• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit. Dengan kata lain bank menjadi mediator antara masyarakat pemilik modal

dengan masyaakat yang mmbutuhkan modal.

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah

Bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensonal dan atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Perkataan Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yang berarti

kepingan papan yang digunakan sebagai tempat meletakkan buku yaitu sejenis

meja (Muslehuddin, 2002:27). Fungsi ini kemudian berubah semakin luas yaitu

meja tempat menukarkan uang.

Selain itu, menurut Judisseno (2005) hakikat bank adalah suatu lembaga

yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development.

Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediacy) yang

dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.

Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara

yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan

kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang

dilakukan oleh para pelaku ekonomi.

Adapun kegiatan bank umum (Kasmir:2010: 89) adalah sebagai berikut:

(2)

8

1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

Bank bertindak sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank untuk menjaga keamanan uang mereka. Sedangkan tujuan kedua untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil investasinya.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit)

kepada masyarakat yang mengajukan permohonan.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang

(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travellers cheque, dan jasa lainnya.

Jika eksistensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang

diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada sekarang dapat

diklasifikasikan kepada dua kelompok (Lubis , 2010: 101) yaitu:

1. Bank Konvensional

2. Bank Syariah

2.1.2 Bank Konvensional

Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank-bank yang beroperasi

dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan

yang diharapkan. Dalam hal ini pihak bank akan membebankan sejumlah bunga

atau fee kepada para nasabah sebagai harga terhadap produk atau jasa yang

digunakan. Demikian juga sebaliknya, pihak perbankan akan memberikan

sejumlah imbalan bunga terhadap berbagai jenis simpanan yang dipercayakan

pihak nasabah kepada bank. Jika tingkat suku bunga simpanan maka pihak bank

akan memperoleh keuntungan yang disebut dengan spread. Sebaliknya jika

(3)

9 pihak bank akan mengalami kerugian atau negative spread. Sampai saat ini

perbankan dengan prinsip konvensional masih lebih banyak dan dominan karena

perbankan Indonesia merupakan ekspansi perbankan Eropa yang dibawa Belanda

semasa penjajahan.

Pada tahun 2013 bank konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia ada

sebanyak 120 bank dengan rincian sebagai berikut:

• Bank Persero (BUMN) sebanyak 4 perusahaan perbankan;

• Bank umum swasta nasional devisa sebanyak 35 perusahaan

perbankan;

• Bank umum swasta nasional non devisa sebanyak 30 perusahaan

perbankan;

• Bank Campuran sebanyak 15 perusahaan perbankan;

• Bank asing sebanyak 10 perusahaan perbankan;

• Bank pembangunan daerah sebanyak 26 perusahaan perbankan.

2.1.3 Bank Syariah

Bank bedasarkan perinsip syariah merupakan satu lembaga intermediasi

yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivtasnya

dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur

riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian

(maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebasdari perkara yang

tidak sah (bathil)dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal. Berdasarkan

(4)

10 perbankan yang anti MAGRIB (maysir, gharar, riba dan bathil). Dalam

operasinya, bank syariah memberikan dan mengenakan imbalan atas prinsip

syariah jual beli dan bagi hasil sehingga bank ini sering juga dipersamakan

dengan bank tanpa bunga.

Pada tahun 2013 Bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia terdapat

sebanyak 66 perusahaan berbankan, dengan rincian sebagai berikut:

• Bank umum syariah sebanyak 11 perusahaan perbankan syariah;

• Unit usaha syariah sebanyak 24 perusahaan perbankan;

• Layanan syariah sebanyak 31 perusahaan perbankan.

2.1.4 Bank Konvensional Versus Bank Syariah

Eksistensi perbankan syariah mempunyai banyak perbedaan jika

dibandingkan dengan perbankan konvensional. Perbedaan ini timbul karena kedua

jenis perbankan ini mempunyai asas landasan yang berbeda sehingga berbagai

konsep dan pendekatan operasionalnya juga berbeda satu sama lain. Dalam

operasinya, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil sementara perbankan

konvensional menerapkan sistem bunga. Perbedaan utama kedua sistem ini dapat

(5)

11 Tabel 2.1

Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c). Bagi hasil tergantung pada

keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

d). Jumlah pembagian laba meningkat

sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

e). Tidak ada yang meragukan

keabsahan bagi hasil

a). Penentuan bunga dibuat pada waktu

akad dengan asumsi harus selalu untung

b). Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d). Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan

ekonomi sedang “booming”

e). Eksistensi bunga diragukan (kalau

tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam

(Sumber : Antonio, 2001; 61)

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa bank konvensional

melaksanakan usaha perbankan dengan cara memberikan jasa dalam jalur lalu

lintas pembayaran dan menerapkan sistem bunga sementara bank syariah yang

mengusung syariat Islam sebagai prinsipnya dan tidak mengandalkan bunga

dalam sistem pengoprasiannya. Dengan demikian kemunculan dan kewujudan

perbankan syariah yang tidak mengamalkan sistem bunga dengan sendirinya

mempunyai asas yang sangat kuat dan perlu mendapat sokongan semua pihak.

Melalui institusi perbankan syariah akan dapat terbentuk satu sistem keuangan

(6)

12 masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena konsep bunga yang diamalkan dalam

perbankan konvensional sangat jauh berbeda dengan konsep bagi hasil yang

diamalkan dalam perbankan syariah.

Perbedaan antara perbankan konvensional dengan syariah tidak hanya

terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara menyeluruh,

terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan tersebut yang

sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan kelemahan

masing-masing sistem. Misalnya, fungsi dan kegiatan bank konvensional terlihat sebagai

intermediasi dan penyedia jasa keuangan sedangkan perbankan syariah disamping

berfungsi sebagai lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan ia juga dapat

berfungsi sebagai investor dan manager investasi. Prinsip dasar operasi perbankan

syariah sangat menekankan anti riba dan anti maysir sedangkan dalam perbankan

konvensional masalah ini dianggap relatif kurang mendapat perhatian. Selain itu,

perbankan konvensional lebih berorientasi pada kepentingan pribadi sedangkan

perbankan syariah lebih berorientasi pada kepentingan publik. Lebih jelas,

perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan syariah dapat dilihat dalam

(7)

13 Tabel 2.2

Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja

b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented)dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

d). Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

e). Penghimpunan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented

d). Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis

(Sumber : Antonio, 2001; 34)

Berbagai perbedaan konsep dan prinsip seperti ditunjukkan dalam Tabel

2.2, mengakibatkan objek dan market share kedua institusi lembaga keuangan ini

saling berbeda. Namun demikian, akhir-akhir ini sering dijumpai dual banking

sistem yakni bank yang menjalankan kedua konsep dan prinsip ini secara serentak

pada satu lembaga yang sama. Pihak perbankan konvensional menyadari tren

perkembangan dan minat masyarakat luas sehingga mereka juga ikut menawarkan

berbagai produk yang sesuai dengan syariat.

2.1.5 Sistem dan Produk Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan Syariah

Bank konvensional memiliki sistem penghimpunan dana dari masyarakat

(8)

14 menggunakan prinsip bunga. Pengertian produk-produk bank menurut UU

Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut:

1. Giro adalah simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet

giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara

pemindahbukuan.

2. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat

lainnya yang dipersamakan dengan itu.

3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan. Deposito

dibedakan menjadi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposits on

call.

Pada bank Syariah penghimpunan dananya juga menggunakan giro,

tabungan, dan deposito. Dalam operasinya perbankan syariah menggunakan

prinsip wadi’ah dan mudharabah.

1. Prinsip Wadiah

Al-wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau

meletakan, atau meletakan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga.

(9)

15 pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.

- Landasan hukum

Al-Qur’an:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan ananat

(titipan) kepada yang berhak menerimanya. (QS. an-Nisaa (4): 58).

Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang

dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaknya ia

bertakwa kepada Allah Tubannya. (QS. al-Baqarah (2): 283)

Al-Hadits:

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Sampaikanlah (tunaikan) amanat kepada yang berhak menerimanya

dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghianati.”

(HR. Abu Daud. Menurut Tirmidzi hadist ini Hasan, sedangkan Imam

Hakim mengkategorikan sahih).

Ibnu Umar berkata bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda,

“Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah,

tiada shalat bagi yang tidak bersuci”(HR. Thabrani).

- Teknis perbankan

1. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamamah

(10)

16 2. Wadiah dhamamah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam

wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh

dimanfaatkan oleh yang dititipi.

3. Sedangkan dalam hal wadiah dhamamah pihak yang dititipi (bank)

bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh

memanfaatkan harta titipan tersebut.

4. Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini

juga disifati dengan yad dhamamah, maka implikasi hukumnya

sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang

meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang dipinjami.

- Ketentuan umum

1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik

atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan

imbalan dan tidak menanggung kerugian.

2. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana

sebagai suatu intensif untuk menarik dana masyarakat namun tidak

boleh diperjanjikan di muka.

3. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya

mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain

yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Khususnya bagi pemiliki rekening giro, bank dapat memberikan

(11)

17

4. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan

pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang

telah terjadi.

Gambar 2.1. Skema wadiah dhamamah Sumber: Heri Sudarsono,2005:45

2. Prinsip mudharabah

Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpangan atau deposan

bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib

(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan

mudharabah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana

tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha

ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank

menggunakannya untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank

jenisbertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip mudharabah dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu: mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off

balance sheet serta mudharabah mutlaqah.

a. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Bank

(12)

18 Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment)

dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi

oleh bank. Misalnya, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau

disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk

nasabah tertentu.

Teknik perbankan

- Pemilik dana jawib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh

bank, dan bank wajib membuat akad yang mengatur persyaratan

penyaluran dana simpanan khusus.

- Wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata

cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan

secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila

telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam

akad.

- Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan

khusus, bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya.

- Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau

(13)

19 Gambar 2.2.

Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Sumber: Muhammad, 2005:79

b. Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung

kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger)

yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana

dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam

mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya. Nasabah

Bank Syariah

Perantara

Bagi hasil

Mudharib

Modal Proyek

(14)

20

- Teknik perbankan

1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan

khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.

Simpanan khusus dapat dicatat pada porsi tersendiri dalam

rekening administrasi.

2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada

pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.

Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah

(15)

21 Gambar 2.3.

Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

Sumber: Muhammad, 2005:80

c. Mudharabah Mutlaqah

Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito

sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan

deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank

dalam menggunakan dana yang dihimpun.

Mudharib

Modal Bagi hasil

Proyek Perantar

+ Modal

Bank Syariah

Nasabah

(16)

22

- Teknik perbankan

1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah

dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan

secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila

telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam

akad.

2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku

tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat

penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank

wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito

kepada deposan.

3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung

sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan

mengalami saldo negative.

4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka

waktu yang telah disepakati, 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang,

setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi

nilai pada akad sudah tercantum perpanjangan otomatis maka tidak perlu

dibuat akad baru.

5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan

dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

(17)

23 Gambar 2.4.

Skema Mudharabah Mutlaqah

Sumber: Heri Sudarsona, 2005:121

2.1.6. Sistem dan Produk Penyaluran Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah

Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan nama kredit.

Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga. Kredit dalam bank konvensional dilihat dari segi jangka waktu

penggunaanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Kredit jangka pendek, kredit ini merupakan kredit yang memiliki

jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan

biasanya digunakan untuk modal kerja.

2. Kredit jangka menengah. Merupakan kredit yang berkisar antara satu

tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk

modal kerja.

Bank

(18)

24 3. Kredit jangka panjang. Merupakan kredit yang masa pengembaliannya

paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun, biasanya

digunakan untuk investasi jangka panjang.

Penyaluran dana dalam bank syariah dikenal dengan nama pembiayaan.

Pengertian pembiayaan menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak

yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Secara garis besar produk

pembiayaan bank syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan

berdasarkan tujuan penggunaannya (Karim, 2004:157), yaitu:

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (Ba’i)

Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di awal dan menjadi bagian harga jual barang kepada

nasabah. Prinsip jual-beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip

pembiayaan, yaitu:

a. Pembiayaan Murabahah

Transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan

nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan

pembayaran dilakukan secara tangguh.

(19)

25 Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan

pembayaran dilakukan di muka. Bank sebagai pembeli, nasabah

sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas,

kualitas, harga, dan waktu penyerahan.

c. Pembiayaan Istishna

Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannya dilakukan oleh

bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada

pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)

a. Ijarah

Transaksi jual beli yang dilandasi perpindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ini sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Apabila pada jual

beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek

transaksinya adalah jasa (Karim, 2004:159).

b. Ijarah Muntahiya Bittamlik

Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya

prinsip sewa yang diakhiri dengan opsi kepemilikan objek sewa di

akhir masa sewa. Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan

prinsip ini karena sifatnya yang lebih sederhana dari sisi

pembukuan dan tidak direpotkan oleh urusan pemeliharaan aset

(20)

26 3. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil

(syirkah) terdiri dari:

a. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih

atas suatu usaha tertentu dimana kedua belah pihak memberikan

kontribusi dengan keuntungan dan risiko ditanggung bersama

sesuai kesepakatan (Antonio, 2001:126).

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerjasama atas dua pihak atau lebih

dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan

sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad

perjanjian pembagian keuntungan (Karim, 2004:160). Bentuk

pembiayaan ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi

100% modal dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.

4. Akad Pelengkap

Jenis-jenis produk pembiayaan bank syariah yang menggunakan akad

pelengkap terdiri dari:

a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)

Hiwalah adalah bentuk pengalihan utang dari pihak yang berhutang

(21)

27 2001:126). Pada bank konvensional prinsipnya sama dengan anjak

piutang.

b. Rahn (Gadai)

Rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam yang memiliki

nilai ekonomis sebagai jaminan atas sejumlah pinjaman yang

diterimanya.

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman utang dan akan dikembalikan sesuai

dengan perjanjian. Aplikasinya dalam perbankan antara lain yaitu:

(1) sebagai pinjaman talangan haji; (2) sebagai pinjaman tunai; (3)

sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil; dan (4) sebagai

pinjaman kepada pengurus bank (Karim, 2004:160).

d. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah adalah bentuk perwakilan atau pemberian kuasa kepada

pihak tertentu untuk melakukan pekerjaan atau hal tertentu. Prinsip

ini diterapkan pada pengiriman uang atau transfer, penagihan

(collection payment), dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan

fee atas jasanya terhadap nasabah (Antonio, 2001).

e. Kafalah (Garansi Bank)

Kafalah adalah jaminan yang diberikan dengan tujuan untuk

menjamin pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran. Bank

(22)

28 sebagai pihak yang dijamin. Untuk jasa ini, bank memperoleh

pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa studi yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank

antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju

ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented economy)di Hungaria

periode 1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan

yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan

komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi,

tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.

2. Mahmudah (2008), melakukan penelitian dengan membandingkan

Sistem Pemberian Kredit Secara Konvensional dan Syariah Pada PT BNI

(Persero) Tbk. Pada penelitian ini, data-data informasi yang diperoleh akan

dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan menggambarkan keadaan.

Kajian deskriptif merupakan kajian non hipotesis, sehingga dalam langkah

kajian tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam metode analisis ini akan

membandingkan antara prosedur secara deskriptif dari sistem pemberian

kredit pada bank konvensional dan bank syariah. Hasil dari penelitian ini

(23)

29 syariah pada PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil dan PT BNI

Syariah Tbk mempunyai perbedaan dalam hal akad yang dilakukan dalam

sistem pemberian kredit/pembiayaan.

3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan

kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan

enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan

dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan

modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF,

hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih

baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional.

Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedang bank

konvensional hanya lima persen.

4. Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni (2006), melakukan

penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan bank syariah dan

bank konvensional sebelum dan sesudah deregulasi financial dan krisis

moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio

keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja keuangan

bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank konvensional tidak

(24)

30 2.3 Kerangka Konseptual

Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan

kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan

rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva

produktif, dan aktivitas.

Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja

keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya

perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional

tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang

berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis

membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil
Tabel 2.2 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Model pengolahan padi mencakup proses panen untuk menghasilkan gabah kering panen (GKP) yang bermutu baik, pengeringan yang dapat menghasilkan gabah kering giling

Dengan prinsip ini, biaya-biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak/orang yang menerima pengeluaran uang atas biaya perusahaan tersebut melaporkannya sebagai

Dari evaluasi tersebut, penghematan energi pada seluruh pabrik pengolahan hasil perkebunan di Indonesia pada khususnya dan industri pemakai energi pada umumnya

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak setiap kata serapan

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap hasil percobaan, di mana data didapatkan dari hasil pengukuran dengan menggunakan aplikasi

Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Pajak

cences mostly terminal, with occasional axilliary inflorescences, prophyll absent on terminal inflorescences but found on axillary inflorescences, 3 to 6. The last group is