• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku ajar Teknik Instalasi Listrik 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Buku ajar Teknik Instalasi Listrik 2017"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Ajar

TEKNIK INSTALASI

LISTRIK

Oleh:

Slamet Suripto

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

(2)
(3)

Pengantar

Alhamdulillaahirabbil ‘Aalamiin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan manusia akal untuk memahami dan memanfaatkan nikmat yang telah diberikan-Nya untuk kemudahan dan kemanfaatan hidup. Shalawat dan salam semoga senatiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah menjelaskan dan memberi teladan kepada manusia untuk memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup.

Buku ajar yang ada di hadapan adalah sebuah kumpulan sebagian dari materi kuliah Teknik Instalasi Listrik yang memuat beberapa hal tentang tatacara dan aturan untuk memanfaatkan energi listrik untuk kepentingan sehari hari di lingkungan rumah tangga. Pemaparan dalam buku ini dimulai dari menjelaskan pentingnya kuliah Teknik Instalsi Listrik dan prinsip-prinsip instalasi listrik.

(4)

melengkapi bahasan ini ditambahkan juga materi tentang kontaktor magnetik yang merupakan saklar magnetik yang banyak digunakan di industri untuk mengendalikan beban-beban motor listrik.

(5)

DAFTAR ISI

Rencana Pembelajaran Semester ... 1

Bab I Pendahuluan ... 9

Bab II Prinsip Dasar Teknik Instalasi Listrik ... 11

Bab III Komponen Instalasi Listrik ... 21

Bab IV Tahapan PerancanganInstalasi Listrik Rumah Tangga ... 27

Bab V Testing Dan Komisioning ... 43

(6)
(7)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

(RPS)

Nama Matakuliah : Teknik Instalasi Listrik Kode/SKS : TEU 5514 / 2 SKS Status Matakuliah : Wajib

Semester : V (Gasal)

1. Deskripsi Singkat Matakuliah

Matakuliah Teknik Instalasi Listrik membahas tentang prinsip dasar, komponen, perancangan dan perhitungan instalasi listrik untuk pemanfaatan energi listrik pada rumah tinggal.

Walaupun tidak dicantumkan adanya prasyarat, namun untuk mengikuti matakuliah ini diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar teknik elektro dan rangkaian listrik. Untuk pengembangan perlu dilatih merancang dan menggambar instalasi listrik rumah tinggal sampai pada perhitungan daya dan spesifikasi komponen yang dipakai.

2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matakuliah ini adalah:

(8)

b. Menanamkan pemahaman tentang prinsip intalasi listrik dan komponen instalasi listrik.

c. Melatih mahasiswa merancang dan menggambar instalasi listrik rumah tinggal sampai pada perhitungan daya dan spesifikasi komponen yang dipakai.

d. Melatih mahasiswa untuk memahami rangkaian kontaktor magnetik untuk mengendalikan beban-beban berupa motor listrik.

e. Memberikan kemampuan analitis dan praktis kepada mahasiswa untuk:

- merancang dan menggambar instalasi listrik rumah tinggal serta menganalisis rancangan yang telah dibuat.

- merancang dan menggambar instalasi listrik untuk beban motor-motor listrik dengan menggunakan kontaktor magnetik.

- mengerjakan tugas individu dan kelompok sehingga dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk menuju lifelong-learning dan creativity.

f. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa secara berkelompok untuk mempelajari suatu topik dan menganalisisnya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan dilanjutkan dengan diskusi untuk mencari solusi atas permasalahan yang muncul.

(9)

a. Termotivasinya mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan perkuliahan.

b. Terbudayanya sifat belajar mahasiswa yang mandiri dan berdiskusi, sehingga pemahaman terhadap materi kuliah lebih komprehensif.

c. Dengan dipacunya pengayaan materi kuliah dari berbagai sumber seperti majalah dan internet, wawasan keilmuan mahasiswa dapat semakin luas dan berkembang.

d. Tumbuhnya kegairahan belajar mahasiswa menuju lifelong-learning dan creativity.

e. Dengan adanya monitoring dan umpan balik, maka

dosen akan termotivasi untuk meningkatkan

kemampuan mengajar dan pengayaan ilmu

pengetahuan.

3. Materi Pembelajaran

A. PENDAHULUAN

 Mengapa perlu belajar pengantar teknik instalasi listrik

 Kaitan mata kuliah ini dengan mata kuliah lain

 Outcome pembelajaran mata kuliah ini

 Metode pembelajaran yang akan diterapkan B. PRINSIP DASAR TEKNIK INSTALASI LISTRIK

 Peraturan/perundangan tentang kelistrikan

 Prinsip-prinsip Instalasi Listrik

(10)

C. KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

 Penghantar

 Peralatan Hubung

 Peralatan pendukung instalasi

 Peralatan Pengaman

 Alat Pengukur dan Pengaman D. PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

 Gambar Denah

 Perkiraan beban terpasang dan beban maksimum

 Diagram pengawatan

 Diagram segaris

E. PERHITUNGAN BIAYA INSTALASI LISTRIK

 Biaya komponen

 Biaya Pegerjaan

 Biaya perizinan pemasangan F. INSTALASI LISTRIK TENAGA

 Kontaktor magnetik dan timer

 Aplikasi kontaktor magnetik G. PENGUJIAN DAN TEST KOMISIONING

 Pengujian sebelum energizing

 Test Komisioning

(11)

Setelah menempuh mata kuliah Teknik Instalasi Listrikdiharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:

a. Knowledge and Understanding

(i) Mahasiswa dapat mengenal dan memahami konsep dasar dan komponen Instalasi Listrik.

(ii)Mahasiswa termotivasi untuk memahami bidang-bidang penelitian yang berkaitan dengan Instalasi Listrik.

b. Skills

a. Mahasiswa mampu merancang dan menggambar

instalasi listrik pada rumah tinggal.

b. Mahasiswa dapat merancang dan menggambar

instalasi listrik menggunakan kontaktor magnetik untuk beban-beban motor listrik

c. Mahasiswa dapat meneruskan hasil rancangan itu ke dalam karya ilmiah dengan penerapan yang lebih nyata.

c. Abilities

a. Mahasiswa mampu menganalisis dan menyelesaikan permasalahan nyata yang berkaitan dengan Teknik Instalasi Listrik.

(12)

5. Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKBM):

 Kaitan mata kuliah ini dengan mata kuliah lain

 Outcome pembelajaran mata kuliah ini

 Metode pembelajaran yang akan diterapkan

2 II. PRINSIP DASAR TEKNIK INSTALASI LISTRIK

 Alat Pengukur dan Pengaman

(13)

5

 Perkiraan beban terpasang dan beban maksimum

 Kontaktor magnetik dan timer

 Aplikasi kontaktor magnetik

(14)

6. Evaluasi:

 Tugas pengamatan dan perancangan instalasi rumah tinggal

 Ujian essay dan pilihan ganda terhadap butir-butir outcome.

7. Referensi

a. PUIL-2000

b. Harten Van P., Setiawan E., Instalasi Listrik Arus Kuat I, Binacipta, Bandung, 1991

b. Mantgen Van, Instalasi, terjemahan, Erlangga, Jakarta, 1993 c. Priyo Handoko, Pemasangan Instalasi Lisrik Dasar, Kanisius,

Yogyakarta, 2004

d. Trevor Linsley, Instalasi Listrik Dasar, terjemahan, Erlangga, 2004

b. Jurnal-jurnal ilmiah tentang Teknik Instalasi Listrik.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Mengapa perlu belajar pengantar teknik instalasi listrik

Tenaga listrik merupakan satu jenis energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah tangga, industri, komunikasi, militer dan lain-lain. Di sisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya yang dapat berakibat fatal, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Untuk memanfaatkan energi listrik diperlukan sarana dan teknologi yang memadai, agar energi listrik dapat bermanfaat dengan baik dan efisien serta aman, baik bagi peralatan maupun bagi pengguna.

Sarana utama untuk memanfaatkan energi listrik adalah instalasi listrik yang menghubungkan antara sumber tenaga listrik dengan peralatan-peralatan pemanfaat tenaga listrik atau beban listrik. Untuk merancang dan membuat instalasi listrik yang baik dan aman diperlukan teknik dan prinsip tertentu yang selanjutnya menjadi materi kuliah teknik instalasi listrik yang meliputi komponen, rangkaian dan peralatan pengaman. Fokus bahasan matakuliah ini adalah seluk-beluk instalasi listrik rumah tangga ditambah rangkaian listrik industri berupa penggunaan kontaktor magnetik.

B.Kaitan mata kuliah ini dengan mata kuliah lain

(16)

menjadi dasar dari materi instalasi listrik untuk bangunan yang lebih komplek yaitu instalasi gedung bertingkat. Juga merupakan dasar bagi instalasi listrik yang lain, misalnya industri, pabrik, , bandara, pelabuhan dan lain-lain.

C. Outcome pembelajaran mata kuliah ini

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa

diharapkan memiliki pemahaman yang cukup dan

kemampuan untuk merancang dan menggambar instalasi listrik rumah tangga dengan baik. Untuk pengembangannya, diharapkan mahasiswa lebih peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan keamanan pemanfaatan tenaga listrik dan mampu mengembangkan pengetahuannya dalam bentuk penelitian ilmiah dalam bidang pemanfaatan tenaga listrik.

D.Metode pembelajaran yang akan diterapkan

(17)

BAB II

PRINSIP DASAR TEKNIK INSTALASI LISTRIK

A.Prinsip-prinsip Instalasi Listrik

Untuk mewujudkan instalasi listrik yang dapat menjamin pemanfaatan energi listrik yang baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika perancangan dan pemasangan instalasinya. Prinsip-prinsip instalasi listrik adalah:

1. Safety ( Keamanan)

2. Reliability ( Keandalan)

3. Accessibility (Kemudahan)

4. Availibility (Ketersediaan)

5. Impact of Environment (pengaruh lingkungan)

6. Economic (Ekonomi)

7. Esthetic (Keindahan)

Penjelasan masing-masing prinsip tersebut adalah:

1. Safety (Keamanan)

(18)

Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bila dilengkapi dengan sistem proteksi yang sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh: Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem pentanahan/pembumian agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung akibat kejutan listrik yang tidak terduga, karena adanya kebocoran arus listrik pada body peralatan listrik.

2. Reliability (Keandalan)

Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan andal bilaoperasi sistem kelistrikan dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama dan bila terjadiganngguan dapat dengan cepat diatasi.Keandalanyang diperlukan meliputi unjuk kerja sistem, pengoperasian sistem dan juga peralatan yang digunakan.

3. Accessibility (Kemudahan)

Kemudahan pada sistem instalasi listrik maksudnya adalah sistem tersebut dapat diperasikan dengan mudah, tidak memerlukan skill tinggi. Pemasangan peralatan sistem dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Demkian juga perawatan dan perbaikan dapat dilaksanakan dengan mudah. Secara garis besar kemudahan yang diharapkan berlaku dalam hal :

(19)

Contoh: Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem kontrol, maka sistem instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada peralatan listrik yang terpasang, adanya penomoran pada terminal, kabel dan pengawatan peralatan yang disesuaikan dengan gambar/diagram kontrol dan instalasi.

4. Availibility (Ketersediaan)

Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik, karena berkaitan dengan kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses kontrol/mesin yang meliputi ketersediaan alat, tempat/ruang dan daya.

Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila :

 Adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan pada peralatan yang dalam kondisi operasi, baik yang telah tersedia dilapangan umum maupun yang dengan mudah didapat dipasaran.

 Adanya cadangan tempat atau ruang yang diperlukan untuk menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan ataupun perluasan sistem.  Adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang

dapat langsung digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah kabel pada sistem instalasi .

5. Impact of Environment (Pengaruh lingkungan)

Perencanaan sistem instalasi listrik harus

(20)

 Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan  Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan

Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus dipertimbangkan, apakah peralatan itu

mempunyai pengaruh negatip terhadap lingkungan

sekitarnya.

Bila ada kemungkinan mengganggu atau merusak lingkungan maka harus dirancang agar pengaruh negatip yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dapat dihilangkan atau diperkecil.

6. Economic (Ekonomi)

Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila efisien dan efektip dalam hal penggunaan daya listrik, peralatan yang digunakan cukup andal dan kecilnya delay time pada pengoperasian proses produksi.

Perencanaan sistem instalasi listrik perlu

mempertimbangkan kondisi operasional jangka panjang agar dapat dihemat biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap :

 Pemeliharaan dan perluasan sistem  Pemakaian/penggantian peralatan  Pengoperasian sistem

(21)

7. Esthetic (Keindahan)

Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan dapat menimbulkan kemudahan dan kejernihan pikiran dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan pada sistem instalasi.

Keserasian dalam pemilihan dan penggunaan/pemilihan peralatan yang disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan warna yang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan pemandangan yang indah dan nyaman.

Keserasian dan keindahan tata letak akan menimbulkan mosaik yang memberikan kenyamanan serta menghindari kebosanan bagi pelaksana operasi pada ruang dimana suatu kendali sistem kontrol dipasang.

Kondisi tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja serta disiplin kerja akan selalu terjaga.

B.Peraturan/perundangan tentang kelistrikan

Peraturan ketenaga-listrikan sangat diperlukan sebagai pegangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan ketenaga-listrikan. Pihak-pihak tersebut meliputi: para pengguna agar

dapat mengetahui aturan dan hak-haknya dalam

(22)

Peraturan kelistrikan di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kondisi negara:

1. Peraturan Instalasi listrik ditulis pada tahun 1924-1937 pada zaman Belandadengan nama Algemene Voolschriften voor elechische sterkstroom instalaties (AVE)

2. Tahun 1956 diterjemahkan kebahasa Indonesia menjadi Peraturan UmumInstalasi Listrik (PUIL-64) oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia yangselesai tahun 1964.

3. Pada tahun 1977 PUIL-64 direvisi menjadi PUIL-77.

4. Sepuluh tahun kemudian direvisi lagi menjadi PUIL-87 dan diterbitkan sebagaiSNI No : 225-19PUIL-87

5. Pada tahun 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-87) diubah menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Disingkat PUIL-2000 yang berorientasi untuk instalasi tegangan rendah dan menengah di dalam bangunan, serta memuat sistem pengaman bagi keselamatam manusia secara teliti.

6. Selanjutnya PT.PLN mengeluarkan beberapa

peraturan yang lebih detil berupa Standar PLN atau sering disingkat dengan SPLN untuk hal-hal yang lebih spesifik.

C. Persyaratan Umum Instalasi Listrik

(23)

ElectrischeSterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh Dewan NormalisasiPemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini diterjemahkan ke dalam bahasaIndonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai Norma Indonesia NI6 yang kemudiandikenal sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakanpenerbitan pertama dan PUIL 1977 dan 1987 adalah penerbitan PUIL yang kedua dan ketigayang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi dari PUIL sebelumnya, maka PUIL 2000ini merupakan terbitan ke 4. Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 nama buku iniadalah Peraturan Umum Instalasi Listrik, maka pada

penerbitan sekarang tahun 2000,namanya menjadi

Persyaratan Umum Instalasi Listrik dengan tetap mempertahankansingkatannya yang sama yaitu PUIL.

Penggantian dari kata “Peraturan” menjadi Persyaratan” dianggap lebih tepat karena padaperkataan “peraturan” terkait pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi ketentuannyadan sangsinya. Sebagaimana diketahui sejak AVE sampai dengan PUIL 1987 pengertiankewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya tidak diberlakukan sebab isinya selainmengandung hal-hal yang dapat dijadikan peraturan juga mengandung rekomendasiataupun ketentuan atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalampelaksanaan pekerjaan instalasi listrik.

(24)

demikian dari segikemanfaatan atau kesesuaian dengan keadaan di Indonesia beberapa ketentuan mengacupada standar dari NEC (National Electric Code), VDE (Verband Deutscher Elektrotechniker)dan SAA (Standards Association Australia).

PUIL 2000 merupakan hasil revisi dari PUIL 1987, yang dilaksanakan oleh Panitia RevisiPUIL 1987 yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi dalam Surat KeputusanMenteri No:24-12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan No:51-12/40/600.3/1999,tertanggal 20 Agustus 1999. Anggota Panitia Revisi PUIL tersebut terdiri dari wakil dariberbagai Departemen seperti DEPTAMBEN, DEPKES, DEPNAKER, DEPERINDAG, BSN,PT PLN, PT Pertamina, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO, APKABEL, APITINDO, MKI, HAEI,Perguruan Tinggi ITB, ITI, ISTN, UNTAG, STTY-PLN, PT Schneider Indonesia dan pihakpihak lain yang terkait.

PUIL 2000 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk teganganrendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V a.s, dan gardu transformator distribusi teganganmenengah sampai dengan 35 kV. Ketentuan tentang transformator distribusi teganganmenengah mengacu dari NEC 1999.

Seperti halnya pada PUIL 1987, PUIL 2000 dilengkapi pula dengan indeks dan lampiranlampiran lainnya pada akhir buku. Lampiran mengenai pertolongan pertama pada korbankejut listrik yang dilakukan dengan pemberian pernapasan bantuan, diambilkan dari standarSAA, berbeda dengan PUIL 1987.

(25)

dipandang penting untuk dimasukkan dalam PUIL, ataukarena adanya saran, tanggapan dari masyarakat pengguna PUIL, maka dikandung maksudbila dipandang perlu akan menerbitkan amandemen pada PUIL 2000. Untuk menangani hal-hal tersebut telah dibentuk Panitia Tetap PUIL. Panitia Tetap PUIL dapat dimintapendapatnya jika terdapat

ketidakjelasan dalam memahami dan menerapkan

(26)
(27)

BAB III

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN UTAMA * KABEL PENGHANTAR

(28)

* SAKLAR.

Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan dan/atau untuk menghubungkan pada jaringan listrik (dalam hal ini untuk lampu). Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Secara sederhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada suatu rangkaian (dalam hal ini instalasi rumah), dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung (on) atau putus (off) dalam rangkaian itu.

* KOTAK PENGAMAN.

(29)

* STOP KONTAK (SC).

Stop kontak atau Kotak Kontak atau Electric Outlet, berfungsi sebagai tempat mendapatkan tenaga listrik untuk peralatan rumah tangga (TV, setrika, mesin air, kulkas, dan peralatan-peralatan listrik rumah tangga lainnya).

* FITTING LAMPU dan KAYU ROSET

(30)

* ELEKTRODA BUMI dan Kabel BC (Bare Copper)

Elektroda bumi atau ada juga yang menyebut batang arde atau pentanahan atau gorunding merupakan elektroda yang ditanam atau dimasukkan ke dalam tanah. Funsinya sebagai pengaman tegangan sentuh akibat arus bocor. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari besi yang dilapisi tembaga.

(31)

KOMPONEN PENDUKUNG

* PIPA INSTALASI, KNEE & KLEM PIPA

Pada instalasi pasangan luar, yaitu bila kabel berada diluar tembok atau pada dinding/tiang kayu, jika menggunakan kabel NYA sangat diperlukan pipa instalasi. Hal ini disebabkan karena masing-masing kabel NYA hanya terdiri dari 1 buah kabel berisolasi sehingga pada pemasangan akan rapi dan yang terutama menghindari dari gangguan hewan pengerat.

Pada instalasi dalam, kabel ditanam alam tembok, sebaiknya juga menggunakan pipa instalasi untuk semua jenis kabel yang digunakan. Karena hal tersebut akan sangat membantu dalam perbaikan maupun penggantian kabel instalasi listrik tanpa harus merusak tembok yang sudah terbangun rapi.

Knee atau sambungan pipa 90º dan klem

(32)

* KOTAK SAMBUNG dan KOTAK SAKLAR & SC

Kotak sambung (Junction Box) atau merupakan tempat dimana saluran utama dan saluran cabang disambungkan. Banyaknya lobang saluran masuk untuk penyambungan bermacam-macam (1 cabang, 2 cabang, 3 cabang, dst.)dan begitu pula bentuk dari kotak sambung tersebut (kotak, bulat,dsb.). Kita pakai yang umum saja yaitu kotak sambung dengan tiga lobang cabang dan empat lobang cabang (dikalangan instalatir disebut T-DOOS dan Kruis DOOS.

(33)

BAB IV

TAHAPAN PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

Tahapan Pertama - Denah rumah

Untuk merancang sebuah instalasi listrik rumah tangga, yang diperlukan pertama kali adalah denah rumah. Denah rumah dilengkapi dengan jumlah lantai, ukuran ruang,peruntukan masing-masing ruangan dan letak pintu dan jendela. Kelengkapan denah ini diperlukan agar peracangan instalasi dapat disesuaikan dengan kegunaan masing-masing ruang. Letak pintu dan jendela dibutuhkan agar posisi saklar dan fiting lampu dapat sesuai dengan prinsip kemudahan penoperasian. Kemudian dimensi atau ukuran ruang sangat diperlukan untuk menentukan jumlah lampu dan daya lampu yang diperlukan agar terang cahaya yang diperoleh cukup.

Tahapan Kedua – Peletakan peralatan instalasi

(34)

Tahapan ketiga – Diagram pengawatan

Pada tahapan ini semua kabel yang diperlukan pada jaringan digambar, baik kabel fase, netral maupun kabel ground. Untuk memudahkan pebacaan, kadang dibuat dengan tinta warna. Dengan gambar tahap ini akan nampak jumlah kabel yang ada pada masing-masing jalur pengawatan, sehingga dapat dilakukan perubahan jalur sekiranya ada jalur yang jumlah kabelnya terlalu banyak. Gambar ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah kabel yang digunakan. Untuk memudahkan pemipaan, perlu digambarkan juga rencana pemasangan pipa, sehingga bisa digunakan untuk menghitung jumlah pipa instalasi yang diperlukan serta peralatan pendukungnya.

Tahapan keempat – Penggambaran rangkaian PHB

Untuk menentukan ukuran peralatan pengaman, perlu dilakukan perhitungan daya untuk masing-masing grup instalasi. Dalama perhitungan daya beban, setipa lampu dihitung sesuai dengan daya lampu yang direncanakan, sedang untuk kotak-kontak diasumsikan diberi beban 100 Watt setiap kontak kontak. Setelah jumlah beban setiap grup dihitung, maka ditentukan ukuran minimal sekring atau MCB yang akan dipasang. Kotak sekring atau kotak MCB yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah grupnya.

(35)

dengan menambahkan harga satuan untuk masing-masing bahan/ alat yang diperlukan.

Hasil dari rancangan yang dilakukan dengan tahapan-tahapan di atas berupa gambar rancangan dan tabel yang

diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan

(36)

Denah rumah 1 lantai

(37)
(38)
(39)
(40)

Diagram PHB 1 fase 2 group

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

BAB V

TESTING DAN KOMISIONING

Pekerjaan Instalasi Listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi tersebut benar-benar aman untuk dioperasikan. Untuk meyakini bahwa instalasi listrik tersebut benar-benar aman dioperasikan, keberadaannya harus telah memenuhi ketentuan dan persyaratan teknis yang ditentukan. Apakah instalasi listrik telah memenuhi ketentuan dan persyaratan teknis yang ditentukan, perlu dilakukan pemeriksaan dan pengujian atau disebut Testing dan Komisioning.

Testing dan Komisioning (Commissioning test) adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik yang telah selesai dikerjakandan hendak dioperasikan. Dengan hasil pemeriksaan dan pengujian yang baik, maka diyakini bahwa instalasi listrik aman pada saat dioperasikan, yaitu aman bagi manusia, ternak, harta benda dan aman bagi instalasi itu sendiri.

PEMERIKSAAN

(50)

Pemeriksaan Sifat Tampak :

 Pemeriksaan item per item material /barang/alat yang telah terpasang.

 Untuk mengetahui apakah perlengkapan yang

dipasang telah sesuai dengan spesifikasi didalam kontrak.

 Melihat, apakah semua perlengkapan dalam kondisi baik,secara phisik tidak ada kelalaian, tidak cacat fisik, dan lain-lain.

Pemeriksaan pemasangan :

 Pemeriksaan rangkaian (Konstruksi) material/barang/alat yang telah terpasang.

 Untuk mengetahui apakah rangkaian

material/barang/alat yang dipasang telah sesuai /tidak sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku (PUIL, SPLN dan lain-lain).

PENGUJIAN

Pengujian merupakan bagian dari testing dan komisioning, dimana untuk dilihat dengan kasat mata tidak bisa dilakukan. Beberapa jenis pengujian antara lain: pengujian indifidual, pengujian atau pengukuran tahanan pembumian, pengujian tegangan, dan pengujian system pengaman.

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

(51)

Tujuan komisioning suatu instalasi tenaga listrik ialah : Untuk mendapatkan suatu instalasi tenaga listrik yang masingmasing alatnya maupun sebagai suatu sistem, telah berfungsi dengan baik dan memenuhi kontrak.Komisioning perlu dilaksanakan dengan tujuan : Untuk mengetahui apakah pemasangan dan penyetelan dari tiap-tiap peralatan selama konstruksi/ pembangunan telah baik. Untuk mengetahui penampilan unjuk kerja sesungguhnya unit baru yang telah selesai dibangun tersebut apakah telah sesuai dengan spesifikasi dan garansi kontrak.

Tim komisioning, adalah team yang intinya terdiri dari tenaga PLN, LMK dan dibantu oleh unit-unit PLN lain,

mempunyai tugas: Mengevaluasi hasil uji-uji

komisioning.Pada suatu proyek yang sifatnya terima jadi (turn key projeck) dan perusahaan Saudara ikut dalam salah satu anggota Konsorsium pada pembangunan proyek tersebut, dalam hal ini : PLN harus mengikuti secara aktif pada saat komisioning

Sebelum komisioning dilakukan proyek ataupun kontraktor harus: Telah menyiapkan dan menyerahkan seluruh dokumen dan informasi yang lengkap yang diperlukan pada pengujian serta penilaiannya.

(52)

Semua alat uji harus memenuhi ketentuan di bawah: Masa kalibrasi masih berlaku dan meter tersebut memenuhi klasnya

Suatu instalasi tenaga listrik dapat dinyatakan baik dan andal bila: Telah diadakan suatu komisioning secermat-cermatnya sehingga masing-masing alatnya maupun sebagai suatu sistem, telah berfungsi dengan baik dan memenuhi kontrak

Kriteria evaluasi pengujian dapat diambil dari standard, data desain,kontrak, uji pabrik dan seterusnya. Jika ada pertentangan antara nilai-nilai (harga-harga) batasan kriteria yang terdapat dalam sumber-sumber tersebut, maka yang dianggap paling menentukan adalah diambil dari: Kontrak.

PENGUJIAN FISIK INSTALASI PENERANGAN DAN TENAGA Pengujian fisik instalasi listrik penerangan dan tenaga didahului dengan pemeriksaan secara fisik (yang terlihat mata) keadaan suatu instalasi listrik apakah sudah memenuhi ketentuan-ketentuan di dalam PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) di Indonesia sebagai berikut :

Keadaan tata letak pemasangan perlengkapan instalasi listrik yang meliputi :

(53)

• Saklar, kotak kontak dan alat listrik lainnya harus dipasang di tempat yang tidak mudah terkena siraman air.

• Kotak kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 m tingginya dari lantai harus dilengkapi dengan tutup. • Pemasangan perlengkapan instalasi listrik harus cukup

kuat atau tidak mudah goyah.

Pemasangan kabel instalasi listrik, yang meliputi :

• Kabel berisolasi tunggal misalnya NYA atau NGA harus dipasang di dalam pipa pelindung baik di dalam atau di atas tembok, kecuali jika dipasang di atas plafon dapat menggunakan isolator rol. dibelitkan pada isolator rol, kecuali pada ujung tarikan rentang.

• Kabel berisolasi ganda, misalnya NYM dapat dipasang di dalam pipa atau tanpa pipa, baik di luar tembok maupun di dalam tembok.

• Kabel fleksibel hanya dapat digunakan pada peralatan listrik yang dapat dipindah-pindahkan, misal untuk TV, almari es, dan sebagainya.

(54)

Penggunaan warna pada kabel, yang meliputi :

• Warna loreng hijau-kuning digunakan untuk menandai penghantar pembumian, penghantar pengaman dan penghantar penyama ke bumi.

• Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat tengah. Untuk menghindari kesalahan, warna biru tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya.

• Kabel berselubung dan berinti tunggal (NYM) boleh digunakan untuk penghantar fase, kawat tengah atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang terlihat (bagian yang dikupas ujungnya) dibalut dengan bebat yang sesuai dengan ketentuan a. dan b. diatas.

Jumlah titik beban

(55)

Pemeriksaan pada terminal dan sambungan kabel:

• Kabel-kabel yang disambung harus diberi toleransi

panjang secukupnya guna mempermudah

perbaikannya.

• Dua penghantar (kabel) dari logam yang berlainan tidak boleh disambungkan. Sambungan penghantar pada terminal harus terjamin baik dan tidak merusak penghantar. Menyambung kabel fleksibel harus menggunakan sambung tekan (termasuk jenis sekrup), sambung solder atau sambung puntir. Sepatu kabel harus disambungkan dengan mur baut secara baik. • Sambungan puntir harus dibuat dengan menggunakan

penyambung puntir atau dengan cara dilas / disolder. Sebelum dilas / disolder, sambungan tersebut harus dipuntir dahulu agar diperoleh sambungan yang baik secara mekanis dan listrik.

Pemeriksaan pada pipa instalasi:

• Pipa instalasi harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan mekanis, tahan terhadap panas, tidak menjalarkan api, dan tahan kelembaban, misalnya baja, PVC atau bahan lain yang sederajat. • Permukaan dalam dan luar pipa instalasi haruslah licin

(56)

luar pipa tersebut harus dilindungi secara baik terhadap karat.

• Pada bagian dalam dan pada ujung dari bagian penyambung pipa tidak boleh terdapat bagian yang tajam. Permukaan dan pinggiran atau bibir tempat penghantar ditarik harus licin dan tidak tajam. Pada ujung bebas pipa yang terbuat dari baja harus dipasang selubung masuk (tule) yang berbentuk baik dan terbuat dari bahan yang awet. Pipa instalasi dan bagian penyambungnya harus dapat disambung dengan baik. Benda Bantu bengkok harus mempunyai jari lengkung sekurang-kurangnya tiga kali garis tengah luar pipa tersebut. Pembengkokan pipa harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penggepengan. Jari-jari lengkung pembengkokan

tersebut, diukur dari bagian dalam dari

pembengkokan, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari : – 3 Dim untuk pipa PVC – 4 Dim untuk pipa baja sampai 16 mm (5/8 “) – 6 Dim untuk pipa baja yang lebih dari 16 mm.

(57)

tersebut digunakan untuk menyelubingi kabel berisolasi ganda atau kawat pembumian.

• Pipa instalasi harus dipasang tegak lurus atau mendatar.

• Pipa dan perlengkapannya yang tidak bersifat kedap gas, harus mempunyai ventilasi serta jalan keluar pengeringan pada tempat di mana ada kemungkinan cairan embun akan berkumpul. Lubang pengeringan atau ventilasi tersebut tidak boleh dibuat pada pipa itu sendiri.

• Perlengkapan seperti kotak periksa, kotak tarik, suku bengkok, suku siku, dan suku T harus dipasang sedemikian rupa sehingga penarikan kembali penghantar atau pemasangan penghantar tambahan tetap dimungkinkan. Di antara dua kotak tarik tidak boleh ada dua suku bengkok atau 20 m pipa lurus.

Suku S yang tumpul dianggap satu suku

bengkok. Pemakaian suku-suku harus dibatasi, yaitu pada tempattempat : Pada ujung pipa tepat dibelakang

armatur penerangan, kotak tarikatau kotak

penghubung. Pada lajur pipa antara dua kotak tarik yang panjangnya tidak boleh dari 10 m, dimana dapat dipasang 1 suku pada kedudukan tidak lebih dari 0,5 m dari kotaqk tarik yang mudah dicapai, asalkan semua bengkokan yang lain pada lajur pipa tersebut tidak lebih dari 900 .

(58)

tembok, harus dipasang secara baik menggunakan alat penopang dan klem pipa yang cocok, sehingga pipa terpasang secara kokoh. Jarak antara tempat pemasangan klem pipa tidak boleh melebihi 1 m. • Pipa PVC tidak boleh digunakan pada ruangan dengan

(59)

BAB VI

INSTALASI LISTRIK TENAGA

JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis yang menggunakan alat kontrol kontaktor magnet memerlukan alat bantu lain agar fungsi pengontrolan berjalan dengan baik seperti: tombol tekan, thermal overload relay dan alat bantu lainnya. Kontaktor magnet banyak digunakan untuk mengontrol motor-motor listrik 1 fasa dan 3 fasa, anatara lain untuk mengontrol motor dua arah putaran, strating bintang-segitiga, beberapa unit motor bekerja dan berhenti berurutan dan lain-lain.

A. Kontaktor Magnet

(60)

1. Kontaktor Magnet Arus Searah (DC)

Kontaktor magnet arus searah (DC) terdiri dari sebuah kumparan yang intinya terbuat dari besi. Jadi bila arus listrik mengalir melalui kumparan, maka inti besi akan menjadi magnet. Gaya magnet inilah yang digunakan untuk menarik angker yang sekaligus menutup/ membuka kontak. Bila arus listrik terputus ke kumparan, maka gaya magnet akan hilang dan pegas akan menarik/menolak angker sehingga kontak

kembali membuka atau menutup.

Untuk merancang kontaktor arus searah yang besar dibutuhkan tegangan kerja yang besar pula, namun hal ini akan mengakibatkan arus yang melalui kumparan akan besar dan kontaktor akan cepat panas. Jadi kontaktor magnet arus searah akan efisien pada tegangan kerja kecil seperti 6 V, 12 V dan 24 V.

(61)

Gambar Animasi kerja Rele

Gambar fisik kontaktor magnet DC

(62)

1. Kontaktor Magnet Arus Bolak balik (AC)

(63)

Simbol dan kode angka serta bentuk fisik dari kontaktor

Karena itu untuk mengisi kehilangan magnet pada kumparan magnet akibat kehilangan arus maka dibuat belitan hubung singkat yang berfungsi sebagai pembangkit induksi magnet ketika arus magnet pada kumparan magnet hilang. Dengan demikian maka arus magnet pada kontaktor akan dapat dipertahankan secara terus menerus (kontinu).

(64)

Catatan:

Kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85 % dari tegangan kerja, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar.

Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close = NC). Kontak No berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/ menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

Simbol-simbol kontaktor magnet.

(65)

kontak bantu terdiri dari kontak NO dan NC. Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus utama, yaitu arus yang diperlukan untuk pesawat pemakai listrik misalnya motor listrik, pesawat pemanas dan sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus bantu yaitu arus yang diperlukan untuk kumparan magnet, alt bantu rangkaian, lampu-lampu indikator, dan lain-lain. Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa keuntungan penggunaan kontaktor magnet daripada saklar togel dan saklar Cam adalah,

* Arus listrik yang mengalir pada saklar pengontrol sangat kecil dibandingkan arus beban.

* Dapat mengontrol beban listrik dari tempat jauh dengan kerugian tegangan yang relatif kecil.

Mengoperasikan Motor 1 Fasa

Dalam mengoperasikan motor 1 fasa dengan kendali elektromagnetik, dibutuhkan kontaktor magnet, MCB, dan tombol ON/ OFF (saklar tekan) untuk alat kontrolnya. Dengan kontaktor magnet, motor 1 fasa jenis split phasa dapat dijalankan dari jarak jauh, kontaktor dapat diletakkan pada tempat yang jauh dari operator. Sedangkan operator hanya mengendalikan tombol start untuk menjalankan dan tombol stop untuk mengendalikan. Dengan demikian operator dapat bekerja ditempat yang aman.

(66)
(67)

a. Rangkain Kontrol

(68)

c. Rangkaian Pengawatan

(69)

RANGKAIAN BINTANG / STAR-DELTA (Y-Δ) MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Pengasutan Motor Induksi dengan menghubungkan langsung pada saluran (Direct On Line)

(70)

Gambar rangkaian pengasutan langsung pada saluaran atau Direct On Line (DOL)

(71)

Pengasutan Motor Induksi dengan menggunakan penstart bintang/Star–delta (Y-Δ)

(72)

Gambar rangkaian start motor star/bintang delta/segitiga

Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini disuplai oleh tegangan 220 Volt. Cara kerjanya : jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu timer T (NC) – kontak bantu K3 – K1. Kontaktor magnetik 1 (K1) bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang. Saat itu juga kontak bantu K1 (NC) membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup sehingga arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – Kontaktor magnetik K3 bekerja, motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1 digunakan untuk melepaskan motor dari sumber tegangan.

(73)

Hubungan belitan, Tegangan, Arus Star dan Delta Bila stator dihubung star, maka :

- Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar U/√3

- Sehingga arus yang mengalir ditiap belitan sebesar IfY = IY

Bila stator dihubungkan delta, maka :

- Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar U

- Sehingga arus yang mengalir ditiap belitan sebesar IfΔ - Arus fasa untuk belitan delta : IfΔ= √3 IfY

(74)

SUMBER:

(75)

Penyambungan Rangkaian Motor On Off (interlock) http://electric-mechanic.blogspot.com/

Rangkaian ini dikenal juga dengan istilah DOL Starter seperti artikel yang pernah saya bahas sebelumnnya. Sebelum melihat gambar penyambungan rangkaian motor On Off ini, anda sebaiknya membaca artikel saya yang berjudul InterLock Kontaktor.. disana anda akan menemukan penjelasan apa dan bagaimana cara kerja rangkaian ini, berikut juga wiring diagramnya.

Di foto gambar penyambungan rangkaian motor On Off ini,

saya menggunakan tegangan 380V pada kontrol

(76)

diagramnya bila menggunakan kontaktor 220V? (cari caranya sendiri yahh.. :P).

Penyambungan Rangkaian Motor Star Delta (Bintang Segitiga)

(77)

Disini saya menggunakan 1 tegangan pada rangkaian pengendalinya.. yaitu 220V untuk Kontaktor dan Timer. Khusus untuk timer, saya menggunakan Omron H3CR-A8, 220V, yang mempunyai range 0~30 Jam. Selamat menikmati keruwetan gambarnya.. :)

Penyambungan Rangkaian Motor Forward Reverse (bolak balik)

(78)

overload langsung pada koil kontaktor, dan NC dari K1 dan K2 yang terhubung dari NO tombol masing-masing. Silahkan untuk membandingkan wiring diagramnya dengan foto gambar penyambungannya diatas.

Prinsip kerjanya adalah, bila tombol fwd ditekan maka motor akan berputar kekanan. Untuk memutar balik putaran motor kekiri maka perlu ditekan terlebih dahulu tombol Off, baru bisa memutar kearah sebaliknya (kiri) dengan menekan tombol rev. Dan untuk mematikannya tekan tombol Off yang sama, karena fungsi tombol Off disini untuk memutuskan kedua fungsi kerja rangkaian.

(79)

Rangkaian ini belum pernah saya bahas sebelumnya, tetapi bila anda jeli untuk mempelajari artikel-artikel tentang wiring diagram saya yang ada di blog ini, maka anda pasti akan menemukan prinsip dasar kerjanya.

Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah, memutus kerja rangkaian kontaktor sesuai dengan waktu yang diinginkan secara otomatis dengan timer. Pada rangkaian ini, saya juga memasang tombol off sebagai pemutus rangkaian manual. Hal tersebut semata-mata hanya untuk menjaga kalau-kalau kerja rangkaian tersebut tidak sesuai yang diharapkan atau mengalami masalah (trouble).

(80)

Khusus untuk foto gambar rangkaian ini, saya mengadaptasikan kerja rangkaian lampu flip-flop seperti pada artikel saya sebelumnya yang berjudul Wiring Diagram Rangkaian Lampu Flip Flop Menggunakan TDR (Timer), dengan hanya menggunakan 2 timer saja pada kerja rangkaiannya. Rangkaian ini bisa diaplikasikan pada rangkaian kerja motor sirkulasi, atau kerja motor induksi 3 phasa yang bekerja secara terus menerus. Pada sistem kerja seperti itulah rangkaian ini sangat dibutuhkan, agar motor induksi dapat diistirahatkan kerjanya. Karena pemakaian yang terlalu lama bisa juga mengurangi umur sebuah motor induksi. menyala lagi sesuai ketetapan waktunya.. begitu seterusnya. Dan untuk mematikan kerja rangkaian ini, cukup dengan menekan tombol Off. Rangkaian ini menggunakan tegangan 220V pada rangkaian pengendalinya, artinya Timer, Relay dan Kontaktor menggunakan koil bertype 220V (perhatikan pengabelan yang berwarna hijau terang).

Catatan

 Motor Induksi 3Ø/380V diatas 5 HP, harus dihubung star delta. (atau baca dulu penjelasan tentang name plate-nya disini)

 Karena penampakan gambar rangkaian diweb browser

(81)
(82)

WIRING DIAGRAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR AC 3 FASE

http://electric-mechanic.blogspot.com/

Motor Bolak Balik ini adalah salah satu kerja motor induksi 3 phasa yang sering digunakan pada mesin mesin produksi oleh banyak kalangan industri, baik industri kecil maupun industri besar. Secara spesifik penggunaannya tidaklah terlalu penting,

karena mesin mesin produksi terus mengalami

perkembangan dari segi pemanfaatan dan kontruksi mesinnya itu sendiri. Namun secara prinsipalnya adalah sama, yaitu membolak balikkan arah putaran motor induksi dengan tombol tombol atau rangkaian interlock tertentu.

(83)

Dalam gambar diatas dijelaskan:

gambar A: arah putaran motor ke arah kanan bila

urutan phasa input R-S-T masuk dalam

rangkaian Breaker dan Kontaktor ke motor.

gambar B: arak putaran motor ke arah kiri bila urutan phasa input yang masuk dalam rangkaian dan ke motor adalah kebalikannya, yaitu T-S-R

(84)

Dalam gambar diatas dijelaskan

gambar A: Saya sudah menambahkan thermal overload dan 2 kontaktor dalam rangkaian, yaitu K1 dan K2. Dalam gambar A ini K1 dalam posisi NC atau sedang dalam kondisi ON, dan K2 dalam posisi Off. Lihatlah bagaimana urutan phasa input R-S-T masuk dalam rangkaian, sehingga putaran motor menjadi kearah kanan.

(85)

Dalam penggambaran realnya atau Rangkaian Utamanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

(86)

urutan phasa input motor T-S-R

(87)

klik gambar untuk memperbesar

Untuk membuat kerja K1 dan K2 secara bergantian, kita bisa memanfaatkan NC pada masing masing kontaktor seperti pada gambar B. NC dari K1 dipasang seri pada jalur input koil K2, begitu juga sebaliknya, NC dari K2 dipasang seri pada jalur input koil K1.

Lalu lihat gambar C dan D !!

bila tombol hijau ditekan, maka K1 akan bekerja dan NC dari K1 akan menjadi NO yang menyebabkan tombol merah atau K2 tidak akan bisa berfungsi karena jalur inputnya terputus selama K1 masih bekerja. Begitu juga sebaliknya yang terjadi bila tombol merah ditekan setelah K1 tidak bekerja.

(88)
(89)

DAFTAR PUSTAKA

1. Harten Van P., Setiawan E., Instalasi Listrik Arus Kuat I, Binacipta, Bandung, 1991

2. Mantgen Van, Instalasi, terjemahan, Erlangga, Jakarta, 1993 3. Priyo Handoko, Pemasangan Instalasi Lisrik Dasar, Kanisius,

Yogyakarta, 2004

Gambar

Gambar Komponen Kontaktor Magnetik DC atau Rele
Gambar Animasi
Gambar rangkaian pengasutan langsung pada saluaran atau Direct On Line (DOL)
Gambar berikut memperlihatkan rangkaian daya dan
+3

Referensi

Dokumen terkait

20.8.2 Menyusun prosedur pemeriksaan dan pengujian hasil pemasangan instalasi gardu induk sistem tenaga listrik 20.7.5 Memperjelas simbol-simbol gambar rencana pada gardu induk

Diagram kerja dan sistem kelistrikan dipahami berdasarkan standar praktis Diagram kerja dan sistem kelistrikan tidak dipahami Diagram kerja dan sistem kelistrikan

Kompetensi : Memasang instalasi listrik penerangan, instalasi tenaga, instalasi penangkal petir, instalasi (khusus bidang elektrikal) sistem tata suara4. (sound system),

Deskripsi Materi : Instalasi listrik penerangan, instalasi tenaga, instalasi penangkal petir, instalasi khusus (bidang elektrikal) sistem tata suara (sound system),

Paket Keahlian : Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga

3.5 Menerapkan prosedur pemasangan instalasi PHB lampu penerangan pada bangunan sederhana (Rumah Tinggal, Sekolah, Rumah, Ibadah) sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik

Berikut ini adalah contoh Berikut ini adalah contoh gambar bagan instalasi listrik gambar bagan instalasi listrik penerangan sederhana yang terdiri penerangan sederhana

Rincian pembelajaran instalasi