BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret
(Alwi, dkk, 2003: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur penelitian
yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep digunakan sebagai
dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun mendeskripsikan suatu topik
pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah analisis objek dalam novel Gadis Pantai yang berupa konflik batin yang dialami tokoh dalam cerita. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar
penelitan, sebagai berikut
2.1.1 Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu Novela dalam bahasa Jerman disebut
Novelle dan dalam Bahasa Yunani Novelus yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang cakupannya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Novel
merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih
mendalam dan disajikan dengan halus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995:694) novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dan menonjolkan
watak dan sifat si pelaku.
H. B. Jassin (1997: 64) menyebutkan bahwa “Novel sebagai karangan prosa
yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari
dalamnya konflik yang dialami para tokoh merupakan unsur terpenting dalam
membangun cerita dalam sebuah novel.
Novel merupakan karya satra berjenis prosa dengan kumpulan realita yang
di dalamnya pasti terkandung perilaku manusia atau tokoh. Realita pisikologis
adalah salah satu realita yang paling sering muncul dalam sebuah karya satra
terutama pada sebuah novel. Di dalam novel, terkandung realita pisikologis berupa
kehadiran suatu fenomena kejadian tertentu yang dialami tokoh utama ketika
bereaksi dengan lingkungannya dan mungkin juga terhadap dirinya sendiri.
Sebuah novel memiliki banyak unsur pendukung salah satunya adalah tokoh
dan konflik yang dialami pada tokoh. Tokoh adalah unsur terpenting yang dapat
kita temukan dalam karya satra yang berbentuk novel. Tokoh memiliki karakter
yang berbeda-beda sehingga melahirkan bermacam-macam tingkah laku dan
ceritanya masing-masing
2.1.2 Konflik Batin 2.1.2.1 Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah
intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya.
Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada
mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan
Pada dasarnya konflik timbul ketika manusia merasakan kenyataan yang
dihadapinya tidak sesuai dengan harapan sehingga berpengaruh pada kepribadian
sesorang. Menurut Walgito kepribadian dapat dibentuk oleh beberapa faktor, yaitu
1. Faktor Endogen
Faktor yang merupakan sifat bawaan sejak dari kandungan. Faktor endogen
erupakan faktor keturunan atau bawaan yang bersifat kejiwaan baik keadaan
jasmani maupun rohani.
2. Faktor Eksogen
Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini meliputi pengalaman
pendidikan, dan alam sekitar.
Konflik adalah percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Konflik dalam
karya sastra sangat memengaruhi pembaca. Sebuah karya sastra akan menarik jika
menghadirkan konflik yang dapat membuat pembaca ikut terhanyut dalam konflik
yang dihadapi oleh tokoh cerita. Pernyataan ini didukung oleh pendapat-pendapat
Irwanto (1997) dan Nurgiyantoro (2000). Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan pertentangan dua keinginan untuk
memenuhi kebutuhan dalam waktu bersamaan dalam diri seseorang sehingga
mempengaruhi tingkah laku. Berdasarkan bentuknya konflik dapat dibedakan
menjadi konflik internal dan konflik eksternal.
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi
atas :
1. Konflik Intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik ini terjadi pada saat yang bersamaan memiliki dua keinginan yang tidak
2. Konflik interpersonal.
Konflik interpersonal terbagi atas.
a. Konflik ini adalah konflik seseorang dengan orang lainnya karena
memiliki perbedaan keinginan dan tujuan.
b. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok,
Hal ini sering kali berhubungan dengan cara individu menghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas yang ditekankan pada kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh seorang individu dapat dikenai hukuman karena tidak
memenuhi norma-norma yang ada.Konflik interorganisasi.
3. Konflik Antargrup
Konflik dalam suatu organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang tentu
menimbulkan kesulitan dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang
menyangkut tugas-tugas dan pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari
maka perlu adanya pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari
disfungsional.
Mengingat objek penelitian di dalam penelitian ini mengarah ke arah
pergolakan batin, penelitian ini lebih condong ke arah jenis konflik intrapersonal.
2.1.2.2Batin
Batin adalah sesuatu yang terdapat di dalam hati; sesuatu yang menyangkut
jiwa (perasaan hati dsb), sesuatu yang tersembunyi (gaib, tidak kelihatan), dan
semangat; hakikat (Alwi, dkk, 2003: 588). Batin merupakan salah satu unsur
pembentuk cerita di mana batin akan melekat pada diri tokoh. Batin, sebagai bagian
dari tokoh, sering dipermainkan oleh pengarang untuk membentuk seri cerita yang
membawa kita sebagai pembaca ke dalam cerita seakan-akan kita merasakan apa
yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita.
2.1.2.3Konflik Batin
Konflik internal (atau:konflik kejiwaan), di pihak lain adalah konflik yang
terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau: tokoh-tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan
konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan perasaan
intern seorang manusia (Nurgiyantoro, 2010: 124).
Konflik sangat berhubungan dengan kepribadian seseorang dalam
hakikatnya sebagai manusia. Kepribadian tidak hanya menyangkut pada pikiran,
perasaan, dan sebagainya, melainkan secara keseluruhan sebagai panduan antara
kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat atau di dalam interaksi sosial.
Konflik dapat terjadi karena ketidakseimbang antara ego, kompleks, dan arsetip.
Konflik batin merupakan konflik yang terjadi di dalam diri tokoh itu sendiri
(internal). Tujuan-tujuan yang saling bertentangan berada dalam diri seorang tokoh
itu sendiri. Keinginan untuk mendapatkan keduanya melahirkan suatu konflik batin
tersebut.
Kurt Lewin ( dalam Alwisol, 2009: 305- 309 membagi Konflik atas tiga
tipe, yaitu
1. Konflik Tipe 1
Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawanan
yang mengenai individu. Ada tiga macam konflik tipe ini, antara lain
a. Konflik mendekat- mendekat, dua kekuatan yang mendorong ke arah
yang berlawanan, misalnya sesorang yang dihadapkan pada dua pilihan
b. Konflik menjauh- menjauh, dua kekuatan yang mendorong ke arah yang
berlawanan, misalnya seseorang dihadapkan pada dua kekuatan yang
sama- sama tidak disenanginya.
c. Konflik mendekat – menjauh, dua kekuatan mendorong dan
menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya seseorang yang
dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi
dan tidak disenanginya.
2. Konflik Tipe 2
Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan.
Konflik yang kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku, atau
terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga tidak dapat
menentukan pilihan.
3. Konflik Tipe 3
Orang berusaha untuk mengatasi kekuatan- kekuatan yang
menghambat sehingga konflik menjadi terbuka, ditandai sikap kemarahan,
agresi, pemberontakan, atau sebaliknya penyerahan diri yang neurotik.
Pertentangan antara kebutuhan pribadi dalam, konflik antarpengaruh, dan
pertentangan antara kebutuhan dan pengaruh menimbulkan pelampiasan
2.2 Teori Psikologi Sastra 2.2.1 Psikologi Sastra
Walgito (2004: l) menjelaskan bahwa, ditinjau dari segi bahasa, psikologi
berasal dari kata psyche yang berati ‘Jiwa' dan logos berarti 'ilmu' atau 'ilmu pengetahuan', karena itu psikologis sering diartikan dengan ilmu pengetahuan
tentang jiwa. psikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki
aktivitas dan tingkah laku manusia. Aktivitas dan tingkah laku tersebut merupakan
manifestasi kehidupan jiwanya. Jadi, jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu
alam sadar (kesadaran) dan alam tak sadar (ketidaksadaran). Kedua alam tidak
hanya saling menyesuaikan, alam sadar menyesuaikan terhadap dunia luar,
sedangkan alam tak sadar penyesuaiannya terhadap dunia dalam. Jadi psikologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang mencakup segala
aktivitas dan tingkah laku manusia.
Psikologi sangat erat kaitannya dengan kepribadian, sama halnya dengan
kaitan antara kepribadian dengan konflik batin. Penelitian ini menggunakan teori
Kepribadian dari Carl Gustav Zung. Zung berpendapat bahwa kepribadian
mencakup keseluruhan pikiran, perasaan, kesadaran, dan ketidaksadaran.
Kepribadian membimbing seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang tersusun dalam tiga tingkat
kesadaran: ego beroperasi pada tingkat kesadaran, Kompleks beroperasi pada tingkat ketidaksadaran pribadi, dan arsetip pada tingkat kolektif. Di samping sistem yang terikat pada daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap
(introvert-ekstrovert) dan fungsi (perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua
Begitu pula halnya tokoh fiktif dalam suatu cerita, dapat dianalisis
kepribadian dan konflik yang dialami sebagai tokoh di dalam novel. Ada dua tipe
kepribadian yang dikemukakan oleh Carl Gustav Zung, yaitu
1. Tipe Kepribadian Introfert
Tipe ini merupaka tipe pada manusia yang dipengaruhi oleh dunia subjektif,
yaitu dunia dalam diri sendiri. Orientasinya hanya tertuju ke dalam pikiran,
perasaan, dan tindakannya. Penyesuaian terhadap dunia luar kurang baik, jiwa
tertutup, sukar bergaul, kurang menarik perhatian orang lain, tetapi penyesuaian
terhadap hatinya sendiri sangat baik.
2. Tipe Kepribadian Ekstrofert
Tipe yang dipengaruhi oleh dunia objektif yaitu dunia dari luar dirinya.
Orientasi ke luar dari pikirannya, perasaan dan tindakan yang ditentukan oleh
lingkungannya baik lingkungan sosial maupun nonsosial.
Psikologi sastra merupakan disiplin ilmu yang ditopang oleh tiga
pendekatan studi. Menurut Roekhan (dalam Endraswara, 2003: 9), pendekatan
tersebut antara lain
a. Pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah
karya sastra.
b. Pendekatan representatif pragmatik, yaitu mengkaji aspek psikologi pembaca
sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang
dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra.
c. Pendekatan ekspresif, yaitu aspek psikologi sang penulis ketika melakukan
proses kreatif yang terproyeksi melalui karyanya, baik penulis sebagai pribadi
maupun wali masyarakat. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional,
lain. Perbedaannya adalah bahwa gejala kejiwaan yang terdapat dalam sastra
adalah gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam
psikologi adalah manusia-manusia riil.
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta rasa, dan karsa dalam
berkarya. Pembaca dalam menanggapi karya tidak lepas dari kejiwaan
masing-masing. Psikologi sastra juga mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan.
Pengarang akan menangkap gejala jiwa, kemudian diolah ke dalam teks dan
dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman
hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra
(Endraswara, 2008: 96).
Ada empat model dalam psikologi sastra, yaitu meliputi pengarang, proses
kreatif, karya sastra, dan pembaca. Dengan demikian, psikologi sastra memiliki tiga
gejala utama yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca. Psikologi pada
psikosastra fokus pada pengarang dan karya sastra dibandingkan pembaca. Untuk
memahaminya harus dilihat bahwa pendekatan terhadap pengarang merupakan
pemahaman terhadap ekspresi kesenimannya, pada karya sastra mengacu pada
objektivitas karya dan pada pembaca mengacu pada pragmatisme. Psikosastra
mengacu pada karya sastra termasuk di dalamnya gambaran konflik yang
digambarkan si pengarang melalui proses kreatif untuk membentuk suatu karya
sastra.
2.2.2 Psikologi dan Sastra
Sastra dan psikologi mempunyai hubungan langsung, artinya hubungan itu
yakni kejiwaan manusia (Damono, 2002: 11). Psikologi jelas terlibat erat karena
psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak terlepas dari aspek
kehidupan yang mewarnai makna, pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan inilah
yang merupakan objek utama psikologi sastra.
Pada awalnya, ada keraguan bahwa aspek psikologi dapat masuk ke dalam
teks sastra. Keraguan ini cukup menggoda karena dalam meneliti, peneliti harus
mencermati aspek-aspek psikologis yang terdapa dalam teks. Sementara, aspek
psikologi yang terdapat dalam teks sastra bersifat abstrak. Oleh karena itu,
Psikologi dan sastra selain memiliki hubungan fungsional karena sama-sama
memiliki objek berupa kehidupan manusia juga memiliki perbedaan, yaitu
psikologi dalam mempelajari kejiwaan bersifat riil, sedangkan dalam sastra bersifat
imajinatif.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena
pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan
pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Untuk
mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah
dimuat dalam bentuk skripsi.
Adapun penelitian yang pernah dilakukan dengan objek kajian novel Gadis Pantai, antara lain
berlatar belakang konstruksi budaya Jawa yang cenderung berpatriarkhi yang berakibat pada timbulnya ketidakadilan gender. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Mengungkap setting masyarakat feodal dalam novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta Toer, (2) Mengungkap fenomena ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta Toer.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan teknik
analisis wacana karena data yang ada berupa muatan makna yang terdapat dalam
rangkaian kalimat bukan dalam bentuk angka. Hasil penelitian ini bukan
memfokuskan pada muatan teks yang nyata, melainkan pada analisis terhadap
makna yang tersembunyi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setting masyarakat feodal yang
berlaku budaya berpatriarkhi dalam masyarakat yang mencerminkan suatu
gambaran masyarakat dengan keterkaitan stratifikasi sosial, pola kekuasaan, dan
inferiotas terhadap perempuan yang menyebabkan ketidakadilan gender. Hal
tersebut sudah tertanam kuat dalam pola pikir masyarakat yang dilanggengkan
melalui proses warisan kebudayaan dengan cara sosialisasi.
Simpulan yang dihasilkan adalah konstruksi kebudayaan masyarakat feodal
yang berlaku menyebabkan munculnya bentuk ketidakadilan terhadap perempuan
seperti yang terkandung dalam karya sastra. Penelitian ini juga menghasilkan
temuan yang unik yang terdapat dalam novel Gadis Pantai. Dalam novel ditemukan bahwa tokoh utama, yaitu Gadis Pantai dinikahkan dengan sebilah kerislambang
kekuasaan seorang priayi Jawa serta adanya sikap yang tabu yaitu menaikkan
derajat dengan menikahkan putri yang masih muda dengan penguasa setempat
Penelitian selanjutnya dengan objek kajian novel Gadis Pantai juga dilakukan oleh Suminto dengan judul Novel “Gadis Pantai” Karya Pramodya
Ananta Toer Analisis Struktural Levi Strauss, STAIN-Palangkaraya Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat 2008
Penelitian yang dilakukan Suminto berlatar belakang pada novel Gadis Pantai yang merupakan novel berupa trilogi dan tidak selesai (Unfinished). Mengapa demikian? karena dua buku lanjutan novel Gadis Pantai telah raib ditelan
keganasan penguasa kala buku ini terbit. Gadis Pantai berhasil diselamatkan dan didokumentasikan oleh pihak Univesitas Nasional Australia. Novel ini akhimya
sampai kembali kepada sang pengarang, Pramoedya Ananta Toer, rnelalui Savitri
P. Scherer yang sedang menulis tesis tentang kepengarangan Pramoedya Ananta
Toer. Penelitian ini bertujuan untuk membuka satu sisi budaya feodal Jawa yang
memberikan ketidakadilan transgender.Selain itu, tradisi ini menunjukaan
kehidupan sosial antara kasta satu dengan lainnya.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi atau
Analisis Content . Dalam menganalisis, digunakan teori struktural Levi-Strauss. Pramoedya Ananta Toer bercerita dalam novel Gadis Pantai ini menggunakan alur maju atau lurus, sehingga bisa dilakukan analisis struktural Levi-Strauss
atasnya. Alur maju atau lurus ini sesuai dengan kaidah sintagmatis dan
paradigmatis yang dipersyaratkan Levi-striuss ketika melakukan analisis struktural.
Alur cerita novel ini saya bagi atas empat episode: Kehidupan remaja: pernikahan.
tahun pertama-pernikahan; kunjungan ke kampung halaman.
Untuk menjalankan episode-episode tersebut dibutuhkan ceriteme- ceriteme
dikuatkan dengan penggambaran latar atar setting. Tokoh utama novel ini tidak
bemama. Pengarang hanya menyebutnya Cadis pantai dan Bendoro saja.
Berdasarkan kedua tinjauan pustaka di atas, belum ada penelitian yang
relevan atau sama dengan penelitian dalam penelitian ini. Penelitian yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah konflik batin tokoh Gadis Pantai dalam novel