• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Peran Tipe-Tipe Big Five Personality Terhadap Kecenderungan Perilaku Agresi pada Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Peran Tipe-Tipe Big Five Personality Terhadap Kecenderungan Perilaku Agresi pada Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresi

1. Definisi Perilaku Agresi

Perilaku agresi adalah merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti yang dikemukakan Freud, Mc Dougall, dan Lorenz (dalam Ekawati,2001) bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi.

Adapun dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi tentang perilaku agresi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Berkowitz (1995) mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakita orang lain yang dimana baik secara fisik maupun psikologis.

Baron dan Byrne (1984) mengemukakan, bahwa perilaku agresi adalah dorongan dasar yang dimiliki oleh manusia dan hewan, dengan tujuan menyakiti badan atau melukai perasaan orang lain. Lebih lanjut Baron dan Byrne (1984) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain. Ini juga dikemukakan oleh Brigham (1991) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis.

(2)

agresi sebagai segala bentuk perilaku kekerasan baik itu secara fisik ataupun verbal yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai atau mencelakakan orang lain baik dengan ataupun tanpa tujuan.

Medinus dan Johnson (1997) mengemukakan bahwa agresi adalah serangakaian tindakan atau tingkah laku yang bermaksud merugikan atau melukai. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Krahe (2005), perilaku agresi terjadi dengan bentuk yang berbeda-beda dan dengan tingkat yang berbeda pula, khususnya dalam hal gender pria dan wanita.

Jadi dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkanan, bahwa perilaku agresi itu adalah suatu perilaku yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti yang mengandung unsur kekerasan, serangan atau gangguan baik secara fisik ataupun verbal, dan merusak atau mengambil hak milik orang lain dengan atau tanpa tujuan dan korban tidak menghendaki perilaku tersebut.

2. Tipe-tipe Perilaku Agresi

Ada beberapa tipe perilaku agresi yang dikemukakan oleh Medinnus dan Johnson (1977), perilaku agresi dibagi kedalam beberapa tipe, yaitu :

a. Agresi menyerang secara fisik, misalnya memukul, mendorong, melukai, menendang, menggigit dan merampas.

b. Agresi menyerang suatu objek ( benda mati atau binatang )

c. Agresi menyerang secara verbal, yaitu memburuk-burukkan orang lain, memarahi, mengancam dan menuntut.

(3)

Sedangkan menurut Atkinson (1999), mengungkapkan beberapa tipe perilaku agresi, yaitu :

a. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa agresinya.

b. Agresi Verbal, yaitu agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal.

c. Agresi Fisik, yaitu agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresi tersebut.

d. Agresi Emosional,yaittu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasanmarah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka.

e. Agresi Konseptual, yaitu agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi

(4)

a. Penyebab sosial 1. Frustasi

Yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, dari frustasi maka kan timbul perasaan-perasaan agresi.

2. Profokasi

Yaitu oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.

3. Melihat model-model agresif

Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkjan agresi pada seorang anak, makin banyak menonton kekerasandalam acara TV makin besar tingkat agresif merekka terhadap orang lain, makin lama mereka menonton,makin kuat hubungannya tersebut.

b. Penyebab dari lingkungan

1. Polusi Udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi tiodak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.

(5)

c. Penyebab situasional

Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.

d. Alkohol dan obat-obatan

Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang menerima alkohol dalam takara-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf agresifitas juga tinggi.

e. Sifat kepribadian

Menurut Baron setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang memiliki sifat karakteristik yang berorientasi untuk menjauhkan diri dari pelanggaran-pelanggaran, tetapi ada juga yang memiliki sifat karakteristik yang tidak perduli terhadap pelanggaran-pelanggaran.

(6)

merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah frustasi. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.

B.Big Five Personality

1. Definisi Big Five Personality

Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John & Srivastava, 1999). Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Namun, jumlah sifat kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa hentihentinya (Goldberg dalam John & Srivastava, 1999).

Psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan defenisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian, suatu taksonomi akan mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian daripada hanya memeriksa ribuan atribut yang berbeda-beda yang membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 1999).

(7)

dimensi “Big Five Personality”. Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai

Fundamental Lexical (Language) Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, 2005). Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Factor Model oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana.

2 .Tipe-Tipe Kepribadian Big Five Personality

Tipe-tipe dalam domain-domain dari Big Five Personality Costa & McCrae (1997) adalah sebagai berikut :

a. Neuroticism (N)

(8)

Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.

b. Extraversion (E)

Faktor Extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah,

fun-loving, affectionate, dan talkative.

Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion

memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat

(9)

memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.

c. Openness to experience (O)

Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.

Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi,

broadmindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat

(10)

d. Agreeableness (A)

Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan nilai survei, seseorang yang memiliki skor agreeableness

yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai suka membantu,

forgiving, dan penyayang. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Pelajar yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan keluarga dan jarang memiliki konflik dengan teman yang berjenis kelamin berlawanan.

e. Conscientiousness (C)

Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline

seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius.

(11)

3. Dimensi-Dimensi dari Big Five Personality

Menurut Costa & McRae (dalam Pervin, 2005), setiap dimensi dari Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah:

a. Neuroticism terdiri dari:

1. Anxiety (kecemasan).

2. Self-consciousness (kesadaran diri).

3. Depression (depresi).

4. Vulnerability (mudah tersinggung).

5. Impulsiveness (menuruti kata hati).

6. Angry hostility (amarah). b. Extraversion terdiri dari:

1. Gregariousness (suka berkumpul).

2. Activity level (level aktivitas).

3. Assertiveness (asertif).

4. Excitement Seeking (mencari kesenangan).

5. Positive Emotions (emosi yang positif).

6. Warmth (kehangatan).

c. Openness to experience terdiri dari: 1. Fantasy (khayalan).

2. Aesthetics (keindahan). 3. Feelings (perasaan). 4. Ideas (ide).

(12)

6. Values (nilai-nilai). d. Agreeableness terdiri dari:

1. Straightforwardness (berterusterang). 2. Trust (kepercayaan).

3. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain). 4. Modesty (rendah hati).

5. Tendermindedness (berhati lembut). 6. Compliance (kerelaan).

e. Conscientiousness terdiri dari:

1. Self-discipline (disiplin).

2. Dutifulness (patuh).

3. Competence (kompetensi).

4. Order (teratur).

5. Deliberation (pertimbangan).

6. Achievement striving (pencapaian prestasi).

C. Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen

(13)

sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir abad ke20 (Salim dan Sukadji, 2006).

Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen terdiri dari 3 Program Studi, yaitu Program Studi Teknik Sipil, Program Studi Teknik Mesin dan Program Studi Teknik Elektro. Program Studi Teknik Sipil berdiri tahun 1975, Program Studi Teni Mesin berdiri tahun 1976 dan Program Studi Teknik Elektro berdiri tahun 1978. Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen menjadi Fakultas Teknik terbaik dan terkemuka dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat di Sumatera Utara pada tahun 2012. VISI Fakultas Teknik diatas menunjukkan suatu keadaan atau tingkat prestasi yang diinginkan Fakultas Teknik agar terwujud pada suatu titik waktu tertentu di masa yang akan datang.Mengembangkan sumber daya manusia melalui proses pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan ekstra kurikuler yang bermutu dalam bidang teknologi sesuai dengan tuntutan iptek dan pasar, yang bermoral dan beriman.Menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat, dalam bidang Teknologi serta kegiatan ekstra kurikuler secara terencana, terkendali dan bermutu serta berdisiplin dan bermoral, atas dasar tuntutan masyarakat, bangsa, negara dan perkembangan IPTEK.

(14)

dapat mengembangkan minat dan bakat mereka dengan memfaatkan fasilitas-fasilitas serta program-program yang telah disediakan oleh Universitas.

Bermacam-macam kegiatan yang mereka lakukan selama berada dikampus, mereka, mengisi waktu mereka dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan agama, music, olahraga,BEM dan lain-lain.

D. Hubungan Big Five Personality dengan Kecenderungan Perilaku Agresi

Perilaku agresi merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti yang dikemukakan Freud, Mc Dougall, dan Lorenz (dalam Ekawati,2001) bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi.

Menurut Baron dan Byrne (1984) mengemukakan, bahwa agresi adalah dorongan dasar yang dimiliki oleh manusia dan hewan, dengan tujuan menyakiti badan atau melukai perasaan orang lain. Lebih lanjut Baron dan Byrne (1984) mengatakan bahwa perilaku agresi adalah suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain. Salah satu faktor yang menyebabkan prilaku agresi adalah faktor psikologis. Dimana salah satu aspek dalam psikologis adalah kepribadian. Karakteristik kepribadian yang berbeda-beda menjadikan seseorang mempunyai perberbeda-bedaan emosi dalam suatu peristiwa.

(15)

Sedangkan Lersen & Bus (2002), menyebutkan bahwa kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme dalam diri individu yang diorganisasikan, relatif bertahan dan mempengaruhi interaksi juga adaptasi individu dengan lingkungnnya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang juga dapat berhubungan dengan penyebab munculnya perilaku agresif.

Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Salah satu teori yang menjelaskan tipe-tipe kepribadian adalah Big Five Personality. Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam menunjukkan perilakunya di kehidupannya sehari-hari. Big Five Personality terdiri dari lima faktor, yaitu openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism.

(16)

Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius. Agreebleness mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik, dan yang terakhir tipe Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman, mungkin individu pada faktor ini cenderung berperilaku agresif, karena pada faktor ini juga menggambarkan individu yang mudah marah apabila mereka dalam keadaan cemas, merasa tidak aman dan depresi.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat peran tipe openness terhadap kecenderungan perilaku agresi pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen Medan.

2. Terdapat peran tipe conscientiousness terhadap kecenderungan perilaku agresi pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen Medan.

(17)

4. Terdapat peran tipe agreeableness terhadap kecenderungan perilaku agresi pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen Medan.

Referensi

Dokumen terkait

(errnjlhy, disb udos-uidd3 Pdbstio Fd I ssr.2, Fig din.kd

Tidak Menggu nakan konsep dan rumus perhitun gan rata (rata) namun perhitun gannya mendap atkan hasil yang benar Tidak Menggu nakan konsep dan rumus perhitun gan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel Pertumbuhan aktiva, Resiko bisnis, Struktur aktiva, dan Struktur kepemilikan mempunyai pengaruh terhadap

c) Menurut Shertzer and Stone, bimbingan adalah sebuah proses untuk membentuk orang agar mereka memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. d) Menurut

Teknik observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang manajemen produk dan pengembangan produk usaha pakaian wanita dewasa pada Nazila collection dalam

Justeru kemahiran bertutur dalam mempelajari bahasa memainkan peranan yang amat penting bagi membolehkan bahasa tersebut dikuasai dengan baik.. Begitu juga dengan pembelajaran

Pada tahun 2017, Pusat Krisis Kesehatan telah melakukan assesment di 34 Kabupaten/Kota rawan bencana yang menjadi target

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Distribusi industri tapioka, (2) Karakteristik sosial-ekonomi pengusaha dan tenaga kerja industri tapioka, (3)