrointestinal. Tanda-tanda vital dan haluaran urin dipantau terhadap adanya bukti penurunan perfusi jaringan. Cairan IV diberikan untuk menggantikan kehilangan volume sesuai kebutuhan.

e. Memantau dan Mengatasi Komplikasi Potensial. Fokus keperawatan utama adalah mengidentifikasi individu beresiko dan mengatasi gejala sesuai kebutuhan. Perawat mengkaji terhadap adanya tanda-tanda perforasi. Peningkatan nyeri abdomen dan nyeri tekan yang disertai dengan kekakuan laju sedimentasi, Peningkatan suhu, Takikardia, dan Hipotensi. Perforasi memerlukan kedaruratan bedah. Menifestasi klinis perforasi dan peritonitis dan perawatan pasien dengan peritonitis.

3.2.1 Intervensi Keperawatan Manurut NIC-NOC Pre Operasi :

(36)

bentuk feses 1-3 hari bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi. Intervensi yang dilakukan yaitu:

1) Monitor bising usus

2) Monitor tanda dan gejala kosntipasi 3) Dukung intake cairan

4) Evaluasi profil obat gastrointestinal ada efek atau tidak 5) Anjunkan diet tinggi serat

b. Gangguan eleminasi diare yang berhubungan dengan malabsorpsi cairan tertahan di kolon akibat saluran kolon menyempit yang ditandai dengan defekasi cair dengan perawatan selama 2x24 jam masalah gangguan eliminasi diare teratasi dengan kriteria hasil hidrasi berkurang manajemen peradangan usus berkurang keseimbangan cairan teratasi dan fungsi gastrointestinal membaik. Interverensi yang dilakukan yaitu:

1) Manajemen diare

2) Monitor elektrolit

3) Manajemen pengobatan

4) Perawatan selang gastrointestinal

5) Manajemen saluran cerna

c. Perubahan perfusi jariangan gastrointestinal berhubungan dengan proses infeksi dengan perawatan selama 2x24 jam dapat tmengurangi proses infeksi dengan kriteria hasil klien bebeas dari gejala infeksi akibat perfusi jaringan . Intervensi yang dapat digunakan yaitu:

1) Tingkatkan intake nutrisi dalam tubuh

2) Berikan terapi antibiotic bila perlu

3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

4) Dorong masukan nutrisi yang cukup

(37)

d. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan penahanan pada saluran gastrointestinal. ditandai dengan nyeri dengan dilakukan perawatan selama 2x24 jam gangguan rasa nyaman dapat berkurang dengan kriteria hasil rasa nyaman dapat membaik. Intererensi yang dilakukan

1) Kaji nyeri ( catat lokasi nyeri,intesitas nyeri,karakteristik) 2) Kurangi aktivitas dan beri hiburan pada klien

3) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri 4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic

e. Ansietas yang berhubungan dengan stressor karena fistula yang ditandai dengan keluarnya gelembung-gelembung udara dalam kemih dengan dilakukan perawatan selama 2x24 Jam ansietas yang berhubungan debgan stressor karena fitula dapat teratasi. Dengan kriteria hasil status kenyamanan fisik dan psikospiritual dapat membaik control gejala membaik Interverensi yang dilakuakan:

1) Pengurangan Kecemasan 2) Monitoring tanda tanda vital 3) Terapi relaksasi

4) Peningkatan koping

f. Infeksi pada peritoneum yang berhubungan dengan peritonis yang ditandai dengan devertikulitis dengan dilakukan perawatan selama 2x24 jam infeksi pada peritoneum dapat berkurang dengan kriteria hasil fungsi gastrointenal membaik status nutrisi membaik. Intervensi yang dilakukan

1) Kontrol infeksi

2) Manajemen nutrisi

3) Perawatan selang gastrointestinal

4) Monitor tanda tanda vital

(38)

3.4 Implementasi Keperawatan

Tujuan yang utama mencakup mendapatkan dan mempertahankan eliminasi normal, penurunan nyeri, perbaikan perfusi jaringan gastrointestinal dan tidak ada komplikasi.

3.4.1 Implementasi Keperawatan Menurut NIC-NOC

a. Kekurangan volume cairan bd cairan aktif yang ditandai dengan peningkatan suhu dengan perawatan 2x24 jam dengan kriteria hasil keseimbangan elektrolit fungsi gastrointentinal membaik status nutrisi terpenuhi asupan makanan dan cairan. Intervensi yang dilakukan yaitu:

1) Memanajemen elektrolit

2) Memonitoring cairan

3) Memonitoring elektrolit

4) Mengurangi gastrointestinal

b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi dengan perawatan selama 2 x 24 jam skala nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi berkurang dengan kriteri hasil Mampu mengontrol nyeri dan nyeri berkurang. Intervensi yang dilakukan yaitu:

1) Mengurangi factor prestisipasi nyeri 2) Memberikan analgetik

3) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder akibat penebalan segmen otot dan striktur dengan perawatan selama 1x24 jam masalah konstipasi dapat diatasi dengan kritesia hasil mempertahankan bentuk feses 1-3 hari bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi. Interverensi yang dilakukan yaitu:

1) Memonitor bising usus

(39)

3) Mendukung intake cairan

4) Mengvaluasi profil obat gastrointestinal ada efek atau tidak 5) Menganjurkan diet tinggi serat

d. Gangguan eleminasi diare yang berhubungan dengan malabsorpsi cairan tertahan di kolon akibat saluran kolon menyempit yang ditandai dengan defekasi cair dengan perawatan selama 2x24 jam masalah gangguan eliminasi diare teratasi dengan kriteria hasil hidrasi berkurang manajemen peradangan usus berkurang keseimbangan cairan teratasi dan fungsi gastrointestinal membaik. Intervensi yang dilakukan yaitu:

1) Memanajemen diare 2) Memonitor elektrolit 3) Memanajemen pengobatan 4) Merawatan selang gastrointetinal 5) Memanajemen saluran cerna

e. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan proses infeksi dengan perawatan selama 2x24 jam dapat mengurangi proses infeksi dengan kriteria hasil klien bebeas dari gejala infeksi akibat perfusi jaringan . Intervensi yang dapat digunakan yaitu:

1) Meningatkan intake nutrisi dalam tubuh 2) Memberikan terapi antibiotik bila perlu

3) Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

4) Mendorong masukan nutrisi yang cukup

5) Mengintruksikan pasien meminum antibotik sesuai resep dokter f. Ansietas yang berhubungan dengan stressor karena fistula yang ditandai

(40)

1) Mengurangan kecemasan 2) Memonitoring tanda tanda vital 3) Memberikan terapi relaksasi 4) Meningkatkan mekanisme koping

g. Infeksi pada peritoneum yang berhubungan dengan peritonis yang ditandai dengan devertikulitis dengan dilakukan perawatan selama 2x24 jam infeksi pada peritoneum dapat berkurang dengan kritteria hasil fungsi gastrointestinal membaik status nutrisi membaik. Intervensi yang dilakukan

1) Mengontrol infeksi

2) Memanajemen nutrisi

3) Merawatan selang gastrointestinal

4) Memonitor tanda tanda vital

5) Memonitor nutrisi

3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang diharapkan dari perkembangan penyakit diverticular disease menurut brunner and suddan sebagai berikut:

a. Mendapatkan pola eleminasi normal

1) Melaporkan kram dan nyeri abdomen berkurang.

2) Melaporkan pasase fess lembut dan berbentuk tampa nyeri.

3) Menambahkan sekam yang tidak terproses makanan.

4) Minum sedikitnya

5) yang tidak terproses dalam makanan.

6) Latihan setiap hari

b. Nyeri Berkurang

(41)

2) Mentaati diet rendah serat selama episode akut.

c. Mencapai perfusi jaringan gastrointestinal normal

1) Memenuhi pembatasan makanan.

2) Haluaran urin adekuat.

3) Tekanan darah tetap normal.

d. Tidak mengalami Komplikasi

1) Tidak demam.

2) Abdomen lunak, tidak nyeri tekan dengan bising usus normal.

(42)
(43)

Penyakit diverticular disease merupakan penyakit yang terjadi akibat peradangan yang terjadi pada kolon yang ditandai dengan hernia, konstipasi, dimana ini semua terjadi karena tekanan intraluminal. Diverticular disease disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah makanan yang rendah serat atau orang yang kurang mengkonsumsi makanan berserat kejadian ini serin terjadi di daerah eropa karena masih banyaknya warga yang kurang suka dengan sayur. Prevalensi devertikular disease tidak berbeda jauh antara laki-lakidan perempuan namun ini lebih sering menyerang pada perempuan dengan perbandingan 1:1,5, paling banyak mempengaruhi orang setengah baya tua meskipun bisa menyerang orang muda sekalipun. Diverticular terjadi jika makanan tertahan di diverticulum yang menghasilkan infeksidan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan ahirnya membentuk perforasi dan abses.

4.2 Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth. 1996. Medical Surgisal Nursing. Philadelphia: Lippincott Publication. Terjemahan oleh Asih Y. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC [ SERIAL ONLINE ] Di akses tanggal 20 Maret 2017

Böhm, Stephan K. 2015. Risk Factors for Diverticulosis, Diverticulitis, Diverticular Perforation,and Bleeding: A Plea for More Subtle History Taking.Viszeralmedizin.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4789955/pdf/vim-0031-0084.pdf [SERIAL ONLINE] doi 10.1159/000381867. 31 (84-94). Html diakses (24 maret 2017)

Crowe, Francesca L. 2013. Source of dietary fibre and diverticular disease incidence: a prospective study of UK womenii. Nuffi eld Department of Population Health. doi 0.1136/gutjnl-2013-304644. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4145436/pdf/gutjnl-2013-304644.pdf [SERIAL ONLINE]Html diakses (24 maret 2017)

Eliastem M, Strenbach G.L, dan Bresler M.J. 1993. Manual Of Emergency Medicine. Mosby Year Book,inc. Terhemahan oleh Santasa Hunardja. 1998. Penuntun Kedaruratan Medis. Edisi 5. Jakarta:EGC [ Serial Online] di akses tanggal 17 Maret 2017

Hobson,Kristina G., M.D. and Patricia L. 2004. Roberts, M.D. Etiology and Pathophysiology of Diverticular Disease. Clinics in Colon and Rectal Surgery,vol17(3).

https://www.researchgate.net/profile/Patricia_Roberts/publication/40688 757_Etiology_and_Pathophysiology_of_Diverticular_Disease/links/5735 a64408ae9ace840ac591.pdf [SERIAL ONLINE] Html diakses (24 maret 2017)

Patrick Davery. 2006. At Glande Medicine. Black weel science ltd. Terjemahan oleh Rahmalia.A dan Novianty.C. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. [Serial Online] Di akses pada tanggal 17 Maret 2017

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 1 Jakarta: EGC

Pierce A, Grace dan Neil .R. Borley. 2006. Surgery At a Glance. Third edition. Terjemahan oleh Umami.V. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga. [Serial Online] Di akses tanggal 20 Maret 2017

Priyanto A dan Lestari .S. 2008. Ensdoskopi Gastrointestinal. Jakarta:Salemba

(45)

Reichert, Matthias C & Lammert, Frank. 2015. The genetic epidemiology of diverticulosis and diverticular disease:Emerging aviedence. United

European Gastroentorology Journal.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4625748/pdf/10.1177_2

050640615576676.pdf [SERIAL ONLINE] doi

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Usus Besar
Gambar 2.2  Usus Besar yang mengalami Pendarahan
Gambar 2.3 Patogenesis penyakit divertikula
Gambar 2.4 Barium Enema
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian konflik ditinjau dari ilmu kesusastraan adalah konflik yang dialami oleh seorang tokoh dalam suatu cerita yang bertikai melawan

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah terlalu tinggi dan melebihi kadar gula normal.. Kadar gula yang

Rumusan permasalahan kedua tentang pengaruh secara bersama-sama tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior terhadap kebetahan pengunjung pada ruang publik mal

1) Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan transportasi. 2)

Masalah perbatasan kedua negara ini sudah menjadi isu yang terbuka untuk diperdebatkan, mulai muncul kembali karena adanya faktor pemicu yaitu sejak penetapan

yang Sehat - 19 Syarat Hewan yang Sesuai Syariat - 20 Protokol Kesehatan Pembelian Hewan - 21 Memilih Hewan Memilih Hewan Persiapan Panitia & Lokasi - 29 Memulai Penyembeli han

Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

Sebaliknya jika akan menambah uang beredar maka bank dapat menawarkan tingkat bunga yang rendah kepada nasabah... Pendekatan